adm kurikulum

Upload: anon508233101

Post on 13-Jul-2015

176 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Administrasi kurikulum menurut Arikunto adalah administrasi yang ditujukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar tersebut. Sedangkan menurut Gunawan, administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguli serta pembinaan secara continue terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah membahas mengenai administrasi kurikulum.

1

BAB II ADMINISTRASI KURIKULUM

Administrasi kurikulum menurut Arikunto adalah administrasi yang ditujukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar tersebut. Sedangkan menurut Gunawan, administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguli serta pembinaan secara continue terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara operasional kegiatan administrasi kurikulum meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu: 1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, ini meliputi: a. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dan struktur program pengajaran dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi guru b. c. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran Tugas guru dalam kegiatan PBM

2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik atau siswa Kegiatan-kegiatan peserta didik demi suksesnya PBM tertera

dalam jadwal kegiatan belajar yang telah disusun oleh sekolah secara pedagogis beserta jadwal tes atau ulangan (ujian) dan jadwal kegiatan

2

belajar yang diatur sendiri oleh siswa dalam strategi mensukseskan hasil studinya.3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademik Kegiatan ini

merupakan pedoman sinkronisasi segala kegiatan sekolah, yaitu kulikuler, ekstrakulikuler, hari-hari kerja dan sebagainya

A. Pelaksanaan Kurikulum Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tahun Pelajaran 2008/2009 merupakan tahun pelajaran ketiga SMP Yayasan Pupuk Kaltim menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan menengah (SMP) adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Uraian berikut adalah gambaran umum penyempurnaan sistem penyelenggaraan pendidikan di SMP Yayasan Pupuk Kaltim.

3

1. Kerangka Dasar Kurikulum (Ktsp) a. No. 1. 2. 3. 4. 5. Kelompok Mata Pelajaran Kelompok Mata Cakupan Pelajaran Agama dan AkhlakMembentuk peserta didik menjadi manusia Mulia yg beriman & bertaqwa kepada Tuhan Yg Maha Esa. Kewarganegaraan Peningkatan kesadaran dan wawasan peserta dan Kepribadian didik akan status hak dan kewajibannya Memperoleh kompetensi dasar iptek serta Iptek membudayakan berpikir ilmiah Meningkatkan sensitivitas, kemampuan Estetika mengekspresikan keindahan dan harmoni. Jasmani, OR dan Meningkatkan potensi fisik serta Kesehatan membudayakan sportivitas dan kesadaran sehat Prinsip Pengembangan Kurikulum 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

b.

kepentingan peserta didik dan lingkungannya 2) 3) Beragam dan terpadu Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni. 4) 5) 6) 7) c. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Menyeluruh dan berkesinambungan Belajar sepanjang hayat Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah

Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna untuk dirinya. Pelayanan pendidikan yang bermutu, memperoleh

4

kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. 2) Ditegakkan dengan kelima pilar belajar, yaitu: Belajar

untuk :Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YMEMemahami dan menghayati a) b) c) d) e) 3) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME Memahami dan menghayati Mampu melaksanakan dan berfungsi secara efektif Hidup bersama dan berguna bagi orang lain Membangun dan menemukan jati diri Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang

bersifat perbaikkan, pengayaan dan/atau percepatan sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan dan kondisi peserta didik. 4) Dalam suasana hubungan Peserta didik dan pendidik yang

saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat. 5) Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,

sumber belajar dan media yg memadai dan memamfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 6) Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta

kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan. 7) Mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,

muatan lokal dan pengembangan diri.

5

2. Pendidikan Berbasis Kompetensi Penerapan pendidikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan keputusan pemerintah untuk menghadapi persaingan era globalisasi. Persaingan yang terjadi pada era ini pada dasarnya terletak pada kualitas sumber daya manusia, yaitu kemampuan yang dapat dilakukan oleh SDM. Kemampuan ini disebut sebagai kompetensi. Kompetensi lulusan dijabarkan berdasarkan pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pada bab II Pasal 3 UU RI No. 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan Bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yg demokratis serta bertanggung jawab. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu : Ranah Pengetahuan, Ranah Psikomotor, dan Ranah Afektif. Ranah pengetahuan mencakup cakap dan berilmu, ranah psikomotor mencakup kreatif, sedang ranah afektif mencakup berakhlak mulia, sehat, beriman, dan bertaqwa, mandiri dan demokratis. Semua komponen pada Tujuan Pendidikan Nasional harus tercermin pada kurikulum dan sistem pembelajaran pada semua jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan

6

pendidikan nasional, tugas sekolah adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat dan ikut menyejahterakan masyarakat. Lulusan suatu jenjang pendidikan berperilaku harus yang memiliki baik. pengetahuan itu dan keterampilan harus serta

Untuk

peserta didik

mampu

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar yang ditetapkan. a. 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual. 2. Kompetensi dikembangkan secara berkesinambungan sejak

Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal, Kelas I sampai dengan Kelas XII yang menggambarkan suatu rangkaian kemampuan yang bertahap, berkelanjutan, dan konsisten seiring dengan

perkembangan psikologis peserta didik.

7

3. Penerapan Kurikulum Di Indonesia a. Perubahan kurkulum yang terjadi di Indonesia 1) Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

8

2) Rencana Pelajaran Terurai 1952. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada

pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 3) Kurikulum 1968. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan 4) Kurikulum 1975. Pengembangan kurikulum 1975 menggunakan pendekatan prosedur pengembangan system instruksional (PPSI) yang

berorentasi pencapaian tujuan.

9

5) Kurikulum 1985 dan 1994 Kurikulum 1984 dan kurikulum 1994 menekankan pada orientasi akademik dan isi. 6) Kurikulum 2004. a) b) Menekankan pada kompetensi. Peraturan pemerinta nomor 25 tahun 2000 memberikan

arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan standar nasional pendidikan yaitu standar isi, standar proses,

kompetensi lulusan, penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. c) Dalam kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka dasar,

standar bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran yang disusun untuk masing-masing mata pelajaran pada masingmasing satuan pendidikan. 7) Kurikulum 2006. a) b) Menekankan pada kompetensi. Implementasi UU No 20 tahun 2003 tentang system

Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain satandar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.

10

b. Prinsip Penyusunan Materi Pembelajaran Penjas. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyususnan materi pembelajaran adalah prinsip relevansi, konsistensi dan kecakupan. prinsip Relevansi artinya keterkaitan materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan jika kompetensi dasar yang harus dikuasai jika kopetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam gerakan. prinsip kecakupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan tidak bolah terlalu sedikit tidak boleh terlalu bnyak. Jika terlalu bnyak akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan jika terlalu banyak akan membuang-buang awaktu dan tenaga yang tidak perlu.

B. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbedabeda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999

11

mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.1,2,3Sedangkan pengertian

kurikulum adalah : 1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);2.

Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.). 3. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran

12

serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);4.

Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu

perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur

13

ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya? dan bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.

14

Pentingnya Evaluasi Kurikulum Penulis setuju dengan pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih

dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai areaarea kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif. 5 Masalah dalam Evaluasi Kurikulum Norman dan Schmidt 2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum , yaitu : 1. Kesulitan dalam pengukuran2. Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double blind

15

3. Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam pendidikan. 4. Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktorfaktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah. Penulis mencoba menganalisa masalah yang dihadapi dalam

melakukan evaluasi kurikulum, yaitu :1. Dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemahDasar teori

yang melatarbelakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based Learning (PBL) tidak cukup hanya menggunakan teori kontekstual learning untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, informationprocessing theory, complex learning, self determination theory. Schdmit membantah bahwa sebenarnya bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut dalam penelitian.2. Intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan

BlindedDalam penelitian pendidikan khususnya penelitian evaluasi kurikulum, ditemukan kesulitan dalam menerapkan metode blinded dalam melakukan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya blinded maka

16

subjek penelitian mengetahui bahwa mereka mendapat intervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melakukan dengan serius atau sungguhsungguh. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan bias dalam penelitian evaluasi kurikulum.3. Kesulitan dalam melakukan randomisasiKesulitan melakukan penelitian

evaluasi kurikulum dengan metode randomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut maka timbul pertanyaan, apakah mungkin mencari kelompok kontrol dan randomisasi?.4. Kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan/kesulitan dalam

menseragamkan intervensi.Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan sebuah perlakuan cotohnya penerapan PBL yang mana memiliki berbagai macam pola penerapan. Norman (2002) mengemukakan tidak ada dosis yang standar atau fixed dalam intervensi pedidikan. Hal ini berbeda untuk penelitian di biomed seperti pengaruh obat terhadap suatu penyakit, yang mana dapat ditentukan dosis yang fixed. Berbeda dengan penelitian evaluasi kurikulum misalnya pengaruh PBL terhadap

kemamuan Self Directed Learning (SDL). Penerapan PBL di berbagai FK dapat bermacam-macam. Kemungkinan penerapan SDL dalam PBL di FK A 50 % , sedangkan di FK B adalah 70 % , maka apabila mereka

dijadikan subjek penelitian maka tentu saja pengaruh PBL terhadap SDL akan berbeda.

