jurnal pendidikan kewarganegaraaneprints.ulm.ac.id/1161/1/jurnal pkn vol 3 no 5 mei 2013.pdf · i...

100
JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan Nopember menurut artikel hasil penelitian dan kajian analitis kritis bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Ketua Penyunting: Wahyu Penyunting Pelaksana: Sarbaini, Harpani Matnuh, Fatimah, Acep Supriadi, Zainul Akhyar, Rabiatul Adawiah Dian Agus Ruchliyadi, Mariatul Kiptiah Penelaah (Mitra Bestari) Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung); Eddy Lion (Universitas Negeri Palangkaraya); Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung); M. Hadin Muhjad (Universitas Lambung Mangkurat); Hardoko (Universitas Mulawarman) Pembantu Tata Laksana: Muhammad Elmy Suroto Muhamad Algiferi Rezky Fadillah Alamat Penyunting : Gedung FKIP Unlam Jln. Brigjen H. Hasan Basri Telp. (0511-3302634) Banjarmasin Email: [email protected], [email protected]. Hp. 081351151914 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan diterbitkan oleh Kerjasama Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Unlam dan Asosiasi Sarjana dan Dosen PPKn Kalimantan Selatan Ketua Program Studi PPKn: Fatimah, Sekretaris: Dian Agus Ruchliadi. Terbit pertama kali bulan Mei tahun 2011 Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dibaca pada Petunjuk Bagi Penulis di sampul belakang dalam jurnal ini. Naskah yang masuk ditelaah oleh penyunting dan Mitra Bestari untuk dinilai kelayakannya. Penyunting berhak melakukan penyuntingan tanpa mengubah maksud isinya Volume 3, No. 5 Mei 2012 ISSN: 2303-2979

Upload: lamtu

Post on 24-Feb-2018

268 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

i

JURNALPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan Nopember menurut artikel hasil penelitiandan kajian analitis kritis bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Ketua Penyunting:Wahyu

Penyunting Pelaksana:Sarbaini, Harpani Matnuh, Fatimah, Acep Supriadi, Zainul Akhyar, Rabiatul Adawiah

Dian Agus Ruchliyadi, Mariatul Kiptiah

Penelaah (Mitra Bestari)Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung); Eddy Lion (Universitas Negeri

Palangkaraya); Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung); M. Hadin Muhjad(Universitas Lambung Mangkurat); Hardoko (Universitas Mulawarman)

Pembantu Tata Laksana:Muhammad Elmy

SurotoMuhamad Algiferi

Rezky Fadillah

Alamat Penyunting :Gedung FKIP Unlam Jln. Brigjen H. Hasan Basri Telp. (0511-3302634) Banjarmasin

Email: [email protected], [email protected]. Hp. 081351151914

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan diterbitkan oleh Kerjasama Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Unlam dan

Asosiasi Sarjana dan Dosen PPKn Kalimantan Selatan

Ketua Program Studi PPKn: Fatimah,

Sekretaris: Dian Agus Ruchliadi.

Terbit pertama kali bulan Mei tahun 2011

Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain.Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dibaca pada Petunjuk Bagi Penulis

di sampul belakang dalam jurnal ini. Naskah yang masuk ditelaah oleh penyunting dan Mitra Bestari untukdinilai kelayakannya. Penyunting berhak melakukan penyuntingan tanpa mengubah maksud isinya

Volume 3, No. 5 Mei 2012 ISSN: 2303-2979

Page 2: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami Mengucapkan terima kasih kepada Penelaah (Mitra Bestari) yang telah banyakmembantu pada penerbitan ini, yaitu:

Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung)

Eddy Lion (Universitas Negeri Palangkaraya)

Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)

M. Hadin Muhjad (Universitas Lambung Mangkurat)

Hardoko (Universitas Mulawarman)

Page 3: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

iii

DAFTAR ISI

Peran DPD dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat di DaerahHarpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat 289-294

Analisis Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam Negara Hukum IndonesiaSuryaningsi, Program Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman 295-305

Socio-Economic Conditions and Cultural Communities Around the AreaPT. Mahakarya Perdana Gemilang in the District Kutai Kartanegaraof Province East KalimantanWarman, Program Studi PPKn FKIP Universitas Mulawarman 306-313

Kinerja Guru PKn dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Siswadi SMK Bina Banua BanjarmasinFaridah, Zainul Akhyar, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 314-319

Kepatuhan Siswa Kelas X dalam Melaksanakan Peraturan Sekolahdi SMK Muhammadiyah 3 BanjarmasinNormasari, Sarbaini, dan Rabiatul Adawiyah, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 320-327

Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dalam Pembelajaran PKnPokok Bahasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Guna MeningkatkanHasil Belajar di Kelas XII IPS SMA PGRI 7 BanjarmasinNurdiansyah, Sarbaini, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 328-334

Internalisasi Pendidikan Karakter dengan Sarana Kelompok Studi Islamdi SMA Negeri 5 BanjarmasinAlya Abyakamali, Wahyu, dan Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 335-344

Pembentukan Karakter Iman dan Taqwa Siswa melalui Kegiatan EkstrakurikulerIkatan Remaja Muslim di SMA Negeri 6 BanjarmasinChairunnisa, Wahyu, dan Dian Agus Rucliyadi, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 345-353

Page 4: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

iv

Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru PKn dengan Sikap DemokratisPeserta Didik di SMK Negeri I BanjarmasinEka Aprilliyanti, Wahyu, dan Rabiatul Adawiyah, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 354-364

Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Materi Proklamasi dan Konstitusi Pertamadalam Pembelajaran PKn melalui Model Example Non Exampledi Kelas VII-B SMP Negeri 2 TanjungEka Sastia Emilia, Wahyu, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 356-373

Penerapan Sistem Poin dalam Pembentukan Karakter Berbasis Disiplin pada SiswaSMA Negeri 3 BanjarbaruElliyana Sari, Wahyu, dan Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP

Universitas Lambung Mangkurat 374-382

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Page 5: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

289

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PERAN DPD DALAM PENYERAPANASPIRASI MASYARAKAT DI DAERAH

Harpani MatnuhProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

The proses of formulation of the Regional Representatives Council in the 1945 amandement is abanttle between the various ideas and interests. The concept is a “half-hearted compromise”between bicameralism and unicameralisme. Restrikcted the outheority of this Council is teh resultof a compromise of Ideas aabout stron g becameralism and approve the DPD with unicameralism.The limitation need more creativity by building offices in the local area to capture the aspirationsand information et the regional level, to process, communicate, and sistematisation, and set it upas on ingredient and the formulation of policies that will be distributed and championed by DPDat the center.

Keywords: Regionnal Representatives Council, creativity

A. PENDAHULUANPerubahan UUD 1945, menjadikan terjadinya

perubahan besar dalam sistem ketatanegaraan menujuterciptanya sistem demokratisasi pemerintahan danpelimpahan kewenangan pemerintah pusat ke daerahdalam bentuk otonomi daerah dan cheek and bal-ance dalam sistem pemerintahan. Sistem pengaturanketatanegaraan disusun secara normatif telahmengalami terjadinya pergeseran dan konstraksi padateteran implementasinya. Salah satu perubahan adalahlahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagailembaga tersendiri yang memberikan ruang kepadadaerah untuk ikut serta menentukan kebijakan nasionalyang menyangkut masalah daerah.

Keberadaan DPD sebagai lembaga yangindependen sangat memungkinkan dapat memper-juangkan kepentingan rakyat secara sungguh-sungguhdibandingkan dengan kedudukan DPR yang merupa-kan wakil rakyat yang berasal dari Partai Politik dansudah barang tentu lebih terikat pada kebijakan partai.

Proses lahirnya DPD sebagai pengganti UtusanDaerah dan Utusan Golongan dalam perubahan UUD1945 mencapai kata sepakat pada perubahan kelima,hal ini menunjukkan bahwa kelahiran DPD merupakanpergulatan antara berbagai ide dan kepentingan atauhanya sebuah kompromi setengah hati. Demikian jugahalnya dengan kewenangan yang diberikan kepadaDPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalammenyerap dan mewujudkan aspirasi masyarakat, dilihatdari aspek hak dan kewenangan yang diberikan olehkonstitusi masih lemah seperti tergambar sebagaiberikut:

Page 6: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

290

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KEWENANGAN DPD

Terbentuknya DPD pada saat terjadinyaperubahan UUD 1945, tidak bisa terlepas dari ber-bagai peristiwa dan tuntutan rakyat atas kekece-waannya pada pemerintahan Orde Baru yangcenderung menjalankan kekuasaan dengan sistemsentralisasi telah menimbulkan kesenjangan danketidakadilan antara pemerintah pusat dan pemerintahdarah sehingga menimbulkan konflik vertikal danmenuntut untuk memisahkan diri dari Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Isu ini selanjutnya bergeser pada wacanapembentukan negara federal dan berakhir denganadanya pemberian otonomi daerah yang luas, nyatadan bertanggung jawab melalui perubahan UUD 1945dan UU No.22 Tahun 1999. Masalah ini secara for-mal juga diakui dalam Ketetapan MPR No.V/MPR/200 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan.Salah satu masalah yang diidentifikasi pada angka 8pada Ketetapan itu adalah: “Berlangsungnyapemerintahan yang telah mengabaikan proses demo-krasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkanaspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yangbermuara pada gerakan reformasi yang menuntutkebebasan, kesetaraan dan keadilan”.

Pada bagian lain terbentuknya DPD, merupakanintegrasi nasional untuk memberikan ruang kepadadaerah ikut serta menentukan kebijakan nasional yangmenyangkut masalah daerah melalui Utusan Daerahyang disempurnakan menjadi lembaga tersendiri.Dengan demikian keberadaan DPD merupakan bagiandari upaya institusional representasi teritorialketerwakilan daaerah.

Gagasan untuk dapat mencapai tujuandibentuknya DPD serta dalam rangka meningkatkankedudukan, fungsi dan wewenang DPD sebagai wakilrakyat daerah di tingkat pusat baik sebagai penyam-bung aspirasi rakyat maupun sebagai lembagapenyeimbang DPR yang sama-sama dipilih secaralangsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, perludukungan publik dengan argumentasi yang kuat melaluiberbagai media publik seperti; dengar pendapat,diskusi publik dan implementasi dalam kehidupanberbangsa dan bernegera.

B. PEMBAHASAN1. Konstruksi Pembentukan DPD

Tujuan terbentuknya DPD dalam perubahan UUD1945, dapat dimaknai sebagai perpaduan dari duagagasan yaitu; demokratisasi dan upaya mengakomo-dasi kepentingan daerah demi terjadanya integrasinasional.

Sri Sumantri Martosoewingjo dan MochamadIsnaeni Ramdhan yang menyatakan bahwapembentukan DPD tidak terlepas dari dua hal, yaitu:pertama, adanya tuntutan demokratisasi pengisiananggota lembaga agar selalu mengikutsertakan rakyatpemilih. Keberadaan Utusan Daerah dan UtusanGolongan dalam komposisi MPR digantikan dengankeberadaan DPD. Kedua, Karena adanya tuntutanpenyelenggaraan otonomi daerah yang jika tidakdikendalikan dengan baik akan berujung pada tuntutanseparitisme. DPD dibentuk sebagai representasikepentingan rakyat di daerah

Page 7: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

291

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Salah seorang Anggota Panitia Ad Hoc I BPMPR,I Dewa Gede Palguna, menyatakan bahwa:

“Pembentukan DPD dengan sejumlah wewenangyang diberikan kepadanya, adalah sebagai upayakonstitusional untuk memberi saluran sekaligusperan kepada daerah-daerah untuk turut serta dalampengambilan keputusan politik terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan daerah. Asumsinyaadalah, jika daerah-daerah telah merasa diperha-tikan dan diperankan dalam pengambilan keputusanpolitik penting dalam menyangkut kepentingannya,maka alasan untuk memisahkan diri itu akankehilangan argumentasi rasional.”

2. Bikameral dengan Problem Kewenangan.Pada awal timbulnya konsep terbentunya DPD

sebagai anggota MPR bersama DPR yang dipilihlangsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, parakalangan akademisi dan politisi akan mengarahkanpikirannya akan terbentuknya struktur parlemen terdiriatas dua kamar yang memiliki kedudukan dankewenangan yang sama dan seimbang, seperti halnyabikameralisme di Amerika Serikat. Secara teoritis danyuridis pembentukan sistem bikameral dalam sistempemerintahan di Indonesia dapat dilaksanakan. ArendLijphart menyatakan.

“The pure majoritarian model calls for the con-centration of legislative power in single chamberis characterized by a bicameral legislature in whichpower is divided equally between two differentlyconstuted chambers.”

Lijphart, mengemukakan bahwa berdasarkanpada model demokrasi di Indonesia adalah consen-sus model. Oleh karena itu secara teoritis selayaknyaIndonesia menganut sistem parlemen bikameral,bahkan strong bicameralism. Jika Indonesia adalahnegara pure consensus model democracy.

Jimly Asshiddiqie, dalam makalahnya yangdisampaikan dalam Seminar tentang Bikameralismetanggal 12 Juni 2001 di Medan, mengemukakankonsep DPD sebagai berikut:

a. “Adanya gagasan pembentukan DPD nantinyaparlemen Indonesia terdiri dari dua kamar yaituDPR dan DPD. Jika kamarnya dua, makarumahnya tetap satu. MPR masih bisa dipertahan-kan namanya, tetapi kedudukannya tidak lagisebagai lembaga tertinggi seperti selama ini.

Ketentuan tentang kekuasaan legislatif dalamperubahan UUD 1945 dapat dirumuskan:Kekuasaan legislatif dilakukan oleh MPR yangtterdiri atas DPR dan DPD”.

b. Anggota DPD mewakili rakyat dalam kontekskedaerahan dengan orientasi kepentingan daerah.Anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat melaluisistem distrik murni, yaitu dengan cara memilihtokoh yang dikenal di daerah yang bersangkutanberdasarkan perhitungan “the winner takes all”.Sedangkan anggota DPR dipilih langsung olehrakyat melalui sistem proporsional yang memangberguna dalam memperkuat kelembagaan sepertipartai politik yang bersifat nasional.

c. Pada prinsipnya baik DPR maupun DPD dananggotanya mempunyai fungsi, tugas, dan hak yangsama. Tetapi khusus untuk tugas penentuanpengangkatan dan pemberhentian pejabat publik,sebaiknya diberikan kepada DPR saja.

d. Khusus mengenai tugas meminta pertanggung-jawaban terhadap pemerintah (impeachment),tugas penuntutannya hanya diberikan kepada DPR.Sedangkan DPD akan ikut menentukan vonisnyadalam persidangan MPR.

e. Khusus untuk menjamin perlindungan terhadap hakdan kekayaan masyarakat dari pembebanan yangdilakukan oleh negara, tugas utama sebaiknyadiberikan kepada DPD, karena DPD lah yangmewakili rakyat di daerah-daearah yang dianggapakan paling menderita akibat beban yangmemberatkan dibuat pemerintah. Meskipun tugaspengawasan dapat dilakukan oleh DPR dan DPDdi semua bidang, namun dapat ditentukan bahwayang diawasi oleh DPD hanyalah pelaksanaanUUD dan UU sejauh yang berkenaan denganurusan-urusan yang berkaitaan langsung dengankepentingan daerah dan rakyat di daerah.

f. DPD dan DPR memiliki fungsi legislatif yang meliputikegiatan mengkaji, merancang, membahas danmengesahkan undang-undang. Hal yang dapatdibedakan adalah bidang yang diatur dalam undang-undang itu. Namun hal ini masih memungkinkanmunculnya perebutan pembahasan antara DPR danDPD. Hal tersebut kemudian berkembangpendapat agar tidak ada pembagian bidang, asalkanSekretaris Jenderal DPR dan DPD menjadi satu

Page 8: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

292

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

yang terdiri dari anggota DPD dan DPR ditambahpara ahli dari luar.

g. Jika Presiden berinisiatif mengajukan RUU, makaBadan Legislasi yang menentukan apakahpembahasannya dilakukan oleh DPR atau DPD, Jikainisiatif datang dari DPR atau DPD, maka lembagayang membahasnya. Hal ini harus diikuti denganmekanisme Checks and balances di antara keduakamar serta Presiden, yaitu mengatur adanya hakveto di antara mereka.

h. Jika suatu RUU telah disetujui dan disahkan olehsatu kamar, dalam waktu 30 hari mendapatpenolakan dari kamar lainnya, maka RUU itu harusdibahas lagi oleh kamar yang membahasnya untukmendapat persetujuan suara lebih banyak, yaituditentukan harus di attas 2/3 X 2/3 jumlah anggota(overwite).

i. Jika suatu RUU sudah disetujui oleh dua lembaga,tetapi diveto oleh Presiden, maka putusan penyele-saiannya harus diambil dalam sidang MPR yangterdiri dari DPR dan DPD dengan dukungan 2/3 X2/3. Khusus mengenai penetapan dan perubahanUUD, dapat ditentukan harus diputuskan dalamsidang MPR atas usul DPR atau DPD.

Ahli hukum lain yang mengemukakan konsep DPDadalah seorang Guru Besar Hukum Tata Negara Uni-versitas Pajajaran Bandung, Bagir Manan antara lain:

a. DPR dan DPD baik secara sendiri-sendiri maupunbersama-sama berhak: (1) mengajukan rancanganundang-undang (2) meminta keterangan (inter-plasi),

b. RUU yang sudah disetujui DPR tetapi ditolak DPDdapat disahkan sebagai UU, apabila disetujuisekurang-kurangnya 2/3 anggota DPR, kecuali RUUyang berkaitan dengan kepentingan daerah.

c. RUU disetujui DPD tetapi ditolak DPR harusdianggap ditolak dan tidak dapat dimajukan dalammasa sidang yang bersangkutan

d. DPD memberikan persetujuan atas calon-calon yangakan diangkat dalam jabatan negara ataupemerintahan menurut ketentuan undang-undang.

e. DPD dan DPR dapat melaksanakan sidang bersamamengenai hal-hal tertentu yang ditetapkan UU ataukesepakatan bersama dan rapat dapat dipimpinbersama oleh pimpinan DPR dan DPD.

f. Sidang yang berkaitan dengan pemberhentianPresiden dan atau Wakil Presiden, dilakukan menuruttata cara peradilan, DPR sebagai penuntut, DPDselaku pemutus.

Proses perumusan DPD memang dipenuhi olehterjadinya tarik-menarik antara berbagai gagasan.Rumusan-rumusan yang tercapai dapat dikatakansebagai kompromi setengah hati antara bikameralismedan unikameralisme.

Perumusan kewenangan DPD yang merupakanhasil kompromi dari beberapa pendapat tertuang dalamPasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945. DPDmemiliki tiga fungsi tetapi terbatas bersifat konsultatifdan subordinat terhadap fungsi yang sama yangdilakukan oleh DPR. Semua fungsi yang dimiliki DPDberakhir dan bermuara pada DPR. Fungsi-fungsi DPDdapat diuraikan:

a. Fungsi Legislasi, terdiri dari:

1) Mengajukan rancangan UU kepada DPR yangberkaitan dengan otonomi daerah, hubunganpusat dan daerah, pembentukan dan pemekaranserta penggabungan daerah, pengelolaansumberdaya alam dan sumberdaya ekonomilainnya, serta serta yang terkait denganperimbangan keuangan pusat dan daerah.

2) Ikut membahas pada tingkat I atas rancanganUU yang berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat dan daerah, pembentukan danpemekaran serta penggabungan daerah,pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdayaekonomi lainnya, serta yang berkaitan denganperimbangan keuangan pusat dan daerah.

3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atasRUU yang berkaitan dengan APBN, pajak,pendidikan dan agama.

b. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan DPD terhadap pelaksanaanUU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dandaerah, pembentukan dan pemekaran serta pengga-bungan daerah, pengelolaan sumberdaya alam dansumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,pajak, pendidikan dan agama, berdasarkan laporan yangditerima dari BPK, aspirasi dan pengaduan masyarakat,keterangan tertulis pemerintah, dan temuan monitoringdi lapangan. Hasil pengawasan tersebut disampaikan

Page 9: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

293

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untukditindaklanjuti.

c. Fungsi Nominasi

Fungsi nominasi dalam rangka memberikanpertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggotaBPK yang dilakukan oleh DPR.

3. Penyerapan Aspirasi DaerahSekalipun wewenang yang diberikan kepada DPD

terbatas bersifat konsultatif, namun setidaknya kehadiranDPD dalam rangka memberikan saluran kepada daerahdalam proses pengambilan keputusan nasional yang terkaitdengan kepentingan daerah sesuai dengan hakekatkeberadaannya sebagai wakil daerah, tugas utama DPDadalah menyerap dan mengartikulasikan aspirasi daerah.Oleh karena itu harus terdapat hubungan yang jelas danerat antara anggota DPD dengan daerah yang diwakilinya.

Penyerapan aspirasi harus dilakukan sesuai denganruang lingkup wewenang yang dimiliki, tanpa harusbergantung pada sejauh mana daya jangkau yangdiberikan. Berdasarkan ruang lingkup tersebut dapatditentukan dengan pihak mana saja hubungan harus dijalinagar penyerapan aspirasi dapat dilakukan sesuai denganfungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi nominasi.

Oleh karena itu hubungan aspiratif yang harus dijalinoleh anggota DPD meliputi antara lain dengan:

a. Daerah sebagai satu kesatuan geografis dan lingkungan

b. Masyarakat di daerah, terutama yang menjadi satukesatuan hukum beserta alam dan lingkungan

c. Warga negara di daerah

d. Pemerintah daerah kabupaten/kota

e. Pemerintah Provinsi

f. Organisasi kemasyarakatan

g. Organisasi keagamaan

Aspirasi yang diserap tentu harus disalurkan dandiperjuangkan oleh anggota DPD dalam prosespembuatan kebijakan nasional. Dengan demikian anggotaDPD harus selalu aktif bergerak (mobile) hadir di duatempat, yaitu di daerah yang diwakilinya dan di pusat.

Anggota DPD tidak hanya diperlukan domisili didaerah provinsi terkait, tetapi harus punya organ danperangkat yang dapat menggerakan proses penyerapanaspirasi. Kantor DPD di daerah dijadikan sebagai pusatpenyerapan aspirasi dan informasi di tingkat daerah,

mengolah, mengkomunikasikan, dan mensistemasisasi,serta menyiapkannya sebagai bahan dan rumusankebijakan yang akan disalurkan dan diperjuangkan olehanggota DPD di pusat. Hanya dengan perangkat tersebutanggota DPD dapat menjalankan fungsi menyalurkanaspirasi daerah secara maksimal tanpa meninggalkan tugasmenyerap aspirasi daerah itu sendiri.

C. KESIMPULANKeberadaan DPD dengan segala fungsi dan

wewenang yang diberikan sebagaimana dalam Pasal 22Dayat (1), (2) dan (3) UUD 1945, merupakan hasilkompromi dari berbagai kepentingan dan harapan, mulaidari yang mnginginkan strong bicameralism hingga yangtidak menghendaki adanya DPD.

DPD memiliki tiga fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsipengawasan dan fungsi nominasi. Namun ketiga fungsitersebut hanya terbatas pada sifat konsultatif dansubordinat terhadap fungsi yang sama dengan yangdilakukan oleh DPR. Sedangkan kewenangan DPD dapatdibedakan atas dua bagian yaitu:

1. Dapat mengajukan, ikut membahas dan dapatmelakukan pengawasan terhadap RUU yang berkaitandengan; otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,Pembentukan, pemekaran, dan pengembangandaerah, serta pengelolaan sumberdaya manusia danekonomi lainnya

2. Ikut membahas dan dapat melakukan pengawasanterhadap RUU perimbangan keuangan Pusat danDaerah.

3. Memberi pertimbangan dan dapat melakukanpengawasan terhadap RAPBN, Pajak, Pendidikandan Agama.

4. .Memberi pertimbangan dalam hal pengajuan calonanggota BPK

Untuk memperkuat peran DPD, maka harusditingkat kualitas dan kuantitas serta setiap anggota DDPDharus dapat menjalin hubungan aspiratif dengan berbagaielemen organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokohdaerah. Apalagi berdasarkan latar belakang pembentukDPD tidak hanya dimaksudkan untuk mewakilimasyarakat di daerahnya, tetapi juga untuk kepentinganalam dan lingkungan dalam arti konkrit seperti gunug,sungai, lautan, dan lain-lainnya.

Page 10: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

294

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Lijphart, Arend, 1999, Pattern of Democracy;Goverment Forms and Performance inThirty Six Countries, Yale University Press,New Haven and London:

Manan, Bagir, 2003, Teori dan Politik Konstitusi,FH UII University Press, Yogyakarta.

Badan Pekerja MPR RI,2002, KompilasiKesimpulan Hasil Uji Sahih RancangaanPerubahan Keempat UUD 1945, SekretariatPanitia Ad Hoc I BP MPR, Jakarta.

Jimly Asshidiqie, 2001, Menuju Struktur ParlemenDua Kamar, Seminar Nasional, Forum Rektor,Medan

M.Ali Safa’at, 2010, Jurnal Arena Hukum, FakultasHukum Brawijaya, Malang.

MPR, 2001, Buku Keempat Jilid I A, Risalah RapatKomisi A Ke-1 s/d Ke-3, Sekjen MPR RI,Jakarta.

MPR, 2000, Ketetapan MPR No.V/MPR/2000,Tentang Pemantapan Persatuan danKesatuan, Sekjen MPR RI, Jakarta.

Sri Soemantri, 2003, Susunan dan Kedudukan DPD,dalam Janedjri M.Gaffar, DPD dalam SistemKetatanegaraan RI, Kerjasama Sekjen MPRdengan UNDP, Jakarta.

UU No. 32 Tahun 2004, tentang PemerintahanDaerah, Cipta Pustaka, Jakarta

Page 11: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

295

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

ANALISIS KEBERADAAN PERADILAN TATA USAHA NEGARADALAM NEGARA HUKUM INDONESIA

SuryaningsiProgram Studi PPKn FKIP Universitas Mulawarman

ABSTRACT

The existence of the State Administrative Court in the State of Law of Indonesia, is motivated bythe understanding which revealed that Indonesia as a state which based on the law (rechtstaat)has some characteristics, such as the administration of justice.

Administration is a State Administrative Court based on the 1945 Constitution of Indonesia afterthe amendment. The legislation that governs the State Administrative Court was originally stipulatedin Law No. 5 of 1986 as amended by Law No. 9 of 2004. The existence of the State AdministrativeCourt was established by a variety of considerations, which give legal protection to the peoplefrom the abuse of authority or arbitrary acts of government officials and to implement the provisionsof the 1945 Constitution and Law No. 14 of 1970 on the Basic Provisions of Judicial Power.However, because of the provisions in the legislation that governs the State Administrative Courtdoes not always correspond to the reality (das solen not always match with das sein). Then, it isneeded a reexamination of the existence of the State Administrative Court in Indonesia as a Stateof Law.

To find out the existence of the State Administrative Court and the factors underlying their existence,writing methods used are normative juridical, in which the author examines and judiciallydetermined by looking at the norms of positive law, especially regarding to the State AdministrativeCourt. Then all data were analyzed by descriptive qualitative. Based on the analysis of the authorrevealed that the existence of the State Administrative Court in the State of Indonesia is to providethe legal protection to seeking justice and also to control the actions of agencies or officials of theState Administration, although its authority is limited. While the factors that affected to the existenceof the State Administrative Court in the state of law of Indonesia is legislation, implementers andcommunity or people who are seeking justice.

Responding to the fact of the existence of the State Administrative Court, the State AdministrativeCourt should give legal protection to people who are seeking justice by revising the StateAdministrative Court authority by adding more protection for the people who are seeking justice,especially to lodge cassation.

Keyword: the State Administrative Court, State of Law, justice

A. PENDAHULUANSetiap era atau masa memiliki ciri-ciri tersendiri

sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masingzamannya. Sekarang adalah era reformasi yang

memiliki ciri-ciri menghendaki terwujudnya peme-rintahan yang bersih (clean government); kepe-merintahan yang bersih (clean governance);pemerintahan yang baik (good government);

Page 12: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

296

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepemerintahan yang baik (good governance);keterbukaan, demokratisasi, dan supremasi hukum.Sebagai langkah awal untuk mewujudkan keinginantersebut dilakukanlah amandemen terhadap konstitusiyaitu UUD 1945. Di dalam UUD 1945 pascaamandemen disebutkan secatra tegas bahwa “NegaraIndonesia adalah negara hukum” Artinya bahwa seluruhtatanan dan aktifitas negara ini harus didasarkan padaketentuan hukum yang berlaku.

Dari beberapa pasal yang ada di dalam UUD1945 pasca amandemen dapat diketahui bahwakonsep negara hukum yang dianut oleh UUD 1945pasca amandemen adalah sama dengan konsep begarahukum yang dianut oleh UUD 1945 sebelum amande-men, yaitu sama-sama memiliki ciri-ciri Rechtsstaat.Menurut pendapat Friederich Julius Stahl seperti yangdikutip oleh Meriam Budiardjo bahwa rechtsstaatmemiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. adanya perlindunganhak-hak manusia; b. adanya pemisahan atau pemba-gian kekuasaan; c. adanya pemerintahan yang berdasarperaturan-peraturan; dan d. adanya peradilanadministrasi.

Ciri-ciri yang demikian ini terdapat di dalam UUD1945 pasca amandemen. Misalnya tentang keberadaanPeradilan administrasi. Peradilan administrasi yangdimaksud di sini adalah sama dengan Peradilan TataUsaha Negara. Di dalam pasal 24 UUD 1945 pascaamandemen disebutkan bahwa:

1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yangmerdeka untuk menyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukum dan keadilan;

2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuahMahkamah Agung dan badan peradilan yang beradadi bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan, lingkungan peradilan militer,lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan olehsebuah Mahkamah Konstitusi;

3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengankekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.

Keberadaan peradilan administrasi atau PeradilanTata Usaha Negara merupakan salah satu ciri dariRechtsstaat. Di Indonesia Peradilan Tata UsahaNegara didirikan atas dasar Undang-undang No.5Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara(LNRI Tahun 1986 Nomor 77, dan TLNRI Nomor

3344). Undang-undang ini kemudian diubah denganUndang-Undang No.9 Tahun 2004 tentang perubahanatas Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentangPeradilan Tata Usaha Negara (LNRI Tahun 2004Nomor 35, TLNRI Nomor 4380). Jika dilihat darilatar belakang pembentukannya maka eksistensi ataukeberadaan peradilan tata usaha negara ini dibentukdengan berbagai macam alasan.

1. Memberikan perlindungan hukum kepada rakyatdari penyalahgunaan wewenang (detournement depouvoir) atau tindak sewenang-wenang (willekeuratau abus de pouvoir). Aparatur pemerintah(badan atau pejabat tata usaha negara);

2. Melaksanakan ketentuan UUD 1945, danUndang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentangKetentuan-ketentuan Pokok KekuasaanKehakiman (LNRI Tahun 1970, Nomor 74,TLNRI Nomor 2951) yang dalam pasal 10 ayat(1) disebutkan bahwa: Kekuasaan kehakimandilakukan dalam lingkungan: Peradilan Umum;Peradilan Agama; Peradilan Militer; Peradilan TataUsaha Negara.

3. Seperti yang dikemukakan oleh sejarahwan InggrisLord Acton bahwa “power tend to coruupt butabsolute power corrupt absolutely”, artinyabahwa kekuasaan itu cenderung disalahgunakanoleh pemiliknya, dan kekuasaan mutlak pastidisalahgunakan oleh pemiliknya. Untuk inilahdiperlukan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaialat kontrol terhadap penggunaan kekuasaanpejabat pemerintah (badan atau pejabat tata usahanegara). Di dalam pertimbangan (konsideran)Undang-undang nomor 5 tahun 1986 disebutkanbahwa:

a. Bahwa negara Republik Indonesia sebagainegara hukum yang berdasarkan Pancasila danUUD 1945 bertujuan mewujudkan negara danbangsa yang sejahtera, aman tenteram, sertatertib yang menjamin persamaan kedudukanwarga masyarakat dalam hukum dan yangmenjamin terpeliharanya hubungan yang serasiseimbang serta selaras antara aparatur di bidangtata usaha Negara dengan para wargamasyarakat;

b. Bahwa dalam mewujudkan tata kehidupantersebut, dengan jalan mengisi kemerdekaan

Page 13: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

297

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

melalui pembangunan nasional secara bertahap,diusahakan untuk membina, menyempurnakan,dan menertibkan aparatur di bidang tata usahanegara agar mampu menjadi alat yang efisien,efektif, bersih, serta berwibawa dan yang dalammelaksanakan tugasnya selalu berdasarkanhukum dan dilandasi semangat dan sikappengabdian untuk masyarakat;

c. Bahwa meskipun pembangunan nasional hendakmenciptakan suatu kondisi sehingga setiapwarga masyarakat dapat menikmati suasanaserta iklim ketertiban dan kepastian hukum yangberintikan keadilan, dalam pelaksanaannya adakemungkinan timbul benturan kepentingan,perselisihan atau sengketa antara badan ataupejabat tata usaha negara dengan wargamasyarakat yang dapat merugikan ataumenghambat jalannya pembangunan nasional;

d. Bahwa untuk menyelesaikan sengketa tersebutdiperlukan adanya peradilan tata usaha negarayang mampu menegakkan keadilan, kebenaran,ketertiban dan kepastian hukum, sehingga dapatmemberikan pengayoman kepada masyarakat,khususnya dalam hubungan antara badan ataupejabat tata usaha negara dengan masyarakat;

e. Bahwa sehubungan dengan pertimbangantersebut dan sesuai pula dengan undangundangnomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman, perludibentuk undang-undang tentang Peradilan TataUsaha Negara.

Dari konsideran ini tampak jelas latar belakangatau alasan pembentukan peradilan tata usaha negaradi Indonesia. Keberadaan peradilan tata usaha negaradi Indonesia diatur di dalam Undang-undang Nomor5 tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara.Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 ini kemudiandiubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 2004tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 5tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara(LNRI Tahun 2004 Nomor 35, dan TLNR Nomor4380). Undang-undang adalah merupakan salah satubentuk hukum. Selain itu masih ada lagi bentuk hukumyang lainnya, misalnya Peraturan pemerintah PenggantiUndang-undang (Perpu), Peraturan pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan daerah(Perda) dan lain-lainnya.

Sebagai bentuk dari hukum, makalah rumusan didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 joUndang-undang Nomor 9 Tahun 2004 adalahmerupakan kumpulan dari hal-hal yang harus dilakukan(das sollen) yang dalam kenyataannya (das sein)belum tentu sesuai dengan yang seharusnya.

Seperti yang dikatakan oleh Satjipto Rahardjobahwa:

“Peraturan hukum itu tidak boleh disamakandengan dunia kenyataan, melainkan ia memberikankualifikasi terhadap dunia tersebut, khususnyaterhadap kehidupan sosial. Rumusan-rumusan yangtercantum dalam peraturan hukum itu seolah-olahsesuatu yang sedang tidur dan pada waktunya iaakan bangun manakala ada sesuatu yangmenggerakkannya. Bolehlah ia diibaratkan puladengan pistol dan picunya. Begitu picu itu ditarikmaka meletuslah senjata itu”.

Intinya adalah bahwa Undang-undang nomor 5tahun 1986 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004belum tentu dapat dilaksanakan sesuai denganketentuan bunyi pasal-pasal yang ada di dalamnya.

B. PEMBAHASAN1. Analisa Keberadaan Peradilan Tata Usaha

Negara dalam Negara Hukum IndonesiaJika dicermati perjalanan panjang dari sejarah

negara hukum Indonesia, maka sesungguhnya upayauntuk menegakkan hukum di bidang sengketa tatausaha negara ini sudah lama adanya, baik dimulai sejakzaman penjajahan maupun kemerdekaan dan hinggasekarang. Untuk memperoleh gambaran tentangsejarah perjalanan peradilan tata usaha negara di In-donesia, berikut ini disampaikan perkembangankeberadaannya sebagai berikut:

a. Pada Masa Penjajahan Belanda

Dari sejarah dapat diketahui bahwa Indonesiapernah dijajah oleh Belanda selama lebih kurang 350tahun. Pada waktu itu Indonesia disebut dengan namaHindia Belanda. Sistem ketatanegaraan pemerintahHindia Belanda pada waktu itu diatur atau didasarkanpada Wet op de Staatsinrichting van Nederland Indie”atau yang lazim disingkat IS (Indische Staatregeling),yang berlaku pada tanggal 1 Januari 1926 (S.1925

Page 14: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

298

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

No.415 jo no.577). Indische Staatregeling (IS) inidiberlakukan sebagai pengganti Regeringsreglement(RR) yang berlaku mulai tahun 1919 (S.1919, No.621jo no.816). Disebutkan pada pasal 138 IS bahwauntuk perkara-perkara yang menurut sifatnya atauberdasarkan undang-undang masuk dalam wewenangpertimbangan kekuasaan administrasi, tetap ada dalamwewenangnya. Hal ini menunjukkan bahwa padawaktu itu sebenarnya sudah ada peradilan administrasiatau peradilan tata usaha negara.

b. Pada Masa Penjajahan Jepang

Dalam sejarah disebutkan bahwa pada tanggal 8Maret 1942 tentang Jepang menduduki Kalijati (In-donesia), dan Belanda Menyerah kalah tanpa syaratkepada Jepang. Setelah Belanda meninggalkan Indo-nesia dan digantikan oleh Jepang, maka sistemketatanegaraan pemerintah Hindia Belanda diatur olehperaturan Jepang. Peraturan-peraturan yang telah adapada waktu pemerintahan Hindia Belanda sebelumnyadinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangandengan kepentingan pemerintah Jepang. Atas dasarini maka keberadaan Peradilan Administrasi yangpernah ada sebelumnya menjadi tetap berlaku.

c. Pada Masa Kemerdekaan

1) UUD 1945 periode pertama (Tanggal 18 Agustus1945–27 Desember 1949)

Indonesia memproklamirkan kemerdekaan padatanggal 17 Agustus 1945. Mulai saat itu secara dejure(secara hukum) dan secara defacto (secara nyata)Indonesia berdiri sebagai negara yang merdeka yangberhak menentukan dirinya sendiri. Sistem ketatanega-raan dalam pemerintahan Indonesia diatur di dalamUUD 1945. Di dalam pasal 24 dan pasal 25,disebutkan sebagai berikut: Pasal 24 (1) Kekuasaankehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agungdan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang; (2) Susunan dan kekuasaan badan-badankehakiman itu diatur dengan undang-undang; Pasal 25:Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikansebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang.Untuk melaksanakan perintah pasal 24 dan pasal 25UUD 1945 (pada masa itu), maka pada tahun 1948dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 19 Tahun1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-badanKehakiman dan Kejaksaan. Di dalam Bab III disebut

tentang Peradilan Tata Usaha Pemerintah. Disebutkandalam pasal 66, bahwa:”Jika dengan undang-undangatau berdasar atas undang-undang tidak ditetapkanbadan-badan Kehakiman lain untuk memeriksa danmemutus perkara-perkara dalam soal Tata Usahapemerintahan, maka Pengadilan Tinggi dalam tingkatanpertama dan Mahkamah Agung dalam tingkatan keduamemeriksa dan memutus perkara-perkara itu”.Sedangkan pada pasal 67, disebutkan bahwa: ”Badan-badan Kehakiman dalam peradilan Tata UsahaPemerintahan yang dimaksud dalam pasal 66, beradadalam pengawasan Mahkamah. Agung serupa denganyang termuat dalam pasal 55". Dari kedua ketentuanpasal ini dapat diketahui bahwa untuk sengketa-sengketa tata usaha negara pada saat itu ditangani(diperiksa dan diputus) oleh Pengadilan Tinggi sebagaiperadilan tingkat pertama, dan oleh Mahkamah Agungsebagai peradilan tingkat kedua. Kecuali jika olehundang-undang ditunjuk badan-badan kehakimanlainnya untuk menangani masalah itu atas dasar kewe-nangan yang diberikan kepadanya. Semua badankehakiman dalam peradilan tata usaha pemerintahanberada di bawah kontrol atau pengawasan MahkamahAgung. Menurut sejarah ternyata Undang-undangNomor 19 Tahun 1948 ini tidak sempat dilaksanakankarena ada agresi atau pendudukan Belanda yangkedua.

