makalah agama.docx
TRANSCRIPT
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam.
Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara
kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan
memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan
bencana dalam masyarakat.
Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan
pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh
kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah,
mawaddah, warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah
tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang
ada saja masalah yang menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada
perceraian.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang
kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan
sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat
membutuhkan, dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini
antara lain dibolehkan apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan
kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentuan agama, seingga tujuan
rumah tangga yang pokok yaitu mencapai kehidupan rumah tangga yang
tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah tangga itu
dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan perpecajhan antara suami
istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian dapat dilaksanakan,
yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk yang menimpa suami
atau istri.
Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai
biasa atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi
dengan laki-laki lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 2
lebih dahulu. Masa menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah.
Diadakan masa iddah itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama
masa iddah itu wanita tersebut hamil atau tidak, dan jika ternyata hamil maka
anak tersebut masih sebagai anak dari suami yang pertama. Selain itu, iddah
dimaksudkan sebagai masa untuk ‘berpikir ulang’ bagi suami istri untuk
menetukan kelanjutan hubungan mereka. Jika ternyata dalam masa iddah itu,
suami istri menyesali perceraian mereka, mereka bias rujuk atau kembali ke
ikatan pernikahan mereka yang lama. Aturan-aturan tentang talak, iddah, dan
rujuk telah diatur dengan lengkap dalam agama islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana hakikat talak?
2. Bagaimana hakikat iddah?
3. Bagaimana hakikat rujuk?
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. THALAK
1. Pengertian dan Hukum Thalak
Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan
mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada
isterinya; “saya thalak engkau”, dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan
pernikahan dan terjadilah perceraian.
Sebab-sebab terjadinya talak :
a. kedua belah pihak saling tidak mau menahan diri atau nafsu.
b. kedua belah pihak saling kehilangan kepercayaan atau saling tidak
percaya.
c. kedua belah pihak saling berebut kebenaran.
d. kedua belah pihak saling keberatan memberi maaf.
Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak
merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah
SWT.
Sabda Nabi SAW:
“abdul halali indallahi ttalaku”
Yang Artinya: Perbuatan yang halal, tetapi dibenci Allah adalah talak”
(H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah).
2. Lafaz dan Bilangan Talak
Lafas talak itu dibagi menjadi dua macam, yaitu diucapkan atau
dituliskan dengan kata-kata yang jelas (sharih) dan kata-kata sindiran
(khinayah). Talak dengan kata yang jelas misalnya : “saya ceraikan
engkau”. Talak dengan kata-kata yang jelas seperti itu tidak memerlukan
niat. Sedangkan talak dengan kata-kata sindiran, misalnya: “pulanglah
engkau ke rumah orang tuamu”. Talak dengan menggunakan kata-kata
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 4
sindiran tersebut memerlukan niat. Jika suami berniat mentalak, maka
jatuh talak, tetapi jika ia tidak berniat, maka tidak jatuh talaknya.
Adapun bilangan talak maksimal tiga kali, artinya suami berhak
menjatuhkan talak kepada istrinya sampai tiga kali. Pada talak satu dan
talak dua, suami berhak rujuk (kembali) kepada istrinya sebelum habis
masa iddahnyaatau nikah lagi apabila iddahnya sudah habis. Pada talak
tiga, suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah kembali, sebelum
istrinya itu nikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta sudah
ditalak olehsuami keduanya itu.
a. Thalak raj’I,ialah thalak yang di jatuhkan suami terhadap istrinya
untuk pertama kalinya atau dua kalinya,dan suami boleh rujuk
(kembali)kepada istri yang telah di talaknya selama masih dalam
masa iddah.juga masih dapat menikah kembali setelah habis masa
iddahnya.
b. Thalak ba’in ialah thalak di mana suami tidak boleh
rujuk(kembali)kepada istri yang di talaknya itu,tetapi harus dengan
akad nikah baru. Thalak ba’in dapat di bagi menjadi dua
macam,yaitu:
1) Ba’in sughra(kecil),seperti thalak tebus(khulu’)dan mentalak
istri yang belum di campuri.
2) Ba’in kubra(besar),ialah talak yang sudah di jatuhkan suami
sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda.
3. Macam-Macam Talak
a. Talak menurut bentuknya
Talak yang dijatuhkan suami kepada istri ada beberapa macam
bentuknya, yaitu: ila’, lian, dzihar, dan fasakh.
