02 jurnal tekmira - mei 2013b (1)

Upload: ale

Post on 13-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    1/14

    74

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    Naskah masuk : 29 Juni 2012, revisi pertama : 27 Desember 2012, revisi kedua : 29 April 2013, revisi terakhir : Mei 2013

    ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN

    PABRIK SGA (SMELTER GRADE ALUMINA)

    MEMPAWAH DENGAN PROSES BAYER

    Financial Feasibility Analysis of SGA (Smelter Grade Alumina) Plant

    Construction Using Bayer Process at Mempawah

    HARTA HARYADI

    Puslitbang Teknologi Mineral dan BatubaraJalan Jenderal Sudirman 623, Bandung 40211Tlp. (022) 6030483 Ext. 206, Fax. (022) 6003373Email : [email protected]

    SARI

    Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara (minerba) merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan tambang minerbasesuai amanat yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha PertambanganMineral dan Batubara. Ketentuan ini membawa konsekuensi bagi pengusaha agar produk pertambangan yang masihbentuk mentah, harus dilakukan pengolahan menjadi barang jadi atau setengah jadi sebelum diekspor, sehingga ada

    nilai tambah yang bisa didapatkan serta dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Amanat UU pertambangantersebut, direspon dengan baik oleh PT. Aneka Tambang (Antam), Tbk; selaku produsen bauksit dalam negeri, denganmerencanakan pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina (SGA) yang akan dibiayai dengan dana sendiri. PabrikSGA memiliki kapasitas 1.000.000 ton alumina per tahun, dengan mengolah 2.499.999 ton bijih bauksit. Rencananya,pada 2014, operasi komersial perdana akan dilakukan. Pabrik SGA dengan nilai proyek US$ 1 miliar ini, nantinya akanmenghasilkan alumina sebagai bahan baku logam aluminium PT. Inalum. Kebutuhan bahan baku untuk Pabrik SGA inidipasok dari tambang bauksit di Sanggau dengan total cadangan yang dimiliki oleh PT. Antam Tbk berjumlah sebesar188,30 juta ton, yang luasnya 36.410 ha. Dengan asumsi tingkat produksi tetap, maka umur tambang perusahaan inisekitar 75,62 tahun. Dari rencana pembangunan pabrik SGA ini dilakukan analisis nansial, untuk mengetahui kelayakanrencana pendirian pabrik tersebut dan kemampuan investasinya dalam memberikan keuntungan terhadap jumlah modalyang ditanamkan. Analisis nansial ini bertujuan untuk mengkaji aspek nansial dari pembangunan pabrik komersialSGA. Metode yang digunakan dalam analisis nansial ini meliputi kriteria Net Present Value(NPV), Internal Rate ofReturn(IRR), Return on Invesment(ROI), Pay Back Period(PBP), Laba Bersih dan Laba Kotor, Benet Cost Ratio(B/C R),serta Break Even Point(BEP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan pabrik komersial SGA secara nan-

    sial layak dijalankan dan proyek dapat diterima. Dengan menggunakan beberapa variabel pengukuran yang umumnyadigunakan dalam menganalisis sensitivitas usaha, yaitu harga jual SGA diasumsikan diturunkan sebesar 5% dan biayaproduksi dinaikkan sebesar 5%, ternyata rencana pembangunan pabrik SGA di Mempawah ini tidak sensitif terhadappenurunan harga jual, juga tidak sensitif terhadap peningkatan biaya produksi.

    Kata kunci : analisis, kelayakan, nansial, bauksit, smelter grade alumina.

    ABSTRACT

    Increase of value added of mineral and coal is a compulsory for mining company according to Law Number 4 Year2009 about mineral and coal mining, which is claried in the Government Regulation Number 23 Year 2010 aboutimplementation of mineral and coal mining business. This brings a consequence for the businessman to process raw

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    2/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    75

    material of mining products to nished products prior to being exported. So, value added of the commodities will beobtained to fulll demand of domestic industry. The mandate of the law is well responded by PT. Aneka Tambang Tbk.as a domestic bauxite producer to plan construction a smelter grade alumina (SGA) plant, which will be nanced byits own fund. This plant has a capacity of 1,000,000 tons of alumina annually by processing 2,499,999 tons of bauxiteore. According to the plan, the rst commercial operation will be carried out in 2014. The plan with a project valueof US$1 billion will produce alumina as metallic aluminum raw material for PT. Inalum. The demand of raw materialfor this plant is supplied from a bauxite mine in Sanggau with total reserve of 188.3 million tons in an area of 36,410ha, owned by PT. Aneka Tambang Tbk. By assuming a xed production rate, the mine life of this mining company is75.62 years. The plan of constructing is nancially analyzed to know the feasibility of the plant and the investmentcapability in providing prot for the amount of capital invested. The analysis aims to assess the nancial aspect fromthe construction of the plant. Method used in the analysis is conducted by using criteria of net present value (NPV) ,internal rate of return (IRR), return on investment (ROI), payback period (PBP), net and gross prot, benet cost ratio(B/C R) and break-even point (BEP). The result shows that the plant construction is nancially feasible and the projectis also acceptable. By using several variables of measurement that is commonly used in analyzing a business sensitivitysuch as the selling price of SGA assumed to be reduced by 5% and the production cost increased by 5%, apparently the

    plan of constructing the plant is not sensitive to the selling price reduction and the increase of the production cost.

    Keywords: analysis, feasibility, nancial, bauxite, smelter grade alumina.

    PENDAHULUAN

    Sumber daya bauksit yang dimiliki Indonesia men-capai 1.028.292.619 ton, dengan kadar Al2O3berkisar 27- 55%, yang tersebar di Provinsi Riau,Kalimantan Barat, dan Bangka Belitung. Secarakuantitas, jumlah sumber daya bauksit Indonesiaterdiri dari sumber daya hipotetik 164,98 juta ton;tereka 251,87 juta ton; terunjuk 39,59 juta ton;dan sumber daya terukur atau terbukti 529,26 jutaton. Di samping itu, memiliki cadangan tereka

    sebesar 120,29 juta ton, cadangan terukur atauterbukti 132,28 juta ton (Pusat Sumber Daya Ge-ologi, 2010).