2) Konstitusi RIS (tanggal 27 Desember 1949 – 17Agustus 1950

Di dalam pasal 161 disebutkan bahwa:”Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukumtata usaha diserahkan kepada Pengadilan, yangmengadili perkara perdata ataupun kepada alatperlengakap lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serua tentang keadilandan kebenarannya”. Kemudian pasal 161 menentukanbahwa:”Dengan undang-undang federal dapat diaturcara memutus sengketa, yang mengenai hukum tatausaha dan yang bersangkutan dengan peraturan-peraturan yang diadakan dengan atau atas kuasaKonstitusi ini atau yang diadakan dengan undang-undang federal, sedangkan peraturan-peraturan itutidak langsung mengenai semata-maa alat-alatperlengkapan dan penghuni satu daerah bagian saja,termasuk badan-badan hukum publik ang dibentukatau diakui dengan atau atas kuasa undang-undang

Page 15: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

299

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

daerah bagian itu”. Sayang Konstitusi RIS 1949 initidak berlaku lama tetapi hanya sesaat saja (lebih kuranghanya 8 bulan), sehingga ketentuan yang dimaksudpada 46 pasal 161 dan pasal 162 belum sempatdilaksanakan. Negara Indonesia kemudian kembali kebentuk kesatuan di bawah UUDS 1950.

3) UUDS 1950 (Tanggal 17 Agustus 1950 – 5 Juli1959)

Pasal 108 menentukan bahwa: “Pemutusantentang sengketa yang mengenai hukum tata usahadiserahkan kepada pengadilan yang mengadili perkaraperdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan lain,tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminanyang serupa tentang keadilan dan kebenaran”. Dariketentuan pasal ini bahwa penyelesaian sengketa tatausaha pada masa itu menjadi kompetensi peradilanumum dan atau alat perlengkapan Negara lain yangdiberi wewenang untuk itu. Mengingat karena pasal108 UUDS 1950 ini membuka peluang timbulnya duamacam lembaga yang berwenang untuk menyelesaikansengketa tata usaha, maka Wirjono Prodjodikoromengemukakan agar pembentuk undang-undangmemilih salah-satu dari 4 hal ini, yaitu:

a) menentukan bahwa segala perkara tata usahapemerintahan secara peraturan umum diserahkankepada pengadilan perdata;

b) menentukan bagi satu macam soal sengketatertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepadaPengadilan Perdata;

c) menentukan bahwa segala perkara tata usahapemerintah secara peraturan umum diserahkankepada suatu badan Pemutus, bukan PengadilanPerdata yang dibentuk secara istimewa;

d) menentukan bagi suatu macam soal sengketatertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepadasuatu badan pemutus, bukan Pengadilan Perdatayang dibentuk secara istimewa.

4) UUD 1945 periode kedua (Tanggal 5 Juli 1959hingga sebelum diamandemen)

Isi UUD 1945 periode pertama dan kedua inipada dasarnya adalah sama, sehingga tidak perlu lagidikemukakan isi pasal 24 dan 25. Hal yang pentingjustru mengemukakan undang-undang organiknya,yaitu undang-undang pelaksanaannya, yakni:

a) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 (LNRITahun 1964, Nomor107, TLNRI Nomor 1699),tentang Ketentuan-ketentuan Pokok KekuasaanKehakiman. Pasal 7 ayat (1), menentukan bahwa:”Kekuasaan kehakiman yang berkepribadianPancasila dan yang menjalankan fungsi hukumsebagai pengayoman, dilaksanakan olehPengadilan dalam lingkungan:

(1)Peradilan umum;

(2)Peradilan Agama;

(3)Peradilan Militer; dan

(4)Peradilan Tata Usaha Negara”.

Disebutkan di dalam penjelasannya bahwa:”Undang-undang ini membedakan antara PeradilanUmum, Peradilan khusus dan Peradilan Tata UsahaNegara. Peradilan umum antara lain meliputiPengadilan Ekonomi, Pengadilan Subversi,Pengadilan Korupsi. Peradilan Khusus terdiri dariPengadilan Agama dan Pengadilan Militer.

b) Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 (LNRITahun 1970 Nomor 14, TLNRI Nomor 2951)tentang Ketentuan-ketentuan Pokok KekuasaanKehakiman. Undang-undang ini sebagai penggantiUndang-Undang Nomor 19 tahun 1964. Di dalamUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 inikebebasan kekuasaan kehakiman sesuai denganketentuan pasal 24 UUD 1945. Di dalam ketentuanpasal 10 disebutkan bahwa:

(1)Kekuasaan kehakiman dilakukan olehPengadilan dalam lingkungan:

(a)Peradilan umum;

(b)Peradilan Agama;

(c)Peradilan Militer;

(d)Peradilan Tata Usaha Negara

(2)Mahkamah Agung adalah Pengadilan NegaraTertinggi;

(3)Terhadap putusan-putusan yang diberikantingkat terakhir oleh Pengadilan-pengadilan laindaripada Mahkamah Agung, kasasi dapatdiminta kepada Mahkamah Agung.

(4)Mahkamah Agung melakukan pengawasantertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain,menurut ketentuan yang ditetapkan denganundang-undang.

Page 16: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

300

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 (LNRITahun 1986 Nomor 77, TLNRI Nomor 3344)tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Undang-undang ini sengaja dibentuk dengan maksud untukmemberikan perlindungan hukum kepada wargamasyarakat dari kemungkinan terjadinya penyalah-gunaan wewenang atau tindakan sewenang-wenangpemerintah. Oleh karena itu yang menjadi tergugatdalam hal ini adalah pemerintah yaitu badan ataupejabat tata usaha negara. Pasal 1 angka 6menentukan bahwa: ”Tergugat adalah Badan atauPejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkankeputusan berdasarkan wewenang yang adapadanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yangdigugat oleh orang atau badan hukum perdata”. Dariketentuan pasal 1 angka 6 ini jelas bahwa Tergugatadalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,sedangkan penggugatnya adalah orang atau badanhukum perdata. Undang-undang nomor 5 Tahun1986 menentukan bahwa tidak semua sengketadapat digugat di Peradilan Tata Usaha Negara,melainkan hanya sengketa tata usaha Negara yangmemenuhi syarat saja yang bisa digugat di PeradilanTata Usaha Negara. Syarat yang dimaksud terdiridari dua hal, yaitu:

(1)Harus memenuhi syarat subyektif.

Syarat Subyektif, yaitu syarat tentang parapihak yang berperkara, artinya siapa dengan siapadan bagaimana posisi masing-masing (siapa jadiapa). Untuk ini dapat dilihat beberapa ketentuanyang ada di dalam Pasal 1 angka 4 dan Pasal 1angka 3. Pasal 1 angka 4 menentukan bahwa:”Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yangtimbul dalam bidang Tata Usaha Negara antaraorang atau badan hukum perdata dengan Badanatau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusatmaupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannyaKeputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketakepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dari ketentuan ini nampakjelas bahwa para pihak yang dapat berperkara diPeradilan Tata Usaha Negara hanyalah antaraOrang atau badan Hukum Perdata dengan Badanatau Pejabat Tata Usaha Negara, dengan posisibahwa Orang atau Badan Hukum Perdata sebagaiPenggugat dan Badan atau Pejabat Tata UsahaNegara sebagai Tergugat.

Hal sesuai juga dengan ketentuan pasal 1angka 6 seperti disebutkan di muka. Ketentuan inimenyebabkan tidak dikenalnya gugat balik(Rekonpensi) dalam hukum acara peradilan tatausaha negara. Masalahnya adalah siapakah yangdimaksud dengan orang atau badan hukum perdata.Maksud orang di sini adalah setiap orang baik WNImaupun WNA asalkan memenuhi persyaratansebagai subyek hukum. Hal ini sesuai denganpenjelasan ketentuan Pasal 4 menyebutkan bahwa:”Yang dimaksud rakyat pencari keadilan ialah setiaporang warga negara Indonesia atau bukan, danbadan hukum perdata yang mencari keadilan padaPeradilan Tata Usaha Negara”. Maksud BadanHukum Perdata adalah setiap badan usaha yangbergerak di bidang keperdataan yang memiliki statussebagai badan hukum, seperti Perseroan Terbatas,Yayasan, dan Koperasi.

(2)Harus memenuhi syarat obyektif

Syarat obyektif, yaitu syarat yang menyangkutobyek yang disengketakan. Tadi sudah dikemuka-kan ketentuan Pasal 1 angka 4. Dari ketentuan Pasal1 angka 4 tersebut dapat diketahui bahwa yangdapat dijadikan obyek perkara di Peradilan TataUsaha Negara hanyalah “Keputusan Tata UsahaNegara” saja. Maksud Keputusan Tata UsahaNegara di sini adalah seperti yang terumus dalamketentuan Pasal 1 angka 3 yang menyebutkanbahwa: ”Keputusan Tata Usaha Negara adalahsuatu penetapan tertulis yang dikeluarkan olehBadan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisitindakan hukum Tata Usaha Negara yangberdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku, yang bersifat konkret, individual, dan fi-nal, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorangatau badan hukum perdata”.

Ketentuan ini dapat dirinci sebagai berikut:bahwa yang dimaksud Keputusan Tata UsahaNegara adalah keputusan yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

(a)penetapan tertulis;

(b)dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TataUsaha Negara;

(c) termasuk dalam lingkup hukum tata usahanegara;

Page 17: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

301

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

(d)bersifat konkret, individual, dan final;

(e)menimbulkan akibat hukum (bagi orang ataubadan hukum perdata).

Maksud tertulis di sini tidak perlu selalu harusmemenuhi persyaratan formalitas tertentu sepertilayaknya Surat Keputusan (SK) pengangkatanseseorang menjadi Pegawai Negeri, melainkansembarang tulisan biasa dikategorikan sebagaipenepatan tertulis asalkan:

(a) jelas siapa yang membuat;

(b)jelas ditujukan kepada siapa;

(c) jelas apa isinya; dan

(d)menimbulkan akibat hukum, sehingga olehkarenanya maka nota dinas, surat sakti,memo, katebelece pejabat sudah bisa di-kategorikan sebagai penetapan tertulis,asalkan memenuhi persyaratan tersebut. Iniadalah merupakan perluasan pengertiantertulis yang dimaksudkan.

Bahkan masih diperluas lagi sampai padasikap diam Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.Pasal 3 (1) menentukan bahwa:”Apabila Badanatau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluar-kan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewaji-bannya, maka hal tersebut disamakan denganKeputusan Tata Usaha Negara”. Ayat (2)menentukan bahwa:” Jika suatu Badan atau PejabatTata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusanyang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagai-mana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atauPejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telahmenolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud”.Ayat (3) menentukan bahwa: “Dalam hal peraturanperundang-undangan yang bersangkutan tidakmenentukan jangka waktu sebagaimana dimaksuddalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktuempat bulan sejak diterimanya permohonan, Badanatau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutandianggap telah mengeluarkan keputusanpenolakan”.

Ketentuan pasal 3 ini memberikan isyarat agarBadan atau Pejabat tata Usaha Negara selalumemperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Hal inisesuai dengan semangat untuk menciptakankepemerintahan yang baik (Good Governance).

Dalam kaitan ini Sedarmayanti mengemukakan 8indikasi dari Good Government, yaitu:

(a)Participation, artinya bahwa setiap warga-negara harus memiliki suara dalampembuatan keputusan, baik secara langsungmaupun melalui intermediasi institusi yangmewakili kepentingannya;

(b)Rule of law. Negara hukum, artinya bahwaseluruh aktifitas negara harus selalu didasar-kan pada aturan hukum yang berlaku, demiterwujudnya keadilan;

(c)Transparency (keterbukaan). Hal inidibangun atas dasar kebebasan arus infor-masi. Informasi harus dapat dipahami dandapat dipantau oleh warga masyarakat;

(d)Responsiveness. Artinya bahwa lembagadan proses harus mencoba untuk melayanisetiap stakeholders. Tanggap dan cepatmerespon kebutuhan masyarakat khususnyaStakeholders;

(e)Consus orientation. Good Governancemenjadi perantara kepentingan yangberbeda untuk memperoleh pilihan yangterbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baikdalam hal kebijakan maupun prosedur;

(f) Effectiveness and effiency. Proses danlembaga menghasilkan sesuatu dengan apayang telah digariskan dengan menggunakansumber yang tersedia sebaik mungkin;

(g)Accountability. Para pembuat keputusandalam pemerintahan, sektor swasta danmasyarakat (civil sosiety) bertanggungjawab kepada publik dan lembagastakeholeders. Akuntabilitas ini tergantungpada organisasi dan sifat keputusan yangdibuat, apakah keputusan tersebut untukkepentingan internal atau eksternalorganisasi;

(h)Strategic vision.Para pemimpin dan publikharus mempunyai prespektif Good Gover-nance dan pengembangan manusia yang luasserta jauh ke depan sejalan dengan apa yangdiperlukan untuk pembangunan semacam ini

Untuk dapat digugat di Peradilan Tata UsahaNegara, suatu perkara itu harus memenuhi dua

Page 18: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

302

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

persyaratan (syarat subyek dan obyek) tersebut.Selain itu masih ada beberapa hal yang harus diper-hatikan yaitu yang menyangkut pembatasannya.Artinya bahwa walaupun sudah ada dua persya-ratan akan tetapi masih ada batasan kewenanganPeradilan Tata Usaha Negara. Batasan tersebutdimuat di dalam Pasal 2, Pasal 48 dan Pasal 49.Pasal 2 menentukan bahwa:”Tindak termasukdalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negaramenurut Undang-Undang ini:

(a)Keputusan Tata Usaha Negara yangmerupakan perbuatan hukum perdata;

(b)Keputusan Tata Usaha Negara yangmerupakan pengaturan yang bersifat umum;

(c)Keputusan Tata Usaha Negara yang masihmemerlukan persetujuan;

(d)Keputusan Tata Usaha Negara yangdikeluarkan berdasar ketentuan KitabUndang-Undang Hukum Pidana atau KitabUndang-undang Hukum Acara Pidana atauperaturan perundang-undangan lain yangbersifat hukum pidana;

(e)Keputusan Tata Usaha Negara yangdikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaanbadan peradilan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku;

(f) Keputusan Tata Usaha Negara mengenaitata usaha Angkatan Bersenjata republik In-donesia;

(g)Keputusan Panitia Pemilihan, Baik di pusatmaupun di daerah, mengenai hasil pemilihanumum.

Jadi untuk Keputusan Tata Usaha Negaraseperti yang disebutkan pada pasal 2 di atas samasekali tidak dapat dijadikan obyek sengketa diPeradilan Tata Usaha Negara. Selain itu masih adalagi beberapa keputusan ata usaha negara yangsama sekali tidak dapat digugat di Peradilan TataUsaha Negara, yaitu seperti yang disebutkan didalam pasal 49 nya yang menyebutkan bahwa:”Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus,dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negaratertentu dalam hal keputusan yang disengketakanitu dikeluarkan:

(a)dalam waktu perang, keadaan bahaya,keadaan bencana alam, atau keadaan luarbiasa yang membahayakan, berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku;

(b)dalam keadaan mendesak untuk kepentinganumum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu masih ada lagi suatu sengketa TataUsaha Negara yang baru boleh diajukan kePeradilan Tata Usaha Negara apabila upaya ad-ministratif yang tersedia sudah selesai dijalankan.Hal ini diatur di dalam ketentuan pasal 48, yangmenentukan bahwa:

(a)Dalam hal suatu Badan atau Pejabat TataUsaha Negara diberi wewenang oleh atauberdasarkan peraturan perundang-undanganuntuk menyelesaikan secara admnistratifsengketa Tata Usaha Negara tertentu, makasengketa tata Usaha Negara tersebut harusdiselesaikan melalui upaya admnistratif yangtersedia;

(b)Pengadilan baru berwenang memeriksa,memutus, dan menyelesaikan sengketa TataUsaha Negara sebagaimana dimaksud dalamayat (1) jika seluruh upaya administratif yangbersangkutan telah digunakan.

d) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 (LNRITahun 2004 Nomor 35, TLNRI Nomor 4380)tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata UsahaNegara. Sesuai dengan judulnya, undang-unang inipada intinya sama dengan Undang-Undang Nomor5 Tahun 1986, hanya ada beberapa perubahan.Perubahan yang menyangkut kompetensiabsolutnya disebutkan pada pasal-pasalnya sebagaiberikut:”Tidak termasuk dalam pengertianKeputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini:

(1)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakanperbuatan hukum perdata;

(2)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakanpengaturan yang bersifat umum;

(3)Keputusan Tata Usaha Negara yang masihmemerlukan persetujuan;

Page 19: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

303

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

(4)Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluar-kan berdasar ketentuan Kitab Undang-UndangHukum Pidana atau Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana atau peraturanperundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

(5)Keputusan Tata Usaha Negara yangdikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badanperadilan berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku;

(6)Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tatausaha Tentara Nasional Indonesia;

(7)Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik dipusat maupun di daerah, mengenai hasilpemilihan umum.

e) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentangKekuasaan Kehakiman (LNRI 2004, Nomor 8).Di dalam pasal 10 ayat (1), disebutkan bahwa:”Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuahMahkamah Agung dan badan peradilan yang beradadi bawahnya, dan oleh sebuah MahkamahKonstitusi. Ayat (2) menyatakan bahwa: ”Badanperadilan yang berada di bawah Mahkamah Agungmeliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilanumum, peradilan agama, peradilan militer, danperadilan tata usaha negara”. Ketentuan pasal inimemberikan dasar hukum tentang keberadaanPeradilan Tata Usaha Negara di dalam negarahukum Indonesia, termasuk juga memperkuat ataumenegaskan tentang keberadaan Pengadilan Pajaksebagai pengadilan khusus di lingkungan PeradilanTata Usaha Negara. Undang-undang Nomor 9Tahun 2004 Pasal 9A menyebutkan bahwa:”Dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dapatdiadakan pengkhususan yang diatur dengan undang-undang”. Yang dimaksud pengkhususan disiniadalah spesialisasi di lingkungan peradilan tata usahanegara. Disebutkan di dalam penjelasan pasal 9Abahwa:”Yang dimaksud dengan “pengkhususan”adalah deferensiasi atau spesialisasi di lingkunganperadilan tata usaha negara misalnya pengadilanpajak. Ketentuan pasal 9A Undang-undang Nomor9 tahun 2004 yang demikian ini dipertegas lagi didalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.Disebutkan di dalam pasal 15 ayat (1) bahwa:”Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalamsalah satu lingkungan peradilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur denganundang-undang”. Penjelasan pasal 15 ayat (1)menyebutkan bahwa: ”Yang dimaksud dengan“pengadilan khusus” dalam ketentuan ini antara lainadalah pengadilan anak, pengadilan niaga,pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindakpidana korupsi, pengadilan hubungan industrial yangberada di lingkungan peradilan umum, danpengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usahanegara”. Inilah antara lain kaitan Undang-undangNomor 4 tahun 2004 dengan Undang-undangNomor 9 Tahun 2004.

f) Undang-undang Nomor 5 tahun 2004 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun1985 tentang Mahkamah Agung RI (LNRI Tahun2004 Nomor 9, TLNRI Nomor 4359). Di dalamundang-undang ini ada satu ketentuan yang sangatmenarik, yaitu Pasal 45 yang menyebutkan bahwa:

(1)Mahkamah Agung dalam tingkat kasasimengadili perkara yang memenuhi syarat untukdiajukan kasasi, kecuali perkara yang olehUndang-Undang ini dibatasi pengajuannya;

(2)Perkara yang dikecualikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

(a)Putusan tentang praperadilan;

(b)Perkara pidana yang diancam dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun dan/ataudiancam denda;

(c)Perkara tata usaha negara yang obyekgugatannya berupa keputusan pejabatdaerah yang jangkauan keputusannya ber-laku di wilayah daerah yang bersangkutan.

Ketentuan ini membatasi hak seseorang untukmengajukan upaya hukum yang namanya “kasasi”,karena tidak semua perkara dapat dimintakankasasi. Ketentuan ini adalah salah satu produkhukum era reformasi, yaitu suatu era supremasihukum, era demokrasi, era keterbukaan, dan erapemberdayaan masyarakat.

2. Analisa Faktor-Faktor yang dapatMempengaruhi Keberadaan Peradilan TataUsaha NegaraBerbicara tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata UsahaNegara adalah merupakan suatu hal yang menarik.

Page 20: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

304

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Betapa tidak, karena memang keberadaan suatuinstitusi atau lembaga seperti Peradilan Tata UsahaNegara ini tidak bisa lepas dari pengaruh beberapahal yang berkaitan dengannya. Lebih-lebih lagiPeradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan salahsatu pelaksana kekuasaan kehakiman di negara Indo-nesia. Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakansuatu badan peradilan yang notabene merupakanlembaga hukum. Sebagai lembaga hukum keberadaanPeradilan Tata Usaha Negara dapat dipengaruhi olehbeberapa hal:

Pertama, peraturan perundang-undangan.Seperti yang telah diuraikan di muka maka keberadaanPeradilan Tata Usaha Negara Dalam Negara HukumIndonesia, harus didasarkan pada peraturanperundang-undangan, mulai dari UUD 1945 (sebelumdan sesudah amandemen), dan beberapa undang-undang organik atau undang-undang pelaksananyaseperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986,Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 dan beberapaperaturan perundang-undangan lainnya. Mengingatkarena keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara itudidasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan, maka jelas peraturan perundang-undangantersebut adalah merupakan salahsatu faktor yang dapatmempengaruhi keberadaan Peradilan Tata UsahaNegara dalam negara hukum Indonesia. Dengan katalain dapat dikatakan bahwa keberadaan Peradilan TataUsaha Negara ditentukan oleh beberapa peraturanperundang-undangan. Justru peraturan perundang-undangan tersebut yang melahirkan Peradilan TataUsaha Negara. Apa, mengapa dan bagaimananyaPeradilan Tata Usaha Negara diatur di dalam peraturanperundangundangan yang berlaku. Peraturanperundang-undangan inilah yang harus dijadikan dasarhukum keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara.

Kedua, Petugas atau pelaksana Peraturanperundang-undangan pada hakekatnya adalahkumpulan dari norma tentang apa yang seharusnyadilakukan dan yang tidak boleh dilakukan sertaancaman sanksi bagi si pelanggarnya. Peraturanperundang-undangan tidak lebih dari kumpulan apa-apa yang seharusnya dilakukan (das sollen) yangkadang-kadang belum atau tidak cocok dengankenyataan (das sein) nya. Sebagai kumpulan norma,maka peraturan perundang-undangan perlu penerapanagar bisa berlaku di dalam masyarakat. Penerapan ini

dilakukan oleh lembaga penerap hukum atau petugashukum. Betapapun baiknya suatu peraturanperundang-undangan belum tentu baik pula dalampenerapannya, karena menyangkut faktor manusiapelaksananya. Oleh karena itu penerapan suatuperaturan perundang-undangan juga dapat dipengaruhioleh faktor manusia sebagai penerap atau pelaksanahukumnya. Demikian puila halnya dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-UndangNomor 9 tahun 2004 yang mengatur tentang PeradilanTata Usaha Negara.

Ketiga, masyarakat (rakyat pencari keadilan),Selain faktor peraturan perundang-undangan dan faktorpelaksananya, ada faktor lain yang dapat mem-pengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha Negaradalam Negara Hukum Indonesia. Faktor ini adalahfaktor masyarakat atau rakyat pencari keadilan sendiri.Faktor ini juga dapat mempengaruhi keberadaanPeradilan Tata Usaha Negara. Jika disimak informasiatau pemberitaan yang ada selama ini, baik melaluimedia koran, majalah, media elektronik dan lain-lainnya, dapat diketahui adanya upaya yang dilakukanoleh pencari keadilan untuk memenangkan perkara-nya. Hal ini sebenarnya adalah merupakan hal yangwajar, karena setiap orang yang berperkara padaumumnya ingin menang. Akan tetapi akan menjadi tidakwajar bahkan mungkin bertentangan dengan hukumjika untuk menang tersebut dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan hukum misalnyadengan cara suap. Selain itu faktor pendidkkan danpemahaman masyarakat terhadap hukum juga dapatmempengaruhi keberadaan Peradilan Tata UsahaNegara. Misalnya masih ada yang belum mengertitentang perkara-perkara apa saja yang dapat digugatdi Peradilan Tata Usaha Negara, dan bagaimana caramenggugatnya. Kondisi seperti ini dapat mempengaruhikeberadaan Peradilan Tata Usaha Negara.

C. KESIMPULAN1. Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam

negara hukum Indonesia sebenarnya telah lamaadanya, bahkan sudah dimulai sejak zaman penja-jahan Belanda dan Jepang. Keberadaan inidimaksudkan untuk memberikan perlindunganhukum kepada pencari keadilan, selain itu jugamengontrol tindakan Badan atau Pejabat TataUsaha Negara. Di samping itu berwenangan dalam

Page 21: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

305

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pembatasan-pembatasannya yang tidak semuasengketa tata usaha negara dapat digugat diPeradilan Tata Usaha Negara, hanya sengketa tatausaha negara yang memnuhi syarat tertentu sajayang bisa digugat di Peradilan Tata Usaha Negaraserta tidak semua sengketa dapat dimintakankasasi, seperti yang telah ditentukan dalam Pasal45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004;

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberada-an Peradilan Tata Usaha Negara dalam negarahukum Indonesia adalah: peraturan perundang-undangan, pelaksana dan masyarakat atau rakyatpencari keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Sidharta, Nopember 2004., KajianKefilsafatan tentang Negara Hukum, JurnalHukum Jentera, Edisi ke 3-Tahun II,, jakartaPSHK.

Jimly Asshiddiqie, 2011., Hukum Tata Negara danPilar-Pilar Demokrasi, Sinar Garafika,Jakarta.

Miriam Budiardjo, 1977., Dasar-Dasar Ilmu Politik,Gramedia, Jakarta,

M.Tahir Azhary, 2003., Negara Hukum: Suatu Studitentang Prinsip-Prinsipnya dilihat darisegiHukum Islam, Implementasinya padaPeriode Negara Madinah dan Masa kini,Kencana, Jakarta.

M.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1985., PengantarHukum Tata Negara Indonesia, Pusat StudiHTN UI, Sinar bakti, Jakarta.

Moh.Kusnardi dan Bintan R.Saragih, 1978, SusunanPembagian Kekuasaan Menurut SistemUndang-Undang dasar 1945, Gramedia,Jakarta.

Paulus Effendi Lotulung, 1986., Beberapa SistemKontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintah,Bhuana Pancakarsa, Jakarta.

Philipus M.Hadjon, 1987., Perlindungan HukumTerhadap Rakyat, Bina Ilmu, Surabaya.

Sjachran Basah, 1985., Eksistensi Dan Tolok UkurBadan Peradilan Administrasi Di IndonesiaAlumni, Bandung.

Sudargo Gautama, 1975, Pengertian tentangNegara Hukum, Alumni Bandung.

Satjipto Rahardjo, 2006., Ilmu Hukum, Cet. VI.,Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sedarmayanti,2003, Peraturan perundang-undangan:Good Governance (Kepemerintahan yangbaik) Dalam rangka Otonomi daerah, UpayaMembangun Organisasi Efektif dan Efisienmelalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan,Mandar Maju, Bandung.

Page 22: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

306

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

SOCIO-ECONOMIC CONDITIONS AND CULTURAL COMMUNITIESAROUND THE AREA PT. MAHAKARYA PERDANA GEMILANG

IN THE DISTRICT KUTAI KARTANEGARAOF PROVINCE EAST KALIMANTAN

WarmanProgram Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman

ABSTRACT

Plans for utilization of timber in plantations covering 30,454 ha by PT. Mahakarya PerdanaGemilang in Kutai regency of East Kalimantan province besides a positive impact also negativelyimpact the socio-economic and cultural conditions of the surrounding community. The surveyresults revealed that the average household income per capita per year is good enough or are notclassified as poor. Besides As with farmers, civil servants and employees of the company, they alsohave side jobs such as working as a builder, selling groceries and fishing. Land area in controlledan average of 2 hectares per household obtained from parental inheritance, opening the forestitself, and some who do not own land, because they even have a family as head of the family, butthey still ride in the elderly. The type and non-formal economic activity in general is quite varied,such as shops, kiosks groceries, cooperatives, coffee shops, and lodging. Economic infrastructureis sufficient.

Applicable customs are tribal Kutai and Dayak tribes. The role of traditional leaders is dominantin resolving issues related to customary law. The things that a ban has been arranged with thecouncil, for example, prohibited liquor, intimate relationships before marriage. Social conflictsare rare, and the source of the cause of young people is a problem and can be solved by way ofdeliberation / familiarity. The process of assimilation has occurred between them. Social institutionsand functioning properly include RT, Institute of Traditional, village councils, and religiousinstitutions. People’s perception of the business plan on the utilization of timber plantations byPT. Mahakarya Perdana Gemilang very positive. People consider that the presence of PT.Mahakarya Perdana Gemilang will benefit them.

Keywords: Socioeconomic; Social Culture.

A. PENDAHULUANLahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah telah memberikankewenangan kepada daerah untuk mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di wilayahnya danbertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungansesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal10 ayat 1 Undang-Undang Otonomi Daerah 1999).

Hutan produksi di Indonesia merupakan karuniaTuhan Yang Maha Esa yang perlu dimanfaatkan secaraarif, dengan memperhatikan kelestarian fungsi dankeseimbangan lingkungan hidup untuk kemakmuranrakyat di masa kini dan di masa mendatang.

PT. Mahakarya Perdana Gemilang adalah sebuahperusahaan swasta nasional yang berkedudukan diJakarta dan bergerak di bidang pertanian, perkebunan,

Page 23: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

307

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kehutanan dan industri pengolahan hasil-hasilnyaberminat mengusahakan hutan tanaman di wilayahPropinsi Kalimantan Timur. Dengan didorong komit-men, kemampuan manajerial dan investasi PT.Mahakarya Perdana Gemilang mengajukan permo-honan areal kerja IUPHHK-HTI yang terletak diKabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi KalimantanTimur termasuk dalam Kelompok Hutan SungaiBelayan, seluas ± 30.454 Ha. Berdasarkan PetaLampiran SK. Menhutbun No. 79/Kpts-11/2001tanggal 15 Maret 2001 (Peta Kawasan Hutan danPerairan Provinsi Kalimantan Timur), lokasi arealtersebut merupakan Kawasan Budidaya Kehutanandengan fungsi hutan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas± 29.023 Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT)seluas ± 1.431 Ha.

Tujuan dari kegiatan UPHHK-HTI PT.Mahakarya Perdana Gemilang adalah untukmenghasilkan kayu dalam kuantitas dan kualitas yangmemadai secara terus menerus, sebagai bahan bakuindustri, dan diharapkan bermanfaat untuk pengem-bangan masyarakat (community development) disekitar proyek melalui program PengembanganMasyarakat Desa Hutan (PMDH), serta terbukanyakesempatan atau lapangan kerja baru. Tetapi rencanakegiatan tersebut selain berdampak positif, diper-kirakan juga akan menimbulkan dampak negativeterhadap komponen lingkungan hidup di sekitarnya,yakni: komponen fisik-kimia, biologi, social ekonomi,budaya, dan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 telahditetapkan bahwa dampak negatif dari suatu proyekyang direncanakan harus diminimasi sekecil mungkin,agar kegiatan pembangunan tersebut dapat dilaksa-nakan secara berkesinambungan dan kualitaslingkungan hidup di sekitar proyek yang direncanakantidak menurun.

B. METODE PENELITIANData yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari informan,yaitu kepala desa, tokoh agama, ketua RT, pemukaadat, dan aparat pemerintah yang terkait. Sedangkandata sekunder diperoleh dari pihak pemrakarsa daninstansi-instansi lain yang terkait seperti DinasKehutanan, Bappeda, Badan Pusat Statistik, KantorKecamatan dan Kantor Kepala Desa di wilayah studi.

Komponen sosial ekonomi yang diteliti meliputi:(1) ekonomi rumah tangga, yang mencakup tingkatpendapatan dan pola nafkah ganda, (2) ekonomisumberdaya alam, meliputi: pola pemilikan danpenguasaan lahan, pola penggunaan lahan, dan nilailahan, (3) perekonomian lokal dan regional, meliputi:penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlah aktivitasekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitas sosial,serta aksesbilitas wilayah. Sedangkan komponen sosialbudaya meliputi: (1) adat isti adat dan nilai budaya,(2) proses/interaksi sosial, (3) pranata social/kelemba-gaan masyarakat, (4) persepsi dan sikap masyarakatterhadap rencana kegiatan.

Selain data sekunder, data primer diperolehmelalui survai sampel/wawancara dengan respondensebanyak 10% dari jumlah kepala keluarga yangditetapkan berdasarkan strata yang ada pada masing-masing desa yang diprakirakan akan mendapatkandampak negatif maupun dampak positif dari proyek.

Data yang terkumpul dianalisis dengan metodedeskriptif kualitatif. Sedangkan data sosial ekonomiuntuk tingkat pendapatan ditabulasikan dan dianalisisdengan rumus sebagai berikut:

1. Tingkat Pendapatana. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikator

ekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisipenerimaan:

I = TR...1)

Keterangan:

I = Pendapatan (Income)

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

b. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikatorekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisipengeluaran:

I = c – i + s...2)

Keterangan:

I = Pendapatan (income)

c = Konsumsi (consumption)

i = Investasi (investment)

s = Tabungan (saving)

Page 24: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

308

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

2. Rata-rata Pendapatan/Pendapatan perkapita(Y)

Keterangan:

Y = Total pendapatan

A = Jumlah tanggungan keluarga

Untuk meminimasi dampak negatif tersebut perludilakukan studi dengan tujuan: (1) mendapatkan dataaktual tentang kondisi sosial ekonomi dan budayamasyarakat, (2) memperoleh gambaran tentangdinamika sosial ekonomi masyarakat dan (3) untukmencoba menangkap aspirasi yang berkembang dimasyarakat berkaitan dengan rencana kegiatan gunamengelola kemungkinan timbulnya dampak. Dari hasilpenelitian ini diharapkan akan memberikan manfaatbagi pemerintah daerah setempat dan pihak

level ekonomi rumah tangga, secara umum pendudukdi wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin.

Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan datahasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkatpendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antaraRp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumahtangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatanper bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaranadalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumahtangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayahstudi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatantersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita pertahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977),pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karena

pemrakarsa, guna meminimasi dampak negatif yangdiakibatkan kegiatan proyek.

C. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

1. Kondisi Sosial Ekonomia. Ekonomi rumah tangga

Pendapatan per kapita penduduk merupakanindikator penting tingkat kesejahteraan suatumasyarakat. Untuk itu, dalam rangka mendapatkandata lapangan yang mendekati kebenaran, makadilakukan pendekatan pengeluaran yang justru lebihakurat. Karena pada kenyataan di lapangan banyakresponden yang tidak dapat mengungkapkan denganbenar tingkat pendapatannya.

Rata-rata pendapatan per kapita masyarakat diwilayah studi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Penduduk Per-Rumah Tangga/ Bulan

di Wilayah Studi (Berdasarkan Jawaban Responden 2012)

Sumber: Data Primer, 2012

Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan datahasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkatpendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antaraRp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumahtangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatanper bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaranadalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumahtangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayahstudi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatantersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita pertahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977),pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karenamasih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuk

Page 25: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

309

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

masih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuklevel ekonomi rumah tangga, secara umum pendudukdi wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin.

Mengenai pola nafkah ganda, penduduk DesaKlekat pada umumnya selain mengandalkan padasumber pendapatan dari hasil pertanian, PNS dankaryawan perusahaan, mereka juga memiliki sumberpendapatan lain seperti bekerja sebagai tukangbangunan, jualan sembako dan bekerja sampingansebagai nelayan. Demikian juga penduduk di desalainnya (Long Beleh Haloq, Long Beleh Modang,penduduk Desa Muai, dan penduduk Desa Gunung Sari)juga memiliki sumber pendapatan lain seperti bekerjasebagai tukang bangunan, jualan sembako dan bekerjasampingan sebagai nelayan.

b. Ekonomi sumberdaya alam

Pola kepemilikan lahan masyarakat didasarkan ataspengakuan kerabat dan anggota masyarakat Desa yangada dan belum atas dasar bukti sertifikat atau surat-surat tanah yang sah. Namun demikian, hampirdipastikan bahwa batas-batas lahan masyarakat adalahakurat dan umumnya Kepala Adat serta Kepala Desamengetahui keberadaan lahan masyarakat ini. Hal initerjadi karena waktu pembukaan dan pengerjaan lahan,anggota kerabat dan masyarakat umumnya dilibatkansecara bergotong-royong. Kepemilikan lahan ini sifatnyabanyak yang sudah turun temurun yang diwariskan darinenek moyang mereka. Pembukaan lahan baru hanyadilakukan apabila lahan warisan tidak mencukupi lagiuntuk memenuhi kebutuhan keluarga. Umumnyapembukaan lahan baru adalah atas pengetahuan dariKepala Adat atau Kepala Desa.

Sumberdaya alam yang sangat penting dan bernilaibagi penduduk adalah lahan, karena sebagian besarpenduduk menggantungkan hidupnya dari lahan, yaitusebagai lahan pertanian dan perkebunan. Lahan-lahantersebut umumnya belum/tidak memiliki surat (sertifikat).Lahan untuk berladang maupun untuk tempat tinggal(rumah dan pekarangan) umumnya mereka kuasaimelalui/dengan cara membuka hutan. Dalam batas-bataswilayah Desa, lahan umumnya dikuasai oleh pendudukDesa setempat. Namun ladang mereka ada juga yangjaraknya relatif jauh dari Desa, mengingat merekaumumnya melakukan perladangan dengan sistemberpindah-pindah (rotasi), sehingga memerlukan lahanyang cukup luas, dan jauh dari Desa.

