majaszine #10

20
1 | Majaszine #10

Upload: senartogok

Post on 25-Jul-2016

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Majaszine #10

TRANSCRIPT

Page 1: Majaszine #10

1 | M a j a s z i n e # 1 0

Page 2: Majaszine #10

2 | M a j a s z i n e # 1 0

Majaszine #10 Publikasi Propagasi

Anti © 2016

Layout: Nanang Suroso

Sampul & Desain: Sunarto

CV. Kertas Imaji

Jl. Sunkencourt No. 68

Bandung

Page 3: Majaszine #10

3 | M a j a s z i n e # 1 0

[Film] Godfellas (1990)

Oleh: Aditya Firman a.k.a PHX

Judul : Goodfellas

Sutradara : Martin Scorsese

Tanggal Rilis : 21 September 1990

Durasi : 146 menit

Genre : Biografi, Kriminal, Drama

Pemeran : Robert De Niro, Ray Liotta, Joe Pesci

“You know, we always called each other good fellas. Like you said to, uh, somebody, "You're

gonna like this guy. He's all right. He's a good fella. He's one of us." You understand? We

were good fellas. Wiseguys. But Jimmy and I could never be made because we had Irish

blood. It didn't even matter that my mother was Sicilian. To become a member of a crew

you've got to be one hundred per cent Italian so they can trace all your relatives back to the

old country. See, it's the highest honor they can give you. It means you belong to a family and

crew. It means that nobody can fuck around with you. It also means you could fuck around

with anybody just as long as they aren't also a member. It's like a license to steal. It's a

license to do anything. As far as Jimmy was concerned with Tommy being made, it was like

we were all being made. We would now have one of our own as a member.” - Henry Hill

Kehidupan dunia hitam memang memiliki sensasinya tersendiri untuk dijalani. Kebebasan

penuh bisa dimiliki untuk melakukan banyak hal, namun terkadang memiliki banyak resiko

yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tapi apa lagi yang diinginkan manusia selain

Page 4: Majaszine #10

4 | M a j a s z i n e # 1 0

kebebasan? Manusia ribuan tahun konflik hanya untuk saling merebutkan satu hal tersebut.

Hal itu juga lah yang diceritakan oleh Henry Hill dalam kesaksiannya selama menjadi mafia

pada keluarga Lucchese yang kemudian menjadi buku berjudul “Wiseguys” oleh Nicholas

Pileggi dan selanjutnya menjadi film berjudul “Goodfellas” oleh Martin Scorsese.

Awalnya film yang berdurasi hampir 3 jam ini ingin diberi judul “Wiseguy” oleh Scorsese,

mengikuti buku yang menjadi basis utama ceritanya, namun karena pada masa itu ada serial

TV yang berjudul sama, maka untuk mencegah ambiguitas, Scorsese menggantinya dengan

“Goodfellas”. Intinya sama, sebutan untuk mereka-mereka yang bersama-sama menggunakan

kebebasan semau mereka. Entah itu memang sebutan nyata atau hanyalah improvisasi dari

Pileggi ataupun Scorsese, yang jelas itu jadi semacam sarkasme. Memang cukup menarik

bahwa kisah kehidupan seorang mafia bisa dikisahkan penuh di sini.

Goodfellas secara umum memang menceritakan kisah hidup Henry Hill (Ray Liotta), seorang

mafia yang sejak kecil telah terlibat dalam dunia hitam itu hingga akhirnya kemudian

berbalik menjadi informan buat pemerintah. Kisah yang diceritakan dalam film ini memang

langsung merupakan cerita dari Henry. Tidak ada plot utama yang terlihat dalam film. Benar-

benar seperti hanya menceritakan alur hidup Henry sejak kecil dari peristiwa satu ke

peristiwa lainnya. Henry Hill awalnya hanya diminta berjual rokok hasil curian dalam

jaringan keluarga Paulie Cicero (Paul Sorvino). Dari pekerjaan sederhana itu, Henry belajar

banyak hal mengenai kehidupan mafia dan bertemu dengan dua orang yang kemudian

menjadi rekannya untuk beberapa waktu ke depan, yaitu James Conway (Robert De Niro)

dan Tommy DeVito (Joe Pesci). Hingga besar Henry terus menjalani kehidupan sebagai

mafia dan terlibat dalam banyak tindakan, mulai dari pembunuhan, penyelundupan narkoba,

perampokan, penyuapan, dan lain sebagainya. Pada suatu titik kritis, Henry, James, dan

Paulie ditangkap, namun Henry, dengan program perlindungan saksi, membongkar

segalanya.

