makalah adm

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik. Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama, ras dan golongan. Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi, maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian tersebut, implementasikan pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yang memiliki prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervise, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan

Upload: lenyaprianita

Post on 25-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

administrasi pendidikan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.

Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama, ras dan golongan. Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi, maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian tersebut, implementasikan pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yang memiliki prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervise, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan itu.

Walaupun kegiatan supervisi dititik beratkan pada perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar di kelas, namun kesuksesan pekerjaannya secara tidak langsung sangat berhubungan dengan lingkungan sekolah. Menurut Hoy sebelum supervisor melakukan tugasnya terlebih dahulu mereka harus dilihat kondisi konteks atau lingkungannya. Menciptakan iklim lingkungan ini menurut Hoy melalui dua tahap. Tahap pertama supervisor harus secara aktif melibatkan diri bersama kepala sekolah di dalam mengembangkan iklim sekolah yang kondusif. Tahap kedua supervisor harus melibatkan diri dengan guru-guru di dalam menyiapkan dirinya untuk disupervisi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.

2.1. Pengertian Supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).

Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, karena inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Menurut Arwani (2006), Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik).

1. Etimologi

Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.

2. Morfologis

Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata, yaitu Super yang berarti atas, lebih dan Visi yang berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.

3. Semantik

Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan, khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik . Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :

a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar

Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni: 1) kemampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula Pembinaan profesional guruyakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.

2.2. Langkah-langkah dalam supervise

Menurut Arikunto (2004), Supervisi dilakukan secara cermat sehingga hubungan antara supervisor dengan klien bersifat sejajar dan terbuka. Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengawas bersama kepala sekolah sewilayah pembinaanya berdiskusi menyusun rencana kerja untuk kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun kemudian di penggal-penggal menjadi rencana caturwulan dan bulan. Dalam rencana tersebut tertuang:

a. Aspek yang menjadi titik pusat perhatian dalam program supervisi untuk tahun tersebut. Karena supervisi pengamatan kelas meskipun cara tersebut masih digunakan sebagai salah satu metode, dalam menyusun rencana tersebut perlu disebutkan dengan jelas apa yang menjadi titik pusat perhatian, paling tepat untuk saat tersebut.

b. Penjadwalan pelaksanaan yang mencakup lama kurun waktu dan penggalan untuk setiap langkah kegiatan. Dalam langkah-langkah tersebut disebutkan isi, pihak, dan sarana yang digunakan.

2. Perencanaan yang rinci dan disusun bersama antara pengawas dan kepala sekolah, ini dimaksudkan untuk menciptakan koordinasi antara keduanya sehingga pelaksanaan supervisi tidak simpang siur.

3. Pengawas dan kepala sekolah menelaah instrumen yang di perlukan. Jika pengawas dan kepala sekolah bermaksud mengaktifkan bagian lain dari hal-hal yang biasa disupervisi, tentu saja di buku pedoman supervisi belum tersedia instrumen untuk memantaunya. Oleh sebab itu kepala sekolah perlu menyusun sendiri instrumen pemantauan yang diperlukan.

4. Pengawas dan kepala sekolah menyelenggarakan rapat pleno guru untuk menjelaskan langkah program yang disusun bersama pengawas. Dalam rapat tersebut dibagikan blangko pada semua guru, berisi tawaran kepada guru yang ingin menggunakan kesempatan untuk mengemukakan masalah dan memerlukan pembinaan. Untuk ini guru diberi waktu yang cukup agar dapat berpikir dengan sungguh-sungguh masalah apa saja yang perlu mendapatkan pembinaan secara intensif, baik apa yang dilakukan sendiri, dilakukan bersama pimpinan sekolah, atau pengawas dan orang tua siswa.

5. Kepala sekolah menyampaikan usulan guru tersebut kepada pengawas sehingga di antara kedua petugas supervisi tersebut dapat mengadakan pembagian tugas.

6. Pengawas dan kepala sekolah menyusun rencana operasional untuk melaksanakan supervisi.

7. Pengawas dan kepala sekolah menyusun laporan tentang pelaksanaan supervisi untuk lingkup wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan tingkat kabupaten/kota.

2.3. Contoh Langkah-langkah Supervisi

Supervisi adalah suatu bentuk tindakan terhadap guru yang sedang dalam proses interaksi dengan murid. Dengan demikian supervisi adalah suatu bentuk intervensi. Kegiatan supervisi masuk ke dalam kegiatan belajar-mengajar (Arikunto, 1990)

Agar intervensinya dapat berjalan dengan efektif maka kegiatan supervisi tersebut harus dilakukan melalui tahap-tahap diagnosis seperti tahap-tahap yang dilalui di dalam proses pemecahan masalah pada umumnya. Menurut Arikunto (1990), Tahap-tahap tersebut adalah:

1. Identifikasi masalah yaitu mengidentifikasikan celah antara keadaan yang sekarang ada dengan keadaan yang diharapkan.

2. Diagnosis penyebab (diagnose causes) yaitu penelitian mengenai kemungkinan sebab-sebab timbulnya masalah dengan cara menguji faktor-faktor penghambat (kendali) maupun faktor-faktor penunjang.