Data mengenai nilai lahan di wilayah studi sifatnyasangat kualitatif, karena data kuantitatif (nilai moneter)sulit didapat, mengingat tanah di wilayah studi sampaisaat ini (saat dilakukan survei) belum pernah dijual-belikan (belum ada pasarnya). Namun secara sosial,tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masyarakat,mengingat sebagian besar penduduk di wilayah studibermatapencaharian sebagai peladang berpindah yangmemerlukan banyak tanah, sehingga hidup merekasangat tergantung pada tanah.

c. Perekonomian lokal dan regional

Parameter perekonomian lokal dan regionalmeliputi penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlahaktivitas ekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitassosial serta aksesbilitas wilayah.

d. Penyerapan Tenaga Kerja

Dampak kehadiran suatu perusahaan, diharapkansalah satunya dapat mengurangi pengangguran denganmenarik tenaga kerja masyarakat lokal di daearhtersebut. Dari informasi yang terkumpul tergambarjumlah tenaga kerja yang akan terserap di PT.MAHAKARYA PERDANA GEMILANG, yaituberjumlah 360 orang dengan kualifikasi Sarjana danDiploma (D3) berjumlah 166 orang (46%) dan untukkualifikasi SMA, SMP,SD, dan Tidak punya Ijazahsebanyak 194 orang (54%).

Untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yangdiinginkan maka dilakukan penerimaan dengan prioritastenaga kerja lokal, terutama non skill. Hal ini menun-jukkan keberadaan PT. MAHAKARYA PERDANAGEMILANG telah memberikan dampak positif padamasalah tenaga kerja daerah, yang dengan sendirinyauntuk tahap operasional akan lebih banyak lagi tenagakerja yang terserap dan ini akan membantu perkem-bangan ekonomi daerah.

e. Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal

Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal yangterdapat di wilayah studi sampai saat ini (saat surveidilakukan) pada umumnya sudah cukup bervariasi,seperti Toko, Kios sembako, Koperasi, Warung kopi,dan Penginapan.

Mengenai jenis dan jumlah aktivitas ekonomi nonformal di wilayah studi disajikan pada Tabel 2 berikut:

Page 26: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

310

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Aktivitas Ekonomi Non Formal Di Wilayah Studi.

Sumber: Kecamatan Kembang Janggut Dalam Angka, 2011Kecamatan Tabang Dalam Angka, 2011Informasi Perangkat Desa Masing-masing di Wilayah Studi, 2012

kematian, kesenian adat, dan yang berhubungan denganmasalah lahan .

Mengenai hukum adat masih tetap dipertahankandan bagi mereka yang melanggar akan dikenakandenda adat sesuai dengan tingkat pelanggaran yangdilakukan oleh masyarakat setempat maupun masya-rakat Desa tetangga. Tata nilai atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, sebelumnya telah diatur dalamkeputusan Dewan adat.

Pengobatan tradisional (Belian) sudah jarangdilakukan karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama yang mereka anut. Mengenai hal-hal yang merupakan larangan telah diatur bersama olehdewan adat, dilarang keras minuman keras, pergaulanintim sebelum menikah.

Perubahan sosial terutama berkenaan dengangaya hidup masyarakat terlihat cukup deras disebab-kan arus informasi dan transportasi yang masuk kedaerah ini. Perubahan-perubahan tersebut termasukpola perilaku dan gaya hidup, seperti cara berpakaianpara kaum muda, cara-cara bermusyawarah,perubahan pola pikir warga masyarakat. Kontrol socialatas perilaku masyarakat dalam hal hubungan socialbudaya dan kekeluargaan/kekerabatan dirasakanmasih sangat kuat melalui nilai-nilai/norma hukum adat.

Di samping itu terdapat pula hal-hal yang dianggaptabu untuk dilakukan masyarakat seperti menebangpohon benggeris, bengkirai, yang sebenarnya jugamempunyai nilai ekologis dan ekonomis.

b. Proses/interaksi sosial

Salah satu indikator proses atau interaksi sosialyang ditelaah dalam penelitian ini adalah kerjasamaantar warga masyarakat. Berdasarkan survesi sampeldiketahui bahwa pada umumnya masyarakat cukupterbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak

f. Fasilitas umum dan fasilitas sosial

Mengenai fasilitas umum dan fasilitas sosial diwilayah studi sudah cukup memadai, oleh karena itudengan tersedianya sarana dan prasarana tersebutmenjadi salah satu faktor pendukung tingginya mobilitassosial. Berdasarkan hasil survey sampel tergambarbahwa prasarana perekonomian yang ada di wilayahstudi pada umumnya selain menggunakan mobil dansepeda motor sebagai sarana transportasi darat,mereka juga menggunakan perahu motor sebagaisarana transportasi sungai. Hal ini seiring denganadanya fasilitas jalan darat yang cukup bagus sehinggamemungkinkan penduduk untuk menggunakan saranatransportasi tersebut.

g. Aksesbilitas Wilayah

Jalur transportasi yang dimanfaatkan olehmasyarakat di Desa-Desa wilayah studi selain menggu-nakan sarana transportasi air, juga menggunakansarana transportasi darat baik yang menghubungkanantara Desa yang satu dengan Desa lainnya. Untukmencapai Ibu Kota Kabupaten pada setiap Desadapat ditempuh dengan menggunakan transportasi airdan darat dengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desawilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolongcepat karena dapat dilakukan setiap saat.

2. Kondisi Sosial Budayaa. Adat-istiadat dan budaya

Adat istiadat yang berlaku di Desa sekitar wilayahstudi adalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam halkehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukupdominan dalam menyelesaikan masalah yangberkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakatsetempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adat yangditerapkan terutama dalam hal kegiatan: perkawinan,

Page 27: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

311

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

meskipun terdapat perbedaan suku ataupun agama.Hal itu menunjukkan keadaan iklim sosial yang cukupbaik.

Proses interaksi/kerjasama di daerah penelitiantergambar dari bentuk-bentuk gotong-royong yanghidup dan berkembang di masyarakat. Dari hasil surveisampel diketahui bahwa kegiatan gotong-royongpenduduk desa masih baik, terutama kegiatan gotongroyong yang menyangkut kepentingan umum,kepentingan kelompok maupun kepentingan pribadi.Kerjasama untuk kepentingan umum adalah gotong-royong untuk memelihara kebersihan, ketertiban dankeamanan desa. Adapun kerjasama yang menyangkutkepentingan kelompok ataupun pribadi, misalnyaterjadi dalam mencari nafkah dan kegiatan keagamaan.Kerjasama juga terjadi antara warga setempat denganpihak lain/pihak luar, misalnya perusahaan yangberoperasi di daerah ini. Kerjasama dilakukan tanpamelihat perbedaan etnis maupun agama. Motivasi yangmendasari kerjasama itu di samping alasan ekonomiadalah motivasi keagamaan dan motivasi ke daerahan.

Indikator lainnya dari proses/interaksi sosial yangdikaji adalah konflik sosial. Mengenai potensi konflikdalam kehidupan masyarakat di wilayah studi memangditemukan pilihan reponden yang menyatakan kadang-kadang muncul konflik. Namun konflik tersebut dapatdiselesaikan dengan musyawarah/kekeluargaan.Adapun sumber konflik yang muncul adalah masalahlahan, salah paham, kecemburuan social, nilai budayaluar, minuman keras, dan hubungan muda-mudi.

Proses sosial antara warga masyarakat denganpihak perusahaan selama ini (pada saat dilakukansurvei) berlangsung kurang kondusif. Faktor penyebab-nya menurut masyarakat antara lain adalah masalahlahan, pencemaran limbah, polusi udara, dan pe-langgaran terhadap kesepakatan bersama. Solusinya,pada saat survei dilakukan masih belum ada titik temu.

Proses sosial yang lebih jauh dalam kehidupanbermasyarakat ditandai dengan adanya asimilasi. Dilokasi wilayah studi juga telah terjadi asimilasi antaralain melalui perkawinan antar suku yang telah lamamenetap di daerah itu. Mengenai latar belakang yangmendasari terjadinya proses asimilisi pada umumnyaadalah bahwa faktor agama, prilaku dan salingmencintai sangat dominan yang mewarnai pendapat

responden, sementara faktor persamaan suku danpekerjaan kurang menentukan dalam proses asimilasidi daerah penelitian pada umumnya.

c. Kelembagaan sosial

Pranata sosial ini meliputi kelembagaan bi dangekonomi, pendidikan, agama, sosial kemasyarakatan,lembaga Desa, dan lembaga adat.

Secara administratif lembaga formal yang ber-peran di pedesaan adalah RT (Rukun Tetangga) danKepala Desa. Lembaga lain yang berperan di Desaadalah Badan Perwkilan Desa (BPK) yang mempunyaifungsi strategis untuk menangkap dan mengungkapkanaspirasi, sebagai bentuk demokratisasi di perdesaan.Lembaga ini selain berperan sebagai badan peren-canaan di Desa juga berusaha menggalang danmeningkatkan kegiatan gotong-royong masyarakat diDesa.

Sedangkan kelembagaan pemuda yang ada danberfungsi adalah Karang Taruna dan perkumpulan olahraga yang merupakan wadah kaum muda untukberkreatif dan berorganisasi. Adapun lembaga-lembaga social religius lainnya seperti kelompokpengajian bagi yang beragama Islam dan kebaktianbagi yang beragama Katholik telah berkembang cukupbaik.

d. Persepsi dan sikap masyarakat terhadaprencana kegiatan PT. MAHAKARYA PERDANAGEMILANG

Sebagian besar responden (67.37%) telahmengetahui keberadaan PT. Mahakarya PerdanaGemilang. Mereka mengaku mengetahuinya dari pihakperusahaan melalui sosialisasi. Sedangkan sebagianlainnya (32.63%) menyatakan belum tahu tentangkeberadaan PT. Mahakarya Perdana Gemilang.Meskipun mereka menyatakan belum mengetahuitentang keberadaan PT. Mahakarya PerdanaGemilang, namun ketika ditanya tentang sikapnyaterhadap rencana kegiatan tersebut pada umumnya(86.32%) menyatakan “setuju”, 12.63% responden“tidak ada pendapat” dan “ragu-ragu”, dan hanya1.05% responden yang menyatakan tidak setuju.

Harapan responden akan hadirnya perusahaantergambar bahwa perusahaan akan menguntungkandalam hal membantu pemerintah dan kontribusi

Page 28: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

312

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pembangunan daerah, kemudian disusul dapat mem-buka peluang kerja, kesempatan berusaha danmeningkatkan pendapatan masyarakat. Selain ituberharap agar perusahaan memberikan bantuan dibidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian,ketenagakerjaan, dan kesejahteraan sosial. Adapuntanggapan beberapa responden yang menyatakan tidaksetuju pada umumnya mereka menganggap kehadiranperusahaan akan menimbulkan kerusakan hutan,bencana banjir, dan kemungkinan akan meningkatkanpotensi konflik.

Hasil survei sampel tersebut tidak jauh berbedadengan hasil diskusi bersama Kepala Desa, PerangkatDesa, Badan Perwakilan Desa serta masyarakat, yangmenggambarkan bahwa pada umumnya masyarakatmendukung dan mengharapkan agar rencana kegiatanpengelolaan hutan kayu oleh PT. Mahakarya PerdanaGemilang di wilayah Desa mereka tetap dilanjutkan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Rata-rata kondisi ekonomi rumah tangga

masyarakat cukup baik (tidak tergolong miskin).Pada umumnya penduduk selain mengandalkanpada sumber pendapatan dari pekerjaan pokok,mereka juga memiliki sumber pendapatan lain yangcukup bervariasi, seperti bekerja sebagai tukangbangunan, jualan sembako dan bekerja sampingansebagai nelayan.

b. Rata-rata kepala keluarga memiliki lahan seluasantara 2 Ha sampai 8 Ha, status lahan padaumumnya tidak disertai surat bukti apapun. Nilailahan di wilayah studi bersifat kualitatif, karenabelum pernah dijual-belikan. Namun secara sosial,tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masya-rakat, karena sebagian besar penduduknyabermatapencaharian sebagai petani dan berkebun,sehingga hidup mereka sangat tergantung padatanah. Pola pemanfaatan sumberdaya alam adalahuntuk mendirikan rumah, sebagai sarana transportasidan sumber mencari nafkah.

c. Kegiatan perekonomian lokal yang terdapat disekitar wilayah studi pada umumnya sudah cukupbervariasi, seperti seperti Toko, Kios sembako,Koperasi, Warung kopi, dan Penginapan. Pra-sarana perekonomian yang ada pada umumnya

selain menggunakan mobil dan sepeda motorsebagai sarana transportasi darat, mereka jugamenggunakan perahu motor sebagai sarana trans-portasi sungai. Untuk mencapai Ibu KotaKabupaten pada setiap Desa dapat ditempuhdengan menggunakan transportasi air dan daratdengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desawilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolongcepat karena dapat dilakukan setiap saat.

d. Adat istiadat yang berlaku di Desa wilayah studiadalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam halkehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukupdominan dalam menyelesaikan masalah yangberkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakatsetempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adatyang diterapkan terutama dalam hal kegiatan:perkawinan, kematian, kesenian adat, dan yangberhubungan dengan masalah lahan.

e. Walaupun penduduk di lokasi penelitian sebagianberasal dari berbagai daerah dan suku bangsa danagama yang berbeda, namun jarang terjadiperselisihan antar warga yang mengarah kepadaunsur sara. Proses asimilasi telah terjadi diantaramereka, antara lain melalui pernikahan antar suku.

f. Lembaga-lembaga sosial yang ada di lokasipenelitian disamping Desa antara lain adalah RukunTetangga (RT), Lembaga Adat, Badan PerwakilanDesa, Pertahanan Sipil (Hansip), Karang Taruna,Koperasi Unit Desa, Perkumpulan olah raga, PKK,Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan lembagakeagamaan.

g. Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan PT.Mahakarya Perdana Gemilang adalah sangat positif.Masyarakat menilai bahwa kehadiran perusahaantersebut akan memberikan manfaat bagi mereka.Mereka berharap agar kegiatan pengelolaan hutankayu oleh PT. Mahakarya Perdana Gemilang segeraterealisasi. Beberapa harapan dari masyarakat yangmuncul antara lain agar perusahaan memberikanbantuan di bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomidan pertanian, ketenagakerjaan, dan kesejahteraansosial.

2. Saran-sarana. Rencana kegiatan IUPHHK-HTI oleh PT.

Mahakarya Perdana Gemilang di Kabupaten Kutai

Page 29: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

313

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Kertanegara, selain berdampak positip juga akanmenimbulkan dampak negatip terhadap lingkunganhidup sekitarnya termasuk kondisi sosial ekonomidan budaya masyarakat. Untuk itu dalampenanganan dampak akan lebih tepat bila dilakukanterhadap sumber-sumber penyebab timbulnya dam-pak, seperti pada saat kegiatan sosialisasi publik,rekruitman tenaga kerja, dan tingkah lakukaryawan/buruh pendatang.

b. Kegiatan ijin koridor lahan untuk PT. MahakaryaPerdana Gemilang seluas 30.454 Ha diperkirakanakan menimbulkan dampak negative, yakni semakinberkurangnya luasan lahan dan berkurangnyakeragaman sumber matapencaharian masyarakat.Agar taraf hidup masyarakat sekitar tetap terjagadan bahkan meningkat, maka perlu dilakukanbimbingan teknis budidaya berbagai jenis tanaman,perikanan, peternakan dan industri rumah tanggasesuai dengan kondisi masyarakat setempat.

c. Dalam proses penerimaan karyawan/buruh,hendaknya lebih memprioritaskan pada masyarakatsetempat selama memenuhi spesifikasi keahlian yangdipersyaratkan, sehingga diharapkan tidak menim-bulkan keresahan di dalam masyarakat.

d. Perlu adanya pembinaan terhadap karyawan/buruhterutama pendatang, agar mereka dapat menye-suaikan diri dengan adat budaya masyarakatsetempat sehingga tidak terjadi pelanggaranterhadap aturan/norma yang berlaku di masyarakatsehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat.

e. Pengusaha perlu menumbuhkan peran serta masya-rakat pada kegiatan perdagangan, jasa angkutan,dan memberikan bantuan sosial, serta menindaktegas terhadap karyawan/buruh yang melakukanpelanggaran terhadap norma yang berlaku dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah.Sinar Grafika. Jakarta.

Anonim. 2000. Pedoman Teknis PenyusunanDokumen Kerangka Acuan AMDAL HakPengusahaan Hutan Tanaman. KomdalPusat Departemen Kehutanan dan Perkebunan,Jakarta.

Anonim. 2012. PeraturanMenteri NegaraLingkungan Hidup Republik IndonesiaNomor 16 Tahun 2012 Tentang PedomanPenyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Anonim. 1996. Keputusan Kepala BadanPengendalian Dampak Lingkungan No.Kep-229/11/1996 Tentang Pedoman TeknisKajian Aspek Sosial Dalam PenyusunanAMDAL.

Poedjawijatna, 1987. Manusia dengan Alamnya.Bina Aksara, Jakarta.

Sajogyo 1982. Bunga Rampai PerekonomiaanDesa. Yayasan Agro-ekonomi, IPB, Bogor.

Sajogyo 1977. Garis Kemiskinan dan KebutuhanMinimum Pangan. LPSP-IPB, Bogor.

Sajogyo 1989. Sosiologi Pedesaan. Penerbit UGM,Yogyakarta.

Soemarwoto, O. 1989. Analisis Mengenai DampakLingkungan. UGM-Press, Yogyakarta.

Tjitrajaya, I & A.P. Vayda. 1990. MangkajiHubungan Timbal Balik antara PrilakuManusia dan Lingkungan. LIPI, Jakarta.

Wirosuhardjo, K. 1991. Dasar-Dasar Demografi.Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI,Jakarta.

Page 30: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

314

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KINERJA GURU PKn DALAM PENANAMAN NILAI-NILAIKARAKTER PADA SISWA DI SMK BINA BANUA BANJARMASIN

Faridah, Zainul Akhyar dan Mariatul KiptiahProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Faridah, 2012. Civics Teacher Performance in Cultivation Character Values to Students in SMKBina Banua Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,Department of Social Sciences, Faculty of Teacher and Education Science, University ofLambung Mangkurat. Counselor (I) Zainul Akhyar, (II) Mariatul Kiptiah.

This study reviews the performance of Civics Teachers Planting Character values in students atSMK Bina Banua Banjarmasin. Teacher performance assessed include lesson planning in plantingcharacter values, the lesson in planting character values, and assessment of learning outcomes inthe planting of character values.

The selected research method is a method of qualitative data collection techniques throughobservation, interview and documentation. Source data is taken from interviews and documentationaccording the research object and analyzed by data reduction, data presentation and conclusion.Data obtained were tested validity extension method of observation, increasing persistence,triangulation and use of reference materials.

The results showed that the performance of the investment grade Civics teacher character, is aCivics lesson planning by teachers in the cultivation of character values in students is to developa syllabus and lesson plans that character, the lesson by the teacher Civics in the planting ofcharacter values in students through (initial activities, core activities, and the final activity), aswell as learning outcomes assessment system by the teacher in the planting Civics charactervalues in students is through a written test about whether objective, subjective, and the attitudescale.

Based on the results of this study suggested that the Head of School at SMK Bina Banua Banjarmasinshould direct more of their students in activities that refers to the potential of the students as anextracurricular be developed further as the religious values in which students are required toprayers and religious activities such as mawlid habsy, educating children to always discipline,keep the environment as well as the success that students can deepen their knowledge about thereligion that the formation of harmony and concord among their students and for Civics Teachersshould guide students need more knowledge and instill the values of character, because teachersare role models for their students. It’s human to be faithful and devoted to God the almighty one,noble, healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent, and become citizens of a democraticand accountable.

Keywords: Performance, Teacher Civics, Character Values

Page 31: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

315

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANKehidupan bangsa Indonesia ternyata belum

seperti yang dicita-citakan sebagaimana yang tersiratdalam UUD 1945. Berbagai peristiwa sosial, budaya,dan politik yang terjadi akhir-akhir ini cukupmemprihatinkan, bahkan menyisakan luka mendalamdi berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa, dan bernegara. Tindakan kekerasan dan ber-bagai pelanggaran HAM, perilaku tidak bermoral danruntuhnya semangat budi pekerti luhur, anarkisme danketidaksabaran, ketidakdisiplinan, ketidakjujuran sertarentannya kemandirian dan jati diri bangsa, terusmenghiasi media massa baik elektronik maupun cetak.Semangat kebangsaan kita yang telah lama berkem-bang kini akhirnya turun (Kemdiknas, 2011:1).

Guru dituntut memiliki kinerja yang mampumemberikan dan merealisasikan harapan dan keinginansemua pihak terutama masyarakat umum yang telahmempercayai sekolah dan guru dalam membina anakdidik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangatdipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakantugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan pentinguntuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secaraumum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukurbagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.

Berdasarkan pengamatan peneliti, SMK BinaBanua sudah membuat peraturan-peraturan yang harusditaati di sekolah, namun di dalam sekolah tersebutmasih banyak siswa yang melanggar aturan dan tatatertib itu, seperti cara berpakaian yang tidak sopan,suka datang terlambat, keluar sekolah tanpa alasan(tanpa keterangan), ribut pada saat pelajaran ber-langsung, kurangnya tutur kata yang sopan terhadaporang yang lebih tua, melawan guru dan sebagainya.Perbuatan seperti ini bisa menjadi begitu bertentangandengan apa yang sepatutnya diamalkan dan dipelajarioleh seorang pelajar. Oleh karena itu, peneliti tertarikuntuk menggali lebih dalam lagi mengenai kinerja GuruPKn dalam penanaman nilai-nilai karakter pada siswaagar peserta didik menjadi anak yang beriman, jujur,disiplin, santun terhadap orang yang lebih tua,bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai siswa,berbudi luhur, dan bermanfaat bagi sesama.

Kajian kinerja guru PKn, didasarkan pada suatupertimbangan bahwa guru PKn merupakan guru yangdominan terbesarnya bertanggung jawab terhadap

penanaman nilai-nilai karakter pada siswa di sekolah.Guru PKn dituntut bukan hanya sebagai pemberi materisaja, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembina-an moral dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai,moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat sehinggaakan terbentuk menjadi warga negara indonesia yangbaik dan bertanggung.

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Guru Pkn dan Kinerja Gurua. Guru Pkn

Menurut undang-undang RI No. 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:24) bahwa:pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugasmerencanakan dan melaksanakan proses pembela-jaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan penelitiandan pengabdian kepada masyarakat terutama bagipendidik di perguruan tinggi. Guru PKn yang dimaksuddalam penelitian ini adalah guru yang berwenang danditugasi mengajar bidang studi PKn.

b. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah perilaku atau respons yangmemberi hasil yang mengacu kepada apa yang merekakerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerjaseseorang Guru akan nampak pada situasi dan kondisikerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspekkegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitasdalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut (Yamindan Maisah, 2010:87).

2. Perencanaan Pembelajaran PenanamanNilai-nilai KarakterMenurut George R. Terry dan Leslie W. Rue

(2009:9) menyatakan bahwa planning atau perenca-naan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendakdicapai selama suatu masa yang akan datang dan apayang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Hamzah B. Uno (2008:2) juga menyatakanperencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untukmembuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertaidengan berbagai langkah yang antisipatif guna mem-perkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatantersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Hendriansyah, 2012:1).

Page 32: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

316

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Pelaksanaan Pembelajaran PenanamanNilai-nilai KarakterKemdiknas (2010:51) menyatakan bahwa

pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajarandimulai dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, danpenutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didikmempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembe-lajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilaibagi peserta didik.

a. Pendahuluan

Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatanpendahuluan, guru:

1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisikuntuk mengikuti proses pembelajaran;

2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait-kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yangakan dipelajari;

3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensidasar yang akan dicapai; dan

4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaranuntuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembe-lajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menye-nangkan, menantang, memotivasi peserta didik untukberpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukupbagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuaidengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, sertapsikologis peserta didik (Rusman, 2011:7).

4. Sistem Penilaian Hasil PembelajaranPenanaman Nilai-nilai KarakterTeknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan

dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaianakademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukurperkembangan kepribadian siswa. Bahkan perludiupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikanmengembangkan kepribadian siswa sekaligus.

5. Pendidikan Karakter1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter, sebagaimana didefinisikan oleh Philips(Somantri, 2011:82), adalah kumpulan tata nilai yangmenuju suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap,dan perilaku yang ditampilkan.

2. Penanaman Nilai-nilai Karakter

a. Nilai-nilai Karakter

1) Bertakwa (religious)

2) Jujur (honest)

3) Toleransi (tolerate)

4) Berdisiplin (dicipline)

5) Kerja keras (Hard work)

6) Kreatif (Creative)

7) Mandiri (independent)

8) Demokratis

9) Rasa Ingin Tahu (curiosty)

10) Semangat Kebangsaan

11) Cinta Tanah Air

12) Menghargai (Respect)

13) Bersahabat (Friendly)

14) Cinta damai (Peace Ful)

15) Gemar Membaca

16) Peduli Lingkungan

17) Peduli Sosial

18) Bertanggung jawab

b. Cara Penanaman Nilai-nilai Karakter di Sekolah

1) Melalui keteladanan

2) Melalui pembiasaan

3) Melalui upaya yang sistematis.

C. METODE PENELITIAN1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Penelitian mengenai kinerja guru PKn dalampenanaman nilai-nilai karakter pada siswa di SMK BinaBanua Banjarmasin ini dilaksanakan menggunakanmetode kualitatif untuk mengungkapkan gejala secaraholistic kontekstual melalui pengumpulan data denganmemanfaatkan diri sebagai peneliti. Pendekatankualitatif adalah suatu penelitian yang bertolak dari data,

Page 33: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

317

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasandan berfikir dengan suatu teori (Wahyu, 2009:65).

2. Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua

Banjarmasin. Dipilih karena sekolah SMK Bina BinaBanua adalah salah satu sekolah swasta yang ada diBanjarmasin yang beralamat di Jalan Pramuka TembusTerminal KM 6 No 17 Kelurahan Pemurus LuarKecamatan Banjarmasin Timur.

3. Sumber Dataa. Data primer

1) Guru pengajar PKn dan selaku kepala sekolahSMK Bina Banua Banjarmasin yaitu busriannor

2) Data diperoleh dari guru pengajar PKn yaituM.Irpan

b. Data sekunder, Data sekunder antara lain datatentang sekolah, keadaan guru, jumlah guru, danpegawai/karyawan, keadaan jumlah siswa, saranadan prasarana sekolah. Data ini diperoleh melaluiwakil kepala sekolah dan sumber data yang ada disekolah (TU).

4. Instrumen PenelitianPeneliti bertindak sebagai instrument sekaligus

pengumpul data untuk mendukung lancarnya prosespenelitian. Selain itu juga peneliti menggunakan instru-ment pengumpul data berupa pertanyaan-pertanyaan(lembar observasi/pedoman wawancara) yang berhu-bungan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan DataUntuk penelitian ini digunakan tiga teknik

pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

b. Wawancara mendalam

c. Dokumentasi

6. Teknik Analisis DataMenurut Miles dan Huberman (Wahyu,

2006:60) mengemukakan bahwa aktivitas dalamanalisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan ber-langsung secara terus menerus sampai tuntas, sehinggadatanya sudah jenuh, aktivitas dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi Data (Merangkum)

b. Penyajian Data

c. Menarik Kesimpulan

7. Pengujian Keabsahan DataData yang absah, maka perlu dilakukan pengujian

keabsahan data yang dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan pengamatan, dimana peneliti kembalike lapangan melakukan pengamatan, wawancaralagi dengan sumber data yang pernah ditemui atauyang baru.

b. Meningkatkan Ketekunan berarti melakukanpengamatan secara lebih cermat dan berke-sinambungan.

c. Triangulasi merupakan pengecekan data dari ber-bagai sumber dengan berbagai cara dan berbagaiwaktu.

a. Triangulasi sumber

b. Triangulasi teknik

c. Trianggulasi waktu

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Perencanaan Pembelajaran Guru PKn dalam

Penanaman Nilai-nilai Karakter di SMKBina Banua Banjarmasin.Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue

(2009:9) planning atau perencanaan adalahmenentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selamasuatu masa yang akan datang dan apa yang harusdiperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.Hamzah B. Uno (2008:2) juga menyatakanperencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untukmembuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertaidengan berbagai langkah yang antisipatif guna mem-perkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatantersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penyusunan dan pengembangan silabus oleh guruPKn di SMK Bina Banua Banjarmasin dilakukansecara bersama-sama dalam musyawarah guru matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (MGMP).Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), guru PKn di SMK Bina Banua Banjarmasinsudah melaksanakan sesuai dengan acuan konsepkurikulum yang berjalan yaitu KTSP.

Page 34: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

318

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

2. Pelaksanaan Pengajaran Guru PKn dalamPenanaman Nilai-nilai Karakter di SMKBina Banua Banjarmasin.Guru melalui metode ceramah diskusi dengan

media lainnya telah menyampaikan pada siswa fungsidan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraandalam kaitannya dengan pendidikan karakter. Hal initerlihat dari respon siswa yang menyatakan bahwamelalui diskusi, siswa dilatih untuk dapat berpikirkreatif, disiplin, jujur, berani mengungkapkan pendapatdan mencari sumber lain.

Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaranPKn di SMK Bina Banua Banjarmasin, guru telahberusaha menggunakan media pembelajaran untukmenciptakan lingkungan belajar yang tenang danmenyenangkan. Guru telah menggunakan mediapembelajaran untuk menunjang pemahaman siswaterhadap materi pelajaran. Namun kadang-kadangguru tidak selalu menggunakan media dalam pem-belajaran, jadi penggunaan media pembelajaran hanyadisesuaikan dengan materi dan waktu yang telahtersedia.

3. Sistem Penilaian Hasil Pengajaran oleh GuruPKn dalam Penanaman Nilai-nilai Karakterdi SMK Bina Banua Banjarmasin.Di SMK Bina Banua Banjarmasin telah diterap-

kan sistem belajar tuntas yaitu seorang siswa dianggaptuntas jika siswa tersebut mampu menyelesaikan,menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembe-lajaran yaitu mampu memperoleh nilai 70, sedangkanuntuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut makasiswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya.Untuk keperluan tersebut, sekolah dalam hal ini gurumemberikan perlakuan khusus terhadap siswa yangmasih mendapat kesulitan belajar melalui program re-medial.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Kinerja guru PKn dalam penanaman nilai-nilai

karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin, dalamperencanaan pembelajaran yang dilakukan guruPKn menggunakan RPP (rencana pelaksanaanpembelajaran) serta silabus yang sudah tertuangdalam kurikulum.

b. Ditemukan sejumlah tantangan yang dihadapi gurudalam penanaman nilai-nilai karakter, baik yangbersifat internal maupun eksternal.

c. Sistem penilaian pengajaran yang dilakukan guruPKn, sudah mengikuti penilaian yang diisyaratkandalam KTSP.

2. Sarana. Kepala sekolah di SMK Bina Banua Banjarmasin

hendaknya lebih mengarahkan siswanya dalamkegiatan-kegiatan yang mengacu pada potensi yangdimiliki oleh siswa seperti ekstrakurikuler lebihdikembangkan lagi serta kegiatan keagamaanseperti habsy, agar siswa bisa mendalami pengeta-huan tentang agama sehingga terbentuknyakeselarasan dan kerukunan antar siswanya.

b. Guru PKn sebaiknya harus lebih membimbing siswaserta menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilaikarakter, karena guru adalah teladan bagi anakdidiknya. Hal itu agar menjadi manusia yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demo-kratis serta bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Febri, 2009. Pengaruh Sikap MahasiswaAtas Profesi Guru PKn dan PemahamanTentang Kompetensi Guru Terhadap PrestasiBelajar PPL Mahasiswa Jurusan FKIP UMSTahun Akademik 2007-2008. Skripsi Strata1 UMS. Tidak diterbitkan.

Aris, Wahyu, 2011. Integrasi Kurikulum BerbasisKarakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran.(Online), (http://www.nu.or.id. Diakses 20februari 2012).

Dahlan Hendriansyah, 2012. Pengertian Perenca-naan Pembelajaran.(Online), (http://hendriansdiamond.blogspot.com, Diakses juli2012).

Hamalik, Oemar, 2003. Pendidikan Guru Berdasar-kan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Page 35: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

319

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Haryanto, 2011. Penanaman Nilai-nilai KarakterMelalui Mata Pelajaran Pendidikan kewar-ganegaraan pada Siswa. Skripsi (Online),(Http://www.unnes.ac.id, diakses 11 februari2012).

Jauhari, dkk, 2011. Implementasi PendidikanKarakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT.Prestasi Pustakaraya.

Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. PedomanPembinaan Akhlak Mulia Siswa MelaluiPengembangan Budaya Sekolah, SekolahMenengah Kejuruan (SMK). Jakarta:Kemendiknas Republik Indonesia

Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. PanduanPendidikan Karakter dan Sekolah MenengahPertama. Jakarta: Kemendiknas Republik In-donesia.

Kementrian Pendidikan Nasional, 2011. PendidikanKarakter dalam Pembelajaran PKn. Jakarta:Kemendiknas Republik Indonesia

Mu’in, Fathul. 2011. Pendidikan KarakterKonstuksi Teoretik & Praktik. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Mulyasa, 2008. Standar Kompetensi dan SertifikasiGuru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) KemandirianGuru dan Kepala Sekolah. Jakarta: BumiAksara.

Nurla Aunillah, Isna 2011. Panduan MenerapkanPendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT.Laksana.

Rusman, 2011. Model-Model PembelajaranMengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina, 2009. Perencanaan dan DesainSistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Somantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: NilaiInti Bagi Upaya Pembinaan KepribadianBangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalamCBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Prospect.

Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen. PT. Sinar Grafika

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Wahyu, dkk, 2011. Pedoman penulisan karyailmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.

Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2).Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Wahyu, Aris, 2011. Implementasi PendidikanKarakter. (Online), (http:// ariswahyu.blogspot.com, Diakses juli 2012)

Yamin Martinus dan Maisah, 2010. StandarisasiKinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada (GPPress).

Page 36: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

320

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KEPATUHAN SISWA KELAS X DALAM MELAKSANAKANPERATURAN SEKOLAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3

BANJARMASIN

Normasari, Sarbaini dan Rabiatul AdawiyahProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACK

Normasari, 2013. Obedience of Class X Students in Implementing Regulation School at SMKMuhammadiyah 3 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and PancasilaEducation, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and EducationScience, University of Lambung Mangkurat Banjarmasin.Counselor (I) Sarbaini, Advisor(II) Rabiatul Adawiyah.

Each school would have a rule each including at SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin, Regulationsmade is expected to be obeyed by all citizens sekolah. Realities in SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin, not all students abide by the rules.

This study aimed to reveal the students’ obedience, internal factors and external obedienceunderlying class X students in implementing school rules at SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.

The method in this study used a qualitative research approach.The research site is at SMKMuhammadiyah 3 Banjarmasin.Source of data used primary and secondary data, informantsselected by purposive sampling.Instrument is the researcher’s own research using interview guides,booklets, camera as a documentation tool.Data was collected through observation, interviews,and documentation.Technical analysis of the data using an interactive model of analysis steps aredata reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.To test the validity of thedata, use of data and triangulation credibility test.

These results indicate that adherence to class X students in implementing school rules at SMKMuhammadiyah 3 Banjarmasin has been implemented, although there is a small portion of studentswho break the rules like not wearing a uniform by the rules or do not wear a full attribute flagduring the ceremony, and so forth.Internal factors that lie behind them is the health of students,following the inability of the child in the learning and high intellectual ability has also contributedin the implementation of school rules.While external factors are the family atmosphere the studentsthemselves, the way parents instill discipline, parental guidance, state supported schools andneighborhood students.

Advice from the research results, the party for the SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin and teachersto more effectively implemented school rules should be stricter sanctions and coaching for studentswho is disobedience. For students, should further abide by the school rules so that learning activitiesas expected.

Keywords: Obedience Student, School Rules

Page 37: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

321

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANPendidikan merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Apabilaseseoang mempunyai pendidikan yang baik, makasecara otomatis akan mempunyai wawasan ilmupengetahuan yang baik. Hal ini menunjukan betapasangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusiadan memiliki berbagai fungsi untuk menunjang masadepan seseorang.

Fungsi pendidikan nasional adalah seperti yangtertuang dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003yakni pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradapanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa. Dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa kepatuhan sebagai nilai, moral dan karakteryang perlu diajarkan kepada peserta didik/siswasekolah juga merupakan indikator warga negara,sebagai bagian dari karakter respek. Artinya kepatuhanjuga menjadi landasan pengembangan kontrol diri danrespek serta menjadi indikator karakter warga suatunegara, termasuk siswa sekolah di negara kita.

Kepatuhan (Sarbaini, 2012: 10) sebagai nilai,moral dan karakter adalah suatu landasan yangdigunakan untuk mengembangankan kontrol diri dankepercayaan terhadap diri. Menurut Indonesia Heri-tage Foundation, bahwa dari 9 pilar nilai, moral dankarakter yang perlu diajarkan kepada anak-anak salahsatunya adalah kepatuhan, sebagaimana di kutip dariMegawangi (2004: 95) yaitu; Hormat (respect),Santun (courtesy) dan Patuh (obedience). Hal inisenada dengan yang dikemukakan Spark (1991: 182)memasukkan kepatuhan kepada otoritas yang sah(obedience to legitimate authority) ke dalam salahsatu indikator dari nilai, moral dan karakter hormat(respect ful).

B. KAJIAN PUSTAKA1. Pengertian Kepatuhan

Patuh menurut Ali (1999) adalah suka menurutiperintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkankepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datangke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuaidengan jadwal yang telah ditetapkan serta maumelaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas.

Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkandengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengantujuan yang ditetapkan. (Elly, 2011: 1). Kepatuhan jugadiartikan sebagai ketaatan kepada suatu perintah atauaturan. Sedangkan ketaatan yang didasarkan padarasa hormat, bukan rasa rasa takut.

Namun kepatuhan dalam dimensi pendidikanadalah kerelaan dalam tindakan terhadap perintah-perintah dan keinginan dari kewibawaan seperti or-ang tua atau guru.

2. Kepatuhan Siswa Terhadap PeraturanSekolahKepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan

sekolah dipengaruh oleh beberapa faktor. MenurutGraham (Sanjaya, 2006: 274-275) dikatakan adaempat faktor yang merupakan dasar kepatuhanseseorang terhadap nilai tertentu, yaitu:

a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwakepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1)Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri, 2)Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikannormanya sendiri, 3) Kepatuhan pada hasilnya atautujuan yang diharapkannya dari peraturan itu.

b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan padakesadaran dengan pertimbangan-pertimbanganyang rasional.

c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suarahati atau sekadar basa basi.

d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan ke-pentingan diri sendiri.

Dari keempat faktor yang menjadi dasarkepatuhan setiap individu tentu saja yang kita harapkanadalah kepatuhan yang bersifat normativist, sebabkepatuhan semacam ini adalah kepatuhan didasarikesadaran akan nilai, tanpa mempedulikan apakahtingkah laku itu menguntungkan untuk dirinya atautidak.

Sedangkan menurut Gunarsa (1982: 82)mengatakan bahwa yang melatarbelakangi kepatuhansiswa adalah:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswaitu sendiri antara lain:

Page 38: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

322

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

1) Kesehatan siswa,

2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajarandisekolah,

3) Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak,

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswayakni antara lain:

1) Keadaan keluarga yang meliputi:

a) Suasana keluarga,

b) Cara orang tua menanamkan disiplin kepadaanaknya,

c) Harapan dari orang tua.

2) Bimbingan yang diberikan oleh orang tua

3) Keadaan Sekolah.