    Di Kalimantan Barat terdapat 49 perusahaan yangmemiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) denganluas total yang dikuasai sekitar 557.259 ha, 27 pe-rusahaan berada di Sanggau dengan luas 247.338ha, di Bengkayang terdapat 2 perusahaan denganluas 9.500 ha, Landak sebanyak 8 perusahaan(57.217 ha), Kayong Utara 5 perusahaan (9.985ha), Kabupaten Pontianak 3 perusahaan (35.250 ha)dan di perbatasan antar kabupaten/kota sebanyak4 perusahaan (197.970 ha) (Distamben Kaliman-tan Barat, 2011). Jumlah sumber daya bauksit diwilayah ini diperkirakan cukup besar, yaitu sekitar3,29 miliar ton. Sanggau dan lokasi yang berada diwilayah perbatasan dua kabupaten adalah wilayahyang memiliki sumber daya bauksit terbesar masing-masing 1,28 miliar ton dan 1,02 miliar ton (PusatSumber Daya Geologi, 2010). Masa berlakunyaIUP tersebut berkisar antara 2 sampai 20 tahun.Data produksi tahun 2010 tercatat sebesar 10,29juta ton. Selama kurun waktu 2008-2010, jumlah

    produksi bauksit Indonesia rata-rata naik sebesar2% per tahun.

    Dalam era perdagangan global yang semakin pesatseiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakatdunia akan pemenuhan kebutuhannya, maka peranproduk yang dihasilkan oleh suatu negara dan dibu-tuhkan oleh negara lain dapat menjadikan produktersebut berdaya guna dan memberikan posisipenting produsennya (Kotler, 2009).

    Hingga saat ini, Indonesia walaupun sebagaiprodusen bauksit cukup besar belum menjadikannegara ini sebagai negara penting dalam industritersebut, disebabkan masih menjual bauksit dalambentuk mentah ke beberapa negara, khususnya keCina. Ekspor bauksit dalam bentuk mentah tersebutdilakukan, disebabkan Indonesia belum memilikiindustri pengolahan bauksit menjadi alumina, se-hingga kebutuhan alumina untuk memenuhi kebu-tuhan industri aluminium di dalam negeri, harusdiimpor dari Australia. Negara importir lebih senangmembeli bauksit Indonesia dalam bentuk mentah,karena di negerinya, mereka sudah memiliki pabrikpengolahan termasuk smelter untuk mengolahbauksit menjadi alumina maupun aluminium.Ekspor hasil tambang dalam bentuk mentah benar-benar merugikan Indonesia sebagai produsentambang, disebabkan nilai tambah yang besar dariproduk tambang tersebut diperoleh oleh negaraimportir setelah mereka mengolahnya. Dengandemikian, cadangan tambang terkuras habis olehnegara importir karena dijual dalam bentuk mentah,dan mereka sekaligus memperoleh keuntungan darinilai tambah tambang tersebut.

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    3/14

    76

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    Adanya Undang-Undang (UU) Nomor 4 tahun2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,khususnya pasal 102 dan pasal 103 serta PeraturanPemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelak-sanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

    Batubara, yang mewajibkan agar produk pertam-bangan dalam negeri jangan lagi diekspor dalambentuk mentah, tetapi harus dilakukan pengolahanmenjadi barang jadi atau setengah jadi, sehinggaada nilai tambah yang bisa didapatkan, sekaligusjuga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.UU tersebut, telah mendorong pemerintah untuksemakin memaksimalkan pengolahan bauksit didalam negeri menjadi alumina daripada hanya men-jadikan bauksit sebagai komoditas dagang. Dengandemikian teknologi pengolahan bauksit menjadialumina sangat penting untuk dikembangkan di

    Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah yangoptimal dari bauksit tersebut.

    Dalam rangka untuk mengamankan terlaksananyaamanat UU tersebut, khususnya terkait dengankewajiban pengolahan dan pemurnian mineraldi dalam negeri, maka telah diterbitkan PeraturanMenteri ESDM No. 7 Tahun 2012. Permen ini tu-run, disebabkan sampai saat ini belum tercerminsuatu rencana yang komprehensif dari pemegangIUP mineral untuk melaksanakan UU dimaksudkhususnya dalam pembangunan fasilitas pengolah-an dan pemurnian, dan/atau bentuk kerja sama

    pengolahan dan pemurnian mineral di dalamnegeri. Di samping hal tersebut, dalam tiga tahunterakhir setelah UU tersebut diterbitkan, disinyalirtelah terjadi peningkatan ekspor bijih mineral secarabesar-besaran, seperti ekspor bijih nikel meningkatsebesar 800%, bijih besi meningkat 700%, dan bijihbauksit meningkat 500%. Oleh karena itu, gunamenjamin ketersediaan bahan baku untuk pengo-lahan dan pemurnian mineral di dalam negeri danmencegah dampak negatif terhadap lingkungan,maka mutlak diperlukan adanya pengendalianekspor bijih mineral (KESDM, 2011).

    Amanat UU tersebut, pada tahun 2010 direspondengan baik oleh PT. Antam Tbk selaku produsenbauksit dalam negeri. Perusahaan ini menanda-tangani rencana pembangunan SGA berpatungandengan Hangzhou Jinjiang Group (HJG) dari Cinadengan lokasi proyek di Mempawah, KabupatenPontianak, Kalimantan Barat. Namun pada tahun2011, kerjasama tersebut dihentikan dan seluruhpendanaan akan dibiaya sendiri oleh perusahaantersebut.

    Pabrik SGA memiliki kapasitas 1.000.000 metrikton alumina per tahun, dengan mengolah 2.499.999metrik ton bijih bauksit. Rencananya, pada 2014juga, operasi komersial perdana akan dilakukan.Pabrik SGA dengan nilai proyek US$ 1 miliar ini,

    nantinya akan menghasilkan bahan baku aluminiumyang dapat dipakai memenuhi kebutuhan domestik,untuk pabrik pengolahan aluminium PT. Inalum.Pabrik yang diharapkan mampu memberi nilai tam-bah bagi komoditas bauksit tersebut dikembangkan,dengan kepemilikan PT. Antam Tbk saat ini 100%.Proyek SGA Mempawah rencananya akan berjalanselama 36 bulan atau selesai akhir tahun 2013 danmulai beroperasi komersial pada awal tahun 2014(PT. Antam Tbk, 2011).

