Download - Majalah_KIPRAH20120316133705
![Page 1: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/1.jpg)
1VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 2: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/2.jpg)
2 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 3: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/3.jpg)
3VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
N u a n s aKIPRAH NuansaNuansaNuansaNuansaNuansaHUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN
Pembina:Djoko KirmantoAgoes Widjanarko
Dewan Redaksi:M. Amron, Bambang Goeritno, Purnarachman,Setia Budhy Algamar, Waskito Pandu,Dadan Krisnandar, Supardi, Edi A. Djayadiredja,Antonius Budiono, Iman Sudradjat, Sjukrul Amien
Pemimpin Umum:Amwazi Idrus
Pemimpin Redaksi:Dedy Permadi
Wakil Pemimpin Redaksi:Dwityo Akoro Soeranto
Pemimpin Usaha:Etty Winarni
Redaksi Pelaksana:Djuanto
Redaksi:Lisniari Munthe, Yunaldi, Warjono, Srijanto,Warsono, Gustaf, Indah, Rendhi,Achmad Syamsudin
Editor:Agung Y. Achmad, Sofwan D. Ardyanto
Kontributor:Taufan Madiasworo
Desain/ Artistik:Eko Wahono, Dian Irawati
Fotografer:Tim Dok. Puskom
Sekretaris:Widowati, Litha
Iklan:Karyono, Anggraeni, Zulkarnaen, Sutedjo DP.
Sirkulasi/ Distribusi:Anas S, Yusron, Budi, Nadi Tarmadi, Sutikno,Budi R.
Diterbitkan oleh:Departemen Pekerjaan Umum
Alamat:Puskom PU, Gedung Bina Marga Lt.1Jl Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110Telp./ Fax: 021-725 1538, 021-722 1679e-mail:[email protected],
Bank:No. Rek. 126 00011515112Bank Mandiri KCP Dep. PU Jkt.
Pencetak:PT. Permata Printing, Jakarta
KIPRAH
Tata Ruang:Awal Menuju Kota yangHarmonis
Ketika suatu kota tumbuh semrawut tak terkendali, orang lantas
menuding bahwa pembangunan kotanya tak sesuai dengan rencana
tata ruang. Ketika terjadi konversi lahan pertanian secara besar-besaran
menjadi real estate, orang juga serta merta akan mengatakan bahwa telah
terjadi penyimpangan terhadap rencana tata ruang. Juga, ketika terjadi
perubahan fungsi hunian menjadi komersial, itu penyimpangan pula terhadap
rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang memang merupkan komponen penting dalam
upaya mewujudkan sebuah kota yang harmonis. Ia seharusnya tak hanya
mengatur peruntukan fisik pada sebatas ruang kota, juga tak semata
merencanakan sistem jaringan prasarana umum kota, tapi merupakan cermin
dari ketajaman visi pemimpin terhadap kotanya di masa mendatang, dan
keterlibatan seluruh komponen dalam penyusunannya. Dengan demikian,
rencana ini harus mencerminkan kepentingan berbagai kelompok masyarakat,
usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dalam suatu kesetaraan.
Tapi, ketika sebuah rencana sudah tersusun rapi melalui pelibatan
masyarakat dalam proses yang panjang, namun ternyata kota masih tumbuh
tak terkendali, tentu saja banyak orang akan bertanya: apakah memang
rencana itu mengatur dengan rinci berbagai masalah fisik perkotaan sehingga
tidak menimbulkan multi tafsir? Atau seberapa tajam rencana tersebut disusun—
bukan merupakan rencana yang menyesuaikan keinginan pemilik modal,
penguasa, kelompok masyarakat tertentu? Atau, rencana tersebut hanya
merupakan sebuah pembenaran terhadap penyimpangan yang terlanjur telah
terjadi?
Pertanyaan penting berikutnya adalah seberapa banyak sebetulnya or-
ang yang tahu tentang rencana tata ruang. Dan, seberapa dalam pemahaman
orang tentang isi rencana tata ruang tersebut. Yang kemudian sering kita jumpai
adalah manakala seseorang yang merasa punya hak mutlak untuk melakukan
apapun di atas tanah miliknya berencana membangun sesuatu, tapi kemudian
menghadapi kenyataan bahwa rencana pribadinya sangat bertentangan
dengan rencana kotanya.
Berbagai masalah dalam implementasi inilah yang kemudian terlihat
dalam wujud kemacetan, kekumuhan, pencemaran, dan kesemrawutan wajah
ruang kota yang banyak dijumpai di berbagai kota kita. Kota-kota yang
kemudian jauh dari dambaan sebagai Kota yang harmonis, sebagaimana tema
peringatan Hari Habitat Dunia tahun 2008 ini, atau kota-kota yang
pengembangannya belum sepenuhnya berlandaskan pada ajakan ‘bersama
menata ruang untuk semua’ sebagai tema peringatan Hari Tata Ruang Nasional
2008. Melalui dua even inilah kita semua diingatkan akan pekerjaan besar yang
masih harus kita selesaikan di tahun-tahun mendatang. (((((RedaksRedaksRedaksRedaksRedaksi)i)i)i)i)
![Page 4: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/4.jpg)
4 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Nuansa3 Tata Ruang: Awal Menuju Kota yang Harmonis
Surat Pembaca6 Lambat Pengembangan Jalan Tol7 Aktivitas Kota Purwakarta Menurun?7 Pembangunan Rusunawa dan Rusunami
Lintas Info8 Departemen PU Raih Platinum Award9 10 Juta Sambungan Rumah Air Minum pada
20139 Dukungan Organisasi Profesi Terhadap Penataan
Ruang yang Handal10 Restrukturisasi Hutang PDAM Terganjal Politik
Lokal10 Laris Manis Rusunawa Kebomas Gresik
Laporan Utama12 Harmonious Cities14 Jalan Panjang Menuju Kota yang Harmonis20 Hunian, Sebuah Paradoks Perkotaan24 World Habitat Day: Kota yang Harmonis Bagi
Semua Orang27 Wawancara Dirjen Penataan Ruang: “Jangan
Main-main dengan Penataan Ruang”31 Wawancara Dirjen Cipta Karya: “Kita Semestinya
Mengarah ke Konsep Regionalisasi”34 Wawancara Walikota Surabaya: “Kota yang
Harmonis Berawal dari Infrastruktur yangTertata”
38 Wawancara Hendro Pranoto: Terpadu untukHarmoni
40 Johan Silas: Kaji Ulang Undang-undang TentangPerkim
43 Perdesaan, Habitat yang Tak Boleh Dilupakan
D a f t a r I s iDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Tamu Kita44 Bupati Gresik, KH. Robbach Ma’shum:
Agama Bicara Tentang Habitat
Jelajah46 Kota Probolinggo, Penataan Ruang Kota
(memang) untuk Peningkatan Investasi47 Kota Anggur di Tapal Kuda49 Banjir Jakarta: Memerlukan Keterlibatan Banyak
Pihak51 Seropan, Sumber Air yang Tak Pernah Kering53 Ruas Jalan Palembang-Inderalaya Dilebarkan54 Menuju Indonesia Hijau55 Pembangunan Jembatan Mahakam Ulu
Aktualita56 Momentum Bersama untuk Menata Ruang Kota
Sigi
![Page 5: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/5.jpg)
5VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
58 Sanitasi: PSU Akan Disalurkan untuk Air Minumdan Sanitasi
60 Permukiman: Sampah Dan Masyarakat Perkotaan
Info Teknologi64 Menjaga Mutu Perkerasan Jalan
Wacana66 Adaptive Reuse dan Revitalisasi Kawasan Kota
Tua Jakarta
Arsitektur70 Rancang Bangun Arsitektur Tropis
Info Buku73 Permen untuk Bangunan Gedung Negara
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Renungan Jauhari74 Profesionalisme
Galeri Foto76 Penyelam Paniis
Selingan78 Istanbul, Kota Berjuta tulip
Jendela80 Lola Amaria: Benahi Jakarta Sekarang, Atau
Tenggelam Bersama-sama
Humanika82 Perahuku Rumahku
![Page 6: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/6.jpg)
6 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
S u r a t P e m b a c aSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat PembacaSurat Pembaca
Lambat, Pengembangan Jalan Tol
Saya salah seorang pengguna
setia jalan tol yang saban hari
menggunakan rute Cibubur – Ca-
wang dan Grogol pulang pergi. Soal
macet, tarif naik, itu sudah biasa,
meski itu statusnya jalan bebas ham-
batan. Namun soal pengembangan
jalan tol, saya prihatin berat. Rasanya
seperti lari di tempat. Tidak ada
kemajuan, tertinggal dengan negara-
negara tetangga dan Asia seperti
Malaysia, China, Korea, meski kita
adalah yang paling awal dalam
membangun jalan tol, yakni tol
Jagorawi pada tahun l978.
Ironinya, Malaysia, yang baru
mengawali pembangunan jalan
tolnya tahun l980, dengan belajar di
Indonesia, kini negara jiran itu mam-
pu membangun 2.000 kilometer jalan
tol. Sementara kita yang telah berjalan
30 tahun baru mencapai sekitar 650
kilometer atau rata-rata sepanjang
21,6 kilometer per tahun.
Belum lagi jika dibanding de-
ngan China yang baru melakukan
pengembangan jalan tol di tahun
1990, mereka mampu membangun
jalan tol sepanjang 45.000 kilome-
ter atau rata-rata 3.000 kilometer
per tahun
Pertanyaan saya, apa dan di
mana kesalahan negeri ini? Ham-
batannya apa saja? Apakah kita tidak
memiliki kemampuan? Dan, bagai-
mana solusinya? Masih sederet per-
tanyaan selalu mengganggu pikiran
saya sampai saat ini. Masak, kita
sebagai negara kaya dan sudah 63
tahun merdeka serta memiliki se-
gudang insinyur, tenaga ahli, dan tu-
kang, tidak mampu memecahkan
persoalan ini. Bagaimana nih BPJT
dan PT Jasa Marga menyikapi per-
soalan ini? Mohon penjelasan. Terima
kasih.
Wassalam,
Sri Sadono,Karyawan RS Sumber Waras, Grogol
Tinggal di Citereup, Bogor
Jawab
Terima kasih atas perhatian
Anda terhadap pengembangan jalan
di Indonesia. Pembangunan jalan tol
di Indonesia memang sangat lambat,
Gerbang Tol Cibubur Utara
Foto
: Do
k
yaitu hanya sepanjang 21,6 kilome-
ter per tahun atau baru mencapai
sekitar 650 kilometer selama kurun
waktu 30 tahun. Kondisi ini menem-
patkan Indonesia berada pada urut-
an kelima dari enam negara Asia,
(Jepang, China, Korea, Malaysia, Indo-
nesia dan Thailand) dalam hal
panjang jalan tol. Padahal Indonesia
merupakan pelopor pembangunan
jalan tol di kawasan Asia.
Kenapa negara-negara terse-
but pembangunannya bisa lebih
maju pesat? Karena dukungan nega-
ra-negara itu sangat kuat diwujudkan
dengan pengalokasian dana yang
cukup besar. Selain itu pembangu-
nan jalan benar-benar dikelola ne-
gara dan tidak sepenuhnya diserah-
kan kepada swasta. Juga negara-
negara luar tak tanggung-tanggung
mengalokasikan subsidi dana hingga
100 persen. Sebaliknya, di Indonesia
pembangunan jalan tol hampir
seluruhnya diserahkan kepada inves-
tor, sehingga investor-investor itu
hanya akan memilih jalur yang layak
dari sisi bisnis saja.
Kalau soal kemampuan Indone-
sia sebenarnya memiliki kapasitas
untuk mengoptimalkan pembangun-
an jalan tol. Namun, masih ada
beberapa hambatan mendasar, yaitu
sulitnya pengucuran kredit dari
perbankan dan tidak semua jalan tol
memiliki kelayakan secara ekonomis.
Mudah-mudahan jawaban ini sedikit
dapat mengobati keserasahan Sri
Sadono. Ke depan, diharapkan iklim-
nya politik dan ekonomi lebih baik,
sehingga rencana program yang
telah ditetapkan dapat lekas ter-
wujud, sesuai rencana. Terima kasih
(Red).(Red).(Red).(Red).(Red).
![Page 7: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/7.jpg)
7VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Foto Cover: © Pusdok PU
Saya penduduk yang lahir,
besar, dan tinggal di
Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat. Saat ini saya merasakan ada
yang kurang terhadap kota tercinta
ini. Yang mengherankan, aktivitasnya
cenderung menurun justru menyusul
pembangunan ruas jalan tol Cipu-
larang selesai dilakukan. Kendaraan
umum maupun pribadi enggan le-
wat Kota Purwakarta dan mereka
lebih memilih menggunakan jalan tol
langsung yang dirasa lebih efisien
dan ekonomis baik dari segi waktu,
jarak tempuh maupun biaya.
Kondisi ini berdampak langsung
terhadap penurunan aktivitas kota
dengan segala implikasinya. Misalnya,
sepinya kegiatan kota, penurunan
Aktivitas Kota Purwakarta Menurun?
volume perdagangan hingga lesunya
usaha masyarakat di bidang jasa
transpotasi, restoran, dan pengi-
napan. Kota menjadi semakin kurang
bergairah, lesu, bahkan stagnan.