Mengenai kecocokan dengan realita, mungkin tidak perlu diragukan lagi, karena ini berasal

dari kesaksian langsung pelaku. Tapi tetap tentu akurasi tidak bisa sepenuhnya 100% karena

ini hanyalah film yang diskenario dan memiliki banyak improvisasi. Film ini berlatar waktu

sekitar 1955-1980. Hampir semua tokoh yang ditampilkan dalam film mengalami

pengubahan nama dari realita selain beberapa orang termasuk Henry Hill sendiri untuk

menghormati keluarga yang terkait (karena yang diubah hanyalah nama belakang), seperti

James Conway yang seharusnya Jimmy Burke, Tommy DeVito yang seharusnya Tommy

DeSimone, atau Paulie Cicero yang seharusnya Paul Vario. Keluarga Mafia yang diceritakan

di sini pun jelas mengalami pengubahan nama.

Keluarga Cicero dalam film merupakan keluarga Lucchese di dunia nyata, yang mana

merupakan salah satu dari 5 keluarga kriminal terorganisir terbesar di Amerika pada masa itu.

Empat keluarga lainnya adalah Bonanno, Colombo, Gambino, dan Genovese. Dalam film

Godfather, 5 keluarga ini direpresentasikan dengan 5 nama yang berbeda. Ya tentu saja,

kehidupan mafia itu nyata dan seakan dimaklumi oleh masyarakat maupun pemerintah. Apa

yang terjadi di dunia bawah tanah pun sebenarnya berperan banyak dalam aliran ekonomi

bila bisa dibuat legal, namun selama masih ilegal, semua putaran uang itu hanya mengisi

kantong-kantong tertentu. Salah satu fakta menarik adalah bahwa kasus perampokan yang

terjadi pada Bandara John F. Kennedy pada 1978, yang menjadi salah satu sorotan utama

pada Goodfellas, baru benar-benar terselesaikan pada Januari 2014 dengan ditangkapnya

beberapa tokoh kriminal utama di New York terkait kasus tersebut.

Page 5: Majaszine #10

5 | M a j a s z i n e # 1 0

Menonton Goodfellas terasa menonton film dokumenter biografi sungguhan, namun dengan

pembawaan fiksi. Hal ini disebabkan kejadian demi kejadian ditayangkan satu per satu

seakan memang tengah bercerita suatu rangkai kehidupan seorang Henry Hill secara

komprehensif. Dengan narasi yang membantu menjembatani rangkai kejadian, kita seperti

terbawa langsung dalam kehidupan gelap Henry Hill. Apalagi pembawaan Scorsese cukup

khas dalam “bercerita” suatu kehidupan melalui film, seperti bagaimana ia membuat The

Wolf of Wall Street (2013) dengan cara yang sama. Awalnya mungkin kita akan cukup

kesulitan mengikuti cerita karena beberapa rangkai peristiwa ditampilkan cukup cepat dan

kemudian berpindah ke peristiwa lainnya tanpa ada hubungan yang jelas, membuat kita

sedikit sukar menemukan benang merah ketika setelah ini maka ini kemudian ini. Contoh

sederhannya adalah ketika Billy Batts tiba-tiba dibunuh oleh Tommy hanya karena

mengejeknya. Kejadian itu seakan langsung menimbulkan tanya, “apa yang terjadi?” dalam

pikiranku. Tapi kurasa itulah kekurangan dari menceritakan sesuatu narasi yang panjang

melalui film, mau tidak mau pasti diperingkas dan dipadatkan hingga informasi yang

tersampaikan terkadang begitu implisit atau bahkan tidak lengkap.

Kejeniusan Martin Scorsese dalam membuat film memang terbukti di sini. Untuk membuat

film dengan banyak dialog tentu tidak mudah. Oleh karena itu ia hanya memberikan beberapa

materi cerita pada aktor dan menyuruh mereka berimprovisasi. Dari beberapa percobaan, ia

mengambil kalimat-kalimat terbaik untuk menjadikannya naskah yang asli, itupun masih

dapat diimprovisasi lagi. Ketika adegan marahnya Tommy di tempat makan ketika dikatakan

lucu pun Scorsese tidak memberitahu apa yang akan terjadi pada semua aktor lain agar

ekspresi kaget yang tercipta bisa natural. Selain itu plot cerita yang dibuat pun begitu

mengalir seiring waktu berlalu mengiringi kehidupan Henry. Maka sudah jelas jika film ini

memborong 38 penghargaan dari berbagai institusi dan festival seperti Oscar atau BAFTA.

Bahkan, Goodfellas mendapat penghargaan "culturally, historically, and aesthetically

significant" dan terpilih untuk preservasi dalam Register Film Nasional oleh US Library of

Congress. Dengan semua itu, film ini sering dianggap sebagai salah satu film terbaik

sepanjang masa, baik dalam genre kriminal maupun drama.