C. METODE PENELITIAN1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Menurut Wahyu (2007: 69) penelitian kualitatifsifatnya belum jelas karena penelitian masih kurangdimengerti, bersifat mendalam (holistik), kompleksartinya berusaha memahami kelakuan manusia dalamkonteks yang lebih luas, dinamis dan penuh makna.

2. Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah

3 Banjarmasin, yang beralamat di Jalan Manggis IIIRT.22 Nomor 48, Kelurahan Kebun Bunga,Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin,Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Sumber DataDalam penelitian ini, sumber data dipilih secara

purposive sampling. Purposive sampling adalahpemilihan sampel yang didasarkan pada karakteristiktertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautdengan karakteritik populasi yang diketahui sebelumnya(Ruslan, 2003: 146).

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsungdari pihak yang mengetahui masalah kegiatan belajarmengajar dan orang-orang yang dianggap dapatmemberikan data maupun informasi tentang gambaranKepatuhan Siswa dalam menjalanakan norma keter-tiban sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secaratidak langsung dari objek yang diteliti, yaitu meliputidata siswa kelas X, catatan atau laporan dandokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan siswa.

4. Instrumen PenelitianPenelitian kualitatif yang menjadi instrumen

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatifsebagai human instrument, berfungsi menetapkanfokus penelitian, memilih informan sebagai sumberdata, melakukan pengumpulan data, menilai kualitasdata, analisis data, menafsirkan data dan membuatkesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2007: 222).Selain diri sendiri, instrumen penelitian yang digunakanadalah pedoman wawancara, buku kecil, kamerasebagai alat dokumentasi.

5. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik observasi, wawancaramendalam, dokumentasi dan kepustakaan.

a. Observasi

Teknik pengumpulan data Peneliti mengamatilangsung kepatuhan siswa dalam menjalankanperaturan sekolah di ruang guru, apabila ada siswadatang terlambat, peneliti langsung kelapangan melihatseperti apa kepatuhan siswa, terutama saat upacarabendera tiap hari senin.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancaramendalam lebih ditekankan pada pemahaman lebihlanjut untuk menemukan makna dibalik apa yang terjadiyaitu dengan melakukan wawancara secara langsungterhadap guru, siswa dan masyarakat yang menjadiinforman dalam penelitian ini

c. Dokumentasi,

Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan datatentang profil sekolah, sejarah, visi, misi, jumlah guru,kurikulum belajar serta data tentang kepatuhan siswakelas X dalam melaksanakan peraturan sekolah diSMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.

Page 39: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

323

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

6. Teknik Analisis Dataa. Reduksi datab. Data display (penyajian data)c. Conclucion drawing/verivication

7. Pengujian Keabsahan DataMenurut Wahyu (2009: 77) untuk menguji

keabsahan data, maka digunakan uji kredibilitas datayang meliputi:

a. Perpanjangan pengamatan, peneliti kembali kelapangan melakukan pengamatan, wawancara lagidengan sumber data yang pernah ditemui atau yangbaru.

b. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukanpengamatan secara lebih cermat dan berkesinam-bungan, sehingga kepastian data yang berkenaandengan kepatuhan siswa dapat direkam secara pastidan sistematis.

c. Triangulasi merupakan pengecekan data dariberbagai sumber dengan berbagai cara danberbagai waktu.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Gambaran kepatuhan siswa kelas X dalam

melaksanakan peraturan sekolah di SMKMuhammadiyah 3 BanjarmasinBerdasarkan hasil wawancara dengan guru

Bimbingan Konseling Ibu Rahmatul Hasanah disebutsebagai RH dan Datus Salma disebut sebagai DS)tentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma-diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturansekolah sudah berjalan dengan baik, meskipundemikian ada sebagian kecil siswa yang belummelaksanakannya. Berdasarkan informasi dari Ibu RHmenyatakan bahwa:

“Kepatuhan siswa kelas X SMK Muhammadiyah3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturansekolah sudah berjalan baik, walaupun begitumasih juga ada beberapa siswa yang melakukanpelanggaran dan kita berikan sangsi sesuaipelanggarannya untuk mendidik dan membinamereka agar tidak mengulangi lagi perbuatannya”(Wawancara, 6 Desember 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RHtentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma-diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan

sekolah sudah berjalan baik, meskipun masih adabeberapa siswa yang melakukan pelanggaran danmendapatkan sangsi sesuai pelanggaran yang dilaku-kannya, sangsi yang diberikan sebagai upaya untukmendidik dan membina siswa agar tidak mengulangilagi pelanggarannya.

Hal ini senada dengan informasi yang berikan olehIbu DS menyatakan bahwa:

“Apabila siswa melakukan pelanggaran ringanseperti membolos, maka siswa akan diberikanhukuman pembinaan berupa membuat resumemata pelajaran. Sedangkan untuk siswa yangsering melakukan pelanggaran sedang akandiberikan sangsi berupa skorsing. Bagi yangmelakukan pelanggaran berat akan diberikansurat pemanggilan kepada orang tua mereka agarlebih melakukan pengawasan keapada anaknyakarena sering sekali melakukan pelanggaran berat.Apabila pelanggaran berat itu masih dilakukanmaka siswa tersebut akan dikembalikan kepadaorang tuanya dan dikeluarkan dari sekolah”(Wawancara, 6 Desember 2012)

Peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin belum semuanya dilaksanakan olehseluruh siswa kelas X karena terkadang masih adasebagian kecil siswa tidak sesuai pakaian seragamsesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkap saatupacara bendera dan lain sebagainya.

Hasil wawancara dengan Ibu DS mengatakanbahwa:

“Siswa yang tidak sesuai pakaian seragam atautidak memakai atribut lengkap saat upacarabendera, yang pertama-tama sebelum upacarabendera dimulai, para guru piket menyiapkanbarisan, setelah itu diumumkan bagi siswa yangpenyimpang pakaian seragam dan tidak memakaiatribut sekolah siswa harus keluar dari barisandan membentuk barisan sendiri dari teman-temannya dan menghadap ke matahari sampaiselesai upacara bendera bagi siswa ada yang tidakmengikuti upacara bendera maka dikenakansanksi menghormat bendera atau membersihkankamar mandi”. (Wawancara, 6 Desember 2012)

Hal senada juga dinyatakan Ibu RH, beliaumengatakan:

“Siswa yang tidak sesuai aturan dalam berpakaiandi sekolah ditegur, seperti bajunya berkeluarandisuruh memasukannya, misalnya ada anak laki-

Page 40: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

324

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

laki yang rambutnya panjang itu di tegur,kemudian bagi anak wanita misalnya memakaisepatu kesekolah yaitu memakai sepatu untukberjalan bukan sepatuh sekolah itu pun ditegur,nah itu berulang kali ditegur maka sepatunyadiambil dan kemudian bagi yang tidakmengindahkan itu orang tuanya yang dipanggilke sekolah” (Wawancara, 6 Desember 2012)

Peraturan sekolah yang ada di SMKMuhammadiyah 3 Banjarmasin sudah sesuai dengantujuan yang diharapkan oleh semua pihak, baik pihaksekolah, orang tua siswa dan siswa. Peraturan yangada bertujuan untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa,karena sangat penting dalam kegiatan belajar mengajardi sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan suasabelajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar sesuaiyang diharapkan semua pihak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu DStentang kepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakanperaturan sekolah SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin memang sudah sesuai dengan yangdiharapkan semua pihak hal ini didasarkan padapertimbangan-pertimbangan rasional siswa sendiri,motivasi dan guru serta kesadaran siswa, karena tanpaitu semua peraturan di sekolah tidak dapatdilaksanakan.

2. Faktor-faktor internal yang melatar-belakangi kepatuhan siswa kelas X dalammelaksanakan peraturan sekolah di SMKMuhammadiyah 3 BanjarmasinKepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan

peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalamdiri siswa terutama kehadiran siswa yaitu kesehatansiswa. Kesehatan siswa menjadi penentu dalammemberikan materi kepada siswa didalam kelas,apabila ada siswa yang sakit pada saat jam pelajaran,maka siswa tersebut diperbolehkan istirahat di dalamkelas, tetapi apabila kesehatannya belum membaikselama pelajaran berlangsung, maka yangbersangkutan diperbolehkan untuk beristirahat di ruangUKS.

Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikutmempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak-mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah.Untuk mengatasi permasalahan itu, guru PKn dan guru

BP mengarahkan anak didiknya untuk bersikap,berperilaku dan berdisiplin dengan baik, dan membe-rikan arahan kepada siswa agar selalu menaati danpatuh terhadap peraturan sekolah yang sudah ditetap-kan serta memberikan sanksi terhadap siswa jika adasiswa yang melanggar peraturan sesuai dengan tingkatkesalahannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RHtentang faktor-faktor internal yang mempengaruhikepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakanperaturan sekolah adalah kemampuan intelektual yangtinggi juga ikut memberikan kontribusi dalampelaksanaan peraturan sekolah. Anak yang mempunyaikecerdasan tinggi akan lebih mudah diatur biladibandingkan dengan anak kecerdasan biasa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti liat diSMK muhammadiyah 3 yaitu yang sangat dominanadalah Faktor intelektual yang sangat mempengaruhikarena siswa yang pada dasarnya tidak mengertiterhadap suatu pelajaran malah tidak memperhatikanterhadap guru yang mengajar, mereka hanya asikmengobrol dengan teman sebangku nya, perbuatantersebut sangat mempengaruhi / merugikan diri merekasendiri. Seharusnya siswa tersebut belajar lebih giatdan memperhatikan.Pada dasarnya siswa tersebuthanya ingin minta perhatian dari guru terbukti jika ditegur atau di marahi mereka baru akan memperhatikanpenjelasan dari guru.

3. Faktor-faktor eksternal yang melatar-belakangi kepatuhan siswa kelas X dalammelaksanakan peraturan sekolah di SMKMuhammadiyah 3 BanjarmasinBerdasarkan hasil wawancara dengan Ibu

Rahmatul Hasanah selanjutnya disebut RH dan BapakMochammad Rahman disebut MR, guru SMKMuhammadiyah 3 Banjarmasin, beliau mengatakanbahwa faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangikepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakanperaturan sekolah adalah faktor yang berasal darikeluarga siswa itu sendiri, cara orang tua menanamkandisiplin, bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolahyang mendukung.

Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakanperaturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin sudah berjalan dengan baik, meskipundemikian ada sebagian kecil siswa yang belum

Page 41: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

325

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

melaksanakannya, seperti melanggar peraturan sepertitidak memakai pakaian seragam sesuai aturan atau tidakmemakai atribut lengkap saat upacara bendera danlain sebagainya.

Kepatuhan siswa terhadap peraturan sekolahyang berlaku sangat penting dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakansuasana belajar yang nyaman dan aman dalam belajar.Bagi siswa yang melanggar peraturan akan mendapatsanksi seperti hukuman fisik bila diperlukan, tetapi lebihditekankan pada hukuman yang bersifat pembinaanseperti membuat resume mata pelajaran atau skorsingbagi mereka yang sering mengulangi pelanggaran itu.Bagi yang sering mengulangi pelanggaran sepertimembolos dan tidak masuk kelas tanpa alasan, makaskorsing bisa diberlakukan yang sebelumnya dilakukanpemanggilan terhadap orangtua siswa.

Hasil temuan penelitian di atas, sesuai denganpendapat Graham (Sanjaya, 2006: 274-275)dikatakan ada empat faktor yang merupakan dasarkepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu:

a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwakepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1)Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri, 2)Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikannormanya sendiri, 3) Kepatuhan pada hasilnya atautujuan yang diharapkannya dari peraturan itu.

b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan padakesadaran dengan pertimbangan-pertimbanganyang rasional.

c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasar kan suarahati atau sekadar basa-basi.

d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan ke-pentingan diri sendiri.

Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakanperaturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin dilatarbelakangi oleh faktor internal yangberasal dari dalam diri siswa terutama kehadiran siswayaitu kesehatan siswa.

Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikutmempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak-mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah.Untuk mengatasi permasalahan itu, guru BP mengarah-kan anak didiknya untuk bersikap, berperilaku danberdisiplin dengan baik.

Kemampuan intelektual yang tinggi juga ikutmemberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturansekolah. Anak yang mempunyai kecerdasan tinggi akanlebih mudah diatur bila dibandingkan dengan anakkecerdasan biasa.

Gunarsa (1982: 82) mengatakan bahwa yangmelatarbelakangi kepatuhan siswa adalah faktor-faktoryang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu:

a. Kesehatan siswa,

b. Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajarandisekolah,

c. Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak.

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor internalyang melatarbelakangi kepatuhan siswa yaitu kesehatansiswa sebagai penentu kehadiran siswa, ketidak-mampuan anak dalam mengikuti pelajaran sertakemampuan intelektual yang tinggi juga ikutmemberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturansekolah

Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangikepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peratu-ran sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasindalam melaksanakan peraturan sekolah adalah faktoryang berasal dari suasana keluarga siswa itu sendiri,cara orang tua menanamkan disiplin, bimbingan orangtua, serta keadaaan sekolah yang mendukung danlingkungan.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan

peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin sudah dilaksanakan dengan baik,meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggarperaturan seperti tidak memakai pakaian seragamsesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkapsaat upacara bendera dan lain sebagainya.

b. Faktor-faktor internal yang melatarbelakangikepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakanperaturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin yaitu kesehatan siswa sebagai penentukehadiran siswa, ketidakmampuan anak dalammengikuti pelajaran serta kemampuan intelektualyang tinggi juga ikut memberikan kontrIbusi dalampelaksanaan peraturan sekolah.

Page 42: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

326

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c. Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangikepatuhan siswa kelas dalam melaksanakanperaturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3Banjarmasin adalah suasana keluarga siswa itusendiri, cara orang tua menanamkan disiplin,bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolah yangmendukung dan lingkungan tempat tinggal siswa.

2. Sarana. Bagi pihak SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin

dan guru agar peraturan sekolah dilaksanakan lebihefektif hendaknya memberikan sangsi yang lebihtegas dan pembinaan bagi siswa yang melanggar.

b. Bagi siswa SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin,hendaknya lebih mematuhi peraturan sekolah agarkegiatan belajar sesuai yang diharapakan.

c. Bagi guru, hendaknya selalu memberikan motivasikepada siswa agar selalu mematuhi peraturansekolah demi keberhasilan pendidikan.

d. Kepada peneliti lain, hendaknya melakukan pene-litian lanjutanyang sejenis dengan tempat dankarakteristik yang berbeda dan pokok masalah yanglebih luas untuk menambah wawasan, karenaketerbatasan informasi dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiantono. Dwi. 2012. Analisis Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Kepatuhan WajibPajak Orang Pribadi: Aplikasi TPB. StudiEmpiris WPOP di Kabupaten Pati. (http://e p r i n t s . u n d i p . a c . i d / 3 5 6 2 9 / 1 /Skripsi_AGUSTIAN

TONO.pdf) diakses tanggal 3 Agustus 2012.

Ali, Lukman. 1999. Kamus Besar BahasaIndonesia,Cetakan X. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Menejemen PengajaranSecara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Burhan, Bungin. 2003. Analisis Data PenelitianKualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Elly, Aprian. 2011. Gambaran Kepatuhan PerawatDalam Menerapkan Asuhan Keperawatan

Dizaal Penyakit Dalam Rumah Sakit UmumDaerah Lahat Tahun 2011. Karya Tulisilmiah. Akademi Keperawatan Pemda Lahat.Tidak diterbitkan.

Gunarsa, Singgih D. 1982. Dasar dan TeoriPerkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.

Hendriansyah, Dahlan. 2012. Pengertian dan UnsurKepatuhan siswa. (http://hendriansdiamond.-blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-unsur-kepatuhan-siswa.html) diakses tanggal 8 Maret2012.

Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan AnakJilid II. Jakarta: Erlangga.

Khoirul Huda, Moh. 2011. Peran Peraturan Sekolahdalam Meningkatkan Kedisiplinan di MANMalang II Batu.(http://lib.uinmalang.ac.id/the-sis/introduction/07110220-moh-khoirul-huda.ps) diakses 3 agustus 2012.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Tehnik Praktis RisetKomunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Me-dia Group.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian KualitatifEdisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. 1999. Ilmu Pendidikan, Cetakan 1.Jakarta: UIN Jakarta Press.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Re-lation dan Komunikasi. Jakarta: RajawaliPress.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi PembelajaranBerorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarbaini, 2012. Pembinaan Nilai, Moral danKarakter Kepatuhan Peserta Didik Dalammelaksanakan peraturan sekolah di Sekolah.Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Soekarto, Indara, Fachrudin, Soetopo, Hendyat.2006. Administrasi Pendidikan. Malang: FIPIKIP Malang.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.

Page 43: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

327

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Suparyanto, 2010. Konsep Kepatuhan. (http://dr-suparyanto.blogspot.com) /2010/07/konsep-kepatuhan.html) diakses tanggal 8 Maret 2012.

Umar. Husein, 2008. Desain Penelitian MSDM danPerilaku Karyawan. Jakarta: Rajawali Press.

Undang Undang Nomor. 20 Tahun 2003, UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional.Bandung: Citra Umara.

Prayitno dkk, 1999. Pelayanan Bimbingan danKonseling (Seri pemandu PelaksanaanBimbingan dan Konseling di Sekolah).Cetakan 3. Jakarta: Aksara.

Wahyu. 2009, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah.Banjarmasin: FKIP UNLAM

Page 44: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

328

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTUREDALAM PEMBELAJARAN PKN POKOK BAHASAN PANCASILASEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA GUNA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DI KELAS XII IPS 2 SMA PGRI 7 BANJARMASIN

Nurdiyansyah, Sarbaini dan Mariatul KiptiahProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Nurdiyansyah, 2012. Cooperative Learning of Picture and Picture to Study in Civics Lesson at Topicof Pancasila is Open Ideology to Improve Learning Outcomes in Class XII IS-2 SMA PGRI 7Banjarmasin academic year 2012. Scripsi. Program Study of Citizenship and PancasilaEducation, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and EducationScience, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Sarbaini, (II) Mariatul Kiptiah.

The fact in the activity of class XII students IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin in Civics teaching arestill very low which ultimately have an impact on student achievement were not optimal. It can beproved by the value of class XII student achievement IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin on the materialas ideology Pancasila Open only reached an average of 5.0 below 7.0 as determined mastery learningcurriculum.

The research objective is: (1) to improve student learning outcomes by using cooperative learningpicture and picture type (2) to achieve those goals and then executed action research and meetingswith several cycles. Data collection techniques used are observation, questionnaires, documentation,and test learning outcomes through several cycles, the cycle I and cycle II

The results of this study indicate (1) cooperative learning type picture and picture on the material asideology Pancasila Open can improve student achievement, from 47.6% in the classical mastery inthe first cycle to 95.2% in the classical mastery on the second cycle. (2) Participation of students inthe teaching and learning that is 18.5% in the first cycle to 23.5% in the second cycle, the first cycleof learning and teachers are 59% and then on the second cycle teachers learning to 80%. (3) Theresults of students’ response to learning that the teacher presented showed that students liked andhighly motivated with cooperative learning type of picture and picture.

Based on the above results, it is recommended as follows: (1) to the students, it is recommended tofollow the active learning in the classroom, (2) To the Civics teacher, it is advisable to always conductreforms in teaching and learning, (3) To SMA PGRI 7 Banjarmasin, it is suggested that in managementand school policy measures such as the use of instructional media, (4) To the Department of Educationand Culture, it is expected that the results of this study useful as feedback (feed back) in response tothe problems of the current study, (5) To Prodi PPKN, may be able to add in a library pembendaharaanPPKN Prodi, (6) To the researchers, may be a provision in educating future.

Keywords: Cooperative Learning, Picture and Picture, learning outcomes Civics

Page 45: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

329

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANMasalah pengelolaan kelas memang masalah

yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru.Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anakdidik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakanadalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernahditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidakmelakukan pendekatan tertentu terhadap semua anakdidik. Karena disadari bahwa pendekatan dapatmempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar. Bilabegitu akibat yang dihasilkan dari penggunaan suatupendekatan, maka guru tidak sembarangan memilihdan menggunakannya. Bahan pelajaran yang satumungkin cocok untuk suatu pendekatan tertentu, tetapiuntuk pelajaran yang lain lebih pas digunakanpendekatan yang lain. Maka adalah penting mengenalsuatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.

Hal ini diakibatkan karena proses pembelajaranyang diterapkan guru di kelas terutama oleh guru padamata pelajaran PKn masih cenderung pada metodeyang membuat siswa tidak tertarik, jenuh dan sulit untukmereka pahami. Guru dominan hanya menggunakanmetode konvensional berupa ceramah satu arah (nar-rative technique) tanpa memberikan contoh ataugambaran-gambaran kongkrit menyangkut peristiwaatau isu hangat saat ini yang dapat dikaitkan denganmateri atau pokok bahasan yang akan diajarkan dankurang memperhatikan tingkat pemahaman siswaterhadap konsep yang diberikan, sehingga tujuanpembelajaran yang ditetapkan tidak dapat tercapaisecara optimal. Akibatnya mata pelajaran PKncenderung dianggap remeh dan dipandang sebelah mataoleh siswa sendiri.

Salah satu model yang saat ini populer dalampembelajaran adalah Model Pembelajaran Pictureand Picture. Model ini merupakan salah satu bentukmodel pembelajaran kooperatif. Model pembelajarankooperatif merupakan suatu model pembelajaran yangmengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembe-lajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secarasadar dan sistematis mengembangkan interaksi yangsaling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembe-lajaran Picture and Picture adalah suatu metodebelajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran inimemiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenang-kan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar

sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam prosespembelajaran. (http: // ras-eko.blogspot.com /2011/05/ model-pembelajaran-picture-and-picture.html).

Berdasarkan observasi pendahuluan yang telahdilakukan peneliti melalui wawancara dengan Guru PKndi SMA PGRI 7 Banjarmasin, didapatkan data bahwadi antara kelas XII (IA, IS-1, IS-2) nilai KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Sedangkanpaling rendah berada di kelas XII IS-2 denganperolehan nilai tertinggi 75 dan yang nilai terendah 25pada pokok bahasan Pancasila sebagai IdeologiTerbuka.

TABEL 1.1

Data Nilai Kelas XII IS-2

Bisa juga dikatakan dalam perolehan nilai di kelasXII IS-2 adalah 1 (satu) orang yang tuntas di atasKKM dengan perolehan nilai 75 dan 9 (Sembilan)orang yang tuntas KKM dengan perolehan nilai 70,kemudian 11 orang tidak mencapai KKM atau tidaktuntas.

Mengatasi permasalahan di atas, maka penelitimenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pic-ture and picture guna meningkatkan hasil belajarsiswa. Model pembelajaran berupa gambar-gambaryang dapat menampilkan realita atas suatu kondisi ataukeadaan berupa kejadian atau isu-isu hangat atasperistiwa yang baru terjadi yang kemudian dapatdikaitkan dengan materi pelajaran yang akan disampai-kan. Kemudian model ini juga dikombinasikan denganmusik instrumental. Penggunaan musik instrumental inidalam proses kegiatan pembelajaran PKn di kelasbertujuan agar membawa siswa menjadi relax, aktif,dan memancing kreatifitas siswa agar lebih partisipatifdan dapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh anakketika dalam proses belajar mengajar di kelasberlangsung sehingga diperoleh hasil yang lebih efektifdengan waktu yang efisien.

Page 46: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

330

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

B. KAJIAN PUSTAKA1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan tindakan dan perilakusiswa yang kompleks (Dimyati, 2009:7). MenurutSkinner (Dimyati, 2009:9) belajar adalah suatuperilaku. Pada saat orang belajar, maka responnyamenjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajarmaka responsnya menurun. Menurut Gagne (Dimyati,2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks.Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orangatau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalahberusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubahtingkah laku atau tanggapan yang disekan olehpengalaman. (KBBI, 1996: 14).

2. Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif adalah model pembe-

lajaran yang dirancang untuk membelajarkankecakapan akademik (academic skill), sekaligusketerampilan sosial (social skill) termasuk interper-sonal skill. Menurut Amri dan Ahmadi (2010:67)mengemukakan “model pembelajaran kooperatifmerupakan model pengajaran di mana siswa belajardalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkatkemampuan berbeda”.

3. Model Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajaryang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis.

Menurut Suprijono, (2012:125) langkah-langkahdalam picture and picture yaitu:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar -gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantianmemasang/mengurutkan gambar-gambar menjadiurutan yang logis.

e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutangambar tersebut.

f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulaimenanamkan konsep/materi sesuai dengankompetensi yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan/rangkuman.

4. Pancasila Sebagai Ideologi TerbukaMenurut Muhammad Yamin (Budiyanto, 2007:6)

‘Pancasila berasal dari kata panca yang berarti limadan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau peraturantingkah laku yang penting dan baik’. Dengan demikian,Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedomanatau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.Kata ideologi berasal dari bahasa latin (idea; daya ciptasebagai hasil kesadaran manusia dan logos; ilmu).Memahami Pancasila sebagai ideologi terbukadidorong oleh tantangan zaman. Sejarah menunjukkanbahwa betapapun kokohnya suatu ideologi bila tidakmemiliki dimensi fleksibilitas atau keterbukaan, akanmengalami kesulitan bahkan mungkin kehancurandalam menanggapi tantangan zaman (contoh: runtuhnyakomunisme di Uni Soviet).

5. Hasil BelajarHasil belajar sering disebut juga prestasi belajar.

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie,kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi,diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi banyak diguna-kan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertiansebagai kemampuan, keterampilan, sikap seseorangdalam menyelesaikan sesuatu hal.

6. Pembelajaran Kooperatif Type Picture andPicture yang dikombinasikan dengan MusikInstrumentalModel Pembelajaran ini mengandalkan gambar

sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam prosespembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaranguru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkanbaik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalamukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakanICT dalam menggunakan Power Point atau softwareyang lain. Sedangkan Musik Instrumental itu sendiridigunakan saat siswa mengerjakan soal-soal Pre Testdiawal pelajaran dan Post Test diakhir pelajaran.Tujuannya agar siswa menjadi relax, aktif dan dapatmemancing kreatifitas siswa agar lebih partisipatif dandapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh anakketika dalam proses menjawab soal-soal tersebut.

Page 47: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

331

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

C. METODE PENELITIAN1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMA PGRI 7Banjarmasin yang beralamatkan di Jl. A. Yani Km. 5.5No 21A samping Stadion Lambung Mangkurat,Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin,Kalimantan Selatan.

2. Variabel yang diselidikiVariabel yang diteliti dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah faktor siswa dan Guru

3. InstrumenDalam penelitian ini, terdapat dua instrumen yang

perlu dibuat yaitu:

a. Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar

1) Test Tertulis

2) Kuis

b. Instrumen untuk mengukur PembelajaranKooperatif Type Picture and Picture

1) Dokumentasi (gambar-gambar)

2) Wawancara (Guru)

3) Angket

4. Prosedur Penelitian per siklus, terdiri dari:

Tahap I. Persiapan Tindakan

Tahap II. Pelaksanaan Tindakan

Tahap III. Pemantauan dan Evaluasi

Tahap IV. Analisis dan Refleksi

5. Data dan Cara Pengumpulannya

a. Observasi

b. Pemberian tes

c. Penyebaran angket

6. Analisis dan Interpretasi Data

Rumus persentase untuk menentukan hasil belajaryang dicapai oleh seluruh siswa adalah:

a. Tingkat Penguasaan

Sumber: (Wardhani, 2007:5.23)

b. Nilai rata-rata kelas

Sumber: (Wardhani, 2007:5.19)

c. Rumus prosentase yang digunakan adalah:

Sumber: (Rahmat, 2010:59)

Keterangan:

P = Persentase

f = Frekuensi siswa

N = Jumlah siswa keseluruhan

7. Indikator KeberhasilanPenelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi

semua komponen indikator yang ingin dicapai. Adapunmasing-masing indikator keberhasilan penelitian iniadalah sebagai berikut:

a. Siswa mencapai ketuntasan individual dengan skor 70 dan ketuntasan klasikal jika 85% dari

seluruh siswa mencapai ketuntasan individu.

b. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Type Pic-ture and Picture merupakan strategi yang efektifuntuk menjadikan siswa lebih aktif dan mening-katkan partisipasi siswa serta membantu dalampembelajaran guru.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif TipePicture and Picture.Berdasarkan pengolahan nilai hasil belajar siswa

melalui pretest, posttest dan Hasil Evaluasi belajardalam pembelajaran PKn dengan mengunakan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picturepada siklus I dan II untuk materi Pancasila sebagaiIdeologi Terbuka, maka diperoleh data sebagaiberikut:

a. Siklus I:

1) Pre test dengan rata-rata kelas 51,9 sedangkanyang mencapai KKM hanya 4 orang siswa ataupersentase ketuntasan yang dicapai hanya 19,0 %.

2) Posttest dengan rata-rata kelas 60,9 sedangkanyang mencapai KKM meningkat menjadi 10 orangsiswa atau persentase ketuntasan yang dicapaimenjadi 47,6%.

3) Evaluasi belajar dengan rata-rata 64,2 sedangkanyang mencapai KKM ada 10 orang siswa ataupersentase ketuntasan yang dicapai menjadi 47,6%.

Page 48: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

332

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

b. Siklus II:

1) Pre test pertemuan pertama dengan rata-rata kelas66,6 sedangkan yang mencapai KKM ada 16 or-ang siswa atau persentase ketuntasan yang dicapaimenjadi 76,1 %.

2) Post test pertemuan kedua dengan rata-rata kelas72,3 sedangkan yang mencapai KKM meningkatmenjadi 19 orang siswa atau persentase ketuntasanyang dicapai menjadi 90,4%.

3) Evaluasi belajar dengan rata-rata 73,8 sedangkanyang mencapai KKM ada 20 orang siswa ataupersentase ketuntasan yang dicapai menjadi 95,2%.

Berdasarkan perolehan data hasil belajar di atas,maka dapat dibuat diagram peningkatan hasil belajaryang diukur melalui kegiatan hasil evaluasi belajarsebagai berikut:

2. Partisipasi belajar siswa selama prosespembelajaran menggunakan model pembe-lajaran kooperatif tipe picture and picture.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama

proses pembelajaran berlangsung di kelas XII IS-2SMA PGRI 7 Banjarmasin dengan menggunakanmodel pembelajaran picture and picture selama duasiklus dapat diketahui bahwa selama prosespembelajaran berlangsung terjadi adanya perubahandalam proses pembelajaran, yaitu peningkatanpartisipasi belajar siswa disetiap siklusnya. Makadiperoleh data sebagai berikut:

3. Respon siswa dalam penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Picture andPicture

Pada akhir pembelajaran siklus II dilakukantanggapan balik siswa akan kegiatan pembelajaranyang dilakukan guru dalam bentuk angket sebagairespon terhadap penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe Picture and Picture yang dilaksa-nakan dengan hasil sebagai berikut:

Angket Respon Siswa

(Sumber: diolah berdasarkan data lapangan)

Page 49: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

333

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. ProsesPembelajaran Kreatif dan Inovatif dalamkelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Anriyadi, Fariska. 2010. Penerapan Media Animasidan Karikatur dengan Menggunakan Soft-ware Microsoft Powerpoint (ppt) untukMeningkatkan Efektifitas PembelajaranPKn pada Materi Sistem Hukum danPeradilan Internasional di kelas XI IS-1 SMAPGRI 7 Banjarmasin. Skripsi pada ProgramSarjana Unlam Banjarmasin. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakanuntuk Guru Kepala Sekolah dan Pengawas.Yogyakarta: Aditya Media

Atmono, Dwi. 2009. Strategi PembelajaranEkonomi. Banjarmasin: Universitas LambungMangkurat Press

Bahri, Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006.Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Erlangga

Daryanto. 2009. Panduan Proses PembelajaranKreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher

Dimyati, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PTRefika Aditama.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara

Rahmat, H Dede dan Aip Badrujaman. 2010.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV. TransInfo Media

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru DalamPembelajaran. Jakarta: Kencana.

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Saniah. 2012. Meningkatkan Partisipasi dan HasilBelajar PKn Melalui Penerapan ModelPembelajaran Problem Based Learning(PBL) Standar Kompetensi Sistem PolitikIndonesia di Kelas XB MAN 3 Marabahan.Skripsi pada Program Sarjana UnlamBanjarmasin. Tidak diterbitkan.

Sudijono, Anas. 2004. Pengantar StatistikPendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar EvaluasiPendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip danOperasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning Teoridan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: PustakaPelajar

Syamsuddin, Abin Makmun. 2009. PsikologiKependidikan Perangkat Sistem PengajaranModul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan KaryaIlmiah Banjarmasin: Pustaka Banua.

Trimo, Lavyanto. 2006. Model-Model PembelajaranInovatif. Bandung: CV Citra Praya

Wahyu. 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2).Pascasarjana Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia dan Daerah Pascasarjana Mag-ister Administrasi Publik UNLAM Banjarmasin.Tidak diterbitkan.

Wahyu. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Universitas Lambung Mangkurat FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Banjarmasin.Tidak diterbitkan.

Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Universitas Terbuka

Widjaja, H.A.W. 2000. Penerapan Nilai-NilaiPancasila dan HAM di Indonesia. Jakarta: PTRineka Cipta.

Yudianto, 2010. Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe TAI (Team Accelerated In-

Page 50: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

334

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

struction) Untuk Meningkatkan HasilBelajar Siswa Tentang Kedaulatan Rakyatdan Sistem Pemerintahan di Indonesia KelasVIII C SMP Negeri 28 Banjarmasin. Skripsipada Program Sarjana Unlam Banjarmasin.Tidak diterbitkan.

(http://www.sarjanaku.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html, diakses 27 Juli2012)

Page 51: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

335

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN SARANAKELOMPOK STUDI ISLAM DI SMAN 5 BANJARMASIN

Alya Abyakamali, Wahyu dan Harpani MatnuhProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Alya Abkamaliyani, 2012.Internalization of Character Education by Means of the Study of Islamin SMAN 5 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,Department of Education Social Sciences, Teacher and Education Science Faculty, Universityof Lambung Mangkurat. Counselor (I) H. Wahyu (II) H. HarpaniMatnuh

Today the state of the nation Indonesia has significant impacts on the lives of people in differentorder. Many say that the biggest problem faced by Indonesia is located on the moral aspects,especially on the school. In this case the role of the school is expected to establish the character ofa good student. One of the designated schools to instill character is Islam Study Group.

The selected research method is a method of qualitative data collection techniques throughobservation, interview and documentation. Sources of data drawn from interviews with keyinformants and appropriate documentation of research objects and analyzed by means of datareduction, data presentation and conclusion. Data obtained were tested validity extension methodof observation, increasing persistence, triangulation and use of reference materials.

Research has shown that the activities of Islamic study group has been running well. With so manyactivities organized group activities of Islamic study. One of them study routine that always heldevery start activities. But these activities are less enthused students this is because they still do notunderstand what the purpose of MSG itself. Positive results can be seen from this activity was tosee how students who take the NLT by not following KSI, of students who have followed the MSGthey can instill moral values applied in KSI, for example in terms of their daily attitude towardsteachers, and friends and that, in particular girls clothing they wear clothes that are appropriateto use for a woman who does not accentuate their curves.

Keywords: Internalizing, character education, Islamic Study Group

A. PENDAHULUANDewasa ini keadaan kehidupan bangsa Indone-

sia telah memberi dampak yang besar dalam berbagaitatanan kehidupan bangsa.Banyak yang mengatakanbahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indo-nesia adalah terletak pada aspek moral, baik dilingkungan pemerintah, sekolah, dan masyarakat.Masyarakat akhir-akhir ini, mudah meledak karenasebab sepele, tidak sabar, agresif, mudah rusuh, konflik

rumah tangga makin banyak, hubungan interpersonalkian rapuh. Lebih memprihatinkan lagi terjadi padalingkungan sekolah, dapat melahirkan manusia yangcerdas yang kurang memiliki kesadaran akanpentingnya nilai-nilai moral dan sopan santun dalamhidup bermasyarakat, hal ini sangat tampak dalamkasus tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yangsering kita lihat di televisi, tidak jarang pemakainyajuga masih menyandang status pelajar, beberapa

Page 52: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

336

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pelajar berada di “terali besi” karena menganiayagurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopansantun pada orang tua, lebih tragis dan sangat parahlagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanyasendiri.

Perilaku tawuran atau kekerasan atau perilakutidak terpuji lainnya disekolah-sekolah, tidak mungkinterjadi dengan tiba-tiba. Seseorang menampilkanperilaku itu merupakan hasil belajar juga, baik secaralangsung maupun tidak langsung.Akibat dari tidakberhasilnya Pembinaan Akhlaq dan Budi Pekerti padasiswa juga sangat berpengaruh. Kegagalan pembinaakhlaq akan menimbulkan masalah yang sangat besar,bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi jugamasa yang akan datang. Ini pada posisi yang sangatpenting, bahkan membina akhlaq merupakan inti dariajaran islam. Semua itu sudah tidak mencerminkanbudaya bangsa seperti dulu.

Upaya membangun karakter bangsa sebenarnyasudah dicanangkan dari awal kemerdekaanMenyelamatkan karakter bangsa saat ini tidak bisadikatakan terlambat, semua bisa diupayakan kembalimenjadi baik, terlihat saat ini banyak cara dan saluranyang dapat digunakan untuk membentuk bangsa yangmaju dan masyarakat yang berkarakter kuat.

Menurut Simon Philips (Fatchul Mu’in,2008:160), karakter adalah kumpulan tata nilai yangmenuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran,sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkanmenurut, Koesoema (Fatchul Mu’in, 2007:160)memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik,atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yangbersumber dari bentukan-bentukan yang diterima darilingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, jugabawaan sejak lahir.

Kegiatan Ekstrakurikuler yang selama inidiselenggarakan sekolah merupakan salah satu yangsangat potensial untuk pembinaan karakter danpeningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar matapelajaran untuk membantu pengembangan pesertadidik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat danminat mereka.Kegiatan Ekstrakurikuler yang selamaini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu yangsangat potensial untuk pembinaan karakter dan

peningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar matapelajaran untuk membantu pengembangan pesertadidik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat danminat mereka.

Peran utama KSI adalah menghadirkan nuansaislami disekolah, mendidik siswa agar agar berkepri-badian Islam dan mengenal dengan baik arti hidup,menjadi muslim yang baik wadah manajemenorganisasi dan pengembangan diri, seni,bakat dan minatdalam tatanan syar”i. Selain diajarkan nilai-nilai danwawasan Islam, anggota KSI juga dibekali kemam-puan menyampaikna dakwah islam dan menguasaimedia-media dakwah lain seperti poster, buletin dannasyid. Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam inidiharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukankarakter siswa.KSI menjadi sangat penting untukmenjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa,mengingat tujuan akhir dari KSI adalah terwujudnyaakhlak atau karakter mulia.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Konsep Internalisasi

Internalisasi adalah pembinaan yang mendalamdan menghayati nilai-nilai relegius (agama) yangdipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuhyang sasarannya menyatu dalam kepribadian pesertadidik, sehingga menjadi satu karakter atau watakpeserta didik.

2. Pengertian KarakterMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008), karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorangdengan yang lain.

Pengertian karakter menurut Pusat BadanDepdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,temperamen, watak”.

3. Unsur-Unsur KarakterAda beberapa unsur dimensi manusia secara

psikologis dan sosiologis yang menurut penulis layakuntuk kita bahas dalam kaitannya dengan terbentuknyakarakter manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain:sikap, emosi, kemauan, kepercayaan, dan kebiasaan.

