makalah 1 mei

Upload: m-saikhul-arif

Post on 05-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    1/13

    1

    IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PELAKSANAAN PENELITIAN PENDIDIKAN

    (Rusijono)

    A. PendahuluanPerkembangan ilmu merupakan sejarah panjang, dimulai dari zaman Yunani Kuno

    (abad 7 SM 2 SM) dengan tiga tokoh terkenal, yaitu: Socrates, Plato, dan Aristoteles

    sampai dengan zaman modern (abad 17 M 19 M) dengan melahirkan tokoh yang diakui

    oleh para ahli sebagai Bapak Filsafat Modern, yaitu Rene Descartes. Van Pearson

    menyatakan bahwa dahulu, sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang,

    orang lebih mudah memberi batasan tentang ilmu pengetahuan (Tim dosen filsafat ilmu

    UGM, 1996). Ketika itu, ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Perkembangan filsafat

    itu sendiri sudah menjelma sebagai konfigurasi pohon ilmu pengetahuan yang tumbuh

    subur, mekar, bercabang dengan daun yang sangat rindang. Seiring dengan perkembangan

    filsafat yang begitu pesat, sulit bagi seorang pakar untuk memahami seluruh bagian dari

    filsafat tersebut beserta pohon dan rantingnya secara mendalam. Hal ini memicu

    munculnya kecenderungan seorang pakar mendalami sebagian dari filsafat tersebut.

    Kecenderungan inilah yang menjadi awal lepasnya ilmu dari filsafat.

    Perkembangan berikutnya semua ilmu memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat.

    Pemisahan diri ilmu dari induknya tidak membuat filsafat merana atau merasa sendirian

    dan kesepian. Kenyataan ini didukung oleh dua hal. Pertama, proses pemisahan diri ilmu

    dengan induknya filsafat ini akan membuat perkembangan ilmu menjadi lebih pesat.

    Kedua, kenyataan menunjukkan bahwa berpisahnya ilmu dengan filsafat bukan berarti

    putusnya hubungan antara ilmu dan filsafat. Walaupun ilmu telah melepaskan diri dari

    filsafat tetapi sebenarnya hubungan antara keduanya tidak putus.

    Keberlanjutan hubungan filsafat dan ilmu paling tidak dapat dilihat pada 3 hal,

    yaitu: kriteria karya ilmiah, batas kajian masing-masing ilmu, dan pemanfaatan ilmu dalam

    kehidupan. Ilmu identik dengan ilmiah, suatu karya tidak termasuk dalam kategori ilmu

    kalau tidak memenuhi persyaratan ilmiah. Semua ilmu mempunyai persyaratan ilmiah yang

    sama. Hal ini tidak mungkin kalau persyaratan ilmiah ditentukan oleh masing-masing ilmu.

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    2/13

    2

    Hal yang sama juga dapat dilihat pada batas-batas kajian masing-masing ilmu. Batas kajian

    masing-masing ilmu tidak mungkin ditentukan oleh ilmu yang bersangkutan, kalau batas

    kajian ilmu ditentukan oleh masing-masing ilmu tentu akan banyak terjadi tumpang tindih.

    Penentu persyaratan ilmiah dan batas-batas masing-masing ilmu tidak lain adalah filsafat

    khususnya filsafat ilmu.

    Keberlanjutan hubungan filsafat dan ilmu juga dapat dilihat pada tahap

    pemanfaatan ilmu dalam kehidupan manusia. Dilihat dari struktur ilmu, perkembangan

    ilmu yang pesat ini tidak lepas dari 5 komponen yang merupakan struktur ilmu itu sendiri.

    Kelima komponen tersebut adalah: definisi, klasifikasi, deskripsi, prediksi, dan intervensi.

    Kemanfaatan ilmu akan muncul ketika suatu deskripsi ilmu dapat digunakan sebagai dasar

    melakukan prediksi atau menjelaskan gejala, dan kemanfaatan ilmu akan mencapai

    puncaknya ketika ilmu dapat digunakan untuk mengintervensi. Namun tidak semua

    kemampuan ilmu untuk melakukan intervensi dapat diterapkan dalam kehidupan karena

    untuk dapat diterapkan dalam kehidupan harus melalui filter (penyaring) yang dilakukan

    oleh filsafat khususnya filsafat etika dan estetika.