3. Mengembangkan rencana kegiatan yaitu mengembangkan strategi untuk bertindak dengan secara rinci menelaah alternatif yang ada, mengantisipasi akibat-akibat yang mungkin timbul, mempertimbangkan untuk kemudian memilih salah-satu untuk dilaksanakan.

4. Melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dengan menerjemahkan setiap langkah perencanaan dengan prosedur yang khusus.

5. Mengevaluasi rencana kegiatan yaitu melihat kembali keterlaksanaan dan nilai-nilai yang perlu di pertimbangkan di dalam pelaksanaan nanti.

Tujuan kegiatan supervise adalah menciptakan atau menjaga kondisi atau iklim sekolah supaya berada dalam situasi yang kondusif untuk terjadinya pengembangan pengajaran. Lalu bagaimanakah iklim sekolah yang kondusif itu? Kegiatan supervisi dapat berlangsung secara efektif apabila suasana lingkungan sekolah dalam keadaan tenang, tidak mencekam. Suasana yang tidak mencekam bagi pengembangan pembelajaran adalah suasana di mana setiap personal yang terlibat di dalam kegiatan pengajaran (guru, kepala sekolah, murid dan pegawai tata usaha) hatinya tentram, pasrah, dapat saling berhubungan satu sama lain dalam suasana kekeluargaan dengan bebas tanpa ada rasa takut. Masih tambah lagi satu syarat, yaitu bahwa setiap personal yang terlibat dalam pengembangan tersebut berada dalam posisi terpenuhinya kebutuhan pribadinya (Mulyasa, 2005).

Sistem manajemen di dalam organisasi sosial seperti yang digambarkan tersebut bersifat partisipatif, dan ditandai oleh kepemimpinan yang mendukung, motivasi yang tinggi, hubungan antar pribadi sangat dekat, kerja sama yang baik,ada kesetiaan kelompok, tanggung jawab atas tugas masing-masing, saling percaya, masing-masing percaya pada diri sendiri dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan yang tinggi (Suhardan, 2005).

Ditinjau dari segi murid, di sekolah dengan iklim yang kondusif ditekankan pada disiplin yang tinggi pada murid, masing-masing murid diketahui keadaannya (termasuk kelainan-kelainannya). Hubungan antar murid akrab dan merasa bahwa mereka berada di dalam satu keluarga yang sama yakni keluarga sekolah itu. Masing-masing murid merasa tenteram dan puas karena terpenuhi segala kebutuhannya (Suhardan, 2005).

Ciri terakhir dari iklim sekolah yang baik yang tidak dilihat dan tinjauan personil adalah bahwa sekolah tersebut secara keseluruhan mengharapkan tercapainya tujuan akhir dari kegiatan organisasi sosial tersebut, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa.

Dari sederetan ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pengembangan iklim sekolah adalah terciptanya iklim sekolah dalam system yang partisipatif, berorientasi pada pengontrolan terhadap murid secara manusiawi dan ditekankan pada pencapaian tujuan akademik yang tinggi. Apa yang disebutkan itu bukannya tujuan akhir sekolah, tetapi sesuatu yang mendukung terjadinya program supervisi yang efektif (Suhardan, 2005).

Siklus diagnostik yang telah digambarkan di atas bukan hanya untuk memilih alternative pendekatan supervisi atau pemecahan masalah saja, tetapi juga dapat diterapkan di dalam program menciptakan iklim sekolah seperti yang sedang dibicarakan. Apabila iklim sekolah belum berada pada kondisi yang diharapkan maka dipandang bahwa iklim sekolah berada dalam keadaan yang bermasalah dan perlu untuk segera dipecahkan (Mulyasa, 2005).

Pada bagian ini akan disampaikan contoh implementasi penggunaan siklus pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan iklim sekolah agar kondusif bagi kegiatan supervisi yang efektif (Mulyasa, 2005).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).

Langkah-langkah supervisi yaitu: pengawas dan kepala sekolah berdiskusi menyusun rencana kerja untuk jangka waktu tertentu, pengawas dan kepala sekolah menciptakan koordinasi yang baik dalam pelaksanaan supervisi agar tidak terjadi kesalahpahaman, pengawas dan kepala sekolah menelaah instrumen yang diperlukan, kepala sekolah mengadakan rapat pleno dengan guru, kepala sekolah menyampaikan usulan dari guru ke pengawas, pengawas dan kepala sekolah menyusun rencana operasional untuk melaksanakan supervisi, dan pengawas dan kepala sekolah menyusun laporan tentang pelaksanaan supervisi untuk lingkup wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan tingkat kabupaten/kota

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: CV. Rajawali, 1990.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta,2004.

Gunawan, Ary, Administrasi Sekolah ( Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, 2005, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dadang Suhardan, Supevisi Bantuan Profesional, 2006 , Bandung : Mutiara Ilmu.

Arwani. 2006. Makalah Supervisi. http//makalahsupervisi.pdf.

MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN

LANGKAH-LANGKAH DALAM SUPERVISI

Disusun Oleh:

1. Leny aprianita (12 22 2057)

2. Malindawati (12 22 2066)

Dosen Pembimbing

Yustina Hapida, S.Pd, M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG 2014