Ila’
Ila’ ialah sumpah suami bahwa tidak akan mencapuri istrinya.
Ila’ merupakan adat Arab jahiliyah. Mereka bersumpahtidak
akan menggauli istrinya dengan maksud menyakitinya dan
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 5
membiarkan ia menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian
dicerai atau tidak.
Jika seorang laki-laki tidak senang lagi kepada istrinya, dan
iapun tidak suka pula kalau nanti istrinya dikawini orang lain,
maka ia melakukan ila’ yaitu bersumpah tidak akan menggauli
istrinya itu.
Setelah Islam datang, adat tersebut dihapus, dengan cara
membatasi waktu sumapah tersebut, selama-lamanya 4 bulan.
Dalam masa 4 bulan tersebut suami harus mencabut sumpahnya
dan kembali kepada istrinya dengan membayar kifarat sumpah.
Jika masa 4 bulan itu sudahh lewat, maka ia wajib memilih
antara kembali kepada istrinya atau menceraikannya. Jika
kembali, maka ia hharus membayar kifarat sumpah, dan jika
memilih menceraikan, maka jatuh talak ba’in sughra yang tidak
boleh rujuk lagi. Perhatikan surat Al Baqarah 226 dan 227.
Artinya:
226. kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi
tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali
(kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
227. dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Lian
Lian ialah saling melaknat antara suami dan istri. Lian terjadi
karena salah satu (suami/isteri) menuduh yang telah berbuat
zina, sementara yang dituduh bersikeras menolak tuduhan.
Apabila tidak dapat diselesaikan secara baik-baik, keduanya
datang ke Pengadilann Agama untuk diadakan sumpah
dihadapan hakim. Di hadapan hakim penuduh disuruh
bersumpah sebanyak lima kali, empat kali sumpah bahwa “Demi
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 6
Allah, engkau (suami/isteri) telah berbuat zina”. Yang kelima
bersumpah bahwa “Aku (suami/isteri) bersedia menerima laknat
Allah jika berdusta”. Apabila penuduh tidak mau bersumpah, ia
ditahan sampai mau bersumpah atau mencabut tuduhannya.
Untuk itu perhatikan surat An Nur ayat 6 – 9 :Artinya:
6. dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk
orang-orang yang benar.
7. dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika
Dia Termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat
kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar
Termasuk orang-orang yang dusta.
9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika
suaminya itu Termasuk orang-orang yang benar.
Dzihar
Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi
penyerupaan istrinya dengan ibunya seperti kata suami; Engkau
seperti punggung ibuku. Pada zaman jahiliah, Dzihar dianggap
sebagai salah satu cara menceraikan istri. Kemudian islam
melarangnya, dan menyatakan haram hukumnya. Suami yang
terlanjur mendzihar istrinya sebelum mencampuri membayar
kifaratnya adapun kifarat dzihar adalah memerdekakan budak,
jika tidak mampu, harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika
tidak kuat puasa, wajib memberi makan 60 orang miskin.untuk
dzihar ini perhatikan surat Al Mujadalah ayat 2– 4
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 7
Artinya:
2. orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu,
(menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah
wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan
dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
3. orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada
kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib
atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya
bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya)
memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-
hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat
pedih.
Fasakh
Fasakh adalah pembatalan nikah yang dilakukan oleh
pengadilan karena salah satu pihak (suami atau isteri) tidak
dapat melaksanakan kewajibannya. Pada dasarnya, fasakh
adalah hak suami dan isteri. Tetapi karena suami sudah
mempunyai hak talak, maka fasakh biasanya diusulkan oleh
pihak isteri.
Alasan yang dapat digunakanuntuk mengajukan fasakh, antara
lain:
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 8
a) suami cacat tubuh yang serius;
b) suami tidak memberi nafkah kepada isteri;
c) suami berselingkuh dengan wanita lain;
d) suami murtad atau pindah agama.
Khulu’
Secara bahasa artinya tanggal. Menurut ilmu fiqih, khulu’
artinya talak yang di jatuhkan istri kepada suaminya, dengan
jalan tebusan dari pihak istri, baik dengan cara mengembalikan
mas kawin kepada suami, atau memberikan uang sesuai
kesepakatan bersama.