Page 53: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

337

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

4. Enam Pilar Karaktera. Respect (penghormatan), esensi penghormatan (re-

spect) adalah untuk menunjukan bagaimana sikapkita secara serius dan khidmat pada orang lain dandiri sendiri.

b. Responsibility (Tanggung Jawab)

c. Responsibility (Tanggung Jawab), sikap tanggungjawab menunjukan apakah orang itu punya karakteryang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggungjawab sering tidak disukai, artinya itu adalahkarakter yang buruk.

d. Civic Duty-Citizenship (Kesadaran dan SikapBerwarga Negara). Nilai-nilai sipil (civic virtues)merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan padaindividu-individu sebagai warga negara yang me-miliki hak sama dengan warga negara lainnya.

e. Fairness (Keadilan). Keadilan bisa mengacu padaaspek kebersamaan (sameness) atau memberikanhak-hak orang lain secara sama.

f. Caring (Peduli). Kepedulian adalah perekatmasyarakat. Kepedulian adalah sifat yang membuatpelakunya merasakan apa yang dirasakan oranglain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain,kadang ditunjukan dengan tindakan memberi atauterlibat dengan orang lain tersebut.

g. Trustworthiness (Kepercayaan)

5. Pengertian Pendidikan KarakterPendidikan karakter adalah suatu sistem pena-

naman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yangmeliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataukemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilaitersebut.Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai“the deliberate use of all dimensions of school lifeto foster optimal character development”. Dalampengertian yang sederhana pendidikan karakter adalahhal positif apa saja yang dilakukan guru dan ber-pengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.Pendidikan karakter adalah upaya upaya sadar dansungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkannilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010).

6. Nilai-Nilai Karaktera. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten

antara apa yang dilakukan (berintegritas), berani

karena benar, dapat dipercaya (amanah, trustwor-thiness), dan tidak curang (no cheating).

b. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati,bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusahakeras untuk mencapai prestasi terbaik (giving thebest).

c. Cerdas, berfikir secara cermat dan tepat, bertindakdengan penuh perhitungan, berkomunikasi efektifdan empatik, bergaul secara santun menjunjungkebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan danLingkungan.

d. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteratu-ran, kedisplinan, terampil, menjaga diri danlingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.

e. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan,bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidaksuka menyakiti orang lain.

f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secarainovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusandengan cepat dan tepat.

g. Gotong royong, mau bekerja sama dengan baik,berprinsip bahwa tujuan akan lebih mudah dan cepatmencapai jika dikerjakan bersama-sama.

7. Kelompok Studi IslamKSI adalah singkatan dari Kelompok studi islam,

salah satu ekstrakulikuler yang dikemas dalam bentukorganisasi intra sekolah yang paling diminati di sekolah-sekolah. Ekstrakurikuler ini didirikan untuk memenuhiseruan Allah yang berbunyi “dan hendaklah adadiantara kamu segolongan umat yang menyeru kepadakebajikan, menyuruh kepada yang makruf danmencegah dari yang munkar, merkelah orang-orangyang beruntung”(TQS, Ali-Imran 104).

Peran utama KSI adalah menghadirkan nuansaIslami disekolah, mendidik siswa agar agar berkepri-badian islam dan mengenal dengan baik arti hidup,menjadi muslim yang baik wadah manajemen organi-sasi dan pengembangan diri, seni, bakat dan minatdalam tatanan syar”i. Selain diajarkan nilai-nilai danwawasan Islam, anggota KSI juga dibekali kemam-puan menyampaikna dakwah Islam dan menguasaimedia-media dakwah lain seperti poster, buletin dannasyid.

Page 54: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

338

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

8. Kegiatan-Kegiatan KSIDalam kepengurusannya KSI (Kelompok Studi

Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas padabagianya masing-masing. Pada umumnya KSI memilikikegiatan yang terpisah antara anggota Ikhwan danAkhwat. Namun kebersamaan tetap dapat terjalinantar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. Kegiatan-kegiatan itu antaralain adalah:

a. Forum Nafsiyah Islamiyah: Kegiatan inidiperuntuKkan untuk semua anggota KSI baik.Bertujuan untuk menguatkan semangat beribadahdan beramal para anggota KSI serta sebagai saranasilaturahmi rutin anggota KSI.

b. KBI (Kelompok Belajar Islami); Merupakan fo-rum pembinaan kepribadian islam yang di-peruntukan khusus untuk anggota KSI Ikhwan,meliputi pemahaman Aqidah, Fiqih, Syaksiyah, danDakwah, dan dakwah yang digali dari Al-Qur’andan AS-Sunnah.

c. Penerbitan Buletin: Kegiatan yang dilakukan satubulan sekali. Bertujuan untuk menyampaikan SyiarIslam melalui media tulisan

d. Bina Baca Al-Qur’an: Sebuah forum rutin yangdilaksanakan satu bulan sekali sebagai wadahmelatih bacaan Al-Qur’an anggota KSI Ikhwan.

e. Kampanye ‘Cinta Cerdas Remaja Islam’: Rangkai-an kegiatan berupa penyebaran media cetak dantraining Islami yang bertujuan mengingatkan remajaIslam agar mengekspresikan rasa cinta sesuaikoridor Islam.

f. Jumat Taqwa: Kegiatan ceramah umum, yangbiasanya bekerjasama dengan pihak sekolah,diperuntukan untuk seluruh warga lingkungansekolah.

g. KREATIF (Kajian Remaja Interaktif): Suatu fo-rum kegiatan Islam yang membahas mengenaipermasalahan aktual yang dialami oleh umatsekarang khususnya remaja.

h. Open House: Kegiatan tahunan, baik berupaperlombaan, seminar, training, maupun tabliqhAkbar.

i. Pekan Rajabiyah: Perlombaan-perlombaan Islamiuntuk internal siswa-siswi, yang dilaksanakan dalamrangka mengingat peristiwa Isra Mi;raj nya Nabi

Muhammad SAW, sekaligus sebagai ajang pencari-an siswa yang berbakat untuk mewakili sekolahuntuk lomba diluar sekolah.

j. Tafakur Alam (Ikhwan) dan Rihlah (Akhwat):Kegiatan yang dilaksanakan pada saat liburan akhirsemester yang orientasinya refredhing namundikemas sedemikian rupa.

k. Kajian Rutin Akhwat: Kegiatan ini dilaksanakansatu minggu sekali, dengan materi yang berbeda.

l. Mading KSI: Dilaksanakan satu bulan sekali.Bertujuan untuk menyampaikan syiar yang tidakhanya untuk anggota KSI namun juga untuk seluruhwarga sekolah mealui media cetak.

C. METODE PENELITIAN1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan adalah metodepenelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih, dikarena-kan permasalahan yang belum jelas, holistik, kompleks,dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin datapada situasi sosial tersebut dapat diungkapkan dalammetode penelitian kuantitatif dengan instrument angketsemata. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasisosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesisdan teori (Wahyu, 2007:55).

2. Tempat PenelitianDalam penelitian ini Lokasi penelitian adalah

tempat di mana penelitian akan dilakukan, Dalampenelitian ini peneliti mengambil lokasi atau tempat diSMA Negeri 5 Banjarmasin, yang beralamat di JalanSultan Adam No. 76 Rt. 20 Banjarmasin 70122.Alasan mengapa tempat ini dipilih karena penelitimelihat masih banyaknya siswa-siswi yang kurangsopan terhadap guru, berpacaran di ruang kelas, dansiswi yang berpakaian ketat. Dari permasalah sepertiini sekolah telah membentuk kegiatan Ekstrakulikuleryang berjalan disekolah ini yang diberi nama KelompokStudi Islam Nurul Fikri.

3. Sumber Dataa. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yangdapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempatpenelitian. Sementara menurut lofland bahwa sumberdata utama adalah penelitian kualitatif ialah kata-kata

Page 55: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

339

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

dan tindakan merupakan sumber data yang diperolehdari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat darisumber bacaan dan berbagai sumber lainnya yangterdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapatpertemuan, sampai dokumen-dokumen resmi dariberbagai instansi pemerintah.

4. Instrumen PenelitianDalam hal instrumen penelitian kualitatif, yang

menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri(Wahyu, 2009:70).

5. Teknik Pengumpulan Dataa. Observasi: Observasi langsung adalah cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpaada pertolongan alat standar lain untuk keperluantersebut.

b. Wawancara:Wawancara yang digunakan dalampenelitian ini adalah wawancara langsung, berupainterview secara mendalam terhadap informan.

c. Dokumentasi:Dokumentasi adalah salah satumetode pengumpulan data kualitatif dengan melihatatau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuatoleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentangsubjek.

6. Teknik Analisis Dataa. Reduksi Data:Mereduksi Data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan padahal-hal penting, dicari tema dan polanya sertamengorganisasikan data tentang usaha kerjasamasekolah dan lingkungan masyarakat sekitar.

b. Penyajian Data:Setelah data direduksi, maka lang-kah selanjutnya adalah mendisplay data. Melaluipenyajian data tersebut, maka data terorgani-sasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehinggaakan semakin mudah dipahami.

c. Menarik Kesimpulan:Langkah ketiga dalam analisisdata kualitatif menurut Miles dan Huberman(Wahyu:2009) adalah “penarikan kesimpulan danverifikasi”. Kesimpulan awal yang dikemukakanmasih bersifat sementara dan akan berubah jikaditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukungpada tahap pengumpulan data berikutnya.

7. Pengujian Keabsahan Dataa. Perpanjangan pengamatan: berarti peneliti kembai

kelapangan, melakukan pengamatan kembali,wawancara dengan sumber data yang sudah ditemuimaupun yang baru. Dengan tujuan untuk mengecekkembali apkaah data yang telah diberikan selamaini merupakan data yang sudah benar atau tidak.

b. Meningkatkan ketekunan: berarti melakukanpengamatan dan observasi secara lebih cermat danberkesinambungan. Pengujian keabsahan datadengan meningkatkan ketekunan ini dilakukandengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasilpenelitian secara cermat, sehingga dapat diketahuikesalahan dan kekurangannya.

c. Triangulasi:Triangulasi adalah teknik pemeriksaankeabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yanglain di luar data itu untuk keperluan pengecekanatau sebagai perbandingan terhadap data itu(Moleong 2004:330). Triangulasi dilakukan dengancara triangulasi teknik, sumber data dan waktu.

D. HASIL PENELITIAN1. Sejarah singkat SMA Negeri 5 Banjarmasin

Sejak tahun 1971 s/d 1984 SMA Negeri 5Banjarmasin mengalami masa yang panjang dan kerjakeras menapak mencari jati diri. Hari kamis tanggal 2Oktober 1980 Direktur Jenderal Pendidikan Dasardan Menengah telah meresmikan gedung SMA Negeri5 Banjaramasin. Tahun 1984 s/d 1989 SMA Negeri5 Banjarmasin mencanangkan diri sebagai lembagapendidikan yang taat aturan, bebas dari perkelahian/tawuran antar pelajar, dan menjadikan sekolah sebagaiPusat Sumber Belajar. Tahun 1989 s/d 1994 SMANegeri Banjarmasin menciptakan suasana kerja-samayang harmonis antar semua warga sekolah untuk meraihprestasi di bidang akademis dan non akademis. Tahun1994 s/d 1996 SMA Negeri 5 Banjarmasin ditetapkandan ditunjuk oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakartasebagai “Sekolah Unggulan dan Plus” tingkat Provinsi.Tahun 1994 s/d 2000 SMA Negeri 5 Banjarmasinmenempatkan diri pada peringkat/papan atas tingkatProvinsi maupun Nasional dalam Evaluasi BelajarTahap Akhir Nasional (EBTANAS) dan Ujian MasukPerguruan TInggi Negeri (UMPTN), sekaligusmengembangkan bentuk pelayanan dengan membuka“Program Akselerasi (Percepatan Belajar 2 tahun dari

Page 56: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

340

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Program 3 tahun). Tahun 2002 s/d 2003 SMA Negeri5 Banjarmasin menjadi piloting Kurikulum 2004. Tahun2004 SMA Negeri 5 Banjarmasin dimulai Rintisankelas Internasional dan menjadi Pusat Sumber BelajarAstronomi. Tahun 2005 s/d 2006 SMA Negeri 5Banjarmasin peringkat UAN Terbaik SMA Negeri se-Banjarmasin. Tahun 2006 s/d 2007 SMA Negeri 5Banjarmasin ditunjuk oleh Direktorat PendidikanMenengah Umum sebagai sekolah rintisan bertarafInternasional Kelas Internasional resmi menjadi cen-ter dan penggunaan KTSP (Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan)

2. Pelaksanaan program kegiatan KSI(Kelompok Studi Islam) terhadappenanaman karakterSalah satu kultur yang dipilih sekolah adalah kultur

akhlak mulia. Dari sinilah muncul istilah pembentukankultur akhlak mulia di sekolah. Kelompok Study Is-lam Nurul Fikri ini (KSI) menjadi sangat penting untukmenjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa diSMAN 5 Banjarmasin, mengingat tujuan akhir daripembentukan KSI di SMAN 5 Banjarmasin adalahterwujudnya akhlak atau karakter mulia. KSI dapatdijadikan basis yang secara langsung berhubungandengan pembinaan karakter siswa Di SMAN 5Banjarmasin, terutama karena hampir semua materiKSI sarat dengan nilai-nilai karakter. Di samping itu,aktivitas keagamaan di sekolah yang merupakanbagian dari KSI dapat dijadikan sarana untukmembiasakan siswa memiliki karakter mulia. Sepertiyang diungkapkan oleh Rusmiati selaku PembinaKelompok Studi Islam sebagai berikut:

“Membangun karakter pada siswa di SMAN 5Banjarmasin membutuhkan waktu yang lama danharus dilakukan secara berkesinambungan. Tetapi,alhamdullilah sebagian besar anggota Kelompokstudi Islam Nurul Fikri ini sudah bisa menanamkankarakter didalam lingkungan sekolah, terlihat darisegi berpakaian dan akhlaknya sudah sedikitmencerminkan siswa yang berkarakter dibanding-kan dengan yang tidak mengikuti KSI itu sendiri,tetapi penanaman akan terus dijalankan didalamKSI tersebut”

Dalam kepengurusannya KSI (Kelompok StudiIslam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas padabagianya masing-masing. Pada umumnya KSI memilikikegiatan yang terpisah antara anggota Ikhwan dan

Akhwat. Namun kebersamaan tetap dapat terjalinantar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan diluar ruangan. Kegiatan-kegiatan itu antaralain adalah:Forum Nafsiyah Islamiyah, KBI,Pengembangan Bakat, Bina Baca Al-Quran,Kampanye ‘cinta cerdas remaja islam’, jumat taqwa,kreatif (kajian interaktif), open house smalie, pecankajabiyah, tafakkur alam (Ikhwan) dan (Akhwat),kajian rutin akhwat, madding KSI.Seperti yangdisampaikan M. Mirza Fahlivi (Anggota KSI) sebagaiberikut:

“kegiatan tafakur alam ini yang sering disukaianggota-anggota dari KSI karena kegiataninibukan hanya untuk kami semua refreshing tapijuga kami diharuskan berlibur sambil belajar.Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada liburansemester,dan biasanya tempat yang dikunjungiadalah alam terbuka seperti ke Loksado.”

Seperti yang disampaikan Desy Helmina(Anggota KSI) sebagai berikut:

“Kajian rutin yang selalu kami jalani adalahseperti Membaca Al-Quran, sebelum memulaikegiatan. Karena dengan Membaca Al-quran danmemahami isi kandungan dari ayat-ayat. Dansehabis membaca Al-quran ini kami selaludievaluasi dengan cara menanyai satu persatu apasaja yang diajarkan tadi”.

3. Faktor Yang Mempengaruhi ataumenghambat kegiatan Kelompok Studi Islamdalam Penanaman Karakter di SMA Negeri5 Banjarmasin.Berdasarkan Hasil wawancara dengan Rusmiati

selaku Pembina KSI bahwa:

“Di dalam penanaman karakter terhadap siswabeberapa nilai karakter dan adanya KSI inidiharapkan memberikan pengaruh positif terhadappembentukan karakter siswa.Karena kegiatan inisudah ditunjang dengan adanya tekhnologi yangcanggih. Seperti adanya LCD untuk menampilkanpembelajaran yang dikemas untuk menampilkanhal-hal positif, dan juga tempat yang disediakanoleh pihak sekolah yang memadai untukpenuinjang kegiatan Ekstrakurikuler tersebut.”

Seperti yang diungkapkan salah seorang anggotaakhwat Mutia Suciana sebagai berikut:

Page 57: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

341

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

“dengan adanya penanaman karakter hormat dansantun setidaknya kami bisa memahamibagaimana cara sopan-santun terhadap yang lebihtua seperti guru dan orang tua ataupun dengansesama kami dilingkungan sekolah. Kami selaluditekankan tidak boleh berbohong dengan oranglain dan diri sendiri.”

4. Faktor penghambat Kegiatan KelompokStudi Islam dalam Penanaman KarakterWalaupun banyak sekali penunjang kegiatan yang

ada di Kelompok Studi Islam Nurul Fikri ini tetapimasih banyak siswa-siswi yang masih belum bisamemahami tujuan KSI ini ataupun tentang KSI itusendiri. Dari sekian banyak siswa hampir sedikit sekalisiswa yang mau mengikuti kegiatan ini. Padahalpengertian KSI ini sudah jelas KSI adalah singkatandari Kelompok Studi Islam, salah satu ekstrakurikuleryang dikemas dalam bentuk organisasi intra sekolahyang paling diminati di sekolah-sekolah.

Salah satu penghambat juga dari segi kesadaransiswa tentang pentingnya berakhlak mulia didalamkehidupan sehari-hari. Karena itu dalam lingkungansekolah masih banyak ditemukan siswa yang merokokdi kelas, tidak hormat terhadap guru, suka membolos,dan lebih miris lagi melihat penampilan siswi yang masihbanyaknya berpakaian seksi sehingga kelihatan lekuktubuhnya. Seperti yang diungkapkan Rusmiati:

“siswa-siswi sekarang lebih kurang memahamitentang pentingnya akhlak mulia,dan juga perandari orang tua sangat penting dalam pergaulananak-anak sekarang. Karena sebagian besar siswadisekolah sudah membawa kebiasaan dimasyarakatyang memang penanaman karakter nya kurangditonjolkan,tetapi kita juga tidak bisa menyalahkanpihak lingkungan keluarga dan masyarakat. Halini lebih ditekankan ke siswanya sendiri agar lebihdiberikan pemahaman tentang karakter, makanyadisekolah sudah dibiasakan mengaji sebelummemulai pelajara,dan memahami kandungan ayat-ayat tersebut sehingga mereka memahami tentangpentingnya akhlak mulia.”

5. Keberhasilan Dari Kelompok Studi Islamdalam Penanaman KarakterAdapun keberhasilan pada penanam karakter

yang ditanamkan dari kegiatan Kelompok Studi IslamNurul Fikri di SMAN 5 Banjarmasin dapat dilihat dari

kegiatan sehari-hari dan prestasi yang ditonjolkan olehanggota KSI itu sendiri dengan siswa-siswi yang tidakmengikuti kegiatan KSI. Menurut Rusmiati sebagaiberikut:

“keberhasilan dapat dilihat dari perilaku anggotaitu sendiri terhadap kehidupan sehari-hari,merekabisa sedikit lebih bersikap sopan terhadap guru-guru atau orang yang lebih tua dari mereka, dansiswa kaum laki-laki sangat menghindari denganyang namanya merokok, karena didalam kegiatansangat di sarankan agar tidak merokok ataudimarahi kalau ada kelihatan anggota KSI yangmerokok”

M. Mirza Fahlevi juga menambahkan bahwa:

“dibandingkan dengan yang bukan anggota KSI,anggota KSI lebih bisa bersikap mulia terhadapsesama, dan dalam akhlak lebih bisa dikatakanlebih dari pada yang bukan anggota, dan jugaprestasi yang kami tekankan dalam sekolah.”

Desi Helma Permata juga berpendapat sebagaiberikut:

“bahwa anggota KSI akwhwat dalam berpakaiankhususnya lebih sopan atau lebih tertutup,dibandingkan dengan siswi yang tidak mengikutikegiatan KSI lebih menonjolkan kemolekantubuhnya, padahal sangat diharamkan agamaberpakaian yang auratnya tidak ditutup. Dan jugakami anggota KSI lebih bisa mengingat tentangseruan ALLAH contohnya dalam Shalat, hanyasebagian kecil saja siswa-siswi yang melakukanshalat tertama juhur.”

Jadi, pada dasarnya keberhasilan dari penanamankarakter dengan sarana Kelompok studi Islam inisudah cukup dibilang berhasil, dalam memberikanarahan dan bimbingan agar mereka bisa lebihberakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, sepertiberperilaku sopan santun terhadap semua orang,berakhlak mulia. Mengenai keberhasilan yang dimilikiKSI memiliki presetasi yang lebih menonjol danmemuaskan dilihat dari prestasi mereka dalampembelajaran dan kegiatan-kegiatan dari KSI itusendiri.

Page 58: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

342

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

E. PEMBAHASAN1. Pelaksanaan program kegiatan KSI

(Kelompok Studi Islam) terhadappenanaman karakter di SMA Negeri 5Banjarmasin.KSI berusaha memberikan yang terbaik untuk

anggota-anggotanya dalam kegiatan yang seringdilakukan seperti mengajarkan kepada anggotabagaimana cara berdakwah yang baik, memahami isikandungan ayat-ayat Al-Quran,dan pengembanganbakat anggota juga ditanamkan didalam kegiatan ini.

Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam inidiharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukankarakter siswa. Kelompok Studi Islam menjadi sangatpenting untuk menjadi pijakan dalam pembinaankarakter siswa, mengingat tujuan akhir dari KelompokStudi Islam adalah terwujudnya akhlak atau karaktermulia.

Darmiyati Zuchdi menekankan pada empat haldalam rangka penanaman nilai yang bermuara padaterbentuknya karakter (akhlak) mulia, yaitu inkulkasinilai, keteladanan nilai, fasilitasi, dan pengembanganketerampilan akademik dan sosial (Zuchdi, 2008: 46-50). Darmiyati menambahkan, untuk ketercapaianprogram pendidikan nilai atau pembinaan karakterperlu diikuti oleh adanya evaluasi nilai. Evaluasi harusdilakukan secara akurat dengan pengamatan yangrelatif lama dan secara terus-menerus (Zuchdi, 2008:55). Dengan memadukan berbagai metode dan strategiseperti tersebut dalam pembelajaran pendidikanagama di sekolah, maka karakter siswa dapat dibinadan diupayakan sehingga siswa menjadi berkarakterseperti yang diharapkan.

Kegiatan Kelompok Studi Islam sangat berperanpenting terhadap karakter siswa-siswi, karenamenghadirkan nuansa islami disekolah, mendidik siswaagar agar berkepribadian islam dan mengenal denganbaik arti hidup, menjadi muslim yang baik wadahmanajemen organisasi dan pengembangan diri,seni,bakat dan minat dalam tatanan syar”i. Selaindiajarkan nilai-nilai dan wawasan islam, anggota KSIjuga dibekali kemampuan menyampaikan dakwah islamdan menguasai media-media dakwah lain sepertiposter, buletin dan nasyid.

Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam inidiharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukankarakter siswa. Kelompok Studi Islam menjadi sangatpenting untuk menjadi pijakan dalam pembinaankarakter siswa, mengingat tujuan akhir dari KelompokStudi Islam adalah terwujudnya akhlak atau karaktermulia.

2. Faktor Yang Mempengaruhi ataumenghambat kegiatan Kelompok Studi Islamdalam Penanaman KarakterDalam kegiatan KSI diharapkan agar dapat

memberi pengaruh positif terhadap Anggota-anggotaKSI khususnya. Banyak sekali faktor yangmempengaruhi kegiatan KSI ini baik berupa positif dannegatifnya. Dapat dilihat dari faktor penunjangdikegiatan ini adalah tempat kegiatan ini dikhususkandi Mushala, adanya OHV yang diberikan pihaksekolah untuk dapat menampilkan pembelajaran yangdikemas untuk menampilkan hal-hal positif yang belumdiketahui anggota, seperti film-film yang bisamengajarkan kepada anggota bagaimana berperilakuyang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah,di keluarga, dan di masyarakat.

Keberhasilan dapat dilihat dari perilaku anggotaitu sendiri terhadap kehidupan sehari-hari, mereka bisasedikit lebih bersikap sopan terhadap guru-guru atauorang yang lebih tua dari mereka, dan siswa kaum laki-laki sangat menghindari dengan yang namanyamerokok, karena didalam kegiatan sangat disarankanagar tidak merokok atau dimarahi kalau ada kelihatananggota KSI yang merokok, dibandingkan denganyang bukan anggota KSI, anggota KSI lebih bisabersikap mulia terhadap sesama, dan dalam akhlaklebih bisa dikatakan lebih dari pada yang bukananggota, dan juga prestasi yang kami tekankan dalamsekolah. bahwa anggota KSI akwhwat dalamberpakaian khususnya lebih sopan atua lebih tertutup,dibandingkan dengan siswi yang tidak mengikutikegiatan KSI lebih menonjolkan kemolekan tubuhnya,padahal sangat diharamkan agama berpakaian yangauratnya tidak ditutup. Dan juga kami anggota KSIlebih bisa mengingat tentang seruan ALLAH contohnyadalam Shalat, hanya sebagian kecil saja siswa-siswiyang melakukan shalat terutama juhur.

Page 59: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

343

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Dalam kepengurusannya program KSI (Kelompok

Studi Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugaspada bagiannya masing-masing. Pada umumnyaKSI memiliki kegiatan yang terpisah antara anggotaIkhwan dan Akhwat. Namun kebersamaan tetapdapat terjalin antar anggota dengan rapat kegiatanserta kegiatan-kegiatan di luar ruangan.

b. Dalam kegiatan KSI ini diharapkan agara dapatmemberi pengaruh positif terhadap Anggota-anggota KSI khususnya. Banyak sekali faktor yangmempengaruhi kegiatan KSI ini baik berupa positifdan negatifnya. Dapat dilihat dari faktor penunjangdikegiatan ini adalah tempat kegiatan inidikhususkan di Mushala, adanya OHV yangdiberikan pihak sekolah untuk dapat menampilkanpembelajaran yang dikemas untuk menampilkanhal-hal positif yang belum diketahui anggota, sepertifilm-film yang bisa mengajarjan kepada anggotabagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupansehari-hari baik di sekolah, di keluarga, dan dimasyarakat.

2. Saran1. Untuk Program kegiatan yang dijalankan oleh KSI

lebih dihimbaukan lagi terhadap siswa-siswi yangbelum mengikuti kegiatan bahwa peranan KSIdalam penanaman karakter sangat penting untukmereka, dan lebih diberikan pemahaman tentangtujuan akhir dari KSI dan juga diberitahukankegiatan-kegiatan apa saja yang ada di KSIsehingga bisa meningkatkan motivasi siswa untukmengikuti KSI.

2. Diharapkan Dengan adanya kegiatan KelompokStudi Islam ini diharapkan anggota-anggota KSIagar lebih memanfaatkan fasilitas demi menunjangkegiatan KSI, dan lebih semangat dalam mengikutikegiatan-kegiatan yang diadakan KSI. Dan jugakepada sekolah harus selalu mendukung kegiatanKSI ini sehingga tercapainya tujuan KSI sebagaisarana penanaman karakter khususnya akhlakmulia, sehingga menciptakan siswa-siswi yangberkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, jamal ma’mur, 2011.Buku PanduanInternalisasi Pendidikan Karakter diSekolah. Jogjakarta: DIVA Press (AnggotaIKAPI).

Aunillah Nurla Isna. 2011. Penduan PenerapanPendidikan Karakter di Sekolah,Banguntapan Jogjakarta: penerbit Laksana

Azzet Akhmad Muhaimin. 2011. PendidikanKarakter di Indonesia, Jogjakarta: PenerbitAr-Ruzz Media

Bedjo, Akhyar Zainul. 2009. Pendidikan Kewarga-negaraan Civic Education Untuk PerguruanTinggi, Banjarmasin: Laboratorium PendidikanKewarganegaraan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Budimansyah Dasim, Komalasari Kokom. 2011.Pendidikan Karakter Nilai Inti Bagi UpayaPembinaan Kpribadian Bangsa, Bandung:Widajaya Aksara Press Laboratorium PKn UPI.

Jauhari, dkk, 2011.Implementasi PendidikanKarakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT.Prestasi Pustakaraya.

Kabar pendidikan, 2011.Proses InternalisasiNilai.(Online). (http://kabar-pendidikan.blogspot. com. Diakses tanggal 18 Maret 2012.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.PedomanPembinaan Akhlak Mulia Siswa MelaluiPengembangan Budaya Sekolah, SekolahMenengah Kejuruan (SMK). Jakarta:Kemendiknas Republik Indonesia

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. PedomanPendidikan Karakter dan Sekolah Pertaman.Jakarta: Kementerian Republik Indonesia.

Mu’in, Fathul, 2011. Pendidikan KarakterKonstuksi Teoritik & Praktik.Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Natta, abuddin, 2011.Metodologi Studi Islam.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 60: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

344

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Nurla aunillah, Isna, 2011. Panduan MenerapkanPendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT.Laksana.

Salmiah, 2009. Aliran Teori Pendidikan JawwadImplementasinya dalam Corak PendidikanIslam di Indonesia. Jogyakarta. Makalahdiskusi.

Samani, Muchlas, 2012.Konsep dan ModelPendidikan Karakter.Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Somantri, Endang, 2011. Pendidikan Karakter: NilaiInti Bagi Upaya Pembinaan KepribadianBangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Sudarso, deding, 2009. Makalah Pendekatan StudiIslam.(Online) (http://www.scribd.com. Diaksestanggal 18 February 2012.

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional. Jakarta: Cemerlang

Wahyu, 2009.Metode Penelitian Kualitatif (2).Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

——— dkk, 2011.Pedoman Penulisan KaryaIlmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.

Wahyu, Aris, 2011. Implementasi PendiidikanKarakter. (Online) (http://ariswahyu.blogspot.-com. Di akses tanggal 21 Juli 2012

Page 61: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

345

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PEMBENTUKAN KARAKTER IMAN DAN TAQWA SISWAMELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER IKATAN REMAJA

MUSLIM DI SMA NEGERI 6 BANJARMASIN

Chairunnisa, Wahyu dan Dian Agus RuchliyadiProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Chairunnisa, 2012. Character Formation of Faith and Godfearing Students Through ExtracurricularActivities of Muslim Youth Association in SMAN 6 Banjarmasin. Scripsi, Program Study ofCitizenship and Pancasila Education, Department of Social Sciences Education, Faculty ofTeacher and Education Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu,(II) Dian Agus Ruchliyadi.

Character education through extracurricular activities have also stipulated in the Law on NationalEducation System No. 20 of 2003, the extracurricular essentially develop talents and interestsoptimally, as well as foster student independence and happiness are useful for yourself, family andcommunity. The mission of extracurricular activities are: (1) provide a number of activities thatcan be chosen by the students according to the needs, talents, and interests. (2) organize activitiesthat give students the opportunity to express themselves freely through independent or groupactivities. It is well known there is a minor offense that made them a habit. Based on this fact canbe stated that the faith and piety of extracurricular activities is very important for the foundationof the early students behave. The purpose of this study is to investigate the formation of faith andgodly character with the implementation of various Muslim youth bonding activity, and to identifyobstacles and supporting factors in the formation of character through extracurricular activitiesbond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin.

The method used in this study is a qualitative method. Data was collected through observation,interview and documentation. Analysis of the results of the study is a step-by-step analysis of thedata reduction, data presentation, draw conclusions.

The results showed that the formation of faith and godly character through extracurricular activitiesstudents bond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin has contributed greatly to the character offaith and devotion of students with a variety of activities carried out. Constraints faced in carryingout activities such as self-esteem itself, the influence of age, self awareness and supporting factorssuch as cooperation among teachers with the other coaches, the support of principals, providingcoaches, facilities and infrastructure.

Researchers suggest, saw the inter-school competitions with religious themes, its programs plusmore and supporting facilities for the smooth running of the activitie.

Keywords: Character, Students, Extracurricular Activities

Page 62: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

346

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANDisadari kegiatan di sekolah ini, yang penting tidak

hanya terbatas pada kegiatan intrakurikuler, tetapi jugakegiatan ekstrakurikuler karena pada umumnyasekolah bertujuan untuk menyediakan lingkungan yangmemungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi,bakat dan kemampuannya secara optimal, sehinggamereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsisepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinyamaupun kebutuhan masyarakat. Setiap orang mem-punyai potensi yang berbeda-beda dan oleh karena-nya membutuhkan layanan pendidikan yang berbedapula.Sekolah bertanggung jawab untuk memandu(mengidentifikasi dan membina) dan memupuk(mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensitersebut secara utuh.

Untuk menciptakan lulusan yang berkarakter danberkualitas, Sekolah Menengah Atas Negeri 6Banjarmasin (SMAN 6 Banjarmasin) memberikanprogram kegiatan kesiswaan diantaranya program 7K,yang didalamnya terkandung sebuah makna untukmembiasakan dan membudayakan pola pikir, sikap,dan perilaku siswa yang kreatif, cerdas, sopan, danberetika sehingga menumbuhkan dan menjadikanseorang pemimpin masa depan. Sekolah MenengahAtas 6 Banjarmasin juga membina siswa melaluikegiatan kepemimpinan dalam gerakan pramukasehingga siswa kedepannya mampu menjadi seorangleader atau pemimpin yang berkualitas, jujur dan pro-fessional.

Berdasarkan hasil wawancara (Ibu. Hj. Salamah,22 Oktober 2011, di ruang guru) menemukan bahwapembentukan karakter iman dan taqwa siswa melaluikegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 6 Banjarmasinmasih kurang karena masih banyak saja siswa yangberpakaian kentat khususnya wanita, siswa yangmuslim kan diwajibkan berjilbab tetapi masih sajasebagian diantara mereka kalau jam istirahat melepas-nya dan juga memakai jilbab dengan sembarang sepertiponi diliatkan ke depan, masih saja sering di dengarperkataan-perkataan yang tidak baik diucapkan siswa,dan rambut belakang tergerai melebihi batas jilbab.Masih ada beberapa orang yang tidak bisa membacaal-qur’an padahal sudah pada masa remaja. Dan jugasering terjadi pada saat kegiatan ekstrakurikuler IkatanRemaja Muslim (IRMUS) mengadakan salah satukegiatan, salah satunya kegiatan jum’at taqwa dimana

siswa-siswa masih saja susah untuk disuruh ikutmendengarkan ceramah dari penceramah yang telahdi datangkan, ada yang bersembunyi di dalam kelas,kantin bahkan toilet, ada yang sengaja datang telatmengulur-ngulur waktu, dan juga ketika siswa-siswaikut serta, mereka masih banyak yang ngobrol tidakmemperhatikan, ketika kegiatan ini dilaksanakanmereka merasa jenuh pada kegiatan-kegiatan tersebut,siswa merasa susah memahami arti maknasesungguhnya kegiatan ini padahal dengan kegiataninilah pondasi awal siswa melakukan pembentukankarakter, kegiatan ini dianggap beban bagi mereka.Masalah pokoknya adalah kurangnya karakter imandan taqwa siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler IkatanRemaja Muslim (IRMUS) di SMA Negeri 6Banjarmasin.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Pendidikan Karakter

Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan prosesaktivitas yang disengaja ini merupakan gejala masya-rakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upayauntuk membentuk, mengarahkan, dan mengaturmanusia sebagaimana dicita-citakan masyarakatterutama cita-cita orang-orang yang mendapatkankekuasaan.

Menurut T. Ramli (Asmani Jamal Ma’amur,2011:32) menyatakan bahwa ‘pendidikan karaktermemiliki esensi dan makna yang sama dengan pendi-dikan moral dan akhlak.Tujuannya adalah untukmembentuk pribadi anak supaya menjadi manusiayang baik, yaitu warga masyarakat dan warga negarayang baik, adalah menganut nilai-nilai social tertentuyang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat danbangsanya.Oleh karena hakikat dari pendidikankarakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalahpendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budayabangsa Indonesia itu sendiri, yang bertujuan membinakepribadian generasi muda’.

2. Karakter Iman dan TaqwaPembentukan karakter dalam suatu sistem

pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilaiperilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secarabertahap dan saling berhubungan antara pengetahuannilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat

Page 63: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

347

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME,dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara sertadunia internasional.

Rukun iman adalah:

a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada malaikat

c. Iman kepada kitab-kitab Allah

d. Iman kepada rasul-rasul Allah

e. Iman kepada qada dan qadar

Rukun Islam adalah:

a. Mengucapkan dua kalimat syahadat

b. Menunaikan sholat lima waktu dalam seharisemalam

c. Mengeluarkan zakat

d. Berpuasa pada bulan ramadhan

e. Melaksanakan haji bagi mereka yang mampu(www.blogspot.com. Diakses tanggal 15 januari2013)

3. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat KegiatanEkstrakurikulerTujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan

tujuan yang tercantum dalam Permendiknas No. 39Tahun 2008, yaitu:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal danterpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas;

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujud-kan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendi-dikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruhnegatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;

c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam penca-paian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat;

d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakatyang berakhlak mulia, demokratis, menghormatihak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkanmasyarakat madani (civil society).

Dalam setiap kegiatan pasti tidak lepas dari aspektujuan, karena suatu kegiatan yang dilakukan tanpajelas tujuannya maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitupula dengan kegiatan ekstrakurikuler tentu memilikitujuan tertentu. Mengenai tujuan kegiatan dalamekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen Pendidi-kan dan Kebudayaan (1995:2) Kegiatan ekstra-kurikuler bertujuan agar:

a. Siswa dapat memperdalam dan memperluaspengetahuan keterampilan mengenai hubunganantara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakatdan minat, serta melengkapi upaya pembinaanmanusia seutuhnya yang:

1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa;

2) berbudi pekerti luhur;

3) memiliki pengetahuan dan keterampilan;

4) sehat rohani dan jasmani;

5) berkepribadian yang mentap dan mandiri;

6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatandan kebangsaan;

b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepriba-dian serta mengaitkan pengetahuan yang diperoleh-nya dalam program kurikulum dengan kebutuhandan keadaan lingkungan.

Menurut Gunawan (Abdullah Munir, 2010:81)manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah siswadapat mengembangkan kepribadian, bakat, dankemampuannya di berbagai bidang di luar aspekakademik. Meskipun ada juga kegiatan ekstrakurikuleryang berkaitan dengan sisi akademik siswa. Manfaatkegiatan ini untuk wadah penyaluran hobi, minat, danbakat para siswa secara positif yang dapat mengasahkemampuan, daya kreativitaspkk, jiwa sportivitas, danmeningkatkan rasa percaya diri. Akan lebih baik bilamampu memberikan prestasi gemilang di luar sekolahsehingga dapat mengharumkan nama sekolah.