    Pemerintah berharap dengan adanya SGA Men-

    pawah pada tahun 2014 atau dua tahun mendatang,Indonesia tidak perlu lagi mengimpor aluminauntuk memenuhi kebutuhan industri aluminiumdalam negeri. Di samping itu, diharapkan jugaIndonesia akan menjadi penghasil alumina terbe-sar kedua di dunia dengan adanya proyek SGAMempawah ini. Di samping itu, pada tahun 2013Indonesia akan mengambil alih pabrik aluminium(PT. Inalum di Sumatera Utara) yang merupakanindustri pemakai terbesar alumina sebagai upayamenjalankan amanat tersebut di atas. Untuk men-ingkatkan nilai tambah hasil tambang Indonesia,proyek SGA Mempawah ini juga merupakan bagian

    dari Master PlanPercepatan dan Perluasan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2015Koridor Kalimantan dan dapat memberi efek gandabagi masyarakat Kalimantan, khususnya KalimantanBarat (Saba, 2012).

    Menurut Sugiharto (2008), dalam melakukaninvestasi setiap perusahaan umumnya akan beru-saha agar investasinya dapat berkembang sesuaidengan tujuan perusahaan yaitu mendapatkanlaba sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, untukmenunjang pembangunan pabrik SGA dilakukan

    analisis nansial, untuk mengetahui kelayakanekonominya agar investasi yang ditanamkan sesuaitujuan perusahaan. Analisis nansial yang dilakukanadalah memperkirakan arus kas dari proyek setiaptahun sepanjang umur ekonomis proyek. Kriteriayang digunakan dalam analisis adalah Net PresentValue(NPV), Internal Rate of Return(IRR), Returnon Invesment(ROI), Pay Back Period(PBP), LabaBersih dan Laba Kotor, Benet Cost Ratio(B/C R),serta Break Even Point(BEP).

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    4/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    77

    Dalam analisis nansial digunakan 5 asumsi yaitu(Kasmir dan Jakfar, 2007) :1. Biaya-biaya yang sudah dikeluarkan di masa

    lalu tidak dianggap sebagai biaya, disebabkanproyek merepresentasikan arus kas untuk masa

    mendatang.2. Arus kas pada proyek bukan berdasarkan keun-

    tungan sehingga arus non-kas seperti depresiasidan amortisasi tidak diperhitungkan.

    3. Seluruh investasi untuk membangun pabrikdiasumsikan merupakan modal sendiri.

    4. Pajak akan menjadi pengurang dari perhitung-an benet (dianggap sebagai biaya).

    5. Bunga akan dihitung dan diasumsikan setingkatdengan bunga bank (discount factor).

    Proses Pengolahan Bauksit Menjadi Alumina

    dengan Proses Bayer

    Pada proses Bayer, bauksit yang diolah umumnyaadalah bauksit hasil upgradingmelalui pencucianyang dilakukan untuk membebaskan bijih bauksitterhadap unsur-unsur pengotornya yang pada um-umnya berukuran -2 mm yaitu berupa tanah liatdan pasir kuarsa. Pencucian tersebut akan memper-tinggi kualitas bijih bauksit, sehingga setelah prosesakan didapatkan kadar alumina yang lebih tinggidengan berkurangnya kadar silika, oksida besi,oksida titan dan mineral-mineral pengotor lainnya.Proses ekstraksi bauksit dilakukan dengan metode

    Bayer dan produknya adalah alumina. Aluminamerupakan komponen utama dalam bijih bauksit.Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3, dan SiO2yang tidak murni (Smith dan Metson, 2009). Bijihbauksit berkadar alumina cukup tinggi, terlebihdahulu diekstraksi melalui proses Bayer.

    Alumina yang dihasilkan dari proses Bayer ini umum-nya mempunyai kemurnian yang tinggi denganmengonsumsi energi yang relatif rendah. Aluminayang diperoleh dari bahan baku bauksit, dihasilkanmelalui beberapa tahapan proses (Gambar 1).

    Menurut Salavati (2010), proses pengolahan bauksitmenjadi alumina memiliki 2 macam produk alu-mina yang bisa dihasilkan, yaitu SGA dan ChemicalGrade Alumina(CGA). Sekitar 90% pengolahan bi-jih bauksit di dunia ini dilakukan untuk menghasil-kan SGA yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkanlogam Al murni. Berikut diagram alir pengolahanbauksit melalui proses SGA (Gambar 2).

    Pengolahan bauksit menggunakan proses Bayerdilakukan untuk mendapatkan produk (alumina),antara lain kadar Al2O3> 98% sesuai dengan stan-dar, keinginan atau patokan pasar yang memenuhiketentuan-ketentuan atau kriteria tertentu. Logam

    aluminium sebagai produk industri pertambangandihasilkan dari pengolahan alumina menjadi logamaluminium (proses Hall-Heroult) yang memilikikemurnian Al > 99,9%.

    METODOLOGI

    Analisis nansial pembangunan pabrik SGA di-dasarkan kepada data melalui studi literatur yaitulaporan serta referensi data dari PT. Aneka Tambanguntuk memperoleh informasi mengenai data terkait

    rencana pembangunan pabrik SGA di Mempawah,Kalimantan Barat. Selanjutnya dilakukan penin-jauan lokasi rencana pabrik komersial SGA yangdibangun dengan menggunakan teknologi Bayer.