Aku sendiri cukup kagum dengan bagimana Scorsese bisa menggambarkan kehidupan mafia

semirip mungkin. Sebenarnya untuk diklarifikasi pun cukup sulit, karena ya tentu saja yang

bisa mengetahui apakah memang kehidupan kriminal adalah seperti yang digambarkan film

hanya orang-orang yang secara langsung telah mengalami. Salah satu yang menarik adalah

cara berbicara mereka yang begitu kasar, bahkan terhitung sekitar 312 kali kata “fuck”

terucapkan. Bahkan awalnya Scorsese dan kawan-kawan cukup khawatir akan ada banyak

respon negatif terkait betapa kasarnya dialog-dialog yang terucap, serta beberapa adegan-

adegan kekerasan yang mungkin kurang bisa diterima, namun pada akhirnya film ini tetap

diterima secara luas, tertutupi oleh reputasi Scorsese sebagai sutradara film. Agar semuanya

dapat menghayati kisah dengan baik, semua tokoh utama di Goodfellas, Robert De Niro, Joe

Pesci, dan Ray Liotta, cukup sering berdiskusi dengan Nicollas Pileggi, yang kemudian juga

membagikan hasil-hasil risetnya selama menulis Wiseguys. Nicolas tentu telah melakukan

banyak riset terkait kisah ini karena tentu ini adalah cerita yang sensitif dan butuh kehati-

hatian dalam menuliskannya.

Menonton film ini memunculkan rasa takut sekaligus rasa penasaran dengan dunia mafia.

Membayangkannya mungkin terasa menyenangkan memiliki kebebasan untuk melakukan

banyak hal tanpa harus terikat aturan atau batasan-batasan umum, walau gantinya adalah

resiko yang tinggi dan kehidupan yang mungkin bisa dikatakan “tidak sehat”, baik secara

fisik maupun psikis. Tentu jika berbicara etika, sudah tidak perlu dibahas lagi, walau

Page 6: Majaszine #10

6 | M a j a s z i n e # 1 0

sebenarnya mengenai baik dan buruk sendiri pun sangat tergantung perspektif tertentu.

Mereka tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas apa yang mereka lakukan, karena adanya

dunia itu tentu memiliki banyak faktor dan sebab yang mungkin mereka hanyalah korban dari

faktor itu. Ya terlepas dari itu, di sini terlihat bahwa dalam menjalani hidup, ketika

mendapatkan sesuatu, pasti ada sesuatu lain yang hilang, atau ketika kehilangan sesuatu, pasti

ada sesuatu lain yang kita dapatkan. Prinsip keseimbangan sederhana. Ketika kita ingin

kehidupan normal dan sehat, mungkin kita akan kehilangan banyak kebebasan kita, atau

sebaliknya, seperti yang diinginkan Henry, ketika kita ingin hidup dengan banyak kebebasan,

tentu kehidupan kita tidak akan normal dan selalu dihantui kegelisahan dan ketidaktenangan.

Di sini aku sedikit sadar akan betapa relatifnya kata “baik”. Ya, goodfellas memiliki

maknanya sendiri-sendiri. Siapa lah yang bisa disebut goodfellas atau wiseguys di sekitar kita

tentu akan beda-beda tiap golongan masyarakat. Yang jelas, selalu dalam setiap kelompok

masyarakat, orang-orang dalam lingkaran tertentu akan saling membantu dan menjadi

pahlawan ataupun orang baik buat sekitarnya, di kelompok itu tentunya. Mengenai apakah itu

beneran “baik” atau enggak, siapa kita berhak menghakimi. Yang penting jika kita sudah

punya standar baik, maka pegang itu sebagai dasar kita bertindak dan hidup selanjutnya.

“For as long as I can remember I always wanted to be a gangster. To me that was better than

being president of the United States. To be a gangster was to own the world.”

- Henry Hill

(PHX)

Page 7: Majaszine #10

7 | M a j a s z i n e # 1 0

OH INDAHNYA

Kau tak punyai indah

kecuali kau indahkan

Itupun kau meminjam keindahan

Dari indah sebelumnya

Aku pula tak punya

Aku hanya mengindahkan sobekan

Tanpa yakin apakah ini akan indah

Diantara lembaran keindahan yang

maha

Indahkanlah dengan utuh

Kesakitan-kesakitan

Ketakutan-ketakutan

Indahkanlah…

keindahan-keindahan

Tiada hal yang tiada indah

Jika semua terindahkan

Dengan cara indah

Oh indahnya…

(Djejak Manoesia Pendosa)

Page 8: Majaszine #10

8 | M a j a s z i n e # 1 0

Antara Postmodernisme dan Postradisionalisme

Oleh: Fauzan Anwar

Mungkin sebagian dari kita masih merasa asing dengan gagasan postmodernisme atau

postradisionalisme. Pada dasarnya kedua gagasan tersebut lahir sebagai respon atas

kegelisahan dan kegamanganya terhadap paham modernisme. Postmo dan postra memeliki

kesamaan namun juga memiliki perbedaan yang khas. Postmodern pertama kali muncul di