4. Materi/Program Kegiatan Ekstra-kurikulerKegiatan ekstrakurikuler sebagai garapan pokok

subdit kesiswaan kemudian dijabarkan ke dalam 8(delapan) program/kegiatan sebagai berikut (www.kegiatan ekstrakurikuler.org, diakses 15 Januari 2012):

a. Program/kegiatan Rohani Islam (Rohis);

b. Program/kegiatan Pekan Ketrampilan dan Seni(Pentas);

c. Program/kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat);

d. Program/kegiatan Tuntas Baca Tulis al_Qur’an(TBTQ);

e. Program/kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia;

f. Program/kegiatan Peringatan Hari Besar Islam(PHBI);

Page 64: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

348

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

g. Program/kegiatan Ibadah Ramadhan (Irama);

h. Program/kegiatan Wisata Rohani (Wisroh);

5. Kendala-kendala Yang Dihadapi DalamPengembangan Kegiatan EkstrakurikulerDalam pelaksanakan kegiatan ekstrakurikuler

pasti akan ada kendala-kendala yang dihadapi. Kirnadi(Abdoel Fattah, 2008:50) mengemukakan kendalayang dihadapi dalam pembentukan kegiatanekstrakurikuler, adalah:

a. Pihak sekolah tidak mempunyai dana yang memadaiuntuk pembentukan kegiatan ekstrakurikuler.

b. Fasilitas yang kurang.

c. Alat penunjang latihan wajib tidak mencukupi.

d. Pihak sekolah kurang melakukan identifikasi ter-hadap bakat dan minat masing-masing siswa.

e. Tidak adanya perekrutan tenaga pelatih dari luarsesuai bidangnya.

f. Tidak adanya kerjasama antar sekolah.

g. Pihak sekolah yang tidak memfasilitasi siswanyauntuk mengikuti setiap perlombaan.

C. METODE PENELITIAN1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Pertimbangan pilihan metode dan analisis pene-litian di atas ialah adalah bahwa kajian pembentukankarakter iman dan taqwa di sekolah memerlukanpenggalian informasi yang tidak bersifat kuantitatifuntuk menentukan deskripsi yang bersifat komprehensifdari data-data yang dikumpulkan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitiberpandangan bahwa metode dan analisis datadeskriptif kualitatif sangat tepat untuk dijadikan dasaratau landasan pada penelitian ini.

2. Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMAN 6 Banjarmasin.

Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SMANtersebut karena peneliti banyak melihat masih kurang-nya iman dan taqwa siswa, dengan banyaknyapelanggaran-pelanggaran yang sering mereka lakukan.

Faktor lain dari alasan peneliti memilih tempatpenelitian adalah karena SMAN 6 Banjarmasinmerupakan salah satu sekolah yang cukup diminati olehsiswa-siswa yang ingin bersekolah di sana. Dari studi

pendahuluan yang dilakukan menyebutkan bahwaSMAN 6 mempunyai berbagai macam kegiatanekstrakurikurikuler salah satunya yaitu Ikatan RemajaMuslim sehingga peneliti ingin mengetahui carapembentukan karakter iman dan taqwa siswa melaluikegiatan ekstrakurikuler Ikatan Remaja Muslim.

3. Sumber DataData yang dikumpulkan terdiri dari data primer

yang berpusat pada hal-hal yang berkaitan langsungkhususnya dengan pembentukan karakter iman dantaqwa siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler IRMUSdi SMAN 6 Banjarmasin.Data yang diperlukan ter-sebut dipilih dan dibatasi berdasarkan relevansinyadengan pertanyaan dasar dalam rencana penelitian.Danjuga sumber data sekunder mengumpulkan data yangberkaitan dengan hal-hal yang diteliti, seperti profilSMA Negeri 6 Banjarmasin.Penelitian ini juga dilaku-kan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan hasilanalisis secara kualitatif.

4. Instrumen PenelitianPenelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah

peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadijelas mungkin akan dikembangkan instrumen penelitiansederhana yang diharapkan sesuai dengan apa yangakan didapat di lapangan dan dapat digunakan untukmenjaring data pada sumber data yang lebih luas danmempertajam serta melengkapi data hasil pengamatandan obsevasi.

5. Teknik Pengumpulan Dataa. Observasi

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti,diperoleh data sementara yaitu masih kurangnyapembentukan karakter iman dan taqwa siswa melaluikegiatan ekstrakurikuler IRMUS dikarenakan siswatidak menyukai kegiatan IRMUS dan siswa tidakmemiliki ketertarikan atau perhatian terhadap apa yangdilakukan oleh kegiatan IRMUS.

b. Wawancara

Wawancara awal, peneliti memperoleh datasementara bahwa guru sudah melakukan upaya-upayauntuk mengembangkan karakter iman dan taqwa siswamelalui kegiatan yang dilaksanakan IRMUS tapikembali lagi kepada diri siswa itu sendiri.Penilaian

Page 65: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

349

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

siswa yang beranggapan kegiatan ekstrakurikulerIRMUS tidak menarik seperti ekstrakurikuler yanglainnya, dan juga karena pengaruh zaman siswa merasakegiatan IRMUS tidak trend/modern.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, diperoleh data primer berupagambar-gambar kegiatan ekstrakurikuler IRMUS yangdiambil oleh peneliti pada waktu penelitian dan datasekunder yang diambil dari arsip kegiatan ekstra-kurikuler IRMUS SMA Negeri 6 Banjarmasin dankepustakaan yang berhubungan dengan masalahpenelitian.

6. Teknik Analisis DataMenurut Miles dan Huberman (Wahyu, 2006:60)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatifdilakukan secara interaktif dan berlangsung secaraterus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudahjenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi Data (Merangkum)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yangpenting, dicari tema dan pola pembentukan karakteriman dan taqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS,kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikulerIkatan Remaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukankarakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat danpendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan(IRMUS). Sehingga kesimpulan dapat ditarik.Reduksidata dapat dibantu dengan peralatan elektronik sepertikomputer mini, dengan member kode aspek-aspektertentu.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnyaadalah mendisplaykan data. Melalui penyajian datatersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalampola hubungan, sehingga akan semakin mudahdipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukanuntuk menggabungkan informasi tentang pembentukankarakter iman dan taqwa melalui ekstrakurikulerIRMUS, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakanekstrakurikuler Ikatan Remaja Muslim (IRMUS)dalam pembentukan karakter iman dan taqwa, danfaktor penghambat dan pendukung terhadap kegiatan

yang dilaksanakan (IRMUS). dalam suatu bentuk yangpadu dan mudah dipahami.

c. Menarik Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan penarikan kesimpulan danverifikasi tentang pembentukan karakter iman dantaqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikuler IkatanRemaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukankarakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat danpendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan(IRMUS), yang dirumuskan setelah menggabungkaninformasi yang tersusun dalam bentuk padu dan benar.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkindapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskansejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena sepertitelah dikemukakan bahwa masalah dan rumusanmasalah dalam penelitian kualitatif masih bersifatsementara dan akan berkembang setelah penelitiberada di lapangan.

7. Pengujian Keabsahan DataUntuk menguji keabsahan data, maka digunakan

uji kredibilitas data, yang meliputi perpanjanganpengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasimerupakan pengecekan data dari berbagai sumberdengan berbagai cara dan berbagai waktu, antara laintriangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Gambaran Umum Sekolah

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekoalahSMA Negeri 6 Banjarasin.Sebagai sebuah lembagapendidikan, SMA Negeri 6 Banjarmasin telah melaluiwaktu yang panjang. Dalam usia yang sudah dibilangcukup tua, telah banyak keberhasilan yang diraih danterekam dalam dinding-dinding bangunan yang bisuSMA Negeri 6 Banjarmasin. Telah banyak pula tokoh-tokoh masyarakat yang lahir dari bangku kayu SMANegeri 6 Banjarmasin sebagai sekolah yang berkualitas,berdisiplin, dan terpercaya.

SMA Negeri 6 Banjarmasin pada tahun 2004/2005 dan 2008/2009 memperoleh akreditasi A (sangatbaik). Dengan perolehan predikat tersebut, tidakpantas kalau komponen yang terkait di dalam SMANegeri 6 Banjarmasin memberikan konstribusi yangsangat tidak berarti bagi dunia pendidikan pada

Page 66: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

350

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

umumnya, dan masa depan pada khususnya. Untukitulah, SMA Negeri 6 Banjarmasin berusaha secaramaksimal memberikan yang terbaik untuk siswa danmasa depan mereka. Kerja sama dan hubungan yangharmonis sangat dibutuhkan untuk menciptakan rasakebersamaan dan kekeluargaan di SMA Negeri 6Banjarmasin.

2. Deskripsi Pembentukan Karakter Iman danTaqwa Siswa melalui Kegiatan Ekstra-kurikuler IRMUS di SMAN 6 BanjarmasinHasil temuan di lapangan dengan menggunakan

beberapa metode penelitian menemukan gambaranpembentukan karakter iman dan taqwa siswa melaluikegiatan ekstrakurikuler di SMAN 6 Banjarmasin.Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah atautempat untuk mengembangkan karakter siswa,kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran danpelayanan konseling untuk membantu pembentukansiswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, danminat mereka melalui kegiatan yang secara khususdiselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependi-dikan yang kemampuan dan berwenang di sekolah.Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler IRMUS me-megang peranan yang sangat penting dalam pem-bentukan karakter iman dan taqwa siswa.Saatpenelitian di lakukan guru yang berkaitan memaparkanbahwa guru selalu menyarankan kepada siswa agarmengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler.

3. Deskripsi Kegiatan-kegiatan yangdilaksanakan ekstrakurikuler irmus dalampembentukan karakter iman dan taqwaKegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendi-

dikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konselinguntuk membantu pembentukan karakter siswa sesuaidengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat merekamelalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakanoleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yangberkemampuan dan berwenang di sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolahini cukup banyak, disinilah kejelian siswa harus memilihekstrakurikuler mana yang benar-benar merekabutuhkan untuk kehidupan yang lebih baik.Apalagidengan ekstrakurikuler irmus dapat meningkatkanpembentukan karakter iman dan taqwa siswa, sepertiyang dikatakan oleh Bapak. Asmuni bahwa:

“karena kegiatan yang dilaksanakan irmus inisangat cocok dalam pembentukan karakter imandan taqwa, karena setiap kegiatan irmus itu tidakpernah lepas dengan unsur-unsur keagamaan, apayang kita laksanakan tidak akan bertentangandengan keagamaan, disini kegiatan irmus lah yangmenangani buber (buka bersama) yang mana disinianak irmus melakukan acara buka bersama danjuga pesantren kilat, kegiatan ini dilaksanakanpada masa satu kali kepengurusan dan juga irmusmelaksanakan bakti social setiap adanya bencanaseperti kebakaran, banjir dan sebagainya”

4. Deskripsi faktor penghambat danpendukung dalam pembentukan karakteriman dan taqwa siswa melalui kegiatanekstrakurikuler irmus.Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler

irmus dalam pengembangkan karakter iman dan taqwaadalah adanya faktor dari siswanya itu sendiri yangdiungkapkan oleh Ibu. Marliyana bahwa:

“Ada faktor kendalanya, kadang-kadang faktorkendalanya faktor bawaan anaknya itu sendiri,yang mana ketika mereka berhadapan dengankegiatan keagamaan, mereka merasa jenuh danterbebani”.

Faktor pendukung yang dilakukan kegiatanekstrakurikuler irmus dalam pembentukan karakteriman dan taqwa, adanya kerja sama guru dengan pelatihdalam pembentukan karakter iman dan taqwa siswa.Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu. Salamahbahwa:

“Kami ini biasanya saat jam pelaksanaan kegiatanberakhir, kami berbicara tentang bagaimana siswa,sehingga kami ini saling berbagi bagaimana siswaitu sendiri. Dengan adanya itu jadi kami dapatbekerja sama bagaimana menangani siswa yangmelaksanakan kegiatan, apakah sudah benarataupun tidak, menangani siswa-siswa yang masihmempunyai kelemahan-kelemahan dalammenjalankan kegiatan agar kami berikan arahan,latihan dan nasehat”.

Peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaanpendidikan karakter bukan hanya pada pendidikanformal tetapi juga pendidikan informal yaitu kegiatanekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakanwadah atau tempat pendidikan karakter selain kegiatanintrakurikuler di sekolah.Kegiatan ekstrakurikulersangat membantu sekali dalam meningkatkan karakter

Page 67: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

351

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

siswa.Kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian daripendidikan karakter yang disediakan sekolah selainkegiatan intrakurikuler.SMA Negeri 6 Banjarmasinbanyak menyediakan program kegiatan ektrakulikuler,salah satunya adalah ekstrakulikuler Ikatan RemajaMuslim (IRMUS).Sebagaimana hasil penelitian dilapangan bahwa kegiatan ekstrakulikuler Irmus SMANegeri 6 Banjarmasin bertujuan untuk menjadikansiswa menjadi siswa yang lebih baik.Pendidikankarakter melalui kegiatan ekstrakurikuler ini dapatmemberikan tuntunan-tuntunan yang baik secara tidaksadar kepada siswa, dengan mengikuti kegiatan inisecara tidak langsung pola-pola prilaku ataupun sikapmereka dapat terkontrol. Hal ini sesuai dikemukakanoleh Martadi (Endang somantri, 2011:227)‘memberikan pengertian pendidikan karakter adalahproses pemberian tuntunan peserta/anak didik agarmenjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalamdimensi hati, pikir, raga, serta rasa, dan karsa. Pesertadidik diharapkan memilik karakter yang baik meliputikejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat,peduli dan kreatif.Karakter tersebut diharapkanmenjadi kepribadian utuh yang mencerminkankeselarasan dan keharmonisan dari olah HATI, PIKIR,RAGA, serta RASA dan KARSA.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan makadapat d bahwa, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakanekstrakulikuler irmus SMA Negeri 6 Banjarmasincukup banyak dan beragam. Seperti Kegiatan Jum’atTaqwa yaitu mendatangkan penceramah Agama yangdilaksanakan pada hari jum’at setiap 2 (dua) kali dalamsebulan, Baca Tulis Al-Qur’an yang dilakukan setiap1 (satu) minggu sekali, Sholat Zuhur Berjamaahdilakukan secara bergiliran oleh setiap kelas dari Kelas7 s/d 9. Kegiatan ini dikordinasikan oleh Irmus, Habsidan Kajian tentang Nabi Muhammad Saw dimanakegiatan ini dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan sekalidan di isi kajian tentang kajian Kehidupan NabiMuhammad Saw, Bakti Sosial dilakukan setiap adanyabencana seperti kebakaran, banjir, dsb, Buletin Gabusyaitu sebagai media informasi seputar Irmus danbacaan-bacaan umum, Kantin (Kajian Rutin) yangberisi kajian-kajian Islam, Kegiatan ProgramKreatifitas Siswa seperti Motif (Muslimah Kreatif),Pamlet Rutin, Mading, serta acara Buka bersama danpesantren kilat.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ekstraku-rikuler Irmus tersebut sesuai dengan konteks Pendi-dikan Nasional yang terdapat dalam lampiran KepmenDiknas No. 125 /U/ 2002 antara lain: pesantren kilat,tadarus, shalat berjamaah, shalat tharawih, latihandakwah, baca tulis Al-Qur’an, pengumpulan zakat, dll,atau melalui program keaagamaan yang secaraterintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: latihannasyid, seminar, dan lain-lain.

Kegiatan ekstrakurikuler irmus SMA Negeri 6Banjarmasin bertanggung jawab terhadap perkem-bangan iman dan taqwa siswanya disekolah, tentunyamempunyai kewajiban-kewajiban yang menjadi tugaskegiatan ekstrakurikuler, apalagi jika kegiatanekstrakurikuler irmus mendapati kendala atauhambatan dalam mengembangkan iman dan taqwasiswanya sesuai dengan nilai serta norma yang ada.Dari hasil penelitian dilapangan terungkap bahwakendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler dalampembentukan karakter iman dan taqwa siswa adalahbawaan anaknya itu sendiri, yang mana ketika merekaberhadapan dengan kegiatan keagamaan, merekamerasa jenuh dan terbebani. Karena tidak semua minatatau keinginan siswa itu sama. Seperti yangdikemukakan oleh Gunawan (Abdullah Munir,2010:86) dalam melaksanakan suatu kegiatanseringkali terdapat kendala-kendala yang menghambatkelancaran atau keberhasilan pencapaian tujuankegiatan itu yaitu “faktor bawaan dalam diri sendiriyang malas untuk melaksanakan aktivitas selainkegiatan pembelajaran di kelas”. Kendala dalammengembangkan kegiatan ekstrakurikuler adalahkendala yang timbul dari intensitas anggota untukberperan aktif di dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler,faktor anggota dalam menentukan pilihan kegiatanekstrakurikuler lebih dari satu pilihan menjadikankurang maksimalnya kehadiran anggota kegiatanekstrakurikuler.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwauntuk meningkatkan pembentukan iman dan taqwa disekolah adalah dengan bekerja sama dengan gurupembina dan pelatih, guru-guru lainnya, anggota-anggota irmus serta orang tua siswa untuk senantiasamengarahkan siswanya pada hal yang positif. Hal inisenada dengan yang dikemukakan oleh Hendri(Sutisna, 1983:10) “faktor penunjang pembentukankegiatan ekstrakurikuler seperti keselarasan antara

Page 68: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

352

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

program dengan pelaksanaan, keterlaksanaan pro-gram yang optimal, pembina dan pelatih yang profes-sional, tersedianya dana yang cukup, kerja sama yangbaik, respon siswa, personil sekolah, orang tua, danmasyarakat terhadap kegiatan-kegiatang yangdilaksanakan, adanya perubahan kemajuan siswadilihat dari pencapaian tujuan dari terlaksananyakegiatan tersebut”.

E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Pembentukan karakter Iman dan Taqwa siswa

melaui kegiatan ekstrakulikuler Ikatan RemajaMuslim (Irmus) di SMA Negeri 6 Banjarmasin telahmemberikan kontribusi yang besar terhadapkarakter keimanan dan ketaqwaan siswa dimanabanyak program-program kegiatan yang dilakukanoleh Irmus ini. Dalam kegiatan Irmus telah diajarkanpendalaman ilmu-ilmu keagamaan sehingga dapatmembimbing siswa dalam bersikap atau bertingkahlaku serta dapat mengetahui mana yang salah danbenar maupun mana yang baik dan buruk. AnggotaIrmus juga telah ditanamkan sikap rasa malu berbuatsalah sehingga sikap ini menjadikan siswa untukselalu berbuat sesuai dengan aturan.

b. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Irmus dalampembentukan karakter iman dan taqwa cukupbanyak dan beragam. Kegiatan yang dilaksanakanadalah kegiatan buka puasa bersama, bakti sosial,bulletin gabus, kantin (kajian rutin), muslimah kreatif,pamlet rutin, kegiatan jum’at taqwa, baca tulis al-qur’an, sholat dzuhur berjamaah, kegiatan habsidan kajian tentang Muhammad Saw.

c. Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikulerdalam pembentukan karakter iman dan taqwasiswa adalah pembawan dari diri siswa, pengaruhzaman, keadaan anggota, dan kesadaran diripribadi siswa. Beberapa faktor menjadi pendukungdalam pembentukan karakter iman dan taqwasiswa adalah kerja sama antara guru pembina danpelatih dan guru-guru lain serta anggota-anggota-

nya, adanya dukungan dari kepala sekolah, adanyapendanaan yang terencana yang telah ditetapkan,adanya musholla untuk pelaksanaan kegiatan danadanya penyediaan pelatih untuk melakukanbimbingan atau pelatihan dalam melaksanakankegiatan irmus.

2. Sarana. Ditingkatkannya lagi peraturan tentang kehadiran

dalam pelaksanaan kegiatan irmus agar semuamakna yang terkandung terhadap kegiatan ini dapatmengena dalam diri pribadi siswa masing-masingyang nantinya akan membuat mereka lebih mem-punyai karakter iman dan taqwa. Pihak sekolahhendaknya lebih sering lagi menampilkan bakat-bakat yang ada dari anggota kegiatan ekstra-kurikuler irmus melalui perlombaan-perlombaanekstrakuriku-ler antar sekolah yang berbasiskeagamaan. Misalnya; lomba Adzan, lomba Da’i,lomba tilawatil Qur’an, lomba Habsi. Selain itu,anggota irmus juga harus lebih meningkatkanprestasinya melalui kegiatan ekstrakurikuler irmus.

b. Hendaknya dimasukkan lagi beberapa programyang bagus namun belum dimuat dalam programkegiatan ikatan remaja muslim maka dari itu perluadanya tambahan kegiatan-kegiatan seperti, tafakuralam, diskusi tentang problematika remaja, danwisata rohani. Kegiatan-kegiatan seperti itu tidakhanya memberikan kegiatan saja tetapi jugamemberikan manfaat kepada siswa agar dapatmeningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.

c. Hendaknya dilakukan forum dialog maupun diskusiyang dilakukan secara rutin membahas seputarkegiatan irmus. Pihak pengelola irmus lebih membe-rikan kegiatan-kegiatan yang menarik lagi sesuaidengan perkembangan zaman namun tidakmenghilangkan unsur keagamaan agar dapatmeningkatkan jumlah anggotanya. Selain itu, perluadanya penyediakan fasilitas penunjang dalamkegiatan irmus seperti tersedianya Al-qur’an,Rebana (terbang), buku-buku islam, dsb.

Page 69: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

353

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Asmani Ma’amur, 2011. Buku Panduan InternalisasiPendidikan Karkater diSekolah. Jogjakarta:Diva Press.

Azzet Muhaimin, 2011. Urgensi PendidikanKarkater di Indonesia. Jogjakarta: Ar RuzzzMedia.

Debdikbud, 1997. Himpunan Peraturan danPedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswa-an. Bandung:Koperasi Pegawai KanwilDepdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan1995:2.(Online), (Http:// www.kemendiknas.-go.id/kemdikbud/, diakses pada tanggal 2januari 2012)

Fattah Abdoel, 2008. Pembangunan KarakterUnggul. Jakarta: PT Arga Publishing.

Khan. D. Yahya, 2010. Pendidikan KarakterBerbasis Potensi Diri; MendongkrakKualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelang Pub-lishing.

Muhammad, Abu Bakar,1994. Pembinaan Manusiadalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas.

Mu’in Fatchul, 2011. Pendidikan KarakterKonstruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:Ar-ruzz media.

Munir Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Pedagogia.

Permendiknas N0.39. Th.2008. (Online), (Http://antotenera.wordpress.com/ tag/permendiknas-no-39-tahun-2008/diaksespadatanggal 2Januari 2012)

Raka, Gede at. All, 2002. Pendidikan Karakter diSekolah; dari Gagasan ke tindakan. Jakarta:Elex Media Komputindo

Rusmiyati, dkk, 2003, Panduan Mentoring AgamaIslam, Iqra Club, Jakarta.

S.M. Suhufi, 2003. Prinsip dan Etika Pribadi dalamIslam. Jakarta: Pustaka Intermasa.

Somantri, Endang, 2011. Pendidikan Karakter: NilaiInti Bagi Upaya Pembinaan KepribadianBangsa. Bandung: Widya Aksara Press danLaboratorium PKn UPI.

Sutisna, Oteng, 1983. Administrasi Pendidikan.Bandung: Angkasa.

Syamhudi, 2009. Tujuan-Manfaat Ekskul.(DikutipdariHttp:// ucuzsopian. blogspot. com/2012/ manfaat-kegiatan-ekstrakurikuler.-html?m=1, diaksespadatanggal 15 2012).

Tri Admajo, 2009. Kegiatan Ekstrakurikuler.(Dikutip dari Http:// id. shvoong. com/socialscienes-education/2260214-tujuan-ruanglingkup-kegiatan/, diakses pada tanggal 15Januari 2012.

Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun2003 tentang Undang-undang SistemPendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang.

Wahyu, 2006. Penelitian Kualitatif, Banjarmasin:Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Univer-sitas Lambung Mangkurat.

Wahyu, et. Al. 2011.Pedoman Penulisan KaryaIlmiah Program Studi Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan Program Sarjana(S1). Banjarmasin: Universitas LambungMangkurat.

Page 70: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

354

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

HUBUNGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PKN DENGANSIKAP DEMOKRATIS PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 1

BANJARMASIN

Eka Aprilliyanti, Wahyu dan Rabiatul AdawiyahProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Eka Aprilliyanti, 2013. Relationships of Civics Teacher Personality Competency with Students DemocraticAttitudes in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and PancasilaEducation, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and EducationScience, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Rabiatul Adawiyah.

Personality of the teacher has been set in the Minister of National Education. 16 In 2007, inparagraph 2 of Article 3, while students in democratic attitudes set in the Law. 20 of 2003, Basedon this fact can be stated that the personality of the teacher influenced democratic attitudes oflearners. The purpose of this study was to determine relationship the competence of the teacher’spersonality Civics with democratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin.

The method used in this study is a quantitative method, the data were analyzed using productmoment analysis techniques.

The results showed that the competence of the teacher’s personality Civics great influence ondemocratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Competence personality Civicsteacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the responses of students by 73% judgedthat sufficient competence Civics teacher’s personality, and the remaining 27% considered thatthe competence of the teacher’s personality Civics still not good. Competence personality Civicsteacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the positive response from students of73% assess that competence Civics teachers have good personalities, and the remaining 27%considered that the competence of the teacher’s personality Civics still not good.

Teachers that need to further improve the competence of his personality that fits the criteria ofpersonality competencies of teachers, so as to make the students behave democratically. CitizenshipEducation Study Program is expected to cultivate the seeds of future teachers and qualified teachersscored a success in the future.

Keywords: competence, personality, attitude, democratic

A. PENDAHULUANKepribadian adalah faktor yang sangat ber-

pengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagaipengembang sumber daya manusia.Karena di sampingsebagai pembimbing dan pembantu, guru juga

berperan sebagai panutan. Mengenai pentingnyakepribadian guru, seorang psikolog terkemuka ZakiahDardjat (1982) menegaskan “Kepribadian itulah yangakan menentukan apakah ia menjadi pendidik danpembina yang baik bagi anak didiknya”.Kompetensi

Page 71: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

355

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepribadian guru adalah penting dan strategiskarenadalam kompetensi kepribadian guru banyakterdapat pengaruh yang besar terhadap peserta didik,guru yang memiliki kompetensi yang baik dalam kualitasmengajar, dan tingkat profesionalnya maka pesertadidik akan merasakan bahwa pentingnya kompetensikepribadian guru.

Guru yang demokratis tidak sekedar memberikankebebasan kepada siswa untuk mengemukakanidenya, tetapi juga mendukung ide tersebut danmendorong siswa untuk mengembangkan ide-idekreatifnya.Sikap demokratis dalam guru-siswamempunyai ciri-ciri:(1) Menerima, Menjelaskan, danMendukung ide serta perasaan orang, (2) Memuji danmembesarkan hati, (3) bertanya dan merangsangpartisipasi, (4) pertanyaan berorientasi pada kerjaindividu atau siswa (Bellach, 1970).

Peran guru sebagai leader adalah sebagaimanadikemukakan oleh Cartwright dan Zander (Gastil:56),merupakan suatu “tindakan yang mendukung siswauntuk mencapai tujuannya, dalam hal ini tujuanpembelajaran”. Kepemimpinan demokratis gurumelatih dan mendorong siswa untuk memiliki kebe-ranian mengemukakan pendapat, keterampilanberbicara dan berpikir bebas, kemampuan berorga-nisasi, serta kematangan emosional dan kemampuanberpikir rasional.Menghargai perbedaan pendapatsebagai suatu dinamika dalam masyarakat sehinggatidak memaksakan kehendak dan pendapatnyasebagai suatu kebenaran mutlak.

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14Tahun 2005 dikemukakan kompetensi kepribadianadalah “kemampuan kepribadian yang mantap,berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjaditeladan peserta didik”.

Kepribadian guru telah diatur dalam PeraturanMenteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007,pada ayat 2 pasal 3, yaitu:

Kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakupkepribadian yang beriman dan bertaqwa, berakhlakmulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap,berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjaditeladan bagi peserta didik dan masyarakat, secaraobjektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengem-bangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Dalam Peraturan Menteri pada poin (d) bahwaguru harus memiliki kepribadian yang demokratissehingga diharapkan dalam menjalankan dan mengapli-kasikan kompetensinya seorang guru PKn mampumemiliki hubungan yang positif dengan sikapdemokratis kepada peserta didiknya.

Sikap demokratis siswa di atur di dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, yaitu:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdas-kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis, serta bertanggung jawab.

Dalam hal ini diharapkan siswa mampu bersikapdemokratis dalam pembelajaran bukan hanya terpakupada seorang guru saja, namun di sini diharapkan gurudan peserta didik mampu mencipatakn suasana yangdemokratis sesuai dengan tujuan pendidikan.

Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadianguru. Salah satu yang paling penting menurut Allport(Mc Ahsan:45)

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamisdarisistem psiko-fisik indvidu yang menentukantingkah laku dan pemikiran indvidusecara khas.Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkantingkah laku manusia.Maksud dinamis padapengertian tersebut adalah perilaku mungkin sajaberubah-ubahmelalui proses pembelajaran ataumelalui pengalaman-pengalaman.

Hasil informasi di lapangan menurut salah satuguru PKn yaitu Ibu Akbarina kepribadian guru itumerupakan contoh untuk peserta didiknya, dan kepri-badian guru itu nanti akan berdampak kepada pesertadidiknya. Contohnya apabila kepribadian gurunyadisiplin maka secara tidak langsung akan membentuksikap peserta didiknya, apabila kepribadian gurunyademokratis selalu bertukar pendapat kepada pesertadidiknya maka juga akan mebentuk sikap demokratisjuga karena peserta didik berani mengemukakanpendapatnya.

Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaranbersikap demokratis, tidak tegang, memberikan

Page 72: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

356

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan,maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadianyang demokratis dan mampu membentuk sikap pesertadidik yang demokratis pula.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakahada hubungan kompetensi kepribadian guru PKndengan sikap demokratis peserta didik. Penelitianseperti ini belum dilaksanakan disekolah SMKN 1Banjarmasin. Jadi, penelitian tentang HubunganKompetensi Kepribadian guru dengan sikapDemokratis Peserta didik dilakukan di SMKN 1Banjarmasin.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Pengertian Kepribadiana. Kepribadian

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian berartisifat hakiki individu yang tercermin pada sikap danperbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain.Mc Leod (1989), mengartikan “kepribadian (person-ality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki olehseseorang”.Secara konstitusional, guru hendaknyaberkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yangberiman dan bertagwa kepada Tuhan YME, disampingitu dia harus punya keahlian yang di perlukan sebagaitenaga pengajar.

b. Teori kepribadian

Salah satu teori kepribadian yang diambil yaituteori kepribadian Allport. Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyaifungsi yangbaik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadarisepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbingmereka dandapat mengontrol kekuatan-kekuatan itujuga.Kepribadian yang matang tidak dikontrol olehtrauma-trauma dankonflik-konflik masa kanak-kanak.

Orang yang matang dan sehat juga akan terusmenerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dan dayahidup yang cukupuntuk menghabiskan energi-energinya.

c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PKn

Kompetensi merujuk kepada seseorang dalammengaplikasikan pengetahuan, keterampilan ataukemampuan menampilkan sesuatu sampai ukuran yangspesifik. Kompetensi terlihat dari kelakuan bertindakbahwa setiap guru membutuhkan kombinasi untuk

melaksanakannya.Mereka harus dapat memperlihat-kan pada konteks pekerjaan dan hal itu dipengaruhioleh organisasi kebudayaan dan lingkungan kerja.Dengan kata lain, kompetensi terdiri atas kombinasipengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yangdiperlukan untuk menampilkan tugas dan dan fungsiutamanya.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensipersonal mengharuskan guru memiliki kepribadian yangmantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyekdidik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkanuraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermindari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.

Jadi kompetensi kepribadian guru dapat diartikansebagai kemampuan dan kewenangan guru dalammenjalankan profesi keguruannya. Berdasarkan uraiandi atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagaipenguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilaidan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikirdan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

2. Teoritis Demokrasia. Pengertian Demokrasi

Pendidikan demokratis dapat diartikan sebagaisikap saling menghargai kendati pendapat satu samalain berbeda, bahkan bertentangan pendapat tidakhanya sekedar berbeda lalu berhenti, namun diajakuntuk membuat kesepakatan bersama secara terbukadan saling menghormati. Peserta didik diberi kesem-patan untuk memberikan tanggapan, pendapat danpenilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan.Demokratis ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilaidiantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaanpendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dantoleransi melalui demokratis peserta didik diajak mulaiberani mengungkapkan gagasan, pendapat maupunperasaan.

Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untukmenata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikaphidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untukbelajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar danjujur. Penanaman sikap demokratis berawal denganmenghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didikdiarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dannalar.

Page 73: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

357

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Sikap demokratis peserta didik akan mencipta-kan suasana kehidupan yang demokratis antara gurudan peserta didik dengan adanya saling menghormati,kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. MenurutA. Kosasih Djahiri “ sikap demokratis siswa akannampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dankreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya,dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam memecah-kan persoalan yang timbul bagi dirinya maupunlingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lainwalaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemuka-kan pendapatnya.

b. Pengertian Sikap Demokratis Siswa

Sikap merupakan semacam kesiapan untukbereaksi terhadap suatu objek dengan cara-caratertentu. Bisa dikatakan bahwa kesiapan yangdimaksud merupakan kecenderungan potensial untukbereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadap-kan pada suatu stimulus yang menghendaki adanyarespon. Menurut Lapierre (Azwar, 1995) mendefinisi-kan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi ataukesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikandiri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikapadalah respon terhadap stimulus sosial yang telahdikondisikan.

Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untukmenata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikaphidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untukbelajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar danjujur. Penanaman sikap demokratis berawal denganmenghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didikdiarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dannalar.

Menurut Djahiri (2007), sikap demokratis siswaakan nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap kritisdan kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang adadisekitarnya, dapat melihat cara-cara yang tepat dalammemecahkan persoalan yang timbul bagi dirinyamaupun lingkungannya, mampu menghargai pendapatorang lain walaupun berbeda pendapatnya, mampumengemukakan pendapat secara jelas dan sistematis,berkeinginan untuk maju.

Jadi, sikap demokratis peserta didik adalahsebagai suatu kesiapan atau kecenderungan pesertadidik untuk bertingkah laku mengutamakan kepen-tingan bersama, menghargai pendapat orang lain secara

wajar, jujur, dan terbuka.Sikap demokratis sejatiadalah sikap mau menghargai pihak manapun dalamkehidupan bersama. Meyakinkan pihak lain akan baikdan pentingnya gagasan yang dimiliki tanpa harus adaperpecahan, permusuhan, dendam atau pun kekerasandalam pelaksanaan dan penerapan gagasan. Beranimenghargai kekurangan dan kekalahan serta mengakuipihak lain lebih unggul juga merupakan sikap demo-kratis.Sikap demokratis peserta didik akan mencipta-kan suasana kehidupan yang demokratis antara gurudan peserta didik dengan adanya saling menghormati,kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka.

Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaranbersikap demokratis, tidak tegang, memberikankesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan,maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadianyang demokratis dan mampu membentuk sikap pesertadidik yang demokratis pula, yang menjadi dasar atauacuan yang dipakai untuk keterkaitan antara kompe-tensi kepribadian guru dengan sikap demokratispeserta didik.

3. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran

4. Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka pemikiran yang telah di

uraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah“ Terdapat hubungan yang signifikan antarakompetensi kepribadian guru PKn dengan sikapdemokratis peserta didik”.

Page 74: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

358

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

C. METODE PENELITIAN1. Metode Penelitian yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan pendekatan kuantitatif dengan memakaimetode diskriptif yang nantinya akan mampu menja-barkan hasil dari persentase setiap poin-poin angketyang dibagi kepada seluruh responden. Sehingga dalampenelitian ini hanya terbatas pada melihat hasil seluruhresponden yang kemudian dikumpulkan, karena dalampenelitian ini sudah jelas siapa yang menjadi sasarannyaatau respondennya.

2. Populasi dan Sampela. Populasi

Populasi menurut Margono (2005:118) adalahdata yang menjadi perhatian kita dalam suatu lingkupdan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitanini adalah siswa kelas XI di SMK Negeri 1Banjarmasin Tahun pelajaran 2012/2013.

b. Sampel

Sampel menurut Margono (2005:121) adalah se-bagai bagian dari populasi sebagai contoh yang diambildengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampelmenurut Fathani (2005:101) adalah contoh untuk diha-dapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasilkesimpulannya dapat diwakili seluruh populasi.Menggunakan tabel Krejcie dan Morgan (1970) totaljumlah populasi mendekati angka 400, maka dapatdisimpulkan sampel yang ditarik yaitu sebanyak 196orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik ran-dom sampling (acak sederhana).

3. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian dalam kuantitatif merupakan

variabel yang terkandung dalam penelitian tersebut.Gunanya sebagai suatu alat ukur yang digunakan untukmengukur variabel penelitian. Dalam penelitian ini, telahditetapkan memiliki dua variabel yaitu sebagai berikut:

a. Instrumen untuk mengukur kompetensi kepribadianguru PKn

b. Instrumen untuk mengukur sikap demokratispeserta didik

Setelah variabel-variabel ditetapkan untuk diteliti,maka selanjutnya variabel-variabel tersebut diberikan

definisi operasionalnya. Maka definisi dari setiapvariabel di atas adalah:

a. Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuankepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,dan beribawa. (UU N0 14 Tahun 2005).

b. Sikap demokratis peserta didik adalahtoleran,memahami dan menerima perbedaan, berpikirkritis, kemampuan berpartisipasi. (Sanusi, 1998).

4. Teknik Pengumpulan DataPenggunaan teknik pengumpulan data yang tepat

sehingga diperolehnya data yang objektif. Permasa-lahan dalam penelitian semaksimal mungkin dapatdipecahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, harusdidukung oleh data yang relevan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian iniberupa data primer dan data sekunder sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer diambil berdasarkan hasil observasidan pengumpulan data melalui angket (Kuesioner) yangdibagikan kepada responden secara langsung sertawawancara oleh beberapa siswa dan guru di sekolahtersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang di-peroleh dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitudengan mempelajari laporan-laporan, serta buku-bukuyang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisis DataPenelitian deskriptif merupakan penelitian yang

bersifat eksploratif (menggali) bertujuan untukmenggambarkan keadaan status fenomena. Data yangtelah dikumpulkan diolah dan disajikan secara sewajar-nya, karena metode penelitian yang digunakan adalahmetode deskriptif. Jadi seluruh rangkaian kegiatanproses penelitian dan hasil penelitian dilaksanakansecara serempak. Selanjutnya data-data dianalisisdengan analisis statistik.