    Melalui informasi tersebut dilakukan analisis nan-sial dengan menggunakan kriteria-kriteria keuangan(Halim, 2008), yaitu, Net Presen Value (NPV),Internal Rate of Return(IRR), Return on Invesment(ROI), Pay Back Period (PBP), Benet Cost Ratio(BCR), Laba Bersih dan Laba Kotor, Benet CostRatio(B/C R) dan Break Even Point(BEP).

    a. NPV

    Metode NPV digunakan untuk menentukan nilaiproyek berdasarkan arus kas proyek tersebut. De-ngan demikian NPV dihitung sebagai perbedaanantara arus kas yang dikeluarkan proyek denganarus kas yang diterima oleh proyek. Nilai NPVdiperhitungkan menjadi nilai sekarang denganmenggunakan tingkat bunga tertentu.

    Jumlah NPV proyek yang direncanakan dapat dihi-tung dengan rumus berikut :

    n CFtNPV =

    t=0 (1+K)

    CFt = aliran kas per tahun pada periode tK = tingkat bunga (discount factor)t = tahun ke-tn = umur proyek

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    5/14

    78

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    Pelarutan

    Penggilingan

    Pendinginan lumpur

    Pemisahan lumpur

    Penjernihan cairan

    Pendinginan cairan Jernih

    Cairan

    pemanas

    Penambahan

    Pencucian

    lumpur

    Presipitasi alumina hidrat

    Filtrasi alumina hidrat

    Kalsinasi

    Pengumpulan

    bibit penumbuh

    kristal alumina

    hidrat

    Alumina

    Cairansoda kaustik Bibit hidrat

    Pembuanganlumpur merahhalus

    Bauksit

    Gambar 1. Diagram alir pengolahan bauksit menjadi alumina dengan proses Bayer (Smith dan Metson, 2009)

    b. IRR

    IRR, adalah tingkat bunga yang dapat membuatbesarnya NPV proyek sama dengan nol, atau yangdapat membuat B/CR sama dengan 1.

    Kriteria penilaian IRR :Jika IRR < dari tingkat suku bunga bank dapat dika-takan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan,dan bila IRR > dari bunga bank dapat dikatakanbahwa usaha komoditas tersebut layak untukdiusahakan dan dapat memberikan keuntungan,dirumuskan sebagai berikut :

    n Bt - CtIRR = 0 t=1 (1 + IRR)

    Bt = benet tahun ke-tCt = biaya tahun ke-tt = tahunn = umur proyek

    c. ROI

    ROI, merupakan penilaian investasi suatu proyekyang didasarkan kepada pelunasan biaya investasioleh net benetdari proyek atau persentase terca-painya net benet yang diperoleh dibandingkandengan tingkat biaya investasi yang sudah dike-luarkan.

    Kriteria Penilaian :Jika ROI yang didapat ternyata > dari imbal hasilyang diharapkan (bisa ditentukan dengan imbal

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    6/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    79

    hasil jika investasi disimpan di bank) atau ROI> 1 maka investasi layak dilaksanakan, namunbila ROI < 1 maka investai ditolak, dirumuskansebagai berikut :

    Keuntungan Bersih+(penyusutan & bunga)ROI=

    Jumlah Investasi + Biayad. PBP

    PBP, merupakan penilaian investasi suatu proyekyang didasarkan kepada pelunasan biaya investasioleh net benetdari proyek atau jangka waktu ter-capainya net benetyang diperoleh sama dengantingkat biaya investasi yang sudah dikeluarkan.

    Kriteria Penilaian :PBP ditentukan dengan menghitung waktu yangdiperlukan agar akumulasi arus kas berubah dari

    nilai negatif menjadi nilai positif, dan keuntungandari investati telah sama dengan biaya investasidirumuskan sebagai berikut :

    % Total Investasi (100%)PBP =

    ROI

    e. B/C R

    B/C R, adalah membandingan antara manfaat (bene-t) yang diperoleh dengan biaya (cost) yang sudahdikeluarkan, kalau nilai manfaatnya dibandingkandengan biaya yang telah dikeluarkannya, > 1 makakeekonomian yang sudah dijalankan, layak diusa-hakan, tetapi jika nilainya < 1, maka keekonomianyang sudah dijalankan kurang menguntungkan.Kalau diperoleh sama dengan = 1 berarti keeko-nomian yang dijalankan, dikatakan marginal (tidakmengalami kerugian dan tidak mengungtungkan),

    Bauksit

    Proses Bayer

    Al2O

    3 murni

    Proses Hall-Heroult

    Al-logam

    Proses Pemurnian

    Al-murni

    Pelindian pada temperatur tinggi denganNaOH sebagai pelarut

    Al2O

    3 > 98% ukuran -100 mesh

    Ditambahkan kryolit (Na3AIF

    2) = T 980C

    Bektolisis leburan garam

    Al = 99,5 - 99,8%

    Proses HoopesProses Gadean

    Al = 99,8+ %

    Al2O

    3 : 40-60%

    SiO2 : 1-6%

    Fe2O

    3: 2-25%

    TiO2 : 1-5%

    Gambar 2. Diagram alir pengolahan bauksit menjadi logam aluminium (Salavati, 2010)

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    7/14

    80

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    dirumuskan sebagai berikut:

    Manfaat > 1 Biaya

    f. Pendapatan Laba Bersih dan Labar Kotor

    Pendapatan Laba Kotor = Nilai Penjualan BiayaOperasionalPendapatan Laba Bersih = Nilai Pendapatan LabaKotor - Pajak

    g. BEP

    BEP adalah tingkat atau nilai output pendapatanatau nilai outputpenjualan yang total nilainya samadengan total biaya yang telah dikeluarkan, sehingga

    pada titik BEP, menyebabkan kondisi perusahaandalam keadaan tidak memperoleh keuntungan,tetapi juga tidak mendapatkan kerugian, dirumus-kan sebagai berikut :

    Total BiayaBEP Harga =

    Total Produksi

    Total BiayaBEP Produksi =

    Harga Jual

    PENGERTIAN PROSES BAYER DAN ANALISISFINANSIAL

    Proses Bayer

    Proses Bayer adalah suatu proses pengolahanbauksit menjadi alumina yang dikembangkan olehKarl Josef Bayer, seorang ahli kimia berkebangsaanJerman, biasanya digunakan untuk memperolehaluminium murni. Bauksit halus kering dimasuk-kan ke dalam autoclave, direaksikan dengan sodaapi (NaOH) di bawah pengaruh tekanan dan pada

    suhu di atas titik didih. Bauksit merupakan sumberutama aluminium dengan kadar alumina sekitar 40 60% dan sisanya berupa silikon, titanium, oksidabesi dan pengotor lainnya. Alumina (Al2O3) adalahbahan baku utama untuk memproduksi aluminium.Alumina mempunyai morfologi berbentuk bubukberwarna putih, dengan berat molekul 102, titikleleh 2050C, dan densitas 3,5 4,0 g/cm3(Smithdan Metson, 2009).