Sementara itu, kota-kota lain terus
berpacu membangun daerahnya.
Padahal, Purwakarta dan ka-
wasan sekitarnya memiliki keung-
gulan-keunggulan komparatif dan
kompetitif. Tengok saja, di sana ada
dua Waduk buatan Djuanda dan
Cirata dengan segala kegiatannya.
Pemandangan alamnya pun cukup
mempesona. Juga ada industri kera-
jinan rakyat keramik, pemandian air
panas, tempat wisata budaya, dan
seterusnya. Didukung letak lokasinya,
Purwakarta pun cukup strategis – tak
jauh dari Ibukota Negara Jakarta dan
Ibukota Provinsi Bandung.
Anehnya, potensi-potensi itu
terkesan diabaikan dan tidak digarap
secara terencana. Tentu ini menjadi
tugas dan tanggung jawab para
perencana kota dalam mengem-
bangkan potensi Kota Purwakarta
untuk bersinergi dengan kota-kota di
sekitarnya. Tujuannya, agar tercipta
kondisi yang lebih baik, aman, nya-
man, serta produktif dan berkelan-
jutan. Tapi, kapan hal itu terwujud?
Wassalam,
Nanang SupriyadiPasar Kemis, Purwakarta
Tekad pemerintah untuk mem
bangun 1000 tower lewat pem-
bangunan Rusunawa (rumah susun
sederhana sewa) dan Rusunami
(rumah susun sederhana milik) patut
didukung oleh semua pihak. Karena,
tujuannya mulia yaitu; melayani
kebutuhan tempat tinggal yang layak
huni bagi masyarakat berpengha-
silan rendah (MBR), dan upaya me-
ngurangi kawasan kumuh perko-
taan. Upaya seperti itu tengah
dilakukan Pemprov DKI Jakarta yang
tengah membangun Rusunami di
kawasan Pulo Gebang, Jakarta
Timur, dan Kalibata, Jakarta Selatan.
Namun, yang menjadi per-
tanyaan saya, apakah penghuninya
nanti tepat sasaran. Mengingat, cara
pemasaran yang dilakukan pengem-
bang pada saat ini banyak dilakukan
di pusat perbelanjaan mewah seperti
di mal dan toko-toko swalayan yang
banyak dikunjungai kalangan mam-
pu dan berduit.
Jangan-jangan, Rusunami itu
kelak akan dihuni oleh mereka-
mereka yang mampu membayar
sewa, atau mampu membeli. Seba-
liknya, MBR dan masyarakat miskin
kota, yang selama ini bermukim di
kawasan kumuh, tidak terlayani.
Akhirnya, nasib mereka tetap
terpinggirkan. Padahal mereka juga
berhak untuk hidup, berkembang,
berpartisipasi, dan tinggal di dalam
kota yang mereka cintai. Persoalan ini
adalah tanggung jawab pemerintah.
Mohon penjelasan, terima kasih.
Wassalam,
Angling AnggoroKuningan Timur Rt 07/Rw 01 No. 13
Kelurahan Kuningan Timur, SetiabudiJakarta Selatan (12950)
Pembangunan Rusunawa dan Rusunami
![Page 8: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/8.jpg)
8 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Departemen Pekerjaan Umum
meraih penghargaan Platinum
Award dari Majalah Warta Ekonomi
dalam ajang e-Government Award
2008. Penghargaan diberikan atas
prestasi departemen tersebut sebagai
pengaplikasi e-gov terbaik selama 5
tahun berturut-turut. Departemen ini
memenangi berbagai tema yang
dilombakan. Penghargaan diterima
Sekjen Departemen Pekerjaan Umum
Agoes Widjanarko pada malam peng-
anugerahan yang diselenggarakan di
Hotel Grand Hyatt, Jakarta, 4 Novem-
ber silam.
Majalah Warta Ekonomi, sela-
ma tujuh tahun berturut-turut,
memberikan penghargaan kepada
pengaplikasi e-gov terbaik untuk
kategori Departemen, Non-De-
partemen, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten dan Pe-
merintah Kota. Pada tahun ini, ajang
penghargaan yang telah terse-
lenggara selama tujuh tahun itu
menambah satu kategori, yakni
website Direktorat Jenderal.
Pada tahun ini ajang peng-
anugerahan e-gov award mengambil
tema Connecting Government to In-
crease Public Services Exellence’.
Menurut Wakil Pemimpin Redaksi
Majalah Warta Ekonomi J.B Soesetyo,
kriteria penilaian tidak hanya tam-
pilan web saja, namun juga, salah
Departemen PU Raih Platinum Awarddirespons maka hal itu akan me-
ngurangi nilai. Apalagi bila website
tersebut tidak pernah di-up date,
peserta langsung dinyatakan gu-
gur,” kata Budi Rahardjo, salah
seorang anggota Dewan Juri yang
juga Praktisi Teknologi Informasi (TI)
dari ITB.
Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi user friendlyuser friendlyuser friendlyuser friendlyuser friendly
Menurut Kepala Pusat Pengo-
lahan Data (Pusdata) Departemen
PU Waskito Pandu, apa yang telah
dicapai dalam pengembangan TI di
Departemen PU adalah untuk me-
ningkatkan pelayanan publik me-
lalui TI yang user friendly. “Kita terus
kembangkan aplikasi yang sasaran
akhirnya adalah manfaat untuk
pengguna dan user friendly,” jelas
Pandu.
Pengaplikasian TI di Depar-
temen PU cukup baik, memang. Saat
ini, masing-masing Satminkal tengah
giat mengembangkan aplikasi TI di
website mereka, baik berupa sistem
informasi atau sistem manajemen
untuk kebutuhan internal maupun
informasi kepada publik. “Tema Con-
necting Government juga menjadi
tantangan bagi Departemen PU
untuk meningkatkan koordinasi
bidang TI yang dibangun masing-
masing Satminkal. Dengan menge-
tahui aplikasi yang telah ada dan
menghindari pengembangan apli-
kasi baru yang sama sehingga dapat
mengefisienkan anggaran negara,”
papar Pandu.
Sekadar catatan, tahun ini,
anggaran yang berkaitan dengan
bidang TI untuk keseluruhan Depar-
temen sebesar Rp 46 miliar yang
tersebar di berbagai Satminkal.
(Joe).
L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas Info
“Tema ConnectingGovernment jugamenjadi tantangan
bagi Departemen PUuntuk meningkatkankoordinasi bidang TI
yang dibangunmasing-masing
Satminkal.”
satunya, up date dan responsibi-
litasnya.
“Dewan juri mengirimkan e-
mail ke web tersebut, dan apabila
dalam jangka waktu tertentu tidak
Departemen Pekerjaan Umum meraih penghargaan Platinum Award dari Majalah Warta Ekonomidalam ajang e-Government Award 2008
![Page 9: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/9.jpg)
9VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
10 Juta Sambungan Rumah Air Minum pada 2013
Sejumlah organisasi profesi
memberikan dukungan kepada
setiap usaha penataan ruang di ber-
bagai daerah. Organisasi profesi itu
adalah Ikatan Ahli Perencanaan Indo-
nesia (IAP), Ikatan Arsitek Indonesia
(IAI), Asosiasi Sekolah Perencana Indo-
nesia (ASPI) dan REI (Real Estate Indo-
nesia). Dukungan itu diberikan pada
saat puncak peringatan Hari Pe-
rencanaan Kota Dunia pertama di In-
donesia pada 8 November 2008.
Mereka bertekad untuk me-
nyukseskan program sosialisasi kepa-
da masyarakat dan pemerintah dae-
Dukungan Organisasi Profesi Terhadap Penataan Ruang yang Handal
rah (Pemda) agar penyelenggaraan
penataan ruang handal dan berke-
lanjutan. Tekad kedua organisasi
profesi itu dilatarbelakangi keterba-
tasan daya dukung dan daya tam-
pung lingkungan, perubahan iklim
global, dan pentingnya melestarikan
budaya lokal, terkait dengan peman-
faatan tata ruang.
Menurut Ketua Umum IAP Iman
Soedradjat, masyarakat dan Pemda
merupakan kunci keberhasilan tujuan
penataan ruang. Oleh karena itu, UU
No 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang harus dijadikan sebagai lan-
dasan pembentukan kultur dan etika
pembangunan perkotaan serta per-
desaan yang lebih memiliki perspektif
terwujudnya masyarakat yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Karena itu, Iman mengajak para
pemangku kepentingan untuk ikut
berperan aktif dalam rencana tindak
kegiatan penataan ruang.
IAP dan IAI berencana mela-
kukan sosialisasi dan mendorong prak-
tek-praktek penataan ruang yang fokus
pada peningkatan kualitas dan profe-
sionalisme perencanaan penataan
ruang yang bertanggung jawab. (Joe).
Pemerintah akan melakukan
peningkatan pelayanan air mi-
num hingga 10 juta Sambungan
Rumah (SR) pada tahun 2013. Sebab,
cakupan pelayanan air minum me-
lalui perpipaan di Indonesia dinilai
masih sangat rendah. Selama tiga
dasawarsa, pembangunan prasarana
dan sarana air minum serta pe-
layanannya melalui perpipaan baru
mencapai 45% masyarakat di per-
kotaan dan 10% di perdesaan. Se-
dangkan cakupan pelayanan secara
nasional baru mencapai 24 persen
dengan kapasitas produksi yang
terpasang sebesar 137 ribu per detik
dengan jumlah pelayanan SR se-
banyak 7,1 juta unit.
Demikian disampaikan Menteri
Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto
pada Seminar 10 Juta Sambungan
Baru Air Bersih 2013 di Jakarta, medio
Oktober lalu. Upaya pemasangan 10
juta SR air bersih tersebut juga dila-
kukan untuk mencapai target MDG’s
yakni mengurangi separuh proporsi
penduduk yang saat ini tidak menda-
patkan akses air bersih. Untuk itu
perlu dilakukan pengaturan yang
baik, pembiayaan yang tepat, me-
ningkatkan kualitas sumber daya
manusia, serta penyediaan air baku.
Program tersebut diawali Pro-
gram Pengembangan 1 juta SR yang
dilaksanakan pada tahun 2009-2010
dengan prinsip optimalisasi pra-
sarana dan sarana Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) yang telah di-
bangun. Untuk itu, upaya penye-
hatan PDAM dengan peningkatan
kinerja pengelolaan dan restruk-
turisasi utang menjadi penting. Se-
bab, hanya PDAM yang sehat yang
mampu memberikan pelayanan air
minum yang baik dan berkelanjutan.
Manajemen pengelolaan PDAM ke
depan harus dilaksanakan secara
profesional dan menerapkan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance.
“Ujung tombak dari pelayanan air
minum adalah PDAM,” tegas Djoko.
Menteri PU menghimbau se-
mua pihak, termasuk pemerintah
kabupaten/ kota dan para direksi
PDAM, untuk meningkatkan kualitas
manajemen dan tidak kembali ter-
jerumus ke dalam jurang yang sama
yang mengakibatkan tidak sehatnya
pengelolaan PDAM.
Dari mana sumber dana untuk
program 10 juta sambungan pipa di
atas? Dana APBN dan APBD saja jelas
tidak cukup. “Dengan dana APBN
dan APBD yang terbatas, tidak me-
mungkinkan untuk melaksanakan
program tersebut. Untuk itu kami
menyiapkan beberapa dana alter-
natif,” kata Menteri.
Menteri memberi alternatif
tentang sumber dana dan pola pem-
bayarannya, yakni menggunakan
anggaran internal dari PDAM, pin-
jaman perbankan, pola trade credit,
pola KPS maupun obligasi. Namun,
alternatif dan pola pembiayaan ter-
sebut harus dikaji dan disesuaikan
dengan kondisi setiap PDAM. (Ind).
![Page 10: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/10.jpg)
10 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L i n t a s I n f oLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas InfoLintas Info
Pemerintah menyanggupi
penghapusan utang PDAM be-
rupa denda dan bunga sebesar Rp 3
triliun. Syaratnya, PDAM harus mem-
buat besaran tarif normal dan ma-
najemen harus dipilih melalui uji
kelayakan dan kepatutan. Program
tersebut boleh diikuti seluruh PDAM
kecuali PDAM DKI Jakarta dan Batam.
Dalam menentukan besaran
tarif, sebenarnya PDAM tidak lagi
harus meminta persetujuan DPRD.
Sesuai dengan PP No. 16 Tahun 2005,
kewenangan menyetujui kenaikan
tarif air minum menjadi kewenangan
bupati atau walikota.
Namun, dalam praktiknya, pe-
nguasa daerah tidak berani me-
mutuskan sendiri. Hal tersebut terkait
dengan pemilihan kepala daerah dan
pemilu. Fakta ini diakui anggota
Komisi V DPR RI Enggartiasto Lukito.
“Akibat banyak Pilkada, PDAM akan
sulit melakukan perbaikan tarif ka-
rena hal itu dijadikan bahan kam-
panye. Pemda tidak berani meng-
ambil kebijakan yang tidak populis,”
kata Enggartiasto. “Program restruk-
turisasi kemungkinan baru dapat
berjalan setelah bulan April 2009 saat
Pilkada selesai,” tambah Enggartiasto.