Data primer yang diperoleh dalam penelitian inidi analisis dengan menggunakan random atau teknikacak dengan menggunakan perhitungan presentasi.Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakanteknik persentase dan teknik korelasi Product-Mo-ment dari Karl Pearson yang disajikan pada uraianberikut:

Page 75: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

359

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

a. Teknik Persentase (%) dengan rumus:

Teknik persentase digunakan untuk mengetahuiseberapa besar persentase jawaban responden darikuesioner yang diberikan kepada mereka. Teknikpresentase menurut (Sudijono, 2001: 40) mengguna-kan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

p = Persentase jawaban responden

f = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden Menjawab.

b. Teknik Analisis Korelasi Product-Moment

Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasiProduct-Moment dari Karl Pearson untuk mengetahuihubungan kompetensi kepribadian guru PKn dengansikap demokratis peserta didik di SMK Negeri 1Banjarmasin, dengan rumus segai berikut:

Keterangan:

rxy

: koefisien korelasi skor tiap item dengan skortotal

N : jumlahsubyek

x : jumlah skor tiap item

y : jumlah skor total

x2 : jumlahskoritemkuadrat

y2 : jumlahskor total kuadrat

xy : jumlah perkalian antara skor tiap item denganskor Total (Sutrisno Hadi, 2004: 4)

D. HASIL PENELITIAN1. Keadaan Fisik SMK Negeri 1 Banjarmasin

SMK Negeri 1 Banjarmasin terletak di JalanMulawarman RT.12 No.45, Kelurahan Teluk Dalam,Kecamatan Banjarmasin Tengah, kota Banjarmasin.Sekolah ini di kelilingi oleh bangunan sekolah-sekolahlain. Seperti SMA Negeri 1 Banjarmasin, SMA Negeri2 Banjarmasin, dan SMP Negeri 2 Banjarmasin.Bangunan sekolah ini mempunyai bangunan yangpermanen karena seluruhnya terbuat dari beton.

2. Keadaan Guru dan Siswa SMK Negeri 1BanjarmasinJumlah keadaan total guru yang mengajar di SMK

Negeri 1 Banjarmasin ini adalah sebanyak 74 orang,46 guru perempuan dan 28 gur laki-laki, yang terdiri54 orang guru tetap dan 17 orang guru tidak tetap.Selain itu untuk bagian staff tata usaha ada 7 orangdan bagian karyawan perpustakaan ada 3 orang.Sedangkan untuk keadaan total siswa keseluruhanyang berada di SMK Negeri 1 Banjarmasin sebanyak1.059 siswa. Seluruh kelas berjumlah 36 buah.

3. Kompetensi Kepribadian Gurua. Guru PKn selalu menunjukkan sikap pribadi yang

baik pada saat pembelajaran di kelas, maupun diluar pembelajaran PKn.

b. Guru PKn selalu menunjukkan komunikasi yangbaik pada saat pembelajaran di kelas, maupun padasaat tidak melakukan pembelajaran di kelas.

c. Guru PKn selalu menunjukkan pribadi yang sopan.

d. Guru PKn mempunyai mutu pribadi yang baik.

e. Guru PKn mempunyai sifat yang ramah.

f. Guru PKn saat di kelas maupun di luar kelas selalumenanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik.

g. Guru PKn selalu membrikan contoh sikap yangbaik.

h. Guru PKn selalu mampu mengaplikasikan nilai-nilaimoral yang baik kepada peserta didik.

i. Guru PKn selalu menunjukkan sikap yang bijaksanadalam mengambil keputusan.

j. Guru PKn selalu menunjukkan sikap tidak pilihkasih.

k. Guru PKn mampu menjadi teladan yang baik bagipeserta didik.

l. Guru PKn telah mempunyai komptensi kepribadianyang baik.

4. Demokratis Peserta DidikSikap demokratis peserta didik kelas XI di SMK

Negeri 1 Banjarmasin adalah sebagai berikut:

a. Siswa mampu menanamkan sikap menghargaisesama teman.

b. Siswa sering memberikan arahan tentang sikap yangbaik kepada sesama teman.

Page 76: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

360

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c. Siswa mampu menunjukkan sikap saling tolongmenolong.

d. Siswa selalu mendengarkan pendapat dari temanatau orang lain.

e. Siswa mampu tidak bersikap egois.

f. Siswa sering mengajukan pertanyaan pada saatpembelajaran terhadap materi yang tidak dipahami.

g. Siswa selalu bersungguh-sungguh dalam belajar dikelas.

h. Siswa berani mengeluarkan pendapat atauargumennya saat pembelajaran dan saat diskusi.

i. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas dari guru.

j. Siswa mampu berpikir kritis terhadap permasalahanyang ada disekitarnya.

k. Siswa mampu bersikap terbuka.

l. Siswa mampu berinteraksi dengan baik kesesamateman maupun dengan guru.

5. Hasil Pengujian Hipotesisa. Interpretasi dengan menggunakan r hitung

Hubungan antara variabel X (kompetensikepribadian guru) dan variabel Y (sikap demokratispeserta didik) digunakan teknik analisis korelasi prod-uct moment. Hasil analisis tersebut dapat memperolehharga koefisien korelasi product moment (r) antaravariabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabelY (sikap demokratis peserta didik). Berikut inimerupakan tabel X dan Y serta penghitungan secaramanual:

Keterangan:

rxy

= Koefisien korelasi

xy= Jumlah perkalian skor antar variabel

X = Jumlah skor variabel x

Y = Jumlah skor variabel y

X2 = Jumlah kuadrat skor x

Y2 = Jumlah kuadrat skor y

N = Data

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakankorelasi product moment (lampiran) diperoleh nilaikorelasi antara variabel X (kompetensi kepribadianguru) dan variabel Y (sikap demokratis peserta didik)sebesar 0,631 yang kemudian disesuaikan dengantabel interpretasi nilai r maka besarnya nilai 0,631 initermasuk interval koefisien antara 0,600 sampaidengan 0,800 yaitu diinterpretasikan termasuk dalamkategori cukup.

b. Interpretasi dengan menggunakan r tabel

Analisis korelasi antara variabel X (kompetensikepribadian guru) dengan variabel Y (sikap demokratispeserta didik) dimasukkan ke dalam interpretasi nilair tabel. Berdasarkan korelasi product momentantaravariabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabelY (sikap demokratis peserta didik) diperoleh besarkoefisien korelasi sebesar 0,631 kemudian hasiltersebut disesuaikan dengan r tabel untuk jumlah N =196, maka jumlah data yang paling mendekati adalahN = 175 (lampiran) sehingga didapatkan harga tarafsignifikan 5% = 0,148pada taraf signifikan 1% =0,194.

Berdasarkan hasil pengujian r hitung (0,631) >rtabel (0,148). Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa koefisien korelasi sebesar 0,631 adalahsignifikan, yang berarti terdapat hubungan antaravariabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabelY (sikap demokratis peserta didik). Hasil penelitianadalah ada hubungan secara signifikan antarakompetensi kepribadian guru PKn dengan sikapdemokratis peserta didik di SMK Negeri 1Banjarmasin.

Page 77: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

361

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

E. PEMBAHASAN1. Kompetensi Kepribadian Guru PKn di SMK

Negeri 1 BanjarmasinKompetensi kepribadian guru yang dimiliki setiap

guru itu berbeda-beda, namun apabila kompetensikepribadian guru itu mampu membuat peserta didikbersikap demokratis itu menunjukan bahwa gurutersebut mempunyai kompetensi kepribadian yangbaik, dalam proses pembelajaran di kelas ibu Akbarinajuga mengatakan “ memang saya dalam mengajar selalumemberiakn kesempatan kepada peserta didik untukbertanya kalau ada penjelasan saya yang tidak dipahamioleh peserta didik, dan saya dalam pembelajaran tidakpernah meanak emaskan salah satu murid, danmerekapun sekarang lebih terbuka kepada sayaapabila ada materi yang saya sampaikan tidakdimengerti meraka langsung bertanya.

Berdasarkan wawancara di atas maka hal ter-sebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Johnsonsebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakankemampuan personal guru, mencakup (1) penampilansikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnyasebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendi-dikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman,penghayatan dan penampilan nilai-nilai yangseyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian,nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untukmenjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagipara siswanya.

Melakukan wawancara dengan beberapa siswa,yakni menanyakan pendapat mereka perihalkompetensi kepribadian guru PKn di kelas, maka salahseorang siswi yang bernama Devi Arianti kelas XI AAkutansi mengatakan “kompetensi kepribadian guruPKn saat di kelas sangat menyenangkan, guru bersikapsopan dan mempunyai wibawa yang sangat baik sertadengan bersikap ramah di kelas, selalu memberikankesempatan bertanya kalau ada materi pelajaran yangtidak dipahami”. Pendapat senada juga dikatakan olehseorang siswa bernama Aditia kelas XI A AdministrasiPerkantoran mengatakan “kompetensi kepribadianguru PKn sangat menyenangkan serta guru tidak pernahmarah saat di kelas, serta guru selalu memberikannasehat kepada kami sebagai peserta didik”.

Purwadarminta dalam kamus besar umum BahasaIndonesia mengartikan bahwa kompetensi adalah

kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan ataumemutuskan suatu hal.menurut Allport (Mc Ahsan:45)

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamisdarisistem psiko-fisik indvidu yang menentukantingkah laku dan pemikiran indvidusecara khas.Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkantingkah laku manusia.Maksud dinamis padapengertian tersebut adalah perilaku mungkin sajaberubah-ubahmelalui proses pembelajaran ataumelalui pengalaman-pengalaman.

Jadi kompetensi kepribadian guru PKn memilikiperan penting dalam membangkitkan sikap demokratispeserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas.Oleh sebab itu pendidik harus berusaha dalamupayanya menunjukkan sikap yang demokratis pulauntuk perkembangan sikap peserta didiknya.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kompetensikepribadian guru PKn dari hasil penelitian dalamkategori sedang, yaitu sebanyak 73% terhadapkompetensi kepribadian guru PKn sangat setuju, 27%berpersepsi setuju, ternyata indikator kompetensikepribadian guru PKn perlu ditingkatkan, denganadanya peningkatan mutu kompetensi kepribadian guruPKn diharapkan mampu mengubah pola pikir pesertadidik agar lebih kritis dalam menanggapi permasalahanyang ada di kelas, serta megurangi tingkat kepasifanpeserta didik.

2. Sikap Demokratis Peserta didik di SMKNegeri 1 BanjarmasinBerkaitan dengan penelitian ini, setelah

melakukan pembagian angket untuk mengetahuiseberapa besar respon peserta didik dalam sikapdemokratis mereka di kelas khususnya untuk matapelajaran PKn, menghasilkan respon yang sebagianbesar tergolong bagus, yang berarti peserta didikbersikap demokratis dengan kompetensi kepribadianguru PKn sekarang. Berdasarkan total variabel Y(Sikap Demokratis Peserta Didik) maka berarti44,8% menyatakan sangat setuju, 45,9% menyatakansetuju dan 9,18% menyatakan ragu-ragu. Hal ini berartisikap demokratis peserta didik sudah baik walaupuntetap perlu ada peningkatan kearah yang lebihsempurna lagi. Karena pada dasarnya sikapdemokratis peserta didik juga bisa dtimbulkan darifaktor lingkungan keluarganya bukan hanya di sekolahsaja.

Page 78: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

362

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Terbentuknya suatu sikap individual terhadapsuatu objek, diawali dengan diterimanya objek tersebutoleh panca indera. Dengan kemampuan kognitif, obyektersebut kemudian di deskripsikan karakteristiknyakemudian dirujukkan dengan norma, nilai yangdianutnya oleh individu, yang kemudian menghasilkankepercayaan individual terhadap obyek tersebut.Selanjutnya, komponen afektif memberikan rang-sangan komponen konatif untuk merespon obyekpsikologis, apakah respon positif atau respon nega-tive. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasikap menurut Abu Ahmadi mempunyai komponenyakni:

a. Komponen kognitif: berhubungan dengan gejalamengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan,pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapanindividu tentang obyek atau kelompok obyektertentu.

b. Komponen afektif: berwujud proses yang menyang-kut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan,kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yangditunjukan kepada obyek tertentu.

c. Komponen konatif: berwujud proses tendensi ataukecenderungan untuk berbuat suatu obyek.

Sikap demokratis sejati adalah sikap maumenghargai pihak manapun dalam kehidupan bersama.Meyakinkan pihak lain akan baik dan pentingnyagagasan yang dimiliki tanpa harus ada perpecahan,permusuhan, dendam atau pun kekerasan dalam pelak-sanaan dan penerapan gagasan. Berani menghargaikekurangan dan kekalahan serta mengakui pihak lainlebih unggul juga merupakan sikap demokratis.

Sikap penuh dengan kedemokratisan, yang padasaat ini telah dikembangkan oleh gru dan pesertadidiknya di dalam kelas dalam menjalani prosespembelajaran. Sikap demokratis siswa akan mencipta-kan suasana kehidupan yang demokratis antara gurudan peserta didik dengan adanya saling menghormati,kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. MenururA. Kosasih Djahiri “ sikap demokratis siswa akannampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dankreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya,dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam meme-cahkan persoalan yang timbul bagi dirinya maupunlingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lainwalaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemu-

kakan pendapat secara jelas dan sistematis,berkeinginan untuk maju.

3. Hubungan Kompetensi Kepribadian GuruPKn dengan Sikap Demokratis PesertaDidik di SMK Negeri 1 BanjarmasinTeori KepribadianAllport adalah teori yang

mengemukakan tentang kepribadian guru yang baikuntuk meyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yangmembimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga, kepribadian yang matang tidakdikontrol oleh trauma-taruma dan konflik-konflik masakanak-kanak. Orang yang matang dan sehat juga akanterus menerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dandaya hidup yang cukupuntuk menghabiskan energi-energinya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masihtertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atauobjek (Notoatmodjo, 2007:142). Secord & Backman(1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturandalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) danpredisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadapsuatu aspek di lingkungan sekitarnya. Teori yangdikemukakan di atas terlihat menampakkan keterkaitananatara kompetensi kepribadian guru terhadap sikapdemokratis yang akan dihasilkan yakni terhadap siswasebagai peserta didik. Sehingga setelah diuji pada babsebelumnya telah diterima hipotesis yang mengatakanbahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensikepribadian guru PKn dengan sikap demokratispeserta didik pada kelas XI di SMK Negeri 1Banjarmasin dan korelasi tersebut termasuk dalamkategori sedang.

Selain melalui uji analisis data, peneliti jugamelakukan wawancara dengan beberapa murid kelasXI yang ada di sekolah SMK Negeri 1 Banjarmasinyang menjadi lokasi penelitian ini. Salah seorang siswiyang bernama Dita Aulia kelas XI A Pemasaranberpendapat “sikap demokratis itu juga perlu dukunganguru yang memiliki kepribadian yang ramah, kreatif,inovatif, sehingga kami lebih bersemangat dan bersikapkritis dalam mengikuti pembelajaran”. Selain ituseorang siswi lain yang bernama Agustina kelas XI BAkuntansi juga berpendapat “kalau kompetensikepribadian gurunya baik, maka kami akan merasanyaman mengemukakan pendapat kami kepada gurutersebut”. Pendapat yang senada juga dikemukakan

Page 79: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

363

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

seorang siswa bernama Fajar Juniadi kelas XI AAdministrasi Perkantoran bahwa “sikap demokratissiswa dalam belajar juga dilihat dari bagaimanakepribadian seorang guru itu bisa membuat siswa beranimenyampaikan pendapatnya tanpa harus takut”.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Kompetensi kepribadian guru PKn di SMK Negeri

1 Banjarmasin cukup, terlihat dari respon positifdari siswa sebesar 73% menilai bahwa kompetensikepribadian guru PKn sudah baik, dan sisanya 27%menilai bahwa kompetensi kepribadian guru PKnmasih kurang baik.

b. Sikap demokratis peserta didik pada kelas XI diSMK Negeri 1 Banjarmasin juga dinilai cukup baikyakni memiliki respon yang menyatakan sangatsetuju sebesar 44,80%, menyatakan respon setujusebesar 45,90%, dan yang menyatakan responragu-ragu sebesar 9,18%.

c. Terdapat hubungan antara kompetensi kepribadianguru PKn dengan sikap demokratis peserta didikdi kelas XI SMK Negeri 1 Banjarmasin.

2. Sarana. Bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan sikap

demokratis mereka di kelas maupun di luar kelas.

b. Bagi guru agar perlu lebih meningkatkan kompetensikepribadiannya yang sesuai dengan kriteriakompetensi kepribadian guru, sehingga mampumembuat peserta didik bersikap demokratis.

c. Bagi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraandiharapkan mampu mengolah bibit-bibit calon guruyang berkualitas dan berhasil mencetak guru-guruyang berhasil ke depannya, memberikan bekal dandorongan dalam menghasilkan seorang calon gurumasa depan yang ideal dan sukses.

d. Bagi peneliti sendiri penelitian ini telah menambahwawasan serta pengetahuan mengenai kompetensiguru, sehingga diharapkan mampu mengaplikasikanhasil penelitian ini kelak saat terjun menjalani profesikeguruan nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, Mc. 2001. Kepribadian Guru. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Anwar, 2004. Kompetensi Personal Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Arikunto,Suharsimi. 1990. Manajemen PengajaranSecara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djahiri, 2007. Sikap Demokratis peserta didik.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kandar, Endang. 2008. Guru Kreatif. (Online), (http://guru kreatif,.htm, diakses pada 15 desember2011).

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran(Mengembangkan Standar KompetensiGuru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru. Bandung: RemajaRosdakarya.

Notoatmodjo, 2007. Pengertian Sikap dan teorisikap. Jakarta: Sinar Grafika.

Saifuddin, Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori danPengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Bumi Arkasa.

Suparno, Agus. 2008. Teori Demokrasi. (Online),(http:// teori demokrasi-htm, diakses pada 13desember 2011).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14Tahun 2005 dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. CitraUmbara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14Tahun 2005 dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. CitraUmbara

Page 80: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

364

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. CitraUmbara.

Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif.Banjarmasin: Fakultas Keguruan IlmuPendidikan Pascasarjana Bahasa dan SastraIndonesia dan Daerah Pascasarjana MagisterAdministrasi Publik Universitas LambungMangkurat Banjarmasin.

Wahyu, et.al, 2009. Pedoman Penulisan KaryaIlmiah Program Studi Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan (PPKN) ProgramSarjana (S1). Banjarmasin: Pustaka Banua.

Yusuf, Slamet. 2001. Kepribadian Guru. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Zakariah, Daradjat. 1982. Psikology KepribadianGuru. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Page 81: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

365

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERIPROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA DALAM

PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL EXAMPLE NONEXAMPLE DI KELAS VII-B SMP NEGERI 2 TANJUNG

Eka Sastia Emilia, Wahyu dan Mariatul KiftiahProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Eka Sastia Emilia, 2013. Improving Learning Outcomes and Activities at Materials of Proclamationand First Constitution in Civics Lesson Through Example Non Example Model in Class VII-BSMP Negeri 2 Tanjung. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education Science,University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Mariatul Kiptiah.

During this learning process Civics class VII-B SMP Negeri 2 Tanjung tend not achieve results asexpected. It is seen from the class average is still below the specified minimum completenesscriteria ie 65. This is because the more dominant teachers use the lecture method (narrativetechnique) in the implementation of learning activities that are less effective in improving studentlearning outcomes in a follow Civics lesson.

The research objective is: (1) To determine the improvement of learning activities Civics ExampleNon Example model, (2) To determine the increase in student learning outcomes as applied learningCivics Model Example Non-Example. Data collection techniques used were observation andachievement test which is done through several cycles, the cycle I and cycle II.

The method used was action research. Action research was conducted in two cycles, the first cycleof two meetings and two meetings the second cycle. The experiment was conducted in a class VII-B SMP Negeri 2 Tanjung. The number of students who studied there were 30 people, consisting of16 men and 14 women. Analysis of the data used in quantitative view of the presentation.

These results indicate: (1) The application of learning using Example non Example models canenhance the activity of teachers of first cycle both categories into a category very well in thesecond cycle, (2) application of learning using Example non Example models can improve learningoutcomes can be seen in Civics attainment of minimal classical completeness there in the firstcycle is low with a percentage of 23% pretest and post-test 76%, after allowing for the secondcycle to obtain improved results with persantase mastery 86% pre-test and post-test by 90%.

Researchers suggested the teachers should be able to apply a variety of learning models, particularlymodels Example Non Example. Learning model is shown to increase the activity and learningoutcomes.

Keywords: Activity, learning outcomes, learning models Example Non Example

Page 82: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

366

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANPembangunan nasional di bidang pendidikan

adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa danmeningkatkan kualitas manusia Indonesia dalammewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmurberdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar1945 yang memungkinkan mengembangkan diri se-bagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujud-kan pembangunan nasional dibidang pendidikanbanyak faktor yang turut mempengaruhi seperti:penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, input,proses dan kemampuan guru dalam melaksanakanproses belajar mengajar secara efektif serta aktivitaspara siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikanoleh guru.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajarmerupakan salah satu indikator adanya keinginan ataumotivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memilikikeaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:sering bertanya kepada guru atau siswa lain, maumengerjakan tugas yang diberikan guru, mampumenjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar danlain sebagainya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkanaktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembe-lajaran adalah dengan mengganti cara atau modelpembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi olehsiswa, seperti pembelajaran yang dilakukan denganceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran inimembuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajarmengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswasebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, meme-cahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yangdipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindaksebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yangdiharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyakberperan.

Beberapa masalah belajar siswa di kelas VII-Bmenurut guru PKn kelas VII sangat rendah, indikator-nya ketika pelajaran disampaikan banyak siswa yangtidak menyimak pelajaran misalnya mengobrol, tidakfokus dalam mendengarkan materi misalnya melamun,mengerjakan tugas yang diberikan dengan terpaksadan tidak sungguh-sungguh, ketika diberi pertanyaanbanyak yang tidak bisa menjawab, dan diberikesempatan bertanya respon yang diberikan hanya

diam. Secara jelas banyak siswa mendapatkan nilaiakhir semester tidak mencapai standar ketuntasan mini-mal yang sudah ditentukan sekolah, yaitu 65.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Deskripsi Teoria. Hakikat Pembelajaran

Pasal 1 Undang- Undang No.20 Tahun 2003tentang Pendidikan Nasional menyebutkan bahwapembelajaran adalah proses interaksi peserta didikdengan pendidik dan sumber belajar pada suatulingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah prosesyang disengaja yang menyebabkan siswa belajar padasuatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatanpada situasi tertentu.

Sependapat dengan pernyataan tersebutSoetomo (1993:68) mengemukakan bahwa:

“Pembelajaran adalah proses pengelolaan ling-kungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan,sehingga memungkinkan dia belajar untukmelakukan atau mempertunjukkan tingkah lakutertentu pula. Sementara belajar adalah suatu prosesyang menyebabkan perubahan tingkah laku yangbukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yangbersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaan,kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,sikap dan lain-lain”.

b. Proses Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kataproses bermakna suatu runtutan perubahan peristiwadalam sesuatu perkembangan selain itu juga merupakansuatu rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahanyang menghasilkan produk. Sedangkan pembelajaranyang telah diuraikan sebelumnya dalam Pasal 1Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Pendi-dikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadipembelajaran adalah proses yang disengaja yangmenyebabkan siswa belajar pada suatu lingkunganbelajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksudproses pembelajaran adalah sebuah upaya bersamaantara pendidik dan peserta didik untuk berbagi danmengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuanyang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta didik

Page 83: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

367

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

dan menjadi landasan belajar secara mandiri danberkelanjutan. Sebuah proses pembelajaran yang baik,paling tidak harus melibatkan 3 aspek kompetensi yaitu:aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.

c. Aktivitas Belajar

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan olehguru supaya anak didik belajar. Dalam pengajaran,anak didiklah yang menjadi subjek. Dialah yang belajardengan melakukan kegiatan belajar. Agar anak didikberperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, makaguru hendaknya merencanakan pengajaran, yangmenuntut anak didik banyak melakukan aktivitasbelajar. Hal ini tidak berarti anak didik dibebani banyaktugas.

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yangdilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa)dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yangdimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa,sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam prosespembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yangdiperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitasbelajar. Secara sederhana hasil belajar merupakansegala sesuatu yang diperoleh, dikuasai ataumerupakan hasil proses belajar mengajar. Hasil belajarmerupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah iamenerima pengalaman belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa sekolah yangditunjukkan dengan terjadinya perubahan pengetahuan,ketrampilan dan sikap sebagai hasil suatu individu itusendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannyaataupun Biasanya hasil belajar dinyatakan denganangka, huruf, atau kalimat dan dicapai pada periode-periode tertentu.

e. Model Example Non Example

Metode Example Non Example adalah metodeyang menggunakan media gambar dalam penyampaianmateri pembelajaran yang bertujuan mendorong siswauntuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkanpermasalahan-permasalahan yang terkandung dalamcontoh-contoh gambar yang disajikan.

Model Example Non Example juga merupakanmetode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar

mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konseppada umumnya dipelajari melalui dua cara. Palingbanyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melaluipengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsepitu sendiri.

Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuanuntuk mempersiapkan siswa secara cepat denganmenggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, danmeminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanyasesuai dengan konsep yang ada. Example memberikangambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akansuatu materi yang sedang dibahas.

2. Kerangka PemikiranSiswa perlu memiliki aktivitas dalam belajar.

Dengan aktivitas yang tinggi maka hasil belajar siswameningkat. Rendahnya aktivitas belajar siswamerupakan salah satu permasalahan umum yang terjadidalam dunia pendidikan. Kaitannya dengan matapelajaran, bidang studi PKn dianggap sebagai matapelajaran yang kurang menarik dan membosankansehingga hasil belajar PKn cenderung rendah. Upayameningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn yangrendah salah satunya dengan menerapkan modelpembelajaran Example Non Example dalam kegiatanbelajar mengajar dikelas.

3. Hipotesis TindakanBerdasarkan kerangka berpikir yang telah

diuraikan dapat dinyatakan hipotesis penelitian ini yakniJika diterapkan Model Example Non Example dalamproses pembelajaran di kelas, Prestasi Belajar siswamata pelajaran PKn materi Proklamasi Dan KonstitusiPertama akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajarPKn sekaligus menciptakan proses pembelajaranmenjadi student centered.

C. METODE PENELITIAN1. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMPN2 Tanjung yang beralamat Jl. Jaksa Agung SoepraptoNo. 13 Tanjung 71513 Kabupaten Tabalong semes-ter 1 tahun ajaran 2011/2012. Adapun subjek tindakandalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yangberjumlah 36 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan21 orang perempuan. Alasan pengambilan kelas VII-

Page 84: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

368

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

B, karena VII-B memiliki aktivitas dan nilai yang lebihrendah dibandingkan dengan kelas VII lainnya.Padahal dalam proses pembelajaran guru PKn dikelastersebut tidak memiliki perbedaan saat mengajardengan kelas lainnya.

2. Variabel yang DiselidikiVariabel menjadi sasaran PTK dalam upaya

meningkatkan aktivitas belajar Menggunakan ModelExample Non Example Pada Mata Pelajaran PKnMateri Proklamasi Dan Konstitusi Pertama di KelasVII-B SMP Negeri 2 Tanjung sebagai berikut:

a. Variabel input yakni guru dan siswa Kelas VII-BSMP Negeri 2 Tanjung Pada Mata Pelajaran PKnMateri Proklamasi dan Konstitusi Pertama.

b. Variabel proses yakni aktifitas proses pembelajaranPKn Materi Proklamasi Dan Konstitusi Pertamadi Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung Mengguna-kan Model Example Non Example.

c. Variabel output yakni hasil belajar PKn melaluiModel Example Non Example Pada MataPelajaran PKn Materi Proklamasi Dan KonstitusiPertama di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung.

3. InstrumenMenurut Wahyu (2009:49) Instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukurvariabel penelitian angka yang akan diproses secarastatistik dan dideskripsikan secara deduksi yangberangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasiuntuk menguji validitas keberlakuan teori tersebutditariklah kesimpulan.

Penelitian ini berjudul Meningkatkan Aktivitas danHasil Belajar Materi Proklamasi Dan KonstitusiPertama Dalam Pelajaran PKn Melalui Model Ex-ample Non Example di Kelas VII-B SMP Negeri 2Tanjung, memiliki instrumen yaitu: pedoman observasi,dan tes hasil belajar.

4. Prosedur PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan

rancangan PTK. Yakni penelitian yang menekankankepada kegiatan (tindakan) dengan menguji cobakansuatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata, yangdiharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki danmeningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

mengajar PKn. PTK ini diterapkan atas tindakan yangterdiri atas beberapa siklus, dimana masing masingsiklus terdiri dari beberapa tahap. Tahapan kegiatandari siklus dimana dalam rancangan PTK pada sikluspertama adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Tindakan

b. Pelaksanaan Tindakan

c. Observasi dan Evaluasi

d. Analisis dan Refleksi

5. Data dan Cara Pengumpulannyaa. Sumber Data

Sumber data diambil dari guru dan siswa. Dariguru berupa tes awal dan dari siswa berupa data hasiltes pada akhir materi.

b. Teknik dan alat pengumpulan data

Pengumpulan data dalam PTK ini meliputi:

1) Tes, menggunakan instrument soal untuk mengukurhasil observasi belajar siswa.

2) Observasi menggunakan lembar observasi untukmengukur tingkat partisipasi siswa dalam prosesbelajar PKn.

3) Dokumentasi, ini dilakukan untuk mengumpulkandata dalam pelaksanaan pembelajaran PKn denganmodel pembelajaran Example Non Example.

6. Analisis dan Interprestasi DataData yang dikumpulkan pada setiap kegiatan

observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisissecara deskriptif dengan menggunakan teknikpersentase untuk melihat kecendrungan yang terjadidalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar: denganmenganalisis nilai rata-rata tes formatif, pre-tes danpost test dalam mata pelajaran PKn dengan menggu-nakan model pembelajaran Example Non Example.

7. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Jika dari seluruh kegiatan pembelajaran yangdilakukan, taraf penguasaan 75% siswa mencapai75% dari materi yang diajarkan (Dinas PendidikanPropinsi Kalimantan Selatan, 2004).

b. Jika dari seluruh tindakan pembelajaran yangdilakukan, nilai hasil belajar siswa lebih dari Kriteria

Page 85: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

369

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Ketuntasan Minimal (KKM) belajar siswa tahunpelajaran 2010/2011 SMPN 2 Tanjung yangbernilai 65.

D. HASIL PENELITIAN1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini ini dilaksanakan diSMP Negeri 2 Tanjung yang beralamat Jln. JaksaAgung Suprapto No.13 Tanjung Kabupaten Tabalong.SMPN 2 Tanjung didirikan pada tahun 1976/1977,dengan bangunan permanen, cukup terawat denganluas tanah 5.911 m2 dan luas bangunan 1.981 m2

2. Siklus Pertamaa. Refleksi hasil observasi guru

Dari hasil observasi guru pada siklus I, terlihatperubahan yang terjadi dari pertemuan ke I dan IItidak terlalu signifikan yakni dari yang sebelumnya rata-rata kualifikasi skor 3,16 menjadi 3,45 ini berartitindakan guru selama mengajar hanya mengalamiperubahan yang sedikit, sehingga persentase kese-luruhan untuk observasi guru hanya sekitar 66% yangberarti masih belum mencapai kualifikasi yang maksimalsesuai indikator yang ditentukan.

b. Refleksi hasil observasi siswa

Berdasarkan pengamatan peneliti dan observerterhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswauntuk siklus I yang terdiri dari dua kali pertemuan, jugabelum mengalami perubahan/kemajuan yang signifikan,hal ini dapat dilihat pada Dari tabel 4.2 di atas tentangpengamatan aktifitas pembelajaran siswa pada siklusI dimana kegiatan positif siswa memiliki persentasisebesar 24% sedangkan untuk kegiatan negatifmemiliki persentasi sebesar 34% dengan jumlahpersentase rata – rata keseluruhan siklus I sebesar58%.

c. Hasil prestasi belajar pada siklus I

Nilai rata-rata PKn di kelas VII-B dari tabel 4.3di atas tentang hasil belajar siswa pada siklus I yangpada sebelumnya dilakukan pre-test diperoleh rata-rata sebesar 56,3 dengan ketuntasan klasikal 23%setelah dilaksanakan pembelajaran kemudiandiberikan post test diperoleh rata-rata nilai 66,5 denganketuntasan klasikal sebesar 76%.

3. Siklus Keduaa. Refleksi hasil observasi guru

Berdasarkan data hasil observasi guru untuksiklus II, dapat dilihat telah terjadi peningkatandibandingkan yang sebelumnya pada siklus I denganangka rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,1 danpertemuan II rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,4dengan persentase rata – rata siklus sebesar 86%,sehingga dari data tersebut menunjukan pembelajaranyang dilakukan oleh guru menggunakan model Ex-ample non example di kelas VII-B SMPN 2 Tanjungmengalami peningkatan dibandingkan pada siklus IIsudah menunjukkan hasil yang memuaskan.

b. Refleksi hasil observasi siswa

Berdasarkan pengamatan peneliti dan observerterhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswauntuk siklus ke II, peningkatan aktifitas siswa yangterjadi sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan,hal ini dapat dilihat dari siklus II pada pertemuan Irata-rata kualifikasi skor sebesar 3,8 dan pertemuanII rata-rata kualifikasi skor sebesar 4,0 dengan jumlahpersentasi keseluruhan sebesar 78%

c. Hasil prestasi belajar pada siklus II

Setelah dilaksanakan pembelajaran menerapkanmodel Example Non Example, pada materi pokokmakna proklamasi kemerdekaan dan konstitusipertama, rata-rata kelas mengalami kenaikan yangcukup siginifikan yang mana ketuntasan minimal yangdiharapkan sudah mencapai target yang manaketuntasan minimal yang diharapkan sudah dicapaisiswa sebesar rata-rata nilai 78,5 dengan ketuntasanklasikal sebesar 90%

E. PEMBAHASAN1. Aktivitas Pembelajaran Guru Menggunakan

model Example Non Example di kelas VII-B SMPN 2 Tanjung

a. Aktivitas Guru Siklus I

• Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaranguru pada pertemuan I dan II yang hasilnya tidakmemiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sebabdalam hal pembelajaran guru masih tidak menggu-nakan model pembelajaran. Selain itu guru yangkurang memperhatikan murid saat menjelaskan

Page 86: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

370

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

materi yang disampaikan sehingga mereka ada yangasyik dengan kesibukan mereka sendiri.

• Pengamat menilai bahwa guru masih belumsepenuhnya berhasil melaksanakan pembelajaranyang bermanafaat untuk anak didiknya sebab gurumasih terlihat canggung dalam menerapkan startegipembelajaran baru ini karna terbiasa melakukanproses pembelajaran narrative technique.

b. Aktivitas Guru Siklus II

Berdasarkan data hasil observasi guru untuksiklus II, akan di interpretasikan sebagai berikut:

a. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-BSMPN 2 Tanjung pada siklus I yakni 66%.

b. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-BSMPN 2 Tanjung pada siklus II meningkat menjadi84%.

Hal ini menunjukkan, hasil dari catatan observersudah menunjukkan hasil peningkatan di tiap tahapnya.Peningkatan aktiftas guru dalam pengelolaan kelas yangterjadi dari siklus I ke siklus II, dikarenakan padapembelajaran PKn dimulai dengan bermuara menen-tukan pendekatan pembelajaran, strategi pembela-jaran, metode pembelajaran, teknik pembelajarankemudian model pembelajaran yang semua hal itumeskipun berbeda akan tetapi dalam proses pem-belajaran akan terangkai menjadi satu kesatuan utuh.

2. Aktivitas Pembelajaran Siswa dalampenerapkan Menggunakan model ExampleNon Example yang dilakukan oleh guru dikelas VII-B SMPN 2 Tanjung

a. Siklus I

Peneliti beranggapan bahwa hal tersebut dikarena-kan rendahnya pengelolaan kelas yang dilakukan olehguru sebab masih berifat one-communcation. Hasilpengamatan kegiatan siswa secara individu dapatdigambarkan sebagai berikut:

1) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika gurumelakukan motivasi masih banyak kurang tanggapterhadap apa yang di tanyakan guru.

2) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika proses pembe-lajaran masih banyak siswa yang pasif, dalam halmengemukakan pertanyaan maupun pendapatnya,bahkan ada anak yang asyik dengan kesibukannyasendiri tanpa memperhatikan pelajaran.

3) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika terlihat siswayang masih tidak tertarik dengan pelajaran PKnyang dianggap membosankan. Meskipun perhatianmereka mulai dari awal pembelajaran sampai pada30 menit pertama sudah bagus, akan tetapi makinmenuju menit terakhir dari menit ke 30 merekamulai mencari kesibukan mereka sendiri, karenaada kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut.

4) Siswa kelas VII-B SMPN 2 tidak mengatahuiStandar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikatordan Tujuan Pembelajaran justru yang tidakdilakukan oleh guru sehingga aspek moral, akhlak,budi pekerti, perilaku, pengetahuan dan keteram-pilan dari nilai-nilai yang disampikan dari materipelajaran cenderung belum bisa dikaitkan danditerapkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

b. Siklus II

Model Example Non Example yang ditunjukkandengan toleransi siswa terhadap masyarakat berdasar-kan kasus yang dikenakannya lebih meningkat. Siswaterlihat ebih tertarik untuk mempelajari mata pelajaranPKn daripada sebelumnya. Dari segi penilaian statistikjuga terjadi peningkatan.

Ini membuktikan bahwa pembelajaran yangdilakukan oleh seorang guru sangat mempengaruhiterhadap aktitas pembelajaran siswanya. Dimanadalam siklus II Aktivitas pembelajaran siswa VII-BSMPN 2 Tanjung pada materi suasana kebatinan UUD1945 memiliki hal sebagai berikut:

1) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mengikuti pelajaranlebih antusias dibandingkan sebelumnya.

2) Siswa Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulaiberperan aktif dalam mengikuti pelajaran.

3) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulai berusahauntuk memahami makna materi ajar denganmengaitkannya terhadap konteks kehidupanmereka sehari-hari.

4) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung juga mampu secaraoptimal untuk mengkonstruksi diri sendiri agarmampu saling bekerja sama dengan siswa lainnya.

5) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung menunjukkankeaktifannya dalam mengerjakan tugas.

6) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung secara berke-lompok belajar siswa mampu dilakukan denganbaik.

Page 87: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

371

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Hasil Belajar PKn Siswa dalam penerapkanMenggunakan model Example NonExample yang dilakukan oleh guru di kelasVII-B SMPN 2 Tanjung

a. Siklus I

Hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhiindikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkanyakni:

1) Pretest dengan rata-rata kelas 56,3 denganketuntasan minimal yang dicapai hanya 23%.

2) Post test dengan rata-rata kelas 66,5 denganketuntasan minimal yang dicapai menjadi 76%.

b. Siklus II

Prestasi belajar siswa pada siklus II sudahmemenuhi indikator keberhasilan dari penelitian yangtelah ditetapkan dengan menerapkan menggunakanmodel Example Non Example, yakni:

1) Pretest dengan rata-rata kelas 65,1, ketuntasanminimal yang dicapai 86%,

2) Posttest dengan rata-rata kelas 78,5, ketuntasanminimal yang dicapai menjadi 90%.

