jurnal elkolind, mei 2017, vol.04, n0. 1 44 sistem
TRANSCRIPT
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 44
Sistem Pengaturan pada Ruang Proses
Fermentasi Tape Menggunakan Metode Fuzzy
Logic
Bayu Langgeng Prakoso, Haryadi Singgih, Agus Pracoyo.
Abstrak – Salah satu pengolahan makanan
secara tradisional yang dilakukan adalah fermentasi.
sebagai media peletakan singkong yang akan
Fermentasi telah lama dilakukan dan merupakan
salah satu cara pemrosesan bentuk pengawetan
makanan tertua. Pembuatan tape singkong pada
UKM Tape Istimewa sebagai mitra pada pengerjaan
skripsi hingga saat ini masih menggunakan sistem
bioteknologi konversional dengan menggunakan
cara-cara yang terbatas. Fermentasi masih
menggunakan alat seadanya diproses. Alat ini
merupakan prototype untuk memaksimalkan
pengaturan suhu dan sirkulasi udara pada ruang
proses fermentasi tape singkong. Di maksimalkan
untuk membantu petani membuat tape yang lebih
baik. Penggunaan lampu AC 25 watt untuk
menaikkan dan menurunkan suhu pada ruang. Selain
itu juga digunakan kipas DC 12 Volt sebanyak dua
buah sebagai pengatur sirkulasi udara. Dalam alat ini
menggunakan DHT 11 sebagai sensor utama untuk
mengetahui nilai suhu dan kelembapan.
Mikrokontroller pada alat ini menggunakan
ATMEGA 16 sebagai pusat pengendalian sistem
bedasarkan pembacaan sensor. Alat ini
menghasilkan sebuah sinkronisasi antara suhu dan
sirkulasi udara yang baik sehingga mengoptimalkan
proses fermentasi tape. Dengan demikian dapat
menghasilkan produk tape yang baik. Prinsip kerja
dari alat ini adalah menstabilkan suhu pada set point
36º C. Dari hasil pembacaan sensor DHT11
didapatkan error 1,1% sehingga dapat dikatakan
baik, pengujian pada sistem menggunakan metode
Fuzzy Logic dan set point suhu 36º C di dapatkan
error sebesar 1,1% sampai 1,4%, ini membuktikan
bahwa sistem dapat bekerja dengan baik dan mampu
menjaga kestabilan set point. Kata Kunci : ATMEGA 16, Sensor DHT 11, Fuzzy
Logic
Bayu Langgeng Prakoso adalah Mahasiswa D4 Teknik
Elektronika Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang,
email: [email protected]
Haryadi Singgih dan Agus Pracoyo adalah dosen Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Malang.
I. PENDAHULUAN
Pengolahan pangan secara tradisional sudah dikenal
lama di kalangan masyarakat pada umumnya. Salah
satu pengolahan makanan secara tradisional yang
dilakukan adalah fermentasi.
Fermentasi telah lama dilakukan dan
merupakan salah satu cara pemrosesan bentuk
pengawetan makanan tertua [Achi,2005]. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pada proses pembuatan tape singkong antara lain
nilai suhu optimum pada proses fermentasi 35-40oC
serta kelembaban relatif saat proses fermentasi 53-
59%. Melihat beberapa kelebihan pada hasil
fermentasi singkong menjadi tape singkong di atas
dan beberapa parameter acuan guna memaksimalkan
waktu dan efisiensi proses fermentasi, maka
dibutuhkan suatu alat atau inovasi terbaru terkait
proses fermentasi singkong yang dapat
meningkatkan sistem fermentasi secara manual
menjadi semi otomatis dengan pengaturan beberapa
parameter penentu proses fermentasi untuk
menjadikan proses fermentasi yang lebih optimal
dan efisien. Berdasarkan acuan tersebut, peneliti
mengusulkan sebuah judul skripsi “Sistem Kontrol
Pengaturan pada Ruang Proses Fermentasi Tape
Menggunakan Metode Fuzzy Logic ”. Perancangan
Alat tersebut berupa sebuah prototipe alat yang
dapat mengatur besar suhu, dan siklus udara pada
ruang fermentasi yang menyesuaikan referensi
optimum proses fermentasai tape singkong dengan
menggunakan metode kontrol fuzzy logic. Pada
proses fermentasi terdapat sistem monitoring waktu
lama proses fermentasi menggunakan alat ini dengan
bantuan modul Real Time Clock (RTC). Selain itu
juga terdapat sensor soil moisture untuk
memudahkan mengetahui tingkat kematangan pada
tape.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
Fermentasi ialah proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobic tanpa oksigen. Secara
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik,akan tetapi, terdapat definisi yang lebih
jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa
akseptor elektron eksternal Reaksi dalam fermentasi
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 45
berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan.Fermentasi
tape paling baik dilakukan pada kondisi mikro aerob
Maka untuk itu pada alat fermentasi ini akan dijaga
kestabilan sirkulasi udara dan suhu.
