majalah_kiprah20120316133705

88
1 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Upload: mugy

Post on 10-Apr-2016

269 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

EMJALAH

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah_KIPRAH20120316133705

1VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Page 2: Majalah_KIPRAH20120316133705

2 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Page 3: Majalah_KIPRAH20120316133705

3VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

N u a n s aKIPRAH NuansaNuansaNuansaNuansaNuansaHUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN

Pembina:Djoko KirmantoAgoes Widjanarko

Dewan Redaksi:M. Amron, Bambang Goeritno, Purnarachman,Setia Budhy Algamar, Waskito Pandu,Dadan Krisnandar, Supardi, Edi A. Djayadiredja,Antonius Budiono, Iman Sudradjat, Sjukrul Amien

Pemimpin Umum:Amwazi Idrus

Pemimpin Redaksi:Dedy Permadi

Wakil Pemimpin Redaksi:Dwityo Akoro Soeranto

Pemimpin Usaha:Etty Winarni

Redaksi Pelaksana:Djuanto

Redaksi:Lisniari Munthe, Yunaldi, Warjono, Srijanto,Warsono, Gustaf, Indah, Rendhi,Achmad Syamsudin

Editor:Agung Y. Achmad, Sofwan D. Ardyanto

Kontributor:Taufan Madiasworo

Desain/ Artistik:Eko Wahono, Dian Irawati

Fotografer:Tim Dok. Puskom

Sekretaris:Widowati, Litha

Iklan:Karyono, Anggraeni, Zulkarnaen, Sutedjo DP.

Sirkulasi/ Distribusi:Anas S, Yusron, Budi, Nadi Tarmadi, Sutikno,Budi R.

Diterbitkan oleh:Departemen Pekerjaan Umum

Alamat:Puskom PU, Gedung Bina Marga Lt.1Jl Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110Telp./ Fax: 021-725 1538, 021-722 1679e-mail:[email protected],

Bank:No. Rek. 126 00011515112Bank Mandiri KCP Dep. PU Jkt.

Pencetak:PT. Permata Printing, Jakarta

KIPRAH

Tata Ruang:Awal Menuju Kota yangHarmonis

Ketika suatu kota tumbuh semrawut tak terkendali, orang lantas

menuding bahwa pembangunan kotanya tak sesuai dengan rencana

tata ruang. Ketika terjadi konversi lahan pertanian secara besar-besaran

menjadi real estate, orang juga serta merta akan mengatakan bahwa telah

terjadi penyimpangan terhadap rencana tata ruang. Juga, ketika terjadi

perubahan fungsi hunian menjadi komersial, itu penyimpangan pula terhadap

rencana tata ruang.

Rencana Tata Ruang memang merupkan komponen penting dalam

upaya mewujudkan sebuah kota yang harmonis. Ia seharusnya tak hanya

mengatur peruntukan fisik pada sebatas ruang kota, juga tak semata

merencanakan sistem jaringan prasarana umum kota, tapi merupakan cermin

dari ketajaman visi pemimpin terhadap kotanya di masa mendatang, dan

keterlibatan seluruh komponen dalam penyusunannya. Dengan demikian,

rencana ini harus mencerminkan kepentingan berbagai kelompok masyarakat,

usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dalam suatu kesetaraan.

Tapi, ketika sebuah rencana sudah tersusun rapi melalui pelibatan

masyarakat dalam proses yang panjang, namun ternyata kota masih tumbuh

tak terkendali, tentu saja banyak orang akan bertanya: apakah memang

rencana itu mengatur dengan rinci berbagai masalah fisik perkotaan sehingga

tidak menimbulkan multi tafsir? Atau seberapa tajam rencana tersebut disusun—

bukan merupakan rencana yang menyesuaikan keinginan pemilik modal,

penguasa, kelompok masyarakat tertentu? Atau, rencana tersebut hanya

merupakan sebuah pembenaran terhadap penyimpangan yang terlanjur telah

terjadi?

Pertanyaan penting berikutnya adalah seberapa banyak sebetulnya or-

ang yang tahu tentang rencana tata ruang. Dan, seberapa dalam pemahaman

orang tentang isi rencana tata ruang tersebut. Yang kemudian sering kita jumpai

adalah manakala seseorang yang merasa punya hak mutlak untuk melakukan

apapun di atas tanah miliknya berencana membangun sesuatu, tapi kemudian

menghadapi kenyataan bahwa rencana pribadinya sangat bertentangan

dengan rencana kotanya.

Berbagai masalah dalam implementasi inilah yang kemudian terlihat

dalam wujud kemacetan, kekumuhan, pencemaran, dan kesemrawutan wajah

ruang kota yang banyak dijumpai di berbagai kota kita. Kota-kota yang

kemudian jauh dari dambaan sebagai Kota yang harmonis, sebagaimana tema

peringatan Hari Habitat Dunia tahun 2008 ini, atau kota-kota yang

pengembangannya belum sepenuhnya berlandaskan pada ajakan ‘bersama

menata ruang untuk semua’ sebagai tema peringatan Hari Tata Ruang Nasional

2008. Melalui dua even inilah kita semua diingatkan akan pekerjaan besar yang

masih harus kita selesaikan di tahun-tahun mendatang. (((((RedaksRedaksRedaksRedaksRedaksi)i)i)i)i)

Page 4: Majalah_KIPRAH20120316133705

4 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Nuansa3 Tata Ruang: Awal Menuju Kota yang Harmonis

Surat Pembaca6 Lambat Pengembangan Jalan Tol7 Aktivitas Kota Purwakarta Menurun?7 Pembangunan Rusunawa dan Rusunami

Lintas Info8 Departemen PU Raih Platinum Award9 10 Juta Sambungan Rumah Air Minum pada

20139 Dukungan Organisasi Profesi Terhadap Penataan

Ruang yang Handal10 Restrukturisasi Hutang PDAM Terganjal Politik

Lokal10 Laris Manis Rusunawa Kebomas Gresik

Laporan Utama12 Harmonious Cities14 Jalan Panjang Menuju Kota yang Harmonis20 Hunian, Sebuah Paradoks Perkotaan24 World Habitat Day: Kota yang Harmonis Bagi

Semua Orang27 Wawancara Dirjen Penataan Ruang: “Jangan

Main-main dengan Penataan Ruang”31 Wawancara Dirjen Cipta Karya: “Kita Semestinya

Mengarah ke Konsep Regionalisasi”34 Wawancara Walikota Surabaya: “Kota yang

Harmonis Berawal dari Infrastruktur yangTertata”

38 Wawancara Hendro Pranoto: Terpadu untukHarmoni

40 Johan Silas: Kaji Ulang Undang-undang TentangPerkim

43 Perdesaan, Habitat yang Tak Boleh Dilupakan

D a f t a r I s iDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi○

Tamu Kita44 Bupati Gresik, KH. Robbach Ma’shum:

Agama Bicara Tentang Habitat

Jelajah46 Kota Probolinggo, Penataan Ruang Kota

(memang) untuk Peningkatan Investasi47 Kota Anggur di Tapal Kuda49 Banjir Jakarta: Memerlukan Keterlibatan Banyak

Pihak51 Seropan, Sumber Air yang Tak Pernah Kering53 Ruas Jalan Palembang-Inderalaya Dilebarkan54 Menuju Indonesia Hijau55 Pembangunan Jembatan Mahakam Ulu

Aktualita56 Momentum Bersama untuk Menata Ruang Kota

Sigi

Page 5: Majalah_KIPRAH20120316133705

5VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

58 Sanitasi: PSU Akan Disalurkan untuk Air Minumdan Sanitasi

60 Permukiman: Sampah Dan Masyarakat Perkotaan

Info Teknologi64 Menjaga Mutu Perkerasan Jalan

Wacana66 Adaptive Reuse dan Revitalisasi Kawasan Kota

Tua Jakarta

Arsitektur70 Rancang Bangun Arsitektur Tropis

Info Buku73 Permen untuk Bangunan Gedung Negara

Renungan Jauhari74 Profesionalisme

Galeri Foto76 Penyelam Paniis

Selingan78 Istanbul, Kota Berjuta tulip

Jendela80 Lola Amaria: Benahi Jakarta Sekarang, Atau

Tenggelam Bersama-sama

Humanika82 Perahuku Rumahku

Page 6: Majalah_KIPRAH20120316133705

6 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

S u r a t P e m b a c aSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat Pembaca

Lambat, Pengembangan Jalan Tol

Saya salah seorang pengguna

setia jalan tol yang saban hari

menggunakan rute Cibubur – Ca-

wang dan Grogol pulang pergi. Soal

macet, tarif naik, itu sudah biasa,

meski itu statusnya jalan bebas ham-

batan. Namun soal pengembangan

jalan tol, saya prihatin berat. Rasanya

seperti lari di tempat. Tidak ada

kemajuan, tertinggal dengan negara-

negara tetangga dan Asia seperti

Malaysia, China, Korea, meski kita

adalah yang paling awal dalam

membangun jalan tol, yakni tol

Jagorawi pada tahun l978.

Ironinya, Malaysia, yang baru

mengawali pembangunan jalan

tolnya tahun l980, dengan belajar di

Indonesia, kini negara jiran itu mam-

pu membangun 2.000 kilometer jalan

tol. Sementara kita yang telah berjalan

30 tahun baru mencapai sekitar 650

kilometer atau rata-rata sepanjang

21,6 kilometer per tahun.

Belum lagi jika dibanding de-

ngan China yang baru melakukan

pengembangan jalan tol di tahun

1990, mereka mampu membangun

jalan tol sepanjang 45.000 kilome-

ter atau rata-rata 3.000 kilometer

per tahun

Pertanyaan saya, apa dan di

mana kesalahan negeri ini? Ham-

batannya apa saja? Apakah kita tidak

memiliki kemampuan? Dan, bagai-

mana solusinya? Masih sederet per-

tanyaan selalu mengganggu pikiran

saya sampai saat ini. Masak, kita

sebagai negara kaya dan sudah 63

tahun merdeka serta memiliki se-

gudang insinyur, tenaga ahli, dan tu-

kang, tidak mampu memecahkan

persoalan ini. Bagaimana nih BPJT

dan PT Jasa Marga menyikapi per-

soalan ini? Mohon penjelasan. Terima

kasih.

Wassalam,

Sri Sadono,Karyawan RS Sumber Waras, Grogol

Tinggal di Citereup, Bogor

Jawab

Terima kasih atas perhatian

Anda terhadap pengembangan jalan

di Indonesia. Pembangunan jalan tol

di Indonesia memang sangat lambat,

Gerbang Tol Cibubur Utara

Foto

: Do

k

yaitu hanya sepanjang 21,6 kilome-

ter per tahun atau baru mencapai

sekitar 650 kilometer selama kurun

waktu 30 tahun. Kondisi ini menem-

patkan Indonesia berada pada urut-

an kelima dari enam negara Asia,

(Jepang, China, Korea, Malaysia, Indo-

nesia dan Thailand) dalam hal

panjang jalan tol. Padahal Indonesia

merupakan pelopor pembangunan

jalan tol di kawasan Asia.

Kenapa negara-negara terse-

but pembangunannya bisa lebih

maju pesat? Karena dukungan nega-

ra-negara itu sangat kuat diwujudkan

dengan pengalokasian dana yang

cukup besar. Selain itu pembangu-

nan jalan benar-benar dikelola ne-

gara dan tidak sepenuhnya diserah-

kan kepada swasta. Juga negara-

negara luar tak tanggung-tanggung

mengalokasikan subsidi dana hingga

100 persen. Sebaliknya, di Indonesia

pembangunan jalan tol hampir

seluruhnya diserahkan kepada inves-

tor, sehingga investor-investor itu

hanya akan memilih jalur yang layak

dari sisi bisnis saja.

Kalau soal kemampuan Indone-

sia sebenarnya memiliki kapasitas

untuk mengoptimalkan pembangun-

an jalan tol. Namun, masih ada

beberapa hambatan mendasar, yaitu

sulitnya pengucuran kredit dari

perbankan dan tidak semua jalan tol

memiliki kelayakan secara ekonomis.

Mudah-mudahan jawaban ini sedikit

dapat mengobati keserasahan Sri

Sadono. Ke depan, diharapkan iklim-

nya politik dan ekonomi lebih baik,

sehingga rencana program yang

telah ditetapkan dapat lekas ter-

wujud, sesuai rencana. Terima kasih

(Red).(Red).(Red).(Red).(Red).

Page 7: Majalah_KIPRAH20120316133705

7VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Foto Cover: © Pusdok PU

Saya penduduk yang lahir,

besar, dan tinggal di

Kabupaten Purwakarta, Jawa

Barat. Saat ini saya merasakan ada

yang kurang terhadap kota tercinta

ini. Yang mengherankan, aktivitasnya

cenderung menurun justru menyusul

pembangunan ruas jalan tol Cipu-

larang selesai dilakukan. Kendaraan

umum maupun pribadi enggan le-

wat Kota Purwakarta dan mereka

lebih memilih menggunakan jalan tol

langsung yang dirasa lebih efisien

dan ekonomis baik dari segi waktu,

jarak tempuh maupun biaya.

Kondisi ini berdampak langsung

terhadap penurunan aktivitas kota

dengan segala implikasinya. Misalnya,

sepinya kegiatan kota, penurunan

Aktivitas Kota Purwakarta Menurun?

volume perdagangan hingga lesunya

usaha masyarakat di bidang jasa

transpotasi, restoran, dan pengi-

napan. Kota menjadi semakin kurang

bergairah, lesu, bahkan stagnan.

Sementara itu, kota-kota lain terus

berpacu membangun daerahnya.

Padahal, Purwakarta dan ka-

wasan sekitarnya memiliki keung-

gulan-keunggulan komparatif dan

kompetitif. Tengok saja, di sana ada

dua Waduk buatan Djuanda dan

Cirata dengan segala kegiatannya.

Pemandangan alamnya pun cukup

mempesona. Juga ada industri kera-

jinan rakyat keramik, pemandian air

panas, tempat wisata budaya, dan

seterusnya. Didukung letak lokasinya,

Purwakarta pun cukup strategis – tak

jauh dari Ibukota Negara Jakarta dan

Ibukota Provinsi Bandung.

Anehnya, potensi-potensi itu

terkesan diabaikan dan tidak digarap

secara terencana. Tentu ini menjadi

tugas dan tanggung jawab para

perencana kota dalam mengem-

bangkan potensi Kota Purwakarta

untuk bersinergi dengan kota-kota di

sekitarnya. Tujuannya, agar tercipta

kondisi yang lebih baik, aman, nya-

man, serta produktif dan berkelan-

jutan. Tapi, kapan hal itu terwujud?

Wassalam,

Nanang SupriyadiPasar Kemis, Purwakarta

Tekad pemerintah untuk mem

bangun 1000 tower lewat pem-

bangunan Rusunawa (rumah susun

sederhana sewa) dan Rusunami

(rumah susun sederhana milik) patut

didukung oleh semua pihak. Karena,

tujuannya mulia yaitu; melayani

kebutuhan tempat tinggal yang layak

huni bagi masyarakat berpengha-

silan rendah (MBR), dan upaya me-

ngurangi kawasan kumuh perko-

taan. Upaya seperti itu tengah

dilakukan Pemprov DKI Jakarta yang

tengah membangun Rusunami di

kawasan Pulo Gebang, Jakarta

Timur, dan Kalibata, Jakarta Selatan.

Namun, yang menjadi per-

tanyaan saya, apakah penghuninya

nanti tepat sasaran. Mengingat, cara

pemasaran yang dilakukan pengem-

bang pada saat ini banyak dilakukan

di pusat perbelanjaan mewah seperti

di mal dan toko-toko swalayan yang

banyak dikunjungai kalangan mam-

pu dan berduit.

Jangan-jangan, Rusunami itu

kelak akan dihuni oleh mereka-

mereka yang mampu membayar

sewa, atau mampu membeli. Seba-

liknya, MBR dan masyarakat miskin

kota, yang selama ini bermukim di

kawasan kumuh, tidak terlayani.

Akhirnya, nasib mereka tetap

terpinggirkan. Padahal mereka juga

berhak untuk hidup, berkembang,

berpartisipasi, dan tinggal di dalam

kota yang mereka cintai. Persoalan ini

adalah tanggung jawab pemerintah.

Mohon penjelasan, terima kasih.

Wassalam,

Angling AnggoroKuningan Timur Rt 07/Rw 01 No. 13

Kelurahan Kuningan Timur, SetiabudiJakarta Selatan (12950)

Pembangunan Rusunawa dan Rusunami

Page 8: Majalah_KIPRAH20120316133705

8 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Departemen Pekerjaan Umum

meraih penghargaan Platinum

Award dari Majalah Warta Ekonomi

dalam ajang e-Government Award

2008. Penghargaan diberikan atas

prestasi departemen tersebut sebagai

pengaplikasi e-gov terbaik selama 5

tahun berturut-turut. Departemen ini

memenangi berbagai tema yang

dilombakan. Penghargaan diterima

Sekjen Departemen Pekerjaan Umum

Agoes Widjanarko pada malam peng-

anugerahan yang diselenggarakan di

Hotel Grand Hyatt, Jakarta, 4 Novem-

ber silam.

Majalah Warta Ekonomi, sela-

ma tujuh tahun berturut-turut,

memberikan penghargaan kepada

pengaplikasi e-gov terbaik untuk

kategori Departemen, Non-De-

partemen, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten dan Pe-

merintah Kota. Pada tahun ini, ajang

penghargaan yang telah terse-

lenggara selama tujuh tahun itu

menambah satu kategori, yakni

website Direktorat Jenderal.

Pada tahun ini ajang peng-

anugerahan e-gov award mengambil

tema Connecting Government to In-

crease Public Services Exellence’.

Menurut Wakil Pemimpin Redaksi

Majalah Warta Ekonomi J.B Soesetyo,

kriteria penilaian tidak hanya tam-

pilan web saja, namun juga, salah

Departemen PU Raih Platinum Awarddirespons maka hal itu akan me-

ngurangi nilai. Apalagi bila website

tersebut tidak pernah di-up date,

peserta langsung dinyatakan gu-

gur,” kata Budi Rahardjo, salah

seorang anggota Dewan Juri yang

juga Praktisi Teknologi Informasi (TI)

dari ITB.

Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi user friendlyuser friendlyuser friendlyuser friendlyuser friendly

Menurut Kepala Pusat Pengo-

lahan Data (Pusdata) Departemen

PU Waskito Pandu, apa yang telah

dicapai dalam pengembangan TI di

Departemen PU adalah untuk me-

ningkatkan pelayanan publik me-

lalui TI yang user friendly. “Kita terus

kembangkan aplikasi yang sasaran

akhirnya adalah manfaat untuk

pengguna dan user friendly,” jelas

Pandu.

Pengaplikasian TI di Depar-

temen PU cukup baik, memang. Saat

ini, masing-masing Satminkal tengah

giat mengembangkan aplikasi TI di

website mereka, baik berupa sistem

informasi atau sistem manajemen

untuk kebutuhan internal maupun

informasi kepada publik. “Tema Con-

necting Government juga menjadi

tantangan bagi Departemen PU

untuk meningkatkan koordinasi

bidang TI yang dibangun masing-

masing Satminkal. Dengan menge-

tahui aplikasi yang telah ada dan

menghindari pengembangan apli-

kasi baru yang sama sehingga dapat

mengefisienkan anggaran negara,”

papar Pandu.

Sekadar catatan, tahun ini,

anggaran yang berkaitan dengan

bidang TI untuk keseluruhan Depar-

temen sebesar Rp 46 miliar yang

tersebar di berbagai Satminkal.

(Joe).

L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas Info

“Tema ConnectingGovernment jugamenjadi tantangan

bagi Departemen PUuntuk meningkatkankoordinasi bidang TI

yang dibangunmasing-masing

Satminkal.”

satunya, up date dan responsibi-

litasnya.

“Dewan juri mengirimkan e-

mail ke web tersebut, dan apabila

dalam jangka waktu tertentu tidak

Departemen Pekerjaan Umum meraih penghargaan Platinum Award dari Majalah Warta Ekonomidalam ajang e-Government Award 2008

Page 9: Majalah_KIPRAH20120316133705

9VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

10 Juta Sambungan Rumah Air Minum pada 2013

Sejumlah organisasi profesi

memberikan dukungan kepada

setiap usaha penataan ruang di ber-

bagai daerah. Organisasi profesi itu

adalah Ikatan Ahli Perencanaan Indo-

nesia (IAP), Ikatan Arsitek Indonesia

(IAI), Asosiasi Sekolah Perencana Indo-

nesia (ASPI) dan REI (Real Estate Indo-

nesia). Dukungan itu diberikan pada

saat puncak peringatan Hari Pe-

rencanaan Kota Dunia pertama di In-

donesia pada 8 November 2008.

Mereka bertekad untuk me-

nyukseskan program sosialisasi kepa-

da masyarakat dan pemerintah dae-

Dukungan Organisasi Profesi Terhadap Penataan Ruang yang Handal

rah (Pemda) agar penyelenggaraan

penataan ruang handal dan berke-

lanjutan. Tekad kedua organisasi

profesi itu dilatarbelakangi keterba-

tasan daya dukung dan daya tam-

pung lingkungan, perubahan iklim

global, dan pentingnya melestarikan

budaya lokal, terkait dengan peman-

faatan tata ruang.

Menurut Ketua Umum IAP Iman

Soedradjat, masyarakat dan Pemda

merupakan kunci keberhasilan tujuan

penataan ruang. Oleh karena itu, UU

No 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang harus dijadikan sebagai lan-

dasan pembentukan kultur dan etika

pembangunan perkotaan serta per-

desaan yang lebih memiliki perspektif

terwujudnya masyarakat yang aman,

nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Karena itu, Iman mengajak para

pemangku kepentingan untuk ikut

berperan aktif dalam rencana tindak

kegiatan penataan ruang.

IAP dan IAI berencana mela-

kukan sosialisasi dan mendorong prak-

tek-praktek penataan ruang yang fokus

pada peningkatan kualitas dan profe-

sionalisme perencanaan penataan

ruang yang bertanggung jawab. (Joe).

Pemerintah akan melakukan

peningkatan pelayanan air mi-

num hingga 10 juta Sambungan

Rumah (SR) pada tahun 2013. Sebab,

cakupan pelayanan air minum me-

lalui perpipaan di Indonesia dinilai

masih sangat rendah. Selama tiga

dasawarsa, pembangunan prasarana

dan sarana air minum serta pe-

layanannya melalui perpipaan baru

mencapai 45% masyarakat di per-

kotaan dan 10% di perdesaan. Se-

dangkan cakupan pelayanan secara

nasional baru mencapai 24 persen

dengan kapasitas produksi yang

terpasang sebesar 137 ribu per detik

dengan jumlah pelayanan SR se-

banyak 7,1 juta unit.

Demikian disampaikan Menteri

Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto

pada Seminar 10 Juta Sambungan

Baru Air Bersih 2013 di Jakarta, medio

Oktober lalu. Upaya pemasangan 10

juta SR air bersih tersebut juga dila-

kukan untuk mencapai target MDG’s

yakni mengurangi separuh proporsi

penduduk yang saat ini tidak menda-

patkan akses air bersih. Untuk itu

perlu dilakukan pengaturan yang

baik, pembiayaan yang tepat, me-

ningkatkan kualitas sumber daya

manusia, serta penyediaan air baku.

Program tersebut diawali Pro-

gram Pengembangan 1 juta SR yang

dilaksanakan pada tahun 2009-2010

dengan prinsip optimalisasi pra-

sarana dan sarana Sistem Penyediaan

Air Minum (SPAM) yang telah di-

bangun. Untuk itu, upaya penye-

hatan PDAM dengan peningkatan

kinerja pengelolaan dan restruk-

turisasi utang menjadi penting. Se-

bab, hanya PDAM yang sehat yang

mampu memberikan pelayanan air

minum yang baik dan berkelanjutan.

Manajemen pengelolaan PDAM ke

depan harus dilaksanakan secara

profesional dan menerapkan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance.

“Ujung tombak dari pelayanan air

minum adalah PDAM,” tegas Djoko.

Menteri PU menghimbau se-

mua pihak, termasuk pemerintah

kabupaten/ kota dan para direksi

PDAM, untuk meningkatkan kualitas

manajemen dan tidak kembali ter-

jerumus ke dalam jurang yang sama

yang mengakibatkan tidak sehatnya

pengelolaan PDAM.

Dari mana sumber dana untuk

program 10 juta sambungan pipa di

atas? Dana APBN dan APBD saja jelas

tidak cukup. “Dengan dana APBN

dan APBD yang terbatas, tidak me-

mungkinkan untuk melaksanakan

program tersebut. Untuk itu kami

menyiapkan beberapa dana alter-

natif,” kata Menteri.

Menteri memberi alternatif

tentang sumber dana dan pola pem-

bayarannya, yakni menggunakan

anggaran internal dari PDAM, pin-

jaman perbankan, pola trade credit,

pola KPS maupun obligasi. Namun,

alternatif dan pola pembiayaan ter-

sebut harus dikaji dan disesuaikan

dengan kondisi setiap PDAM. (Ind).

Page 10: Majalah_KIPRAH20120316133705

10 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas Info

Pemerintah menyanggupi

penghapusan utang PDAM be-

rupa denda dan bunga sebesar Rp 3

triliun. Syaratnya, PDAM harus mem-

buat besaran tarif normal dan ma-

najemen harus dipilih melalui uji

kelayakan dan kepatutan. Program

tersebut boleh diikuti seluruh PDAM

kecuali PDAM DKI Jakarta dan Batam.

Dalam menentukan besaran

tarif, sebenarnya PDAM tidak lagi

harus meminta persetujuan DPRD.

Sesuai dengan PP No. 16 Tahun 2005,

kewenangan menyetujui kenaikan

tarif air minum menjadi kewenangan

bupati atau walikota.

Namun, dalam praktiknya, pe-

nguasa daerah tidak berani me-

mutuskan sendiri. Hal tersebut terkait

dengan pemilihan kepala daerah dan

pemilu. Fakta ini diakui anggota

Komisi V DPR RI Enggartiasto Lukito.

“Akibat banyak Pilkada, PDAM akan

sulit melakukan perbaikan tarif ka-

rena hal itu dijadikan bahan kam-

panye. Pemda tidak berani meng-

ambil kebijakan yang tidak populis,”

kata Enggartiasto. “Program restruk-

turisasi kemungkinan baru dapat

berjalan setelah bulan April 2009 saat

Pilkada selesai,” tambah Enggartiasto.

Akibatnya, baru dua PDAM,

yakni PDAM Banjarmasin dan PDAM

Ciamis, yang sudah mengajukan

permohonan penghapusan utang.

PDAM lain masih berkutat dengan

kenaikan tarif yang menjadi syarat

restrukturisasi yang diajukan Pe-

merintah.

Menurut Dirjen Cipta Karya

Budi Yuwono, kenaikan tarif sangat

diperlukan agar biaya operasional

PDAM dapat dipenuhi dan menjadi

sehat dari sisi keuangan, serta me-

ngurangi tingkat kebocoran air hing-

ga 40%. Berdasarkan data dari Depar-

temen Keuangan hingga Desember

2007, terdapat 207 PDAM yang

memiliki total utang sebesar Rp 4,39

triliun, yang terdiri dari utang pokok

Rp 1,4 triliun, denda dan bunga Rp

2,9 triliun. Sedangkan per 30 Juni

2008 sebesar Rp 4,65 triliun terdiri

dari utang pokok Rp 1,5 triliun dan

nonpokok (bunga, denda) Rp 3,1

triliun.

Melihat kecenderungan di atas,

menurut Dirjen, dalam waktu be-

berapa tahun ke depan investasi

swasta dalam sektor air minum masih

akan sulit dilakukan, kecuali sekitar 11

Pemda yang penyediaan air mi-

numnya digarap swasta. (Ind).

Restrukturisasi Hutang PDAM Terganjal Politik Lokal

Laris Manis Rusunawa Kebomas Gresik

Rusunawa (rumah susun seder-

hana sewa) Kebomas yang ber-

ada di Jalan Wahidin Sudirohusodo,

Gresik, Jawa Timur, diserbu peminat

alias kebanjiran daftar calon peng-

huni. Tercatat, dua blok Rusunawa

berlantai empat, masing-masing

berkapasitas 96 unit, telah terisi

penuh. Kapasitas listrik terpasang 105

ribu kVA, sedang travo yang diguna-

kan mampu menahan daya hingga

160 ribu kVA.

Warga yang mendaftar men-

jadi calon penghuni harus memiliki

KTP Gresik dan termasuk dalam

masyarakat berpendapatan rendah

(MBR), dan belum memiliki rumah.

Karena lokasinya berdekatan dengan

kawasan pabrik, umumnya calon

penghuni bekerja di sektor industri.

Harga sewa Rusunawa ditentukan

berdasar letak lantai. “Sewa diukur

dari letak lantai yaitu dari uang sewa

Rp 70-100 ribu, di luar uang ling-

kungan bulanan,” kata Tugas Husni

Syarwanto, Kepala Dinas Pekerjaan

Umum Pemerintah Kabupaten Gre-

sik kepada KIPRAH di kantornya,

beberapa waktu lalu.

Selain Kebomas, Gresik telah

membangun Rusunawa di dua lokasi

sejak 2005 lalu. Menurut Husni, pe-

ngembangan permukiman di Gresik

selama ini hasilnya cukup baik. Arti-

nya, mampu mengatasi kebutuhan

rumah tinggal yang layak huni bagi

MBR yang jumlahnya kian meningkat.

Apa lagi, pada saat ini, Pemda diha-

dapkan kepada persoalan keterba-

tasan lahan dan harga tanah yang

semakin mahal. Karena itu, dengan

keberadaan Rusunawa itu, Husni ber-

harap pembangunan permukiman

dan perumahan ke depan dapat

terselenggara secara lebih harmonis

baik secara spasial, fisik-lingkungan,

maupun sosial ekonomi. (Joe).

Rusunawa Kebomas, Gresik

Foto

: Jo

e

Page 11: Majalah_KIPRAH20120316133705

11VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Page 12: Majalah_KIPRAH20120316133705

12 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Problematika perkotaan pada saat ini telah sampai

pada derajat persoalan yang mengkhawatirkan.

Keberadaan prasarana publik sering tidak me-

nambah kenyamanan warga kota dalam beraktivitas.

Kemacetan lalu lintas terjadi di mana-mana. Tak nampak

indah, kota terlihat kian semrawut, meski di sana-sini berdiri

gedung-gedung megah. Sampah bertebaran di mana-

mana. Polusi tidak hanya di udara, tetapi juga di tanah

dan air. Kota tak hanya pencipta bencana alam, tetapi juga

mendatangkan sejumlah problema sosial. Penyakit

mewabah silih berganti, dan seterusnya. Itulah wajah

perkotaan kita, wajah sebuah habitat hidup sekitar

separuh penduduk di negeri ini.

Sebagai sebuah habitat hidup, kota-kota di Indonesia

memang masih akan terus berkembang. Apalagi, kecen-

derungan global menunjukkan bahwa arus urbanisasi belum

akan berhenti. Padahal, salah satu efek buruk dari arus

urbanisasi yang semakin tinggi itu adalah kemunculan

kantong-kantong permukiman baru, yang malangnya

berkarakter kumuh. Itu terjadi karena sebagian besar pelaku

Harmon ious C i t i es

Page 13: Majalah_KIPRAH20120316133705

13VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

urbanisasi adalah warga desa yang relatif miskin dan ingin

memperbaiki nasib sosial-ekonominya di kota.