    Dalam industri peleburan, alumina memegang 4fungsi penting, yaitu :1. Sebagai bahan baku utama dalam memproduk-

    si aluminium;2. Sebagai insulasi termal untuk mengurangi

    kehilangan panas dari atas pot, dan untukmempertahankan temperatur operasi;

    3. Melindungi anoda dari oksidasi udara;

    4. Sebagai adsorban gas HF

    Alumina diperoleh dari bauksit, melalui prosesBayer (Gambar 1). Alumina yang dihasilkan dariproses Bayer ini mempunyai kemurnian yang tinggidengan konsumsi energi yang relatif rendah. ProsesBayer sampai saat ini merupakan proses yang palingbanyak digunakan. Proses Bayer dilakukan denganreaksi kimia yang berdasarkan pada kelarutanaluminium. Pada proses Bayer ini, bauksit daritambang yang sudah mengalami peningkatan kadardihaluskan, dicuci dan dikeringkan, setelah mela-

    lui penyaringan untuk memperoleh bauksit halusyang kering dan sebagian menjadi residu. Sesudahitu bauksit mengalami pemurnian menjadi oksidaaluminum atau alumina. Proses Bayer biasanyadigunakan untuk memperoleh aluminium murni.

    Adapun mekanisme dari pengolahan bijih bauksitmenjadi alumina pada proses Bayer, adalah sebagaiberikut (Gambar 1):a) Mereduksi ukuran bijih bauksit yang akan

    dijadikan umpan dengan cara digerus. Hal inibertujuan untuk mempercepat proses pelarut-an. Hasil atau produk dari proses penggerusan

    ini umumnya yang dipakai sebagai umpanpada proses Bayer, yaitu bijih yang berukuranlolos dari 35 mesh.

    b) Melarutkan alumina yang terdapat dalam bijihbauksit dengan larutan soda api (caustic soda)dengan konsentrasi dan temperatur tertentu,dengan menggunakan media uap sebagaipemanas di dalam suatu tabung yang dibuatdari baja yang tahan terhadap tekanan yangtimbul akibat proses pemanasan selama ber-langsungnya proses pelarutan. Suhu pelarutansekitar 108 sampai 250C dengan konsentrasi

    soda api 250 sapai 400 gr/liter. Pemilihan tem-peratur dan konsentrasi serta lamanya waktupelarutan tergantung pada sifat-sifat spesikbijih bauksit yang digunakan dan berdasarkanperhitungan-perhitungan yang paling ekono-mis meliputi semua rantai proses beserta efek-efeknya untuk dapat menghasilkan aluminadengan mutu yang memenuhi persyaratansesuai yang dibutuhkan.

    c) Proses memisahkan larutan natrium alumi-nat (NaAlO2) dari padatan yang tidak larutdan produk dari reaksi disilikasi. Pemisahandilakukan dengan cara pengendapan, suhu

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    8/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    81

    pengendapan dikontrol sekitar 100C, di manaalumina masih dalam kondisi kelarutannya.Dari proses pengendapan ini akan didapatsuatu produk berupa larutan natrium aluminatyang bening.

    d) Larutan bening yang didapat, kemudiandiproses lagi dengan proses pengendapan(presipitasi) dengan cara menambahkan serbukAl2O3sebagai inti pengendapan (seed). Enda-pan yang terbentuk merupakan kristal-kristaldari alumina hidrat dan sebagian teraglomerasimembentuk gumpalan-gumpalan alumina yanglebih besar dan tidak mudah pecah. Hasil dariproses pengendapan (presipitasi) yang ukuran-nya besar dikembalikan lagi ke dalam prosespresipitasi sebagai inti pengendapan. Larutansisa presipitasi (spent liquor), dimanfaatkan

    kembali dengan cara mengembalikannya kedalam proses pelarutan dengan terlebih dahuludiuapkan kemudian ditambahkan soda api.

    e) Alumina hidrat yang didapat dari proses pre-sipitasi dan memenuhi persyaratan yang telahditentukan, selajutnya akan mengalami prosespemanggangan (kalsinasi) pada suhu sekitar1.200C yang bertujuan untuk mengeluarkanjuga mengurangi kadar air dan air kristal yangterikat dalam gumpalan-gumpalan alumina.Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses kalsinasiadalah : Al2O33H2O = Al2O3+ 3H2O. Al2O3yang didapat dari proses di atas adalah alumina

    yang siap dikirim ke pabrik peleburan untukdilebur menjadi logam aluminium.

    Analisis Finansial

    Tujuan menganalisis aspek nansial dari suatuproyek bisnis adalah untuk menentukan rencanainvestasi melalui perhitungan biaya dan manfaatyang diharapkan, dengan membandingkan antarapengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaandana, biaya modal, kemampuan proyek untukmembayar kembali dana tersebut dalam waktu yang

    telah ditentukan dan menilai apakah proyek akandapat berkembang terus (Umar, 2009).

    Menurut Hartanti (2004), analisis nansial merupa-kan kegiatan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan para pemilik dana dalam rangkapelaksanaan investasinya yang dapat memberikanharapan di masa mendatang. Menurut Muzakir(2007), analisis nansial adalah suatu kegiatan un-tuk menilai suatu rencana investasi agar kegiataninvestasi tersebut layak dijalankan atau tidak layakuntuk dijalankan. Sedangkan menurut Rajaratman(2006), analisis nansial adalah kegiatan untuk me-

    nentukan apakah suatu proyek dapat memberikanmanfaat (benet) apabila proyek tersebut dapatdijalankan.