Hadhanah
artinya memelihara, menjaga, mendidik, dan mengatur segala
kepentingan (urusan)anak-anak yang belum mumayiz.walaupun
yang melaksanakan hadhanah itu istrinya tetap saja kebutuhan
anak-anak masih menjadi tanggungan suami.dan apabila anak
sudah mumayiz,pihak pengadilan yang akan menentukan anak-
anak itu akan ikut ibu atau bapaknya.akan tetapi,keadaan ibu
bapaknya sama saja,anak-anak di beri kebebasan memilih ikut
ibu atau bapak.
Syarat-syarat yang melaksanakan hadhanah yaitu:
a. Berakal sehat
b. Merdeka
c. Islam
d. Dapat menjaga kehormatan dirinya dan anak-anak
e. Bersifat jujur dan dapat di percaya
f. Tetap tinggal di dalam negeri di mana anak-anak berada
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 9
b. Thalak menurut hukumnya
Ditinjau dari segi keadaan isteri, thalakitu dibagi dua macam, yaitu
talak sunni dan talak bid’i.
Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan seorang suami kepada
isterinya, ketika isterinya sedang suci, yaitu tidak sedang haid;
atau isteri dalam keadaan suci dan tidak dicampuri; atau sama
sekali belum dikumpuli; atau dalam keadaan hamil. Hhukumnya
bolehh dilakukan.
Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan suami, ketika isterinya
sedang haid, atau sedang suci tetapi telah dicampuri, atau thalak
dua/tiga sekaligus.thalak bid’I hukumnya haram.
c. Thalak menurut sifatnya
Ditinjau dari segi sifatnya atau cara menjatuhkannya talak itu terbagi
dua, yaitu talak sarih dan talak kinayah.
Talak sarih adalah talak yang diucapkan suami dengan ucapan
yang jelas, yaitu ucapan talak (cerai), firak (pisah), atau sarah
(lepas).talak yang diucapkan dengan menggunakan kata-kata
tersebut dinyatakan sah dengan tidak diragukan lagi
keabsahannya.
Talak kinayah adalah ucapan yang tidak jelas maksudnya, tetapi
mengarah kepada perceraian. Misalnya dengan ucapan yang
bernada mengusir, menyuruh pulang atau ucapan yang bernada
tidak memerlukan lagi dan sejenisnya. Jika ucapan itu diniatkan
thalak, maka talaknya jatuh.karena itu untuk menghindari
terjadinya talak kinayah, sebaliknya suami berhati-hati dalam
menggunakan kata-kata kepada isterinya, nabi bersabda yang
artinya:
“Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulllah bersabda: Ada tiga
perkara yang apabila disungguhkan jadi dan bila main-mainpun
tetap jadi, yaitu nikah, talak, dan rujuk”.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 10
d. Talak menuruk hak rujuk suami isteri
Ditinjau dari segi dapat rujuk atau tidaknya, maka talak terbagi dua,
yaitu talak raj’I dan talak bain.
Talak raj’i adalah talak dimana suami bisa kembali kepada
bekas isterinyadengan tidak memerlukan nikah kembali, yaitu
talak satu dan talak duayang dijatuhkan oleh suami kepada
isterinya.
Talak bain adalah talak dimana suami tidak boleh merujuk
kembalibekas isterinya, kecuali dengan persyaratan tertentu,
talak bain ada dua macam, yaitu talak bain sugra dan talak bain
kubra.
a) Talak bain sugra adalah talak yang dijatuhkan kepada isteri
yang belum dicampuri dan talak khuluk atau tebus. pada
talak ini suami tidak boleh merujuk kembali kepada bekas
isterinya, kecuali menikahinya dengan pernikahan baru.
Sedangkan talak khuluk adalah talak yang dijatuhkan suami
atas permintaan isteri dengan alasan tertentu. Dalam hal ini
suami tidak perlu memperhatikan keadaan isterinya, apakah
sedang haid atau suci, semuanya itu ditanggung isteri
karena permintaannya sendiri. Talak khuluk disebut juga
talak tebus karena isteri wajib membayar ‘iwad atau tebusan
ke pengadilan.
b) Talak bain kubra adalah talak tiga di mana bekas suami
tidak boleh merujuk atau mengawini kembali bekas
ieterinya, kecuali bekas isterinya itu telah dinikahi oleh laki-
laki laindan telah dicampuri. Jika suaminya itu
menceraikannya, maka bekas suami pertama boleh
mengawininya kembali. Pernikahan dan perceraian kedua
dengan suami barunya tidak boleh direkayasa. Semuanya
harus terjadi secara kebetulan.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 11
B. IDDAH
1. Pengertian Iddah
Secara bahasa, kata “Iddah” dalam bahasa arab diambil dari kata
“al-‘Adad” dan “al-Ihsha’” yang berarti “Bilangan”, yakni sesuatu yang
dihitung oleh perempuan (istri) dari hari-hari dan haid atau hitungan dari
haid atau suci, atau hitungan bulan.