Akibatnya, baru dua PDAM,
yakni PDAM Banjarmasin dan PDAM
Ciamis, yang sudah mengajukan
permohonan penghapusan utang.
PDAM lain masih berkutat dengan
kenaikan tarif yang menjadi syarat
restrukturisasi yang diajukan Pe-
merintah.
Menurut Dirjen Cipta Karya
Budi Yuwono, kenaikan tarif sangat
diperlukan agar biaya operasional
PDAM dapat dipenuhi dan menjadi
sehat dari sisi keuangan, serta me-
ngurangi tingkat kebocoran air hing-
ga 40%. Berdasarkan data dari Depar-
temen Keuangan hingga Desember
2007, terdapat 207 PDAM yang
memiliki total utang sebesar Rp 4,39
triliun, yang terdiri dari utang pokok
Rp 1,4 triliun, denda dan bunga Rp
2,9 triliun. Sedangkan per 30 Juni
2008 sebesar Rp 4,65 triliun terdiri
dari utang pokok Rp 1,5 triliun dan
nonpokok (bunga, denda) Rp 3,1
triliun.
Melihat kecenderungan di atas,
menurut Dirjen, dalam waktu be-
berapa tahun ke depan investasi
swasta dalam sektor air minum masih
akan sulit dilakukan, kecuali sekitar 11
Pemda yang penyediaan air mi-
numnya digarap swasta. (Ind).
Restrukturisasi Hutang PDAM Terganjal Politik Lokal
Laris Manis Rusunawa Kebomas Gresik
Rusunawa (rumah susun seder-
hana sewa) Kebomas yang ber-
ada di Jalan Wahidin Sudirohusodo,
Gresik, Jawa Timur, diserbu peminat
alias kebanjiran daftar calon peng-
huni. Tercatat, dua blok Rusunawa
berlantai empat, masing-masing
berkapasitas 96 unit, telah terisi
penuh. Kapasitas listrik terpasang 105
ribu kVA, sedang travo yang diguna-
kan mampu menahan daya hingga
160 ribu kVA.
Warga yang mendaftar men-
jadi calon penghuni harus memiliki
KTP Gresik dan termasuk dalam
masyarakat berpendapatan rendah
(MBR), dan belum memiliki rumah.
Karena lokasinya berdekatan dengan
kawasan pabrik, umumnya calon
penghuni bekerja di sektor industri.
Harga sewa Rusunawa ditentukan
berdasar letak lantai. “Sewa diukur
dari letak lantai yaitu dari uang sewa
Rp 70-100 ribu, di luar uang ling-
kungan bulanan,” kata Tugas Husni
Syarwanto, Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Kabupaten Gre-
sik kepada KIPRAH di kantornya,
beberapa waktu lalu.
Selain Kebomas, Gresik telah
membangun Rusunawa di dua lokasi
sejak 2005 lalu. Menurut Husni, pe-
ngembangan permukiman di Gresik
selama ini hasilnya cukup baik. Arti-
nya, mampu mengatasi kebutuhan
rumah tinggal yang layak huni bagi
MBR yang jumlahnya kian meningkat.
Apa lagi, pada saat ini, Pemda diha-
dapkan kepada persoalan keterba-
tasan lahan dan harga tanah yang
semakin mahal. Karena itu, dengan
keberadaan Rusunawa itu, Husni ber-
harap pembangunan permukiman
dan perumahan ke depan dapat
terselenggara secara lebih harmonis
baik secara spasial, fisik-lingkungan,
maupun sosial ekonomi. (Joe).
Rusunawa Kebomas, Gresik
Foto
: Jo
e
![Page 11: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/11.jpg)
11VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 12: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/12.jpg)
12 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Problematika perkotaan pada saat ini telah sampai
pada derajat persoalan yang mengkhawatirkan.
Keberadaan prasarana publik sering tidak me-
nambah kenyamanan warga kota dalam beraktivitas.
Kemacetan lalu lintas terjadi di mana-mana. Tak nampak
indah, kota terlihat kian semrawut, meski di sana-sini berdiri
gedung-gedung megah. Sampah bertebaran di mana-
mana. Polusi tidak hanya di udara, tetapi juga di tanah
dan air. Kota tak hanya pencipta bencana alam, tetapi juga
mendatangkan sejumlah problema sosial. Penyakit
mewabah silih berganti, dan seterusnya. Itulah wajah
perkotaan kita, wajah sebuah habitat hidup sekitar
separuh penduduk di negeri ini.
Sebagai sebuah habitat hidup, kota-kota di Indonesia
memang masih akan terus berkembang. Apalagi, kecen-
derungan global menunjukkan bahwa arus urbanisasi belum
akan berhenti. Padahal, salah satu efek buruk dari arus
urbanisasi yang semakin tinggi itu adalah kemunculan
kantong-kantong permukiman baru, yang malangnya
berkarakter kumuh. Itu terjadi karena sebagian besar pelaku
Harmon ious C i t i es
![Page 13: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/13.jpg)
13VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
urbanisasi adalah warga desa yang relatif miskin dan ingin
memperbaiki nasib sosial-ekonominya di kota.
Fakta tersebut, yang jelas, akan memaksa para pengelola
kota berhadapan dengan sebuah tantangan, yakni tentang
bagaimana mengantisipasi pola perkembangan kota. Alhasil,
problematika perkotaan yang sudah rumit tadi semakin
kompleks dengan tambahan elemen urbanisasi tadi.
Tidak bisa dipungkiri, aneka rupa prolematika perkotaan
yang telah terpapar pada paragraf pertama tadi merupakan
akibat-akibat dari pengembangan kota tanpa perencanaan
tata ruang yang matang. Pengembangan kawasan lebih
mengesankan sebagai suatu tindakan ketakterencanaan
ketimbang sebaliknya. Wajar bila kota tak mampu memberi
rasa aman dan nyaman kepada para penghuninya.
Bilamana hal itu berakhir? Tidak ada cara lain kecuali
kita bersama-sama merevisi perencanaan tata ruang kota yang
disesuaikan dengan, antara lain: kebutuhan dan kepentingan
pemanfaat ruang secara adil, potret kemajuan yang diinginkan
di masa mendatang, prinsip-prinsip pembangunan ber-
kelanjutan dengan cara semisal memenuhi luasan ruang
terbuka hijau, membangun prasarana penyehatan ling-
kungan, dan seterusnya.
Momentum untuk itu telah tiba, yakni 8 November 2008.
Selain merupakan World Town Planning Day, 8 November
juga diperingati sebagai Hari Tata Ruang Nasional. Event ini
sangat strategis karena tak hanya menjadi saat terbaik untuk
memulai bersama penataan ruang (sesuai tema besar
peringatan, yakni Planning for All) tetapi juga dihadapkan pada
keterancaman kelestarian lingkungan global. Satu bulan
sebelum event tersebut, dunia juga memperingati Hari Habi-
tat Dunia atau World Habitat Day, yang pada tahun ini memiliki
tema: Harmonious Cities.
Dua momentum itu seakan-akan menjadi sebuah pintu
masuk untuk mengingatkan segenap stakeholders perkotaan,
baik para pengelola kota maupun warga kota, tentang tesis
bahwa kota yang harmonis merupakan kota yang ber-
kembang melalui sebuah perencanaan yang matang.
Betapa indahnya hidup ini bila kota tempat kita
bermukim, beraktualisasi, berproduksi, menyediakan segala
kebutuhan dan kepentingan kita, serta kondisi lingkungannya
yang terpelihara dengan baik dan berimbang. Dalam bahasa
lain, ada sebuah keharmonisan hubungan antara kepentingan
sosial dan ekonomi, perkotaan dan perdesaan, serta antara
pertumbuhan kota dan keberlanjutan lingkungan hidup.
Planning for All adalah niat bersama bangsa ini untuk
melahirkan kota-kota yang harmonis. Bila masing-masing elit
daerah sebagai ujung tombak perencana tata ruang untuk
kota menyadari hal itu, bukan tidak mungkin kita bisa
menghadirkan kembali Jakarta sebagai Venessia van Java,
atau Semarang sebagai The Little Netherlands, sekadar
menyebut beberapa contoh. Mengapa tidak?
Dan, harmonious cities itu adalah tema utama KIPRAH
kali ini. Selain wawancara dengan sumber-sumber utama,
seperti Dirjen Penataan Ruang, Dirjen Cipta Karya, tim redaksi
KIPRAH juga melakukan peliputan ke beberapa kota, yakni
Surabaya dan Kota Probolinggo, serta interview sejumlah
pakar.
Foto
: ©A
had
po
int,
Eko
Pengembangan kota hendaknya dimulai dengan perencanaan ruang kotayang baik dan seimbang, sehingga menghasilkan keharmonisan
![Page 14: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/14.jpg)
14 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Masih ingatkah Anda pada
jerit histeris dan pekik
tangis puluhan perem-
puan dan anak-anak di area Taman
Bersih-Manusiawi-Wibawa (BMW)
yang meratapi “rumah-rumah” me-
reka saat digusur satuan polisi pa-
mong praja setingkat kompi dari
Pemerintah Kota Jakarta Utara? Juga,
peristiwa-peristiwa yang kurang lebih
serupa, semisal penertiban terhadap
ratusan pedagang kaki lima di
sejumlah kota besar, beberapa waktu
silam? Konflik fisik sesekali terjadi
pada peristiwa semacam itu, karena
apapun alasan penggusuran, bagi
rakyat kecil, rumah atau lebih tepat
disebut gubuk dan lingkungan
permukiman ilegal itu adalah
segalanya bagi mereka untuk bisa
hidup di kota metropolitan ini.
Sepenggal kisah di Taman BMW
di atas menebarkan muatan jamak.
Persoalannya tidak hanya menyang-
kut masalah ketidakabsahan dan
pelanggaran pemanfaatan ruang
kota oleh ratusan lebih kepala ke-
luarga. Tapi, kejadian itu juga mem-
buka tirai tentang ketaktersediaan
lahan permukiman yang layak bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), masalah sosial, ekonomi,
budaya, bahkan sampai ke persoalan
politik dan keamanan kawasan, di
Jakarta ini.
Begitulah, sejatinya, dimensi
panataan ruang, merupakan urusan
prinsipil suatu kota yang sering
dilupakan banyak orang. Lebih dari
sekadar penataan fisik kawasan agar
terlihat indah dan teratur, penataan
ruang kota direncanakan untuk
mengakomodasi berbagai kepen-
tingan, seperti ekonomi, sosial, pendi-
dikan, kebutuhan akan permukiman,
konservasi lingkungan, bahkan seba-
gai salah satu penciptaan strategi
pertahanan dan keamanan suatu
kawasan. Pola penataan ruang se-
buah kota senantiasa menentukan
perilaku warga kota dalam menata
habitat hidup mereka.
Contoh yang paling mudah
adalah aktivitas warga kota di pusat
perbelanjaan yang tidak menyediakan
lahan parkir yang memadai. Aki-
batnya, setiap orang harus berlomba
mendapatkan sepetak area parkir,
atau memarkir kendaraan di jalan
raya. Dari sini muncullah persoalan,
Jalan Panjang Menuju Kota yang HarmonisAkibat perencanaan kota yang tidak matang, kondisi lingkungan wilayah padabanyak kota di negeri ini pada umumnya mengalami kerusakan serius.
![Page 15: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/15.jpg)
15VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
seperti premanisme. Apalagi, perso-
alan ini kemudian dibumbui dengan
adanya perputaran uang banyak di
sana. Ini berlanjut dengan akibat-
akibat terusannya, seperti kemacetan,
persampahan, hingga tindak kriminal.
Sebaliknya, sebuah kota yang
memiliki cukup banyak ruang publik,
seperti taman yang menghijau yang
memungkinkan warga kota mele-
paskan lelah dan penat, area ling-
kungan kota yang bersih dan ter-
bebas dari sampah, dan seterusnya,
akan “memaksa” warga kota untuk
bertindak santun dan etis, baik ter-
hadap sesama maupun terhadap
lingkungannya. Habitat hidup yang
senyaman itu tak pelak ikut mem-
bentuk karakter manusia-manusia
yang tinggal di dalamnya.
Jakarta, sebagai misal, adalah
magnet bagi masyarakat perdesaan,
tidak hanya bagi penduduk di sekitar
Ibukota ini, tetapi juga bagi orang-
orang dari berbagai pelosok Tanah
Air, untuk memenuhi sejumlah ke-
pentingan. Maklum, Jakarta adalah
kota dengan tingkat pendapatan per
kapita yang tertinggi—meski pertum-
buhannya di bawah Gorontalo dan
Lampung. Fakta bahwa Jakarta me-
rupakan kota dengan jumlah teren-
dah penduduk di bawah garis kemis-
kinan telah menjadi alasan sederhana
bagi banyak orang desa untuk da-
tang ke kota metropolitan ini.
Apa hendak dikata, kota metro-
politan terbesar di Indonesia ini pada
akhirnya tidak siap dengan pertum-
buhan yang mahacepat itu. Jakarta
pun kian sumpek. Tidak hanya oleh
ledakan jumlah penduduk, tetapi
terutama akibat pertumbuhan kota
yang tidak terpola dengan baik. Tidak
semua kebutuhan warga kota akan
permukiman bisa dipenuhi. Ke mana
lagi mereka yang tak mampu mem-
beli rumah yang kian mahal itu
hendak tinggal? Kasus Taman BMW
di atas hanyalah salah satu potret
buram dari kelengahan di bidang
perencanaan tata ruang kota di
Jakarta, hal yang sejatinya juga terjadi
di banyak kota di Indonesia. Ilustrasi
nyata tadi menunjukkan betapa erat
keterkaitan antara perencanaan
ruang kota yang ideal dan kondisi
habitat perkotaan itu sendiri.
Habitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian TerancamHabitat Kian Terancam
Akibat perencanaan kota yang
tidak matang, kondisi lingkungan
wilayah pada banyak kota di negeri
ini pada umumnya mengalami keru-
sakan serius. Lihatlah bagaimana
hutan lindung dialihfungsikan men-
jadi kawasan komersil tanpa kom-
pensasi pengganti lahan untuk kon-
servasi secara memadai, dan keru-
sakan hutan dalam skala masif di
seluruh pulau di Tanah Air. Karena
luasan daerah tangkapan air yang
kian sempit dan rusak, maka banjir
adalah suatu keniscayaan. Cermatilah
juga area persawahan produktif,
terlebih di Jawa, yang semakin ber-
kurang karena telah dijadikan seba-
gai kawasan permukiman. Yang
terakhir ini bukan hanya berpenga-
ruh bagi kelestarian habitat, tetapi
juga ekonomi.
Memang selalu ada upaya un-
tuk menghijaukan kota. Namun,
penambahan luasan Taman Kota di
banyak kabupaten atau kota di Indo-
nesia tidak seimbang dengan per-
gerakan pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukannya.
Jadi, ada kesan yang kuat bahwa
dinamika pembangunan di banyak
tempat itu lebih menyiratkan ketidak-
terencanaan ketimbang sebaliknya.
Kerusakan lingkungan akibat
perencanaan kota yang buruk seperti
ditunjukkan oleh pengembangan
kawasan permukiman meninggalkan
catatan tersendiri. Para pengembang
pada umumnya tidak menyediakan
prasarana sanitasi sehingga kebera-
daan permukiman baru itu meng-
ganggu habitat di sekitarnya. Tidak
semua bangunan rumah memiliki
saluran drainase serta sumur resapan
sendiri. Air limbah pun lantas ditum-
pahkan ke jaringan drainase terbuka.
Sungai-sungai penuh sampah, dan
sedihnya kotoran-kotoran itu berjenis
nonorganik. Belum lagi pembuangan
limbah industri secara liar ke sungai-
sungai.
Demikian juga dengan peme-
nuhan prasarana air minum. Feno-
mena ini mendapat perhatian serius
Dirjen Cipta Karya Departemen PU,
Budi Yuwono. Menurut Budi Yuwono,
para pengembang wajib memba-
ngun akses perpipaan air minum
seandainya dekat dengan sumber air
Foto
: do
k
Suasana saat dilakukan penertiban di kawasan kumuh
![Page 16: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/16.jpg)
16 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
minum atau setidaknya membangun
sumur bor sampai dengan keda-
laman 30 meter. “Idealnya, pengem-
bang memiliki Water Treatment Plant
(WTP) sendiri yang pengopera-
siannya diserahkan kepada PDAM.
Sayang, hal ini sering diabaikan.
Beberapa kasus akibat sanitasi yang
tidak memadai itu telah mencemari
sistem air minum yang ada di ka-
wasan perumahan, sehingga warga
harus mengonsumsi air yang tak
layak minum,” kata Budi Yuwono.
Habitat tempat di mana kita
tinggal sekarang ini telah menurun
drastis kualitasnya. Banyak orang
lupa, bahwa ada kaitan erat antara
penataan ruang dan kelestarian habi-
tat atau lingkungan. Bisa dipastikan
bahwa penataan ruang yang benar
akan menghasilkan lingkungan yang
sehat, dan berkelanjutan. Habitat
yang baik terlahir karena penataan
ruang yang mantap.
Harus diakui, masih banyak
pihak yang belum memahami de-
ngan benar makna dari penataan
ruang ini, hingga muncul persepsi
yang kacau, bahkan sikap tidak mau
tahu. Jumlah yang tak terhitung dari
bangunan yang melanggar perun-
tukan lahan di beberapa sudut Ibu-
kota Jakarta mungkin menjelaskan
fenomena ini. Ya, bisa jadi suatu kota
sebenarnya telah memiliki Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
bagus tetapi pelanggaran sering
terjadi. Dari sinilah, antara lain keru-
wetan kota pada umumnya berawal.
Stop! Terlampau banyak rapor
merah kota-kota di Tanah Air akibat
kelalaian dalam perencanaan tata
ruang kotanya. Kini saatnya kita
untuk menata kembali kota-kota
tercinta itu.
Planning for AllPlanning for AllPlanning for AllPlanning for AllPlanning for All Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata Pesan Hari Tata
RuangRuangRuangRuangRuang
Adalah World Town Planning
Day yang jatuh setiap 8 Nopember.
Pada hari itu, masyarakat Indonesia
juga memperingati Hari Tata Ruang
Nasional untuk pertama kalinya. Mo-
mentum ini menjadi istimewa ketika
dihadapkan pada fakta kesemra-
wutan penataan kota-kota di Indone-
sia. Hari itu seperti telah dijadikan
sebagai kesempatan untuk mela-
kukan evaluasi nasional di bidang
penataan ruang kawasan kota-kota
di Indonesia. Dan, tema yang diusung
pun tepat, yakni “Penataan Ruang
untuk Semua”. Sementara itu, satu
bulan sebelumnya, masyarakat inter-
nasional juga merayakan World Habi-
tat Day atau Hari Habitat Dunia 2008,
yang bertemakan: Harmonious Cities.
Dua even yang hanya berjarak satu
bulan itu menjadi simbol dari mata
rantai yang terpisahkan antara peren-
canaan ruang perkotaan dan kualitas
habitat di perkotaan.
Departemen Pekerjaan Umum
berkepentingan untuk menjadikan
even Hari Tata Ruang Nasional ter-
sebut sebagai upaya untuk menyo-
sialisasikan ide-ide, konsep, serta hasil-
hasil yang sudah dicapai dari peng-
aplikasian penataan ruang selama ini.
Sejak Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang diter-
bitkan, gema tentang wacana pena-
taan ruang masih terbatas pada ka-
langan tertentu. “Karena itu, pesan dari
Hari Tata Ruang Nasional kali ini
adalah Planning for All,” kata Dirjen
Penataan Ruang Departemen PU Imam
S. Ernawi, di acara puncak peringatan
Hari Tata Ruang Nasional di Plaza
Selatan Senayan, Jakarta (Baca: Jangan
Main-main Dengan Penataan Ruang).
Benar, sejatinya, perencanaan
ruang kota harus dikondisikan seba-
gai tanggung jawab semua pihak
Stop! Terlampaubanyak rapor
merah kota-kotadi Tanah Air akibat
kelalaian dalamperencanaan tata
ruang kotanya.Kini saatnya kita
untuk menatakembali kota-kota
tercinta itu.Pemandangan kontras kawasan kota akibatperencanaan yang kurang matang
![Page 17: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/17.jpg)
17VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
dan dimanfaatkan untuk semua
warga kota. Sebab, penataan ruang
disusun untuk mengakomodasi ber-
bagai kepentingan agar pengem-
bangan kota ke depan bisa berke-
lanjutan, aman, nyaman, dan ber-
keadilan, dan terjadi harmoni antar-
warga kota dan antara penghuni
kawasan dengan lingkungannya. Bila
kepentingan-kepentingan warga di
atas telah terpenuhi dengan baik,
itulah kota yang harmonis (harmoni-
ous cities).
Kelestarian habitat ini harus
beriringan dengan kehidupan sosial
yang harmonis antarwarga kota,
dinamika ekonomi, politik, hingga
keamanan. Bahkan, perencanaan
tata ruang kota juga diperuntukkan
bagi pemenuhan hasrat berkesenian
para pemangku kepentingan kota.
Penataan ruang berdedikasi
untuk menyediakan wahana bagi
penduduk dalam suatu konsep pe-
manfaatan ruang yang harmonis
dalam berbagai aspek. Sebuah kota
yang harmonis adalah habitat yang
bukan hanya indah secara fisik,
namun juga termasuk mengako-
modasi perkembangan kawasan
dari waktu ke waktu—itulah makna
berkelanjutan. Karena, sekali salah
dalam merencanakan, dampaknya
akan beruntun dan kompleks. Itulah
latar belakang penggusuran, itulah
penyebab banjir, pencemaran, dan
seterusnya. Upaya memperbaiki
kawasan yang terlanjur berkem-
bang tanpa kendali bisa memer-
lukan ongkos sosial politik yang
tidak murah—seperti antara lain
tergambar dalam kegiatan peng-
gusuran.
Dihadapkan pada banyak kete-
lanjuran penataan ruang, tiap Pemda
harus selalu merevisi RTRW-nya pal-
ing lama dalam tempo lima tahun.
Harus ada politik ruang oleh masing-
masing daerah untuk mengantisipasi
praktik pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana.
Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-Mengedepankan Konsep Agro-
politanpolitanpolitanpolitanpolitan
Di antara kelengahan para
pemangku kepentingan di negeri ini
dalam perencanaan tata ruang kota
adalah membiarkan ketakseimbang-
an pembangunan yang terjadi di kota
dan desa. Selain menimbulkan urba-
nisasi, kesenjangan desa-kota juga
mempengaruhi sebaran pemanfa-
atan alam yang tidak seimbang.
Menurut ahli perencanaan kota,
Kawik Sugiana, kawasan perdesaan
dan perkotaan adalah fenomena yang
bertautan. Dikotomis antara kota dan
desa, menurut Sugiana, hanya akan
menyulitkan pengembangan di ke-
dua kawasan itu. “Kawasan perdesaan
akan sukar mengembangkan ke-
giatan ekonominya tanpa memper-
Foto
: © A
had
po
int,
Eko
Perencanaan ruang kota harus dikondisikan sebagai tanggung jawab semua pihak dan dimanfaatkan untuk semua warga kota
![Page 18: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/18.jpg)
18 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utamatimbangkan kota sebagai pusat pe-
ngolahan produksi dan pemasaran,”
kata Sugiana.
Sebaliknya, pembangunan di
perkotaan tidak dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan alam di perdesaan
untuk kepentingan jangka pendek.
“Dalam hal ini, pembangunan di
perkotaan tidak berkelanjutan,” tam-
bah Sugiana.
Ia mengusulkan penguatan hu-
bungan desa-kota dengan mencip-
takan linkage yang saling mengun-
tungkan dan sinergis. Namun, menurut
dia, keterkaitan desa-kota cenderung
bersifat spesifik—tidak terjadi pada
semua aspek. “Karena itu, pertim-
bangan keterkaitan yang dipilih untuk
dikembangkan diharapkan sejalan
dengan keunggulan komparatif dan
kompetitif perdesaan dan wilayah
tersebut,” jelas pakar perencana kota
dan daerah dari UGM itu.
Pengembangan kawasan per-
desaan seperti ini sering disebut
sebagai agropolitan. Di dalam pe-
ngembangan desa itu dimasukkan
unsur-unsur urbanitas yang diang-
gap penting, terutama demi ke-
nyamanan barang dan jasa publik.
Konsep agropolitan ini telah
masuk dalam pembahasan Undang-
Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Di sana, agropolitan
didefinisikan sebagai kawasan yang
terdiri dari satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi pertanian
dan pengolahan sumberdaya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh ada-
nya keterkaitan fungsional dan hirarki
keruangan satuan sistem permu-
kiman dan sistem agribisnis.
Bila di desa orang bisa meme-
nuhi semua kebutuhannya, menga-
pa harus pergi ke kota? Apa lagi,
dalam konsep agropolitan itu, hu-
bungan desa-kota kian pendek kare-
na prasarana seperti jalan dan alat
komunikasi tersedia dengan baik.
Pengembangan agropolitan sedikit
banyak akan memangkas masalah
akut kota-kota di Indonesia.
Elite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung TombakElite Daerah: Ujung Tombak
Perencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan KotaPerencanaan Kota
Jalan untuk mencapai kota
yang harmonis masih panjang, me-
mang. Selain banyak pekerjaan yang
bersifat administratif dan riset, seperti
penyusunan RTRW, pembuatan ren-
cana detail penataan ruang, zonasi,
setiap kota memiliki pekerjaan yang
tidak ringan berkaitan dengan kese-
mrawutan kawasan. Ini semua tidak
mudah untuk dimulai, apalagi untuk
satu Perda dibutuhkan dukungan
legislatif atau DPRD.
Pada saat ini baru sepertiga
Pemda yang telah melengkapi atau
merevisi RTRW dalam sebuah Pera-
turan Daerah. Padahal, deadline
yang diberikan Undang-Undang
Penataan Ruang sampai pada 2010.
“Harus diakui, semestinya pada saat
ini sudah separuh Pemda telah me-
rampungkan revisi RTRW-nya. Nah,
Foto
: do
k
![Page 19: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/19.jpg)
19VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
data itu bisa menunjukkan bagai-
mana kesiapan mereka,” ungkap
Dirjen Penataan Ruang Imam S.
Ernawi.