Fakta tersebut, yang jelas, akan memaksa para pengelola

kota berhadapan dengan sebuah tantangan, yakni tentang

bagaimana mengantisipasi pola perkembangan kota. Alhasil,

problematika perkotaan yang sudah rumit tadi semakin

kompleks dengan tambahan elemen urbanisasi tadi.

Tidak bisa dipungkiri, aneka rupa prolematika perkotaan

yang telah terpapar pada paragraf pertama tadi merupakan

akibat-akibat dari pengembangan kota tanpa perencanaan

tata ruang yang matang. Pengembangan kawasan lebih

mengesankan sebagai suatu tindakan ketakterencanaan

ketimbang sebaliknya. Wajar bila kota tak mampu memberi

rasa aman dan nyaman kepada para penghuninya.

Bilamana hal itu berakhir? Tidak ada cara lain kecuali

kita bersama-sama merevisi perencanaan tata ruang kota yang

disesuaikan dengan, antara lain: kebutuhan dan kepentingan

pemanfaat ruang secara adil, potret kemajuan yang diinginkan

di masa mendatang, prinsip-prinsip pembangunan ber-

kelanjutan dengan cara semisal memenuhi luasan ruang

terbuka hijau, membangun prasarana penyehatan ling-

kungan, dan seterusnya.

Momentum untuk itu telah tiba, yakni 8 November 2008.

Selain merupakan World Town Planning Day, 8 November

juga diperingati sebagai Hari Tata Ruang Nasional. Event ini

sangat strategis karena tak hanya menjadi saat terbaik untuk

memulai bersama penataan ruang (sesuai tema besar

peringatan, yakni Planning for All) tetapi juga dihadapkan pada

keterancaman kelestarian lingkungan global. Satu bulan

sebelum event tersebut, dunia juga memperingati Hari Habi-

tat Dunia atau World Habitat Day, yang pada tahun ini memiliki

tema: Harmonious Cities.

Dua momentum itu seakan-akan menjadi sebuah pintu

masuk untuk mengingatkan segenap stakeholders perkotaan,

baik para pengelola kota maupun warga kota, tentang tesis

bahwa kota yang harmonis merupakan kota yang ber-

kembang melalui sebuah perencanaan yang matang.

Betapa indahnya hidup ini bila kota tempat kita

bermukim, beraktualisasi, berproduksi, menyediakan segala

kebutuhan dan kepentingan kita, serta kondisi lingkungannya

yang terpelihara dengan baik dan berimbang. Dalam bahasa

lain, ada sebuah keharmonisan hubungan antara kepentingan

sosial dan ekonomi, perkotaan dan perdesaan, serta antara

pertumbuhan kota dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Planning for All adalah niat bersama bangsa ini untuk

melahirkan kota-kota yang harmonis. Bila masing-masing elit

daerah sebagai ujung tombak perencana tata ruang untuk

kota menyadari hal itu, bukan tidak mungkin kita bisa

menghadirkan kembali Jakarta sebagai Venessia van Java,

atau Semarang sebagai The Little Netherlands, sekadar

menyebut beberapa contoh. Mengapa tidak?

Dan, harmonious cities itu adalah tema utama KIPRAH

kali ini. Selain wawancara dengan sumber-sumber utama,

seperti Dirjen Penataan Ruang, Dirjen Cipta Karya, tim redaksi

KIPRAH juga melakukan peliputan ke beberapa kota, yakni

Surabaya dan Kota Probolinggo, serta interview sejumlah

pakar.

Foto

: ©A

had

po

int,

Eko

Pengembangan kota hendaknya dimulai dengan perencanaan ruang kotayang baik dan seimbang, sehingga menghasilkan keharmonisan

Page 14: Majalah_KIPRAH20120316133705

14 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Masih ingatkah Anda pada

jerit histeris dan pekik

tangis puluhan perem-

puan dan anak-anak di area Taman

Bersih-Manusiawi-Wibawa (BMW)

yang meratapi “rumah-rumah” me-

reka saat digusur satuan polisi pa-

mong praja setingkat kompi dari

Pemerintah Kota Jakarta Utara? Juga,

peristiwa-peristiwa yang kurang lebih

serupa, semisal penertiban terhadap

ratusan pedagang kaki lima di

sejumlah kota besar, beberapa waktu

silam? Konflik fisik sesekali terjadi

pada peristiwa semacam itu, karena

apapun alasan penggusuran, bagi

rakyat kecil, rumah atau lebih tepat

disebut gubuk dan lingkungan

permukiman ilegal itu adalah

segalanya bagi mereka untuk bisa

hidup di kota metropolitan ini.

Sepenggal kisah di Taman BMW

di atas menebarkan muatan jamak.

Persoalannya tidak hanya menyang-

kut masalah ketidakabsahan dan

pelanggaran pemanfaatan ruang

kota oleh ratusan lebih kepala ke-

luarga. Tapi, kejadian itu juga mem-

buka tirai tentang ketaktersediaan

lahan permukiman yang layak bagi

masyarakat berpenghasilan rendah

(MBR), masalah sosial, ekonomi,

budaya, bahkan sampai ke persoalan

politik dan keamanan kawasan, di

Jakarta ini.

Begitulah, sejatinya, dimensi

panataan ruang, merupakan urusan

prinsipil suatu kota yang sering

dilupakan banyak orang. Lebih dari

sekadar penataan fisik kawasan agar

terlihat indah dan teratur, penataan

ruang kota direncanakan untuk

mengakomodasi berbagai kepen-

tingan, seperti ekonomi, sosial, pendi-

dikan, kebutuhan akan permukiman,

konservasi lingkungan, bahkan seba-

gai salah satu penciptaan strategi

pertahanan dan keamanan suatu

kawasan. Pola penataan ruang se-

buah kota senantiasa menentukan

perilaku warga kota dalam menata

habitat hidup mereka.

Contoh yang paling mudah

adalah aktivitas warga kota di pusat

perbelanjaan yang tidak menyediakan

lahan parkir yang memadai. Aki-

batnya, setiap orang harus berlomba

mendapatkan sepetak area parkir,

atau memarkir kendaraan di jalan

raya. Dari sini muncullah persoalan,

Jalan Panjang Menuju Kota yang HarmonisAkibat perencanaan kota yang tidak matang, kondisi lingkungan wilayah padabanyak kota di negeri ini pada umumnya mengalami kerusakan serius.

Page 15: Majalah_KIPRAH20120316133705

15VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

seperti premanisme. Apalagi, perso-

alan ini kemudian dibumbui dengan

adanya perputaran uang banyak di

sana. Ini berlanjut dengan akibat-

akibat terusannya, seperti kemacetan,

persampahan, hingga tindak kriminal.

Sebaliknya, sebuah kota yang

memiliki cukup banyak ruang publik,

seperti taman yang menghijau yang

memungkinkan warga kota mele-

paskan lelah dan penat, area ling-

kungan kota yang bersih dan ter-

bebas dari sampah, dan seterusnya,

akan “memaksa” warga kota untuk

bertindak santun dan etis, baik ter-

hadap sesama maupun terhadap

lingkungannya. Habitat hidup yang

senyaman itu tak pelak ikut mem-

bentuk karakter manusia-manusia

yang tinggal di dalamnya.

Jakarta, sebagai misal, adalah

magnet bagi masyarakat perdesaan,

tidak hanya bagi penduduk di sekitar

Ibukota ini, tetapi juga bagi orang-

orang dari berbagai pelosok Tanah

Air, untuk memenuhi sejumlah ke-

pentingan. Maklum, Jakarta adalah

kota dengan tingkat pendapatan per

kapita yang tertinggi—meski pertum-

buhannya di bawah Gorontalo dan

Lampung. Fakta bahwa Jakarta me-

rupakan kota dengan jumlah teren-

dah penduduk di bawah garis kemis-

kinan telah menjadi alasan sederhana

bagi banyak orang desa untuk da-

tang ke kota metropolitan ini.

Apa hendak dikata, kota metro-

politan terbesar di Indonesia ini pada

akhirnya tidak siap dengan pertum-

buhan yang mahacepat itu. Jakarta

pun kian sumpek. Tidak hanya oleh

ledakan jumlah penduduk, tetapi

terutama akibat pertumbuhan kota

yang tidak terpola dengan baik. Tidak

semua kebutuhan warga kota akan

permukiman bisa dipenuhi. Ke mana

lagi mereka yang tak mampu mem-

beli rumah yang kian mahal itu

hendak tinggal? Kasus Taman BMW

di atas hanyalah salah satu potret

buram dari kelengahan di bidang

perencanaan tata ruang kota di

Jakarta, hal yang sejatinya juga terjadi

di banyak kota di Indonesia. Ilustrasi

nyata tadi menunjukkan betapa erat

keterkaitan antara perencanaan

ruang kota yang ideal dan kondisi

habitat perkotaan itu sendiri.

Habitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian Terancam

Akibat perencanaan kota yang

tidak matang, kondisi lingkungan

wilayah pada banyak kota di negeri

ini pada umumnya mengalami keru-

sakan serius. Lihatlah bagaimana

hutan lindung dialihfungsikan men-

jadi kawasan komersil tanpa kom-

pensasi pengganti lahan untuk kon-

servasi secara memadai, dan keru-

sakan hutan dalam skala masif di

seluruh pulau di Tanah Air. Karena

luasan daerah tangkapan air yang

kian sempit dan rusak, maka banjir

adalah suatu keniscayaan. Cermatilah

juga area persawahan produktif,

terlebih di Jawa, yang semakin ber-

kurang karena telah dijadikan seba-

gai kawasan permukiman. Yang

terakhir ini bukan hanya berpenga-

ruh bagi kelestarian habitat, tetapi

juga ekonomi.

Memang selalu ada upaya un-

tuk menghijaukan kota. Namun,

penambahan luasan Taman Kota di

banyak kabupaten atau kota di Indo-

nesia tidak seimbang dengan per-

gerakan pemanfaatan lahan yang

tidak sesuai dengan peruntukannya.

Jadi, ada kesan yang kuat bahwa

dinamika pembangunan di banyak

tempat itu lebih menyiratkan ketidak-

terencanaan ketimbang sebaliknya.

Kerusakan lingkungan akibat

perencanaan kota yang buruk seperti

ditunjukkan oleh pengembangan

kawasan permukiman meninggalkan

catatan tersendiri. Para pengembang

pada umumnya tidak menyediakan

prasarana sanitasi sehingga kebera-

daan permukiman baru itu meng-

ganggu habitat di sekitarnya. Tidak

semua bangunan rumah memiliki

saluran drainase serta sumur resapan

sendiri. Air limbah pun lantas ditum-

pahkan ke jaringan drainase terbuka.

Sungai-sungai penuh sampah, dan

sedihnya kotoran-kotoran itu berjenis

nonorganik. Belum lagi pembuangan

limbah industri secara liar ke sungai-

sungai.

Demikian juga dengan peme-

nuhan prasarana air minum. Feno-

mena ini mendapat perhatian serius

Dirjen Cipta Karya Departemen PU,

Budi Yuwono. Menurut Budi Yuwono,

para pengembang wajib memba-

ngun akses perpipaan air minum

seandainya dekat dengan sumber air

Foto

: do

k

Suasana saat dilakukan penertiban di kawasan kumuh

Page 16: Majalah_KIPRAH20120316133705

16 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

minum atau setidaknya membangun

sumur bor sampai dengan keda-

laman 30 meter. “Idealnya, pengem-

bang memiliki Water Treatment Plant

(WTP) sendiri yang pengopera-

siannya diserahkan kepada PDAM.

Sayang, hal ini sering diabaikan.

Beberapa kasus akibat sanitasi yang

tidak memadai itu telah mencemari

sistem air minum yang ada di ka-

wasan perumahan, sehingga warga

harus mengonsumsi air yang tak

layak minum,” kata Budi Yuwono.

Habitat tempat di mana kita

tinggal sekarang ini telah menurun

drastis kualitasnya. Banyak orang

lupa, bahwa ada kaitan erat antara

penataan ruang dan kelestarian habi-

tat atau lingkungan. Bisa dipastikan

bahwa penataan ruang yang benar

akan menghasilkan lingkungan yang

sehat, dan berkelanjutan. Habitat

yang baik terlahir karena penataan

ruang yang mantap.

Harus diakui, masih banyak

pihak yang belum memahami de-

ngan benar makna dari penataan

ruang ini, hingga muncul persepsi

yang kacau, bahkan sikap tidak mau

tahu. Jumlah yang tak terhitung dari

bangunan yang melanggar perun-

tukan lahan di beberapa sudut Ibu-

kota Jakarta mungkin menjelaskan

fenomena ini. Ya, bisa jadi suatu kota

sebenarnya telah memiliki Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang

bagus tetapi pelanggaran sering

terjadi. Dari sinilah, antara lain keru-

wetan kota pada umumnya berawal.

Stop! Terlampau banyak rapor

merah kota-kota di Tanah Air akibat

kelalaian dalam perencanaan tata

ruang kotanya. Kini saatnya kita

untuk menata kembali kota-kota

tercinta itu.

Planning for AllPlanning for AllPlanning for AllPlanning for AllPlanning for All Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata

RuangRuangRuangRuangRuang

Adalah World Town Planning

Day yang jatuh setiap 8 Nopember.

Pada hari itu, masyarakat Indonesia

juga memperingati Hari Tata Ruang

Nasional untuk pertama kalinya. Mo-

mentum ini menjadi istimewa ketika

dihadapkan pada fakta kesemra-

wutan penataan kota-kota di Indone-

sia. Hari itu seperti telah dijadikan

sebagai kesempatan untuk mela-

kukan evaluasi nasional di bidang

penataan ruang kawasan kota-kota

di Indonesia. Dan, tema yang diusung

pun tepat, yakni “Penataan Ruang

untuk Semua”. Sementara itu, satu

bulan sebelumnya, masyarakat inter-

nasional juga merayakan World Habi-

tat Day atau Hari Habitat Dunia 2008,

yang bertemakan: Harmonious Cities.

Dua even yang hanya berjarak satu

bulan itu menjadi simbol dari mata

rantai yang terpisahkan antara peren-

canaan ruang perkotaan dan kualitas

habitat di perkotaan.

Departemen Pekerjaan Umum

berkepentingan untuk menjadikan

even Hari Tata Ruang Nasional ter-

sebut sebagai upaya untuk menyo-

sialisasikan ide-ide, konsep, serta hasil-

hasil yang sudah dicapai dari peng-

aplikasian penataan ruang selama ini.

Sejak Undang-Undang No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang diter-

bitkan, gema tentang wacana pena-

taan ruang masih terbatas pada ka-

langan tertentu. “Karena itu, pesan dari

Hari Tata Ruang Nasional kali ini

adalah Planning for All,” kata Dirjen

Penataan Ruang Departemen PU Imam

S. Ernawi, di acara puncak peringatan

Hari Tata Ruang Nasional di Plaza

Selatan Senayan, Jakarta (Baca: Jangan

Main-main Dengan Penataan Ruang).

Benar, sejatinya, perencanaan

ruang kota harus dikondisikan seba-

gai tanggung jawab semua pihak

Stop! Terlampaubanyak rapor

merah kota-kotadi Tanah Air akibat

kelalaian dalamperencanaan tata

ruang kotanya.Kini saatnya kita

untuk menatakembali kota-kota

tercinta itu.Pemandangan kontras kawasan kota akibatperencanaan yang kurang matang

Page 17: Majalah_KIPRAH20120316133705

17VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

dan dimanfaatkan untuk semua

warga kota. Sebab, penataan ruang

disusun untuk mengakomodasi ber-

bagai kepentingan agar pengem-

bangan kota ke depan bisa berke-

lanjutan, aman, nyaman, dan ber-

keadilan, dan terjadi harmoni antar-

warga kota dan antara penghuni

kawasan dengan lingkungannya. Bila

kepentingan-kepentingan warga di

atas telah terpenuhi dengan baik,

itulah kota yang harmonis (harmoni-

ous cities).

Kelestarian habitat ini harus

beriringan dengan kehidupan sosial

yang harmonis antarwarga kota,

dinamika ekonomi, politik, hingga

keamanan. Bahkan, perencanaan

tata ruang kota juga diperuntukkan

bagi pemenuhan hasrat berkesenian

para pemangku kepentingan kota.

Penataan ruang berdedikasi

untuk menyediakan wahana bagi

penduduk dalam suatu konsep pe-

manfaatan ruang yang harmonis

dalam berbagai aspek. Sebuah kota

yang harmonis adalah habitat yang

bukan hanya indah secara fisik,

namun juga termasuk mengako-

modasi perkembangan kawasan

dari waktu ke waktu—itulah makna

berkelanjutan. Karena, sekali salah

dalam merencanakan, dampaknya

akan beruntun dan kompleks. Itulah

latar belakang penggusuran, itulah

penyebab banjir, pencemaran, dan

seterusnya. Upaya memperbaiki

kawasan yang terlanjur berkem-

bang tanpa kendali bisa memer-

lukan ongkos sosial politik yang

tidak murah—seperti antara lain

tergambar dalam kegiatan peng-

gusuran.

Dihadapkan pada banyak kete-

lanjuran penataan ruang, tiap Pemda

harus selalu merevisi RTRW-nya pal-

ing lama dalam tempo lima tahun.

Harus ada politik ruang oleh masing-

masing daerah untuk mengantisipasi

praktik pemanfaatan ruang yang

melanggar rencana.

Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-

politanpolitanpolitanpolitanpolitan

Di antara kelengahan para

pemangku kepentingan di negeri ini

dalam perencanaan tata ruang kota

adalah membiarkan ketakseimbang-

an pembangunan yang terjadi di kota

dan desa. Selain menimbulkan urba-

nisasi, kesenjangan desa-kota juga

mempengaruhi sebaran pemanfa-

atan alam yang tidak seimbang.

Menurut ahli perencanaan kota,

Kawik Sugiana, kawasan perdesaan

dan perkotaan adalah fenomena yang

bertautan. Dikotomis antara kota dan

desa, menurut Sugiana, hanya akan

menyulitkan pengembangan di ke-

dua kawasan itu. “Kawasan perdesaan

akan sukar mengembangkan ke-

giatan ekonominya tanpa memper-

Foto

: © A

had

po

int,

Eko

Perencanaan ruang kota harus dikondisikan sebagai tanggung jawab semua pihak dan dimanfaatkan untuk semua warga kota

Page 18: Majalah_KIPRAH20120316133705

18 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utamatimbangkan kota sebagai pusat pe-

ngolahan produksi dan pemasaran,”

kata Sugiana.

Sebaliknya, pembangunan di

perkotaan tidak dapat dilakukan

melalui pemanfaatan sumber daya

manusia dan alam di perdesaan

untuk kepentingan jangka pendek.

“Dalam hal ini, pembangunan di

perkotaan tidak berkelanjutan,” tam-

bah Sugiana.

Ia mengusulkan penguatan hu-

bungan desa-kota dengan mencip-

takan linkage yang saling mengun-

tungkan dan sinergis. Namun, menurut

dia, keterkaitan desa-kota cenderung

bersifat spesifik—tidak terjadi pada

semua aspek. “Karena itu, pertim-

bangan keterkaitan yang dipilih untuk

dikembangkan diharapkan sejalan

dengan keunggulan komparatif dan

kompetitif perdesaan dan wilayah

tersebut,” jelas pakar perencana kota

dan daerah dari UGM itu.

Pengembangan kawasan per-

desaan seperti ini sering disebut

sebagai agropolitan. Di dalam pe-

ngembangan desa itu dimasukkan

unsur-unsur urbanitas yang diang-

gap penting, terutama demi ke-

nyamanan barang dan jasa publik.

Konsep agropolitan ini telah

masuk dalam pembahasan Undang-

Undang No. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang. Di sana, agropolitan

didefinisikan sebagai kawasan yang

terdiri dari satu atau lebih pusat

kegiatan pada wilayah perdesaan

sebagai sistem produksi pertanian

dan pengolahan sumberdaya alam

tertentu yang ditunjukkan oleh ada-

nya keterkaitan fungsional dan hirarki

keruangan satuan sistem permu-

kiman dan sistem agribisnis.

Bila di desa orang bisa meme-

nuhi semua kebutuhannya, menga-

pa harus pergi ke kota? Apa lagi,

dalam konsep agropolitan itu, hu-

bungan desa-kota kian pendek kare-

na prasarana seperti jalan dan alat

komunikasi tersedia dengan baik.

Pengembangan agropolitan sedikit

banyak akan memangkas masalah

akut kota-kota di Indonesia.

Elite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung Tombak

Perencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan Kota

Jalan untuk mencapai kota

yang harmonis masih panjang, me-

mang. Selain banyak pekerjaan yang

bersifat administratif dan riset, seperti

penyusunan RTRW, pembuatan ren-

cana detail penataan ruang, zonasi,

setiap kota memiliki pekerjaan yang

tidak ringan berkaitan dengan kese-

mrawutan kawasan. Ini semua tidak

mudah untuk dimulai, apalagi untuk

satu Perda dibutuhkan dukungan

legislatif atau DPRD.

Pada saat ini baru sepertiga

Pemda yang telah melengkapi atau

merevisi RTRW dalam sebuah Pera-

turan Daerah. Padahal, deadline

yang diberikan Undang-Undang

Penataan Ruang sampai pada 2010.

“Harus diakui, semestinya pada saat

ini sudah separuh Pemda telah me-

rampungkan revisi RTRW-nya. Nah,

Foto

: do

k

Page 19: Majalah_KIPRAH20120316133705

19VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

data itu bisa menunjukkan bagai-

mana kesiapan mereka,” ungkap

Dirjen Penataan Ruang Imam S.

Ernawi.

Ini memang sebuah keterlam-

batan. Karena itu, Ditjen Penataan

Ruang Departemen PU yang ber-

tindak sebagai pengawas pelak-

sanaan penataan ruang tersebut

akan terus mendorong Pemda untuk

segera menyelesaikan tugas yang

tertunda itu. Imam juga meminta

agar para elit di daerah, khususnya

DPRD, ikut mendukung usaha ini

agar Pemda bisa menganggarkan

kegiatan revisi RTRW dalam APBD.

Meski demikian, cukup banyak

dinamika menarik dari sejumlah elit

daerah dalam mengapresiasi pene-

rapan penataan ruang ini. Misalnya

dalam hal usaha penambahan luasan

taman kota. Walikota Yogyakarta,

Herry Zudianto, adalah salah satunya.

Ia pernah dijuluki Wagiman, yakni

walikota gila taman. Ia memang pa-

ham benar bagaimana menghadapi

tingkat polusi yang kian tinggi serta

keharusan 30% luasan RTH yang harus

tersedia di kota pelajar itu. Karena itu,

sejak dua tahun lalu ia bangun taman

di mana-mana. Tentang julukan Wa-

giman, ia berseloroh, “Biarin.”

Fenomena langka juga bisa

ditemui di Surabaya. Mungkin kasus

pembongkaran sebuah SPBU yang

telah lama berdiri di jalur hijau kota

hanya baru sekali terjadi di kota

pahlawan ini, yakni di Jl. Sulawesi.

Area ini dikembalikan fungsinya

sebagai jalur hijau “Saya hanya ingin

konsisten dalam menerapkan aturan

tentang peruntukan lahan,” kata

Walikota Surabaya Bambang DH

(baca: Kota yang Harmonis Berawal

dari Infrastruktur yang Tertata).

Justru karena komitmen pe-

nguasa daerah ini, PT. Telkom mere-

novasi sebuah taman, bernama Ta-

man Boengkoel dengan biaya ham-

pir mencapai Rp1,2 miliar. Juga, PT.

Pertamina, yang membiayai pena-

taan taman eks-SPBU dengan biaya

mencapai Rp 1 miliar. Tak hanya itu,

Bambang DH terus menggedor para

pemanfaat terbesar dari masyarakat

dan Kota Surabaya, yakni pengusaha,

untuk memberikan kontribusinya

dalam usaha menghijaukan Sura-

baya. Boleh dibilang, Surabaya

merupakan salah satu kota yang

sangat peduli dengan berbagai

rencana induk pengembangan wila-

yah. Selain RTRW, kota ini juga dileng-

kapi dengan Master Plan Pengem-

bangan Drainase Kota, yang disusun

oleh para ahli dari negeri Belanda.

Sementara itu, Kabupaten Sum-

bawa Barat (KSB) mungkin kebalikan

dari Surabaya dalam hal kelengkapan

peraturan atau payung politik pena-

taan ruang, namun tidak dalam hal

komitmennya. Di sana, setiap warga

diwajibkan menanam pohon seba-

nyak 10 batang. Tiap warga, karena

itu, mendapat sebuah sertifikat yang

merupakan persyaratan untuk men-

dapatkan jaminan kesehatan dan

pendidikan gratis. Bupati Sumbawa

Barat, Zulkifli Muhadli, menyatakan

bahwa penataan ruang kotanya

didesain sedemikian rupa untuk mem-

pertimbangkan kelestarian alam.“Di

pusat perkantoran pemerintah da-

erah, sebagai contoh, saat ini sudah

dikelilingi sabuk hijau,” tutur Muhadli.

Apa yang telah dilakukan KSB

memang baik, bahkan layak ditiru.

Namun, melengkapi segala pera-

turan yang berkaitan dengan pena-

taan ruang adalah juga sangat pen-

ting. Sebab itulah, payung hukum

yang mencerminkan komitmen ber-

sama dalam perencanaan kota atau

politik ruang sangat diperlukan.

Dalam hal ini, Dirjen Penataan

Ruang Imam S. Ernawi mengingatkan

kepada para pejabat di daerah untuk

tidak melanggar ketentuan undang-

undang dengan tidak menyusun

RTRW. Pelanggaran undang-undang

bisa dikenakan sanksi pidana. “Jangan

bermain-main dengan Undang-Un-

dang Penataan Ruang ini,” tegas Dirjen

Penataan Ruang mengingatkan.

Foto

: ©A

po

int,

eko

Seorang remaja bermain skateboard di taman Bungkul Surabaya

Page 20: Majalah_KIPRAH20120316133705

20 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Jalan sempit, di sana-sini

terdapat genangan air—bila

datang musim hujan, dan ber-

debu tatkala kemarau. Di gang-gang

yang bagaikan lorong, beratapkan

terpal, potongan asbes atau seng:

gelap dan pengap, itu nyaris tak pernah

sepi dari aktivitas para penghuninya.

Beragam barang, dari jemuran pakaian

hingga kandang burung, bergelan-

tungan di langit-langit serambi rumah,

berebut tempat dengan utilitas kabel

listrik dan telepon. Rumah-rumah

sempit itu berdempetan tak karuan.

Dinding yang kebanyakan terbuat dari

tripleks tipis yang telah terkelupas itu

berwarna kusam.

Tak jauh dari kawasan ini ber-

diri gedung-gedung menjulang ting-

gi berupa apartemen mewah, pusat

perkantoran, sentra perbelanjaan,

atau kawasan rumah elit. Kesan

kontras dan dramatik kian terasa bila

kawasan ini dilihat pada malam hari,

ketika di area “wah” tadi bertabur

aneka warna lampu.

Sementara itu, berbagai ancam-

an senantiasa mengintai mereka

yang tinggal di kawasan kumuh itu,

semisal kebakaran. Secara teknis, para

penghuni kawasan kumuh itu akan

sulit menyelamatkan diri bila terjadi

gempa, kebakaran, atau banjir, apa-

lagi jika peristiwanya secara menda-

dak. Menyedihkan, memang.

Penggambaran di atas bukan

fiktif. Di Jakarta, panorama serupa itu

mudah ditemukan misalnya di ka-

wasan Kapuk, Senen, Karet, atau

Tanah Abang. Menurut data, total

luas wilayah kawasan kumuh di

Ibukota telah mencapai lebih dari 15

ribu hektar.

Kawasan kumuh perkotaan

bisa pula dijumpai di Kelurahan

Bandarharjo, Semarang Utara, Jawa

Tengah. Berada di area muara yang

selalu banjir (karena rob dan curah

hujan tinggi), Bandarharjo terus

mengalami penurunan tanah 5 cm

hingga 30 cm tiap tahun (sumber:

Kompas, Mei 2001). Bandarhajo pun

menjadi tak pernah nyaman dihuni.

Panorama tak estetis juga bisa dijum-

Hunian, Sebuah Paradoks PerkotaanProblem permukiman tak layak huni di perkotaan terlahir tidak hanya akibat dayabeli masyarakat akan hunian yang rendah, tetapi juga terkait dengan buruknyaperencanaan tata ruang kota. Ke depan perlu kebijakan yang melibatkan peranmasyarakat.

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Page 21: Majalah_KIPRAH20120316133705

21VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

pai di permukiman kumuh di ka-

wasan Cimaung-Cihampelas, Ban-

dung, atau di sejumlah kampung

pada beberapa kecamatan di Sura-

baya dan Medan.

Kawasan kumuh kota adalah

penjelasan paradoksal tentang kota

yang masih harus berbenah. Terlebih,

jika dihubungkaitkan dengan sema-

ngat Harmonious Cities, yang menjadi

tema Hari Habitat Dunia tahun ini,

maka paradoks itu akan semakin

menjauhkan fakta tadi dari konsep kota

yang ideal. Pada tahun ini, tema “kota

yang harmonis” (harmonious cities)

mengemuka sebagai salah satu

terminologi lain tentang kota yang

ideal.

Kota yang belum harmonis

sejatinya merupakan kota yang ber-

kembang tanpa perencanaan tata

ruang yang matang. Memang, dari

sisi mikro, fenomena munculnya

permukiman tak layak huni itu selalu

berpijak dari gejala yang sama, bah-

wa hal itu terlahir akibat ketak-

mampuan sebagian warga kota

membeli rumah sehingga mereka

mengalah menempati bangunan

yang tak representatif baik secara

teknis dan nonteknis. Biasanya, mere-

ka akan tinggal di area dekat pusat

perdagangan, seperti pasar kota,

perkampungan pinggir kota, dan di

sekitar bantaran sungai kota.

Namun, gejala kekumuhan

juga bisa dilihat sebagai tidak ako-

modatifnya pengembangan kawas-

an. Bila mereka tak mendapatkan

ruang untuk permukiman yang la-

yak, mengapa perizinan untuk pe-

ngembangan apartemen atau ge-

dung-gedung pencakar langit di

area yang melanggar peruntukan-

Foto

: ayu

s

Foto

: ©A

po

int,

eko

Pembangunan gedung di Jakarta

Page 22: Majalah_KIPRAH20120316133705

22 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

nya tetap diberikan? Ada unsur keti-

dakadilan di sini.

Permukiman memang menjadi

barang mahal di perkotaan. Sejurus

dengan itu, sebenarnya, masih jauh

lebih banyak jumlah masyarakat kota

yang menempati permukiman yang tak

memadai sebagai kawasan hunian,

meskipun lingkungan ini tidak ter-

golong kumuh. Salah satu ciri kawasan

permukiman kumuh ini, yakni tidak

didukung prasarana sanitasi yang

memadai. Bahkan, tidak sedikit kawasan

perumahan menengah dan elite yang

tak memiliki prasarana sanitasi sendiri,

terutama untuk pengolahan limbah

domestik. Alhasil, melalui saluran draina-

senya, kawasan perumahan orang

berduit ini pun menyuplai limbah ke

lingkungan di sekitarnya—biasanya per-

mukiman di perkampungan, atau

perumahan kelas bawah.