2.2 Sensor DHT11
DHT11 adalah sensor digital yang dapat
mengukur suhu dan kelembapan udara di sekiratnya.
Memiliki tingkat stabilitas yang cukup baik serta
fitur kalibrasi yang cukup akurat. Dalam sensor ini
terdapat sebuah thermistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) untuk mengukur suhu,
sebuah sensor kelembapan tipe resistif dan sebuah
mikrokontroller 8-bit yang mengolah kedua sensor
tersebut dan mengirim hasilnya ke pin output dengan
format single-wire bi-directonial. Koefisiensi
kalibrasi disimpan dalam OTP progam memory,
sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu,
maka module ini menyertakan koefisien tersebut
dalam kalkulasinya.
Gambar 1. Sensor DHT11
2.3 Sensor Soil Moisture
Soil Moisture sensor adalah sensor yang dapat
mendeteksi suatu kelembapan objek. Sensor ini
sederhana tapi ideal untuk memantau kelembapan
suatu objek. Sensor ini terdiri dari dua buah probe
untuk melewatkan arus melalui objek, lantas
membaca resistansinya untuk mendapatkan tingkat
kelembapan. Pada alat fermentasi ini Soil Moisture
Sensor digunakan debagai sensor untuk
memonitoring tingkat kematangan tape. Hal ini
bertujuan agar mempermudah dalam melihat tingkt
kematangan . Spesifikasi sensor ini yaitu dapat
bekerja pada tegangan 3,3 V – 5 V, memiliki arus
cukup rendah yaitu sekitar 35 mA, dan mempunyai
nilai keluaran 0 V – 4,2 V dan akurasinya mencapai
2%.
Gambar 2. Sensor Soil Moisture
III. METODOLOGI
3.1. Spesifikasi Alat :
1. Spesifikasi Mekanik
a. Dimensi
Tinggi : 50 cm
Lebar : 50 cm
Panjang : 60 cm
Bahan : Kayu
Kapasitas : 6 Kg singkong
b. Bahan
Casing : Kayu
Pintu mesin : Kaca
c. Warna Alat
Casing : Coklat
Pintu Mein : Putih bening
d. Aktuator
Bolam lampu AC 220 V
Kipas DC
3.2. Prinsip Kerja Alat
Prinsip kerja dari alat fermentasi singkong
ini adalah mengatur agar kondisi suhu di dalam
ruang fermentasi tetap susuai dengan referensi
suhu yang berkisar antara 35-40oC serta
pengaturan sirkulasi udara pada ruang fermentasi
yang lebih stabil dan teratur dibandingkan dengan
cara konversional. Penentuan setpoint suhu dan
kelembaban dan basic rule metode kontrol fuzzy
logic pada proses fermentasi sangat menentukan
kinerja dan respon pengaturan suhu dan kecepatan
sirkulasi udara pada ruang fermentasi. Ketika
pembacaan suhu dengan sensor DHT11 memiliki
nilai diatas setpoint suhu, maka kontrol fuzzy akan
secara langsung menurunkan nilai duty cycle
(PWM) yang terhubung ke driver AC pada bolam
lampu untuk menurukan panas/suhu pada ruang
fermentasi, kondisi lain jika suhu dibawah setpoint
maka nilai duty cycle (PWM) akan dinaikkan
untuk mengatur panas bolam lampu lebih tinggi.
Sistem kontrol fuzzy logic akan dihentikan jika
pada alat fermentasi ditekan tombol manual.
Output pada LCD display berupa lama proses
fermentasi berjalan, nilai suhu dan kelembaban
pada ruang fermentasi.