Ini memang sebuah keterlam-
batan. Karena itu, Ditjen Penataan
Ruang Departemen PU yang ber-
tindak sebagai pengawas pelak-
sanaan penataan ruang tersebut
akan terus mendorong Pemda untuk
segera menyelesaikan tugas yang
tertunda itu. Imam juga meminta
agar para elit di daerah, khususnya
DPRD, ikut mendukung usaha ini
agar Pemda bisa menganggarkan
kegiatan revisi RTRW dalam APBD.
Meski demikian, cukup banyak
dinamika menarik dari sejumlah elit
daerah dalam mengapresiasi pene-
rapan penataan ruang ini. Misalnya
dalam hal usaha penambahan luasan
taman kota. Walikota Yogyakarta,
Herry Zudianto, adalah salah satunya.
Ia pernah dijuluki Wagiman, yakni
walikota gila taman. Ia memang pa-
ham benar bagaimana menghadapi
tingkat polusi yang kian tinggi serta
keharusan 30% luasan RTH yang harus
tersedia di kota pelajar itu. Karena itu,
sejak dua tahun lalu ia bangun taman
di mana-mana. Tentang julukan Wa-
giman, ia berseloroh, “Biarin.”
Fenomena langka juga bisa
ditemui di Surabaya. Mungkin kasus
pembongkaran sebuah SPBU yang
telah lama berdiri di jalur hijau kota
hanya baru sekali terjadi di kota
pahlawan ini, yakni di Jl. Sulawesi.
Area ini dikembalikan fungsinya
sebagai jalur hijau “Saya hanya ingin
konsisten dalam menerapkan aturan
tentang peruntukan lahan,” kata
Walikota Surabaya Bambang DH
(baca: Kota yang Harmonis Berawal
dari Infrastruktur yang Tertata).
Justru karena komitmen pe-
nguasa daerah ini, PT. Telkom mere-
novasi sebuah taman, bernama Ta-
man Boengkoel dengan biaya ham-
pir mencapai Rp1,2 miliar. Juga, PT.
Pertamina, yang membiayai pena-
taan taman eks-SPBU dengan biaya
mencapai Rp 1 miliar. Tak hanya itu,
Bambang DH terus menggedor para
pemanfaat terbesar dari masyarakat
dan Kota Surabaya, yakni pengusaha,
untuk memberikan kontribusinya
dalam usaha menghijaukan Sura-
baya. Boleh dibilang, Surabaya
merupakan salah satu kota yang
sangat peduli dengan berbagai
rencana induk pengembangan wila-
yah. Selain RTRW, kota ini juga dileng-
kapi dengan Master Plan Pengem-
bangan Drainase Kota, yang disusun
oleh para ahli dari negeri Belanda.
Sementara itu, Kabupaten Sum-
bawa Barat (KSB) mungkin kebalikan
dari Surabaya dalam hal kelengkapan
peraturan atau payung politik pena-
taan ruang, namun tidak dalam hal
komitmennya. Di sana, setiap warga
diwajibkan menanam pohon seba-
nyak 10 batang. Tiap warga, karena
itu, mendapat sebuah sertifikat yang
merupakan persyaratan untuk men-
dapatkan jaminan kesehatan dan
pendidikan gratis. Bupati Sumbawa
Barat, Zulkifli Muhadli, menyatakan
bahwa penataan ruang kotanya
didesain sedemikian rupa untuk mem-
pertimbangkan kelestarian alam.“Di
pusat perkantoran pemerintah da-
erah, sebagai contoh, saat ini sudah
dikelilingi sabuk hijau,” tutur Muhadli.
Apa yang telah dilakukan KSB
memang baik, bahkan layak ditiru.
Namun, melengkapi segala pera-
turan yang berkaitan dengan pena-
taan ruang adalah juga sangat pen-
ting. Sebab itulah, payung hukum
yang mencerminkan komitmen ber-
sama dalam perencanaan kota atau
politik ruang sangat diperlukan.
Dalam hal ini, Dirjen Penataan
Ruang Imam S. Ernawi mengingatkan
kepada para pejabat di daerah untuk
tidak melanggar ketentuan undang-
undang dengan tidak menyusun
RTRW. Pelanggaran undang-undang
bisa dikenakan sanksi pidana. “Jangan
bermain-main dengan Undang-Un-
dang Penataan Ruang ini,” tegas Dirjen
Penataan Ruang mengingatkan.
Foto
: ©A
po
int,
eko
Seorang remaja bermain skateboard di taman Bungkul Surabaya
![Page 20: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/20.jpg)
20 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Jalan sempit, di sana-sini
terdapat genangan air—bila
datang musim hujan, dan ber-
debu tatkala kemarau. Di gang-gang
yang bagaikan lorong, beratapkan
terpal, potongan asbes atau seng:
gelap dan pengap, itu nyaris tak pernah
sepi dari aktivitas para penghuninya.
Beragam barang, dari jemuran pakaian
hingga kandang burung, bergelan-
tungan di langit-langit serambi rumah,
berebut tempat dengan utilitas kabel
listrik dan telepon. Rumah-rumah
sempit itu berdempetan tak karuan.
Dinding yang kebanyakan terbuat dari
tripleks tipis yang telah terkelupas itu
berwarna kusam.
Tak jauh dari kawasan ini ber-
diri gedung-gedung menjulang ting-
gi berupa apartemen mewah, pusat
perkantoran, sentra perbelanjaan,
atau kawasan rumah elit. Kesan
kontras dan dramatik kian terasa bila
kawasan ini dilihat pada malam hari,
ketika di area “wah” tadi bertabur
aneka warna lampu.
Sementara itu, berbagai ancam-
an senantiasa mengintai mereka
yang tinggal di kawasan kumuh itu,
semisal kebakaran. Secara teknis, para
penghuni kawasan kumuh itu akan
sulit menyelamatkan diri bila terjadi
gempa, kebakaran, atau banjir, apa-
lagi jika peristiwanya secara menda-
dak. Menyedihkan, memang.
Penggambaran di atas bukan
fiktif. Di Jakarta, panorama serupa itu
mudah ditemukan misalnya di ka-
wasan Kapuk, Senen, Karet, atau
Tanah Abang. Menurut data, total
luas wilayah kawasan kumuh di
Ibukota telah mencapai lebih dari 15
ribu hektar.
Kawasan kumuh perkotaan
bisa pula dijumpai di Kelurahan
Bandarharjo, Semarang Utara, Jawa
Tengah. Berada di area muara yang
selalu banjir (karena rob dan curah
hujan tinggi), Bandarharjo terus
mengalami penurunan tanah 5 cm
hingga 30 cm tiap tahun (sumber:
Kompas, Mei 2001). Bandarhajo pun
menjadi tak pernah nyaman dihuni.
Panorama tak estetis juga bisa dijum-
Hunian, Sebuah Paradoks PerkotaanProblem permukiman tak layak huni di perkotaan terlahir tidak hanya akibat dayabeli masyarakat akan hunian yang rendah, tetapi juga terkait dengan buruknyaperencanaan tata ruang kota. Ke depan perlu kebijakan yang melibatkan peranmasyarakat.
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
![Page 21: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/21.jpg)
21VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
pai di permukiman kumuh di ka-
wasan Cimaung-Cihampelas, Ban-
dung, atau di sejumlah kampung
pada beberapa kecamatan di Sura-
baya dan Medan.
Kawasan kumuh kota adalah
penjelasan paradoksal tentang kota
yang masih harus berbenah. Terlebih,
jika dihubungkaitkan dengan sema-
ngat Harmonious Cities, yang menjadi
tema Hari Habitat Dunia tahun ini,
maka paradoks itu akan semakin
menjauhkan fakta tadi dari konsep kota
yang ideal. Pada tahun ini, tema “kota
yang harmonis” (harmonious cities)
mengemuka sebagai salah satu
terminologi lain tentang kota yang
ideal.
Kota yang belum harmonis
sejatinya merupakan kota yang ber-
kembang tanpa perencanaan tata
ruang yang matang. Memang, dari
sisi mikro, fenomena munculnya
permukiman tak layak huni itu selalu
berpijak dari gejala yang sama, bah-
wa hal itu terlahir akibat ketak-
mampuan sebagian warga kota
membeli rumah sehingga mereka
mengalah menempati bangunan
yang tak representatif baik secara
teknis dan nonteknis. Biasanya, mere-
ka akan tinggal di area dekat pusat
perdagangan, seperti pasar kota,
perkampungan pinggir kota, dan di
sekitar bantaran sungai kota.
Namun, gejala kekumuhan
juga bisa dilihat sebagai tidak ako-
modatifnya pengembangan kawas-
an. Bila mereka tak mendapatkan
ruang untuk permukiman yang la-
yak, mengapa perizinan untuk pe-
ngembangan apartemen atau ge-
dung-gedung pencakar langit di
area yang melanggar peruntukan-
Foto
: ayu
s
Foto
: ©A
po
int,
eko
Pembangunan gedung di Jakarta
![Page 22: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/22.jpg)
22 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
nya tetap diberikan? Ada unsur keti-
dakadilan di sini.
Permukiman memang menjadi
barang mahal di perkotaan. Sejurus
dengan itu, sebenarnya, masih jauh
lebih banyak jumlah masyarakat kota
yang menempati permukiman yang tak
memadai sebagai kawasan hunian,
meskipun lingkungan ini tidak ter-
golong kumuh. Salah satu ciri kawasan
permukiman kumuh ini, yakni tidak
didukung prasarana sanitasi yang
memadai. Bahkan, tidak sedikit kawasan
perumahan menengah dan elite yang
tak memiliki prasarana sanitasi sendiri,
terutama untuk pengolahan limbah
domestik. Alhasil, melalui saluran draina-
senya, kawasan perumahan orang
berduit ini pun menyuplai limbah ke
lingkungan di sekitarnya—biasanya per-
mukiman di perkampungan, atau
perumahan kelas bawah.
Orientasi dan persepsi para pe-
ngembang perumahan, yang tidak
terlalu peduli terhadap penyehatan
lingkungan permukiman memiliki
kontribusi besar merusak lingkungan
perkotaan. Ada kesan, terlalu mahal
menyediakan ruang bagi prasarana-
prasarana sanitasi tersebut. Bahkan,
para pengembang itu tega menguruk
resapan air menjadi kawasan peru-
mahan mewah antara lain di Pantai
Indah Kapuk, Jakarta Barat, dan Kelapa
Gading, Jakarta Utara. Di masa lalu dua
kawasan ini merupakan daerah rawa.
Setelah tertancap beton-beton dan
bangunan permukiman, air yang seha-
rusnya terserap di kawasan itu, akhir-
nya membanjiri pemukiman warga di
sekitarnya.
Menurut pengamatan ahli peren-
cana kota, Marco Kusumawijaya, bah-
kan, sebuah kelalaian serius dilakukan
Pemprov dalam sistem drainase di
kawasan Sudirman, yang semestinya
merupakan kawasan yang paling
tertata. Jalan di jalur protokol ini sering
tergenangi air. Padahal, kawasan ini,
menurut Marco berada di ketinggian
tujuh meter di atas permukaan laut. “Itu
bukan karena banjir kiriman dari Bogor,
tapi disebabkan buruknya drainase
dalam kota Jakarta,” ujar Marco.
Marco mengusulkan, Pemprov
DKI seharusnya membangun sistem
drainase yang terhubung dengan
danau atau situ, dan laut. Hal itu, dapat
dilakukan di permukiman warga atau
kawasan bisnis dengan sistem blok
seperti yang sudah diterapkan di ka-
wasan Menteng, Jakarta Pusat.
Masih banyak orang di kota-kota
besar yang belum memiliki persepsi
yang benar soal sanitasi, tata ruang, dan
keselamatan habitat. Tak membangun
prasarana sanitasi di lingkungan rumah-
nya adalah persoalan kesadaran dan
pemahaman akan penataan ruang dan
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaFo
to: ©
Ap
oin
t, ek
o
Salah satu perumahan mewah di Jakarta
![Page 23: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/23.jpg)
23VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
penyehatan lingkungan.
Pendekatan pembangunan per-
mukiman kota sebenarnya telah me-
masuki suatu pola baru. Sejak tahun
2004 lalu, Pemerintah telah
mencanangkan Program Satu Juta
Rumah dan Indonesia Bebas Kawasan
Kumuh 2020. Jauh sebelum itu, dan
masih berlangsung hingga saat ini, juga
telah dilakukan pengembangan Rumah
Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
dan Rusunami (Rumah Susun Seder-
hana Milik). Upaya ini, sembari menye-
lesaikan problem keterbatasan lahan,
juga dilakukan atas dasar penataan
ruang kota yang mengakomodasi
semua kepentingan.
Melalui beberapa program stra-
tegis, Departemen PU juga telah melak-
sanakan Neighborhood Upgrading
Shelter and Sector Project (NUSSP) dan
Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP), yang banyak mena-
ngani pengembangan prasarana dasar
skala komunitas atau permukiman.
Kedua program yang dibiayai antara
lain dari pinjaman luar negeri itu cukup
berhasil meningkatkan kapasitas masya-
rakat yang tinggal di kawasan-kawasan
permukiman tak layak huni, atau menja-
dikan kawasan mereka lebih baik.