Prancis sekitar tahun 1970-an. Pada awalnya postmodern lahir terhadap kritik arsitektur,

memang harus kita akui kata postmodern itu sendiri sebenarnya muncul sebagai bagian dari

modernitas. Namun peluasan makna dan pemahamanya menjadikan postmo liyan bagi paham

modernisme. Charles Jencks dengan bukunya “The Language of Postmodern”. Architecture

(1975) menyebut postmodern sebagai upaya untuk mencari pluralisme gaya arsitektur setelah

ratusan tahun terkurung satu gaya. Ada kejadian unik di bulan juli tahun 1972, sebuah

bangunan yang melambangkan kemodernisasian di ledakkan dengan dinamit. Peristiwa

peledakan ini oleh sebahagian pemikir dianggap sebagai kematian modern dan menandakan

kelahiran postmodern.

Bertitik tolak dari hal tersebut postmodern mulai memasuki ranah umum. Pemikiran dan

gagasan postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang kehidupan termasuk filsafat.

Kata ‘post’ sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode akan tetapi lebih

merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal yang berbau modern atau

beyond modernity. Postmodern ini lahir sebagai kritik atas realitas modern yang dianggap

telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahan. Ajaran utama dari gagasan posmodern

adalah penolakanya atas narasi-narasi besar yang muncul pada dunia modern. lalu

memberikan tempat bagi narasi kecil yang tersebar dan beraneka ragam untuk menampakkan

eksistensinya. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa hal-hal dibanggakan oleh pikiran

modern itu untuk diragukan dan apa yang dulu dianggap rendah justru dihargai dan dilakukan

pemekaran terhadapnya.

Page 9: Majaszine #10

9 | M a j a s z i n e # 1 0

Pendekatan postmodernisme sangat didasarkan pada subjektivitas. Salah satu pemikiran

postmo yang paling kentara akan gagasan subjektivitas ini adalah Jaques Derida. Dalam

pemikiranya Derrida memperkenalkan istilah Dekontruksi. Dekontruksi adalah sebuah

metode hermeneutika yang menjelaskan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-

anggapan yang dianggap absolut. Padahal teks adalah benda yang mati sehingga dapat

dibangun kembali pondasinya. Jacques Derrida mengatakan bahwa kita selalu cenderung

untuk melepaskan teks dari konteksnya. Sehingga banyak kebenaran yang diangap final. Hal

Inilah yang Derrida sebut sebagai logosentrisme. Yaitu,kecenderungan untuk mengacu

kepada suatu metafisika tertentu.

Postmodernisme juga berusaha menciptakan bias makna serta mempertanyakan kembali

gagasan-gagasan besar yang telah menghegemoni umat manusia dewasa ini. Michael

Foucault berpendapat bahwa melalui gagasan postmodernisme, realitas akan menampakan

fenomena sejati hubungan antara ilmu dan kekuasaan. Paham postmo ini sangatlah pelik.

Berbagai macam ‘tren’ pemikiran lahir dari pondasi berfikir postmodernisme. Salah satu tren

yang lahir akibat efek dari postmodernisme ini adalah gagasan postradisionalisme.

Paham Post-tradisionalisme “postra” adalah sebuah konstruk intelektual yang berpijak dari

kebudayaan dari dalam bukan tekanan dari luar. Gagasan postra ini sejatinya adalah sub

bagian dari gagasan postmodernisme. Gagasan Post-tradisionalisme bertitik tolak dari

transformasi sebuah tradisi dalam upaya pembentukan tradisi baru yang berakar pada

keberadaan kebudayaan sendiri yang masih bias. Sepengetahuan penulis gagasan Post-

tradisionalisme mulai mencuat ke permukaan oleh para intelektual muda Nahdatul ulama

(NU) yang dipengaruhi oleh para pemikir islam modernis seperti Fazlur Rahman ,Abed al

jabiri, Mohamed Arkoun ,Nasr hamid abu zayd dll. NU yang bernafaskan islam mengagas

pemikiran post-tradisionalisme Islam ini dengan pondasi kebudayaan lokal. Sehingga dalam

tahap perkembanganya ‘tren’ bahwa Islam itu identik dengan arab mulai dikritisi dari akar-

akarnya. Tujuanya adalah untuk menampakan Islam secara hakikat yang tidak terbentur

dalam suatu kontruks kebudayaan tertentu.