Gambar 3. Diagram Blok Sistem
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 46
Diagram blok kontrol pada alat
fermentasi singkong menggunakan sistem
kontrol fuzzy logic. Pengaturan parameter
fuzzy menggunakan acuan referensi pada
studi literatur dan beberapa penelitian
sebelumnya terutama pada paramater suhu
menyesuaikan dengan referensi yang
dibutuhkan pada proses fermentasi, yaitu 35-
40oC. Sesuai dengan referensi yang diperoleh
pada studi literatur untuk pengaturan suhu
dengan nilai tersebut, output kontrol fuzzy
logic pada alat fermentasi singkong berupa
nilai duty cycle (PWM) yang terhubung ke
driver bolam lampu AC untuk mengatur
tingkat panas (suhu) pada ruang fermentasi
untuk tetap menyesuaikan nilai set point
referensi suhu secara otomatis.
3.3 Perancangan dan Pembuatan Mekanik
Gambar 4. Alat Fermentasi Tamoak Depan
Gambar 5. Alat Fermentasi Tamoak Kiri
Gambar 6. Alat Fermentasi Tampak Kanan
Alat fermentasi tape ini memiliki kapasitas
sebesar 6 Kg singkong.
3.4 Perancangan dan Pembuatan Elektrik
3.4.1 Perancangan Rancangan Sensor DHT 11
Gambar 7. Rangkaian Sensor DHT 11
Pada alat fermentasi tape kali ini
pengukuran suhu serta kelembapan
menggunakan sensor DHT 11.Keluaran sensor
berupa tegangan 0 volt sampai 5 volt yang
kemudian dikonversi menjadi 0ºC sampai 50ºC
dan kelembapan 20% sampai 90% Karena pada
alat konvensional masih belum terdapat sistem
untuk mengetahui keadaan suhu secara real
time, yang mungkin hanya memakai
thermometer air raksa. Perancangan sensor
DHT11 diharapkan dapat mempermudah hal
tersebut.
Berikut adalah rangkaian sensor yang
digunakan :
PORT D4 ARDUINO terhubung dengan PIN
2 Data Sensor DHT 11
PORT VCC terhubung dengan PIN 1 Sensor
DHT 11
PORT GROUND terhubung dengan PIN 3
Sensor DHT 11
3.4.2 Perancangan Rangkaian RTC (Real Time
Clock)
Gambar 8. Rangkaian RTC (Real Time Clock)
RTC yang digunakan berupa sirkuit terpadu
yang berfungsi sebagai pemelihara waktu.
Rangkaian RTC juga memiliki catu daya terpisah
dengan catu daya milik sistem (catu daya berupa
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 47
baterai litium) sehingga tetap dapat berfungsi ketika
catu daya utama terputus atau mengalami gangguan.
PORTC.1 AT MEGA terhubung dengan SDA
RTC
PORTC.0 AT MEGA terhubung dengan SCL RTC
PORT VCC terhubung dengan VCC
PORT GROUND terhubung dengan GROUND
3.4.3 Perancangan Sensor Soil Moisture
Gambar 9. Rangkaian Sensor Soil Moisture
Penggunaan sensor Soil Moisture digunakan sebagai
pengukur tingkat kelembapan pada tape.Keluaran
sensor ini berupa tegangan berkisar 0 Volt – 5 Volt.
Tegangan ini kemudian dihubungkan dengan pin
ADC ATMEGA 16 yang selanjutnya dibaca nilai
ADC 0 - 1023 , kemudian diproses pada tahap
levelling sehingga menjadi nilai kelembaban 100% -
0%. Tegangan ADC dapat diketahui melalui
persamaan 3.4.