Secara istilah , “Iddah” berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk
menunggu bagi perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat
suaminya atau berpisah denganya atau masa menunggu bagi seorang istri
yang di cerai oleh suami atau sebab di tinggal mati oleh suami.
Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam
memberikan pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti
saat-saat tertentu menurut syara’ untuk menyelesaikan hal-hal yang
terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita
ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut
ulama jumhur, Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk
mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan
bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.
2. Masa Iddah
Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan sebagai berikut:
a. Wanita yang dicerai suaminya, kalau ia sedang mengandung maka
masa iddahnya sampai dengan lahirnya anak yang dikandungnya.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 4:
Artinya:
4. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan
begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 12
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.
b. Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak
mengandung (hamil), maka iddahnya empat bulan sepuluh hari. Hal
ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 234:
Artinya:
234. orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila
telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang
patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
c. Wanita yang dicerai oleh suaminya. Sedangkan ia masih dalam
keadaan haid, maka iddahnya tiga quru’ (3 kali suci). Hal ini
berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 228:
Artinya:
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan
tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
d. Wanita yang tidak pernah datang haid lagi, misalnya karena ia masih
kecil atau sudah manupause ( usia yang sudah lanjut), maka
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 13
iddahnya tiga bulan. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam
QS At-Thalaq ayat 4:
Artinya:
4. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan
begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.
e. Wanita yang dicerai suaminya sebelum dicampuri maka baginya
tidak ada iddah, dalam arti begitu hari itu cerai, maka hari itu pula ia
boleh menikah dengan laki-laki lain. Dalam hal ini,suami hendaknya
member mut’ah (pemberian sesuatu yang dapat menggembirakan
istri yang di cerai). Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT Al-
Ahzab ayat 49:
Artinya:
49. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan
mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak
wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah
mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.
3. Hak isteri selama masa iddah
a. Wanita yang dalam masa iddah raj’iah (iddah talak satu atau talak
dua berhak menerima tempat tinggal, pakaian dan belanja dari
suaminya. Karena pada hakekatnya mereka masih belum putus tali
perkawinannya, dan masih berstatus suami isteri. Hal ini berdasarkan
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 14
sabda Rasulullah SAW yang artinya: “perempuan berhak
mengambil nafkah dan rumah kediaman dari bekas suaminya yang
masih boleh rujuk kepadanya (H.R. Ahmad dan An Nasa’i)”
b. Wanita dalam iddah ba’in (talak tiga atau khuluk) tetapi tidak hamil
hanya berhak mengambil tempat tinggal saja. Berdasarkan Firman
Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 6:
Artinya:
6. tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-
isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada
mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
c. Wanita dalam iddah wafat tidak mendapat hak seperti wanita dalam
iddah li’an tetapi ia dan anak kandungnya mendapat hak pusaka
(harta warisan) dari suaminya yang meninggal dunia. Rasusullah
SAW Bersabda yang artinya: “ wanita hamil yang kematian
suaminya tidak berhak mengambil nafkah” (H.R. Muslim).
4. Tujuan atau manfaat iddah, yaitu:
a. Bagi pihak istri, untuk mengetahui istri hamil atau tidak. Kalau
ternyata hamil, maka anak tersebut anak suami yang mencerai.
b. Bagi pihak suami, untuk memberi tenggang waktu guna
mempertimbangkan, cerai atau rujuk kepada istri tersebut.
c. Bagi kedua pihak, untuk merenungkan masa-masa yang lalu, pada
akhirnya, untuk mengambil sikap cerai atau rujuk.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 15
C. RUJUK
1. Pengertian Rujuk
Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum
syarak rujuk bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah
selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam masa iddah dengan
syarat-syarat tertentu:
a. Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu
mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri terlebih dahulu.
b. Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu
atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama
isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan
hak isteri. Rujuk digalakkan oleh Islam. Firman Allah:
Artinya:
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan
tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Cara Rujuk
Salah satu rukun rujuk ialah sigat atau ikrar (pernyataan rujuk).