Gerakan Post-Tradisionalisme ini adalah semacam “lompatan tradisi”. Yang berangkat dari

suatu tradisi yang secara terus-menerus berusaha memperbaharui dirinya sendiri dengan cara

mendialogkan dengan modernitas. Mohammed Arkoun menjelaskan bahwa kemunculan post

tradisionalisme Islam dipicu oleh kejumudan berpikir dalam konteks pemikiran islam dengan

indikator: tunduk pada wahyu dan ortodoksinya, penghormatan pada otoritas dan

keagungannya (imam mazhab dalam konteks fiqih, teologi dan tasawwuf) dan lain

sebagainya. Post-tradisionalisme sangat kental dengan nuansa kultural,teologis

antroposentrik, dan filosofis-sosiologis. Berbeda dengan paham postmo yang bersifat lebih

universal.

Persamaan antara postmo dan postra terletak pada kritiknya terhadap paham modern. Namun

berbeda dalam upaya pengembanganya. Gagasan Postra lebih terkukung dengan sebuah

kontruks teologis dan budaya tertentu. Penulis menyimpulkan bahwa gagasan postra sejatinya

adalah sub bagian dari paham postmodernisme yang lebih cantik. Karena jika kebudayaan

yang ada di setiap negara dikembangkan oleh gagasan postra,penulis yakin akan terjadi

dinamika sejarah yang bersifat harmonis.

Dewasa ini jika kita berfikir berdasarkan paham postmodernisme dan postradisionalisme

maka sejarah ilmu pengetahuan dapat dilacak pergerankanya sehingga terhindar dari

keterpengaruhan paradigma-paradigma yang bersifat eksploitasi positivistik.

Semoga Bermanfaat.

Page 10: Majaszine #10

10 | M a j a s z i n e # 1 0

Hega D.M | Personal Jesus

Page 11: Majaszine #10

11 | M a j a s z i n e # 1 0

TRAYEK 08

Oleh: Kelana Wisnu

Bener-bener susah jadi supir angkot di ibukota. Banyak dukanya. Kalo ada macet kita yang

disalahin. Gak tau juga kenapa orang-orang suka menyalahkan. Ibukota sangat kejam. Hanya

namanya saja “ibukota”. Tapi kelakuan kota ini tidak seperti ibu yang menyayangi dan

mengayomi anaknya. Malah lebih kejam dari ibu tiri dalam kisah-kisah dongeng seperti

“Bawang Merah, Bawang Putih”. Benar-benar kejam. Duh.

Dua tahun aku narik angkot di ibukota. Lebak Bulus–Bintaro trayek nomor nol delapan

dengan nama Sibolga Rantau. Ya, aku memang adalah seorang perantau dari Sibolga, niatnya

mau mengadu nasib, eh tapi kalah adu gara-gara kena tipu. Sebelum narik angkot aku bekerja

sebagai marketing di sebuah perusahaan. Karena tipu-menipu adalah hal yang lazim di dunia

bisnis, aku jadi kena juga. Uang tabunganku habis untuk membayar utang. Ujungnya kena

PHK.

Kalau hidup di ibukota jangan terlalu baik. Terlalu baik salah kalau di sini. Terlalu kejam

juga salah. Ya, minimal balance lah. Baik iya, kejam juga iya. Tapi sayang, aku tidak pernah

diajari menjadi seorang munafik. Jadi aku terayu oleh rayuan para munafik, dan tabik

kegagalan menyapaku. Jatuhnya bisnis dan pekerjaanku gara-gara seorang teman. Dia

merayu untuk ini dan itu. Semua modal aku berikan karena simpatiku terhadap bujuk

rayunya, dan setelah itu ia pergi lalu aku kelabakan.

Setelah di PHK, aku jadi pengangguran. Kerjaaanku hanya nongkrong di terminal lebak bulus

bersama supir angkot batak. Di sana aku mengenal mereka, perkenalan dengan orang batak

katanya harus adu tinju dulu, dan aku lakukan itu. Soal tinju-meninju menggunakan tangan

aku ahlinya tapi kalau tinju-meninju dengan modal aku pencundangnya. Salah seorang dari

supir angkot itu langsung masuk rumah sakit karena tinju kiriku. Akhirnya aku ditawari

sebuah pekerjaan oleh teman-teman nongkrongku itu. Tentu pekerjaan itu bukan di bidang

marketing, pekerjaan itu adalah narik angkot. Setelah kupikir-pikir ada baiknya juga daripada

menganggur.

Sebulan jadi supir angkot aku menjadi sering emosi. Di jalan semua orang ngawur, dan

kengawuran itu kadang di benarkan oleh mereka sendiri. Tak jarang aku turun dari angkotku

untuk meninju mereka yang nyolot karena merasa tidak diberi jalan. Emang dipikir ini jalan

emaknye! Padahal mereka yang salah karena nubruk angkotku, eh malah aku yang

diceramahi: “Kalau bawa angkot yang bener pak!” Langsung naik pitam lah aku. Kutinju

sekali mampuslah dia. Hal seperti ini tak sekali dua kali terjadi, hampir setiap hari. Mungkin

karena semua orang merasa yang paling benar dan karena itu mereka hobi menyalahkan.