Orientasi dan persepsi para pe-

ngembang perumahan, yang tidak

terlalu peduli terhadap penyehatan

lingkungan permukiman memiliki

kontribusi besar merusak lingkungan

perkotaan. Ada kesan, terlalu mahal

menyediakan ruang bagi prasarana-

prasarana sanitasi tersebut. Bahkan,

para pengembang itu tega menguruk

resapan air menjadi kawasan peru-

mahan mewah antara lain di Pantai

Indah Kapuk, Jakarta Barat, dan Kelapa

Gading, Jakarta Utara. Di masa lalu dua

kawasan ini merupakan daerah rawa.

Setelah tertancap beton-beton dan

bangunan permukiman, air yang seha-

rusnya terserap di kawasan itu, akhir-

nya membanjiri pemukiman warga di

sekitarnya.

Menurut pengamatan ahli peren-

cana kota, Marco Kusumawijaya, bah-

kan, sebuah kelalaian serius dilakukan

Pemprov dalam sistem drainase di

kawasan Sudirman, yang semestinya

merupakan kawasan yang paling

tertata. Jalan di jalur protokol ini sering

tergenangi air. Padahal, kawasan ini,

menurut Marco berada di ketinggian

tujuh meter di atas permukaan laut. “Itu

bukan karena banjir kiriman dari Bogor,

tapi disebabkan buruknya drainase

dalam kota Jakarta,” ujar Marco.

Marco mengusulkan, Pemprov

DKI seharusnya membangun sistem

drainase yang terhubung dengan

danau atau situ, dan laut. Hal itu, dapat

dilakukan di permukiman warga atau

kawasan bisnis dengan sistem blok

seperti yang sudah diterapkan di ka-

wasan Menteng, Jakarta Pusat.

Masih banyak orang di kota-kota

besar yang belum memiliki persepsi

yang benar soal sanitasi, tata ruang, dan

keselamatan habitat. Tak membangun

prasarana sanitasi di lingkungan rumah-

nya adalah persoalan kesadaran dan

pemahaman akan penataan ruang dan

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaFo

to: ©

Ap

oin

t, ek

o

Salah satu perumahan mewah di Jakarta

Page 23: Majalah_KIPRAH20120316133705

23VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

penyehatan lingkungan.

Pendekatan pembangunan per-

mukiman kota sebenarnya telah me-

masuki suatu pola baru. Sejak tahun

2004 lalu, Pemerintah telah

mencanangkan Program Satu Juta

Rumah dan Indonesia Bebas Kawasan

Kumuh 2020. Jauh sebelum itu, dan

masih berlangsung hingga saat ini, juga

telah dilakukan pengembangan Rumah

Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

dan Rusunami (Rumah Susun Seder-

hana Milik). Upaya ini, sembari menye-

lesaikan problem keterbatasan lahan,

juga dilakukan atas dasar penataan

ruang kota yang mengakomodasi

semua kepentingan.

Melalui beberapa program stra-

tegis, Departemen PU juga telah melak-

sanakan Neighborhood Upgrading

Shelter and Sector Project (NUSSP) dan

Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan (P2KP), yang banyak mena-

ngani pengembangan prasarana dasar

skala komunitas atau permukiman.

Kedua program yang dibiayai antara

lain dari pinjaman luar negeri itu cukup

berhasil meningkatkan kapasitas masya-

rakat yang tinggal di kawasan-kawasan

permukiman tak layak huni, atau menja-

dikan kawasan mereka lebih baik.

***

Pesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk Semua

Di antara banyak penyebab

kegagalan penataan habitat di kota,

yang pada prinsipnya diawali dari

kegagalan perencanaan kota, salah

satunya adalah ketidakterlibatan ma-

syarakat. Oleh karena itu, dalam hemat

Marco Kusumawijaya, persoalan yang

dihadapi kota-kota metropolitan,

seperti Jakarta, bukan lagi tentang

mengubah rencana tata ruang kota

melainkan tentang bagaimana peru-

bahan tersebut diuji dalam sebuah

ruang publik atau public sphere. Dalam

ruang publik itu, syarat-syarat peru-

bahan tata ruang ditetapkan secara

terbuka sehingga mendapatkan basis

sosial budaya, yang tentu saja meli-

batkan masyarakat secara aktif. “De-

ngan demikian, Pemerintah Kota

memiliki “juri masyarakat” yang terdiri

dari ahli dan kelompok masyarakat

untuk menggantikan Tim Penasehat

Arsitektur Kota,” kata Marco.

Memang, terdapat antara kore-

lasi yang kuat antara kualitas habi-

tat perkotaan dan proses peren-

canaan. Sebagai sebuah habitat,

kawasan perkotaan memiliki banyak

fungsi. Tak hanya sebagai pusat

kegiatan ekonomi tapi juga fungsi

permukiman. Namun, semua fungsi

itu berpijak pada satu landasan,

yakni antoposentris. Artinya, semua

fungsi itu bertujuan untuk meng-

akomodir kehidupan warga kota.

Jika demikian adanya, wajar bukan,

jika kemudian warga kota itu secara

aktif terlibat aktif dalam proses

perencanaan?

Foto

: ©A

po

int,

eko

Anak-anak penghuni rumah susun di Surabaya

Page 24: Majalah_KIPRAH20120316133705

24 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Jika berkiblat pada definisi Har

monious Cities yang ditulis oleh

UN-Habitat, bahwa “Harmoni-

ous Cities are inclusive cities where

everyone and every culture is at home”

maka kota sesungguhnya adalah

wilayah yang inklusif, tempat siapapun

dan budaya apapun merasa berada di

rumah sendiri. Menurut catatan UN-

Habitat, saat ini hampir separuh dari

manusia yang hidup di muka bumi

tinggal di kawasan perkotaan, ter-

masuk Indonesia. Bahkan, pada tahun

2025 mendatang, diperkirakan jumlah

penduduk Indonesia yang tinggal di

kawasan perkotaan akan mencapai

65% atau sekitar 180 juta orang. Naif,

jika kemudian kawasan yang menjadi

tempat hunian bagi lebih dari separuh

manusia itu berada dalam kondisi yang

tidak harmonis.

Tahun ini, Harmonious Cities,

merupakan tema sentral dari World

Habitat Day 2008. Tema ini dipilih

PBB sebagai ekspresi atas kekha-

watiran dunia terhadap laju urba-

nisasi yang kian tinggi. Urbanisasi

memang menjelma menjadi feno-

mena menakutkan yang sedang

menjangkiti berbagai kota besar di

seluruh dunia. Masalahnya, laju

urbanisasi yang tidak wajar itu lantas

berdampak pada kemunculan kan-

tong-kantong permukiman kumuh.

Fakta yang seperti itu tentu saja

‘mengerikan’ jika kota-kota itu tidak

siap memikul beban yang begitu

besar tersebut. Apalagi melihat fakta

bahwa laju urbanisasi yang tidak

sehat justru memunculkan kantong-

kantong permukiman kumuh baru.

Saat ini saja, menurut catatan Budi

Yuwono, yang Dirjen Cipta Karya

Departemen PU, setidaknya masih

terdapat 20 juta penduduk Indone-

sia yang tinggal di kawasan kumuh.

“Itu artinya kurang lebih 10 persen

dari warga indonesia,” lanjut Budi

Yuwono. Padahal, Menteri Pekerjaan

Umum Djoko Kirmanto pernah

berketetapan bahwa pada tahun

2010 mendatang, 200 kota di Indo-

nesia ditargetkan meraih predikat “cit-

ies without slums” atau Kota Tanpa

Permukiman Kumuh. Kemudian,

pada tahun 2015, angka itu

diharapkan bisa meningkat menjadi

350 kota. Dan, pada akhirnya pada

tahun 2020, sesuai dengan amanat

Millenium Development Goals

seluruh kawasan perkotaan di Indo-

nesia harus sudah meraih predikat

“cities without slums”. Sungguh,

sebuah target dengan waktu yang

sangat singkat.

Bagi Indonesia, dan juga-juga

World Habitat Day

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Foto

: ek

o

Kota yang Harmonis Bagi Semua Orang

Warga kota senantiasa membutuhkan ruang terbuka, semisal taman, di mana di sana terdapat area bagi pejalan kaki

Page 25: Majalah_KIPRAH20120316133705

25VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

negara berkembang lainnya, menye-

lesaikan persoalan kawasan kumuh

berarti memberikan solusi alternatif

bagi para warga yang tinggal di

dalamnya agar bisa hidup di habitat

permukiman yang lebih layak. Oleh

karena itu, pada peringatan Hari

Habitat Dunia (HHD) 2008 di Indone-

sia, isu tentang permukiman terkesan

mendapat porsi yang agak besar

ketimbang isu-isu lainnya seperti

sanitasi dan penyediaan air minum.

Menurut Sekretaris Ditjen Cipta Karya,

Antonius Budiono, fokus HHD 2008

di Indonesia memang lebih diarah-

kan untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat terhadap isu

perumahan dan permukiman. “Selain

itu juga untuk mendorong peran

serta stakeholder perumahan dan

permukiman untuk mendukung

implementasi agenda habitat dunia

itu,” jelas Antonius.

Pantas jika kemudian, peringat-

an Hari Habitat Dunia yang dipusat-

kan di Bali pada 30-31 Oktober 2008,

juga diwarnai dengan serangkaian

seminar bertema perumahan dan

permukiman, seperti “Visi Pemba-

ngunan Perumahan dan Permukiman

2025” dan seminar “Dukungan Infra-

struktur dan Tata Ruang terhadap

Perumahan dan Permukiman”.

Namun demikian, bukan ber-

arti sektor-sektor keciptakaryaan lain

yang juga memiliki korelasi erat

dengan Hari Habitat menjadi dike-

cilkan. Masih dalam suasana Hari

Habitat Dunia, sebuah event bertajuk

“Rembug Sanitasi Nasional” pun

digelar di Jakarta pada 23 Oktober

2008 lalu. “Sanitasi merupakan aspek

penting dalam penciptaan permu-

kiman yang layak huni,” simpul Dirjen

Cipta Karya, Budi Yuwono pada event

yang memang digelar dalam rangka

memperingati HHD 2008 itu.

Indonesia saat ini juga sedang

menghadapi tantangan berat untuk

mengatasi persoalan sanitasi. Menu-

rut laporan United Nations Develop-

ment Programme (UNDP) atas status

pencapaian MDG’s, Indonesia ter-

masuk dalam kategori negara-negara

yang mengalami kemunduran dalam

pencapaian MDG’s. MDGs telah

mencanangkan bahwa pada tahun

2015 mendatang sebanyak 72,5

persen penduduk harus sudah mem-

peroleh pelayanan sanitasi yang

memadai. Namun, faktanya saat ini

baru sekitar 50 persen penduduk In-

donesia memperoleh akses sarana

sanitasi yang memadai.

***

4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum

Event Hari Habitat Dunia pada

tahun ini juga dilengkapi dengan

Foto

: so

fwan

Anak-anak bermain sepeda di depan rumah susun Kebomas, Gresik

Page 26: Majalah_KIPRAH20120316133705

26 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

event “4 th World Urban Forum”

yang digelar di Nanjing, China selama

empat hari, yakni 3-6 November

2008, yang juga seiring dengan tema

yang sejalan dengan Harmonious Ci-

ties sebagai fokus utama.

Forum internasional yang di-

gelar The United Nations Human

Settlements Programme (UN-HABI-

TAT) dan Kementerian Perumahan

dan Kontruksi Perkotaan Republik

Rakyat China ini dikuti lebih dari

10.000 peserta dari berbagai negara,

termasuk sejumlah menteri, wali kota,

anggota parlemen, peneliti per-

kotaan, universitas mitra UN-HABI-

TAT, kaum perempuan dan kaum

muda.

Pertemuan dua tahunan se-

luruh pemangku kepentingan ma-

salah perkotaan yang mengangkat

tema “Harmonious Urbanization: the

Challenges of Balanced Territorial

Development” ini mendiskusikan

enam sub tema yaitu “Territorial Bal-

ance in Urban Development”, “Pro-

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

moting Social Equity and Inclusive-

ness”, “Making Cities Productive and

Equitable”, “Harmonizing the Built

and Natural Environments”, “Preserv-

ing the Historical Roots and Soul of

the City”, and “A City for All Genera-

tions”. Pada event ini Menteri Peker-

jaan Umum Republik Indonesia Djoko

Kirmanto berpidato membawakan

topik “Cities in Transition: Challenges

for Indonesia Cities Toward Sustain-

able Urban Development”.

Di forum tersebut, Menteri PU

Djoko Kirmanto antara lain mengin-

formasikan bahwa Indonesia

merupakan negara pertama di Asia

yang telah membentuk Sekretariat

Nasional HABITAT sebagai focal point

pengkajian pembangunan wilayah

perkotaan di tingkat nasional. Hal itu

menunjukkan komitmen yang sangat

kuat dari Pemerintah RI untuk terus

berupaya mengatasi berbagai perso-

alan yang ada di kawasan perkotaan.

Di sela-sela World Urban Fo-

rum, Delegasi Indonesia juga menye-

lenggarakan Networking Event ten-

tang “Innovative Approaches to Fi-

nancing Slum Upgrading”. Kegiatan

yang mendapatkan respon sangat

positif ini berupaya menjelaskan

kepada masyarakat internasional

bahwa di Indonesia telah terjadi

suatu proses mobilisasi komunitas

untuk mendapatkan akses terhadap

pembiayaan dan pendanaan bagi

pembangunan perumahan yang

layak. Terobosan ini mendapatkan

apresiasi dari masyarakat interna-

sional sebagai solusi bagi penyediaan

perumahan yang layak bagi masya-

rakat miskin perkotaan.

***

Kini, momentum Hari Habitat

Dunia telah berlalu. Awal Oktober

tahun depan, event itu akan kembali

diperingati. Semoga ketika saat itu

datang, wajah habitat permukiman di

negeri ini sudah menjadi lebih baik

dari sekarang. Semoga.

Foto

: so

fwan

Pameran hari habitat dunia

Page 27: Majalah_KIPRAH20120316133705

27VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Hari Tata Ruang Nasional 8 November 2008 silam, yang diilhami peringatanWorld Town Planning Day (WTPD) adalah momentum tepat bagi semua

pemangku kepentingan di negeri ini untuk tidak lagi bermain-main denganrencana tata ruang kota.

Sangat meyakinkan, semua

masalah perkotaan terjadi

akibat kelalaian para pemang-

ku kepentingan di suatu kota ter-

hadap rencana tata ruang. Sebab, da-

ri rencana penataan ruang itu ke-

berlanjutan pembangunan bisa di-

pertahankan. Dalam perencanaan

ruang itu juga berbagai kepentingan,

seperti ekonomi, sosial, politik dan

keamanan diakomodasi.

World Town Planning Day, yang

juga menjadi Hari Tata Ruang Na-

sional, pada 8 November 2008 silam,

adalah momentum tepat bagi semua

pemangku kepentingan di negeri ini

untuk tidak lagi bermain-main dengan

rencana tata ruang kota. Hampir

“JanganMain-Main

denganPenataan Ruang”

Dirjen Penataan Ruang

semua kota di Indonesia, akibat tidak

disertai perencanaan yang matang,

menjadi tidak nyaman dihuni, alias

jauh dari harmonis. Selain karena kota-

kota itu telah menanggung beban ling-

kungan yang kian sarat yang berujung

pada bencana alam, problematika

terusannya (sosial, ekonomi, politik, dan

keamanan) pun semakin menumpuk.

Solusi terbaik dari itu semua, tak

pelak, adalah melakukan upaya-upaya

yang diamanahkan Undang-Undang

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Mereka yang melanggar un-

dang-undang tersebut bisa dikenakan

sanksi pidana. Berikut wawancara

Agung Y. Achmad dari KIPRAH de-

ngan Dirjen Penataan Ruang, Imam S

Ernawi, di sela-sela acara puncak Hari

Tata Ruang Nasional di Jakarta, be-

berapa waktu lalu.

Apa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari Tata

Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?

Pesannya adalah Planning for All,

menata ruang bersama atau bersama

menata ruang untuk semua. Proble-

matika perkotaan sebenarnya meru-

pakan cermin dari rencana tata ruang-

nya. Nah, karena itu peringatan ini

sebetulnya untuk mengingatkan ke-

pada semua pihak, terutama masya-

rakat, agar lebih banyak berperan

dalam proses perencanaan tata ruang

kota. Oleh karena itu, melalui Hari Tata

Ruang ini, kami ingin menginfor-

WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara

Page 28: Majalah_KIPRAH20120316133705

28 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

masikan kepada masyarakat apa saja

hasil penataan ruang yang telah dila-

kukan selama ini. Melalui even ini pula,

kami mengajak semua pihak untuk

bersama-sama menata ruang kota.

Pemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujung

tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-

taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-

sia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh mana

kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-

nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?

Ukuran kesiapan Pemda bisa

dilihat dari upaya mereka dalam

menyusun atau merevisi rencana tata

ruang wilayah (RTRW)-nya. Itu kan

syarat pertama. Sesuai amanat un-

dang-undang, semua kabupaten dan

kota harus telah menyelesaikan tugas

revisi RTRW itu pada 2010. Hasil revisi

itu kemudian juga harus sudah di-

Perda-kan pada tahun itu juga. Jika

dilihat dari jumlahnya, dari seluruh

Pemda, baru sepertiga saja yang

sudah menyelesaikan amanah Un-

dang-Undang Penataan Ruang itu.

Harus diakui, semestinya pada saat ini

sudah separuh Pemda telah meram-

pungkan revisi RTRW-nya.

Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-

wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?

Ya. Tetapi, kita masih terus

mendorong mereka agar terjadi

percepatan pada tahun 2009. Me-

mang, harapan kita saat ini semes-

tinya separuh Pemda sudah merevisi

RTRW-nya. Jika pada tahun 2009 ini

masih belum juga, saya khawatir

mereka tidak bisa mengesahkan

Perda tentang RTRW pada tahun

2010 mendatang.

Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-

da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-

makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-

taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?

Salah satu faktornya memang

itu. Tapi itu juga relatif. Banyak juga

yang tidak tampak maju dari sisi yang

Anda sebutkan itu. Sebenarnya mere-

ka sudah menyiapkan revisi RTRW

pada saat ini. Memang, tidak mudah

mem-Perda-kan RTRW, sebab dalam

penyusunannya peran DPRD juga

besar. Bagaimanapun, DPRD harus

juga mengerti tentang arti penting

rancangan tata ruang sehingga

anggaran untuk penyusunan RTRW

bisa dimasukkan dalam APBD. Kare-

na itu, kami menghimbau DPRD agar

urusan RTRW juga bisa dianggarkan.

Apa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen Penataan

Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-

lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?

Kami menyiapkan pedoman,

mendampingi, memberikan bimbing-

an, mengadvokasi, hingga membe-

rikan bantuan teknis. Bantuan teknis

itu bisa berupa tenaga, keahlian,

bahkan pendampingan dana. Kami

juga melakukan proses pengawasan.

Foto

: So

fwan

Hasil penataan ruang, harus disampaikan kepada masyarakat

Page 29: Majalah_KIPRAH20120316133705

29VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Karena itu, kami tidak pernah bosan

mengingatkan Pemda-Pemda yang

pekerjaan revisi RTRW-nya belum

selesai. Yah, kita buka-bukaan sajalah

tentang kinerja mereka.

Selain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang dan

Perda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturan

perundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagi

yang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan da-----

erah itu?erah itu?erah itu?erah itu?erah itu?

Saya kira begini, rencana tata

ruang itu tidak ada gunanya jika tidak

dilaksanakan. Setiap daerah kan

punya pedoman pelaksanaan pem-

bangunan berupa Rencana Program

Pembangunan Daerah, apakah itu

bentuknya rencana kegiatan ta-

hunan, lima tahunan, dan seterusnya.

Saya pikir, pedoman itu harus betul-

betul sinergis kepada rencana tata

ruang sebagai matra spasial dari

pembangunan daerah.

Kalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kan

membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-

mana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibat

mereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasarana

sanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangan

kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-

bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-

rapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalangan

dunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengan

penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?

Dunia usaha bisa kita anggap

juga sebagai masyarakat, sebetulnya.

Artinya, peran masyarakat harus

didorong. Di dalam Undang-Undang

Penataan Ruang itu kan ada porsi

untuk peran masyarakat di dalam

penyusunan RTRW. Seharusnya,

dunia usaha memberikan sharing-

lah. Undang mereka untuk terlibat

dalam proses perencanaan. Selain itu,

kalangan dunia usaha juga harus

konsisten dan komitmen melak-

sanakan RTRW secara benar sesuai

dengan rencana.

Ada kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwa

penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-

tentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingan

untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-

tar Anda?tar Anda?tar Anda?tar Anda?tar Anda?

Saya kira pandangan yang

seperti itu nggak betul. Sebelum

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang ini disahkan

(UU No. 24 tahun 1992 masih ber-

laku, red), jika terjadi penyimpangan,

memang sulit menentukan sanksinya.

Namun, dengan undang-undang

yang baru ini, bentuk sanksinya

sudah jelas. Jadi, sekarang silahkan

saja, siapapun, melakukan tuntutan

kepada elite daerah yang melanggar

undang-undang. Saya kira, soal

bagaimana mendorong PAD, itu

tidak masalah asalkan sesuai dengan

rencana yang ada. Karena, itu RTRW

harus disepakati bersama sebagai

acuan semua pihak. Itu syarat per-

tama. Di dalam rencana itu, boleh

saja dibuat desain macam-macam

untuk mendukung peningkatan pen-

Foto

: do

k

Pembangunan perumahan di daerah, salah satu cermin dari kesiapan Pemda dalam melaksanakan amanah Undang-undang Penataan Ruang

Page 30: Majalah_KIPRAH20120316133705

30 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

“Di dalam rencana bolehsaja dibuat agar

mendukung peningkatanpendapatan asli daerah,meningkatkan investasi,

dan sebagainya. Itunggak apa-apa. Bahkan,

memang harus demikian.”

dapatan asli daerah, dan sebagainya.

Bahkan, RTRW yang ideal semestinya

memang harus demikian. Hanya saja,

jika sudah ditetapkan dalam rencana,

tolong dipatuhi, jangan kemudian

bermain-main dengan itu. Apalagi, se-

karang ini kan sudah ada sanksinya.

Jangan main-main dengan amanah

penataan ruang, itu tindakan pidana.

Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-

rah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bila

tak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataan

ruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkan

undang-undang?undang-undang?undang-undang?undang-undang?undang-undang?

Bisa. Misalnya, kalau dia mem-

berikan izin yang tidak sesuai dengan

ketetapan dalam perencanaannya

maka dia bisa terkena sanksi.

Itu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisa

menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?

Masyarakat bisa menuntut

Bupati. Jika perlu dengan semacam

class action. Selain itu, ke depan,

pengawasan teknis akan semakin

efektif. Menurut Undang-Undang

Penataan Ruang itu ada penyidik PNS

di daerah yang akan menilai hal itu.

Peran penyidik PNS itu sangat vital

untuk melihat ada atau tidak indikasi

penyimpangan.

Di mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNS

itu?itu?itu?itu?itu?

Di seluruh tingkatan ada. Di

daerah juga ada, namanya Penyidik

PNS di bidang penataan ruang. Untuk

itu, kita menjalin koordinasi dan kerja

sama dengan POLRI dan aparat hu-

kum lainnya.

Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-

lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,

seperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataan

ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?

Hari Tata Ruang Nasional ini kan

temanya “Bersama Menata Ruang

untuk Semua”. Artinya kita ini seka-

rang kick-off. Maka, tadi (pada acara

puncak peringatan Hari Tata Ruang,

red) seluruh pihak bersedia untuk

memberikan statemennya, karena

mereka itu kan sebetulnya pelaku-

pelakunya. Inilah kick-off supaya se-

mua pihak bisa berbuat lebih baik.

Kawasan industri di Semarang

Foto

: ek

o

Page 31: Majalah_KIPRAH20120316133705

31VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Akibat urbanisasi, tidak se

mua warga kota menem

pati permukiman yang la-

yak yang di sana tersedia prasarana

sanitasi. Lantaran terjadi pembeng-

kakan jumlah penduduk, berbagai

prasarana perkotaan pun dibangun.

Namun, sedihnya, dalam waktu

bersamaan, pengembangan kawas-

an itu tidak menyediakan prasarana

dasar untuk sanitasi, seperti air mi-

num, drainase, limbah dan sampah.

Akibatnya jelas, beban lingkungan

kota menjadi kian sarat.

Menurut Dirjen Cipta Karya,

Budi Yuwono, masalahnya tidak

terhenti pada bahwa setiap per-

mukiman, bahkan kota, menyediakan

prasarana dasar itu—andai hal ini

Kondisi habitat kota-kota di Indonesia telah demikian memprihatinkan. Terdapathubungan kausalitas yang kentara di sana. Yakni, antara arus urbanisasi yang terusmeningkat dari hari ke hari dan pengendalian pemanfaatan ruang kota yang padaumumnya buruk.

telah terjadi. Habitat sebagai kesa-

tuan lingkungan tidak tersekat oleh

batas-batas wilayah administratif.

Dan, tidak semua kota bisa meme-

nuhi kebutuhan warganya akan air

minum. “Karena itu, cara melihat

masalah ini tidak bisa secara mikro,

tetapi makro. Diperlukan usaha untuk

mendorong regionalisasi dalam pe-

ngembangan prasarana dasar itu,”

ucap Budi Yuwono.

Benar, dengan demikian terjadi

keselarasan antara penataan ruang

dan pengelolaan habitat. Membin-

cangkan dua topik besar yang mo-

mentumnya terjadi pada waktu yang

hampir bersamaan, yakni Hari Habi-

tat Dunia 2008 (6 Oktober) dan

World Town Planning Day (8 Novem-

ber), editor Majalah KIPRAH, Agung

Y. Achmad dan Sofwan D Ardyanto

menemui Dirjen Cipta Karya Budi

Yuwono dalam sebuah wawancara

di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berikut petikannya.

Tata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisa

dikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidang

Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-

manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-

mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-

ya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakan

Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?

Mari kita melihat dulu per-

soalan yang menghubungkan dua

urusan ini. Pertama, tekanan ter-

hadap urbanisasi masih tinggi. Akibat

urbanisasi ini, ada kelompok ma-

“Kita SemestinyaMengarah ke Konsep

Regionalisasi”

Dirjen Cipta Karya:

WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara

Page 32: Majalah_KIPRAH20120316133705

32 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

syarakat yang kemudian tidak bisa

memenuhi kebutuhan mereka akan

permukiman yang layak. Sementara

itu, di sisi lain, Pemerintah juga

terlambat memenuhi kebutuhan

mereka karena kecepatan pertum-

buhan (yang sangat cepat) itu. Pra-

sarana kota rata, seperti air minum,

limbah dan sampah, rata terlambat

disediakan. Akibatnya, muncul kan-

tong-kantong kumuh kota.

Kedua, dari sisi perencanaan,

setiap kabupaten dan kota di negeri

ini rata-rata memang sudah memiliki

RTRW, namun karena tekanan ur-

banisasi tadi menyebabkan meka-

nisme pengendalian menjadi sangat

lemah. Hal itu terefleksi pada proses

pemberian izin, dan seterusnya.

Akibatnya, kita lihat, daerah-daerah

yang seharusnya menjadi daerah

resapan akhirnya menjadi daerah

permukiman, yang kumuh pula.

Tempat-tempat yang seharusnya

untuk hunian justru berubah menjadi

daerah perdagangan karena di sana

berdiri ruko-ruko. Juga, pasar-pa-

sar tradisonal, yang semestinya dihi-

dupkan justru malah tenggelam oleh

arus investasi pasar modern. Akibat-

nya, harmonisasi yang diharapkan

tidak terjadi. Disharmoni itulah ke-

mudian yang mengganggu ken-

yamanan di banyak kota.

Dalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjur

buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-

nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan?

Sekarang ada UU No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang. Se-

baiknya semua Pemda merevisi

RTRW. Sekarang ini, UU sudah dileng-

kapi dengan sanksi-sanksi yang kon-

kret, bahkan nantinya akan ada

pengamat atau pengawas.

Dalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yang

saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,

mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-

sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,

seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,

drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?

Infrastruktur merupakan salah

satu poin penting dalam penataan

ruang. Oleh karena itu, sebuah pro-

ses penataan ruang yang ideal akan

selalu memiliki dimensi pada pe-

nyediaan infrastruktur. Misalnya,

apakah daya dukung sebuah ka-

wasan terhadap air cukup. Mana saja

daerah-daerah resapan air yang mesti

diselamatkan; atau titik-titik mana saja

yang harus dibangunkan prasarana.

Memang, untuk prasarana-prasarana

tertentu harus ada keterpaduan

antara kota yang satu dengan kota

lain, atau kabupaten yang satu de-

ngan kabupaten lainnya, sehingga

melahirkan sebuah konsep prasarana

regional yang saling mendukung.

Sungguh, saat ini semestinya kita

sudah harus mengarah ke konsep

regionalisasi yang semacam itu.

Siapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasi

itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-

onalisasi?onalisasi?onalisasi?onalisasi?onalisasi?

Dalam Undang-undang No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah pun dimungkinkan ruang

untuk kerja sama itu jika memang

mereka memerlukan kerja sama.

Yang mendorong, ya, semestinya

Gubernur. Sebagai pejabat tertinggi

di Provinsi, semestinya Gubernur

lebih bisa melihat peta kondisi ling-

kungan secara lebih luas.

Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-

takan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatan

penataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadar

berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,

tapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dan

mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-

ang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitan

erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.

Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?

Pendapat semacam itu ada

betulnya sebab pengendalian ter-

hadap pendirian bangunan pada

suatu kawasan adalah urusan mikro,

seperti pengaturan di mana saja

boleh berdiri rumah atau mall, bah-

kan hingga aturan detail tentang

tinggi dan jarak antarbangunan. Itu

kan detail-detail yang bersifat mikro.

Tapi, untuk merencanakan infra-

struktur prasarana dasar kota, kita

tidak bisa melihatnya secara mikro.

Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?

Dalam konteks prasarana dasar

tidak bisa mikro. Mengurus persam-

pahan, misalnya, sampah mau buang

ke mana. Selain harus ada konsep

makronya, mesti ada juga proses 3R-

nya. Begitu juga urusan air minum,

tidak bisa dilihat secara mikro. Tidak

ada kota yang dapat memenuhi

kebutuhan air minumnya sendiri.

Banyak kota mengandalkan sumber

air baku dari kabupaten-kabupaten

lain. Nah, dalam konteks ini pula

konsep regionalisasi menjadi penting.

Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,

saat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitat

perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?

Kondisinya menurun.

Pada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang seperti

apa?apa?apa?apa?apa?

Memprihatinkan.

Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-

nyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukiman

yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-

“Banyak pengembangyang merasa bahwa

prasarana sanitasidianggap sebagai cost

(beban). Akhirnya,kebutuhan prasarana

sanitasi itu kembalimenjadi beban

pemerintah. Di sisi lainpemerintah masih belummampu melayani semua

wilayah.”

Page 33: Majalah_KIPRAH20120316133705

33VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,

prasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebih

lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?

Jika skalanya kota, itu belum

menjamin. Jakarta memiliki kawasan

Pondok Indah yang mungkin bisa

bagus lingkungannya. Tetapi, lihat

lingkungan sekitarnya, masih buruk.