……………...(1)
Kemudian dari nilai ADC yang didapatkan
kemudian dikonversi menjadi dengan persamaan
.......(2)
Berikut merupakan perancangan sensor soil moisture
yang digunakan :
PORTA.0 AT MEGA terhubung dengan pin 1 Soil
Moisture
PORTA.1 AT MEGA terhubung dengan pin 2 Soil
Moisture
PORT VCC terhubung dengan pin 3 Soil Moisture
PORT GROUND terhubung dengan pin 4 Soil
Moisture
3.4.3 Perancangan Rangkaian Servo dan Dimmer
Gambar 10. Rangkaian Dimmer
Rangkaian dimmer lampu pijar ini berupa module,
berfungsi untuk mengatur tingkat intensitas cahaya
penerangan lampu yang merupakan actuator untuk
pengaturan suhu. Rangkaian Dimmer dapat
digunakan untuk jaringan 220 V. Potensio meter
pada alat fermentsi tape ini diatur oleh sebuah motor
servo terkontrol, sehingga dapat diatur sesuai
keinginan pengguna.brikut adalah konfigurasi
dimmer
Pin IN L terhubung dengan Phasa tegangan AC
Pin IN N terhubung dengan Netrar
Pin OUT L terhubung dengan Out Lampu AC
Pin OUT N terhubung dengan Out beban resistif
Perhitungan putaran servo per drajat terhadap
resistansi yang dihasilkan oleh potensio :
Nilai potensio pada dimmer = 333kΩ
Derajat putaran pada servo = 180°
1º putaran rumus
Persamaan =
………………..(3)
=
=
=
= 1850 Ω
Jadi setiap 1º putaran pada motor servo bernilai
± 1850Ω pada potensio
3.4.4 Perancangan Driver Kipas DC
Gambar 11. Rangkaian Driver Kipas DC
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 48
Kipas DC pada alat fermentasi tape ini difungsikan
sebagai pengatur sirkulasi udara di dalam ruang
fermentasi. Sirkulasi ini diprlukan untuk
menurunkan suhu. Selain itu pentingnya udara
disirkulasikan agar menstabilkan suhu. Cepat
redupnya putaran kipas diatur oleh gelombang PWM
yang memungkinkan dikontrol oleh sitem. Sirkulasi
udara dibutuhkan juga karena hal tersebut
merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam
sempurnanya proses fermentasi tape singkong.
3.4.5 Perancangan Kontrol Logika Fuzzy
Pada perancangan ini kontrol logika fuzzy
terdiri dari dua masukan dan dua keluran. Dua
keluaran tersebut adalah nilai error(E) dan nilai
Δerror (dE) . Keluaran disini berupa besar kecilnya
sinyal PWM untuk mengatur terang redupnya lampu
dan putaran Kipas DC.
error(E) dan Δerror dapat didefinisikan seperti di
bawah ini :
Error = set point – nilai sebenarnya
Keterangan :
Set point : besarnya nilai yang
diinginkan
Nilai sebenarnya : besarnya nilai yang
dibaca sensor
ΔError = Error(t) – Error(t-1)
Keterangan :
Error(t) : nilai Error pada waktu t
Error(t-1) : nilai Error pada waktu t-1
3.4.5.1 Fungsi Keanggotaan Masukan
Fungsi keanggotaan masukan pada perancanaan ini
terdapat dua keanggotaan yaitu keanggotaan
error(E) dan keanggotaan Δerror(dE) . Pada
keanggoraan error(E) yang merupakan perubahan
hasil suhu actual yang terbaca sensor terhadap set
point mempunyai tiga variabel keanggotaan yaitu
Dingin (D), Sedang (S) dan Hangat (H). Sedangkan
pada keanggotaan Δerror(dE) yang merupakan
perubahan error sekang dikurangi error sebelumnya
juga mempunyai tiga variabel fungsi keanggotaan
yaitu Kecil (K), Sedang (S) dan Besar (B).
Gambar 12. Fungsi Keanggotaan Masukan Error
Gambar 13. Fungsi Keanggotaan Masukan Δerror
3.4.5.2 Fungsi Keanggota Keluaran
Fungsi keanggotaan keluaran yang nantinya
diharapkan adalah putaran sudut motor servo
terhadap dimmer dan kecepatan Kipas. Fungsi
keluaran yang dimaksud adalah mengatur besar
lecilnya sinyal PWM yang akan dikeluarkan pada
actuator. Variabel untuk keluaran motor servo yaitu
Buka Kecil (BK), Buka Sedang (BS) dan Buka Besar
(BB). Sedangkan variabel keluaran untuk kipas yaitu
Mati (M), Sedang (S) dan Cepat (C). Perancangan
sistem menggunakan aplikasi Matlab
Gambar 14. Fungsi Keanggotaan Keluaran Servo
Gambar 15. Fungsi Keanggotaan Keluaran Kipas
DC
3.4.5.3 Perancangan Rule Base
Fuzzy rule base berisi pernyataan pernyataan logika
Fuzzy. Fuzzy rule base ini menyatakan pernyataan
suatu kondisi.