Pernyataan rujuk dapat di ucapkan secarah sarih atau terang-
terangan,dapat pula di ucapkan secara kinayah atau sindiran. Contoh
sarih misalnya: suami mengatakan kepada mantan istrinya ”Aku rujuk
kepadamu” atau “Engkau kurujuk”.
Sedangkan secara khinayah,misalnya suami berkata kepada mantan
istrinya “Mari kita asuh anak kita”.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 16
3. Hukum rujuk
a. Wajib — Suami yang menceraikan/mentalak salah seorang daripada
isteri-isterinya dan dia belum menyempurnakan pembahagian
giliran/waktu terhadap isteri yang diceraikan itu.
b. Haram — Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan
kemudaratan kepada isteri tersebut atau dengan tujuan menyakiti
istri.
c. Makruh — Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada
rujuk.
d. Sunnah — Apabila suami bermaksud memperbaiki keadaan keluarga dan
rujuk akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak.
e. Mubah — boleh rujuk dan boleh tidak.
Syarat-syarat istri yang boleh di rujuk adalah sebagai berikut :
a) Ketika masih menjadi istrinya pernah di kumpuli karena thalak
sebelum kumpul tidak boleh rujuk.
b) Istri masih dalam masa iddah.
c) Istri baru thalak sekali atau dua kali (thalak raj’i)karena thalak tiga
atau thalak bain telah hilang hak rujuknya.
4. Rukun Rujuk
a. Suami yang merujuk
Syarat-syarat suami sah merujuk:
1) Berakal.
2) Baligh.
3) Dengan kemahuan sendiri.
4) Tidak dipaksa/ harus kehendak sendiri.
b. Isteri yang dirujuk.
Syarat isteri yang sah dirujuk:
1) Telah disetubuhi.
2) Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 17
3) Tidak bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang
bercerai dengan khuluk.
4) belum dijatuhkan talak tiga
c. Saksi
Syaratnya : saksi harus laki-laki dan adil
d. Ucapan yang menyatakan rujuk
Syarat-syarat lafaz:
1) Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami
“aku rujuk engkau” atau “aku kembalikan engkau kepada
nikahku”.
2) Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik,
misalnya kata suami “aku rujuk engkau jika engkau mau”.
Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mau.
3) Tidak terbatas waktu - seperti kata suami “aku rujuk engkau
selama sebulan”.
Isteri yang telah habis tempoh iddahnya atau diceraikan dengan
Talak Bain termasuklah Talak Tiga tidak boleh dirujuk semula.
Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah dengan akad yang
baru.
5. Syarat-syarat sah kawin semula selepas talak tiga ialah:
a. selesai iddah dari suami pertama.
b. bekas isteri berkawin dengan lelaki lain.
c. suami kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya
d. bercerai dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis iddah)
e. Setelah tamat iddahnya, suami pertama boleh kembali bekas
isterinya itu dengan akad nikah yang baru mengikut syarat-syarat
dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan
f. Rujuk secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara
main-main dan tanpa saksi.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 18
6. Hikmat rujuk
a. Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk
kepentingan kerukunan numah tangga.
b. Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah
berlaku perceraian.
c. Dapat menimbulkan kesadaran untuk lebih bertanggungjawab dalam
soal rumah tangga.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 19
BAB III
KESIMPULAN
1. Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan
lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak
engkau”, dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah
perceraian. Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak
merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT
2. Secara istilah , “Iddah” berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi
perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau
berpisah denganya atau masa menunggu bagi seorang istri yang di cerai oleh
suami atau sebab di tinggal mati oleh suami
3. Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak
rujuk bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian
kurang daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.
T h a l a k , I d d a h , R u j u k | 20
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1995. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Lubuk
Agung
http://deltapapa.wordpress.com/2008/04/15/talak-dan-cerai/
http://newrupa.blogspot.com/2011/02/pengertian-iddah.html
http://tayibah.com/eIslam/rujuk.htm
Sahib, Muhammad Amin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam.
Makassar:Universitas Negeri Makassar
Penerbit Hayati Tumbuh Subur
Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an dan terjemahannya.