Dulu ketika aku masih belum jadi supir angkot sering ku mendengar omelan bahwa

kemacetan di jalan itu disebabkan para supir angkot yang seenak udelnya memarkir angkot

mereka. Saat itu aku pikir ada benarnya. Tapi ketika sudah menjadi supir angkot aku merasa

opini itu tak sepenuhnya benar. Kemacetan itu disebabkan oleh semua orang yang nggak mau

ngalah. Kalau udah bawa mobil pribadi, jalan juga di anggep jalan pribadi. Menyebalkan

bukan?

Soal macet bukan di cari solusinya malah di tambah, bagaimana sebenarnya peran

pemerintah dalam mengatur negara? Membeli motor sangat mudah dan murah, hanya dengan

lima ratus ribu rupiah motor bisa dibawa pulang. Payah! Tentu tidak dibayar lunas, tak lain

tak bukan dengan kredit alias ngutang. Tak jarang mereka yang tak sanggup membayar

Page 12: Majaszine #10

12 | M a j a s z i n e # 1 0

cicilan bulanan di jabel motornya. Tapi itu masih mending daripada sewa motor. Kalau di

itung-itung lebih murah! Meskipun nama nasabah yang motornya di jabel tadi akan

mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan utang-mengutang di bank karena namanya di

black list. Aku rasa mereka tak berpikir sejauh itu.

Banyaknya motor yang berseliweran dan bermanuver zig-zag membuat resah. Tak sedikit

kecelakaan terjadi karena manuver yang ngaco itu. Tapi ujung-ujungya kami lagi yang

disalahkan. Sepertinya supir angkot diciptakan untuk disalahkan walaupun lazimnya kami

ada untuk mengantar, tentu jargon kami juga sama dengan para penjual jasa yang lain:

Kepuasan Anda Adalah Tujuan Kami!

Jika semakin menggubris pendapat umum hari-hari kami pasti akan dihabiskan dengan

marah-marah dan tak jelas. Malah-malah bisa mengahabiskan uang untuk berobat karena

terkena hipertensi. Maka hal-hal yang seperti itu tidak kami pedulikan sedikit pun. Toh kita

semua sama-sama cari makan. Mending tenaga yang ada di habiskan untuk bekerja daripada

menggubris pendapat mereka yang sontoloyo itu!

Perkembangan transportasi masal di ibukota sangat pesat. Kini sudah ada kereta bawah tanah

atau yang lebih keren disebut kata inggrisnya Metro Rail Transit (MRT), ada juga kereta

yang memiliki jalurnya sendiri di atas tanah Light Rail Transit (LRT), dan jalur bus

transjakarta yang biasa disebut keren dengan kata inggrisnya juga: bus way kini sudah berada

di atas tanah. Entah kenapa orang-orang suka sekali menggunakan istilah bule, padahal

mereka semua masih makan pecel lele.

Nasib supir angkot yang mengandalkan setoran kepada juragan mulai terancam. Seperti yang

tadi aku bilang bahwa mengadu nasib di ibukota itu benar-benar beradu. Bisa mampus kalau

tidak mempunyai amunisi peluru berupa soft skill dan sertifikat setumpuk. Sementara belum

ada sekolah Akademi Supir Angkutan Indonesia (ASAI) yang di dirikan secara sah oleh

pemerintah, dibiayai negara, dan nantinya jika lulus diangkat jadi pegawai negeri tingkat 3A.

Ceramahku tidak membahas masalah ini dengan teori atau judul yang biasa di pakai oleh para

pemapar ternama agar terkesan wah. Cerita tadi memang sebuah pengalaman pribadiku.

Judul materi ini pun terkesan tak berarti, tapi sebenarnya itu memiliki filosofi tersendiri.

Semua masalah yang kita hadapi sekarang harus di nolkan, dan permasalahan pokok yang

harus di tekan itu ada delapan: Kebodohan, Kemalasan, Kemacetan, Kemiskinan,

Kemunafikan, Kebohongan, Korupsi.

Jadi permasalahan pokok yang aku sebutkan tadi ada berapa jumlahnya? Ada berapa?

Delapan?! Nah, ini dia permasalahan kita! Saya tadi baru menyebut tujuh masalah.

Permasalahan terakhir kita yang harus ditekan adalah kurang teliti. Lengkaplah delapan

masalah yang harus saya sebutkan.