Lihat juga dampaknya terhadap

sungai, pasti buruk juga. Lagipula

belum semua pengembang meme-

nuhi kelengkapan prasarana dasar

itu. Banyak pengembang yang mera-

sa bahwa bahwa prasarana sanitasi,

misalnya, masih merupakan sebagai

cost (beban). Akhirnya kebutuhan

prasarana sanitasi itu kembali men-

jadi beban pemerintah. Sementara di

sisi lain pemerintah masih belum

mampu melayani semua wilayah.

Mengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajiban

pengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasa-----

rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?

Kami dengan Menpera dan REI

sedang membuat semacam pera-

turan pedoman teknis yang akan

dikeluarkan Menteri PU dan kelak

agar diperdakan. Untuk perumahan

menengah ke atas urusan sanitasi

akan dibebankan pada konsumen.

Tetapi untuk kavling 60-90 meter

persegi akan disubsidi pemerintah.

Subsidi itu tidak dalam bentuk uang,

tentunya, melainkan dalam bentuk

bantuan teknis prasarana.

Terkait dengan Hari Habitat,

sejak tahun 2001 hingga tahun 2008,

Hari Habitat selalu mengusung tema

kota, dan hanya sekali saja isu per-

desaan mengemuka, yakni pada

tahun 2004 dengan tema Cities: En-

gine of Rural Development. Apakah

itu artinya, habitat perdesaan belum

begitu penting untuk diperhatikan?

Tema-tema itu kan tema yang

mendunia pada Hari Habitat Dunia.

Tentu saja, tema Hari Habitat di Indo-

nesia pun mengikuti tema interna-

sional itu. Jika kemudian tema-te-

manya sangat berorientasi pada kota,

hal itu karena persoalan yang terjadi

di habitat perkotaan dianggap lebih

mendesak. Apalagi, kota adalah en-

gine pertumbuhan. Oleh karena itu,

kota harus sehat. Apalagi saat ini,

konsentrasi penduduk ada di per-

kotaan. Pada saat ini saja sudah 55%

penduduk dunia yang tinggal di

perkotaan, sebentar lagi 60%. Dan,

itu pada lahan yang sempit.

Apakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitat

perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-

tikan?tikan?tikan?tikan?tikan?

Bukan begitu. Perhatian tetap

ada. Konsep Agropolitan kan dikem-

bangkan untuk mengembangkan

kawasan perdesaan. Namun, skala

prioritas dunia saat ini memang masih

tentang habitat di perkotaan.

Pemanfaatan ruang kota untuk bangunan rumah dan gedung-gedung tinggi di Kota Jakarta: sudahkah sesuai RTRW?

Page 34: Majalah_KIPRAH20120316133705

34 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Surabaya telah berubah.

Setidaknya, kota metropolitan

terbesar kedua setelah Jakarta

ini telah mulai “berevolusi” menjadi

sebuah kota yang lebih harmoni.

Ungkapan ini bukan sebuah ideali-

sasi, bukan juga sebuah kalimat basa-

basi, melainkan fakta yang bisa

dirasakan secara visual ketika sese-

orang berada di kota ini. Tak hanya

itu, perubahan itu juga berbuah

pujian dan penghargaan.

Dalam konteks pengelolaan

kota, jika sudut ukurnya adalah

bidang infrastruktur, sementara ini

Walikota Surabaya Bambang D.H:

Kota yang Harmonis Berawal dariInfrastruktur yang Tertata

belum ada kota yang bisa melam-

paui prestasi Surabaya. Betapa tidak,

tahun lalu Surabaya meraih lima

Tropi PKPD-PU sebagai penghar-

gaan atas kiprah para pemangku

kota ini melakukan pengelolaan di

lima bidang: Sanitasi Persampahan,

Penanganan Permukiman Kumuh

Perkotaan, Pembinaan Bangunan

Gedung, Pengelolaan Jalan dan

Jembatan, serta Pembinaan Jasa

Konstruksi. Bahkan, satu tahun

sebelumnya Surabaya juga meraih

Tropi PKPD-PU untuk Bidang Pena-

taan Ruang, yang tahun 2007 lalu ini

khusus untuk kategori Kota Metro-

politan tidak dilombakan.

Prestasi Surabaya di bidang

pengelolaan infrastruktur itu ternyata

merupakan sebuah mata rantai pen-

ting dari sebuah upaya yang dila-

kukan pengelola kota ini untuk me-

wujudkan sebuah Kota yang Har-

monis (The Harmonious City).

Fenomena Surabaya dengan

prestasinya di bidang infrastruktur

tidak bisa dilepaskan dari visi Bam-

bang Dwi Hartanto, yang dipercaya

warga Surabaya untuk menjadi wali-

kota mereka. Bambang D.H, begitu

WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara

Page 35: Majalah_KIPRAH20120316133705

35VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

namanya biasa ditulis, ternyata meru-

pakan seorang walikota yang sangat

melek infrastruktur. Bahkan, secara

sadar ia menjadikan pembenahan

sektor ini sebagai pintu masuk pem-

benahan Surabaya.

Prinsipnya sederhana: bahwa

kota yang secara fisik dan visual mem-

berikan kenyamanan pada warganya

maka hal itu merupakan modal pen-

ting yang akan memberikan efek

domino bagi harmonisasi di sektor-

sektor kehidupan lain. Memang,

prinsip itu terkesan abstrak. Oleh

karena itu, secara khusus KIPRAH

terbang ke Surabaya untuk menemui

laki-laki yang telah dua periode me-

mimpin Surabaya sebagai Walikota ini,

untuk menggali lebih dalam visinya

tentang Kota yang Harmonis. Tentu

saja, dalam konteks Surabaya. Berikut

petikannya:

lah besar. Nah, saya akhirnya memilih

untuk menjadikan pembenahan fisik

kota sebagai pintu masuk untuk mewu-

judkan keharmonisan itu.

Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?

Beberapa hari setelah menjabat

sebagai Walikota, saya membaca

sebuah surat pembaca di Jawa Pos

yang mengomentari Surabaya seba-

gai kota yang sakit. Sakit secara fisik

dan sakit secara sosial.

Respon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapi

surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?

Secara fisik, ketika itu Surabaya

memang relatif ‘sakit’. Di musim

panas, siang sangat terik. Pada malam

hari, sisa-sisa panas itu masih terasa.

Itu terjadi karena waktu itu Surabaya

miskin pohon. Sementara di musim

hujan, sungai-sungai meluap karena

saluran pematusan (baca: drainase)

tidak lancar. Suasana yang seperti itu

semakin membuat masyarakat Sura-

baya, yang berkarakter temperamen-

tal, menjadi semakin mudah murah

dan emosi, yang pada akhirnya

menjauhkan kehidupan sosial dari

suasana harmonis. Nah, karena itu

saya semakin yakin bahwa fisik kota

sangat berpengaruh pada kehar-

monisan hidup di sektor non-fisik. Itu

visi saya.

Visi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudah

diwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimana

Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?

Sebagai seorang Walikota, se-

belum memutuskan sebuah kebi-

jakan yang tepat bagi kota, pemetaan

terhadap persoalan harus jelas. Oleh

karena itu, saya melakukan iden-

tifikasi tentang berbagai masalah

yang ada sehingga saya bisa me-

nyusun program yang tepat agar

kota yang identifikasi sakit secara fisik

dan sosial ini bisa segera menjadi

sehat. Di sektor infrastruktur fisik, saya

perintahkan Dinas-Dinas Teknis untuk

Hari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memiliki

tema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagai

Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-

kangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraih

prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-

lolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visi

Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?

Saya ingin mengawali dengan

analog antara kota dan orkestra. Bagi

saya, harmoni adalah keseimbangan.

Pada sebuah orkestra, harmoni musik

yang dimainkan ada di tangan tangan

sang konduktor. Dialah yang memadu

harmoni. Dalam konteks pengelolaan,

seorang Walikota adalah sang kon-

duktor. Ia harus mampu mewujudkan

sebuah keseimbangan antara seluruh

elemen kehidupan yang ada di kota ini.

Nah, waktu saya mulai menjabat seba-

gai Walikota, saya melihat ada yang

tidak pas dengan Surabaya sebagai

sebuah habitat kehidupan. Ada masa-

Suasana dukuh Pakis Surabaya

Page 36: Majalah_KIPRAH20120316133705

36 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Foto

: Do

k.L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

menyusun rencana induk, seperti

rencana induk sistem drainase kota,

dan sebagainya. Ternyata, setelah

rencana induk itu jadi, hasilnya

mencengangkan: Surabaya sering

banjir karena banyak saluran pema-

tusan yang tidak tembus laut. Aliran

sungai-sungai seperti Kali Kebon-

agung, Kali Bokor, Kali Wonorejo,

dan sebagainya terhalang oleh pe-

nyempitan di mulut muara. Bayang-

kan, ada mulut muara yang hanya

tinggal dua meter saja. Akibatnya,

terjadi efek bottle neck (melambat),

yang pada akhirnya menimbulkan

genangan. Tahun 2004, muara-

muara itu kami keruk. Kami bersihkan.

Sekarang rata-rata lebar mulut muara

itu sudah 15 meter sampai 20 meter.

Kami juga keruk lumpur-lumpur pada

riool bikinan Belanda di Jalan Em-

bung Malang yang sudah puluhan

tahun tidak pernah dikeruk. Perlu

waktu dua tahun untuk member-

sihkan itu.

Mengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadi

sangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salah

satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?

Sebagai kota pantai, Surabaya

ini dulu sering banjir. Saya ingin

membuat preseden positif dengan

menata drainase agar Surabaya

bebas banjir untuk membuka mata

masyarakat. Hasilnya, positif. Ketika

Jakarta lumpuh karena banjir, Sura-

baya tidak banjir. Baru masyarakat

sadar dan memberi apresiasi kepada

Pemerintah Kota.

Saat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di Surabaya

penuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga di

lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-

mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?

Dulu, setiap kota punya alun-

alun. Di sanalah interaksi sosial

antarwarga berlangsung. Seka-

rang, interaksi itu pindah ke mall-

mall dan plaza. Memang itu tidak

salah. Tapi, ada hal-hal yang tidak

bisa diberikan mall atau plaza, yang

hanya bisa diberikan oleh taman.

Suasana yang hi jau di taman

mencerahkan jiwa siapapun yang

menikmatinya. Interaksi yang ter-

jadi di taman merupakan sebuah

modal sosial yang sangat berharga.

Oleh karena itu, saya mengang-

garkan dana Rp 1 miliar per keca-

matan untuk membangun taman.

Memang, meskipun saya plot uang,

saya masih tetap berharap pem-

bangunan taman-taman itu bisa

didanai oleh perusahaan-peru-

sahaan untuk mensponsori pem-

bangunan taman-taman tersebut.

J ika sponsor t idak dapat, set i -

daknya ada cadangan uang. Jadi,

sebelum saya berhenti menjadi

walikota, setiap kecamatan sudah

akan memiliki taman. Kompleks-

Taman Bungkul, Surabaya

Page 37: Majalah_KIPRAH20120316133705

37VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

kompleks rumah susun pun akan

saya buatkan taman.

Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-

tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?

Sejak tahun 2002 saya sudah

menanam pohon lebih dari 1 juta

pohon. Tentang hal ini, tidak sem-

barang menanam, tapi ada strategi

yang saya lakukan, yakni: menanam

pohon yang sudah agak besar kare-

na tujuan penanaman pohon itu

adalah untuk mempercepat penye-

rapan polutan di kota dan mempro-

duksi oksigen bagi kota. Selain itu,

pohon-pohon yang ditanam juga

pohon-pohon berkanopi dan memi-

liki nilai estetika tinggi. Jarak tanam

pun harus diperhatikan. Juga pola

penanaman jenis pohonnya, dibuat

bervariasi: ada sonokeling, kemboja,

jagaranda, dsb. Jika perlu dibuat

warna-warni. Sungguh, elemen este-

tika fisik itu punya impact yang sangat

luar biasa dengan keharmonisan

rohani orang yang tinggal di sebuah

lingkungan. Lingkungan yang tertata

dan asri akan menenangkan suasana

hati sehingga bisa meredam kei-

nginan untuk marah, misalnya. Jika

anak-anak kita dididik tidak dengan

suasana emosi jiwa yang tidak tem-

peramental akan lebih bagus, bukan?

Itu artinya, secara tidak langsung tata

lingkungan memberi dampak pada

pola asuh anak.

Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-

katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?

Harmonisasi kota juga terkait

dengan memberikan rasa aman

kepada warga tentang hal-hal yang

mereka paling risaukan. Menurut

hasil pemetaan yang saya lakukan,

ternyata mereka paling risau tentang

dua hal: biaya pendidikan dan biaya

kesehatan. Maka, saya mencoba

melakukan intervensi untuk mengu-

rangi dua beban itu dalam bentuk

subsidi. Tapi toh, pada akhirnya

bersentuhan juga dengan kebijakan

fisik kota. Saya jadi walikota, kam-

pung-kampung saya paving. Dalam

pikiran saya, jika jalan kampung

bagus, maka lingkungan akan lebih

mudah ditata. Dengan begitu, pe-

luang untuk sakit menurun. Itu ar-

tinya, pos pengeluaran untuk biaya

berobat berkurang.

Bagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapi

sikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulit

menerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah program

penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-

jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?

Intinya harus ada komunikasi.

Saya setiap tahun melakukan perte-

muan dengan seluruh Ketua RW se-

Surabaya, sekitar 1.500 RW. Tahun

pertama (waktu itu di Hotel Marriot), isi

pertemuan dipenuhi dengan caci maki

kepada walikota. Bahkan, akhir-akhir ini

sudah dengan Ketua RT. Setiap tahun,

caci maki itu semakin berkurang. Selain

itu, setiap tahun saya juga bertemu

dengan seluruh Kepala Sekolah se-

Surabaya mulai dari tingkat TK hingga

SLTA. Juga, dengan Ketua dan Sekre-

taris OSIS SMP dan SMU se-Surabaya.

Ternyata, hal itu efektif menghilangkan

tawuran pelajar.

Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-

paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?

Secara naluriah, tidak ada o-

rang yang secara utuh menerima

policy yang dianggap mengurangi

hak mereka. Pasti ada perlawanan,

meskipun skala perlawanannya ber-

beda-beda. Saya mencoba memberi

kesadaran kepada mereka bahwa

jika saya sebagai walikota bertindak

tegas hal itu semata-mata adalah

dalam konteks menjaga harmoni.

Tentang penggusuran, saya sam-

paikan kepada masyarakat bahwa

saya sebagai walikota tidak ingin

menggusur mereka. Saya hanya

ingin mengembalikan fungsi semua

fasilitas-fasilitas publik yang ber-

ubah fungsi. Trotoar bukan untuk

berdagang. Pasar bukan untuk

tempat tidur. Sungai bukan untuk

tempat membuang sampah. Jadi,

saya akan tetap tegas untuk meng-

awal pengembalian fungsi-fungsi

fasilitas-fasilitas kota.

Harmonisasi kota jugaterkait denganmemberikan rasa amankepada warga tentanghal-hal yang merekapaling risaukan. Menuruthasil pemetaan yangsaya lakukan, ternyatamereka paling risautentang dua hal: biayapendidikan dan biayakesehatan.

Page 38: Majalah_KIPRAH20120316133705

38 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Nama Hendro Pranoto

sangat identik dengan

sejarah pembangunan

perkotaan di negara ini, khususnya

dalam konteks pembangunan pra-

sarana kota terpadu, yang kemudian

terkenal sebagai Program Pemba-

ngunan Prasarana Kota Terpadu

(P3KT). Meski sudah pensiun sebagai

PNS Departemen Pekerjaan Umum,

di usianya yang sudah lewat sembilan

windu, Hendro Pranoto masih aktif

memberikan sumbangsih tenaga dan

pikiran dalam derap pembangunan

perkotaan di negeri ini. Di sebuah

bilik ruangan yang terletak di ling-

kungan Ditjen Cipta Karya, KIPRAH

menemui Hendro untuk sebuah wa-

wancara, tentang bagaimana sekilas

sejarah pembangunan prasarana

perkotaan yang pernah berlangsung

di negeri ini. Berikut petikannya:

Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-

nan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnya

mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-

monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-

diaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apa

sebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang paling

krusial?krusial?krusial?krusial?krusial?

Membangun kawasan perko-

taan tidak sekadar membangun

prasarana kota, tapi juga tentang

membangun ekonomi perkotaan,

mengelola keragaman sosial dan

budaya, hingga merangkul warga

kota untuk mau terlibat dalam pem-

bangunan perkotaan. Membangun

perkotaan, bukan hanya tentang

membangun jaringan jalan, saluran

drainase, pipa-pipa air minum dan air

limbah. Bukan hanya itu. Kota adalah

sebuah bagian dari sistem masya-

rakat, yang melakukan berbagai

kegiatan di berbagai sektor kehi-

dupan. Jadi, pembangunan pra-

sarana hanyalah satu bagian kecil.

Oleh karena itu, bagi saya, prinsip

keterpaduan dan partisipasi warga

tetap menjadi simpul krusial hingga

saat ini.

Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-

bangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identik

dengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masih

sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.

Memang, itu karena secara vi-

sual perkembangan fisik mudah

diukur. Jika secara fisik sebuah kota

tampak rapi dan prasarana kota yang

ada terpelihara dengan baik kemu-

dian itu menjadi ukuran bahwa kota

tersebut terkelola dengan baik. Oleh

karena itu, dalam urusan pemba-

ngunan perkotaan Departemen

Pekerjaan Umum selalu berada di

depan (leading) karena alasan tadi.

Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-

an prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apa

sehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuah

kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?

Harmonis itu kan sebuah sifat,

yang bisa merasakan adalah warga

kota. Jadi, ukuran harmonis itu ukuran-

nya harus mempertimbangkan harmo-

nis menurut warga kota. Jangan har-

monis menurut kemauan planner atau

pemerintah. Yah, harus ada proses dia-

log. Bukankah sebenarnya pemba-

ngunan itu pada akhirnya masyarakat

juga yang harus membiayai. Masya-

rakat membayar listrik, air minum,

retribusi sampah, pajak-pajak dan

sebagainya, itu kan dalam rangka

membiayai pembangunan.

Hendro Pranoto:

TerpaduuntukHarmoni

WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara

Page 39: Majalah_KIPRAH20120316133705

39VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Mandor Jalan

Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang planner planner planner planner planner se-se-se-se-se-

nior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihat

para pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota di

negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-

kumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaan

wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?

Di sinilah masalahnya. Saya

tidak ingin sinical, tapi ada lelucon

tapi serius tentang siapa saja yang

sering melanggar dokumen peren-

canaan sebuah kota. Pertama, Kepala

Daerah atau orang pemerintahan

yang tidak begitu mengerti dampak

dari sebuah pelanggaran terhadap

sebuah perencanaan kota. Kedua,

orang yang punya banyak uang,

yang dengan uangnya bisa mem-

bangun apa saja meski itu melanggar

perencanaan. Ketiga, orang yang

punya pangkat, yang dengan pang-

katnya dan kekuasaannya membuat

ia bisa membangun sebuah ba-

ngunan, misalnya, meskipun itu

melanggar peruntukan. Dan keem-

pat, planner itu sendiri, yang tidak

memiliki sikap tegas pada produk

rencana yang ia sudah yakini dibuat

secara benar.

Menurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomi

daerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudah

siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-

kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?

Sebenarnya sebelum ada Oto-

nomi Daerah pun pembangunan

perkotaan di daerah itu dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah. Meski men-

jadi urusan lokal, Pemerintah Pusat

tetap merasa bertanggung jawab

agar kota-kota tersebut memiliki

prasarana kota yang memadai. Pusat

tidak ingin dong kota-kota itu minus

prasarana karena pada akhirnya hal

itu akan berdampak pada kepen-

tingan dan stabilitas nasional. Jadi,

meskipun sekarang ini peran Daerah

lebih besar dan relatif lebih siap, saya

rasa peran Pusat tetap harus ada,

seperti bantuan teknis dan pem-

biayaan.

Meskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudah

tidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihat

keterpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunan

perkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justru

semakin baik?semakin baik?semakin baik?semakin baik?semakin baik?

Ini kan hanya soal nama. P3KT

hanyalah sebuah istilah atau nama

dari sebuah program. Yang penting

adalah prinsip dari keterpaduan itu

sendiri: dilaksanakan atau tidak?

Sedikit kilas balik, sebelum P3KT ada,

dulu dalam membangun prasarana

kota, PU menanganinya secara sek-

toral. Sendiri-sendiri. Melalui P3KT,

kami menggelindingkan pendekatan

baru: keterpaduan. Makna keter-

paduan di sini yakni bawah sesung-

guhnya pembangunan pada sebuah

sektor sangat terkait dengan sektor

lainnya. Tentang air, misalnya, antara

air bersih dan air limbah punya kaitan,

juga dengan drainase. Sementara

drainase terkait dengan pengelolaan

sampah dan pengelolaan jalan. Saya

rasa kesadaran tentang keterpaduan

itu sudah mengakar. Sekali lagi, P3KT

hanyalah sebuah nama. Ruh dari pro-

gram itu kini ada di mana-mana di

berbagai program yang digerakkan

oleh Departemen PU. Namun, saya

yakin, kota yang harmonis akan lebih

cepat terwujud melalui sistem pem-

bangunan perkotaan yang terpadu.

“Pusat tidak ingin dongkota-kota itu minusprasarana karena padaakhirnya hal itu akanberdampak padakepentingan danstabilitas nasional.”

Salah satu sudut Kota Bandung

Foto

: ek

o

Page 40: Majalah_KIPRAH20120316133705

40 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Pemerintah perlu kaji ulang

peraturan dan perundang-

undangan tentang perumah-

an dan permukiman (Perkim). Sebab,

perangkat hukum tersebut tidak

sesuai lagi dengan tantangan pada

saat ini. Selain itu pemerintah juga

tidak boleh melakukan penggusuran

semena-mena di lokasi kumuh, tanpa

memberikan solusi kepada warga.

Kalau pemerintah ingin menggusur

kawasan kumuh di perkotaan, me-

reka harus memberikan solusi terbaik,

ke mana mereka akan dipindahkan.

Penggusuran kawasan kumuh

yang terjadi di banyak kota hanya

akan hasilkan equalitas dan proses

pemiskinan, jika tidak memperhatikan

peran, kebutuhan dan kepentingan

berbagai pihak. Sebab, pada da-

sarnya mereka lebih suka tinggal di

dekat kota karena akses ke kota lebih

dekat, dan banyak warga miskin kota

yang tidak mampu membayar ong-

kos transpotasi setelah pindah ke

lokasi baru yang letaknya lebih jauh

dari kawasan pusat. Akhirnya, mere-

ka lebih memilih tinggal di permu-

kiman ilegal, seperti di sepanjang

bantaran kali, rel kereta api, dan

sebagainya, sehingga menciptakan

kawasan permukiman kumuh baru.

Kenapa terjadi demikian? Me-

nurut saya, masalah pokoknya adalah

pemahaman kita tentang Perkim

tidak jelas. Mestinya, tanah itu kan

dikaitkan untuk memenuhi hak orang

atas rumah yang layak, sebagai

tujuan utama. Tetapi, ironinya, definisi

tentang “layak” itu sendiri pemerintah

juga tidak pernah menjelaskan secara

betul. Tolok ukur, tujuan dan laporan

pemerintah selama ini tidak jelas.

Sebab, yang sering dilaporkan a-

dalah jumlah KPR dan RSH yang telah

dibangun atau jumlah kekurangan

rumah. Itu pun angkanya selalu

berubah-ubah, tergantung siapa

yang ngomong. Ada yang menye-

but angka 4,6 juta, berarti ada sekitar

15 juta jumlah penduduk kita tak

memiliki rumah tinggal yang tetap

dan layak huni. Ada yang menyebut

jumlah lain.

Jadi, itu yang perlu diluruskan

terlebih dahulu. Rumah itu kan hanya

sarana. Tujuannya adalah membe-

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

Kaji Ulang Undang-Undangtentang Perkim*

Johan Silas**

Page 41: Majalah_KIPRAH20120316133705

41VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

rikan kelayakan rumah tinggal dan

meningkatkan kehidupan yang lebih

sejahtera. Pertanyaannya, apakah

kita sudah memberikan jaminan

sejahtera melalui pelayanan rumah

yang layak? Berapa besar pening-

katannya, berapa jumlah rumuh

kumuh yang berkurang dan seba-

gainya. Pernyataan ini seharusnya

dijadikan sarana laporan tahunan.

Banyaknya daerah kumuh di

kota-kota di Tanah Air terjadi akibat

kesalahan dalam perencanaan dan

perancangan sejak awal. Karena itu,

produk hukum UU nomor 4 Tahun

1992 tentang Perumahan dan Per-

mukiman perlu ditinjau ulang, karena

sudah tidak cocok lagi. Undang-

undang itu lahir pada saat kondisi

ekonomi kita tinggi. Ketika kesejah-

teraan itu seakan-akan ada di mana-

mana. Namun sekarang kondisi dan

tantangannya sudah jauh berbeda,

maka diperlukan rambu-rambu baru.

Yaitu, berupa konsep, kebijakan, dan

rencana tindak pengembangan Per-

kim secara adil, dengan memper-

hatikan peran, kebutuhan, dan ke-

pentingan berbagai pihak. Upaya-

upaya tersebut senyatanya tidak

dapat dipisahkan dari keterkaitan UU

No 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dan kecenderungan era glo-

bal pasar bebas.

Konsep dan kebijakan itu harus

menjadi acuan penting bagi pejabat

pemerintah kota, para perencana

kota, dan pengembang swasta dalam

praktek-praktek pembangunan per-

mukiman ke depan. Yaitu, penye-

lenggaraan pengembangan kawas-

an kota secara harmonis (spasial, fisik

lingkungan, sosial, ekonomi dan

budaya), melalui optimalisasi peran

berbagai stakeholder. Itu bisa terse-

lenggara bila ada kesadaran baru dari

para pemangku kepentingan.

Kondisi kawasan Jabodetabek,

misalnya, yang semakin semrawut

akibat perencanaan tidak memadai

dan lemahnya pengendalian. Lihat

saja, kota-kota yang berada di sekitar

Jakarta seringkali harus menerima

limpahan penduduk dari Jakarta.

Akbatnya, kawasan permukiman

semakin banyak berkembang di

pinggiran dengan segala implika-

Johan Silas

Kawasan hunian di Kota Jakarta

Foto

: ek

o

Page 42: Majalah_KIPRAH20120316133705

42 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama

sinya. Seperti kemacetan, pening-

katan polusi, terbatasnya pelayanan

infrastruktur. bahkan beberapa kasus

sampai menimbulkan konurbasi

antara kota inti dan kota-kota satelit.

Itu semua berdampak lebih

jauh berpengaruh terhadap daya

dukung sumber daya air, energi, dan

ketahanan pangan. Maka, jangan

kaget kalau Jakarta semakin akrab

dengan banjir, rob, bahkan keke-

ringan. Jakarta juga menghadapi

pengembangan Perkim karena keter-

kaitannya dengan kota-kota sate-

litnya itu, yang seharusnya dapat

tumbuh secara sinergis.

Idealnya, pertumbuhan kota-

kota metropolitan seperti Jakarta,

Surabaya, Medan, atau Makassar,

dapat menjadi Primate City dan

dampaknya berguna bagi perkem-

bangan kota itu sendiri maupun

terhadap peranan kota dalam mem-

fasilitasi pengembangan wilayah dan

mendukung terwujudnya sistem

kota-kota nasional yang berhirarki.

Masalahnya, kota-kota dan daerah di

Indonesia pada umumnya juga ma-

sih menghadapi persoalan inter-

nalnya masing-masing. Yakni, antara

lain: inefisiensi pelayanan, penurunan

daya dukung lingkungan, belum

memadainya infrastruktur, dan per-

masalahan sosial ekonomi.

Kota – DesaKota – DesaKota – DesaKota – DesaKota – Desa

Berbagai hal tersebut perlu

segera diantisipasi agar perkem-

bangan kawasan Perkim tidak sema-

kin menurun. Agar hal itu dapat

dicapai, perlu didukung oleh adanya

keterkaitan antara kota dan desa.

Artinya, perkembangan perdesaan

juga perlu diarahkan, sehingga

terbentuk keterkaitan yang saling

mendukung, saling menguntungkan

dengan kota-kota di sekitarnya.

Kota dan desa tidak boleh lagi

dilihat secara dikotomis, tetapi lebih

sebagai fenomena yang bertautan

(continuum). Artinya, ada keterkaitan

yang saling mendukung dan timbal

balik antara pembangunan kawasan

perkotaan dan perdesaan. Di satu sisi,

pengembangan kegitan pereko-

nomian di perdesaan tidak dapat

terlepas dari kota sebagai pusat

pengolahan produksi dan pema-

saran. Sementara, di sisi lain, pem-

bangunan perkotaan tidak dapat

dilakukan hanya melalui peman-

faatan sumber daya manusia dan

alam. Contohnya Singapura. Negara

ini tak dapat survive tanpa pasokan

kebutuhan dari negara tetangga.

Intervensi dan kebijakan peme-

rintah yang diperlukan untuk pe-

nguatan keterkaitan desa – kota adalah

membentuk kelembagaan dan jejaring

yang saling mendukung. Untuk itu,

faktor-faktor kebijakan lokal yang

komparatif dan kompetitf perdesaan

harus diperhatikan dan dikembang-

kan. Biarkan mereka tumbuh. Jangan

dicaplok dan hanya tertumpuk di satu

tempat tanpa memberi kebebasan

kota-kota lain untuk tumbuh ber-

kembang.

Oleh karena itu, Johan Silas

mengajak semua pihak untuk me-

ningkatkan kesadaran, berlaku adil,

bijaksana, dan melihat segala perma-

salahan Perkim secara lebih luas. Kita

benahi lembaga kita menyangkut

peran, tugas, dan tanggung jawab

masing-masing untuk saling mengisi

dan saling sinergi, menuju pengem-

bangan permukiman yang harmo-

nis.*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari

KIPRAHKIPRAHKIPRAHKIPRAHKIPRAH pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS,

Surabaya.Surabaya.Surabaya.Surabaya.Surabaya.

**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut

Teknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awal

November lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibat

dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,

NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.

Kota dan desa tidakboleh lagi dilihat secara

dikotomis, tetapi lebihsebagai fenomena yang

bertautan (continuum).Artinya, ada keterkaitanyang saling mendukungdan timbal balik antara

pembangunan kawasanperkotaan dan

perdesaan. Foto

: do

k

Salah satu pemandangan di kawasan kumuh kota: tanpa prasarana dasar memadai

Page 43: Majalah_KIPRAH20120316133705

43VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Coba cermati Pidato Presiden

Soesilo Bambang Yudhoyono

pada Peringatan Hari Habitat Dunia

2008. Pada paragraf ke-9 teks pida-

tonya, berbunyi seperti ini: “meskipun

tema pokok Hari Habitat Dunia tahun

ini dititikberatkan pada masalah kehar-

monisan kota tidaklah berarti bahwa

kita mengabaikan masyarakat yang

bermukim di perdesaan. Kota dan desa

hendaknya tidak tumbuh dengan

timpang, namun tumbuh secara har-

monis dan saling mengisi. Masyarakat

yang kita bangun adalah masyarakat

kota dan desa yang maju bersama.”