    Evaluasi nansial terutama kriteria protabilitas

    adalah upaya menilai kelayakan nansial denganmelihat kepada keuntungan nansial yang dapatdiperoleh investor dan juga keuntungan ekonomiyang dapat diperoleh masyarakat, daerah, ataunegara (Widianto, 2008). Evaluasi nansial meng-gunakan rasio-rasio nansial dasar yang umum di-gunakan dalam menentukan protabilitas nansialyaitu NPV, IRR, ROI dan PBP, Laba Bersih dan LabaKotor, B/C R serta BEP.

    HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Untuk menghitung nilai nansial proyek SGA,maka diperlukan data yang berhubungan denganarus kas masuk dan arus kas keluar. Data tersebutantara lain : data pemasukan, data pengeluaran,informasi tentang royalti dan pajak. Asumsi-asumsiyang digunakan dalam perhitungan kriteria nansialproyek SGA, adalah :a. Umur proyek diperkirakan 20 tahun, diperpan-

    jang sesuai dengan izinnya.b. Masa konstruksi sudah berjalan mulai tahun

    2011 (Gambar 3).c. Umur ekonomis peralatan diperkirakan selama

    10 tahun dengan tidak ada nilai sisa padaakhir umur ekonomisnya atau penyusutan dariperalatan pada akhir tahun buku dengan nilaibuku nol.

    d. Investasi pabrik Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan

    pabrik komersial SGA berkapasitas 1.000.000juta metrik ton/tahun adalah sebesar US$ 1miliar. Perusahaan mengasumsikan bahwaselama umur ekonomis tidak ada penamba-han investasi untuk pabrik (PT. Antam Tbk,2011).

    e. Untuk mempertahankan kapasitas produksidirencanakan pada tahun ke-11 perusahaanakan menambah investasi yaitu denganpembelian peralatan berat dan peralatan pen-dukung, serta peralatan pengolahan. Penam-bahan investasi tersebut direncanakan untukperalatan penambangan sebesar US$25 juta,dan peralatan pengolahan sebesar US$90 juta.Sumber pembiayaan penambahan investasi da-lam rangka pembelian peralatan ini direncana-kan dibiayai oleh modal perusahaan.

    f. Investasi peralatan dan investasi pabrik diasum-sikan dibiayai modal sendiri, sehingga kewa-

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    9/14

    82

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    Gambar 3. Pabrik pengolahan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah dalam masa konstruksi(September 2011)

    jiban perusahaan untuk membayarkan sejum-lah utang pada akhir tahun buku adalah nol.

    g. Kebutuhan bahan baku bauksit Jika pengusaha SGA merupakan pengusaha

    pertambangan bauksit maka biaya bauksit bisaditekan menjadi biaya produksi tambang bauk-sit. Untuk memproduksi 1 ton SGA dibutuhkanbahan baku bauksit wantah sekitar 2,49 ton .

    h. Biaya proses Bayer (teknologi Bayer). Diasum-sikan mengacu International Alumunium Insti-tute (2009), dan kepada pabrik pengolahan danpemurnian Hubei (Cina). Biaya proses produksi,

    yaitu sebesar US$360/ton. Kontribusi Pengelu-aran Biaya proses Bayer (Biaya proses produksipembuatan SGA), secara rinci, antara lain:- Biaya Bahan Baku US$ 90,00 Bauksit (25,00%)- Biaya NaOH (19,79%) US$ 71,25- Biaya Energi (36,45%) US$ 131,25- Biaya lain-lain (Pajak, US$ 67,50 Depresiasi, Gajih (18,75%)

    i. Berdasarkan Pasal 17 UU No. 36 tahun 2008sejak tahun 2010 tarif pajak wajib badan ada-

    lah 25%.j. Harga jual produk SGA Harga jual produk SGA dengan memperhi-

    tungkan biaya proses produksi direncanakansebesar US$678,50 per ton (www.indmin/marketracker/197171/aluminabauksit.html).

    k. Di lain pihak dengan menggunakan beberapavariabel pengukuran yang umumnya digu-nakan dalam menganalisis sensitivitas usahayaitu diasumsikan harga jual SGA diturunkansebesar 5%, dan biaya produksi diasumsikandinaikan sebesar 5%.

    l. Usaha SGA ini menggunakan modal sendiridiasumsikan sebesar 100%. Perhitungan biayamodal atau tingkat suku bunga bank diasumsi-kan sebesar 16%.

    m. Asumsi-asumsi untuk menghitung analisisnansial ini dirangkum dalam Tabel 1 dan 2.

    Dengan menggunakan asumsi-asumsi di atas, makadiperoleh hasil perhitungan arus kas masuk dalamTabel 3.

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    10/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    83

    Tabel 2. Asumsi komponen biaya produksi per ton (US$) (Hubei, Cina)

    No. Komponen US$/ton

    Biaya proses Bayer. International Aluminium Institute, 2009. Industry Overview. Global AluminaCorporation, Hubei (Cina). Biaya produksi sebesar US$360,00 per ton atau sebesar 53,05% dari

    harga jual alumina sebesar US$678,50 per ton . Biaya produksi secara rinci terdiri dari:

    1. Biaya bahan baku bauksit (25,00%) 90,00

    2 Biaya NaOH (19,79% ) 71,25

    3 Biaya energi (36,45%) 131,25

    4 Biaya lain-lain (pajak, depresiasi, gaji) (18,75%) 67,50

    Total Komponen Biaya Produksi (100%) 360,00

    Tabel 1. Asumsi-asumsi perhitungan analisis fnansial

    Asumsi Satuan Total

    - Kapasitas produksi- Investasi

    - Asumsi selama umur ekonomis adainvestasi tambahan untuk pabrik-pada

    tahun ke 11: w Investasi tambahan mesin-mesin

    penambangan w Investasi tambahan mesin-mesin

    pengolahan- Periode konstruksi- Umur ekonomis pabrik- Umur ekonomis peralatan penambangan- Umur ekonomis peralatan pengolahan- Depresiasi- Amortisasi- Harga bauksit- Modal sendiri- Harga jual SGA- Tingkat suku bunga Bank