Sebagai Menteri Perhubungan yang masa lalunya adalah supir angkot saya tidak bisa

menyelesaikan masalah dengan teori yang bertele-tele dan akhirnya hanya menyisakan

berlembar-lembar kertas kajian yang tak pernah di aplikasikan. Saya mengajak kalian semua

untuk naik angkot dan mengurangi menggunakan kendaraan pribadi, dan sekali lagi saya

mengajak kalian semua para mahasiswa penerus bangsa yang nantinya akan menggantikan

saya untuk Kerja! Kerja! Kerja!

Jatinangor, 7 Desember 2015

Page 13: Majaszine #10

13 | M a j a s z i n e # 1 0

IQBAL TAWAKAL | MEDITASI

Page 14: Majaszine #10

14 | M a j a s z i n e # 1 0

Karya Menyendu Bukan Untukmu

Oleh: Naufal Rofi

sendu/sen·du/ a berasa sedih dan pilu; duka cita; sedu;

Tak ada salahnya ketika aku berpikir bahwa hidup adalah tentang karya. Jatuh bangun

menerka makna hidup yang dijalani bukan kesia-siaan, melainkan ilham yang kuterima.

Bukan dari sesuatu yang ilahi, tapi dari diri sendiri.

Pengalaman aku hargai sebagai anugerah. Pelan-pelan menempa aku yang manusia menjadi

sesuatu yang aku harap lebih baik, semakin lebih baik setiap harinya. Yang aku syukuri dari

sisa-sisa diriku, adalah mungkin aku yang berani mencoba. Hasil bukan masalah, nampaknya,

karena aku diajari untuk selalu menyelami prosesnya dan belajar darinya.

Maka hidup tetap adalah karya.

Karya bukan berarti kemegahan. Prosesnya juga tidak selalu indah atau membahagiakan.

Karya yang diciptakan adalah tergantung kita mengilhaminya.

Karya mau megah, indah, ataupun jelek, dan seadanya. Tetap karya. Sekecil apapun.

Karya bagiku tidak harus buat orang lain. Atau juga tak harus dimengerti orang lain. Karya

bagiku karena dari diriku sendiri, maka kuutamakan hanya untuk diriku. Sisanya ya terserah

orang lain saja mau menghargainya atau tidak.

Aku berkarya, kebanyakan, dalam suasana sendu. Hujan. Senja. Tengah malam. Dingin.

Puisi, lagu, gambar-gambar. Jelmaan dari rasa yang aku tak bisa ungkapkan, yang pelan-pelan

kumuntahkan kembali dari tangan atau mulutku. Melankolia ditambah musik-musik yang aku

cinta. Bak katalis bagi seluruh badan. Penyemangat juga.

Dan rasa sendu, padanya kuucapkan terima kasih. Setidaknya ia membuat diriku produktif,

dalam artianku sendiri.

Ah, entah apa lagi yang aku ciptakan dari tanganku yang dengan dorongan bahwa hidup

adalah karya, kuketuk-ketuk di papan besi ini, mengikuti irama hati sambil mendengarkan

lagu Sebelah Mata milik Efek Rumah Kaca.

Malam hari, Tikukur 17

Pengarya sampai mati

Page 15: Majaszine #10

15 | M a j a s z i n e # 1 0

Nayaka Angger | Surat Tjinta Dari Soerabaja

CINTA ADALAH ENERGI. CINTA AKAN KEKAL, TAK TERLAHIR DAN TAK MATI.

Kalimat itu adalah sedikit misteri yang terkuak dalam obrolan ringan di bangku sebuah

warung ayam, yang bahasanya sudah diperindah secara berlebihan. Dialektika yang terjadi

menjadi percakapan yang cukup mewah untuk diperbincangkan di atas lantai semen

beratapkan terpal lusuh. Tapi tempat itu memang bukan tempat biasa. Tempat itu telah

melahirkan banyak sosok dan ide besar, begitu pula dengan dosa dan kesalahan. Separuh

remajaku habis di sana, ternaungi begitu baik dalam kekeluargaan yang absurd. Namun surat

ini bukan rindu kepada ruang, melainkan bangga kepada kawan.

Lawan bicaraku adalah seorang sahabat lama dari masa-masa kelam. Tiga tahun kami

berjuang bersama mencapai puncak yang fana, namun apa daya takdir memisahkan. Kini ia

juga menjadi seorang hamba tri dharma di kota pahlawan, berjuang keras membangun bangsa

yang terlanjur begini. Wataknya keras dan arogan. Ia adalah musuh alami kesunyian

semesta — pilihan teman yang buruk bagi para introvert. Ia juga seorang pendosa dan pendoa,

seorang lawan dan kawan. Namun dalam rentang waktu perpisahan, ada hal baru tumbuh

dalam dirinya, yang seyogianya juga terjadi pada setiap orang, tapi tidak terjadi.