Bedasarkan hal diatas perolehan data hasilpembelajaran kelas VII-B SMPN 2 Tanjung padamateri pokok Makna Proklamasi dan KonstitusiPertama yang berlangsung saat siklus I dan II, makaPersentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II padadata diagram diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwapenerapan menggunakan model Example Non Ex-ample mampu meningkatkan nilai pembelajaran PKndi kelas VII-B SMPN 2 Tanjung.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Aktivitas pembelajaran guru menggunakan model

Example Non Example dikelas VII-B SMPN 2pada materi pokok makna proklamasi kemerdeka-an dan konstitusi pertama yang dilakukan telahsesuai dengan aspek-aspek aktivitas dalampendekatan menggunakan model Example NonExample dan termasuk dalam kualifikasi cukup baiksebab mengalami perubahan dari rendah hinggameningkat. Dari persentasi siklus I sebesar 66%dan meningkat pada siklus kedua menjadi 84%.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran penerapanpembelajaran pendekatan menggunakan modelExample Non Example dikelas VII-B SMPN 2pada materi pokok makna proklamasi kemerde-kaan dan konstitusi pertama juga mengalamiperuabahan, yakni dari persentasi pada siklus Isebesar 58% dan mengalami peningkatan lebih baikpada siklus II dengan persentasi sebesar 81%.

c. Hasil belajar PKn siswa menggunakan model Ex-ample Non Example dikelas VII-B SMPN 2 padamateri pokok makna proklamasi kemerdekaan dankonstitusi pertama yang dapat dilihat dari mening-katnya hasil belajar PKn siswa pada pencapaianketuntasan belajar yang diperoleh melalui Pos Tesyang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran disetiap siklus. Peningkatan ketuntasan belajartersebut dapat dilihat pada pencapaian ketuntasanklasikal minimal yang pada siklus pertama masihrendah dengan persentasi pretest 23% dan posttest 76%, setelah diadakan refleksi mengenaipembelajaran pada siklus kedua memperolehpeningkatan hasil ketuntasan dengan persentasepretest 86% dan post test sebesar 90%.

2. Sarana. Bagi siswa disarankan agar mengikuti pembelajaran

di kelas dengan seksama dalam memperhatikanpenjelasan guru, mengikuti, bekerja sama dan aktifdalam proses belajar mengajar sehingga ketika gurumengadakan evaluasi siswa siap dan memperolehhasil belajar sesuai yang diharapkan.

b. Kepada guru PKn disarankan dapat menjadikanmodel pembelajaran Example Non Examplesebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaranPKn.

c. Bagi kepala sekolah hendaknya memfasilitasi gurudalam penerapan pembelajaran model ExampleNon Example karena pembelajaran ini dapatmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

d. Bagi Pendidikan Kewarganegaraan adalah agarmahasiswa dan mahasiswi lulusan program studiPKN dapat menerapkan model-model pembela-jaran yang beranekaragam, sehingga dapatmenciptakan lulusan yang bukan hanya berprestasiakademik tapi juga mampu berinovatif, berkreatifdan berkualitas

Page 88: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

372

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, dkk, 1998. Penelitian TindakanKelas. Dependikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.Jakarta

Ahmadi, Abu, 2003. Psikologi Umum. Jakarta:Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2006. Penelitian TindakanKelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Abdul Aziz Wahab. 2008. Metode dan Model-ModelPembelajaran IPS, Bandung. Alphabeta

Corembima, Duran, dkk, 2002. PembelajaranKooperatif. Pelatihan Terintegrasi BerbasisKompetensi. Jakarta. Dirjen Dikdasmen

Daryanto. 2009. Paduan Proses PembelajaranKreatif Dan Inovatif Teori Dan PraktikDalam Pengembangan Profesionalisme BagiGuru. Jakarta. Publisher

Djamarah, Saiful,Bahri, 2000. Guru dan Anak Didikdalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT RinekaCipta

Depdikbud, 1990. Undang-Undang No.2 Tahum1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta. Dirjen Dikdasmen

Dewi, Ratih Komala. 2011. Penerapan Model Ex-ample Non Example Dalam MeningkatkanKemampuan Pemahaman Konsep Hak AsasiManusia Pada Mata Pelajaran PendidikanKewarganegaraan. Skripsi S1 UPI Bandung.(online), (http://repository.upi.edu/skripsiview.-php?no_skripsi=2223)

Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar DanPembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta

Djahiri, Ahmad Kosasih. (1995/1996). Dasar- dasarUmum Metodologi dan Pengajaran NilaiMoral. Bandung. IKIP

Hamalik, Oemar. 2001. Managemen Pengem-bangan Kurikulum. Bandung. PT RemajaRosdakarya

_____________, 2002. Pendidikan Guru. Jakarta:PT Bumi Aksara.

___________,2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hardjama, Agus M. 1994. Stress Tanpa DistresYogyakarta. Kanisius

Jihad dan Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta. Multi Pressindo

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung.Mandar Maju

Kurniawan, Abdul Akbar. 2011. Penerapan MotodePembelajaran Example Non ExampleDalam Meningkatkan Motivasi Dan HasilBelajar Mata Pelajaran Ilmu PengetahuanAlam Siswa Kelas VI Semester II SD NegeriPurana UPPK Bantarbolang KabupatenPemalang Tahun Ajaran 2010/2011.Semarang. (online) (http://sirakbarkurniawan.-blogspot.com/2011/01/blog-post.html)

Liang, Gie. 1995. Cara Belajar yang Efisien.Jakarta. Liberty

Muhibbin, Syah. 2003. Psikologi Pelajar. Bandung.Remaja Rosdakarya

Nurkancana, 1987. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta. Rineka Cipta

Ratumanan, T.G. dan T. Laurens. 2003. EvaluasiHasil Belajar yang Relevan denganKurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya:Unesa University Press.

Rusyan, A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalamProses Belajar Menagajar. Bandung. KaryaRemaja

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, Jakarta. Raja Grafindo Persada

Sayano dan Hariyanto. 2011. Belajar danPembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor YangMempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi BelajarMengajar. Surabaya. Usaha Nasional

Sudjana, Nana. 2002. Dasar- dasar Proses BelajarMengajar. Bandung. Sinar

Page 89: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

373

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Sudrajat, Ahmad. 2008. Perkembangan Kognitif(online), (http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31 perkembangan kognitif.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Kurikulum danPembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Pers-pektif Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya

Tuharjo. 1989. Hubungan Antara Mata KuliahPenjurusan, Minat dan Prestasi Belajar. HasilPenelitian. Tidak diterbitkan. Malang: PusatPenelitian dan Pengembangan. IKIP Malang

Ummam, Affrizal. 2011. Penerapan PembelajaranKooperatif Model Example Non ExampleDalam Upaya Meningkatkan Hasil BelajarIPS Geografi Pada Materi Hidrosfer KelasVII-A Semester II (Genap) Di SMP Negeri 6Sampang. Skripsi S1 Universitas NegeriMalang. Tidak diterbitkan

Usman, M.U. 2001. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Usman, M.U. dan Lilis, S. 2001. Upaya OptimalisasiKegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Wahyu, et.al. 2009. Pedoman Penulisan KaryaIlmiah Program Studi PPKN ProgramSarjana (S1). Banjarmasin: FKIP UniversitasLambung Mangkurat.

Wahyu, 2010. Penelitian Tindakan Kelas.Banjarmasin: FKIP Universitas LambungMangkurat.

Winkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan danEvaluasi Belajar. Jakarta. Balai Pustaka

Page 90: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

374

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PENERAPAN SISTEM POIN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERBERBASIS DISIPLIN PADA SISWA SMAN 3 BANJARBARU

Elliyana Sari, Wahyu dan Harpani MatnuhProgram Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Ellyana Sari, 2013. Implementation of the points system in the formation of character based onstudent discipline SMAN 3 Banjarbaru. Scripsi, Program Study of Citizenship and PancasilaEducation, Department of Social Science Education, Faculty of Teacher Training andEducation Science, Universitas Lambung Mangkurat. Counselor (I) H. Wahyu, (II) HarpaniMatnuh.

This study reviews the implementation of the points system in the formation of character baseddiscipline in students of SMAN 3 Banjarbaru. Implementation of the points system is assessedthrough student discipline picture after the application of a points system, the character of thedisclipline studied through the causes of the low student discipline after the application of thepoints while the violation of students studied in the form of student violations after theimplementation of the points system.

The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through theobservation that scientists see direct application of a points system to sudent, an interview so thatresearchers can find out di rectly from the informant as a data source, and document in order tofacilitate researchers in collecting data both written document or picture as a data source. Objectof research and data analysis by means of data reduction, data presentation, and conclusion. Datacan be tested by way of extension of validity of observation, increasing persistence, triangulation,and using reference cematerials.

The result showed tat the application of apoints system has been running smoothly but the discliplineof students in SMAN 3 Banjarbaru stillnot fully discipline, frequent visits from students who commitviolations, student areoften violated because of factoers bandwagon friends. Violations often canserve as an example to other student that school discripline violations to the student.s interest andconvenience of the student themselves.

Based on the result ofthe study suggested that schooprovide tough sancition to student who arebreaking the rules and doing outreach to students about the application of a points system forstudents who are doing a good offense at student orientation, flag ceremonies, as well asteachingand learning process. Teachers must be able to be a role model to maintain order and discipline inthe school.

Keyword: Implementation of the points system, character discipline, student

Page 91: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

375

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUANDisiplin dalam belajar di sekolah dianggap sebagai

hal penting agar proses belajar dapat berjalan efektif.Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitasproses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggapmendukung proses belajar mengajar dianggap masalahdisiplin. Di samping sebagai alat pendidikan,kedisiplinan juga sebagai alat menyesuaikan diri dalamlingkungan yang ada. Apabila peraturan sekolah tanpatata tertib, akan muncul perilaku yang tidak tertib, tidakteratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang padagilirannya mengganggu kegiatan pembelajaran.Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru danDosen mengingat:

1. Pasal 20, pasal 22 d, dan pasal 31 undang-undangdasar Negara republik indosesia tahun 1945;

2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dengan sys-tem pendidikan nasional (lembaran Negara republikIndonesia tahun 2003 nomor 78, tambahanlembaran Negara republik Indonesia nomor 4301)

Berdasarkan observasi di SMAN 3 Banjarbaru,kedisiplinan siswa dinilai berangsur-angsur lebih baikdari tahun-tahun sebelumnya setelah pemberlakukansistem poin tersebut. Kesimpulan disiplin siswa diSMAN 3 Banjarbaru keseluruhan masih rendah,walaupun sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun, yang sebelumnya karena masih ada saja yangmelanggar peraturan sekolah. Faktanya sudah adabeberapa siswa yang dikeluarkan dari sekolah karenapoinnya melewati batas.

B. KAJIAN PUSTAKA1. Hukum Sebagai Sarana Perubahan Sosial

(Perilaku)Suekamto (Prasityo,2011:20) menyatakan

“secara sosiologi hukum berfungsi untuk membimbingmanusia, khususnya mengenai perilakunya yang nyata,dalam hal ini hukum dapat dipergunakan sebagai saranapengendalian maupun untuk merubah atau menciptakanyang baru.

2. Alasan Seseorang Taat Terhadap HukumMenurut Suciawati (Prasityo, 2011:55) ada

beberapa teori dan aliran yang menyebabkan mengapahukum ditaati orang. Adapun teori dan aliran sebagaiberikut:

a. Mahzab hukum alam (mahzab kodrat) adalah suatualiran yang menelaah hukum dengan sandarankepada keadilan yang mutlak,

b. Mahzab sejarah, Mahzab ini merupakan reaksiterhadap para hukum alam yang berpendapatbahwa hukum alam bersiat rasionalistis dan berlakubagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

c. Mahzab kedaulatan rakyat, Jean JacquesRousseuau dalam bukunya Le Contract Social yangmenjadi dasar paham kedaulatan rakyat yangmengajarkan bahwa negara bersandarkan padakemauan rakyat.

d. Mahzab theokrasi, Teori ini berpendapat bahwahukum itu kemauan tuhan dan dasar kekuatanhukum itu adalah kepercayaan kepada tuhan

3. Teori-teori Tentang DisiplinSinungan (Elfrindi dkk, 2012:80) mengemukakan

bahwa:

“disiplin merupakan suatu keadaan tertentu di manaorang-orang yang bergabung dalam organisasitunduk pada peraturan- peraturan yang ada denganrasa senang hati”.

Menurut Prijodarminto (Elfrindi dkk, 2012:120)mengemukakan bahwa:

“disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta danterbentuk melalui proses dari serangkaian perilakuyang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,keteraturan dan ketertiban”.

Tulus Tu’u (2004:37) mengemukakan “Disiplinberperan penting dalam membentuk individu yangberciri keunggulan”. Disiplin itu penting karena alasan:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri,siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswayang kerap kali melanggar ketentuan sekolah padaumumnya terhambat optimalisasi potensi danprestasinya.

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan jugakelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pem-belajaran. Secara positif, disiplin member dukunganlingkungan yang tenang dan tertib bagi prosespembelajaran.

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma,nilaikehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-

Page 92: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

376

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

anak dapatmenjadi individu yang tertib, teratur dandisiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk suksesdalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaranpentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatanmerupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

4. Model Pembinaan Kepatuhan TerhadapDisiplin di SekolahAturan tata tertib sekolah merupakan salah satu

kontributar dalam membentuk kondisi sekolah yangaman dan nyaman, tenang dan sehat sehingga pem-binaan akhlak siswa disekolah menjadi dapat berjalandengan baik.

Gunawan (2012:271) menyatakan beberapakegiatan yang dapat dilaksanakan sekolah dalamrangka menegakkan tatakrama dan tata tertibkehidupan akademik dan sosial sekolah antara lain:

a. Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah

b. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dantatakrama pergaulan

c. Menumbuhkembangkan sikap hormat danmenghargai warga sekolah

C. METODE PENELITIAN1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Alasan peneliti menggunakan metode kualitatifdalam penelitian tentang sistem poin di SMAN 3Banjarbaru yang berkenaan dalam masalah disiplin,untuk mendapatkan data tersebut tidaklah biasa ditelitidengan menggunakan metode kuantitatif. Oleh karenaitu, metode kualitatif adalah metode yang paling tepatdigunakan dalam mencari jawaban permasalahanpenelitian ini, selain itu juga dalam penelitian kualitatifpeneliti dapat memahami situasi social secaramendalam.

2. Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMAN3 Banjarbaru

yang beralamat di Jl. Aneka Tambang, KecamatanCempaka Banjarbaru. SMAN 3 Banjarbaru adalahsekolah yang mempunyai posisi cukup strategis karenaberada lumayan dekat dengan perumahan dan lembagapemerintahan. Walaupun kedudukannya demikian,pihak sekolah telah memiliki prosedur-proseduradministrasi sekolah yang jelas, sehingga Proses

Belajar Mengajar terlaksana dengan ketentuan yangtelah di tetapkan. Sekolah SMAN 3 Banjarbaru dipilihsebagai tempat penelitian karena sekolah inimerupakan salah satu Sekolah yang menerapkan sys-tem poin. Pada sekolah ini banyak dikenal dengankurangnya displin,

3. Sumber DataDalam penelitian ini, sumber data dipilih secara

purposive sampling. Penentuan sumber yang bersifatsementara, dan akan berkembang kemudian setelahpenelitian di lapangan (Wahyu, 2007:59) Data yangdiperoleh peneliti terdiri dari dua jenis, yakni data primerdan data sekunder.

4. Instrumen PenelitianDalam penelitian ini instrumen penelitian yang

utama ialah peneliti sendiri, namun setelah fokuspenelitian menjadi jelas dikembangkan instrumenpenelitian sederhana, yang diharapkan dapat menjaringdata pada sumber data yang lebih luas, dapat mem-pertajam serta melengkapi data hasil pengamatan danobservasi. Sementara alat bantu yang di gunakanseperti buku cetak untuk menambah data, kamera digi-tal, handphone, pedoman wawancara dan bukucatatan.

5. Teknik Pengumpulan DataDalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai

bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapateknik, cara atau metode yang dilakukan oleh penelitidandisesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu:

a. Wawancara adalah peneliti menggunakan pedomanwawancara sehingga pertanyaan-pertanyaan tidakkeluar dari topik yang di teliti. Dalam hal ini penelitimelakukan wawancara kepada guru dan siswa.

b. Observasi, peneliti juga menjadi instrumen atau alatdalam penelitian dalam penelitian penerapan systempoin dalam pembentukan karakter berbasis disiplinpada siswa SMAN 3 Banjarbaru, Sehingga penelitiharus mencari data sendiri dengan terjun langsungatau mengamati dan mencari langsung ke beberapainforman yang telah ditentukan sebagai sumber data.

c. Dokumentasi,, data-data dan memotret fenomenayang terjadi di lapangan misalkan, foto-fotolingkungan sekolah, susana di sekolah, dan bukutata tertib sekolah, buku point.

Page 93: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

377

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

6. Teknik Analisis DataMenurut Faisal (Wahyu 2003:69) metode analisis

dalam penelitian ini melalui tiga tahapan, yakni: Reduksidata, Penyajian data, Menarik kesimpulan-kesimpulan.

7. Pengujian Keabsahan DataSebagaimana pendapat Wahyu (2006:67-73)

untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan,seorang peneliti dapat melakukan:

a. Meningkatkan ketekunan, dengan cara tersebutmaka kepastian data dan cara guru dalammemotivasi belajar siswa dapat di rekam secarapasti dan sistematis.

b. Trianggulasi, merupakan pengecekan data dariberbagai sumber dengan berbagai cara danberbagai waktu, dibagi dua yaitu:

1) Triangulasi sumber

2) Triangulasi teknik

3) Triangulasi waktu

c. Menggunakan bahan referensi, data hasilwawancara perlu didukung dengan adanya rekamanwawancara dengan guru-guru di SMAN 3Banjarbaru atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, alat-alat bantu perekam datadalam penelitian kualitatif, seperti handycam,kamera, alat rekam suara sangat di perlukan untukmendukung kreadibilitas data yang ditemukan olehpeneliti.

d. Mengadakan Member Chek, Proses member chekadalah proses pengecekan data yang di perolehpeneliti, guru-guru yang ada di SMAN 3Banjarbaru.

D. HASIL PENELITIAN1. Gambaran Umum

SMAN 3 Banjarbaru NSS 201150111102 ber-tempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3Banjarbaru, Jl. Aneka Tambang Banjarbaru.Kecamatan Cempaka. Ditinjau dari segi fisik Sekolahbangunan berbentuk semi permanen. Bangunan ini tidaksendiri, di sebelah kiri ada sekolah SMKN 3Banjarbaru, dan di samping kanan yang tidak terlaludekat ada kampus Akbid Borneo. keadaan lingkungansekolah berdasarkan pengamatan peneliti dirasa cukuptenang, sehingga tidak mengganggu kegiatan proses

belajar mengajar. Guru-guru di SMAN 3 Banjarbarusemua dari lulusan S1 dari berbagai jurusan, jumlahguru yaitu 40 guru. Interaksi yang terjadi antara guruyang satu dengan guru yang lain mereka saling ber-komunikasi dengan baik, walaupun jarang dilakukankarena jarang ketemu terbatas waktu mengajar paraguru menyempatkan diri untuk berdiskusi di selangwaktu yang sama-sama kosong.

Visi sekolah, terwujudnya lulusan yang unggul,menguasai IPTEK, berwawasan global dan berakhlkmulia. Misi sekolah (1) menyelenggarakan pembe-lajaran yang berlandaskan iman, ilmu dan amal. (2)mengembangkan kompetensi akademik yang meliputipengetahuan, sikap kemampuan dan keterampilan gunameningkatkan wawasan ilmu teknologi. (3) meningkat-kan prestasi di bidang ekstrakurikuler. (4) mengem-bangkan kompetensi tenaga pendidik dan pendidikanmenuju tersedianya tenaga yang berkualitas danberwawasan teknologi. (5) meningkatkan sarana danprasarana penunjang pendidikan yang berbasis ICT.(6) mengembangkan kultur sekolah yang mentenang-kan. (7) meningkatkan partisipasi masyarakat untukmengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikandi sekolah.

2. Disiplin siswa setelah penerapan sistem poinDari beberapa kali observasi yang dilakukan oleh

peneliti masih terlihat tidak disiplinnya siswa masihkurang, kejadian itu sering terjadi dari pagi kepalasekolah dan guru yang lain berjaga dimuka gerbangsekolah. Hal itu masih saja terjadi walaupun kepalasekolanya dan guru-guru sudah turun tangan dalam halini. Pelanggaran tata tertib dalam hal terlambat sekolahini hanya diberikan sanksi, tidak langsung di beri poinkepada siswanya, sanksi tersebut berupa push-up dtempat atau membersihkan ruangan tetapi kalau yangterlambat siswanya itu-itu saja baru di beri poin. disiplindi SMAN 3 Banjarbaru sudah cukup baik, tetapi lebihdi tingkatkan lagi dilihat dari siswa yang masih banyakmelanggar peraturan sekolah mulai dari yang terkecildan berat, pentingnya penanaman karakter disiplinuntuk siswanya itu sendiri supaya siswa lebih terbiasamematuhi aturan-aturan sekolah. Pemberian poin tidakhanya guru BK saja atau guru bagian kode etik tetapisemua guru berhak memberikan poin kepada siswakalau ada siswanya yang kedapatan melanggar aturansekolah.

Page 94: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

378

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Faktor penyebab masih rendahnya disiplinsiswa setelah penerapan sistem poinPenyebab masih rendahnya disiplin siswa setelah

diberlakukannya sIstem poin ini adalah adanyapengaruh teman sebayanya yang menyebabkan siswasering melanggar tata tertib sekolah, langkah-langkahyang diterapkan dalam menanamkan karakter disiplinpada siswa selalu mengingatkan siswa tentang tatatertib sekolah, menjadikan contoh siswa yang salahsupaya siswa takut melakukan pelanggaran aturansekolah selain itu guru juga menjadi tontoh dalampenerapan disiplin misalkan tepat waktu, berpakaianrapid an banyak lagi, jika siswa berperilaku tidakdiisiplin maka guru berhak memberikan sanksi yangsesuai dengan pelanggarannya.

4. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalampenerapan sistem poinBentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam

penerapan sistem poin adalah pelanggaran yang seringterjadi yaitu terlambat datang, berpakaian tidak rapi,merokok dan pelanggaran yang paling sering terjadisetiap tahun siswa yang hamil padahal masih berstatussekolah. Siswa yang mempunyai poin banyak diberikan keringanan, misalkan membawa nama baiksekolah dan siswa tersebut berprestasi. Guru-guruSMAN 3 Banjabaru ada yang disiplin dan ada jugayang tidak disiplin dilihat dari tidak tepatnya masukkelas, kebiasaan siswa yang menyebabkan tidakdisiplin adalah pengaruh teman dan bentuk-bentukpelanggaran yang sering terjadi membolos, membawahandpone yang ada fasilitasnya, sering bawa alatkecantikan, merokok, dan banyak lagi.

E. PEMBAHASAN1. Gambaran Disiplin Siswa Setelah Penerapan

Sistem PoinDalam pembahasan ini di uraikan temuan hasil

penelitian yang telah dilakukan dilapangan yaitumembahas tentang gambaran disiplin siswa setelahpenerapan sistem poin. Dari hasil penelitian ini diketahuibahwa disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru sudahcukup baik dari tahun-tahun sebelumnya walaupunmasih ada saja yang tidak disiplin, siswa di SMAN 3Banjarbaru ini sangat dituntun kedisiplinannya dilihatdari guru-guru yang mencontohkan sikap disiplintersebut. Sebelum diterapkannya sistem poin pada

tahun 2008 di SMAN 3 Banjarbaru tata tertib siswamasih banyak yang melanggar karena tidak ada sanksitegas yang membuat siswa jera melakukan pe-langgaran. Hal ini sejalan dengan teori Hartono Ruslan(Alpiyanto, 2012:152) lingkungan sekolah jugadikondisikan bagi terbentuknya peserta didik yangberkarakter mulia, kejujuran memegang peran sentraldalam menentukan dan membentuk sikap disiplin.Selanjutnya menurut Irwin A Hyman dan Pamela A.Snock (Alpiyanto 2012:81) disiplin sekolah kadang-kala diterapkan pula untuk memberikan hukuman(sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadapaturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalammenerapkan metode pendisiplinannya, sehinggaterjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dankesalahan pelakuan fisikologis.

Bila lingkungan dengan disiplin tinggi, makamelahirkan manusia yang berdisiplin tinggi. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal 12ayat 2 setiap peserta didik berkewajiban menjaganorma-norma pendidikan untuk menjamin keberlang-sungan proses dan keberhasilan pendidikan. Undang-undang tentang guru dan dosen Bab 1 di pasal 1, guruadalah pendidik professional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan forma,pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Hal ini terlihat dari observasi peneliti kesekolahbahwa penananman karakter disiplin siswa sudah diterapkan di sekolah SMAN 3 Banjarbaru tetapiwalaupun sudah diberitahukan tata tertib sekolah yangdibuat oleh sekolah tersebut masih saja ada yang me-langgarnya. Guru yang menjadi contoh sudahmengingatkan berkali-kali kepada siswa tentang tatatertib sekolah yang termasuk dalam disiplin siswa, guruhanya bisa memberikan contoh sikap disiplin selanjut-nya hanya siswa yang bisa menerapkan dan memilihyang baik dalam sikap dan yang tidak baik. Menurutheri gunawan (2012:16) etika adalah ilmu yangmenyelidiki yang mana yang baik dan yang mana yangburuk dengan memperhatikan amal perbuatan manusiasejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.Gunawan (2012:226) berpendapat bahwa disiplinsekolah adalah usaha sekolah untuk memeliharaperilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat

Page 95: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

379

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengannorma, peraturan dan tata tertib yang berlaku disekolah.

Terakhir berkaitan dengan guru, semua guru harusmenekankan disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru,Menurut Sofyan Amri (2011:100) tugas para gurumencapai tujuan peningkatan karakter siswa bisa jadimerupakan tugas terberat bagi para guru, bagi guruyang berhasil membangun karakter siswa denganberbagai cara akan memberi kepuasan yang luar biasa.Hartono Ruslan (Apliyanto, 2012:152) jika kita sudahtinggi tingkat disiplin pribadi kirta, maka akan munculsuasana yang serba tertib, dan secara otomatis akanmuncul berbagai naluri yang positif karena kita mampumengendalikan diri dengan sadar bagi kepentinganbersama.

2. Faktor Penyebab Masih Rendahnya DisiplinDari temuan hasil peneliti yang telah dilakukan,

faktor yang menyebabkan masih rendahnya disiplin diSMAN 3 Banjarbaru, Nursito (2002:10) menjabarkanjenis-jenis pelanggaran yang sering dilakukan olehpeserta didik, misalnya aksi corat-coret, membawaalat main atau bacaan/ gambar porno, merokok atauterlibat narkoba dan perkelahian antar sekolah atautawuran. Pengaruh teman sekolahnya yang membuattidak disiplin, bolos sekolah yang sering terjadi diSMAN 3 Banjarbaru. Hal ini disebutkan oleh Ajzen(Fatchul Mu’in 2011:171) kelompok sebaya ataukelompok masyarakat memberi pengaruh kepadaindividu, ada kecenderungan bahwa seorang individuberusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya.Langkah yang dilakukan pendidik dalam menanamkankarakter disiplin dengan mengajak semua guru dalammengingatkan siswa dalam tatatertib sekolah dan guruselalu mengingatkan siswa tentang peraturan sekolahyang selalu melanggar tatatertib sekolah. “memper-kenalkan contoh prilaku tidak disiplin; denganmemberikan contoh perilaku yang tidak disiplindiharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapatmembedakan mana perilaku yang disiplin dan yangtidak disiplin. (http://guru-indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html, (update: 15 oktober 2011).

Aturan tata tertib sekolah merupakan pedomanbagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yangaman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negative. Seorang siswa yang

melakukan pelanggaran disiplin sekolah atau melanggartata tertb sekolah akan diberikan sanksi yang sesuaidengan pelanggarannya, kebiasaan yang sering terjadidi sekolah yaitu bolos sekolah, kerapian berpakaianseringnya terlambat datang. Memperkenalkan conrohperilaku yang tidak disiplin di harapkan siswa dapatmenghindarinya atau dapat membedakan manaperilaku disiplin dan yang tidak disiplin (http://guru-indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,(di akses15 oktober 2011). “Aturan sekolah tersebut, sepertiaturan tentang standar berpakaian, ketepatan waktu,perilaku social dan etika belajar/kerja, pengertiandisiplin sekolah seringkali di terapkan pula untukmemberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensidari pelanggaran terhadap aturan.(dikutip dari http://guru-indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,(Update:15 oktober 2011).

3. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Siswa DalamPenerapan Sistem PoinDari temuan hasil penelitian yang telah dilakukan,

siswa SMAN 3 Banjarbaru masih kurang disiplinpadahal pihak sekolah sudah sekuat tenagamengingatkan siswa tidak berbuat kesalahan lagi, tapisetiap hari ada saja kedapatan melanggar peraturansekolah, bentuk pelanggaran yang sering terjadi disekolah SMAN 3 Banjarbaru adalah membolos dan,merokok, membawa hp berkamera, berpakaian tidakrapi, dan bnyak lagi yang lainnya. Poin pelanggaranyang dikenakan kepada siswa atas pelanggaran yangdilakukan siswa terhadap tata tertib yang di tetapkanoleh sekolah yang bertujuan demi terjaganya suasanakondusif di lingkungan sekolah dan kenyamanan belajarsiswa. (diikutip darihttp://wastakitamandiribk.-wordpress.com/(update:11 januari 2013), MenurutFoerster (2003: 31-32), pentingnya disiplin sekolahyaitu:

a. Kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkankelemahan, tanpa menunjukkan amarah dankebencian.

b. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dankonsisten.

c. Ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertum-buhannya dijaga dan dirawat dengan penuhkesabaran.

Page 96: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

380

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Siswa di SMAN 3 Banjarbaru tidak menyetujuiadanya peraturan sistem poin ini karena memaksasiswa, akibatnya siswa tidak bebas melakukan apapun.Menurut syaiful bahri djamarah (1997:52) setiapperaturan atau perintah dalam pendidikan mengandungnorma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberikan arahyang jelas atau mengandung tujuan ke arah perbuatansusila. Guru memberikan sanksi yang tegas sesuaidengan aturan sekolah dan pelanggaran yang dibuatoleh siswa. Kadang kala ada sebagian guru yangmembiarkan siswa membawa peralatan yang dilarangoleh peraturan sekolah, siswa malah terang-teranganmemperlihatkan barang tesebut tetapi hanya beberapaguru saja. Menurut syaiful Bahri Djamarah (1997:21)guru hendaklah konsekuen terhadap apa yang telahdiperintahkannya. Menurut Bacon (1990:52) guruadalah model bagi muridnya, baik disadari ataupuntidak siswa akan berprilaku mirip dengan gurunya,

Pelanggaran yang berat akan diberi sanksi sesuaidengan kesalahan siswa, poin yang banyak akan diberisanksi berat misalkan sudah mencapai poin maksimaltetapi ada yang meringankan poin tersebut karenakebiasaan siswa yang dinilai positif, setiap hari ada sajayang melanggar peraturan sekolah sampai ada yangdikeluarkan oleh pihak sekolah karena sudah kelebihanpoin. Syaiful Bahri Djamarah (Purwanto 1991;236)hukuman adalah penderitaan yang di berikan atauditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua,guru,dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelangga-ran, kejahatan atau kesalahan. Banyak siswa yangsudah dikembalikan kepada orang tuanya karenabanyaknya poin yang di dapat siswa tersebut, tidaksemata-mata langsung dikeluarkan dari sekolah tetapimelalui rapat semua guru dan keputusan terakhir adadi tangan kepala sekolah.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulana. Gambaran disiplin siswa setelah penerapan sistem

poin adalah sudah cukup baik disiplinnya walaupunmasih ada saja siswa yang tidak mentaati peraturansekolah, peraturan sistem poin ini dibuat untuk siswayang membuat siswa tersebut jera dalam melanggarperaturan-peraturan sekolah, kedisiplinan yang

berangsur-angsur lebih baik tersebut salah satunyasiswa akan menjadi takut dengan peraturan sistempoin, siswa takut akan mempunyai poin yangbanyak yang akhirnya dikeluarkan dari sekolahSMAN 3 Banjarbaru.

b. Faktor penyebab masih rendahnya disiplin siswasetelah penerapan sistem poin adalah pengaruh dariteman, kebisaan siswanya, guru yang bersikap tidaktegas, kurangnya perhatian dari orang tua, siswayang melanggar tata tertib sekolah akan diberikansanksi dalam bentuk poin negatif berdasarkan jenispelanggaran yang di lakukan oleh siswa yangbersangkutan.

c. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam penerapansistem poin adalah terlambat datang kesekolah,merokok di area sekolah, berduaan di sekolah,berkelahi, membawa peralatan make-up, sampai-sampai tiap tahun pelanggaran yang selalu terjadihamil, yang langsung mendapatkan poin 100 yaitudi keluarkan dari sekolah, dengan melanggarperaturan sekolah siswa selain mendapatkan poinnegative tidak menghapuskan sanksi yang sudahmenjadi kebiasaan yang dilakukan siswa sepertimembersihkan halaman sekolah, musholla dan jugaWC.

2. Sarana. Hendaknya sekolah memberikan sanksi yang tegas

kepada siswa yang melanggar peraturan, sertaharus adanya kerjasama dengan orang tua siswatentang sikap dan prilaku siswa yang melanggaraturan sekolah agar tercipta kedisiplinan sekolahyang lebih baik lagi.

b. Hendaknya semua guru mampu menjadi teladandalam menjaga ketertiban dari kedisiplinan sekolah.

c. Sebaiknya sekolah giat melakukan sosialisasitentang penerapan sistem poin terhadap pelangga-ran yang dilakukan siswa, agar siswa dapatmengetahui akibat jika siswa melakukanpelanggran.

Page 97: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

381

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo Sutarjo.2011.Pembelajaran NilaiKarakter Kontruktivisme dan VTC SebagaiInovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif.Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Alpiyanto.2012. Hypno Heart Teaching. Jakarta:PT.TujuhSamudera Alfath

Amri Sopan, dkk. 2011.Implementasi PendidikanKarakter Dalam Pembelajaran.Yogjakarta:PT Citra Aji Parama.

Aziz Abdul Hamka. 2012.Karakter Guru ProfesionalMelahirkan Murid Unggul MenjawabTantangan Masa Depan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri.2005.Guru dan Anak Didik.Jakarta: PT. Rieneka Cipta.

DPR RI. 2005. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung:Citra Umbara.

Dwiloka, Bambang dkk. 2005. Teknik MenulisKarya Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta:Baduose Media Jakarta.

Gunawan Heri, 2012. Pendidikan Karakter Konsepdan Implementasi. Bandung: Alfabrta.

Indrayani,2012.Pendidikan Karakter Kerangka danAplikasi Untuk Pendidik dan Professional.Jakarta: Baduose Media.

Koesoema Doni.2007. Pendidikan Karakter StrategiMendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta:Kompas Gramedia

Mu’in, Fatchul,2011.Pendidikan KarakterKontruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:ar-ruzzmedia.

Priyanta. 2008. Disiplin Siswa. (Online) http//www.damandiri.or.id/file/ priyantaunmuhsolo-bab2.pdf(diakses 11 november)

Sasmana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan.Yogyakarta: Kanisius.

SudrajatAkhmad. 2008. Disiplin Siswa Disekolah.(online). wordpress.com /2008/04/04disiplin-siswa disekolah/(diakses 11 januari 2013).

Sumantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: NilaiInti Bagi Upaya Pembinaan KepribadianBangsa. Bandung: WidiaAksara Press,Laboratorium PKn UPI.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wahyu. 2010. Materi Kuliah Metode PenelitianKualitatif. Banjarmasin: Unlam.

Wahyu, dkk. 2011. Pedoman Penulisan KaryaIlmiah. PustakaBanua.

Waskito.2010.Disiplin.(online). (http://wastakita-mandiribk.wordpress.com/, update:11januari2013.

…….., 2010, Karakter Siswa. (online) http://repository.upi. edu/operator/upload/s_a0151_-0605449_chapter2.pdf(diakses 03 november)

Page 98: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

382

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Page 99: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

383

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PETUNJUK BAGI PENULIS JURNAL PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN

1. Naskah diketik spasi ganda pada kertas kuarto maksimum 15 halaman dan diserahkan dalam bentuk printout computer beserta cd-room. Berkas file dibuat dengan MS Word. Teks dicetak dengan huruf Arial 11.

2. Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis – kritis dibidang pendidikan kewarganegaraan.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format essay, disertai judul pada masing-masing bagian. Judul artikel dicetak denga huruf besar ditengah – tengah dengana ukuran 12. Peringkatjudul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dicetak tebal atau tebal danmiring) dengan ukuran huruf 11, dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian.

4. PERINGKAT I (SEMUA HURUF BESAR, TEBAL, RATA KIRI)

5. Peringkat 2 (huruf besar kecil, tebal, rata kiri)

6. Peringkat 3 (huruf besar kecil, tebal miring, rata kiri)

7. Sistematika artikel hasil non penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademis); abstrak ( maksimum 100kata); kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satu baris); pendahuluan yang berisi latar belakangdan tujuan atau ruang lingkup tulisan, bahan utama (dibagi ke dalam sub judul-sub judul); penutup ataukesimpulan; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).

8. Sistematika artikel hasil penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak ( maksimum 100kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satubaris); pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan pustaka dan tujuan penelitian; metode; hasil danpembahasan; kesimpulan dan saran; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).

9. Daftar pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dankronologis.

a. Rujukan buku

Corent, L. & K. Weeks 1985b. Career Ladder Plan; Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta, GA;Career Ledder Clearinghouse.

b. Rujukan dari buku suntingan

Nelson, D.W. & L.E. Sommer, 1982, Total Carbon, Organic Carbon and Organic Matte. In Page,A.L.R.H. Miller & D.R. Keeney (eds). Method of Soils Analysis: Part 2. Chemical and MicrobiologicalPropertics. Ed. Ke-2. Madison, pp. 539-579.

c. Rujukan artikel dalam kumoulan artikel

Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kuantitatif. Dalam aminuddin (ad.) Pengembangan PenelitianKualitatif dalam biadng Bahasa dan Sastra (hlm 12-15). Malang. HISKI Komisariat Malang dan Ya3

d. Rujukan Artikel dari jurnal ilmiah

Addicost, T.M. Entrophy and Sustainnability. Europan Jurnal Of Science, 48: 161-168,

e. Rujukan artikel dari majalah atau Koran

Huda, M. 13 November 1991, Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm 6.

f. Rujukan dari tesis dan sejenisnya

Schmidt, M.G. 1972 forest Land Use Dynamics and Soil fertility in a mountain Wetershed in Nepal : aGIS Evaluation. Ph. I).

Page 100: JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANeprints.ulm.ac.id/1161/1/JURNAL PKN Vol 3 No 5 Mei 2013.pdf · i JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei

384

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

g. Rujukan Surat Kabar

Ropert, V. 1988. Keuntungan Pengunaan Kapur untuk Tanah Masam. Kompas, 12 September 1988,hlm. 14

h. Rujukan Internet

1) karya individual

Hitchcoock, S.C. Lewis & II. William. 1996. A Survay of STM Online journal, 1990-1995: TheCalm before the strorm, (online ), (http: /Journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html.diakses 12 Juni 1996).

2) Artikel dalam jurnal

Kumaidi, 1998, pengukuran Bekal awal belajar dan pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan(online), jilid 5, no 4, (http:/malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000)

3) Bahan Diskusi

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites NETTRAIN Discussion List, (online),([email protected], diakses 22 November 1995).

4) E-mail pribadi

Naga, Dali S. ([email protected]). 1 Oktober 1977. Artikel untuk JIP E-mail Kepada Ali saukah([email protected]).

10. Artikel berbahasa Indonesia berpedoman pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan(depdikbud, 1987). Artikel Berbahasa Ingris menggunakan ragam baku.