    Banyak hal yang perlu dikaji kaitan antara filsafat dan ilmu, namun tulisan ini hanya

    akan menguraikan implementasi filsafat ilmu dalam pelaksanaan penelitian. Berikut akan

    dibahas secara berturut-turut pengertian filsafat ilmu, konsep dasar ilmu, metode ilmiah,produk ilmiah, dan implementasi filsafat ilmu dalam pelaksanaan penelitian.

    B. Pembahasan1. Pengertian Filsafat Ilmu

    Filsafat ilmu terdiri atas dua kata, yaitu: flsafat dan ilmu. Secara etimologi, filsafat

    memiliki padanan kata dalam bahasa Arab falsafah, dalam bahasa Inggris philosophy,

    dalam bahasa Jerman philosophie, dan dalam bahasa Latin philosophia. Semua istilah

    tersebut berasal dari bahasa Yunani philosophia. Istilah ini berasal dari dua kata. Pertama,

    kata philo, philein, atau philos, yang berarti senang, suka, cinta, atau mencari. Kedua, kata

    Sophia atau sophos yang artinya bijaksana atau kebijaksanaan. Dari dua kata tersebut maka

    filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mencintai atau mencari kebijakasanaan (Tim

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    3/13

    3

    dosen filsafat ilmu UGM, 1996). Orang yang mendalami filsafat disebut filosof atau orang

    yang mencintai atau mencari kebijaksanaan.

    Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang bersifat ilmiah (Poedjawijatna, 1987).

    Suriasumantri (2009) juga mengatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang

    diperoleh melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan diperoleh melalui metode

    ilmiah sehingga tidak semua pengetahuan termasuk kategori ilmu. Poedjawijatna (1987)

    lebih lanjut menyatakan bahwa pengetahuan manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga

    tingkatan. Pertama, pengetahuan biasa. Jenis pengetahuan ini mengutamakan pada

    kegunaan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tidak mendalam, dan hubungan

    kausalitas dianggap tidak terlalu penting. Kedua, pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu

    bertujuan untuk menemukan kebenaran, untuk mencapai kebenaran ilmiah harus

    mengikuti metode-metode tertentu yang telah ditetapkan. Ilmu mempunyai sifat yang

    merupakan karakteristik dari ilmu, yaitu, pertama, mempunyai objek material dan objek

    formal. Kedua, mempunyai metode baku yang harus diikuti untuk mencapai kebenaran.

    Ketiga, produk dari kegiatan ini harus berupa pengetahuan yang sifatnya umum (abstraksi).

    Filsafat ilmu adalah bagian filsafat yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu atau

    pengetahuan ilmiah (Rahmat A., dkk, 2011). Pendapat sama dikemukakan oleh Beck dalam

    Gie (2007) bahwa Philosophy of science asks and evaluates the methods of scientificthingking and tries to determine the value and significance of the scientific enterprise as a

    whole. Filsafat ilmu mempertanyakan dan mengevaluasi metode berpikir ilmiah dan

    mencoba menetapkan nilai-nilai dan pentingnya upaya ilmiah secara menyeluruh.

    Setelah mengkaji berbagai pendapat tentang filsafat ilmu, Gie (2007: 61)

    menyimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap segala

    permasalahan yang terkait dengan landasan ilmu dan hubungan ilmu dengan kehidupan

    manusia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa filsafat ilmu melakukan kajian untuk mencarijawaban masalah-masalah berikut.

    a. What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of investigation?b. What procedures should scientists follow in investigating nature?c. What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?d. What is the cognitive status of scientific laws and principles?