***
Pesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk SemuaPesan Perencanaan untuk Semua
Di antara banyak penyebab
kegagalan penataan habitat di kota,
yang pada prinsipnya diawali dari
kegagalan perencanaan kota, salah
satunya adalah ketidakterlibatan ma-
syarakat. Oleh karena itu, dalam hemat
Marco Kusumawijaya, persoalan yang
dihadapi kota-kota metropolitan,
seperti Jakarta, bukan lagi tentang
mengubah rencana tata ruang kota
melainkan tentang bagaimana peru-
bahan tersebut diuji dalam sebuah
ruang publik atau public sphere. Dalam
ruang publik itu, syarat-syarat peru-
bahan tata ruang ditetapkan secara
terbuka sehingga mendapatkan basis
sosial budaya, yang tentu saja meli-
batkan masyarakat secara aktif. “De-
ngan demikian, Pemerintah Kota
memiliki “juri masyarakat” yang terdiri
dari ahli dan kelompok masyarakat
untuk menggantikan Tim Penasehat
Arsitektur Kota,” kata Marco.
Memang, terdapat antara kore-
lasi yang kuat antara kualitas habi-
tat perkotaan dan proses peren-
canaan. Sebagai sebuah habitat,
kawasan perkotaan memiliki banyak
fungsi. Tak hanya sebagai pusat
kegiatan ekonomi tapi juga fungsi
permukiman. Namun, semua fungsi
itu berpijak pada satu landasan,
yakni antoposentris. Artinya, semua
fungsi itu bertujuan untuk meng-
akomodir kehidupan warga kota.
Jika demikian adanya, wajar bukan,
jika kemudian warga kota itu secara
aktif terlibat aktif dalam proses
perencanaan?
Foto
: ©A
po
int,
eko
Anak-anak penghuni rumah susun di Surabaya
![Page 24: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/24.jpg)
24 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Jika berkiblat pada definisi Har
monious Cities yang ditulis oleh
UN-Habitat, bahwa “Harmoni-
ous Cities are inclusive cities where
everyone and every culture is at home”
maka kota sesungguhnya adalah
wilayah yang inklusif, tempat siapapun
dan budaya apapun merasa berada di
rumah sendiri. Menurut catatan UN-
Habitat, saat ini hampir separuh dari
manusia yang hidup di muka bumi
tinggal di kawasan perkotaan, ter-
masuk Indonesia. Bahkan, pada tahun
2025 mendatang, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia yang tinggal di
kawasan perkotaan akan mencapai
65% atau sekitar 180 juta orang. Naif,
jika kemudian kawasan yang menjadi
tempat hunian bagi lebih dari separuh
manusia itu berada dalam kondisi yang
tidak harmonis.
Tahun ini, Harmonious Cities,
merupakan tema sentral dari World
Habitat Day 2008. Tema ini dipilih
PBB sebagai ekspresi atas kekha-
watiran dunia terhadap laju urba-
nisasi yang kian tinggi. Urbanisasi
memang menjelma menjadi feno-
mena menakutkan yang sedang
menjangkiti berbagai kota besar di
seluruh dunia. Masalahnya, laju
urbanisasi yang tidak wajar itu lantas
berdampak pada kemunculan kan-
tong-kantong permukiman kumuh.
Fakta yang seperti itu tentu saja
‘mengerikan’ jika kota-kota itu tidak
siap memikul beban yang begitu
besar tersebut. Apalagi melihat fakta
bahwa laju urbanisasi yang tidak
sehat justru memunculkan kantong-
kantong permukiman kumuh baru.
Saat ini saja, menurut catatan Budi
Yuwono, yang Dirjen Cipta Karya
Departemen PU, setidaknya masih
terdapat 20 juta penduduk Indone-
sia yang tinggal di kawasan kumuh.
“Itu artinya kurang lebih 10 persen
dari warga indonesia,” lanjut Budi
Yuwono. Padahal, Menteri Pekerjaan
Umum Djoko Kirmanto pernah
berketetapan bahwa pada tahun
2010 mendatang, 200 kota di Indo-
nesia ditargetkan meraih predikat “cit-
ies without slums” atau Kota Tanpa
Permukiman Kumuh. Kemudian,
pada tahun 2015, angka itu
diharapkan bisa meningkat menjadi
350 kota. Dan, pada akhirnya pada
tahun 2020, sesuai dengan amanat
Millenium Development Goals
seluruh kawasan perkotaan di Indo-
nesia harus sudah meraih predikat
“cities without slums”. Sungguh,
sebuah target dengan waktu yang
sangat singkat.
Bagi Indonesia, dan juga-juga
World Habitat Day
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Foto
: ek
o
Kota yang Harmonis Bagi Semua Orang
Warga kota senantiasa membutuhkan ruang terbuka, semisal taman, di mana di sana terdapat area bagi pejalan kaki
![Page 25: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/25.jpg)
25VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
negara berkembang lainnya, menye-
lesaikan persoalan kawasan kumuh
berarti memberikan solusi alternatif
bagi para warga yang tinggal di
dalamnya agar bisa hidup di habitat
permukiman yang lebih layak. Oleh
karena itu, pada peringatan Hari
Habitat Dunia (HHD) 2008 di Indone-
sia, isu tentang permukiman terkesan
mendapat porsi yang agak besar
ketimbang isu-isu lainnya seperti
sanitasi dan penyediaan air minum.
Menurut Sekretaris Ditjen Cipta Karya,
Antonius Budiono, fokus HHD 2008
di Indonesia memang lebih diarah-
kan untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat terhadap isu
perumahan dan permukiman. “Selain
itu juga untuk mendorong peran
serta stakeholder perumahan dan
permukiman untuk mendukung
implementasi agenda habitat dunia
itu,” jelas Antonius.
Pantas jika kemudian, peringat-
an Hari Habitat Dunia yang dipusat-
kan di Bali pada 30-31 Oktober 2008,
juga diwarnai dengan serangkaian
seminar bertema perumahan dan
permukiman, seperti “Visi Pemba-
ngunan Perumahan dan Permukiman
2025” dan seminar “Dukungan Infra-
struktur dan Tata Ruang terhadap
Perumahan dan Permukiman”.
Namun demikian, bukan ber-
arti sektor-sektor keciptakaryaan lain
yang juga memiliki korelasi erat
dengan Hari Habitat menjadi dike-
cilkan. Masih dalam suasana Hari
Habitat Dunia, sebuah event bertajuk
“Rembug Sanitasi Nasional” pun
digelar di Jakarta pada 23 Oktober
2008 lalu. “Sanitasi merupakan aspek
penting dalam penciptaan permu-
kiman yang layak huni,” simpul Dirjen
Cipta Karya, Budi Yuwono pada event
yang memang digelar dalam rangka
memperingati HHD 2008 itu.
Indonesia saat ini juga sedang
menghadapi tantangan berat untuk
mengatasi persoalan sanitasi. Menu-
rut laporan United Nations Develop-
ment Programme (UNDP) atas status
pencapaian MDG’s, Indonesia ter-
masuk dalam kategori negara-negara
yang mengalami kemunduran dalam
pencapaian MDG’s. MDGs telah
mencanangkan bahwa pada tahun
2015 mendatang sebanyak 72,5
persen penduduk harus sudah mem-
peroleh pelayanan sanitasi yang
memadai. Namun, faktanya saat ini
baru sekitar 50 persen penduduk In-
donesia memperoleh akses sarana
sanitasi yang memadai.
***
4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum4 th World Urban Forum
Event Hari Habitat Dunia pada
tahun ini juga dilengkapi dengan
Foto
: so
fwan
Anak-anak bermain sepeda di depan rumah susun Kebomas, Gresik
![Page 26: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/26.jpg)
26 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
event “4 th World Urban Forum”
yang digelar di Nanjing, China selama
empat hari, yakni 3-6 November
2008, yang juga seiring dengan tema
yang sejalan dengan Harmonious Ci-
ties sebagai fokus utama.
Forum internasional yang di-
gelar The United Nations Human
Settlements Programme (UN-HABI-
TAT) dan Kementerian Perumahan
dan Kontruksi Perkotaan Republik
Rakyat China ini dikuti lebih dari
10.000 peserta dari berbagai negara,
termasuk sejumlah menteri, wali kota,
anggota parlemen, peneliti per-
kotaan, universitas mitra UN-HABI-
TAT, kaum perempuan dan kaum
muda.
Pertemuan dua tahunan se-
luruh pemangku kepentingan ma-
salah perkotaan yang mengangkat
tema “Harmonious Urbanization: the
Challenges of Balanced Territorial
Development” ini mendiskusikan
enam sub tema yaitu “Territorial Bal-
ance in Urban Development”, “Pro-
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
moting Social Equity and Inclusive-
ness”, “Making Cities Productive and
Equitable”, “Harmonizing the Built
and Natural Environments”, “Preserv-
ing the Historical Roots and Soul of
the City”, and “A City for All Genera-
tions”. Pada event ini Menteri Peker-
jaan Umum Republik Indonesia Djoko
Kirmanto berpidato membawakan
topik “Cities in Transition: Challenges
for Indonesia Cities Toward Sustain-
able Urban Development”.
Di forum tersebut, Menteri PU
Djoko Kirmanto antara lain mengin-
formasikan bahwa Indonesia
merupakan negara pertama di Asia
yang telah membentuk Sekretariat
Nasional HABITAT sebagai focal point
pengkajian pembangunan wilayah
perkotaan di tingkat nasional. Hal itu
menunjukkan komitmen yang sangat
kuat dari Pemerintah RI untuk terus
berupaya mengatasi berbagai perso-
alan yang ada di kawasan perkotaan.
Di sela-sela World Urban Fo-
rum, Delegasi Indonesia juga menye-
lenggarakan Networking Event ten-
tang “Innovative Approaches to Fi-
nancing Slum Upgrading”. Kegiatan
yang mendapatkan respon sangat
positif ini berupaya menjelaskan
kepada masyarakat internasional
bahwa di Indonesia telah terjadi
suatu proses mobilisasi komunitas
untuk mendapatkan akses terhadap
pembiayaan dan pendanaan bagi
pembangunan perumahan yang
layak. Terobosan ini mendapatkan
apresiasi dari masyarakat interna-
sional sebagai solusi bagi penyediaan
perumahan yang layak bagi masya-
rakat miskin perkotaan.
***
Kini, momentum Hari Habitat
Dunia telah berlalu. Awal Oktober
tahun depan, event itu akan kembali
diperingati. Semoga ketika saat itu
datang, wajah habitat permukiman di
negeri ini sudah menjadi lebih baik
dari sekarang. Semoga.
Foto
: so
fwan
Pameran hari habitat dunia
![Page 27: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/27.jpg)
27VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Hari Tata Ruang Nasional 8 November 2008 silam, yang diilhami peringatanWorld Town Planning Day (WTPD) adalah momentum tepat bagi semua
pemangku kepentingan di negeri ini untuk tidak lagi bermain-main denganrencana tata ruang kota.
Sangat meyakinkan, semua
masalah perkotaan terjadi
akibat kelalaian para pemang-
ku kepentingan di suatu kota ter-
hadap rencana tata ruang. Sebab, da-
ri rencana penataan ruang itu ke-
berlanjutan pembangunan bisa di-
pertahankan. Dalam perencanaan
ruang itu juga berbagai kepentingan,
seperti ekonomi, sosial, politik dan
keamanan diakomodasi.
World Town Planning Day, yang
juga menjadi Hari Tata Ruang Na-
sional, pada 8 November 2008 silam,
adalah momentum tepat bagi semua
pemangku kepentingan di negeri ini
untuk tidak lagi bermain-main dengan
rencana tata ruang kota. Hampir
“JanganMain-Main
denganPenataan Ruang”
Dirjen Penataan Ruang
semua kota di Indonesia, akibat tidak
disertai perencanaan yang matang,
menjadi tidak nyaman dihuni, alias
jauh dari harmonis. Selain karena kota-
kota itu telah menanggung beban ling-
kungan yang kian sarat yang berujung
pada bencana alam, problematika
terusannya (sosial, ekonomi, politik, dan
keamanan) pun semakin menumpuk.
Solusi terbaik dari itu semua, tak
pelak, adalah melakukan upaya-upaya
yang diamanahkan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Mereka yang melanggar un-
dang-undang tersebut bisa dikenakan
sanksi pidana. Berikut wawancara
Agung Y. Achmad dari KIPRAH de-
ngan Dirjen Penataan Ruang, Imam S
Ernawi, di sela-sela acara puncak Hari
Tata Ruang Nasional di Jakarta, be-
berapa waktu lalu.
Apa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari TataApa pesan dari Hari Tata
Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?Ruang Nasional kali ini?
Pesannya adalah Planning for All,
menata ruang bersama atau bersama
menata ruang untuk semua. Proble-
matika perkotaan sebenarnya meru-
pakan cermin dari rencana tata ruang-
nya. Nah, karena itu peringatan ini
sebetulnya untuk mengingatkan ke-
pada semua pihak, terutama masya-
rakat, agar lebih banyak berperan
dalam proses perencanaan tata ruang
kota. Oleh karena itu, melalui Hari Tata
Ruang ini, kami ingin menginfor-
WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara
![Page 28: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/28.jpg)
28 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
masikan kepada masyarakat apa saja
hasil penataan ruang yang telah dila-
kukan selama ini. Melalui even ini pula,
kami mengajak semua pihak untuk
bersama-sama menata ruang kota.
Pemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujungPemda merupakan ujung
tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-tombak dari implementasi pena-
taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-taan ruang di kota-kota di Indone-
sia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh manasia. Menurut Anda, sejauh mana
kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-kesiapan Pemda mengemban ama-
nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?nat sebagai ujung tombak itu?
Ukuran kesiapan Pemda bisa
dilihat dari upaya mereka dalam
menyusun atau merevisi rencana tata
ruang wilayah (RTRW)-nya. Itu kan
syarat pertama. Sesuai amanat un-
dang-undang, semua kabupaten dan
kota harus telah menyelesaikan tugas
revisi RTRW itu pada 2010. Hasil revisi
itu kemudian juga harus sudah di-
Perda-kan pada tahun itu juga. Jika
dilihat dari jumlahnya, dari seluruh
Pemda, baru sepertiga saja yang
sudah menyelesaikan amanah Un-
dang-Undang Penataan Ruang itu.
Harus diakui, semestinya pada saat ini
sudah separuh Pemda telah meram-
pungkan revisi RTRW-nya.
Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-Anda ingin mengatakan bah-
wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?wa proses itu terlambat?
Ya. Tetapi, kita masih terus
mendorong mereka agar terjadi
percepatan pada tahun 2009. Me-
mang, harapan kita saat ini semes-
tinya separuh Pemda sudah merevisi
RTRW-nya. Jika pada tahun 2009 ini
masih belum juga, saya khawatir
mereka tidak bisa mengesahkan
Perda tentang RTRW pada tahun
2010 mendatang.
Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-Apakah yang sepertiga Pem-
da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-da itu mencerminkan tingkat ke-
makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-makmuran daerah-daerah itu, lan-
taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?taran mereka ber-PAD tinggi?
Salah satu faktornya memang
itu. Tapi itu juga relatif. Banyak juga
yang tidak tampak maju dari sisi yang
Anda sebutkan itu. Sebenarnya mere-
ka sudah menyiapkan revisi RTRW
pada saat ini. Memang, tidak mudah
mem-Perda-kan RTRW, sebab dalam
penyusunannya peran DPRD juga
besar. Bagaimanapun, DPRD harus
juga mengerti tentang arti penting
rancangan tata ruang sehingga
anggaran untuk penyusunan RTRW
bisa dimasukkan dalam APBD. Kare-
na itu, kami menghimbau DPRD agar
urusan RTRW juga bisa dianggarkan.
Apa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen PenataanApa langkah Ditjen Penataan
Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-Ruang dalam rangka mengakse-
lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?lerasi kesiapan daerah itu?
Kami menyiapkan pedoman,
mendampingi, memberikan bimbing-
an, mengadvokasi, hingga membe-
rikan bantuan teknis. Bantuan teknis
itu bisa berupa tenaga, keahlian,
bahkan pendampingan dana. Kami
juga melakukan proses pengawasan.
Foto
: So
fwan
Hasil penataan ruang, harus disampaikan kepada masyarakat
![Page 29: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/29.jpg)
29VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Karena itu, kami tidak pernah bosan
mengingatkan Pemda-Pemda yang
pekerjaan revisi RTRW-nya belum
selesai. Yah, kita buka-bukaan sajalah
tentang kinerja mereka.
Selain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang danSelain undang-undang dan
Perda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturanPerda tentang RTRW, peraturan
perundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagiperundang-undangan mana lagi
yang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan dayang menentukan kesiapan da-----
erah itu?erah itu?erah itu?erah itu?erah itu?
Saya kira begini, rencana tata
ruang itu tidak ada gunanya jika tidak
dilaksanakan. Setiap daerah kan
punya pedoman pelaksanaan pem-
bangunan berupa Rencana Program
Pembangunan Daerah, apakah itu
bentuknya rencana kegiatan ta-
hunan, lima tahunan, dan seterusnya.
Saya pikir, pedoman itu harus betul-
betul sinergis kepada rencana tata
ruang sebagai matra spasial dari
pembangunan daerah.
Kalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kanKalangan dunia usaha kan
membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-membangun permukiman di mana-
mana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibatmana. Dari segi habitat, akibat
mereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasaranamereka tak membangun prasarana
sanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangansanitasi, misalnya, pengembangan
kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-kota akan mempengaruhi keseim-
bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-bangan lingkungannya. Apa ha-
rapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalanganrapan Anda terhadap kalangan
dunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengandunia usaha dalam kaitan dengan
penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?penataan ruang ini?
Dunia usaha bisa kita anggap
juga sebagai masyarakat, sebetulnya.
Artinya, peran masyarakat harus
didorong. Di dalam Undang-Undang
Penataan Ruang itu kan ada porsi
untuk peran masyarakat di dalam
penyusunan RTRW. Seharusnya,
dunia usaha memberikan sharing-
lah. Undang mereka untuk terlibat
dalam proses perencanaan. Selain itu,
kalangan dunia usaha juga harus
konsisten dan komitmen melak-
sanakan RTRW secara benar sesuai
dengan rencana.
Ada kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwaAda kecenderungan, bahwa
penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-penataan ruang kota sering diper-
tentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingantentangkan dengan kepentingan
untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-untuk mengejar PAD. Apa komen-
tar Anda?tar Anda?tar Anda?tar Anda?tar Anda?
Saya kira pandangan yang
seperti itu nggak betul. Sebelum
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang ini disahkan
(UU No. 24 tahun 1992 masih ber-
laku, red), jika terjadi penyimpangan,
memang sulit menentukan sanksinya.
Namun, dengan undang-undang
yang baru ini, bentuk sanksinya
sudah jelas. Jadi, sekarang silahkan
saja, siapapun, melakukan tuntutan
kepada elite daerah yang melanggar
undang-undang. Saya kira, soal
bagaimana mendorong PAD, itu
tidak masalah asalkan sesuai dengan
rencana yang ada. Karena, itu RTRW
harus disepakati bersama sebagai
acuan semua pihak. Itu syarat per-
tama. Di dalam rencana itu, boleh
saja dibuat desain macam-macam
untuk mendukung peningkatan pen-
Foto
: do
k
Pembangunan perumahan di daerah, salah satu cermin dari kesiapan Pemda dalam melaksanakan amanah Undang-undang Penataan Ruang
![Page 30: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/30.jpg)
30 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
“Di dalam rencana bolehsaja dibuat agar
mendukung peningkatanpendapatan asli daerah,meningkatkan investasi,
dan sebagainya. Itunggak apa-apa. Bahkan,
memang harus demikian.”
dapatan asli daerah, dan sebagainya.
Bahkan, RTRW yang ideal semestinya
memang harus demikian. Hanya saja,
jika sudah ditetapkan dalam rencana,
tolong dipatuhi, jangan kemudian
bermain-main dengan itu. Apalagi, se-
karang ini kan sudah ada sanksinya.
Jangan main-main dengan amanah
penataan ruang, itu tindakan pidana.
Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-Artinya, seorang kepala dae-
rah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bilarah bisa dituntut ke pengadilan bila
tak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataantak mengaplikasikan penataan
ruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkanruang seperti yang diamanahkan
undang-undang?undang-undang?undang-undang?undang-undang?undang-undang?
Bisa. Misalnya, kalau dia mem-
berikan izin yang tidak sesuai dengan
ketetapan dalam perencanaannya
maka dia bisa terkena sanksi.
Itu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisaItu delik apa? Siapa yang bisa
menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?menuntut dia?
Masyarakat bisa menuntut
Bupati. Jika perlu dengan semacam
class action. Selain itu, ke depan,
pengawasan teknis akan semakin
efektif. Menurut Undang-Undang
Penataan Ruang itu ada penyidik PNS
di daerah yang akan menilai hal itu.
Peran penyidik PNS itu sangat vital
untuk melihat ada atau tidak indikasi
penyimpangan.
Di mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNSDi mana posisi penyidik PNS
itu?itu?itu?itu?itu?
Di seluruh tingkatan ada. Di
daerah juga ada, namanya Penyidik
PNS di bidang penataan ruang. Untuk
itu, kita menjalin koordinasi dan kerja
sama dengan POLRI dan aparat hu-
kum lainnya.
Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-Menurut Anda, idealnya da-
lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,lam dua atau tiga tahun ke depan,
seperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataanseperti apa implementasi penataan
ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?ruang secara nasional?
Hari Tata Ruang Nasional ini kan
temanya “Bersama Menata Ruang
untuk Semua”. Artinya kita ini seka-
rang kick-off. Maka, tadi (pada acara
puncak peringatan Hari Tata Ruang,
red) seluruh pihak bersedia untuk
memberikan statemennya, karena
mereka itu kan sebetulnya pelaku-
pelakunya. Inilah kick-off supaya se-
mua pihak bisa berbuat lebih baik.
Kawasan industri di Semarang
Foto
: ek
o
![Page 31: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/31.jpg)
31VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Akibat urbanisasi, tidak se
mua warga kota menem
pati permukiman yang la-
yak yang di sana tersedia prasarana
sanitasi. Lantaran terjadi pembeng-
kakan jumlah penduduk, berbagai
prasarana perkotaan pun dibangun.
Namun, sedihnya, dalam waktu
bersamaan, pengembangan kawas-
an itu tidak menyediakan prasarana
dasar untuk sanitasi, seperti air mi-
num, drainase, limbah dan sampah.
Akibatnya jelas, beban lingkungan
kota menjadi kian sarat.
Menurut Dirjen Cipta Karya,
Budi Yuwono, masalahnya tidak
terhenti pada bahwa setiap per-
mukiman, bahkan kota, menyediakan
prasarana dasar itu—andai hal ini
Kondisi habitat kota-kota di Indonesia telah demikian memprihatinkan. Terdapathubungan kausalitas yang kentara di sana. Yakni, antara arus urbanisasi yang terusmeningkat dari hari ke hari dan pengendalian pemanfaatan ruang kota yang padaumumnya buruk.
telah terjadi. Habitat sebagai kesa-
tuan lingkungan tidak tersekat oleh
batas-batas wilayah administratif.
Dan, tidak semua kota bisa meme-
nuhi kebutuhan warganya akan air
minum. “Karena itu, cara melihat
masalah ini tidak bisa secara mikro,
tetapi makro. Diperlukan usaha untuk
mendorong regionalisasi dalam pe-
ngembangan prasarana dasar itu,”
ucap Budi Yuwono.
Benar, dengan demikian terjadi
keselarasan antara penataan ruang
dan pengelolaan habitat. Membin-
cangkan dua topik besar yang mo-
mentumnya terjadi pada waktu yang
hampir bersamaan, yakni Hari Habi-
tat Dunia 2008 (6 Oktober) dan
World Town Planning Day (8 Novem-
ber), editor Majalah KIPRAH, Agung
Y. Achmad dan Sofwan D Ardyanto
menemui Dirjen Cipta Karya Budi
Yuwono dalam sebuah wawancara
di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Berikut petikannya.
Tata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisaTata Ruang Kota bisa
dikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidangdikatakan sebagai konsep. Bidang
Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-Cipta Karya adalah sebagai pe-
manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-manfaat ruang terbanyak. Bagai-
mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-mana kebijakan bidang Cipta Kar-
ya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakanya berintegrasi dengan kebijakan
Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?Penataan Ruang?
Mari kita melihat dulu per-
soalan yang menghubungkan dua
urusan ini. Pertama, tekanan ter-
hadap urbanisasi masih tinggi. Akibat
urbanisasi ini, ada kelompok ma-
“Kita SemestinyaMengarah ke Konsep
Regionalisasi”
Dirjen Cipta Karya:
WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara
![Page 32: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/32.jpg)
32 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
syarakat yang kemudian tidak bisa
memenuhi kebutuhan mereka akan
permukiman yang layak. Sementara
itu, di sisi lain, Pemerintah juga
terlambat memenuhi kebutuhan
mereka karena kecepatan pertum-
buhan (yang sangat cepat) itu. Pra-
sarana kota rata, seperti air minum,
limbah dan sampah, rata terlambat
disediakan. Akibatnya, muncul kan-
tong-kantong kumuh kota.
Kedua, dari sisi perencanaan,
setiap kabupaten dan kota di negeri
ini rata-rata memang sudah memiliki
RTRW, namun karena tekanan ur-
banisasi tadi menyebabkan meka-
nisme pengendalian menjadi sangat
lemah. Hal itu terefleksi pada proses
pemberian izin, dan seterusnya.
Akibatnya, kita lihat, daerah-daerah
yang seharusnya menjadi daerah
resapan akhirnya menjadi daerah
permukiman, yang kumuh pula.
Tempat-tempat yang seharusnya
untuk hunian justru berubah menjadi
daerah perdagangan karena di sana
berdiri ruko-ruko. Juga, pasar-pa-
sar tradisonal, yang semestinya dihi-
dupkan justru malah tenggelam oleh
arus investasi pasar modern. Akibat-
nya, harmonisasi yang diharapkan
tidak terjadi. Disharmoni itulah ke-
mudian yang mengganggu ken-
yamanan di banyak kota.
Dalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjurDalam kondisi serba terlanjur
buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-buruk seperti itu, apa yang sebaik-
nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan? nya dilakukan?