Gambar 16. Rule Base
IV. HASIL DAN ANALISA
4.1 Pengujian Sensor DHT 11
Pada sub bab ini dilakukan pengujian terhadap
sensor DHT 11, perubahan suhu hasil pengukuran
yang dibaca sensor dibandingkan dengan
thermometer. Sehingga dapat diketahui error dari
pengukuran sensor DHT 11. Sensor ini pada
dasarnya merupakan sensor yang membaca keadaan
suhu dan kelembapan. Akan tetapi pada alat
fermentasi tape ini lebih mengutamakan suhu untuk
dikontrol, karena kelembapan sendiri tinggi
rendahnya mengikuti nilai suhu ruangan, dan pada
sensor ini nilai kelembapan dijadikan untuk
monitoring.
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 49
Gambar 17. Perbandingan Pembacaan
Thermometer dan Sensor
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Sensor DHT 11
Bedasarkan Tabel 1 di atas diperhitungkan nilai
error yang di dapat dari perhitungan :
100% = % error…(3)
Data dari hasil percobaan pada sensor DHT 11 di
atas didapatkan hasil pembacaan sensor telah sesuai
dengan yang diinginkan. Bahwa pembacaan sensor
DHT 11 dan thermometer memiliki selisih
pembacaan error sebesar 1,1%. Hal ini sudah sesuai
dengan range maksimal data error dari sensor DHT
11 yakni sebesar 2%.
4.2 Pengujian Kecepatan Putar Kipas DC
Pada sub bab ini dilakukan pengujian kepada
kecepatan putar kipas DC. Kipas DC difungsikan
sebagai pengatur sirkulasi udara agar sirkulasi dapat
diatur dengaan baik. Selain itu juga berfungsi untuk
menurunkan suhu ketika set point telah dicapai,
sehingga dapat mempertahankan kestabilan sistem
suhu pada ruang proses fermentasi tape. Pengujian
dilakukan dengan memberi nilai PWM kepada
driver kipas DC yang bertahap secara berurutan .
Tabel 2. Hasil Data Pengujian Kipas DC
Bedasarkan hasil data pengujian pemberian PWM
pada kipas DC, didapatkan bahwa driver yang
digunakan sudah berfungsi sesuai yang diinginkan.
Bahwa semakin besar presentase nilai PWM yang
diberikan makan semakin besar pula tegangan yang
dihasilkan. Hal ini juga mengakibatkan kecepatan
putaran kipas DC semakin bertambah, sebanding
dengan tegangan yang dihasilkan.
4.3 Pengujian Motor Servo Terhadap Dimmer
Pada sub bab ini dilakukan pengujian kepada
putaran derajat motor servo terhadap perubahan nilai
resistansi potensio. Resistansi ini berfungsi
menentukan nilai tegangan pada lampu. Juga untuk
mengetahui sistem yang digunakan dapat bekerja
sesuai dengan yang diinginkan.
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Motor Servo Terhadap
Dimmer
Bedasarkan tabel 3 hasil pengujian putaran motor
servo terhadap potensio sudah bekerja dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan. Dimana ketika
putaran sudut servo kecil menghasilkan nilai
resistansi potensio besar. Hal ini mengakibatkan
tegangan pada lampu kecil. Begitu pula sebaliknya
jika putaran sudut servo besar maka nilai resistansi
yang dihasilkan kecil sehingga mengakibatkan
tegangan pada beban lampu besar. Hal ini
dikarenakan nilai resistansi yang dihasilkan juga
berubah ubah
0
20
40
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Suhu Thermometer (ºC)
Suhu Pembacaan DHT 11 (ºC)
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 50
4.4 Pengujian Metode Fuzzy Logic pada
Keseluruhan Sistem
Pengujian metode kontrol logika Fuzzy untuk alat
yang digunakan untuk optimalisasi suhu pada proses
fermentasi tape dilakukan dengan memasukkan
setiap fungsi keanggotaan yang telah dijelaskan pada
BAB III dan set point yang diberikan, serta
melakukan analisis respon sistem yang diberikan
metode control logika fuzzy. Hal ini dimaksud untuk
mengetahui apakah metode ini dapat mengatur
optimalisai suhu pada proses fermentasi tape dengan
baik dan efektif serta efisien dalam penerapan dan
penggunaannya. Pengujian dilakukan selama 60
menit dikarenakan untuk mengetahui kestabilan
system
1. Set Point 36º C Tanpa Beban
Gambar 18. Respon Sistem Dengan Kontrol Logika
Fuzzy Tanpa Beban
Gambar 18 merupakan respon sistem menggunakan
kontrol logika Fuzzy tanpa beban. Tanpa beban
disini ruangan dibiarkan kosong tanpa isi singkong
yang akan diproses. Respon diberikan nilai set point
sebesar 36º C. Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit
untuk mencapai nilai set point. Ketika suhu
mendekati set point maka nilai suhu mulai
distabilkan oleh sistem. Hal ini menunjukkan bahwa
control logika Fuzzy yang digunakan pada sistem
telah bekerja dengan baik.