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    4/13

    4

    Kajian tentang karakteristik yang membedakan temuan imiah dengan temuan lain

    tentu merujuk kepada hakekat scientific inquiryatau yang sering disebut dengan scientific

    research. Pengertian scientific research (penelitian ilmiah) yang banyak dikutip banyak

    pakar adalah pendapat Kerlinger (1973: 11) yang menyatakan bahwa scientific research is

    systematic, controlled, empirical, and critical investigation of hypotetical propositions about

    the presumed relations among natural phenomena. Penelitian ilmiah adalah penyelidikan

    yang sistematis, terkontrol, empiris, kritis tentang hubungan antar gejala alam. Pendapat

    yang hampir sama dikemukakan oleh McMillan dan Schumacher (2010: 490) research is

    systematic process of collecting and logically analyzing data for a specific purpose.

    2. Konsep Dasar IlmuIlmu merupakan istilah yang mempunyai arti sama dengan kata dalam Bahasa

    Inggris science. Sebenarnya istilah science berasal dari bahasa Latin scientia yang artinya

    pengetahuan. Kata scientia itu sendiri berasal dari kata kerja scire yang artinya mempelajari

    atau mengetahui (Tim, 1996: 126). Sedang secara etimologi kata science merujuk pada

    pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud di sini mencakup semua pengetahuan yang

    dimiliki manusia (Dampier, 1986). Seiring dengan perjalanan waktu menunjukkan bahwa

    pengertian ilmu atau science mengalami proses pergeseran arti yang merujuk pada syarat-

    syarat tertentu yang harus dimiliki pengetahuan untuk dapat dikatakan sebagai ilmu.

    Seiring dengan pemakaian istilah dalam bahasa Jerman, yaitu wissenschaft yang berarti

    pengetahuan yang sistematis, pemakaian ilmu menjadi semakin luas. Cakupan wissenschaft

    adalah naturwissenshaften (ilmu pengetahuan alam) dan geisteswissenschaften (ilmu-ilmu

    sosial atau kemanusiaan). Sementara itu, dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah

    ilmu-ilmu budaya yang mencakup: bahasa, sastra, estetika, sejarah, filsafat, dan agama.

    Ciri-ciri atau karakteristik yang terkandung dalam ilmu pengetahuan sebagai bentuk

    aktivitas manusia adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Ilmu

    bukan merupakan aktivitas tunggal tetapi merupakan suatu rangkaian aktivitas yang

    mempunyai tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan memerlukan proses tertentu. Ciri

    khas proses yang membedakan aktivitas ilmu dengan aktivitas yang lain adalah bersifat

    rasional dan mengarah pada tujuan tertentu.

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    5/13

    5

    Aktivitas rasional menuntut kemampuan berpikir untuk melakukan penalaran logis

    menggunakan pola tertentu untuk menjelaskan pengalaman empiris. Pengalaman empiris

    di sini mencakup alam semesta. Hal ini sesuai dengan tujuan pengembangan ilmu

    pengetahuan itu sendiri, yaitu mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan yang

    benar mengenai alam semesta, dunia dan sekelilingnya, masyarakat (lingkungan alam dan

    sosial), serta kebenaran tentang diri sendiri. Untuk menjamin agar hasil yang diperoleh

    merupakan pengetahuan yang benar, maka diperlukan metode-metode tertentu. Paul

    Freedman (1960) mengatakan bahwa ilmu adalah bentuk aktivitas manusia yang dilakukan

    secara sistematis untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang alam semesta

    secara cermat dan teliti sehingga berguna untuk meningkatkan kemampuan manusia

    menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan prediksi, dan mengintervensi lingkungan.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu dapat dipandang dari 4

    sisi, yaitu: proses, metode, hasil, dan manfaat. Keempat hal tersebut sekaligus merupakan

    ciri khusus atau karakteristik dari ilmu. Dipandang dari sisi proses, ilmu merupakan aktivitas

    manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana. Aktivitas tersebut dilakukan secara

    sistematis, artinya aktivitas tersebut dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu

    yang dikembangkan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Dipandang dari sisi produk, ilmu

    merupakan kumpulan pengetahuan tentang alam semesta, dunia dan sekelilingnya,lingkungan alam dan sosial, serta manusia itu sendiri. Ditinjau dari sisi kemanfaatannya,

    ilmu berguna sebagai acuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan,

    melakukan prediksi terhadap lingkungan, dan melakukan intervensi terhadap lingkungan.

