makalah agama.docx
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
E. Indahnya Kebersamaan Dalam Pluralitas Agama.
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi antar kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama serta
membuahkan hasil tanpa konflik assimilasi. Jadi pluralisme agama adalah sebuah konsep yang
mempunyai makna yang luas, berkaitan dengan penerimaan berkaitan dengan agama-agama yang
berbeda dan digunakan dengan cara yang berlainan pula.
Pluralisme dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk
agama lain adalah mutlak untuk dijalankan(Pluralitas). Namun bukan berarti beranggapan bahwa
semua agama adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang kami
sembah adalah Tuhan yang kalian sembah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentang paham
pluralisme dalam agama Islam. Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan
kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme
agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum
wa liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik
dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama- agama yang ada.Di Indonesia,
salah satu kelompok Islam yang mendukung pluralisme agama adalah Jaringan Islam Liberal. Di
halaman utama situsnya terulis: "Dengan nama Allah, Tuhan Pengasih, Tuhan Penyayang, Tuhan
segala agama."
Dalam dunia Kristen, pluralisme agama pada beberapa dekade terakhir diprakarsai oleh
John Hick. Dalam hal ini dia mengatakan bahwa menurut pandangan fenomenologis, terminologi
pluralisme agama arti sederhananya ialah realitas bahwa sejarah agama-agama menunjukkan
berbagai tradisi serta kemajemukan yang timbul dari cabang masing-masing agama. Dari sudut
pandangfilsafat, istilah ini menyoroti sebuah teori khusus mengenai hubungan antartradisi dengan
berbagai klaim dan rival mereka. Istilah ini mengandung arti berupa teori bahwa agama-agama
besardunia adalah pembentuk aneka ragam persepsi yang berbeda mengenai satu puncak hakikat
yang misterius.
Berkenaan dengan inilah perlu adanya sikap yang baik untuk mensikapi adanya beberapa
agama yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, yaitu ada beberapa sikap yang antara lain:
1. Inklusif (sikap terbuka)
Pertemuan berbagai agama dan peradaban dunia menyebabkan adanya saling
mengenal satu sama lain. Namun tidak jarang terjadi masing-masing pihak kurang
bersifat terbuka terhadap pihak lain yang akhirnya menyebabkan salah paham dan
salah pengertian. Jika suatu agama berhadapan dengan agama lain, bagi arkoun ada
dua masalah yang sering muncul, pertama, perang truth claim, yaitu keyakinan dari
pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa agamanya adalah satu- satunya
agama yang paling benar. Kedua, perang salvation claim yaitu keyakinan dari
pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa agmanya adalah satu-satunya jalan
keselamatan bagi seluruh umat manusia. Secara sosiologis truth claim dan salvation
claim ini dapat menimbulkan berbagai konflik sosial politik yang mngakibatkan
berbagai macam perang antar agama, yang sampai sekarang masih menjadi kenyataan
di zaman modern ini. Hambatan utama untuk memehami agama- agama lain ialah
kurangnya imformasi yang akurat. Hal ini dikarenakan pemeluk agama tertentu
berusaha menutup informasi terhadap agama lain.seseorang yang menganalisis agama
arang lain sering tidak objektif akan tetapi lebih sering memakai cara pandang
agamanya sendiri sehingga konflik antar ajaran-ajaran agamapun tak terelakan.
Padahal setiap agama mempunyai ajaran masing-masing yang diyakini. Kenyataan
inilah yang antara lain menyebabkan suasana yang kurang baik terbentuknya ruang
dialogis antar agama. Padahal dialog antar agama begitu penting, guna terciptanya
keterbukaan sehingga terhindar dari kesalah pahaman.oleh kerena itu dialog antar
agama dalam pandangan arkoun harus berangkat dari pengalaman pengalaman
empiris yang berpijak pada realitas sejarah. Dialog antar agama adalah sebuah wacana
yang tak bersifat teoretis belaka, akan tetapi menyangkut diskursus dari semua
pemikiran yang mempengaruhi perkembangan dan mempengaruhi kehadiran dari
agama-agama tersebut di masyarakat. Dialog itu terbentang sedemikian luas sejauh
jangkauan cakrawala berpikir, sejauh jangkauan dari eksplorasi yang bisa terjadi dan
juga menyangkut semua aspek kehidupan manusia yang bisa menjadi agenda yang
bisa di dialogkan bersama. Tetapi, tentu yang menjadi fokus utama adalah
menyangkut aktivitas di mana distorsi dari persepsi keagamaan yang ada di masing-
masing pihak pada instansi pertama harus diluruskan dan dijernihkan. Sehingga, tidak
bisa lagi dengan sengaja dilukiskan secara karikatural mengenai agama lain yang
menyalahi kesalahpahaman yang sengaja yang tak bersetuju dengan pandangan yang
dimengerti dan diakui umat beragama yang lain. Dengan begitu, sebenarnya sebuah
langkah dialog pada instansi pertama adalah sebuah langkah korektif terhadap distorsi
tersebut. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah, bahwa tidak semua agama
menghadapi persoalan yang sama, oleh sebab itu dalam mengemukakan jawaban juga
tidak perlu sama. Dengan demikian, kenyataan tersebut justru akan memperkaya
setiap agama yang melakukan dialog. Berdasarkan kelebihan dan kedalaman yang ada
pada agama-agama yang berbeda tersebut . Sudah barang tentu harus diingat pula
kandungan misioner dari setiap agama, yaitu untuk memberlakukan klaim universal
dari kebenaran yang diakuinya. Panggilan misioner semacam itu juga menjadi ajang
komunikasi yang positif yang justru bisa memberikan kemungkinan bagi adanya
dialog yang produktif. Jadi aspek apostolik dan aspek misioner dan profetik dari
dialog itu pada dasarnya bukan untuk membela kebenaran sendiri, akan tetapi juga
memberi dan menerima kesaksian kepada orang lain. Gavin D'Costa dalam bukunya
"Theology and Religious Pluralism" mengemukakan perlunya dikembangkan dua arah
dari dialog, yaitu yang pertama: personal dialogue, anggota komunitas keagamaan
secara pribadi dan informal, dialog antar pemeluk agama. Yang bisa membahas apa
saja yang mereka agendakan. Dialog ini bersifat personal. Tidak atas nama komunitas
resmi dan tidak mewakili mereka. Di pihak lain ada juga model dialog yang kedua
yang lebih resmi yang merupakan dialog institusional. Yang merupakan wakil resmi
dari agama tersebut. Dialog model ke dua ini lebih resmi. Dua hal ini perlu dilakukan
secara bersama.