    Ton/tahunUS$

    US$

    US$

    TahunTahunTahunTahunUS$US$

    US$/ton%

    US$/ton%

    1.000.0001 miliar

    25 juta

    90 juta

    320101000

    23,95100

    678,5016

    Tabel 3. Perhitungan arus kas masuk

    Perhitungan Arus Kas Masuk per tahun (US$)

    Pendapatan

    1 juta ton @ US678,50

    678.500.000

    Pengeluaran biaya proses Bayer (biaya proses produksi pembuatan SGA) US$360,00 per tondengan rincian.- Biaya bahan baku bauksit (25,00%) US$ 90,00- Biaya NaOH (19,79%) US$ 71,25- Biaya energi (36,45%) US$ 131,25- Biaya lain-lain (pajak, depresiasi, gaji (18,75%) US$ 67,50

    360.000.000

    Keuntungan sebelum pajak 318.500.000

    Pajak keuntungan badan - PPN (25%) 79.625.000

    Arus Kas masuk 238.875.000

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    11/14

    84

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    Tabel 4. Perhitungan NPV

    TahunInvestasi Awal

    (milyar)Arus Kas

    (juta)PV @ 16%

    (milyar)PV Arus Kas

    (milyar)

    01234567891011121314151617181920

    -10000000000

    115 (juta)000000000

    0238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875

    -1,1150,8620,7430,6410,5520,4760,4100,3540,3050,2630,2270,1950,1680,1450,1250,1080,0930,0800,0690,0590,051

    -1,115205,910177,484153,118131,859113,70597,93884,56172,85662,82454,22446,58040,13134,63629,85925,79822,21519,11016,48214,09312,182

    Total -1,115 4.777,5 300,573

    Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh hasil-hasilanalisis nansial dalam Tabel 4 dan Tabel 5 :1. NPV Hasil NPV dengan menggunakan tingkat bunga

    16% adalah US$ 300,573 juta

    2. IRR Nilai IRR untuk periode 20 tahun diperoleh

    sebesar 22,00%.3. ROI Nilai ROI adalah sebesar (238,875/1.115 juta)

    x 100% = 21,42%4. PBP

    PBP untuk proyek komersial SGA adalah se-lama 4 tahun, 7 bulan 3 minggu

    PBP = 1.115 juta/238,875 juta = 4,66 tahun(4 tahun 7 bulan 3 minggu)

    5. Laba Kotor Perusahaan = US$ 678,50 juta-US$

    360,00 juta = US$ 318,50 juta Laba Bersih Perusahaan = US$ 318,50 juta -US$ 79,625 juta = US$ 238,875 juta

    6. B/C R = US$ 678,50 juta/US$ 360,50 juta =1,88

    7. (BEP = US$ 360,00 juta/1 juta ton = US$360,00/ton

    Seluruh hasil analisis nansial dirangkum dalamTabel 6.

    Dengan nilai kelayakan yang diperoleh berdasar-kan kinerja perusahaan selama 20 tahun proyeksi,menunjukkan bahwa proyek pembangunan SGAdi Mempawah ini memiliki prospek di masa men-datang dan proyek layak untuk dilaksanakan. Di

    lain pihak dengan menggunakan beberapa varia-bel pengukuran yang umumnya digunakan dalammenganalisis sensitivitas usaha yaitu :- Biaya produksi diasumsikan dinaikan sebesar

    5% (US$378,00 per ton).- Harga jual SGA diasumsikan diturunkan sebe-

    sar 5% (US$644,58 per ton).

    Maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel7.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan perhitungan nansial yang telah di-laksanakan dalam rencana pembangunan pabrikkomersial SGA dengan menggunakan proses Bayerdi Indonesia, dapat direkomendasikan bahwa ren-cana pembangunan proyek tersebut layak untukdijalankan dan dapat diterima. Hal ini terlihat

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    12/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    85

    TahunInvestasi Awal

    (milyar)Arus Kas

    (juta)PV @ 16%

    (milyar)PV Arus Kas

    (milyar)

    0

    1234567891011121314

    151617181920

    -1

    0000000000

    115 (juta)000

    000000

    0

    238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875238,875

    238,875238,875238,875238,875238,875238,875

    -1,115

    0,8620,7430,6410,5520,4760,4100,3540,3050,2630,2270,1950,1680,1450,125

    0,1080,0930,0800,0690,0590,051

    -1,115

    205,910177,484153,118131,859113,70597,93884,56172,85662,82454,22446,58040,13134,63629,859

    25,79822,21519,11016,48214,09312,182

    Total -1,115 4.777,5 300,573

    Tabel 5. Perhitungan IRR

    Tabel 6. Ringkasan aspek-aspek analisis fnansial

    No. Parameter Hasil

    12345

    67

    NPVIRRROIPBPLaba KotorLabar BersihB/C RBEP

    US$300,573 juta22,00%21,42%

    4 tahun 7 bulan 3 mingguUS$ 318,50 jutaUS$ 238,875 juta

    1,88US$ 360,00/ton

    Tabel 7. Ringkasan aspek-aspek analisis fnansial dan analisis Sensitiftas

    No. Parameter HasilKondisi awal

    Biaya produksi naik5%

    (US$378,00 per ton)

    Harga jual turun5%

    (US$644,58 per ton)

    12345

    67

    NPVIRRROIPBPLaba KotorLabar Bersih(B/C RBEP

    US$ 300,573 juta22,00%21,42%

    4 tahun 7 bulan 3 mingguUS$ 318,50 jutaUS$ 238,875 juta

    3,33US$ 136,50/ton

    US$ 220,570 juta22,00%20,21%

    4 tahun 9 bulan 3 mingguUS$ 300,50 jutaUS$ 225,38 juta

    1,79US$ 378,00/ton

    US$ 149,816 juta20,00%19,14%

    5 tahun 2 bulan 1 mingguUS$ 284,580 jutaUS$ 213,435 juta

    1,70US$ 360,00/ton

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    13/14

    86

    Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 2, Mei 2013 : 74 87

    dari NPV yang dihasilkan proyek positif yaitu US$300,573 juta serta kriteria nansial lainnya sepertiIRR sebesar 22,00%, ROI sebesar 21,42% dan PBPselama 4 tahun 7 bulan 3 minggu, perusahaan dapatmemperoleh laba bersih US$ 238,875 juta, dan

    laba kotor sebesar US$ 318,50 juta, B/C R sebesar1,88, serta tingkat BEP perusahaan yaitu sebesarUS$ 360,00 per ton.