    3. Metode IlmiahMetode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang

    disebut ilmu (Suriasumantri, 2009: 119). Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu

    dapat disebut ilmu atau bersifat ilmiah ada 2, yaitu: rasional dan empiris. Metode ilmiah

    mempunyai langkah-langkah yang sifatnya sistematis, kalau langkah-langkah tersebut

    ditaati maka kegiatan tersebut akan menghasilkan produk ilmiah. Untuk memenuhi

    karakteristik produk ilmiah, metode ilmiah berusaha menggabungkan cara berpikir deduktif

    dan induktif.

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    6/13

    6

    Berpikir deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan yang dihasilkan

    dan konsisten dengan pengetahuan yang telah dikembangkan sebelumnya. Proses berpikir

    deduktif inilah yang mendorong perkembangan ilmu bersifat komulatif. Diibaratkan bahwa

    ilmuwan berdiri di pundak para pendahulunya. Penjelasan yang bersifat rasional ini sesuai

    dengan kriteria kebenaran yang digunakan oleh ilmu, yaitu teori koherensi. Teori ini

    mengatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai dengan pengetahuan

    yang telah ada.

    Pola berpikir rasional bersifat pluralistik, artinya dalam menjelaskan suatu gejala

    dimungkinkan ada penjelasan rasional lebih dari satu pola. Untuk mengatasi hal ini, metode

    ilmiah melengkapi diri dengan menggunakan pola berpikir induktif yang didasarkan pada

    teori kebenaran korespondensi. Teori korespondensi mengatakan bahwa suatu pernyataan

    dikatakan benar apabila sesuai dengan fakta yang dituju oleh pernyataan tersebut. Sebagai

    contoh ada pernyataan bahwa salju berwarna putih. Bagi orang Jepang atau Eropa,

    pembuktian secara emipris bahwa salju berwarna putih tidak terlalu penting karena

    mereka sudah sering melihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bagi kita orang

    Indonesia pembuktian secara empiris bahwa salju berwarna putih itu sesuatu yang penting.

    Pernyataan tersebut dikatakan benar apabila dapat dibuktikan melalui pengalaman empiris

    bahwa salju memang berwarna putih.Di samping kedua teori kebenaran di atas, ilmu juga menggunakan teori kebenaran

    pragmatisme. Teori kebenaran pragmatisme mengatakan bahwa suatu pernyataan

    dikatakan benar apabila bermanfaat bagi kehidupan manusia. Teori ini tidak digunakan

    secara mutlak seperti dua teori kebenaran terdahulu, teori ini digunakan khususnya untuk

    ilmu yang sifatnya aplikatif. Namun dalam pelaksanaan penelitian sedapat mungkin

    mempertimbangkan aspek kemanfaatan dari penelitian tersebut. Berkaitan dengan aspek

    kemanfaatan penelitian ini, Calder menyatakan bahwa proses kegiatan ilmiah dimulaiketika seseorang mengamati suatu gejala. Dari proses pengamatan tersebut manusia

    menangkap adanya suatu masalah. Munculnya suatu masalah karena adanya

    ketidaksesuaian antara gejala yang diamati dengan pemikiran rasional atau harapan dari

    pengamat. Karena masalah yang dihadapi merupakan masalah nyata dalam kehidupan

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    7/13

    7

    sehari-hari maka ilmu berusaha mencari jawaban terhadap masalah nyata dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Antara masalah yang bersifat faktual dan jawaban yang bersifat faktual tersebut ada

    proses. Proses ini melibatkan pemikiran rasional teoretis. Sekokoh apapun penjelasan

    rasional teoretis ini namun tetap harus diuji melalui pengalaman empiris. Pengujian melalui

    pengalaman ini sering disebut dengan proses verifikasi. Karena itu, proses ilmiah sering

    disebut dengan proses logico-hypothetico-verifikasi. Dalam memecahkan suatu masalah,

    metode ilmiah mulai dari mencari penjelasan secara rasional teoretis (logico). Proses ini

    menghasilkan jawaban sementara atau dugaan sementara (hypothetico). Dan dugaan

    sementara ini harus diuji melalui pengalaman empiris atau verifikasi (Suriasumantri: 2009).