17

5. Masalah Etika penelitianMasalah etika penelitian merupakan hal yang

perlu dipertimbangkan. Penerapan intervensi dengan metode blinded dalam penelitian pendidikan sering terhalang dengan isu etika. Secara etika intervensi tersebut harus dijelaskan kepada subjek penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Padahal apabila suatu intervensi diketahui oleh subjek penelitian maka ada kecendrungan subjek penelitian melakukan dengan sungguh-sungguh sehingga penelitian tidak berjalan secara alamiah.Pengaruh hasil penelitian terhadap institusi juga perlu dipertimbangkan. Adanya prediksi nantinya pengaruh hasil penelitian yang akan menentang kebijaksanaan institusi dapat mengkibatkan kadangkala peneliti menghindari resiko ini dengan cara menghilangkan salah satu variable dengan harapan hasil penelitian tidak akan menentang kebijaksanaan.6. Tidak adanya pure outcomeOutcome yang dihasilkan dari sebuah

intervensi pendidikan seringkali tidak merupakan outcome murni dari intervensi tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor penganggu yang mana secara tidak langsung berhubungan dengan hasil penelitian. Postner dan Rudnitsky, 1994 juga mengemukakan dalam outcome based evaluation terdapat informasi mengenai main effect dan side effect sehingga kadangkala peneliti kesulitan membedakan atara main effect dan side effect ini.7. Kesulitan mencari alat ukurEvaluasi pendidikan merupakan salah satu

komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan.

18

Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali.8. Penggunaan

Perspektif

kurikulum

yang

berbeda

sebagai

pembandingPostner mengemukakan ada lima perspektif dalam kurikulum yaitu traditional, experiential, Behavioral, structure of discipline dan constructivist. Masing-masing perspektif ini memiliki tujuannya masingmasing. Dalam melakukan evaluasi kurikulum kita harus mengetahui perspektif kurikulum yang akan dievaluasi dan perspektif kurikulum pembanding. Hal ini sering terlihat dalam evaluasi kurikulum dengan menggunakan metode comparative outcome based yang bila tidak memperhatikan masalah ini akan melahirkan bias dalam evaluasi. Kurikulum dengan perspektif tradisional tentu saja berlainan dengan kurikulum yang memiliki perspektif konstruktivist. Contoh kurikulum tradisional menekankan pada recall of knowledge sedangkan kurikulum konstruktivist menekankan pada konsep dasar dan ketrampilan berpikir. Apabila ada penelitian yang menghasilkan bahwa kurikulum tradisional di pendidikan dokter lebih baik dalam hal knowledge dibandingkan dengan PBL hal ini tentu saja dapat dimengerti karena perspektifnya berbeda.

19

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Administrasi kurikulum menurut Arikunto adalah administrasi yang

ditujukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar tersebut. Sedangkan menurut Gunawan, administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguli serta pembinaan secara continue terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

B.

Saran-Saran Setelah selesainya makalah ini diharapkan kepada penulis dan

pembaca untuk lebih memahami lagi isi dari makalah ini.

20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Alah SWT, Dialah yang telah memberikan rahmat bagi kita semua dan alam semesta ini. Selanjutnya, shalawat dan salam kami doakan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke jalan yang benar. Kami bersyukur kepada Allah, karena limpahan rahmatNya kami telah dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mencoba menyusunnya dengan referensi dari berbagai sumber, dan pihak-pihak yang membimbing yang dapat mendukung materi makalah ini, dengan harapan makalah in memberi manfaat kepada penulis dan bagi orang-orang yang membutuhkannya. Semoga makalah ini menambah ilmu teman-teman sekalian. Amin.. Akhir kata, penulis menerima dengan kerendahan hati apabila ada kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun, karena hal tersebut berguna bagi kami dalam proses penyempurnaan makalah ini. Dan penulis ucapkan terima kasih. Wassalam.

Pariaman, November 2011

Penulis

21