2. Relatif
Keyakinan para pemeliuk agama yang menganggap bahwa agamanyalah yang paling
benar dan menganggap agama lain salah ini ketika dalam kontek didalam kehidupan
sosial ataupun bermasyarakat akan sangat rawan sekali menimbulkan konflik,oleh
karena itu setiap seseorang dalam kontek sosial harus menganggap agama bersifat
relatif dalam artian tidak menganggap agama orang lain salah dalam wilayah pablik,
meskipun dalam wilayah personal harus mempunyai keyakinan agama yang dianut
adalah agama yang benar. Menganggap kebenaran agama bersifat relatif dalam
wilayah personal memang tidak diperbolehkan agama karena hal ini akan
menyebabkan rusaknya keimanan seseorang di dalam meyakini agama itu
sendiri.untuk itu agama bersifat relatif itu hanya berlaku dalam kehidupan sosial
bermasyarakat.
3. Pluralistik
Kurangnya pemahaman tentang pluralisme agama membuat istilah ini menjadi
kontroversi dikalangan umat islam.dalam fatwa MUI pluralisme merupakan paham
yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama, artinya kebenaran setiap agama
adalah relatif.akan tetapi hal ini dimaknai dalam kontek sosial maupun
personal.dengan definisi seperti ini banyak sekali yang menentangnya dikalangan
umat islam sendiri. Kesalahanya ialah menyamakan definisi pluralisme dengan
relativisme. Seperti diketahui, pluralisme bukanlah relativisme. Pluralisme keagamaan
merupakan sikap yang menghargai pluralitas keyakinan agama orang lain sebagai
bagian yang asasi yang inheren dalam diri manusia, tanpa mengakui kebenaran agama
lain dalam wilayah personal. pluralisme yang seperti itulah yang harus
diwujudkan.tanpa adanya pemahaman pluralitas yang benar . maka akibatnya
seseorang akan terkurung dalam semangat fanatisme sempit.
4. Toleransi
Toleransi merupakan keseluruhan aspek dalam bersikap. Oleh karenaya, perlu adanya
pemahaman baru terhadap agama, Pemahaman yang terbuka terhadap kritik dan
berbagai analisa, pemahaman yang selalu gerak dan dinamis sesuai dengan perubahan
zaman. Karena tanpa itu semua, kita akan sulit bersikap toleran terhadap agama lain,
bahkan kadang-kadang menghargai perbedaan pendapat dikalangan internalnya saja
sulit. Sehingga perlu ditekankan pentinya memahami aspek ruang dan waktu untuk
memperoleh pemahaman keagamaan yang tepat.karena pemahaman keagamaan
secara subjektif sering melupakan aspek objektivitasnya. Tanpa memahami aspek
tersebut manusia beragama hanya akan disibukkan dan terbelenggu oleh kepentingan
subjektif. Agama akan berubah menjadi ideologi subjektif, yang akhirnya akan
melahirkan pola berpikir keagamaan yang bersifat eksklusif.model pemahaman ini
tidak akan memunculkan sikap toleransi agama.
5. Religious Literacy
Satu tantangan terpenting dari kehidupan pluralisme agama untuk saling mengenal
satu terhadap yang lain adalah mengembangkan sikap religious literacy. Yang
dimakasud religious literacy adalah sikap terbuka terhadap dan mengenal nilai nilai
dalam agama lain. Singkatnya religious literacy adalah sikap melek agama lain.
Dengan melek agama lain orang bisa sungguh mengenal, saling menghormati dan
menghargai , saling bergandengan, saling memperkembangkan, dan memperkaya
kehidupan dalam sebuah persaudaraan sejati antar umat beragama, apapun agamanya
Pengembangan sikap religious literacy dapat dipararelkan dengan jagat pendidikan
kita. Dalam jagat pendidikan disegala penjuru tanah air, kita berusaha untuk
memberantas buta akasara. Kita mengajak masyarakat untuk melek akasara sehingga
mereka mampu menulis dan membaca. Kiranya selain mendobrak situasi masyarakat
yang buta aksara, kitapun di tantang untuk mengembangkan sikap religious literacy
sebagai bentuk pembongkaran atas situasi masyarakat yang buta agama lain.
MAKALAH
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Oleh:
KELOMPOK 6
Saiful Abidin (1111100046)
Galoh Ajeng Wahyuningtyas (1411100032)
Rosita Rizki M. (1411100066)
Emma Peristina Nurcholis Putri (4111100033)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111
September, 2011