    4. Produk IlmiahPenelitian ilmiah dapat dikaji dari aspek produk, artinya apa yang dihasilkan dari

    proses penyelidikan ilmiah. Amien (1984) menyatakan bahwa produk ilmiah dapat

    dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu: konsep, prinsip, dan teori. Konsep adalah ide atau

    gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman yang relevan. Misalnya, konsep tentang

    magnet, listrik, sel, cahaya, dan lain-lain. Kalau mengacu pada struktur ilmu yang diuraikan

    di depan, maka konsep cenderung mengarah pada 3 struktur awal dari ilmu, yaitu: definisi,

    klasifikasi, dan deskripsi.

    Prinsip adalah generalisasi dari konsep-konsep yang relevan. Prinsip melibatkan

    lebih dari satu konsep. Kalau dikaitkan dengan proses penelitian maka prinsip melibatkan

    lebih dari satu variabel. Misalnya, logam apabila dipanaskan akan memuai. Contoh ini

    mengandung tiga konsep, yaitu: logam, panas, dan memuai. Dilihat dari tingkatannya

    prinsip lebih tinggi dibandingkan dengan konsep. Hal ini karena prinsip sudah

    menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain. Karena itu, prinsip sudah dapat

    digunakan untuk melakukan prediksi terhadap gejala yang sifatnya sederhana. Berkaitan

    dengan hal ini, maka dalam menyusun definisi penelitian ilmiah yang dikutip di depan,

    Kerlinger mengatakan bahwa Penelitian ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis,

    terkontrol, empiris, kritis tentang hubungan antar gejala alam. Hal ini bukan berarti bahwa

    penelitian yang sifatnya deskriptif tidak ilmiah tetapi bobot ilmiahnya relatif rendah.

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    8/13

    8

    Produk ilmiah yang ketiga adalah teori. Yang dimaksud teori di sini adalah

    generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang relevan dan dapat menjelaskan gejala-gejala alam

    yang sifatnya relatif kompleks secara ilmiah. Dibandingkan dengan dua produk ilmiah yang

    lain (konsep dan prinsip), teori merupakan produk ilmiah yang paling tinggi. Contohnya

    adalah teori pembelajaran. Seorang guru yang akan mendesain suatu pembelajaran tentu

    harus memahami beberapa konsep dan prinsip. Konsep yang harus diperhatikan antara

    lain: konsep materi yang akan disajikan, media, dan metode pembelajaran. Adapun prinsip-

    prinsip yang harus diperhatikan adalah prinsip-prinsip belajar, pemilihan media, metode,

    dan lain-lain.

    5. Ilmplementasi Filsafat Ilmu dalam Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, sebenarnya merupakan

    langkah-langkah sistematis yang menjamin diperoleh pengetahuan yang mempunyai

    karakteristik rasional dan empiris. Secara filosofis kedua pendekatan tersebut mempunyai

    landasan yang berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada

    filsafat positivistik. Filsafat positivistik berpandangan bahwa gejala alam dapat

    diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab

    akibat. Proses penelitian dimulai dari proses yang bersifat deduktif, artinya ketika

    menghadapi masalah langkah pertama yang dilakukan adalah mencari jawaban secara

    rasional teoretis melalui kajian pustaka untuk penyusunan kerangka berpikir. Bagi

    penelitian yang memerlukan hipotesis, kerangka berpikir digunakan sebagai dasar untuk

    menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis data.