Dalam beberapa jam reuni kecil, tak habis cerita yang tertutur di udara, ditemani asap rokok

yang membunuh secara sepihak. Ia berkisah tentang jurusannya yang terombang-ambing

dalam arus kemahasiswaan. Kehidupan kampusnya sarat dengan perhelatan politik yang

rumit. Mengejutkan ketika ia begitu pandai membahasakan situasi kampusnya lewat berbagai

sudut padang dengan gamblang. Banyak sosok yang dikisahkan, yang semuanya telah

Page 16: Majaszine #10

16 | M a j a s z i n e # 1 0

berkawan dengannya. Persistensinya dalam menjalankan himpunan juga patut diperhitungkan.

AD/RT dijadikannya dasar yang selalu dijunjung, bukan jadi manuskrip yang diasingkan dan

menghilang. Ia mencalonkan diri menjadi kahima, kemudian mundur lagi karena motif yang

konspiratif. Keberjalanan berhimpunnya begitu ideal, baik kinerja serta konflik di dalamnya.

Salah satu yang juga menarik adalah kaderisasi himpunannya. Prosesnya penuh intrik dan

perlawanan tanpa bersinggungan dengan klise dan drama. Di dalamnya ditanamkan lima

hakikat: hakikat manusia, hakikat mahasiswa, hakikat penindasan, hakikat kaderisasi, dan

sistematika pergerakan. Pendidikan yang tampak begitu menarik. Mungkin hal itu pula yang

membentuknya menjadi manusia seperti sekarang.

Ia pun telah berkawan dengan banyak buku bernapaskan kemahasiswaan, buku-buku rumit

yang membebaskan pikiran dan mengagitasi pergerakan. Ia berbicara tentang bangsa, tentang

perekonomiannya, tentang pembangunan dan keruntuhan, tentang pengabdian, tentang cinta

dan kegilaan lainnya. Tabiatnya telah berubah, sedikit bertaubat sambil berbuat onar. Ia telah

mampu berdamai dengan dirinya sendiri, menjadikannya lebih kuat dalam garis takdir yang

memberontak. Kami juga sempat larut dalam penghayatan tentang pengorbanan orang tua

serta kebodohan kami yang selalu meninggalkan rumah ketika kami masih bisa pulang.

Keluarga telah menjadi tempatnya untuk kembali, bukan lagi tempatnya mengurung diri.

Begitu banyak yang ia ocehkan. Banyak yang penting, lebih banyak yang memuakkan. Tapi

surat ini tidak ingin memuji kawanku ini ataupun berkeluh kesah tentang betapa hebatnya dia.

Dari semua orang di dunia ini, ialah yang paling haram dipuji. Namun di atas semua tetek

bengek kata yang ia sampaikan, ada satu hal yang dapat menyimpulkan semuanya — dan hal

inilah yang kita, aku dan kamu, seharusnya lakukan.

Ia telah belajar untuk belajar.

Dan aku telah lupakan hal terpenting itu. Aku kira aku selalu belajar, tapi aku terperangkap

dalam delusi dan arogansiku sendiri. Inilah yang sesungguhnya ia ajarkan kepadaku, baik

disadarinya atau tidak.

Si bodoh ini tetap menjadi bodoh biar selamanya tak berhenti belajar.

Tentang seorang kawan yang sangat menggangu: Dwangga Rizky Nugraha, Teknik Sipil ITS

2013. Romantisisme persahabatan laki-laki bukan perkara yang memalukan, melainkan awal

lebur dua friksi yang senada. Nayaka Angger

Sahabat

Bandung

Page 17: Majaszine #10

17 | M a j a s z i n e # 1 0

Imajinasi

imajinasi bagai pisau bermata dua

ia bisa kita jadikan senjata

namun bisa juga berbahaya bagi kita

tergantung bagaimana kita memakainya

imajinasi kadang membuat manusia lupa akan realita

namun dengan imajinasi kami mencipta

imajinasi selalu menuntut aksi

agar dapat tertransformasi ke dalam ruang-ruang realisasi

imajinasi adalah senjata

yang kugunakan untuk melawan kebosanan

lebih berbahaya dibanding rentetan data fakta

dalam hidup yang penuh dengan keterbatasan

kalian boleh sebut aku si pemimpi

namun aku bukan satu-satunya di dunia ini

masih terdapat banyak pemimpi-pemimpi lain

dari Anais Nin, John Lennon, Bakunin, hingga Albert Einstein

para pemimpi adalah pencipta

mereka yang membuat dunia ini menjadi lebih berwarna

(Yuniar Fajar)

Page 18: Majaszine #10

18 | M a j a s z i n e # 1 0

Usie F.A - Bowie

Page 19: Majaszine #10

19 | M a j a s z i n e # 1 0

"Jika badai menimpa pondok itu dan salju turun, itulah saat yang tepat

untuk berfilsafat"

―Martin Heidegger

Page 20: Majaszine #10

20 | M a j a s z i n e # 1 0