2. Set Point 36º C dengan Beban Singkong 3 Kg
Gambar 19. Respon Sistem Kontrol Logika Fuzzy
Dengan Beban Singkong 3 KG dan Set Point 36º C
Gambar 19 di atas merupakan respon sistem
menggunakan kontrol Logika Fuzzy dengan beban
yaitu berupa singkong rebus sebanyak 3Kg yang
telah didinginkan dan diberi ragi. Respon diberikan
nilai set point sebesar 36º C. Dengan nilai set point
tersebut, sistem membutuhkan waktu kurang lebih
30 menit untuk mencapai nilai tersebut. Pada
gambar 19 juga menunjukkan bahwa ketika suhu
sudah mendekati nilai 36º C maka nilai suhu mulai
stabil yang menunjukkan bahwa control Logika
Fuzzy yang diterapkan bisa bekerja dengan baik.
Pada gambar 19 juga terdapat sedikit ripple yang
dikarenakan noise berupa suhu yang dihasilkan
singkong yang telah diberi ragi cenderung masih
dingin yang secara tidak langsung juga
mempengaruhi ruangan, sehingga suhu berada di
bawah atau di atas nilai set point namun masih
berada di dalam range terdekat nilai set point.
Tabel 4. Respon Sistem Terhadap Waktu
Pada tabel 4 di atas dapat dilihat respon sistem
terhadap waktu. Dari tabel 4 juga dapat dilihat nilai
error suhu yang mempunyai rata rata 1,1 %.
Pembacaan sensor cenderung lebih tinggi
disebabkan oleh noise yang dihasilkan oleh
singkong yang masih dingin.
3. Set Poin 36º C dengan Beban Singkong 6 Kg
Gambar 20. Respon Sistem dengan Kontrol Logika
Fuzzy dengan Beban Singkong 6 Kg dan Set Point
36º C
0
10
20
30
40
50
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
Suh
u
Waktu
0
10
20
30
40
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
Suh
u
Waktu
0
20
40
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
Suh
u
Waktu
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 51
Gambar 20 diatas merupakan respon sistem
menggunakan kontrol Logika Fuzzy, dengan beban
yaitu berupa singkong rebus sebanyak 6 Kg yang
telah didinginkan dan diberi ragi. Respon diberikan
nilai set point yang sama, yakni 36º C. Dengan
menggunakan nilai set point tersebut, sistem
membutuhkan waktu yang lebih lama yakni kurang
lebih sekitar 40 menit untuk mencapai kestabilan.
Hal ini dikarenakan jumlah berat singkong yang
diberikan lebih banyak sehingga mempengaruhi
suhu di dalam ruang proses fermentasi. Dengan
lebih banyaknya singkong udara cenderung lebih
lama dinaikan karena singkong sebelumnya
singkong telah mengalami proses pendinginan
sebelum diberi ragi. Hal ini menyebabkan noise
pada sistem lebih banyak daripada sebelumnya.
Noise juga mengakibatkan suhu berada di atas atau
dibawah nilai set point namun masih berada di
dalam range terdekat set point Pada gambar 20 juga
menunjukkan bahwa ketika suhu sudah mendekati
nilai 30º C maka nilai suhu mulai stabil walaupun
terjadi sedikit penurunan pada prosesnya, ini
menunjukkan control Logika Fuzzy bisa bekerja
dengan baik.