    Tujuan utama langkah ini adalah untuk menguji secara empiris hipotesis yang disusun atau

    mencari jawaban empiris sebagai jawaban final dari masalah penelitian. Secara operasional

    langkah-langkah penelitian kuantitatif sebagai berikut:

    a. Rumusan masalahb. Landasan teori, kajian teori, landasan pustaka, atau kajian pustaka.c. Perumusan hipotesisd. Pengumpulan datae. Analisis dataf. Simpulan

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    9/13

    9

    Rumusan masalah dalam suatu penelitian diangkat dari hasil pengamatan atau

    dengan kata lain rumusan masalah penelitian berasal dari masalah yang dihadapi manusia

    dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, ketika masalah ini dapat teratasi melalui

    penelitian maka secara langsung hasil penelitian ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-

    hari. Jadi cara pemilihan masalah yang diangkat dari hasil pengamatan ini sebenarnya

    merupakan pelaksanaan dari teori kebenaran pragmatisme. Secara eksplisit penggunaan

    teori kebenaran pragmatisme ini dimunculkan pada salah satu sub bab manfaat

    penelitian yang biasanya diletakkan pada bab I (Pendahuluan).

    Langkah pertama yang ditempuh dalam rangka mencari jawaban terhadap masalah

    penelitian adalah mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang telah relevan. Secara

    fungsional kajian teori bertujuan memperjelas masalah penelitian, sebagai dasar menyusun

    kerangka berpikir dan hipotesis, serta sebagai rujukan dalam menyusun instrumen. Bagi

    penelitian yang menggunakan hipotesis, biasanya kajian teori terdiri atas 4 sub bab, yaitu:

    deskripsi teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Deskripsi

    teori mengkaji teori-teori yang terkait dengan masing-masing variabel penelitian. Pada

    bagian ini peneliti belum menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain, tetapi

    dalam mengkaji teori harus sudah diarahkan agar nanti dapat digunakan sebagai dasar

    untuk menyusun kerangka berpikir. Pada penelitian kuantitatif, mengkaji hasil penelitianyang relevan merupakan suatu anjuran, artinya bukan merupakan keharusan. Di samping

    untuk memperjelas masalah penelitian, kajian terhadap hasil penelitian yang relevan juga

    bertujuan agar tidak terjadi penelitian replikatif. Memang penelitian replikatif tidak

    dilarang dengan syarat mempunyai dasar dan tujuan yang jelas.

    Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang hubungan beberapa

    variabel yang ada dalam suatu penelitian. Kerangka berpikir yang baik dapat menjelaskan

    secara rasional hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kalau dalampenelitian tersebut ada variabel moderator atau variabel intervening maka juga harus

    dijelaskan keterlibatan variabel tersebut dalam penelitian. Berdasarkan uraian rasional

    pada kerangka berpikir ini kemudian disimpulkan dalam bentuk kalimat pernyataan yang

    menghubungkan antar variabel dalam penelitian. Simpulan dari kajian teori ini disebut

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    10/13

    10

    dengan hipotesis. Kalau dikaitkan dengan filsafat ilmu, kajian teori merupakan

    implementasi dari penggunaan teori kebenaran koherensi dalam penelitian.

    Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis berdasarkan data empiris. Syarat

    untuk dapat menguji hipotesis dengan benar ada 2, yaitu: memperoleh data yang valid dan

    menggunakan teknik analisis yang tepat. Untuk memperoleh data yang valid perlu desain

    penelitian yang tepat dan instrumen yang valid dan reliabel. Simpulan penelitian

    didasarkan pada hasil uji empiris. Apabila hasil uji empiris tidak sesuai dengan hipotesis

    bukan berarti penelitian tersebut gagal. Kalau hal ini terjadi, tugas peneliti adalah mengkaji

    secara teoretis tentang berbagai kemungkinan yang menyebabkan ketidaksesuaian antara

    teori dengan bukti empiris. Secara filosofis semua langkah yang ditempuh dalam rangka

    mengumpulkan, menganalisis data, dan menarik simpulan berdasarkan data empiris

    merupakan implementasi teori kebenaran korespondensi dalam penelitian.

    Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat

    postpositivisme. Filsafat postpositivisme atau yang sering disebut dengan paradigma

    interpretif dan konstruktif berpendapat bahwa realitas sosial bersifat holistik, kompleks,

    dinamis, penuh makna, dan hubungan antar gejala bersifat reciprocal. Penelitian kualitatif

    dilakukan pada objek yang alami, tidak dimanipulasi oleh peneliti, dan kehadiran peneliti

    diupayakan tidak mempengaruhi dinamika objek yang diteliti.Prosedur penelitian kualitatif juga diawali dari masalah, namun ada perbedaan sifat

    masalah pada penelitian kuantitatif dan kualitatif. Masalah pada penelitian kuantitatif

    bersifat pasti, jelas, dan spesifik. Sedang masalah pada penelitian kualitatif bersifat global,

    sementara, dan tentatif. Karena itu, masalah pada penelitian kualitatif dapat berkembang

    atau bahkan berubah setelah peneliti berada di lapangan. Di sini menunjukkan bahwa

    masalah penelitian kualitatif harus berdasarkan fakta atau pengamatan.

    Langkah pertama setelah peneliti berada di lapangan dalam rangka pengumpulandata adalah menentukan fokus penelitian. Karena masalah penelitian masih bersifat global

    maka perlu adanya pembatasan masalah yang dalam penenlitian kualitatif disebut dengan

    fokus penelitian. Penentuan fokus penelitian ini dilakukan dengan menganalisis masalah

    dan medan ketika peneliti sudah berada di lapangan. Pertimbangan yang digunakan dalam

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    11/13

    11

    menentukan fokus penelitian ada 3 hal, yaitu: tingkat kepentingan, urgensi, dan kelayakan

    suatu masalah (Sugiyono, 2010: 286). Suatu masalah dikatakan penting apabila masalah

    tersebut tidak dipecahkan atau dikaji secara ilmiah akan semakin besar dampaknya dalam

    kehidupan sosial dan/atau menimbulkan masalah baru. Masalah dikategorikan urgen

    (penting) apabila masalah tersebut tidak segera dikaji atau dipecahkan secara ilmiah

    masyarakat akan kehilangan kesempatan untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu

    masalah dikatakan layak untuk dikaji (feasible) apabila tersedia sumber daya dan dana

    untuk mengatasi masalah tersebut. Karena belum ke lapangan, maka dalam menilai

    proposal penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan

    informasi yang akan diperoleh dari hasil penelitian tersebut.

    Sesuai dengan sifat masalah penelitian yang masih tentatif maka teori yang

    digunakan sebagai acuan dalam menyusun proposal penelitian kualitatif juga bersifat

    sementara. Teori yang sifatnya sementara ini akan berkembang setelah peneliti berada di

    lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti selalu bergerak dari teori ke gejala, dari

    gejala ke teori. Proses reciprocalitas teori fakta ini terus berlangsung sampai masalah

    dapat dipecahkan secara rasional dan tidak ditemukan lagi informasi yang sifatnya baru.

    Dalam kaitannya dengan teori, penelitian kuantitatif dan kualitatif mempunyai

    perbedaan. Penelitian kuantitatif bersifat menguji teori atau hipotesis (confirmatory),sedang penelitian kualitatif berupaya menemukan teori (eksploratory). Tujuan akhir proses

    reciprocal antara teori fakta adalah ditemukannya teori yang dapat menjelaskan fakta.

    Karena itu, peneliti kualitatif disyaratkan mempunyai banyak teori yang dapat menjelaskan

    gejala yang dihadapi di lapangan. Namun dalam memahami fakta di lapangan, penelitian

    kualitatif menggunakan perspektif emic, menangkap fakta berdasarkan pemahaman

    partisipan dan informan.