Sungguh, paragraf ini seolah

menjadi penyeimbang dari ketim-

pangan fokus perhatian Hari Habitat

yang hampir selalu berorientasi pada

kawasan perkotaan. Jika mau diurai-

kan, sejak tahun 2002 hingga 2008,

tema-tema Hari Habitat Dunia (HDD)

hampir selalu tentang perkotaan,

kecuali tema HDD tahun 2004 yang

memberikan porsi perhatian yang

seimbang bagi kawasan perkotaan

maupun perdesaan. Tema HDD Ta-

hun 2004 yakni Cities: Engine of Rural

Development atau Kota sebagai Peng-

gerak Pembangunan Perdesaan.

Bisa dimaklumi jika kemudian,

fokus HDD dari ke tahun sangat city

oriented (berorintasi pada kawasan

perkotaan), mengingat kerumitan

persoalan habitat di kawasan perko-

taan jauh lebih kompleks ketimbang

di perdesaan.

Menurut Soegimin Pranoto,

yang sebelum pensiun dari Depar-

temen Pekerjaan Umum menjabat

sebagai Staf Ahli Menteri PU, kawasan

perdesaan selama ini hanya menjadi

subordinasi dari kebijakan pemba-

ngunan kawasan perkotaan. Dalam

buku “Sejarah Pembangunan Permu-

kiman Perdesaan di Indonesia” yang

ditulisnya, ia menulis bahwa sejak

negeri ini merdeka terjadi perbedaan

kualitas prasarana permukiman yang

tajam antara perkotaan dan perde-

saan. “Bukan hanya pada fisik bangu-

nan rumahnya, tetapi juga kualitas

infrastruktur di lingkungan permu-

kimannya,” tulis Sugimin.

Memang, kehidupan rural sa-

ngat identik dengan kehidupan

negara-negara berkembang. Sedang-

kan Hari Habitat Dunia diprakarsai

dan direnungi oleh negara-negara

yang sudah relatif maju. Jadi, tam-

paknya, wajar jika tema-tema HDD

masih sangat berorientasi pada

kawasan perkotaan.

Perdesaan:Habitat yang Tak Boleh Dilupakan

Foto

: Fac

hri

Lat

ief

Seorang warga desa tengah memperhatikan hasil pembangunan berupa pengerasan jalan dan pembuatan saluran drainase

Page 44: Majalah_KIPRAH20120316133705

44 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

T a m u K i t aTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu Kita

Bagi sebagian kalangan,

kebijakan “menata kota” itu

dinilai lebih sebagai bentuk

jawaban atas kritik terhadap Bupati

Gresik K.H. Robbach Mas’sum, yang

selama masa lima tahun periode

pertama kepemimpinannya (2000-

2005) dianggap terlalu berkonsen-

trasi pada pembangunan desa.

Anggapan itu bisa benar, bisa

juga tidak. Kepada KIPRAH, Kiyai

Robbach Ma’sum mengaku bahwa

sebagai seorang Kepala Daerah ia

tidak akan bersikap zalim untuk lebih

condong menata satu di antara dua

kawasan itu: desa atau kota. “Desa

dan kota sama-sama penting. Justru

moto itu menjadi simbol bahwa

pembangunan di desa dan kota tidak

boleh jomplang,” katanya.

Namun, jika pun anggapan itu

benar, toh pilihan Kiyai Robbach itu

bukan sebuah kesia-siaan belaka.

Tahun 2006 lalu, Gresik menerima

penghargaan PKPD-PU atas keber-

hasilan Kabupaten ini melakukan

penataan permukiman kumuh di

kawasan perkotaan Gresik.

Dari sisi sejarah perkotaan,

Gresik adalah salah satu kota tertua di

pesisir utara pulau Jawa. Sebagai kota,

yang masyarakatnya berkembang

dengan akar tradisi budaya religius,

Gresik jelas memiliki keunikan ter-

sendiri. Bahkan, sejak era reformasi

bergulir, Gresik akhirnya dipimpin oleh

Wawancara Bupati Gresik, K.H. Robbach Ma’shum

Agama Bicara Tentang HabitatMembangun Desa Menata Kota merupakan sebuah idiom yang menjadi motosekaligus ruh pembangunan di Kabupaten Gresik. “Desa dan kota sama-samapenting. Justru motto itu menjadi simbol bahwa pembangunan di desa dan kotatidak boleh jomplang.”

Foto

: So

fwan

Page 45: Majalah_KIPRAH20120316133705

45VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

seorang kiyai—sebuah pilihan yang

sangat erat kaitannya dengan budaya

masyarakat Gresik yang sangat meng-

hormati kiyai dan pesantren.

Pada Rubrik Tamu Kita edisi ini,

KIPRAH sengaja melawat ke Gresik

untuk menjumpai Kiyai Robbach

Ma’sum, seorang kiyai yang juga

Bupati Gresik. Dari kabar yang tersiar

ke mana-mana, kiyai asal Desa Dukun

ini menerapkan konsep ilahiah dalam

menjalankan roda pemerintahan di

Kabupaten Gresik, sebuah konsep

yang sangat identik dengan sema-

ngat ajaran agama Islam. Bagaimana

ia memodifikasi simbol-simbol ajaran

Islam secara progresif sehingga

mampu menjadi motivasi yang

menggerakkan warga Gresik untuk

menata wilayah ini? Berikut per-

bincangan KIPRAH dengan Bupati

Gresik, K.H. Robbach Ma’sum.

Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-

latar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besar

“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya

kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?

Saya meyakini bahwa kebenaran

agama itu mutlak. Oleh karena itu,

dalam memproses dan mengelola

berbagai hal dalam kehidupan ini, saya

selalu berangkat dari kebenaran yang

mutlak itu. Toh, pada hakikatnya

agama menata dan mengatur ber-

bagai aspek kehidupan, bukan? Orang

tua saya, yang juga seorang kiyai,

mewarnai hidup saya dengan nilai-nilai

keagamaan. Salah satu yang paling

berkesan adalah nilai-nilai kesetaraan.

Jadi jangan heran jika melihat saya

bersarung dan bersandal jepit ber-

sama-sama masyarakat karena me-

mang akar saya adalah akar masya-

rakat. Sebagai pemimpin, sikap saya

yang seperti itu juga merupakan

sebuah metodologi dalam Islam, yang

disebut sebagai kepemimpinan si-

tuasional.

Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-

frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-

desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-

gaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikan

nilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tataran

operasional?operasional?operasional?operasional?operasional?

Bagi saya, segala langkah

dan aktivitas sebisa mungkin dilan-

dasi oleh ajaran agama. Salah, jika

ada yang memandang ajaran agama

itu hanya tentang ritual semata.

Justru, ajaran agama yang saya

yakini, yakni Islam, sangat antro-

posentris. Bermakna, menjadikan

manusia sebagai subyek sekaligus

obyek yang harus dibina dan diatur.

Tuhan juga memerintahkan manusia

untuk mengelola al-qawn (alam) atau

bahasa awamnya “lingkungan” tem-

pat kita tinggal. Memang, masih

banyak muslim yang belum menge-

tahui hakikat agamanya sendiri,

bahwa Islam tidak hanya tentang

rohani tapi juga tentang mengelola

habitat tempat mereka tinggal.

Sebagai contoh: konsep al-

nadzafatu min al-iman (kebersihan itu

bagian dari iman) merupakan konsep

yang diajarkan dalam ajaran Islam.

Tapi ya itu, banyak muslim yang

meninggalkan konsep tersebut. Ka-

limat seindah itu hanya sekadar

menjadi tulisan yang dipajang. Yang

menyedihkan plang papan itu ter-

nyata berdiri di tempat yang kumuh.

Ironis, bukan? Intinya, masih banyak

konsep-konsep dalam Islam yang

tidak diamalkan melainkan hanya

sebatas menjadi konsep; belum mem-

bumi dan masih di awang-awang.

Bisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkrit

bahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama juga

bisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataan

habitat?habitat?habitat?habitat?habitat?

Di Gresik ada fenomena

yang disebut pohon jariah. Imple-

mentasinya, jika ada warga Gresik

meninggal kami memberikan san-

tunan sebesar Rp 1 juta. Namun,

kami meminta kepada keluarga ahli

waris kami agar sebagian dari san-

tunan itu diwujudkan dalam bentuk

satu pohon yang produktif untuk

ditanam di pekarangan rumah me-

reka. Niatnya, sebagai shadaqah

pada mayit (yang meninggal). Jadi

ketika berbuah, dan buahnya dima-

kan oleh orang maka almarhum

akan mendapatkan pahala. Namun,

ada dimensi lain yang tidak kalah

penting dari program ini. Penanam-

an pohon itu secara tidak langsung

memberi manfaat bagi penghijauan

lingkungan. Program ini sudah ber-

jalan hampir empat tahun.

Apakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebut

efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?

Memang, untuk menghijaukan

Gresik, program pohon jariah itu

masih belum cukup. Kami kami juga

mewajibkan kepada siapa saja di

Gresik yang hendak mendirikan peru-

sahaan untuk melakukan penghijau-

an di wilayah mereka. Bahkan, setiap

rekanan Pemda juga diwajibkan

menanam pohon. Misalnya, rekanan

Dinas PU yang menang tender maka

perusahaan itu harus menanam po-

hon sebanyak mungkin di sekitar

lokasi proyek. Juga, orang yang

hendak mengurus akte kelahiran.

Budaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempat

diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-

muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-

sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?

Itu dulu. Sekarang sudah tidak

ada lagi pesantren yang kumuh. Di

Gresik, bahkan, kurikulum lingkung-

an hidup sudah masuk pesantren

dan sekolah-sekolah biasa. Di SD

Kebomas, misalnya, dalam satu pe-

kan ada dua jam mata pelajaran

lingkungan hidup: satu jam untuk

teori dan sejam lagi untuk praktik,

untuk membuat kompos, misalnya.

(sofwan)

Page 46: Majalah_KIPRAH20120316133705

46 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Fenomena menarik di banyak

daerah di era otonomi adalah

dalam hal pengembangan

kawasan wilayahnya. Ada yang

gamang, ada pula yang terlalu cepat

dalam pemanfaatan ruang kotanya.

Yang disebut terakhir ini cenderung

meninggalkan jejak kerusakan ling-

kungan yang, apabila tidak dilakukan

kendali, berpotensi terjadi masalah

akut kawasan. Salah satu kekeliruan

itu adalah mempertentangkan antara

kepentingan pengembangan ka-

wasan yang harus berpihak kepada

lingkungan di satu pihak, dan kepen-

tingan pendapatan asli daerah (PAD)

Penataan Ruang Kota(memang) untukPeningkatan Investasi

di pihak lain. Seolah-olah, bahwa

menciptakan lingkungan yang seim-

bang berarti memangkas potensi

perolehan PAD.

Kesan semacam itu mungkin

tidak berlaku di Kota Probolinggo. Ini

terlihat dari arah pengembangan

kawasan “mesin PAD” di kawasan

selatan. Kawasan ini akan dijadikan

sebagai sentra kerja baru. Berbagai

infrastruktur pendukungnya, ter-

masuk fasilitas permukiman dan

perumahan yang memadai, pun

dibangun di sana.

Pemkot akan segera memulai

pembuatan jalan by-pass sepanjang

10 kilometer dari jalan Bromo – Jalan

Sutami – jalan Pasar Genggong

menuju ke Situbondo. Jalan arteri

primer ini nantinya akan memfasilitasi

aktivitas distribusi barang. Prasarana

senilai Rp 40 miliar—di luar biaya

pembebasan lahan— ini akan meng-

hemat waktu dan jarak tempuh

hingga 10 kilometer bila dibanding

melalui rute lama. Selain mengurangi

kemacetan, tentu saja.

Gagasan yang terintegrasi an-

tara pengembangan kota, yang tentu

saja memperhatikan keselamatan

lingkungan, dan upaya menggenjot

pemasukan daerah nampak dalam

pengembangan Pelabuhan Samu-

dera Tanjung Tembaga - sebagai

pelabuhan ekspor impor dan pem-

bangunan dermaga sandar bagi

kapal berukuran 5000 DWT. Proyek

ini hasil kerja bareng Pemkot dan PT

Pelindo III.

Melalui pelabuhan ini volume

ekspornya pernah mencapai 105.341

ton dengan nilai 68,9 juta dollar AS.

Jenis produksi terbanyak adalah kayu

olahan - plywood, buah-buahan,

J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah

Kota Probolinggo

Foto

: Do

k

Sejumlah kapal tengah berlabuh di Pelabuhan Samudera Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo

Page 47: Majalah_KIPRAH20120316133705

47VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

hasil laut dan produk pertanian. Kerja

sama lain juga dilakukan dengan

pihak Institut Teknologi Bandung

(ITB) dalam bidang pengolahan air

minum dalam kemasan.

Buah yang bakal dituai Pemkot

dari pengembangan infrastruktur ini

adalah perkembangan bidang jasa

perdagangan, ketenagakerjaan,

pariwisata, perhotelan dan industri

tekstil, pakaian jadi –garmen, kulit,

serta kerajinan, yang kian terpacu.

Produk plywood, misalnya, volume-

nya pernah mencapai 93 ribu ton

senilai 21,9 juta dollar AS.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Kota Probolinggo, Sanusi, ketika

ditanya KIPRAH soal pengembangan

kota, menyatakan bahwa upaya

penataan lingkungan kotanya diren-

canakan dan dirancang sebagai kota

yang partisipatif berdasarkan multi-

cultural economic dengan melibat-

kan masyarakat dan dunia usaha. Hal

ini untuk menghindari dampak ikut-

an, seperti spekulasi dan manipulasi

lahan dalam berbagai corak, pe-

ngembangan kota yang tidak ter-

kendali, dan meningkatnya kemacet-

an dan menurunnya daya dukung

ekologis. “Oleh karena itu pemba-

ngunan mal, misalnya, kita batasi,

agar tidak mematikan usaha kecil dan

menengah termasuk keberadaan

pasar-pasar tradisional,” tegas Sanusi.

Misi LingkunganMisi LingkunganMisi LingkunganMisi LingkunganMisi Lingkungan

Geliat pengembangan kawas-

an di Kota Probolinggo bukan tanpa

masalah. Bahkan, masalah yang

dihadapi cukup serius dan bisa men-

jadi faktor liabilities bagi konsep

pengembangan kota secara umum.

Seperti diakui Sanusi, permasalahan

internal yang paling krusial adalah

problem masalah sosial yang me-

nyangkut soal pembebasan lahan

untuk pembangunan.

Misalnya, pembangunan untuk

prasarana jalan, perumahan dan

permukiman maupun untuk fasilitas

sosial dan umum. Di kota ini juga

masih terdapat kawasan-kawasan

kumuh, drainase kota dan sanitasi

lingkungan yang buruk, seperti pe-

ngelolaan sampah serta keterbatasan

lahan. Kawasan-kawasan ini banyak

didiami oleh orang-orang berasal dari

Madura. “Namun karena Waliko-

tanya juga orang Madura, jadi klop,

pendekatannya lebih kena,” ujar

Sanusi yakin.

Selama ini, Pemkot Probolinggo

memang tidak tinggal diam untuk

persoalan tersebut. Terhadap per-

mukiman kumuh di kawasan pantai,

misalnya, pada tahun ini, Pemkot

berencana membangun satu blok

Rusunawa (rumah susun sederhana

sewa) bertingkat empat yang berisi 96

kamar di Mayangan. Lokasi ini

Letak Kota Probolinggo di

daerah tapal kuda mungkin

semua orang sudah mengetahui

saat belajar ilmu sejarah di sekolah

dasar. Tapi, siapa yang tahu bahwa

Kota Probolinggo berjuluk kota ang-

gur dan mangga? Kota Probolinggo

memang sentra komoditas buah

anggur dan mangga (arum manis dan

madu) nomor satu di kelasnya. Daerah

yang berhari jadi pada 1 Juli l918 ini

pernah memiliki 61.706 pohon mang-

ga dan 5.105 pohon anggur dengan

hasil produksi 5.48610 ton mangga

dan 109,67 ton anggur. Begitu terke-

nalnya buah mangga anggur dan

daun-daunnya dijadikan lambang

kota – bahkan dibuatkan tugu ber-

nama “Bayuangga” kependekan

dari bayu (angin-muson), anggur

dan mangga.

“Kita harus bekerja keras

untuk menarik investor agar me-

nanamkan modalnya di kota ang-

gur dan mangga ini. Karena,

keunggulan-keunggulan kompa-

ratif dan kompetitif Kota, baik di

bidang sumber daya alam, kete-

nagakerjaan, industri, dan agro-

bisnis,” kata Walikota Probolinggo

HM Buchori dengan suara lan-

tang. Ucapan ini ia kemukakan

saat apel pertama di depan jajaran

Kota Anggur di Tapal Kuda

Geliat pengembangankawasan di KotaProbolinggo bukan tanpamasalah. Bahkan,masalah yang dihadapicukup serius dan bisamenjadi faktor liabilitiesbagi konseppengembangan kotasecara umum.

Foto

: do

k

Buah anggur salah satu komoditas andalanKota Probolinggo

Page 48: Majalah_KIPRAH20120316133705

48 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah

berdekatan dengan Pelabuhan

Tanjung Tembaga.

Gerakan pembersihan ling-

kungan juga giat dilakukan di daerah-

daerah aliran sungai yang menyem-

pit, yang sering menjadi penyebab

banjir. Pemkot melakukan pener-

tiban, perbaikan dan normalisasi

sungai, dengan membuat tanggul

keliling, perkuatan tebing, pema-

sangan parepat dan pemasangan

pintu-pintu pengendali banjir. Upaya-

upaya struktur dan nonstruktur

tersebut diharapkan dapat mengu-

rangi daerah genangan dari ancam-

an banjir. Sementara terhadap lahan

tidur milik Pemkot khususnya yang

berada di sepanjang aliran sungai

dan tepian jalan serta lahan seputar

sumber air, pemerintah setempat

bekerja sama dengan Kelompok

Kerja Kemitraan Pembangunan me-

lakukan penghijauan (sengonisasi)

dan pembuatan taman kota. Manfaat

nyata yang bisa dipetik adalah kota

menjadi bersih, nyaman dan aman

bagi penghuninya.

Birokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi Santai

Sayang, memang, usaha serius

di atas masih harus menghadapi satu

kendala yang cukup besar maknanya

bagi usaha mewujudkan cita-cita

Kota Probolinggo sebagai daerah

yang nyaman bagi investasi. Kendala

itu adalah kinerja birokrasi yang

lamban. Fenomena ini diakui sendiri

Walikota Probolinggo HM Buchori.

Menurut dia, birokrasi di berbagai

daerah yang masih kurang memiliki

semangat Indonesia incorporated,

sehingga realisasasi investasi dari

para pengusaha terhambat akibat

berbagai peraturan yang tumpang

tindih dan sikap santai para birokrat.

“Pada prinsipnya para investor itu

mau menanamkan modalnya di

berbagai daerah bergantung pada

sikap terbuka pemda untuk membe-

rikan kemudahan,” tegas Buchori.

Kelambanan kerja birokrasi itu

semisal kurangnya koordinasi, dan

sering bersikap kaku serta tak mau

memberikan insentif pajak, misalnya.

Ia mencontohkan sikap konyol yang

sering ditunjukkan sementara biro-

krat seperti adanya motto “Jika bisa

dipersulit, kenapa harus dipermu-

dah”. Sikap dan cara-cara seperti itu

harus segera diubah. Kalau tidak, in-

vestor akan lari dan berusaha di

tempat lain yang lebih menjanjikan.

Kami prihatin dengan hal seperti itu,”

tegas Buchori. “Sementara daerah-

daerah lain justru merangkul inves-

tor dengan sangat terbuka. Bahkan,

jika perlu merevisi peraturan dan

perundangan untuk mendorong for-

eign direct investment untuk masuk-

nya modal asing,” tambah Buchori.

Ucapan Walikota itu tepat,

seperti visi dan misi kota ini, yakni

mewujudkan iklim investasi yang

prospektif, kondusif dan partisipatif.

Tak hanya berhenti di atas slogan,

Pemkot terus bekerja di bidang

pengembangan infrastruktur, pena-

taan kinerja birokrasi, dan usaha

konservasi lingkungan. Kota ini telah

meraih penghargaan Adhipura Ken-

cana dua kali, yakni pada tahun 2006

dan 2007. Bahkan Buchori bertekad

tahun ini menjadi yang terbaik. (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)

birokrasinya setelah terpilih men-

jadi Walikota Pobolinggo untuk

yang kedua kalinya, periode 2008-

2014, beberapa waktu silam.

Sebutan kota anggur seja-

tinya lebih sebagai ungkapan untuk

mewakili bahwa Kota Probolinggo

memiliki potensi ekonomi yang

demikian menarik. Kota ini adalah

penghasil industri olahan, kelautan

dan perikanan jasa pariwisata serta

agrobisnis pertanian. Sebagai kota

transit, lokasinya sangat strategis,

yakni berada di kawasan tapal kuda

yang menghubungkan kota-kota di

bagian timur di Jawa Timur (Jatim),

seperti Jember, Situbondo, Banyu-

wangi, Malang dan Lumajang.

“Kuncinya adalah kerja keras,”

ujar Walikota. Langkah konkret yang

dilakukan adalah membangun keper-

cayaan nasyarakat dengan mening-

katkan pelayanan publik dan per-

baikan sistem birokrasi menuju (good

governance dan good goverment).

Terkait dengan investasi, pihaknya

berupaya menciptakan keterbu-

kaan dan iklim investasi yang kon-

dusif. Yaitu terjaminya kepastian

usaha, tersedianya kelengkapan

infrastruktur, kemudahan perizinan,

perbankan, perpajakan, dan pera-

turan dan perundang-undangan

pendukungnya.

Siapa yang tak mau berin-

vestasi di kota seperti ini? (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)

Pemkot melakukanpenertiban, perbaikandan normalisasi sungai,dengan membuattanggul keliling,perkuatan tebing,pemasangan parepatdan pemasangan pintu-pintu pengendali banjir.

Page 49: Majalah_KIPRAH20120316133705

49VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Pesoalan banjir di Jakarta selalu

mengemuka tiap musim

penghujan tiba. Hampir se-

mua orang tahu masalahnya, bahwa

resapan air di Jakarta memang tak

lagi tersedia dalam jumlah yang

memadai. Sementara itu, daerah

tangkapan di kawasan Depok dan

Bogor pun tidak terlalu bagus, se-

hingga sering “mengirimi” air melim-

pah ke kawasan Ibukota, sehingga

banjirlah Jakarta.

Penanganan banjir di Jakarta,

dengan demikian, memerlukan keter-

libatan banyak pihak. Menteri Peker-

jaan Umum (PU) Djoko Kirmanto

mengatakan, penanganan banjir

harus dilakukan secara bersama-

sama dengan seluruh pemangku

kepentingan (stakeholder) terkait.

Menurut Menteri, Departemen PU

tidak akan berhasil mengatasi jika

Banjir Jakarta:

Memerlukan KeterlibatanBanyak Pihak

bekerja sendiri, berapa pun besarnya

anggaran yang dikucurkan. “Perso-

alan banjir ini sangat kompleks. Tidak

akan bisa ditangani Departemen PU

berapapun besar uang yang dikasih,”

ucap Djoko Kirmanto dalam silatur-

rahmi Menteri PU dan Gubernur DKI

Jakarta bersama para pimpinan me-

dia massa di Wisma Bimasena, Dhar-

mawangsa, Jakarta, Sabtu (8/11).

Untuk penanganan banjir, De-

partemen PU telah menyiapkan ac-

tion plan yang menggariskan tugas

para stakeholders mulai dari peme-

rintah provinsi, kabupaten dan dinas-

dinas terkait. Selain itu, penanganan

yang bersifat struktural dan non-

struktural juga telah ditetapkan.

“Pemerintah telah memiliki mas-

terplan jangka panjang yang bagus,

ini harus konsisten diikuti. Masing-

masing pihak, baik Departemen PU

maupun Pemda DKI, harus melak-

sanakan kewajibannya masing-ma-

sing,” terang Djoko Kirmanto.

Penanganan struktural, secara

teknis membangun waduk dan banjir

kanal. Sedangkan penanganan non-

struktural, antara lain dengan cara

memberikan penyuluhan untuk me-

ningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap lingkungan. “Kita juga

menyiapkan sistem peringatan dini,

melakukan sosialisasi peta rawan

banjir sehingga masyarakat bisa

bersiap-siap dan penataan permu-

kiman. Kita berharap, banjir 2008

jangan sampai menyengsarakan

masyarakat karena hal-hal yang tidak

perlu,” kata Djoko.

Sementara itu, Gubernur DKI

Jakarta Fauzi Wibowo mengatakan,

pihaknya telah melakukan penge-

rukan pada 12 sungai yang ada di

Foto

: do

k

Page 50: Majalah_KIPRAH20120316133705

50 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah

Ibukota. Selain itu, pemeriksaaan

kesiapan alat antisipasi banjir, pintu-

pintu air serta stasiun pompa juga

telah dikerjakan. Fauzi Wibowo juga

menyatakan akan menjalankan Pera-

turan Presiden (Perpres) tentang Tata

Ruang Daerah Jabodetabekjur seca-

ra tegas di wilayahnya. Dalam Per-

pres tersebut setiap pelanggaran

peruntukan lahan akan dikenakan

sanksi tidak hanya bagi penerima ijin,

tetapi juga pemberi ijin peruntukan

lahan tersebut.

Pembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKT

Pembebasan lahan BKT (Banjir

Kanal Timur) harus tuntas pada 2009.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo

sudah memberikan batas waktu

pembayaran pembebasan lahan itu

sampai tutup tahun. Karena pemba-

ngunan fisik dimulai pada 2010,” kata

Kepala Kanwil BPN DKI Jakarta, SM

Ikhsan. Namun, sampai dengan No-

vember ini masih terdapat 734 persil

dari 4.725 lahan yang belum di-

bebaskan.

Data yang diperoleh dari Kan-

tor BPN DKI Jakarta lahan proyek

yang sudah dimulai tahun 2001 ini

sebanyak 4.725 persil terdiri dari

lahan di wilayah Jakarta Timur se-

banyak 4.195 persil dan 716 persil

lahan berada di Jakarta Utara. Rea-

lisasi pembebasan lahan BKT di

wilayah Jakarta Utara sampai Okto-

ber lalu tercatat 657 persil. Sisa yang

belum dibayarkan sebanyak 59 bi-

dang .dan 37 persil di antaranya tidak

memiliki data lengkap, 13 persil

belum dikonsinyasi, dan sebanyak 9

persil sedang dalam proses kon-

sinyasi ke pengadilan negara.

Jakarta TimurJakarta TimurJakarta TimurJakarta TimurJakarta Timur

Ikhsan mengatakan sisa lahan

BKT di Jakarta yang belum dibe-

baskan sampai November sebanyak

574 persil. Diantaranya 157 persil

yang belum terbayarkan karena be-

lum ada kesepakatan antara pemilik

dan panitia pengadaan tanah (P2T)

wilayah. Belum ada kesepakatan

harga ini terjadi di Kelurahan Ujung

Menteng (159) dan Cakung Timur

Tujuh. Selain itu 284 persil lainnya

belum dibebaskan, karena berkas-

berkas belum lengkap dan masih

berada di tangan pemilik tanah itu.

Sementara itu, sisanya, 234 persil, ma-

sih dalam proses menuju konsinyasi.

Ikhwal kemampuan dan belum

rampungnya proses pembebasan

lahan BKT ini banyak dipertanyakan

oleh masyarakat dan kalangan DPRD

DKI. Pasalnya, dana sebesar Rp 650

miliar yang telah dianggarkan pada

tahun ini penyerapannya lamban.

Telah terjadi penundaan berkali-kali,

sehingga menghambat pelaksanaan

konstruksi

Sementara itu Kepala Balai

Besar Wilayah Ciliwung- Cisadane,

Pitoyo Subandrio mengatakan sele-

sainya pembangunan BKT tak men-

jamin banjir di wilayah DKI teratasi.

Masalahnya, BKT hanya menangani

lima buah sungai dari 13 sungai yang

ada. Itu pun yang mengalir di wilayah

Jakarta Timur dan Utara. Pekerjaan

fisik tergantung progres kemajuan

proses pembebasan lahan. Ia mem-

prediksi jika pembebesan lahan dapat

dituntaskan bulan April mendatang,

maka pada Mei tahun itu pemba-

ngunan konstruksi sudah bisa di-

mulai. (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)

Foto

: jo

e

Page 51: Majalah_KIPRAH20120316133705

51VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

SeropanSumber Air yangTak Pernah Kering

Apa jadinya jika tidak ada

sumber air Seropan bagi

masyarakat Gunung Kidul,

DIY dan delapan desa di Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri,

Kabupaten Wonogiri, Jateng? Tentu

saja mereka bakal menderita. Meski

sumber air ini berada pada 300 meter

di bawah tanah, Seropan tetap

menjadi andalan utama bagi masya-

rakat di kedua wilayah itu. Terlebih

saat musim kemarau tiba. Sungai di

bawah tanah ini cadangan airnya tak

pernah kering, potensi debitnya tak

kurang dari 800 lt/dt. Itu pun baru

termanfaatkan sekitar 680 lt/dt. Yaitu,

untuk pelayanan PDAM Gunung

Kidul (240 lt/dt), irigasi lahan kering

400 lt/dt, dan 40 lt/dt untuk layanan

air baku bagi masyarakat Kecamatan

Pracimantoro, Wonogiri. Dengan

demikian masih tersisa debit aliran

sebesar 160 lt/dt.

Warga di desa-desa di Keca-

matan Pracimantoro yang terletak di

kawasan hulu Bengawan Solo dan di

sepanjang di pegunungan Seribu itu

harus mengantri di sumber mata air

terdekat dengan berjalan kaki. Pen-

duduk dusun-dusun seperti Tenggar,

Muning, atau Dayu, harus menuruni

pinggang-pinggang bukit mencari air

di sejumlah mata air yang makin

berkurang sepanjang waktu. Di

Ngipah, misalnya, jumlah mata air

sekarang tinggal lima titik dari sepu-

luh titik sebelumnya pada tahun 80

– an. Selain itu kualitas dan volume

airnya juga berkurang drastis dari

tahun ke tahun.

Hal serupa juga dialami masya-

rakat Gunung Kidul, khususnya wila-

yah Kecamatan Semanu, Karang-

mojo, Semin, dan Tepus, yang berada

pada ketinggian kurang lebih 253

di atas permukaan laut. Kondisi

geografis daerah ini umumnya ber-

bukit batuan kapur yang sangat po-

rous, sehingga sulit menyimpan air.

Terlebih saat musim kemarau

tiba, mata air banyak yang menge-

ring, air sulit didapat. Mereka harus

membeli air, dan untuk itu menge-

luarkan dana cukup besar, yaitu

sekitar Rp 90.000 hingga Rp 120.000

(per-mobil tanki swasta isi 4000 li-

ter), tergantung dari jarak hantarnya.

Atau, seharga Rp 45.000 yang dike-

lola PDAM. Tentu hal ini sangat

memberatkan masyarakat di kedua

wilayah itu.

Pembagian AirPembagian AirPembagian AirPembagian AirPembagian Air

Menyikapi hal tersebut pihak

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Bengawan Solo, seperti diungkapkan

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Operasi dan Pemeliharaan SDA II Edy

Liestanto, bekerja sama dengan

Pemkab Wonogiri dalam melakukan

pelayanan air bersih ke masyarakat di

delapan desa di Kecamatan Praci-

mantoro, sejak 17 Juli. Layanan ini

tanpa dipungut biaya alias gratis dan

programnya berlangsung selama

100 hari.