Tabel 5. Respon Sistem Terhadap Waktu
Pada tabel 5 di atas dapat dilihat respon sistem
terhadap waktu. Dari tabel 5 juga dapat dilihat nilai
error suhu yang mempunyai rata rata 1,5 %.
Pembacaan sensor cenderung lebih tinggi
disebabkan oleh penambahan noise yang dihasilkan
oleh singkong yang masih dingin. Dengan lebih
banyaknya singkong yang ditambahkan maka lebih
besar pula pengaruh suhu internal singkong terhadap
ruang.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan pengujian
yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa alat untuk mengatur suhu
ruang pada proses fermentasi singkong
menjadi tape telah berhasil dibuat dan bekerja
dengan baik serta efisien. Dan berikut ini
merupakan kesimpulan lain yang didapatkan :
1. Perancangan suhu dan sistem sirkulasi
udara telah optimal karena redup
terangnya lampu sebagai pengatur suhu
dan sirkulasi udara oleh kipas DC telah
berjalan dengan sinkron.
2. Penggunaan Kontrol Logika Fuzzy
sebagai pengatur suhu pada ruang proses
fermentasi tape sudah mampu membuat
sistem stabil sesuai dengan set point
yang diinginkan, karena memiliki nilai
error rata rata 1,2%. Error yang
dihasilkan sistem menunjukkan bahwa
sistem sudah bekerja dengan baik karena
batas toleransi maksimal error adalah
±5%
Alat pengaturan pada ruang fermentasi
tape ini masih banyak memiliki kekurangan.
Perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan
agar alat ini dapat bekerja lebih efektif dan
efisien. Ada beberapa hal yang dapat
disarankan untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan, yaitu :
1. Dari segi mekanik, sebaiknya besarnya
box penyimpanan lebih diperbesar agar
mampu menampung lebih banyak lagi
jumlah tape, dengan petimbangan juga
menambah actuator di dalamnya
2. Dari segi elektronik, wiring elektro
perlu disempurnakan sehingga
tampilan lebih rapi.
3. Dari segi software, perlu adanya
metode kontrol lain sebagai
perbandingan apakah metode baru yang
digunakan bisa lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wahyo Setiyo, M. A. Ulfah. Desember 2015.
Pengendalian Suhu dan Himidity pada Alat Pengering
Seledri Menggunakan Kontrol Fuzzy Logic. Edu
Elektrika Jurnal Universitas Negeri Semarang, vol 4, no
2.
[2] O.K Achi., 2005. Comparative Assessment of
Fermentation Techniques in The Processing of
Traditional Fermented Cassava. UMS : 224-229.
[3] M. A. H. Shah, D. A. Sutama, Rusiana, dan H.E. Hadi. Oktober 2014. Rancang Bangun Pengaturan Suhu dan
Kelembaban untuk Optimasi Proses Fermentasi Tempe.
The 14th Industrial Electronics Seminar.
[4] Simbolon Karlina. Oktober 2008. Pengaruh Persetase
Ragi Tape dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Tape
Ubi Jalar. Universitas Sumatera Utara Repository.
[5] Dewanto Gunawam, Hartini Sri, H. R. Agustinus. April
2015. Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk
Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi.
JURNAL ELKOLIND, MEI 2017, VOL.04, N0. 1 52
Jurnal Rekayasa Elektrika Universitas Kristen Satya
Wacana, vol. 11, no. 3.
[6] E. M. Nova, E. P. Agfianto, M. I. Reza. November 2012.
Perancangan Perangkat Keras Pengendali Fuzzy Berbasis
Mikrokonroller Atmega32 sebagai Pengendali Suhu dan
Kelembaban. The 1th Symposium in Industrial
Technology. Yogyakarta.
[7] H. Nainggilan, M.Yusfi. Juli 2013. Rancang Bangun
Sistem Kendali Temperatur dan Kelembaban Relatif
pada Ruang dengan Menggunakan Motor DC berbasis
Mikrokontroler ATMEGA 8535. Jurnal Fisika Unand,
vol 2, no. 3, pp.140-147.
[8] Istiyanto, Jazi Eko. 2014. Pengantar Elektronika dan
Instrumentasi. Yogyakarta: Andi Offset.