    Uraian di atas menunjukkan bahwa implementasi teori koherensi dankorespondensi pada penelitian kualitatif bersifat reciprocal. Prespektif emic yang

    digunakan peneliti kualitatif jelas menunjukkan bahwa teori kebenaran yang digunakan

    adalah korespondensi. Kebenaran sesungguhnya adalah apa yang ada pada fakta, bahkan

    pada penelitian kualitatif fakta yang dimaksud bukan fakta berdasarkan pemahaman

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    12/13

    12

    peneliti tetapi fakta berdasarkan pemahaman participant atau informan. Ketika peneliti

    mengkaji fakta berdasarkan teori yang telah ada maka proses ini merupakan implementasi

    teori koherensi dalam penelitian kualitatif.

    C. SimpulanFilsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap segala permasalahan yang

    terkait dengan landasan ilmu dan hubungan ilmu dengan kehidupan manusia. Salah satu

    kajian filsafat ilmu adalah syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat

    dikategorikan sebagai ilmu. Kriteria kebenaran yang digunakan ilmu ada 2, yaitu: teori

    koherensi dan korespondensi. Di samping dua kriteria tersebut, ilmu juga mengutamakan

    kemanfaatannya dalam kehidupan manusia. Ketiga hal tersebut menjiwai setiap langkah

    pelaksanaan penelitian.

    Implementasi prinsip kemanfaatan dalam penelitian dapat dilihat pada dua hal.

    Pertama, masalah yang dipilih dalam penelitian harus didasarkan pada fakta atau hasil

    pengamatan. Kedua, munculnya salah satu sub-bab tentang manfaat penelitian. Adapun

    implementasi teori koherensi dalam penelitian kuantitatif dapat dilihat pada kajian teori.

    Kajian teori merupakan upaya mencari jawab tentang masalah penelitian yang didasarkan

    pada teori. Jawaban dari masalah penelitian yang didasarkan pada teori ini disebut dengan

    hipotesis. Sedang upaya mengumpulkan dan menganalisis data dalam rangka menguji

    hipotesis merupakan implementasi teori korespondensi dalam penelitian.

    Prespektifemicyang digunakan peneliti kualitatif merupakan implementasi teori

    korespondensi. Ketika peneliti mengkaji fakta berdasarkan teori yang telah ada maka

    proses ini merupakan implementasi teori koherensi dalam penelitian kualitatif.

    Implementasi teori koherensi dan korespondensi pada penelitian kualitatif bersifat

    reciprocal. Proses ini akan berhenti ketika sudah ditemukan teori yang dapat menjelaskan

    gejala yang dihadapi dan tidak ada lagi informasi baru yang diperoleh dari lapangan.

  • 7/31/2019 Makalah 1 Mei

    13/13

    13

    DAFTAR PUSTAKA

    Adib, Mohammad (2011). Filsafat ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Amien, Moh. (1984). Hakekat science. Yogyakarta: FMIPA IKIP Yogyakarta.

    Dampier, Sir William Cecil (1966).A shorterhistory of science. Cleveland: World Publishing.

    Drost., J. 1989. Susunan ilmu pengetahuan. Jakarta: Gramedia.

    Gie, The Liang (2007). Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta; Liberty.

    Gall, Meredith D., Gall, Joyce P. & Borg, Water R. (2003). Educational Research, an introduction.

    Seventh Edition. Boston: Pearson Education Inc.

    Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke dunia filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

    Kerlinger, Fred N. (1992). Foundation of behavioral research. New York: Holt, Rinehart and

    Winston, Inc.

    McMillan, James H., & Schumacher, Sally (2010). Research in education, evidenc- based inquiry.

    Seventh edition. Boston: Pearson Education, Inc.

    McNiff, Jean (1992). Action research: principles and pratice. London: Routledge, Chapman and

    Hall, Inc.

    Freedman, Paul (1960). The principles of scientific research. Washington: Public Affair Press.

    Poejawijatna, I.R. 1987. Tahu dan pengetahuan. Jakarta: Bina Aksara.

    Rahmat, A. Dkk., (2011). Filsafat ilmu lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Sugiyono (2010). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D.Bandung:Alfabeta.

    Suriasumantri, Jujun S. 1982. Ilmu dalam perspektif. Jakarta: Gramedia.

    Suriasumantri, Jujun S. (2009). Filsafat ilmu, sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar

    harapan.

    Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1996. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.