Tidak hanya itu. Bantuan pin-

jaman berupa pompa air sumur

pantek juga diberikan secara bergilir

kepada para petani yang lahan sa-

wahnya mengalami kekeringan atau

puso. Jumlah yang dibagikan untuk

sementara sebanyak 35 buah diper-

Foto

: do

k

Sumber air Seropan di kedalaman 300 meter

Page 52: Majalah_KIPRAH20120316133705

52 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah

untukkan bagi petani di bagian hulu,

tengah maupun hilir Bengawan Solo.

“Syaratnya, cadangan airnya cukup,”

ujar Edy.

Sejak 2004 – 2007 pihak BBWS

Bengawan Solo telah membangun

tiga unit instalasi sumur pompa

dalam berkekuatan 135 KvA, dan

berkapasitas 15 liter/detik. Fungsinya

adalah menaikkan air dari sumber air

Goa Seropan menuju bak penam-

pungan utama yang berjarak sekitar

14,5 kilometer.

Komponen sistem jaringan

pompa ini meliputi: Unit Transmisi

(pipa transmisi, rumah pompa, per-

alatan pompa dan generator set),

Reservoir kapasitas 500 m3 dan Unit

Distribusi pelayanan. Pembangunan-

nya sendiri telah menghabiskan dana

APBN sebesar Rp 26, 6 miliar lebih.

Dari reservoir selanjutnya air

disalurkan melalui jaringan pipa

distribusi sejauh 20 kilometer ke 120

buah Hydran Umum (HU) masing-

masing berkapasitas 3.000 lt. untuk

melayani penduduk di delapan desa

(Glinggang, Gebangharjo, Joho,

Sumber Agung, Watangrejo, Petirsari,

dan Gambirmanis). Keberadaan air

baku Seropan ini sangat membantu

masyarakat dalam memperoleh air

baku untuk berbagai keperluan,

sehingga diharapkan kesehatan ma-

syarakat dan lingkungannya dapat

terjaga.

Ketika ditanya soal krisis air,

menurut Edy Liestianto, hal tersebut

akibat penutupan vegatasinya sangat

rendah, sehingga air hujan tak dapat

ditampung di dalam tanah. Sebab lain

akibat bahan organik dan infiltrasi air

ke dalam tanah juga rendah.

Ia menambahkan, di daerah

hulu selain kekeringan sejumlah ba-

ngunan sungai juga mengalami ke-

rusakan akibat erosi, longsor dan

pendangkalan sedimen. Menurut dia,

upaya konservasi air di hulu sumber

air itu mendesak untuk dilakukan

demi menyelamatkan lingkungan

dari ancaman krisis air.

Gunung KidulGunung KidulGunung KidulGunung KidulGunung Kidul

Upaya penanggulangan dan

antisipasi atas bencana kekeringan

telah dilakukan melalui tanggap

darurat dan penanggulangan jang-

ka panjang. Upaya tanggap darurat

dilakukan melalui pengiriman mobil

instalasi pengolahan air (IPA Mobile),

truk tanki air, dan perlengkapan

hidran umum. Masyarakat sendiri

mengupayakan dengan memba-

ngun bak-bak penampungan air di

rumah-rumah mereka, namun tidak

mencukupi.

Sementara itu, upaya penang-

gulangan permanen, Departemen

PU berencana membangun sistem

penyediaan air minum (SPAM) di

desa-desa yang rawan air, baik mela-

lui sumber pembiayaan reguler

APBN, Dana Alokasi Kkhusus, atau

pun pinjaman dari luar negeri, yaitu

melalui program PAMSIMAS ( Penye-

diaan Air Minum dan Sanitasi Ber-

basis Masyarakat). Rencananya me-

lalui program ini akan dibangun

sekitar 5.000 desa rawan air, selama

empat tahun yang dilaksanakan

mulai tahun 2008. (Joe).

Keberadaan air bakuSeropan ini sangat

membantu masayarakatdalam memperoleh air

baku untuk berbagaikeperluan, sehinggadiharapkan kesehtan

masyarakat danlingkungannya dapat

terjaga.

Foto

: do

k

Bengawan Solo

Page 53: Majalah_KIPRAH20120316133705

53VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Pelebaran jalan di kota Palem-

bang, Sumatera Selatan

(Sumsel), yakni di ruas jalan

dari batas antara Palembang-Inde-

ralaya (OI) hingga ke Simpang Empat

Tanjung Api-Api telah mencapai

70,35 persen. Hal itu dikemukakan

direktur Jalan dan Jembatan Wilayah

Barat Hediyanto Husaini saat men-

dampingi rombongan kunjungan

kerja Komisi V DPR-RI ke Sumsel,

beberapa waktu lalu. Proyek APBN

tahun jamak 2008-2009 senilai Rp

28,8 miliar tersebut pada tahap I akan

melebarkan jalan sepanjang 6,25 Km.

ruas jalan lainnya di Sumsel, ruas Lahat-

Tebing Tinggi sepanjang 75 Km di Jalur

Lintas Tengah Sumatera, hampir selesai

perbaikannya.

Walikota Palembang Eddy San-

tana Putra menuturkan tentang

pentingnya pembangunan jembatan

Musi III. Kota Palembang, kata Wali-

kota, hingga kini hanya memiliki dua

jembatan yang menghubungkan

seberang ulu dan ilir. Dua jembatan

itu adalah Jembatan Ampera, yang

sudah berusia lebih dari 42 tahun dan

Jembatan Musi II. Menurut Edi, Jem-

batan Ampera sudah tidak sanggup

Usai proyek pelebaran jalan ini,

ruas jalan tersebut akan dibagi dalam

dua jalur yang dilengkapi dengan me-

dian. Menurut Hediyanto, tujuan

utama dari pelebaran jalan ini untuk

mengantisipasi peningkatan arus

kendaraan dari dan keluar Palembang.

Selain proyek pelebaran jalan Palem-

bang-Inderalaya tersebut, Ditjen Bina

Marga juga tengah menangani empat

jembatan, dua di antaranya jembatan

Keramasan dan Musi II. Penanganan

lagi dilewati angkutan di atas 1 ton,

karena penyangga utamanya telah

lapuk. “Untuk mengatasi persoalan

transportasi di Palembang, sudah

selayaknya segera dibangun sebuah

jembatan lagi,” ungkap Eddy.

Secara umum kondisi jalan di

Kota Palembang berada dalam kon-

disi yang baik. Dari total panjang 898,

6 km jalan di Palembang, kondisi

yang rusak hanya 3,34 persen. Se-

mentara kondisi baik dan sedang

masing-masing sebesar 85,89 persen

dan 10,77 persen.

Sementara itu, usaha pening-

katan kapasitas jalan dan pemba-

ngunan jalan layang (fly-over) di

persimpangan jalan yang menye-

babkan kemacetan, mendapat per-

hatian rombongan Komisi V DPR-RI.

Upaya tersebut dilakukan untuk

mengatasi kemacetan di dalam kota.

“Saat ini Palembang baru memi-

liki satu fly-over, yaitu Simpang Polda,

namun melihat kemacetan yang

mulai timbul di Palembang, perlu

juga dibangun fly-over lainnya,” ucap

anggota Komisi V DPR-RI Putra Djaja

Husein saat meninjau fly-over Sim-

pang Polda di Palembang, Sumsel

pada kunjungan kerja Komisi V DPR-

RI Senin (20/11).

Putra Djaja menambahkan,

untuk mengatasi kemacetan di bebe-

rapa persimpangan jalan Palembang

dapat dilakukan tidak hanya melalui

pembangunan fly-over tetapi juga

pembangunan terowongan (under-

pass). (JonJonJonJonJon)

Ruas JalanPalembang-

InderalayaDilebarkan

Walikota PalembangEddy Santana Putramenuturkan tentang

pentingnyapembangunan jembatan

Musi III.

Ketua Komisi V DPR RI beserta rombongan tengah meninjau lokasi jalan yang sedang dalam perbaikan

Page 54: Majalah_KIPRAH20120316133705

54 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah

Dahulu, di sekitar rumah kita

sering terdengar suara

merdu kicauan burung.

Sungguh, ini suasana yang damai. Tapi,

kini, suasana kedamaian itu jarang kita

nikmati. Ini terjadi antara lain karena

satwa burung tidak memperoleh

tempat yang nyaman untuk berceng-

kerama. Nah, berangkat dari kerisauan

itu, Pemerintah kemudian mencanang-

kan Hari Menanam Pohon Indonesia

dan Bulan Menanam Nasional.

Berdasarkan Keppres No 24

Tahun 2008, maka tanggal 28 No-

vember 2008 ditetapkan sebagai Hari

Menanam Pohon Indonesia oleh

Presiden Soesilo Bambang

Yudhoyono. Selanjutnya, bulan De-

sember pun ditetapkan sebagai

Bulan Menanam Nasional. Berangkat

dari penetapan tersebut, Pemerintah

juga mencanangkan gerakan pena-

naman 100 juta bibit pohon di se-

luruh Indonesia.

Sebagai bagian dari elemen

Pemerintah, Departemen Pekerjaan

Umum tentu saja ikut ambil bagian

dalam gerakan ini. Di bidang penye-

lamatan lingkungan hidup, sebe-

narnya Departemen PU telah aktif

dalam gerakan-gerakan serupa, se-

perti Gerakan Nasional Kemitraan

Penyelamatan Air ( GNKPA), gerakan

penghijauan dan penghutanan kem-

bali pada kawasan-kawasan DAS

kritis dalam upaya penyelamatan

hutan, tanah dan air.

Bahkan PU menetapkan diri

bahwa penghijauan akan menjadi item

wajib dalam kontrak kerja. Artinya,

siapapun yang mengikat kontrak kerja

pembangunan infrastruktur diwa-

jibkan menanam pohon di sekitar lokasi

proyek. Di lingkungan Ditjen Bina

Marga, misalnya, Direktorat Jalan

Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Ditjen

Bina Marga, telah melakukan kegiatan

penanaman pohon di delapan Kota

Metropolitan, yaitu di Medan,

Palembang, Jakarta, Bandung, Sema-

rang, Surabaya, Denpasar dan Ma-

kassar. Tak kurang dari 12 ribu pohon

dari berbagai jenis seperti trembesi,

sono, mahoni, glodokan dan keta-

pang telah ditanam di median jalan,

samping kiri-kanan jalan, trotoar dan

bahu jalan.

Menurut Direktur Jalan Bebas

Hambatan dan Jalan Kota, Harris

Batubara, kewajiban penanaman

pohon dalam setiap proyek di Bina

Marga ini selain merupakan wujud

kepedulian terhadap kelestarian

lingkungan, juga merupakan salah

satu upaya untuk menciptakan

hutan-hutan kota sebagi paru-paru

kota, ruang terbuka hijau (RTH) dan

daerah resapan air.

Sementara itu, di lingkungan

Ditjen Sumber Daya Air, juga telah

dilakukan penanaman ribuan pohon

dari berbagai jenis pada lahan-lahan

kritis di delapan wilayah kerja Divisi

Perum Jasa Tirta II mulai dari hulu

hingga ke hilir, termasuk di kawasan

Arboretum, yang merupakan sumber

mata air Brantas di kaki Gunung

Arjuno. son/joe son/joe son/joe son/joe son/joe

Menuju Indonesia Hijau

Dirut PJT I Tjoek Sudiyanto menanam pohon di kawasan hulu DAS Brantas, Batu, Malang

Page 55: Majalah_KIPRAH20120316133705

55VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Sarana penghubung antara

Samarinda kota dan

Samarinda Seberang pada

saat ini hanya dilayani oleh satu

jembatan, yaitu jembatan Mahakam

yang dibangun pada tahun 1981

sampai tahun 1987. Kini, kepadatan

lalu lintas kota Samarinda mengalami

peningkatan. Kemacetan adalah dam-

pak ikutannya. “Karena itu, diperlukan

jalan dan jembatan baru. Paling tidak

diperlukan tiga buah jembatan,” kata

Budi Leksono Kepala Satuan Kerja

Non Vertikal Tertentu Pembangunan

Jalan dan Jembatan Provinsi Kaliman-

tan Timur, beberapa waktu lalu.

Sekilas perkembangan prasa-

rana jalan dan jembatan di Sama-

rinda sudah menunjukkan kemajuan

yang cukup signifikan kata Budi

Leksono, namun demikian perlu

pengembangan sarana dan prasa-

rana untuk pengembangan permu-

kiman supaya tidak terkonsentrasi di

dalam kota. Kawasan baru sangat

potensial terutama sumber daya alam

yang masih belum dikelola secara

optimal. Pada saat ini, SNVT Pem-

bangunan Jalan dan Jembatan pro-

vinsi Kalimantan Timur sedang melak-

sanakan pembangunan jembatan

Mahakam Ulu.

“Jembangunan jembatan Ma-

hakam Ulu, dengan Total Panjang

Bentang: 799,80 m, Bentang Utama:

200 m, Tipe Jembatan: Rangka Peleng-

kung, Lebar Jalur Lalu Lintas: 1 + 2 X

3,5 + 1 m, Lebar Total Jembatan: 9,80

m, Lebar Ruang Bebas: 190 m, Tinggi

Ruang Bebas: 17 m dari muka air banjir.

Manajemen pelaksanaan pem-

bangunan jembatan Mahakam Ulu

dibagi menjadi 3 (tiga) paket, yaitu:::::

Paket A,Paket A,Paket A,Paket A,Paket A, Pembangunan Jembatan

Mahakam Ulu yang dilaksanakan oleh

kontraktor: PT. Agrabudi Karyamarga,

Konsultan Supervisi: PT Anugerah

Krida Pradana, sumber dana: APBD

Provinsi. Jenis pekerjaan utama yakni

pengadaan dan pemancangan tiang

pancang pilar (P1 s.d P7) dan abut-

ment (A1), gelagar jembatan beton

prestress, lantai jembatan, pekerjaan

pelengkap jembatan.

Paket B,Paket B,Paket B,Paket B,Paket B, pembangunan Jem-

batan Mahakam Ulu dilaksanakan

oleh kontraktor: PT. Bakrie Corru-

gated Metal, konsultan supervisi: PT

Anugerah Krida Pradana, sumber

dana: APBD Provinsi. Jenis pekerjaan

utama yakni pengadaan dan pema-

sangan rangka baja pelengkung.

Paket C,Paket C,Paket C,Paket C,Paket C, pembangunan Jem-

batan Mahakam Ulu dilaksanakan oleh

kontraktor: PT. Hutama Karya, kon-

sultan supervisi: PT Wahana Mitra

Amerta, sumber dana: APBN, jenis

pekerjaan utama yakni pengadaan

dan pemancangan tiang pancang pi-

lar (P8) dan abutment (A2), gelagar

jembatan beton prestress, lantai jem-

batan, pekerjaan pelengkap jembatan

Jembatan Mahakam Ulu terse-

but akan memperlancar arus lalu

lintas di dalam kota Samarinda pada

khususnya dan Provinsi Kalimantan

Timur pada umumnya, serta merang-

sang pertumbuhan ekonomi masya-

rakat berkat distribusi barang dan

jasa yang lancar serta pengemba-

ngan wilayah.Slamet

Pembangunan Jembatan Mahakam UluKalimantan Timur

Jembatan Mahakam Ulu

Foto

: do

k

Page 56: Majalah_KIPRAH20120316133705

56 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

A k t u a l i t aAktualitaAktualitaAktualitaAktualitaAktualita

MomentumBersama

UntukMenata

Ruang Kota

Peringatan Hari Tata Ruang

Nasional yang juga

bertepatan dengan World

Town Planning Day pada 8 Novem-

ber 2008 silam menjadi momentum

untuk mengkampanyekan kepedulian

masyarakat dan pemerintah daerah

dalam meningkatkan kualitas pena-

taan ruang kota. Acara yang juga

diperingati di 30 negara di dunia itu

dipusatkan di Plaza Selatan Senayan,

dan dibuka oleh Menteri Pekerjaan

Umum Djoko Kirmanto. Hadir dalam

acara tersebut Menneg Perumahan

Rakyat M.Yusuf Asyari, Ketua Komisi V

DPR RI Ahmad Muqowam, Dirjen

Penataan Ruang Imam Ernawi, Pemda

DKI Jakarta dan juga Duta Besar

beberapa negara sahabat.

Menurut Menteri PU pesan

yang ingin disampaikan dalam peri-

ngatan ini adalah pertama, pen-

tingnya penataan ruang dalam rang-

ka pembangunan berkelanjutan

untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, kedua sarana menye-

barluaskan hasil-hasil penataan ru-

ang kepada masyarakat, dan ketiga

mengajak semua meningkatkan

peranannya dalam penyelenggaraan

penataan ruang.

Dalam kesempatan itu, Menteri

PU juga mengusulkan kepada perwa-

kilan pemerintah DKI Jakarta adanya

jalur-jalur untuk sepeda di Jakarta.

“Kalau UU Penataan Ruang dilak-

sanakan baik maka kita akan memiliki

jalur sepeda lebih banyak dan ruang

terbuka hijau. Menata ruang itu

adalah agar kita bisa hidup nyaman,

hidup produktif tidak perlu ada

macet-macet, dan berkelanjutan.”

jelas Menteri PU Djoko Kirmanto.

Pada acara puncak peringatan,

Menteri PU Djoko Kirmanto meninjau

Sejumlah pengunjung menghampiri stan pameran Ditjen Penataan Ruang

Page 57: Majalah_KIPRAH20120316133705

57VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

berbagai stand pameran dan meng-

harapkan pada tahun-tahun mendatang

Hari Tata Ruang Nasional tidak hanya

diperingati di Jakarta tetapi juga di

seluruh Indonesia. Karena, kata Menteri,

melalui penataan ruang yang baik

menjadi bagian dari mitigasi terhadap

dampak perubahan iklim di Indonesia.

Peran aktif masyarakat dan pe-

merintah daerah sesungguhnya meru-

pakan kunci penting keberhasilan tujuan

penataan ruang. Sementara Pemerintah

Pusat dalam hal ini Departemen PU

sebatas regulator, fasilitator dan pembina.

Berbagai kegiatan diadakan untuk mema-

syarakatkan pentingnya penataan ruang

melalui Fun Bike, Sayembara Desain Tata

Ruang Kawasan, Lomba peta kreatif,

Sayembara Logo Tata Ruang, workshop

dan Lomba Inovasi Penataan Ruang. Di

samping itu dilakukan serangkaian talk-

show di televisi maupun radio mengenai

tata ruang. (gt). Foto

-foto

: So

fwan

Senyum para juara aneka sayembara dalam rangka Hari Tata RuangNasional 8 November 2008

Dirjen Penataan Ruang Imam S. Ernawi tengah diwawancarai salah satu stasiuntelevisi swasta

Sejumlah karyawan Departemen PU menunjukkan kebolehan mereka dalam bermusik diacara puncak peringkatan Hari Tata Ruang Nasional

Para aktivislingkungan ikutmemeriahkanpanggung musikpada acaraperingatan HariTata Ruang

“Kalau UU Penataan Ruangdilaksanakan baik makakita akan memiliki jalursepeda lebih banyak danruang terbuka hijau

Page 58: Majalah_KIPRAH20120316133705

58 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

S i g iSigiSigiSigiSigiSigi

PSU Akan Disalurkan Untuk AirMinum dan Sanitasi

Pengembang perumahan ber

skala kecil umumnya kurang

memperhatikan kebutuhan

pelayanan air minum dan sanitasi

lingkungan, sehingga sering dike-

luhkan para konsumennya. Kalau

pun telah disediakan, kualitas pra-

sarana air minum dan sanitasinya

jauh dari memadai. Konsumen ter-

paksa mengeluarkan dana tambahan

yang semestinya menjadi tanggung

jawab pengembang.

Melihat permasalahan tersebut

Direktorat Jenderal Cipta Karya, De-

pertemen Pekerjaan Umum (PU)

tengah merancang alokasi dana

Prasarana dan Sarana Utilitas (PSU)

disalurkan untuk air minum dan

sanitasi, karena dianggap bermanfaat.

Tekad itu sekaligus mempertegas

komitmen pemerintah dalam

membangun sanitasi. “Selama ini dana

PSU bagi hunian bersubsidi hanya

digunakan untuk jalan, sementara air

minum dan sanitasi luput dari

perhatian,” kata Budi Yuwono, Dirjen

Cipta Karya Departemen PU.

“Padahal,” kata Budi, “prasarana jalan

sebenarnya merupakan kewajiban

pengembang karena tanpa akses

masuk menuju ke perumahan tidak

ada orang yang bersedia membeli,

sementara air minum dan sanitasi

luput dari perhatian.”

Akibat kawasan perumahan

tidak dilengkapi prasrana sanitasi

yang memadai, limbah yang dibuang

mengganggu pemukiman sekitar-

nya. Begitu juga air minum. “Idealnya,

pengembang memiliki Water Treat-

ment Plant (WTP) sendiri yang

pengoperasiannya diserahkan kepa-

da PDAM. Kenyataan hal ini sering

“Prasarana jalansebenarnya merupakankewajiban pengembangkarena tanpa aksesmasuk menuju keperumahan tidak adaorang yang bersediamembeli, sementara airminum dan sanitasi luputdari perhatian.”

Page 59: Majalah_KIPRAH20120316133705

59VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

diabaikan. Beberapa kasus akibat

sanitasi tidak memadai justru mence-

mari sistem air minum yang ada di

kawasan perumahan, sehingga war-

ga harus mengkonsumsi air yang tak

layak,” kata Budi.

Menurut Dirjen, pengembang

wajib membangun akses perpipaan

air minum seandainya dekat dengan

sumber atau membangun sumur bor

sampai dengan kedalaman 30 meter.

Tanpa itu izin pembangunan rumah

tidak diterbitkan oleh pemerintah

kota/kabupaten

Terkait dengan usulan itu, ang-

gota Komisi V (bidang infrastruktur)

DPR-RI Enggartiasto Lukito mengata-

kan, mendukung rencana Ditjen Cip-

ta Karya menyalurkan dana PSU bagi

air minum dan sanitasi. ”Permasalah-

an air minum dan sanitasi biasanya

dialami pengembang-pengembang

hunian bersubsidi skala kecil. Di sini

pemerintah daerah harus tegas dalam

mengeluarkan izin-izin,” tegas Enggar.

Wakil rakyat yang pernah men-

jabat sebagai ketua umum REI itu

menyarankan untuk kebutuhan air

minum Jakarta dan sekitarnya yang

semakin dirasakan mendesak. Menu-

rut dia, ini saat untuk membangun

pipa penyaluran tertutup untuk

menyalurkan air dari Waduk Jatiluhur

yang sudah diusulkan sejak lama.

“Kalau memanfaatkan inspeksi Kali

Malang karena sistem penyalurannya

terbuka, maka kualitas airnya juga

semakin menurun. Apa lagi di saat

musim kemarau, serta masih ada

persimpangan dengan Kali Bekasi,”

ujar Enggar.

Menurut hitung-hitungan Eng-

gartiasto, panjang pipa yang dibu-

tuhkan untuk melayani air minum itu

hanya sepanjang 60 kilometer dan

tidak terlalu besar investasinya ketim-

bang manfaatnya. “Indonesia dapat

mencontoh Seoul, Korea Selatan,

yang membangun air minum sampai

ratusan kilometer,” jelas Enggar.

SanitasiSanitasiSanitasiSanitasiSanitasi

Rencana Cipta Karya tersebut

sebagai upaya percepatan kinerja

pembangunan sanitasi yang telah

menjadi komitmen dan kesepakatan

bersama antara pemerintah dan

pemangku kepentingan. Kesepa-

katan itu tertuang dalam Konferensi

Sanitasi Nasional 2007, ditanda-

tangani enam menteri, dan para

walikota dan bupati. Isinya, pertama,

meningkatkan secara efektif dan

berkelanjutan jangkauan dan la-

yanan sanitasi, meliputi: pemba-

ngunan sarana dan prasarana serta

manajemen limbah cair, persampah-

an, dan drainase. Selain itu, menum-

buhkembangkan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) khususnya

perilaku hygiene.

Kedua, melibatkan lembaga-

lembaga di tingkat pusat dan daerah,

mayarakat dunia usaha, LSM, media

massa, perguruan tinggi, lembaga

keuangan serta donor, untuk melak-

sanakan sanitasi sebagai sektor prio-

ritas. Alasannya, karena sanitasi

belum menjadi prioritas pemba-

ngunan, masih bersifat sektoral, dan

belum terpadu. Dampaknya semakin

buruk dan meluas bagi kesehatan,

degradasi lingkungan, dan kerugian

perekonomian. Kondisi itu diper-

parah dengan alokasi dana untuk

sanitasi ( APBN/APBD) yang kecil dan

secara eksplisit belum dicantumkan

dalam RPJMN/D dan rencana kerja

depertemen maupun dinas.

Menyikapi hal itu Cipta Karya

bersama para pemangku kepen-

tingan dalam kesempatan Rembug

Sanitasi Nasional merancang konsep

SMART. SMART. SMART. SMART. SMART. Kependekan dari S = spesific,

jelas dan fokus untuk menghindari

kesalahpahaman. M = Measurable,

dapat diukur dan dibandingkan

dengan data lain. A = Attainable,

dapat dicapai dan bersifat logis. R =

Realistic, memiliki target yang logis. T

= Timelines, memiliki kurun waktu

pencapaian tertentu. Butir-butir

kesepakatan itu selanjutnya menjadi

pegangan bagi seluruh stakeholder

dalam mencapai MDGs dan RTJMN,

melalui kerja keras, langkah strategis,

dan rencana kerja kongkrit. Seperti

rencana penyaluran PSU untuk air

minum dan sanitasi tadi. (Joe).Foto

: sya

m

Foto

: So

fwan

Salah satu sudut perkampungan, air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan vital masyarakat

Page 60: Majalah_KIPRAH20120316133705

60 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

S i g i P e r m u k i m a nSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi Permukiman

Polusi di sungai, misalnya, me

nyebabkan air menjadi kotor

dan tidak aman untuk diman-

faatkan. Sampah-sampah yang me-

ngendap di dasar sungai akan men-

jadi lumpur—sangat dikhawatirkan

mengandung limbah B-3— dan me-

ngakibatkan kapasitas pengaliran air

berkurang drastis sehingga menim-

bulkan banjir.

Kini, pertambahan volume sam-

pah yang dihasilkan masyarakat

perkotaan semakin tinggi di mana

kandungan organik menjadi kompo-

sisi terbesar yakni sekitar 60 – 70%.

Karena lahan yang tersedia kian

terbatas untuk Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA), maka perlu memini-

malkan volume timbulan sampah

yang dibuang ke TPA.

Dalam konteks inilah, kita perlu

mengubah konsep pengelolaan sam-

pah kota. Pengelolaan sampah hanya

dengan mengandalkan Tempat Pem-

buangan Akhir (TPA) tidak lah cukup.

Apa lagi, kini, kita semakin sulit

mencari lahan dan besarnya biaya

operasional dan pemeliharaan TPA.

Usaha minimalisasi sampah

yang dimaksud adalah dengan cara

mengurangi dan memilah sampah

dari sumbernya melalui metode 3-R,

yaitu melalui upaya reduce (meng-

ubah pola hidup konsumtif, mengu-

rangi produksi sampah), reuse (me-

nggunakan kembali bahan-bahan

yang potensial menjadi sampah dan

bahan refill) dan recycle (mendaur

ulang melalui pembuatan kompos,

daur ulang, waste to energy dan

upaya sejenis lainnya).

Sampah kota, tanpa mendapat

Sampah dan Masyarakat PerkotaanNaskah dan foto: Ade Syaiful R *)

Limbah maupun sampah yang setiap hari kita produksi sering dianggap sebagaihasil buangan tak berharga. Bahkan, banyak orang membuang sampah secarasembarangan dan tidak peduli terhadap akibat yang ditimbulkan dari buangantersebut. Dampak buruk dari perilaku menyimpang ini adalah kian banyak sumberair-sumber air yang tercemar.

Seorang pemulung tengah memilah sampah perkotaan

Page 61: Majalah_KIPRAH20120316133705

61VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

penyikapan secara benar oleh warga

urban, sudah pasti akan menjadi

sumber bencana. Terlampau banyak

daftar hitam akibat perilaku keliru dan

fatal terhadap sampah, lebih-lebih

limbah, yang dilakukan masyarakat

perkotaan. Bukan hanya banjir yang

amat menyebalkan, tetapi juga terjadi

pencemaran pada air tanah yang bila

dijadikan air baku berpotensi menjadi

sumber penyakit. Kini adalah saat

terbaik bagi tiap warga perkotaan

untuk tidak lagi bertindak ngawur

terhadap sampah.

Potret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret Teladan

Syukurlah, di tengah pesimisme

banyak kalangan terhadap perilaku

masyarakat perkotaan terhadap

buangan “tak berharga” itu, kini telah

muncul banyak inisiasi yang layak

diacungi jempol, baik yang dilakukan

secara individual, komunitas, mau-

pun usaha-usaha 3-R yang didukung

perusahaan yang peduli terhadap

konservasi lingkungan.

Berikut ini adalah potret keber-

hasilan sejumlah komunitas lingkung-

an permukiman dalam mewujudkan

program bersih lingkungan melalui

pengelolaan sampah dengan konsep

reduce, reuse, dan recycle (3-R).

- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong

Masih ingat dengan kasus “Ban-

dung Lautan Sampah”, yakni peris-

tiwa longsornya TPA Leuwigajah

yang menelan korban meninggal

lebih dari 140 orang? Akibat peris-

tiwa ini, TPA tersebut ditutup, dan ini

berdampak pada proses penangan-

an sampah secara keseluruhan di

Kota Bandung, tak terkecuali bagi

masyarakat Kelurahan Cibangkong.

Betapa tidak, Kelurahan Ci-

bangkong, khususnya di lingkungan

RW 11, termasuk penghasil sampah

yang “produktif”. Warga di sana tidak

terbiasa mengelola sampah. Urusan

sampah dilakukan petugas RW ke TPS

yang jaraknya cukup jauh dan se-

bagian lain dibuang langsung oleh

masyarakat ke lahan-lahan kosong

atau sungai (Cikapundung). Masalah

yang kemudian muncul adalah tim-

bulnya kecenderungan pencemaran

lingkungan dan tidak terangkutnya

sampah dari TPS yang selalu meng-

gunung dan menebarkan aroma tak

sedap serta terdapat banyak lalat.

Melalui fasilitasi Puslitbangkim

pada tahun 2000 ditetapkan prioritas

penanganan sampah skala kawasan

di Cibangkong. Fasilitasi ini didahului

proses pemberdayaan masyarakat.

Melalui beberapa kali forum kon-

sultasi, disepakati untuk melaksa-

nakan pengeloaan sampah dengan

titik berat pembuatan kompos dan

daur ulang. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kualitas lingkungan per-

mukiman dari pencemaran akibat

penanganan sampah yang tidak

memadai selama ini, serta membantu

Pemerintah Kota Bandung dalam

mengurangi volume sampah yang

dibuang ke TPA.

Pengelolaan kompos di Cibang-

kong dilaksanakan oleh masyarakat

dengan dukungan dana awal dari

Puslitbangkim. Penjualan kompos

dan material daur ulang merupakan

sumber dana yang dapat digunakan

sebagai biaya operasi dan peme-

liharaan. Pendampingan teknis dila-

kukan oleh Puslitbangkim dengan

menyumbang modal awal kegiatan

berupa bangunan, peralatan, EM-4

dan training. Pengembangan lokasi

pengelolaan kompos ini juga dibantu

oleh sebuah tim dari UNPAD.