    Dengan menggunakan beberapa variabel penguku-ran yang umumnya digunakan dalam menganalisissensitivitas usaha, yaitu harga jual SGA diasumsi-kan diturunkan sebesar 5% diperoleh NPV positifyaitu US$ 149,816 juta, IRR sebesar 20,00%, ROIsebesar 19,14% dan PBP selama 5 tahun 2 bulan1 minggu, memperoleh laba bersih US$ 213,435juta, dan laba kotor sebesar US$ 284,580 juta, B/C

    R sebesar 1,70, serta tingkat BEP perusahaan yaitusebesar US$ 360,00 per ton.

    Sedangkan dengan asumsi biaya produksi dinaik-kan sebesar 5%, diperoleh NPV positif yaitu US$220,570 juta, IRR sebesar 22,00%, ROI sebesar20,21% dan PBP selama 4 tahun 9 bulan 3 minggu,memperoleh laba bersih US$ 225,38 juta, dan labakotor sebesar US$ 300,50 juta, B/C R sebesar 1,79,serta tingkat BEP perusahaan yaitu sebesar US$378,00 per ton.Ternyata rencana pembangunan pabrik SGA di

    Mempawah ini dengan menggunakan analisis sensi-tivitas dengan asumsi harga jual diturunkan 5% danbiaya produksi dinaikkan sebesar 5%, tidak sensitifterhadap penurunan harga jual, juga tidak sensitifterhadap peningkatan biaya produksi.

    Saran

    Dari analisis nansial ini, dengan proyek hanyamelihat dari sudut keuntungan nansial yang dapatdiperoleh perusahaan, disarankan agar perusahaandapat lebih memperhatikan biaya-biaya yang dike-

    luarkan agar laba yang akan diperoleh perusahaandapat meningkat. Di samping itu diperlukan adanyapenelitian yang lebih komprehensif dan lebihakurat melalui Analisis Kelayakan Ekonomi, yaitumengevaluasi proyek dari sudut perekonomiansecara menyeluruh dengan data yang lebih detail,misalnya melalui data dari pabrik pengolahan SGAyang sudah ada di Australia (Queensland AluminaLimited Rio Tinto Alcan, dan Alcoa), Rusia (RusalThe Alumina Plant), Amerika (Gramercy PlantThe Alumina), dan Cina (guangxi, Yunnan, danShandong). Di samping itu, pelaksana proyek

    perlu melakukan penelitian terhadap aspek pasardan pemasaran. Menurut Subagyo (2008) perlu-nya diadakan penelitian terhadap beberapa halyang perlu diperhatikan yaitu, permintaan produk,penawaran, proyeksi permintaan dan penawaran,

    proyeksi penjualan, segmentasi pasar , strategi danimplementasi pemasaran, sehingga analisis nansiallebih memberikan hasil yang optimal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Ba-rat, 2011. Daftar Izin Usaha Pertambangan ProvinsiKalimantan Barat, Pontianak. 127 hal.

    Halim, A., 2008. Analisis investasi, Edisi 2. SalembaEmpat, Jakarta. 204 hal.

    Hartanti, T., 2004. Evaluasi kelayakan leasing sepedamotor pada koperasi karyawan Maxus. UniversitasGunadarma, Jakarta. 83 hal.

    International Aluminium Institute, 2009. Industry over-view. Global Alumina Corporation, Canada, 472hal.

    Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi kelayakan bisnis, Edisi 2.Kencana, Jakarta. 426 hal.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011.Pertambangan mineral dan batubara, Jakarta. 156

    hal.

    Kotler, P., 2009. Manajemen pemasaran, Jilid 2, Edisi13. Indeks, Jakarta. 545 hal.

    Muzakhir, F., 2007.Analisis penilaian invesatasi bisniswaralaba ritel swalayan pada CV. Baswara Investa-ma. Universitas Gunadarma, Jakarta. 84 hal.

    PT. Aneka Tambang, 2011. Laporan Tahunan PT. AnekaTambang, Jakarta. 162 hal.

    Pusat Sumber Daya Geologi, 2010. Sumber daya mineraldan batubara di Indonesia, Bandung. 187 hal.

    Rajaratnam, Y., 2006. Studi kelayakan ekonomi pengem-bangan bandara udara internasional Minangkabau(BIM).Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 2, hal. 81-91.

    Saba, A.P., 2011. Nilai Tambah Hasil Tambang Indonesia,Majalah Tambang 11 Juni 2011, Jakarta. 107 hal.

    Salavati, M., 2010. Smelter Grade Alumina Structure andProperties and Effects on Smelter Operations.Jour-nal of Molecular Catalysis A: Chemical, Vol.111,No.6, hal. 164175.

  • 7/26/2019 02 Jurnal TekMIRA - Mei 2013b (1)

    14/14

    Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik SGA (Smelter Grade Alumina) ... Harta Haryadi

    87

    Smith, M E. and Metson, J B., (2009). The Nature andImpacts of Fines in Smelter Grade Alumina.Journalof The Minerals, Vol. 61, No.11, hal. 31-39.

    Subagyo, A., 2008. Studi kelayakan teori dan aplikasi. PTElex Media Komputindo, Jakarta. 327 hal.

    Sugiharto, T., 2008. Studi Kelayakan Finansial PadaPerusahaan Mebel PT. Maju Jaya. Jurnal EkonomiDan Bisnis, Jilid 7, No. 3, hal. 145-153.

    Umar, H., 2009. Studi kelayakan bisnis, Edisi 5. PT Gra-media Pustaka Umum, Jakarta. 364 hal.

    Widianto. M., 2008.Analisis kelayakan investasi untukpengembangan usaha pada CV. Usaha Hidup Istiqo-mah. Universitas Gunadarma, Bekasi. 71 hal.