Bagaimana hasil ikhtiar di atas?

Kawasan RW 11 Kelurahan Cibang-

kong, yang semula beraroma tak

KelurahanCibangkong,khususnya dilingkungan RW 11,termasuk penghasilsampah yang“produktif”. Warga disana tidak terbiasamengelola sampah.

Tong-tong sampah di Kampung Banjarsari disediakan berdasarkan prinsip 3R

Page 62: Majalah_KIPRAH20120316133705

62 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

sedap dan kondisi lingkungannya tak

estetis, kini menjadi area yang cukup

asri. Selain itu, kegiatan ini mampu

mengurangi volume sampah yang

harus dibuang ke TPA sampai 88%

(12 % residu) serta memberikan

peluang kerja bagi masyarakat.

- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari

Banjarsari ini adalah sebuah

perkampungan yang terletak di

Kelurahan Cilandak Barat. Pada

beberapa tahun lalu, di desa ini telah

ada gerakan untuk menjadikan Ban-

jarsari sebagai kawasan hijau asri dan

bersih. Kegiatan ini dimotori Harini

Bambang sebagai ketua PKK Desa

Banjarsari – kelurahan Cilandak Barat.

Ia memotivasi ibu-ibu di lingkungan

RW untuk melaksanakan program

PKK poin ke-9, yakni kelestarian

lingkungan hidup, sejak beberapa

tahun silam.

Harini mengembangkan pola

edukasi pengelolaan sampah ter-

padu, seperti bagaimana cara mela-

kukan pemilahan sampah di sumber,

membuat kompos, membuat kertas

daur ulang, mengembangkan ta-

naman obat keluarga (TOGA), dan

seterusnya. Maklum, ia seorang

pensiunan guru.

Dalam kegiatannya, Harini

melibatkan 20 pemulung yang ia

bina secara khusus (20 orang) untuk

memanfaatkan barang-barang yang

masih bisa didaur ulang. Hasil kerja

kerasnya ternyata membawa hasil.

Harini berhasil mengubah perilaku

warga dalam pola pembuangan

sampah, sehingga hampir semua ibu-

ibu di RW tersebut telah dapat mene-

rapkan program 3-R.

Gerakan Harini dan warga di

sana telah menyulap Banjarsari men-

jadi berbeda dari potret umum kam-

pung di Ibukota, yang umumnya kotor,

tidak asri, terdapat sampah di mana-

mana, dan kumuh. Kampung dengan

penduduk sekitar 1.500 jiwa atau 218

KK itu kini tampak tertata apik. Ada

semacam “revolusi” kesadaran warga

dalam hal menangani sampah. Kualitas

lingkungan Desa Banjarsari pun me-

ningkat. Ya, melalui gerakan 3-r tadi.

Aktivitas Harini ini mengantarkan

dirinya sebagai peraih penghargaan

Kalpataru pada tahun 2000.

Karena prestasi warga Ban-

jarsari, desa tersebut kini ditetapkan

sebagai daerah tujuan wisata. Banjar-

sari juga menjadi sekolah dan labo-

ratorium pengelolaan sampah ter-

padu bagi banyak pihak, mulai dari

anak-anak sekolah, aparat pemerintah

daerah, tokoh masyarakat, anggota

DPR/DPRD dari berbagai kota di Indo-

nesia, bahkan tamu-tamu dari

mancanegara.

Suatu prestasi selalu mem-

bawa decak kagum dan menjadi

sumber inspirasi banyak orang,

memang. Begitu pula apa yang

dilakukan warga Kelurahan Ban-

jarsari di atas. Beberapa waktu lalu,

kecemerlangan langkah yang dila-

kukan warga Kelurahan Banjarsari

telah memotivasi warga RW.03

Kompleks Zeni, Kelurahan Mampang

Prapatan, Kecamatan Mampang

Prapatan, Kodya Jakarta Selatan,

ingin melakukan hal serupa.

Bagaimana dengan komunitas

masyarakat di perkotaan lainnya,

Anda?

Penulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat Komunikasi

Publik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan Umum

S i g i P e r m u k i m a nSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi Permukiman

Page 63: Majalah_KIPRAH20120316133705

63VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Page 64: Majalah_KIPRAH20120316133705

64 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Info TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo Teknologi

Menjaga Mutu Perkerasan Jalan

Jaringan jalan dan konstruksi perkerasan yang

memadai sangat diperlukan untuk menunjang

jumlah dan beban lalu lintas. Ditjen Bina Marga

Departemen PU selalu mengedepankan prasyarat

tersebut, selain senantiasa berupaya melakukan berbagai

inovasi agar jalan tetap berfungsi dan dapat melayani lalu

lintas sepanjang tahun selama umur rencana.

Beberapa teknologi praktis konstruksi jalan yang

diterapkan adalah precast beton untuk pekerasan jalan

dan lantai jembatan serta udith, recycling, cold milling,

hingga penerapan modified cakar ayam dan sistem pile

slab di tanah rawa atau lunak.

Konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan

menjadi dua. Yakni, perkerasan aspal (lentur) dan

perkerasan beton (kaku). Yaitu, menggunakan aspal dan

semen sebagai bahan pengikatnya. Untuk model jalan

beton, misalnya, menurut Furcon Afandi, Peneliti

Puslitbang Jalan dan Jembatan, berdasarkan jenisnya

dapat dibedakan atas empat, yakni bersambung tanpa

tulangan, dengan tulangan, menerus dengan tulangan

dan beton prategang.

Umumnya jalan beton yang digunakan di Indone-

sia adalah jenis bersambung tanpa tulangan, dengan

pertimbangan lebih ekonomis dan praktis. Dengan cara

ini besi atau tulangan dipakai hanya pada sambungan

antarpelat arah melintang (dowel) dan memanjang (tie

bar). Secara struktural, jalan beton hanya merupakan satu

lapis pelat beton bermutu tinggi dengan kekuatan tarik

lentur (flexuran strength) antara 40 – 45 kg/cm2 atau

setara dengan kuat tekan beton (f”c) antara 330 – 400

kg/cm2. Alasannya, beton mempunyai sifat tidak mudah

hancur setelah mengalami kerusakan awal. Hal itu

berbeda dengan aspal. Di samping itu, pada beton, lapisan

pondasinya juga berfungsi sebagai penyeragam daya

dukung atau lantai kerja untuk pekerjaan pembuatan

pelat, dan menahan pumping dari tanah dasar.

“Hal ini lain dengan jalan aspal,” kata Afandi.

Menurut dia, kerusakan pada jalan aspal biasanya diikuti

dengan kerusakan pada lapisan bawahnya, karena sifat

strukturalnya berbeda. Maksudnya, pada aspal, mutu

bahan lapisan pondasi bawah lebih rendah dibanding

lapis pondasi. Perbedaan inilah yang seringkali membuat

perkerasan kaku (beton) lebih kuat dibanding dengan

yang lentur, sebab penyebaran beban kendaraan

berlangsung lebih baik

Selain itu, menurut Afandi, kekakuannya lebih tinggi

I n f o T e k n o l o g i

Jalan beton: perkerasan kaku lebih kuat dibanding dengan yang lentur

Page 65: Majalah_KIPRAH20120316133705

65VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

dari campuran beraspal, sehingga sangat mengun-

tungkan pada beban lalu lintas berat. Namun, dari semua

keunggulan tadi jalan beton tetap memerlukan perhatian

dan pemeliharaan yang baik. Kalau tidak, penanganannya

akan jauh lebih mahal dan sulit. Pengerjaannya lebih

kompleks, tidak bisa parsial, dan harus menyeluruh hingga

ke dasar struktur.

Efektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan Efisien

Jalan beton tetap harus memperhatikan kondisi

tanah sebagai dasar pondasi ( sub-base) jalan itu. Untuk

ruas jalan belum mantap, konstruski perkerasan aspal lebih

gunkan granuler, tetapi hanya menggunakan material

halus (soil cemen) lalu dilapisi aspal tipis. Dipastikan, jalan

beton tersebut akan cepat rusak Seharusnya, material

ganuler yang digunakan berukuran 1-2 inchi. “Prinsipnya,

penanganan jalan harus mengindahkan kaidah-kaidah

spesifikasi teknis yang dipersyaratkan,” tegas Afandi..

Menurut dia, konstruksi beton memang lebih tahan

air dan murah dalam pemeliharaan. Tetapi pelaksanan

konstrusinya membutuhkan waktu lama (28 hari),

sehingga sering menimbulkan kemacetan jalan. Memang

bisa dipercepat menjadi 14 hari, yaitu dengan menambah

zat aditif.

Penggunaan system pre/*cast adalah cara lain agar

pengerjaan konstruksi beton berjalan lebih cepat. Artinya,

konstruksi beton sudah dipersiapkan di pabrik, sehingga

pada saat diterapkan bisa langsung dipasang di tempat

secara bersambung ( 5 -10 meter), dalam waktu 1 hingga

2 jam. Sistem ini telah dilakukan pada pembangunan jalan

arteri primer ruas Cilincing – Tanjung. Priok dan jalur busway

ruas Cawang – Grogol. Hanya saja, faktor kesulitannya,

pabrik harus di dekat lokasi pekerjaan. Sebab, jika lokasinya

terlalu jauh biayanya akan membengkak.

Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah

membuat profil penampan jalan. Bentuknya harus crown,

yakni kemiringan 2% di tengah dan 4% di bahu jalan.

Bukan datar. Maksudnya, agar air bisa lancar mengalir ke

saluran drainase. “Sebab musuh utama jalan; adalah air,

air, dan air. Karena itu, keberadaan drainase sangatlah

penting,” ungkap Afandi.

Maka, tak mengherankan pada lokasi yang sering

terlanda banjir dan genangan, jaringan jalan lekas rusak

dan hancur. Solusinya biasanya dengan meninggikan

badan jalan dengan pembetonan dan memperbaiki

sistem drainasenya. Yaitu, dengan memperlebar-me-

merdalam saluran pembuangnya, seperti yang dilakukan

pada ruas jalan nasional Kaligawe – Semarang – Demak

dan ruas Pati – Rembang, Jateng.

Dalam perkembangannya, untuk mengatasi tanah

lembek, Bina Marga memanfaatkan teknologi system pile

slab dan modified cakar ayam pada tanah lembek/rawa.

Seperti pada segmen ruas jalan tol Sedyatmo menuju

Bandara Soekarno – Hatta.

Untuk menyiasati dan mengatasi kelangkaan aspal,

Ditjen Bina Marga menerapkan system recycling untuk

kegiatan pemeliharaan jalan. Sistem ini, seperti antara lain

dilakukan pada sebagian jalur Pantura Jawa, lebih efisien

bila dibanding menggunakan sistem konvensional. (cm)

baik. Sebab, lain tempat berbeda pula kondisi tanahnya.

Jalan pada Lintas Timur Sumatera (batas Jambi –

Palembang), misalnya, terdiri tanah lunak - tidak berjenis

ekspansif, yakni mudah mengembang dan susut seperti

pada ruas Ngawi – Caruban (Jatim) atau Semarang –

Grubug – Purwodadi (Jateng), atau juga berbeda dengan

jenis tanah lunak organik yang biasa dikenal dengan

tanah rawa atau gambut di Kalimantan

Hasil penelitian Puslitbang PU membuktikan, bahwa

kerusakan jalan beton akan semakin parah jika dasarnya

kurang kuat. Apalagi, kalau pengerjaannya tidak meng-

Jalan aspal harus dihindari dari musuh utamanya, yakni air

Page 66: Majalah_KIPRAH20120316133705

66 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana

Oleh: Hajar Suwantoro

Kondisi kawasan Kota Tua Jakarta saat ini sangat

memprihatinkan. Berbagai permasalahan yang

timbul di dalamnya, antara lain kemacetan, polusi

udara, polusi air dan sampah. Begitu juga kondisi

infrastruktur dan utilitas yang buruk, ditandai dengan

minimnya sarana-sarana pedestrian, masalah perparkiran,

hingga menurunnya kualitas lingkungan. Jika ditinjau dari

aspek kelembagaan, koordinasi antardinas pada pe-

merintah kota (yang terkait dengan kebijakan dan pro-

gram dalam penanganan kawasan Kota Tua Jakarta)

terlihat masih lemah.

Selain itu, banyak karya arsitektur dengan nilai

sejarah tinggi yang rusak, terbengkalai ataupun hancur.

Kini kawasan Kota Tua Jakarta telah mulai ditinggalkan

dan diabaikan. Banyak warga memilih pindah ke daerah

lain, tidak ingin berinteraksi dan beraktivitas di sana karena

merasa tidak mendapat jaminan keamanan, keselamatan

atau kenyamanan.

Meski begitu, kawasan Kota Tua Jakarta masih

menyisakan jejak struktur kota era kolonial serta arsitektur

bersejarah dengan nilai sejarah tinggi, sekaligus mewa-

riskan cerminan kisah sejarah, tata cara hidup dan budaya

masyarakat Jakarta di masa lalu. Pada masa lalu, Jakarta

Kota (Oud Batavia) adalah ibukota Batavia yang meru-

pakan pusat penting kegiatan ekonomi dan politik

Pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan buku harian

seorang prajurit tua Gedenkschrijften van een oud

koloniaal, Clockener Brousson mengungkapkan bahwa

Kota Tua Jakarta pernah mengalami masa kejayaan pada

masa pertengahan abad ke-17, sehingga sempat menda-

pat julukan sebagai Queen of the East.

Berbagai usaha pelestarian telah dilakukan, salah

satunya melalui pendekatan adaptive reuse pada

beberapa bangunan lama, yaitu Museum Fatahillah, Mu-

seum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan Café

Batavia. Usaha ini dimaksudkan untuk menghidupkan

Adaptive Reuse dan RevitalisasiKawasan Kota Tua Jakarta

Aktivitas warga di kawasan kota tua Jakarta

Page 67: Majalah_KIPRAH20120316133705

67VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

kembali fungsi dan aktivitas ekonomi pada kawasan.

Secara fisik, usaha tersebut telah memperlihatkan

penampilan yang lebih baik dan mampu memperbaharui

fungsi bangunan dengan kegiatan perkantoran, restoran

dan pameran. Namun jika dilihat dari sisi lain, usaha ini

belum mampu menghidupkan kembali kehidupan

perkotaan seperti sebuah kawasan bisnis, hunian,

perkantoran, dan perdagangan, dengan segala

aktivitasnya yang dinamis.

Revitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis Kawasan

Dalam lingkup sebuah kawasan perkotaan, revitalisasi

harus melibatkan dua komponen pembaharuan, yaitu

pembaharuan fungsi fisik dan fungsi ekonomi. Kedua

komponen ini akan bersifat saling melengkapi, misalnya

revitalisasi fisik sebagai strategi jangka pendek, sedangkan

revitalisasi ekonomi sebagai strategi jangka panjang. Dalam

waktu relatif singkat, revitalisasi fisik dapat memberikan wajah

yang lebih atraktif, kemasan yang lebih menarik, dan dapat

menumbuhkan minat orang untuk datang. Sedangkan

untuk jangka panjang, revitalisasi ekonomi diperlukan karena

cara ini merupakan salah satu usaha yang cukup produktif

dalam mengelola aset private sehingga dapat menyediakan

subsidi bagi pengelolaan aset publik.

Dalam buku Revitalizing Historic Urban Quarters,

Steven Tiesdell dkk menyatakan bahwa, nilai ekonomi

sebuah kawasan harus dapat diciptakan dalam dua skala,

yaitu dalam tingkatan bangunan tunggal dan dalam

tingkatan bangunan secara kolektif di dalam sebuah

kawasan. Rehabilitasi atau konversi bangunan secara

individu tidak akan memberikan perbedaan yang

signifikan terhadap pertambahan nilai ekonomi sebuah

kawasan karena bangunan-bangunan merupakan aset

yang saling terhubung antara satu dengan yang lain.

Kualitas, kondisi, perawatan dan pengelolaan dari properti

di lingkungan sekitarnya memiliki efek langsung terhadap

nilai bangunan. Nilai dari sebuah properti muncul dari

investasi yang telah dibuat oleh orang lain, misalnya

pembayar pajak, pemilik bangunan, pekerja, dan lain-lain.

Jika jalur pedestrian, jalan, drainase, pengolahan air bersih,

perlindungan keamanan, pekerjaan dan orang-orang

yang berkunjung ditiadakan, bagaimana nilai sebuah

bangunan? Secara virtual nilainya adalah nol, atau hampir

tidak memiliki nilai.

Adaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive Reuse

Adaptive reuse adalah usaha untuk memberikan

fungsi baru pada sebuah bangunan di mana fungsi

Suasana di samping Museum Bank Mandiri, Kota Beos, Jakarta

Page 68: Majalah_KIPRAH20120316133705

68 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana

lamanya sudah tidak lagi produktif. Konsep ini seringkali

digambarkan sebagai proses yang secara struktural

bangunan dengan fungsi lama dikembangkan untuk

dapat mewadahi fungsi baru yang dapat meningkatkan

nilai ekonomi, demikian dinyatakan oleh Richard Austin

dalam bukunya Adaptive Reuse:Issues and Case Studies

in Building Preservation.

Pendekatan pelestarian melalui adaptive reuse

bukan sekedar mengembalikan tampilan fisik dan

signifikansi elemen-elemen arsitektur semata, melainkan

berusaha menghormati dan menghargai sejarah, arsi-

tektur serta struktur bangunan lama dengan memasukkan

fungsi baru yang lebih tepat. Dalam pelaksanaannya,

adaptive reuse sering menghadapi kendala yang berbeda,

misalnya adanya anggapan bahwa sesuatu yang baru

dianggap lebih baik. Para perencana yang tidak tanggap

akan menilai bahwa bangunan-bangunan tua adalah

penghalang bagi kemajuan aktivitas ekonomi.

Konsep adaptive reuse memiliki manfaat ekonomi

dan manfaat sosial. Manfaat ekonominya adalah, antara

lain, biaya konstruksi yang relatif lebih rendah, biaya

akuisisi lahan yang ringan, dan waktu konstruksi yang lebih

singkat (tergantung pada lingkup pekerjaannya), serta

mendukung strategi konservasi energi dan penghematan

sumber daya. Pendekatan ini juga menjadi salah satu faktor

pendorong proses pengembangan kawasan karena lebih

ekonomis jika membeli lahan yang sudah termasuk

bangunan, dibandingkan membeli lahan kosong dan

membuat bangunan baru. Manfaat sosial adaptive reuse

antara lain dapat menjembatani hubungan antara masa

lalu dan masa sekarang melalui revitalisasi kawasan.

Pendekatan revitalisasi pada suatu kawasan melalui

adaptive reuse mestinya dilaksanakan bukan hanya pada

satu atau beberapa bangunan saja, melainkan melibatkan

sebuah kawasan sebagai satu sistem yang saling terkait,

saling terhubung, saling mempengaruhi dan tersedia

fungsi-fungsi yang saling melengkapi. Agar mudah

diakses, maka diusahakan agar semua fungsi dan fasilitas

tersebut dapat saling berdekatan, terintegrasi, dan

memiliki sarana pedestrian yang baik. Konsep ini sangat

sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan fungsi

campuran (mixed-use development).

Dalam skala besar (macro land use), pembangunan

mixed-use berorientasi kepada penataan blok-blok

bangunan yang berbeda fungsi dalam satu kawasan secara

horizontal, misalnya penempatan retail yang berdekatan

dengan kantor, hunian dengan kantor, atau hunian dengan

retail. Selain percampuran fungsi secara horizontal,

Pemandangan di salah satu sudut Kota Tua Jakarta

Page 69: Majalah_KIPRAH20120316133705

69VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

pembangunan mixed-use juga membahas percampuran

fungsi secara vertikal dengan berbagai konfigurasi fungsi

dalam lingkup yang lebih kecil (micro land use).

Jika lantai dasar digunakan sebagai retail dan

komersial, maka fasade retail dan komersial yang

transparan dapat menciptakan suasana koridor yang

atraktif, menarik secara visual, sekaligus memperkuat

aktivitas pada skala pedestrian.

Belajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong Pagar

Kawasan Tanjong Pagar di Singapura pada awalnya

merupakan kawasan permukiman dan komersial yang

dihuni penduduk berkebangsaan Cina dan India. Sebagian

besar di antaranya berprofesi sebagai pekerja galangan

kapal serta kaum buruh di sekitar dermaga pelabuhan

kapal laut. Adanya keberagaman latar belakang ini

mengakibatkan berbagai persoalan sosial dan pence-

maran lingkungan. Hingga akhir abad ke-19, kawasan

Tanjong Pagar terus berkembang, meskipun terlanjur

dikenal sebagai kawasan yang marak akan kegiatan

peredaran opium dan prostitusi.

Kondisi tersebut mendorong pihak pemerintah

Singapura untuk segera menetapkan kawasan ini sebagai

kawasan yang dikonservasi pada akhir tahun 1980-an.

Pada pertengahan tahun 1990-an, Sekitar 200 unit rumah

toko telah direnovasi dengan pendekatan adaptive reuse,

dikembalikan ke kondisi semula dan disuntikkan fungsi-

fungsi baru. Hasilnya, kawasan Tanjong Pagar saat ini telah

berkembang menjadi salah satu fashionable district di Kota

Singapura yang hidup selama 24 jam. Selain berfungsi

sebagai hunian, beberapa bangunan juga menga-

komodasi fungsi-fungsi dan kegiatan yang atraktif, mulai

dari art and craft, perkantoran, hingga bar, kafe, dan

restoran. Kini kawasan Tanjong Pagar menjadi salah satu

kawasan yang kaya akan keragaman visual dan aktivitas

menarik. Pendekatan pelestarian dengan konsep adaptive

reuse bahkan telah berhasil merevitalisasi kembali way of

life dari masyarakat tradisional Cina pada kawasan ini, yaitu

berdagang. Suasana kehidupan perkotaan yang sempat

hilang kini telah dikembalikan, bahkan lebih baik dari

kondisi sebelumnya.

Keberhasilan upaya adaptive reuse ternyata tidak

hanya ditentukan oleh upaya dan strategi perbaikan fisik

kawasan dan bangunan-bangunan bersejarahnya saja.

Keberhasilan ini juga ditentukan oleh adanya strategi

penerapan aktivitas ekonomi yang lebih aktif, peranan

pemerintah sebagai pemegang kebijakan, serta kontribusi

swasta sebagai penggerak aktivitas ekonomi.

Terkait dengan kawasan Kota Tua Jakarta, pende-

katan pelestarian melalui adaptive reuse telah dilak-

sanakan pada beberapa bangunan bersejarah dengan

memperbaiki tampilan dan memperbaharui fungsinya.

Meskipun secara fisik terlihat baik, namun suasana

kehidupan perkotaan pada kawasan ini masih terlihat

kurang dinamis. Mestinya pendekatan pelestarian melalui

adaptive reuse yang akan dilaksanakan juga harus

mempertimbangkan adanya keragaman fungsi-fungsi,

misalnya menyuntikkan fungsi hunian pada fungsi

perdagangan dan perkantoran. Perlu juga dipertim-

bangkan penyediaan fungsi-fungsi hiburan dan sarana

ruang terbuka publik. Strategi ini dapat menumbuhkan

generator ekonomi baru pada kawasan karena mampu

memperpanjang rentang aktif fasilitas-fasilitasnya. Jika bisa

dilakukan, tentu ini dapat menarik minat warga untuk

tinggal, berinteraksi dan beraktivitas, sehingga dinamika

kehidupan perkotaan yang sempat redup di kawasan Kota

Tua Jakarta dapat dihidupkan kembali. Penulis adalahPenulis adalahPenulis adalahPenulis adalahPenulis adalah

mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,

Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Wajah baru area kota tua di Tanjong Pagar, Singapura

Page 70: Majalah_KIPRAH20120316133705

70 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

A r s i t e k t u rArsitekturArsitekturArsitekturArsitekturArsitektur

Teks dan foto: Taufan Madiasworo*)

Agar manusia dapat beraktivitas dan menghuni

bangunan dengan nyaman, terhindar dari

teriknya sengatan matahari, guyuran hujan,

hembusan angin yang keras dan suhu yang terlalu tinggi,

rancangan bangunan harus mempertimbangkan iklim.

Dalam hal ini iklim tropis. Bangunan di sini berfungsi

sebagai alat modifikasi iklim.

Terlebih kita hidup di Indonesia, sebuah negara

kepulauan yang berada pada sabuk tropis dengan ciri-

cirinya, antara lain: kelembaban udara yang relatif tinggi

(di atas 90%), curah hujan tinggi, temperatur rata-rata

tahunan di atas 180C (umumnya antara 230 C hingga 380

C) dan aliran udara yang lambat, sehingga faktor iklim

merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan

dalam perancangan bangunan.

Saat ini jika kita cermati, banyak karya arsitektur yang

dirancang cenderung mengutamakan style serta fungsi

dan efisiensi. Style rumah di luar negeri seperti mediterania,

minimalis ataupun modern seringkali diadopsi dan

diterapkan apa adanya pada perancangan bangunan

tanpa disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Sebagai

contoh, bangunan bertingkat tinggi bergaya internasional

(international style) dengan bentuk kotak serta fasade

bangunannya yang diselubungi kaca. Selanjutnya, apakah

karya-karya arsitektur tersebut di atas dapat disebut

sebagai arsitektur tropis?

Karya-karya arsitektur tersebut sebenarnya meru-

pakan karya arsitektur tropis, karena karya arsitektur

tersebut berada di wilayah tropis dan kemampuannya

dalam mengadaptasi iklim tropis setempat sehingga

Rancang Bangun Arsitektur Tropis

Penggunaan bidang transparan yang menyelubungi eksterior bangunan mampu mereduksi sinar matahari, mengurangi efek silau (glare) pada bangunanserta menurunkan suhu dalam ruangan

Page 71: Majalah_KIPRAH20120316133705

71VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

manusia yang berada dalam bangunan tetap merasa

nyaman beraktivitas, walaupun hampir sebagian besar

karya arsitektur tersebut dirancang dengan cara yang

kurang hemat energi, seperti penggunaan material kaca

pada eksterior bangunan yang cenderung meningkatkan

secara maksimal penggunaan pendingin ruangan,

menimbulkan efek silau (glare) dan meningkatkan iklim

mikro setempat.

Selama karya arsitektur yang dibangun dapat

mengatasi problematika yang ditimbulkan oleh iklim

tropis, seperti panas matahari, suhu tinggi, hujan dan

kelembaban tinggi, serta selama manusia yang berada di

dalam bangunan tersebut merasa nyaman beraktivitas,

maka sebenarnya karya arsitektur tersebut dapat disebut

sebagai karya arsitektur yang adaptif terhadap iklim tropis.

Bentuk arsitektur tradisional yang menggunakan

tritisan atau kanopi lebar serta penggunaan bahan

bangunan lokal sebenarnya lebih merupakan respons

masyarakat tradsional terhadap iklim tropis. Hal ini dapat

dipahami karena masyarakat tradisional sangat meng-

hormati iklim. Jadi, sebenarnya masalah style ataupun

langgam arsitektur yang digunakan tidak berhubungan

dengan arsitektur tropis itu sendiri. Bisa saja karya arsitektur

itu bergaya tradisional, modern, postmodern, neoclassic,

minimalis, dekonstruksi, kontemporer, vernacular, high

technology dan sebagainya. Arsitektur tropis cenderung

dilihat sebagai hasil dari suatu pendekatan perancangan

arsitektur yang berbasis iklim.

Iklim merupakan faktor penting dalam perencanaan

dan perancangan bangunan. Bangunan yang didirikan

pada daerah yang beriklim tropis dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: (1) Orientasi terhadap garis

edar matahari; (2) Radiasi matahari; 3) Kelembaban udara;

4) Gerakan angin; 5) Curah hujan; 6) Topografi; 7)

Vegetasi. Tingkat responsivitas bangunan dalam meng-

antisipasi pengaruh iklim tropis lembab menunjukkan

kemampuan bangunan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Ketika kita melakukan perancangan bangunan,

faktor iklim merupakan tuntutan dasar yang menjadi

pertimbangan penting di manapun karya arsitektur

tersebut dibangun. Di negara-negara Eropa yang beriklim

subtropis seperti Belanda, penggunaan elemen bangunan

seperti overhang atau tritisan tidak terlalu dibutuhkan. Lain

halnya dengan di Indonesia, bangunan sebaiknya

menggunakan tritisan yang berfungsi sebagai pematah

sinar matahari dan berfungsi untuk menghindari tempias

hujan. Begitu juga dengan pemanfaatan kolong atap

Problem iklim tropis direduksi dengan penggunaan kanopi serta vegetasipada bangunan Wisma Dharmala-Jakarta

Koridor atau selasar di sekeliling bangunan Gedung Arsip Nasional-Jakarta berfungsi sebagai bantalan udara yang mampu mereduksi panaske dalam bangunan serta untuk menghindari tempias hujan

Page 72: Majalah_KIPRAH20120316133705

72 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

sebagai ruang tambahan pada bangunan-bangunan di

negara yang beriklim subtropis yang kemudian diadopsi

sebagai ruang kolong atap di Indonesia. Yang terakhir ini

sebenarnya tidak tepat, karena yang semestinya ruang

bawah atap dimanfaatkan sebagai bantalan udara untuk

mereduksi panas yang masuk ke dalam bangunan.

Perancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur Tropis

Untuk mengatasi problematik iklim tropis dan

memanfaatkan secara optimal potensi iklim tropis,

beberapa strategi berikut dapat dilakukan dalam peran-

cangan bangunan, antara lain:

1. Pemanfaatan semaksimal mungkin pencahayaan

alami dengan mempertimbangkan orientasi bangunan

terhadap sudut jatuh sinar matahari.

2. Pemanfaatan material bangunan yang ramah

lingkungan dan menyerap panas serta upaya penerapan

green design pada bangunan.

3. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah

lingkungan yang memanfaatkan sumber energi ter-

barukan seperti tenaga surya dan angin yang sangat

berlimpah.

4. Penggunaan koridor atau selasar di sekeliling

bangunan, yang berfungsi sebagai buffer zone atau

bantalan udara sehingga mampu mereduksi panas ke

dalam bangunan serta untuk menghindari tempias hujan.

5. Penggunaan overhang/tritisan yang lebar pada

bangunan, yang tidak hanya sebagai elemen estetis

bangunan namun berfungsi untuk mematahkan sinar

matahari, menghasilkan efek pembayangan serta

menghindari tempias hujan.

6. Memberikan bukaan-bukaan yang lebar pada

bangunan. Bukaan ini dapat berupa jendela ataupun

lubang ventilasi. Cara terbaik dari penempatan sistem

bukaan ini adalah dengan ventilasi silang (cross ventila-

tion) dan ventilasi atap (roof ventilation), yang memung-

kinkan aliran udara dapat berjalan lancar. Angin dan

pengudaraan ruangan secara terus-menerus akan

menyejukkan suhu ruangan.

7. Penggunaan bidang transparan pada bagian

eksterior bangunan untuk mereduksi panas, mengurangi

efek silau (glare), menurunkan suhu dalam ruangan.

Pengolahan secara optimal bidang transparan ini, selain

berfungsi sebagai elemen estetis bangunan namun dapat

memberi citra (image) dan karakter khusus pada ba-

ngunan.

8. Rancangan konstruksi atap yang mampu melin-

dungi manusia terhadap cuaca, seperti : penggunaan atap

yang tinggi, atap yang dilindungi dengan konstruksi

pelindung (baik vegetasi ataupun kisi-kisi), menghijaukan

atap (greening the top), atap dengan kolam air (roof

pond).

9. Penggunaan koridor dengan penutup atap antar

bangunan untuk melindungi aktivitas dan sirkulasi

manusia agar tetap dapat berjalan, baik ketika hujan

ataupun panas terik.

10.Menempatkan tanaman pada pot yang dile-

takkan dekat jendela atau balkon, , , , , cara ini dapat mereduksi

panas dan silau yang masuk ke dalam bangunan serta

menurunkan temperatur udara dalam ruangan. Secara

psikologis, vegetasi memberikan efek yang menyegarkan.

Berangkat dari pemahaman tentang arsitektur tropis

di bagian awal tulisan ini, pemecahan perancangan

arsitekur tropis menjadi sangat terbuka, sehingga bentuk

arsitektur tropis akan sangat beragam. Memang, arsitektur

tropis selama ini tidak pernah menjadi suatu style atau

langgam tersendiri dalam ranah arsitektur, namun

pendekatan perancangan arsitektur yang sangat adapatif

dalam mengatasi problematik dan memanfaatkan secara

optimal potensi iklim tropis menjadikan karya arsitektur

yang dihasilkan merupakan karya yang adaptif terhadap

iklim tropis (tropical friendly architecture).

Masih banyak cara lain untuk menghemat energi,

namun yang pasti potensi iklim tropis, seperti limpahan

cahaya alam yang bersumber dari matahari harus kita

manfaatkan semaksimal mungkin.

*) Kepala Seksi Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan Wilayah II

Ditjen Penataan Ruang-Dep.PU

Banyak bangunan bergaya modern di Jakarta kurang optimal mengadap-tasi potensi iklim tropis dalam perancangannya, dan desainnya yangkurang mengadaptasi unsur budaya lokal

A r s i t e k t u rArsitekturArsitekturArsitekturArsitekturArsitektur

Page 73: Majalah_KIPRAH20120316133705

73VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

InfoInfoInfoInfoInfo Buku Buku Buku Buku BukuI n f o B u k u

Anda pernah menjumpai bangunan yang belum

satu tahun berdiri namun dindingnya

mengalami retak-retak, bahkan roboh? Atau,

keberadaan bangunan gedung milik negara justru

mengganggu lingkungan sekitar atau berdiri di lokasi yang

melanggar peruntukan lahan? Di masa lalu, hal semacam

itu mungkin saja bisa terjadi.

Tapi, kini pengalaman serupa tak perlu terjadi,

apalagi bila kontraktor atau pelaksana pembangunan

bangunan gedung milik negara itu berpedoman kepada

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/

M2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Ba-

ngunan Gedung Negara. Peraturan Menteri ini memang

diterbitkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para

penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan

bangunan gedung negara.

Pedoman teknis tersebut memang untuk menjamin

agar bangunan gedung negara sesuai dengan fungsinya,

memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenya-

manan,kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber

daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan

diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.Tak hanya

itu, sebagai acuan teknis detail, Permen ini juga mengatur

tentang besaran pembiayaan pembangunan sesuai

klasifikasinya secara detail, sehingga mengurangi

kemungkinan orang melakukan tindak korupsi.

Peraturan Menteri ini menggantikan peraturan

sebelumnya, Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah (Departemen PU zaman pemerintahan

Presiden Megawati) No. 332/KPTS/M/2002 tentang

Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, yang

dianggap tidak lagi memadai.

Permen Nomor 45/PRT/M2007 itu tersusun dalam

sistematika sebagai berikut: Bab I Ketentuan Umum, yang

memberikan gambaran umum yang meliputi pengertian,

azas bangunan gedung negara, maksud dan tujuan serta

lingkup materi pedoman.

Bab II Pengaturan Pembangunan Bangunan Gedung

Negara, mendeskripsikan tentang persyaratan bangunan

gedung negara, meliputi ketentuan tentang klasifikasi

bangunan gedung negara, tipe rumah negara, standar luas

bangunan gedung negara, persyaratan administratif, dan

persyaratan teknis bangunan gedung negara

Bab III Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung

Negara. Bab ini mengetengahkan tentang ketentuan

tentang persiapan, perencanaan konstruksi, dan pelak-

sanaan konstruksi.

Bab IV Pembiayaan Pembangunan Bangunan Ge-

Permen untukBangunan GedungNegaradung Negara. Bab ini memberikan paparan tentang

ketentuan umum, standar harga satuan tertinggi, komponen

biaya pembangunan, pembiayaan bangunan/ komponen

bangunan tertentu, biaya pekerjaan non standar, dan

prosentase komponen pekerjaan bangunan gedung negara.

Bab V Tata Cara Pembangunan Bangunan Gedung

Negara. Bab ini berisi tentang ketentuan tentang

penyelenggaraan pembangunan bangtunan gedung

negara, organisasi dan tata laksana, penyelenggaraan

pembangunan tertentu, pemeliharaan/ perawatan

bangunan gedung negara, serta pembinaan dan pe-

ngawasan teknis.

Bab VI Pendaftaran Bangunan Gedung Negara. Bab

ini menulis tentang tujuan, sasaran dan metode pen-

daftaran, pelaksanaan pendaftaran, dan dokumen

pendaftaran bangunan gedung negara.

Bab VII Pembinaan dan Pengawasan Teknis.

Bab VII Penutup, yang berisikan tentang penjelasan

yang menguraikan apabila terjadi persoalan atau

penyimpanan dalam penerapan pedoman teknis pem-

bangunan bangunan gedung negara, serta petunjuk

untuk konsultasi.

Penerbit:Penerbit:Penerbit:Penerbit:Penerbit: Departemen PU Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit: 2007 Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan: 27/12/2007 Tebal:Tebal:Tebal:Tebal:Tebal: 174 hal.

Page 74: Majalah_KIPRAH20120316133705

74 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

R e n u n g a n J a u h a r iRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan Jauhari

D e omnibus dubitandum! “Segala sesuatu harus

diragukan,” ujar Rene Descrates. Segala yang

ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan

sesuatu, bahkan juga Hamlet si peragu, yang berseru

kepada Ophelia, kekasihnya:

Ragukan bahwa bintang-bintang itu api;

Ragukan bahwa matahari itu bergerak;

Ragukan bahwa kebenaran itu dusta;

Tapi jangan ragukan cintaku padamu.

Sebaliknya, kebenaran adalah pernyataan tanpa

ragu!

Dalam sebuah bukunya Jujun S. Suriasumantri

menyampaikan kisah berikut ini yang bercerita tentang

sebuah pertemuan ilmiah tingkat “tinggi”, di mana seorang

ilmuwan berbicara panjang lebar tentang suatu

penemuan ilmiah dalam risetnya. Setelah berjam-jam dia

bicara maka dia pun menyeka keringatnya dan bertanya

kepada hadirin: “Adakah kiranya yang belum jelas?” Salah

seorang bangkit dan seperti seorang yang pekak

memasang kedua belah tangan di samping kupingnya:

“Apa?” (rupanya sejak tadi dia tak mendengar apa-apa).

Memang, orang itu sejak tadi “tidak mendengar apa-

apa” sebab “tidak tertarik untuk mendengar apa-apa”

sebab “tidak ada apa-apa yang berharga untuk didengar”.

Orang nyentrik itu baru mau mendengar dan tidak

meragukan, dan oleh karena itu pada akhirnya ia akan

mengakuinya sebagai sebuah kebenaran, pendapat yang

bersifat ilmiah sekiranya pendapat itu dikemukakan lewat

cara, proses, dan prosedur ilmiah. Biarpun seorang

pembicara mengutip pendapat sekian pemenang hadiah

Nobel, mengemukakan sekian fakta yang aktual, namun

bila bagi dia tidak jelas mana yang masalah, yang mana

yang hipotesis, yang mana kerangka pemikiran, yang

mana kesimpulan, yang keseluruhannya terkait dan

tersusun dalam penalaran ilmiah, maka bagi dia semua

itu hanyalah sekadar GIGO (maksudnya masuk ke telinga

kiri sampah, dan keluar dari telinga kanan juga masih tetap

sampah).

“Masalah utama dengan disertasi Saudara, kata

seorang penguji kepada seorang promovendus, “ialah

bahwa Saudara berlaku sebagai seorang pemborong

bahan bangunan dan bukan arsitek yang membangun

rumah. Memang batanya banyak sekali, bertumpuk di

sana sini, namun tidak merupakan dinding; kayunya

menumpuk sekian meter kubik, namun tidak merupakan

atap. Sebagai ilmuwan Saudara harus membangun

kerangka dengan bahan-bahan tersebut, kerangka

pemikiran yang orisinal dan meyakinkan, disemen oleh

penalaran dan pembuktian yang tidak meragukan……”

Masalah teknologi, khususnya konstruksi,

sebenarnya dapat dilihat sebagai masalah yang sangat

sederhana, namun dapat juga dipandang sebagai

masalah yang sangat rumit karena terkait dengan

berbagai aspek, seperti sosial, ekonomi, kelembagaan,

dana, bisnis, hukum, budaya, sumberdaya manusia, dan

bahkan terkadang bisa juga berkait dengan masalah

politik. Bagi seorang ahli teknik konstruksi profesional,

katakanlah insinyur, masalah konstruksi ini akan semata

dipandang sebagai masalah teknis konstruksi semata, tidak

lebih, dan bidang tersebut sepatutnya memang sangat

dikuasai olehnya sebagai seorang profesional di bidang

ini. Akan tetapi masalahnya akan menjadi sangat lain

apabila kita berbicara tentang konstruksi dengan seorang

pejabat, pengusaha, praktisi, pengembang, politisi, ahli

hukum, ahli kelembagaan, ketua asosiasi profesi ataupun

jasa bidang teknik, ahli pemasaran, bankers, ekonom,

bahkan seorang sosiolog atau pun budayawan.

Di tangan mereka, dan kita pun sepakat bahwa

memang begitulah seharusnya, permasalahan konstruksi

nasional saat ini bukanlah merupakan masalah yang bisa

dilihat hanya sebagai masalah konstruksi semata. Masalah

konstruksi nasional saat ini adalah sebuah masalah yang

cukup kompleks dan rumit sekali sifatnya. Permasalahan

konstruksi harus dilihat sebagai masalah bagaimana

meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pelaku

konstruksi nasional, bagaimana menumbuhkembangkan

kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pelaku

konstruksi nasional dalam menghasilkan produk-produk

infrastruktur, bagaimana membuka jaringan bisnis dan

meningkatkan kreativitas antara manufaktur, pemasok,

dan profesional pembangunan dari dalam dan luar negeri

untuk bertukar pengetahuan teknologi terbaru dan

peluang usaha di bidang konstruksi.

Di samping itu, dunia konstruksi nasional saat ini

harus pula dilihat dalam konteks bagaimana

mempromosikan perkembangan teknologi industri

konstruksi, bagaimana caranya membangun aliansi serta

jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar,

Profesionalisme

Page 75: Majalah_KIPRAH20120316133705

75VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

bagaimana menampilkan eksistensi dan kemampuan

usaha jasa dan industri konstruksi yang profesional, kokoh,

handal, efisien dan berdaya saing di pasar nasional, re-

gional, maupun internasional, bagaimana meningkatkan

potensi sumberdaya manusia jasa konstruksi secara

maksimal agar menjadi lebih profesional, terampil dan

berdaya saing tinggi, dan lain sebagainya. Dengan

perkataan lain, intinya adalah: profesionalisme.

Lalu, jika memang demikian halnya, saat ini kira-kira

bagaimana gambaran kondisi dan perkembangan

konstruksi nasional dengan berbagai permasalahan dan

kerumitannya tersebut? Apakah para pelaku konstruksi

nasional kita sudah benar-benar bertindak profesional di

bidangnya, telah siap menghadapi persaingan regional

dan bahkan global, dsb? Atau mungkin masih sangat

banyak pelaku konstruksi kita yang bersikap, berperilaku,

dan berbicara sebagaimana layaknya seorang ilmuwan

dan bahkan filsuf seperti digambarkan di atas, yang

pembicaraan, ide-ide, ataupun inovasi yang menurut

pendapatnya merupakan ide, inovasi, atau bahkan

penemuan baru yang spektakuler tetapi tidak pernah

diambil perduli atau bahkan didengar pun tidak, apalagi

dipercaya, oleh orang-orang di sekelilingnya karena tidak

jelasnya ujung pangkal dari pembicaraannya? Yang hanya

berbicara untuk sekedar berbicara dan menunjukkan

eksistensi serta kedigdayaan atau kehebatannya semata?

Apakah pelaku dan perilaku pelaku konstruksi seperti itu

yang dibutuhkan oleh negara kita saat ini?

Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi.

Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan telah

berkembang lebih dari 650 ranting disiplin keilmuan.

Pembedaan yang makin terperinci ini tentunya

menimbulkan keahlian dan profesionalisme yang makin

spesifik pula.

Cerita berikut ini, yang dikutip dari buku Jujun S.

Suriasoemantri yang berjudul “Pengantar Ilmu Filsafat”,

mungkin dapat menggambarkan dengan sangat tepat

bagaimana kiranya kita telah tiba pada zaman keahlian

dan profesionalisme yang semakin spesifik tersebut.

“Saya adalah Doktor Polan, ahli burung betet betina,”

demikian dalam abad spesialisasi ini seseorang

memperkenalkan dirinya. Jadi tidak lagi sekedar ahli

zoologi, atau ahli burung, bukan juga ahli betet, melainkan

khas betet betina.

“Ceritakan, Dok, bagaimana membedakan burung

betet betina dan burung betet jantan!”

“Burung betet jantan makan cacing betina

sedangkan burung betet betina makan cacing jantan.......”

“Bagaimana membedakan cacing jantan dengan

cacing betina?”

“Wah, itu di luar profesi dan keahlian saya. Saudara

harus bertanya kepada seorang ahli cacing.”

Kemudian, di dalam buku tersebut juga dapat kita

baca sebuah anekdot berikut yang sangat menarik. Taufik

Ismail dalam pembacaan sebuah puisinya di Taman Ismail

Marzuki pada awal tahun 1980 menyampaikan anekdot

berikut ini: “Penalaran otak orang itu luar biasa, demikian

kesimpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya, “namun

mereka itu curang dan serakah. Sedangkan sebodoh-

bodohnya umat kerbau, kita tidak curang dan serakah.”

Pernyataan yang lugu ini, namun benar dan mengena,

sungguh menggelitik nurani kita. Benarkah bahwa makin

cerdas, maka makin pandai pula kita menemukan

kebenaran? Benarkah bahwa makin benar, maka makin

baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang

mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab

moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah malah

sebaliknya: makin cerdas, makin pandai pula kita berdusta?

Dalam konteks kekinian dikaitkan dengan pelaku

dan perilaku dari para pelaku konstruksi nasional,

kelihatannya kisah-kisah dan catatan di atas perlu kita

cermati dan renungkan bersama, bahwa: “Untuk menjadi

seorang ilmuwan, ahli ataupun pelaku konstruksi yang

pendapat-pendapat, ide, ataupun inovasi-inovasinya

didengar dan diacu, serta sebagai sumber inspirasi bagi

banyak kalangan, dan agar apa yang dimiliki tersebut

dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya

kemaslahatan umat, maka cerdas saja ternyata tidaklah

cukup.

Yang dibutuhkan oleh negara kita saat ini adalah

pelaku konstruksi yang selain cerdas, juga jujur,

profesional, selalu bertindak dalam koridor kebenaran

tanpa ragu, mempunyai penalaran tinggi, berbudi dan

bermoral tinggi, tidak curang dan tidak serakah, dan yang

paling penting adalah mampu mengkomunikasikan ide,

ilmu, inovasi dan informasi yang melatarbelakangi ide,

ilmu, dan inovasi tersebut kepada semua orang dengan

bahasa yang jelas sehingga mudah dimengerti, dicerna

dan diaplikasikan ke dalam bentuk karya-karya nyata bagi

kepentingan masyarakat dan bangsa. Nah, kalau ilmuwan

dan pelaku konstruksi nasional kita sudah bersikap,

berlaku, dan berperilaku seperti itu, maka hal itu berarti

bahwa mereka telah siap untuk bersaing di arena nasional,

regional dan bahkan internasional. Tidak mudah,

memang, menjadi seperti gambaran ideal tersebut, namun

secara perlahan tetapi pasti kita harus yakin bahwa kita

sedang menuju ke arah sana!

Jakarta, Desember 2008

SBA

Page 76: Majalah_KIPRAH20120316133705

76 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Mereka memangpenyelam. Tapi bukanpenyelam yang biasa

menyelam hingga ke dasar laut.Mereka adalah tim penyelamPDAM Kota Cirebon, yangsecara rutin menyelam kesumur pengumpul dari 24sumur horisontal yang ada disumber mata air Paniis, dikawasan Gunung Ciremai.Sumber mata air Paniis

PenyelamPaniis

Galeri FotoGaleri FotoGaleri FotoGaleri FotoGaleri Foto

Teks dan foto oleh: Kalipaksi

Page 77: Majalah_KIPRAH20120316133705

77VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

merupakan sumber air baku PDAMKota Cirebon.

Para penyelam ini secararutin membersihkan sumurhorisontal tersebut agar bebas darisedimen-sedimen yang bisamengakibatkan gangguan dalamproses penyaluran air baku.

Sumur ini terletak sekitar 50meter dari sumber air lama. Sumurberdiameter 4 meter ini memilikikedalaman sekitar 7 meter.Menurut para penyelam di sumuritu, tekanan air dalam jauh lebihbesar ketimbang menyelam didalam laut. Tak heran, jikabeberapa di antara para penyelamPaniis menderita gangguanpendengaran. Ya, itulah resiko darisebuah profesi. .

Page 78: Majalah_KIPRAH20120316133705

78 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Sel inganSel inganSel inganSel inganSel ingan S e l i n g a n

Tema Hari Habitat tahun 2008 adalah ‘Harmonious

Cities’ atau kota yang harmonis. Suatu kota yang

harmonis berarti di sana ada hubungan yang baik

tidak hanya antarwarganya, tetapi juga antara manusia dan

lingkungannya. Kenyamanan hidup adalah hal niscaya bagi

sebuah kota yang harmonis. Nah, salah satu elemen

perkotaan yang membuat warganya merasa nyaman

adalah tersedianya taman yang tak hanya ditumbuhi

pohon-pohon peneduh tetapi juga ragam bunga yang bisa

membuat suasana menjadi asri dan indah.

Pemandangan seperti itu bisa dijumpai di Istanbul,

Turki. Istanbul, kota yang letaknya strategis di Selat

Bosporus yang memisahkan Benua Eropa dari Benua Asia

itu, memang menaruh perhatian besar terhadap kebe-

radaan taman-taman kota. Puncak dari adrenalin Istanbul,

kota terbesar di Turki dengan jumlah penduduk 13 juta

jiwa itu, akan taman, terjadi pada tiap awal bulan April.

Kemeriahan taman-taman kota di Istanbul ketika itu

Istanbul,Kota Berjuta TulipTeks dan foto oleh: Liesniari

Page 79: Majalah_KIPRAH20120316133705

79VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

sungguh menakjubkan. Apa lagi jika bukan lantaran

Istanbul tengah berselimut bunga-bunga tulip. Benar, di

banyak area terbuka di tengah kota terdapat beraneka

macam tulip, mulai dari warna putih, merah, hingga hitam.

Perhatian orang lebih banyak terfokus ke bunga-bunga

cantik itu ketimbang tertuju ke arah keelokan khas Istanbul

yang lain, yakni kontur yang berbukit, yang semakin

rendah ke arah timur, yang di sana-sini

berdiri bangunan-bangunan khas

mediterania.

Tiap bulan April sejak tahun

2006, Pemerintah Kota Istanbul men-

canangkan festival tulip. Tidak kurang

dari 3 juta tulip ditanam pada tiap-tiap

taman kota di sepanjang jalan. Bah-

kan, bunga-bunga tulip juga bisa

dijumpai di setiap lahan terbuka di

sudut-sudut kota. Berlatar belakang

bangunan-bangunan lawas di sana-

sini, hilir mudik orang berjalan, atau kehijauan di mana-

mana, tulip-tulip itu tampak menawan. Tulip-tulip itu

telah menggenapkan daya pikat Istanbul. Bunga yang

dikenal kebanyakan orang berasal dari Negeri Belanda

itu sebenarnya bunga asli negeri ini, Turki, ribuan abad

yang lalu.

Walau hanya bermekaran dalam waktu beberapa

pekan, tulip-tulip itu mampu menyihir warga kota untuk

menikmati keindahannya. Ketika itu, Istanbul tengah

dikunjungi banyak Turis manca negara yang ingin turut

menikmati festival tulip itu, apalagi cuaca di bulan April

menyuguhi langit biru nan cerah dan suhu yang tak begitu

panas. Jadilah pesta tulip di Istanbul itu menampakkan

kesempurnaannya.

Bisakah semangat di balik penampilan Istanbul dengan

tulip-tulip elok itu itu kita hidupkan di kota-kota di Tanah Air?

Apa yang bisa kita pelajari dari kota yang memiliki benda-

benda peninggalan Bezantium di zaman Yunani kuno dan

Ottoman di era Kerajaan Turki Usmani itu?

Pertama, bagaimana Istanbul mulai membenahi

kotanya dengan mempercantik taman kotanya yang

ditumbuhi jutaan tulip. Manfaatnya tak

hanya bagi warga kotanya, tapi juga

mampu menarik wisatawan asing

untuk berkunjung ke Istanbul.

Kedua, kini, tulip telah menjadi

identitas Kota Istanbul dan menjadi

simbol khas kota seribu kafe itu, selain

bangunan fisik seperti Blue Mosque

dan Hagia Sophia. Tulip bukan sekadar

bunga, yang kelihatan sepele, namun

mampu menarik perhatian dunia

untuk mengunjungi bekas Ibukota

Kerajaan Romawi Timur itu.

Ketiga, bagaimana Istanbul mengemas tulip itu

menjadi suatu festival bunga yang dilihat oleh jutaan or-

ang dari berbagai penjuru dunia dunia. Memang, Indo-

nesia telah memiliki festival bunga Kota Tomohon di

Sulawesi Utara, yang sukses menyedot sekitar 20.000

wisatawan lokal dan mancanegara. Namun, punyakah

Kota Jakarta, misalnya, sebuah festival bunga yang

dikunjungi oleh wisatawan manca negara?

Keempat, ruang terbuka benar-benar dimanfaatkan

Pemerintah Kota Istanbul untuk “berinvestasi” bunga tu-

lip, bandingkan dengan Kota Jakarta di mana untuk

mencari ruang terbuka saja sangat susah. Andai saja ini

sebuah impian.

Tidak kurang dari 3 jutatulip ditanam pada tiap-

tiap taman kota disepanjang jalan.

Bahkan, bunga-bungatulip juga bisa dijumpaidi setiap lahan terbuka

di sudut-sudut kota.

Serumpun bunga tulip warna merah jambu ditaman di bawah pohon ditepi lapangan rumput di tengah Kota Istanbul

Gugusan bunga tulip merah di pinggir area pejalan kaki di Kota Istanbul

Page 80: Majalah_KIPRAH20120316133705

80 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Lola Amaria:

Benahi Jakarta Sekarang,Atau TenggelamBersama-sama

“Tak nyaman”

“Kenapa?”

“Kota ini tak lagi memiliki area

publik yang menghijau, yang memang

memberikan kita leluasa dalam ber-

aktivitas. Memarkir kendaraan tak aman

dan nyaman”

“Kok, bisa begitu?”

“Kota ini telah merampas hak publik.“

“Itu tanggung jawab siapa?”

“Elite lah. Siapa yang meloloskan izin

Plaza Semanggi? Siapa yang menanda

tangani persetujuan pendirian mal di

mana-mana? Kenapa masyarakat yang

harus dikorbankan?”

Demikian petikan obrolan Ayus dari

KIPRAH dengan aktris cantik Lola Amaria

(29) tentang tata ruang kota Jakarta.

Dibanding dengan Bangkok atau Kuala-

lumpur, kata Lola, Jakarta terkesan jorok.

Soal keberadaan mal, gadis blasteran

Sunda Palembang ini tak mampu me-

nutupi rasa gemasnya. “Kenapa sih orang

suka membangun demikian banyak mal?

Itu tidak efektif dalam memanfaatkan

ruang kota. Sampai-sampai Plaza Se-

manggi harus berdiri di kawasan hijau Ja-

karta. Keberadaan pusat perbelanjaan ini

kan membuat jalur padat itu kian macet,”

tutur pemeran Ca Bau Kan itu. “Elite

pemerintah dan oknum pejabat harus

bertanggung jawab tuh,” tambah Lola

tanpa tedeng aling-aling.

Tentang keberadaan bangunan

yang mendominasi pengembangan kota

Jakarta, bintang iklan sejumlah produk itu

punya imajinasi menarik. “Andai ada

teropong yang bisa melihat tanah di

bawah Jakarta, aku akan menyaksikan

beton-beton raksasa dan kabel-kabel

yang memenuhi lapisan tanah yang tak

lagi berair. Bagaimana ini bukan sebuah

bencana?” kata Lola berfilsafat.

Ia membandingkan kenyamanan

kota di sejumlah kota di luar negeri. “Di

J e n d e l aJendelaJendelaJendelaJendelaJendela

Page 81: Majalah_KIPRAH20120316133705

81VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

sana tak ada mal, yang ada ya toko-

toko di pinggir jalan pada suatu

kawasan, seperti di Pasar Baru,” kata

pemenang wajah Pemina 1997 itu.

Pasar Baru? Ya, kawasan ini

memang salah satu tempat favorit

pengagum Jodi Foster ini. Lola sering

berkunjung ke sana, baik untuk

sekadar jalan-jalan melepas rasa

penat, atau untuk membeli sesuatu.

Kenapa ke sana? “Ya, unik saja. Saya

suka sekali panorama di sekitar Pasar

Baru,” aku Lola.

Kini saatnya bagi Jakarta, dan

kota-kota lain di Indonesia untuk

berbenah. Demikian Lola membe-

rikan solusi. “Kalau Jakarta ingin

berubah, mulai program menata

lingkungan, batasi kepemilikan mobil

pribadi, tegakkan peraturan, dan

laksanakan program KB,” ujar Lola.

Kenapa KB? “Ya, semacam ke-

luarga berencana: tak lagi bangun-

bangun gedung yang tanpa peren-

canaan jelas, jangan miliki mobil pribadi

lagi, dan seterusnya,” jelas Lola yang

kini tengah menyiapkan film Rhapsody

in Victoria Park, kisah tentang kehi-

dupan TKW di Hongkong itu.

Sebagai wahana bersama, Ja-

karta semestinya didesain untuk

memberikan keharmonisan hidup

warganya. Lola merindukan fasilitas-

fasilitas publik seperti transportasi

publik yang nyaman dan aman, atau

ruang terbuka seperti taman kota.

Bila perlu, saran Lola, bangun lebih

banyak lagi taman, karena Monas,

Taman Suropati, Taman Kodok, Ta-

man Lembang, dan lain-lain, sebagai

ruang ekspresi warga, telah bergeser

fungsinya.

Kesadaran bersama untuk mem-

benahi Jakarta sangat diperlukan.

“Kesadaran itu harus dimulai dari hal-

hal kecil. Misalnya, benahi saluran

drainasenya, bersihkan sungai-sungai-

nya, juga persampahan, dan sete-

rusnya. Tak hanya pemerintah, semua

warga harus terlibat,” usul Lola serius.

“Sekarang kita mulai, sepuluh tahun ke

depan baru ada hasilnya. Kalau tidak,

kita tenggelam bersama-sama,” simpul

perempuan yang lebih suka tampil

feminin itu.

Tak hanya berhenti di mulut. Lola

ingin buktikan hidup dalam sebuah

habitat yang sehat. Tahun depan, saat

ia menempati rumah barunya, ia akan

hidup di lingkungan yang di seke-

lilingnya penuh dengan rumput meng-

hijau, aneka jenis tanaman bunga.

“Saat ini, di rumah kontrakan saya

hanya ada sebuah pohon rambutan,

lainnya sejumlah tanaman hias dan

dapur hidup di pot,” aku gadis emoh

main sinetron itu. .(ayus)

Administrator
Rectangle
Page 82: Majalah_KIPRAH20120316133705

82 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

HumanikaHumanikaHumanikaHumanikaHumanika

Senja itu, aktivitas di penyeberangan di Kali Cideng,

di Kelurahan Krukut, Jakarta Pusat, tak lagi sibuk.

Hanya satu dua calon penumpang yang ingin

memanfaatkan jasa penyeberangan di atas perahu kecil

itu. Wajah Patomi (50) si “nahkoda” perahu yang juga

warga di Kali Cideng, mengerutkan keningnya. Lelah.

Dengan perahu yang ia buat sendiri, Patomi telah

menjalani pekerjaan ini selama sepuluh tahun. Bahkan ia

mengaku sangat khawatir profesinya itu bakal tergusur

manakala Pemprov DKI Jakarta akan menormalisasi kali

Cideng sebagai persiapan hadapi banjir. Selain Patomi

masih banyak tukang-tukang perahu lain yang meng-

gantungkan hidupnya dari sungai-sungai lain di Jakarta,

seperti di Kali Malang, Kali Ciliwung, dan Gunungsahari.

Jasa yang ditawarkan Patomi ini sangat dibutuhkan

warga sebagai sarana angkutan untuk berbagai keper-

luan, seperti ke sekolah, kantor, atau belanja. Apalagi kalau

tengah malam ketika mereka terdesak keperluan penting

ke dokter, misalnya, ia pun melayani “klien”-nya dengan

penuh suka cita dan penuh tanggung jawab. Ia membuka

jasa layanan mulai pukul 06.00 – 22.00. Pekerjaan ini bisa

ia lakoni setelah mengontongi izin dari RT/RW setempat

dengan tarif relatif murah, Rp 500. Itu pun masih banyak

warga yang tidak membayar. Namun demikian ia terima

dengan ikhlas. Karena jasa angkutan sungai ini memang

benar-benar dibutuhkan warga setempat.

Dalam sehari ia bisa memperoleh pendapatan rata-

rata Rp 30.000,00 untuk menopang keperluan hidup

sehari-hari bersama empat orang anggota keluarganya

yang bermukim di Cibinong, Bogor. Jika hendak mandi

dan cuci, ia pergi ke WC umum. Tapi, makan dan tidur ia

lakukan di perahu, karena semua perlengkapannya sehari-

hari memang di letakkan di lemari kayu di atas perahu

berukuran 2 x 4 meter itu. Sarung, selimut, handuk,

sajadah, dan masih banyak lagi miliknya, tersimpan di sana.

“Namanya juga hidup di atas perahu, yaa… bigini ini

jadinya,” ujar Patomi.

Ia belum punya keinginan untuk beralih profesi. Hanya

satu harapannya: jangan digusur dari Kali Cideng! Alasannya,

“Demi mempertahankan hidup, kata Patomi. . Joewanto Joewanto Joewanto Joewanto JoewantoPerahuku, Rumahku

H U M A N I K A

Page 83: Majalah_KIPRAH20120316133705

83VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Administrator
Rectangle
Page 84: Majalah_KIPRAH20120316133705

84 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Text Box
Page 85: Majalah_KIPRAH20120316133705

85VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Page 86: Majalah_KIPRAH20120316133705

86 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Page 87: Majalah_KIPRAH20120316133705

87VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle
Page 88: Majalah_KIPRAH20120316133705

88 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH

Administrator
Rectangle