Sekarang ada UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Se-
baiknya semua Pemda merevisi
RTRW. Sekarang ini, UU sudah dileng-
kapi dengan sanksi-sanksi yang kon-
kret, bahkan nantinya akan ada
pengamat atau pengawas.
Dalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yangDalam kondisi kota-kota yang
saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,saat ini masih belum begitu teratur,
mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-mungkinkah kita membangun pra-
sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,sarana sanitasi yang lebih baik,
seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,seperti air minum, limbah terpadu,
drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?drainase, dan sampah?
Infrastruktur merupakan salah
satu poin penting dalam penataan
ruang. Oleh karena itu, sebuah pro-
ses penataan ruang yang ideal akan
selalu memiliki dimensi pada pe-
nyediaan infrastruktur. Misalnya,
apakah daya dukung sebuah ka-
wasan terhadap air cukup. Mana saja
daerah-daerah resapan air yang mesti
diselamatkan; atau titik-titik mana saja
yang harus dibangunkan prasarana.
Memang, untuk prasarana-prasarana
tertentu harus ada keterpaduan
antara kota yang satu dengan kota
lain, atau kabupaten yang satu de-
ngan kabupaten lainnya, sehingga
melahirkan sebuah konsep prasarana
regional yang saling mendukung.
Sungguh, saat ini semestinya kita
sudah harus mengarah ke konsep
regionalisasi yang semacam itu.
Siapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasiSiapa yang harus menginisiasi
itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-itu sehingga mengarah ke regi-
onalisasi?onalisasi?onalisasi?onalisasi?onalisasi?
Dalam Undang-undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah pun dimungkinkan ruang
untuk kerja sama itu jika memang
mereka memerlukan kerja sama.
Yang mendorong, ya, semestinya
Gubernur. Sebagai pejabat tertinggi
di Provinsi, semestinya Gubernur
lebih bisa melihat peta kondisi ling-
kungan secara lebih luas.
Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-Ada pendapat yang menga-
takan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatantakan bahwa semestinya kegiatan
penataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadarpenataan ruang tidak lagi sekadar
berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,berdimensi ruang secara makro,
tapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dantapi sudah harus lebih fokus dan
mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-mengarah pada visi penataan ru-
ang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitanang mikro, yang sangat berkaitan
erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.erat dengan hal-hal keciptakaryaan.
Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?Apa komentar Anda?
Pendapat semacam itu ada
betulnya sebab pengendalian ter-
hadap pendirian bangunan pada
suatu kawasan adalah urusan mikro,
seperti pengaturan di mana saja
boleh berdiri rumah atau mall, bah-
kan hingga aturan detail tentang
tinggi dan jarak antarbangunan. Itu
kan detail-detail yang bersifat mikro.
Tapi, untuk merencanakan infra-
struktur prasarana dasar kota, kita
tidak bisa melihatnya secara mikro.
Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?Maksud Anda?
Dalam konteks prasarana dasar
tidak bisa mikro. Mengurus persam-
pahan, misalnya, sampah mau buang
ke mana. Selain harus ada konsep
makronya, mesti ada juga proses 3R-
nya. Begitu juga urusan air minum,
tidak bisa dilihat secara mikro. Tidak
ada kota yang dapat memenuhi
kebutuhan air minumnya sendiri.
Banyak kota mengandalkan sumber
air baku dari kabupaten-kabupaten
lain. Nah, dalam konteks ini pula
konsep regionalisasi menjadi penting.
Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,Menurut pengamatan Anda,
saat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitatsaat ini seperti apa kondisi habitat
perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?perkotaan kota-kota di Indonesia?
Kondisinya menurun.
Pada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang sepertiPada ambang yang seperti
apa?apa?apa?apa?apa?
Memprihatinkan.
Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-Bukankah saat ini sudah ba-
nyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukimannyak permukiman-permukiman
yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-yang dibangun dengan keleng-
“Banyak pengembangyang merasa bahwa
prasarana sanitasidianggap sebagai cost
(beban). Akhirnya,kebutuhan prasarana
sanitasi itu kembalimenjadi beban
pemerintah. Di sisi lainpemerintah masih belummampu melayani semua
wilayah.”
![Page 33: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/33.jpg)
33VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,kapan prasarana dasar. Berarti,
prasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebihprasarana permukiman yang lebih
lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?lengkap itu belum menjamin?
Jika skalanya kota, itu belum
menjamin. Jakarta memiliki kawasan
Pondok Indah yang mungkin bisa
bagus lingkungannya. Tetapi, lihat
lingkungan sekitarnya, masih buruk.
Lihat juga dampaknya terhadap
sungai, pasti buruk juga. Lagipula
belum semua pengembang meme-
nuhi kelengkapan prasarana dasar
itu. Banyak pengembang yang mera-
sa bahwa bahwa prasarana sanitasi,
misalnya, masih merupakan sebagai
cost (beban). Akhirnya kebutuhan
prasarana sanitasi itu kembali men-
jadi beban pemerintah. Sementara di
sisi lain pemerintah masih belum
mampu melayani semua wilayah.
Mengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajibanMengapa urusan kewajiban
pengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasapengembang membangun prasa-----
rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?rana sanitasi itu tidak diwajibkan saja?
Kami dengan Menpera dan REI
sedang membuat semacam pera-
turan pedoman teknis yang akan
dikeluarkan Menteri PU dan kelak
agar diperdakan. Untuk perumahan
menengah ke atas urusan sanitasi
akan dibebankan pada konsumen.
Tetapi untuk kavling 60-90 meter
persegi akan disubsidi pemerintah.
Subsidi itu tidak dalam bentuk uang,
tentunya, melainkan dalam bentuk
bantuan teknis prasarana.
Terkait dengan Hari Habitat,
sejak tahun 2001 hingga tahun 2008,
Hari Habitat selalu mengusung tema
kota, dan hanya sekali saja isu per-
desaan mengemuka, yakni pada
tahun 2004 dengan tema Cities: En-
gine of Rural Development. Apakah
itu artinya, habitat perdesaan belum
begitu penting untuk diperhatikan?
Tema-tema itu kan tema yang
mendunia pada Hari Habitat Dunia.
Tentu saja, tema Hari Habitat di Indo-
nesia pun mengikuti tema interna-
sional itu. Jika kemudian tema-te-
manya sangat berorientasi pada kota,
hal itu karena persoalan yang terjadi
di habitat perkotaan dianggap lebih
mendesak. Apalagi, kota adalah en-
gine pertumbuhan. Oleh karena itu,
kota harus sehat. Apalagi saat ini,
konsentrasi penduduk ada di per-
kotaan. Pada saat ini saja sudah 55%
penduduk dunia yang tinggal di
perkotaan, sebentar lagi 60%. Dan,
itu pada lahan yang sempit.
Apakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitatApakah itu artinya, habitat
perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-perdesaan tidak terlalu diperha-
tikan?tikan?tikan?tikan?tikan?
Bukan begitu. Perhatian tetap
ada. Konsep Agropolitan kan dikem-
bangkan untuk mengembangkan
kawasan perdesaan. Namun, skala
prioritas dunia saat ini memang masih
tentang habitat di perkotaan.
Pemanfaatan ruang kota untuk bangunan rumah dan gedung-gedung tinggi di Kota Jakarta: sudahkah sesuai RTRW?
![Page 34: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/34.jpg)
34 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Surabaya telah berubah.
Setidaknya, kota metropolitan
terbesar kedua setelah Jakarta
ini telah mulai “berevolusi” menjadi
sebuah kota yang lebih harmoni.
Ungkapan ini bukan sebuah ideali-
sasi, bukan juga sebuah kalimat basa-
basi, melainkan fakta yang bisa
dirasakan secara visual ketika sese-
orang berada di kota ini. Tak hanya
itu, perubahan itu juga berbuah
pujian dan penghargaan.
Dalam konteks pengelolaan
kota, jika sudut ukurnya adalah
bidang infrastruktur, sementara ini
Walikota Surabaya Bambang D.H:
Kota yang Harmonis Berawal dariInfrastruktur yang Tertata
belum ada kota yang bisa melam-
paui prestasi Surabaya. Betapa tidak,
tahun lalu Surabaya meraih lima
Tropi PKPD-PU sebagai penghar-
gaan atas kiprah para pemangku
kota ini melakukan pengelolaan di
lima bidang: Sanitasi Persampahan,
Penanganan Permukiman Kumuh
Perkotaan, Pembinaan Bangunan
Gedung, Pengelolaan Jalan dan
Jembatan, serta Pembinaan Jasa
Konstruksi. Bahkan, satu tahun
sebelumnya Surabaya juga meraih
Tropi PKPD-PU untuk Bidang Pena-
taan Ruang, yang tahun 2007 lalu ini
khusus untuk kategori Kota Metro-
politan tidak dilombakan.
Prestasi Surabaya di bidang
pengelolaan infrastruktur itu ternyata
merupakan sebuah mata rantai pen-
ting dari sebuah upaya yang dila-
kukan pengelola kota ini untuk me-
wujudkan sebuah Kota yang Har-
monis (The Harmonious City).
Fenomena Surabaya dengan
prestasinya di bidang infrastruktur
tidak bisa dilepaskan dari visi Bam-
bang Dwi Hartanto, yang dipercaya
warga Surabaya untuk menjadi wali-
kota mereka. Bambang D.H, begitu
WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara
![Page 35: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/35.jpg)
35VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
namanya biasa ditulis, ternyata meru-
pakan seorang walikota yang sangat
melek infrastruktur. Bahkan, secara
sadar ia menjadikan pembenahan
sektor ini sebagai pintu masuk pem-
benahan Surabaya.
Prinsipnya sederhana: bahwa
kota yang secara fisik dan visual mem-
berikan kenyamanan pada warganya
maka hal itu merupakan modal pen-
ting yang akan memberikan efek
domino bagi harmonisasi di sektor-
sektor kehidupan lain. Memang,
prinsip itu terkesan abstrak. Oleh
karena itu, secara khusus KIPRAH
terbang ke Surabaya untuk menemui
laki-laki yang telah dua periode me-
mimpin Surabaya sebagai Walikota ini,
untuk menggali lebih dalam visinya
tentang Kota yang Harmonis. Tentu
saja, dalam konteks Surabaya. Berikut
petikannya:
lah besar. Nah, saya akhirnya memilih
untuk menjadikan pembenahan fisik
kota sebagai pintu masuk untuk mewu-
judkan keharmonisan itu.
Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?Maksudnya?
Beberapa hari setelah menjabat
sebagai Walikota, saya membaca
sebuah surat pembaca di Jawa Pos
yang mengomentari Surabaya seba-
gai kota yang sakit. Sakit secara fisik
dan sakit secara sosial.
Respon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapiRespon Anda menanggapi
surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?surat pembaca itu?
Secara fisik, ketika itu Surabaya
memang relatif ‘sakit’. Di musim
panas, siang sangat terik. Pada malam
hari, sisa-sisa panas itu masih terasa.
Itu terjadi karena waktu itu Surabaya
miskin pohon. Sementara di musim
hujan, sungai-sungai meluap karena
saluran pematusan (baca: drainase)
tidak lancar. Suasana yang seperti itu
semakin membuat masyarakat Sura-
baya, yang berkarakter temperamen-
tal, menjadi semakin mudah murah
dan emosi, yang pada akhirnya
menjauhkan kehidupan sosial dari
suasana harmonis. Nah, karena itu
saya semakin yakin bahwa fisik kota
sangat berpengaruh pada kehar-
monisan hidup di sektor non-fisik. Itu
visi saya.
Visi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudahVisi terkadang tidak mudah
diwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimanadiwujudkan. Lantas, bagaimana
Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?Anda menjabarkan visi tersebut?
Sebagai seorang Walikota, se-
belum memutuskan sebuah kebi-
jakan yang tepat bagi kota, pemetaan
terhadap persoalan harus jelas. Oleh
karena itu, saya melakukan iden-
tifikasi tentang berbagai masalah
yang ada sehingga saya bisa me-
nyusun program yang tepat agar
kota yang identifikasi sakit secara fisik
dan sosial ini bisa segera menjadi
sehat. Di sektor infrastruktur fisik, saya
perintahkan Dinas-Dinas Teknis untuk
Hari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memilikiHari Habitat tahun ini memiliki
tema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagaitema Harmonious Cities. Sebagai
Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-Walikota Surabaya, yang bela-
kangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraihkangan ini dipuji karena meraih
prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-prestasi di berbagai bidang penge-
lolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visilolaan infrastruktur, seperti apa visi
Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?Anda tentang kota yang harmonis?
Saya ingin mengawali dengan
analog antara kota dan orkestra. Bagi
saya, harmoni adalah keseimbangan.
Pada sebuah orkestra, harmoni musik
yang dimainkan ada di tangan tangan
sang konduktor. Dialah yang memadu
harmoni. Dalam konteks pengelolaan,
seorang Walikota adalah sang kon-
duktor. Ia harus mampu mewujudkan
sebuah keseimbangan antara seluruh
elemen kehidupan yang ada di kota ini.
Nah, waktu saya mulai menjabat seba-
gai Walikota, saya melihat ada yang
tidak pas dengan Surabaya sebagai
sebuah habitat kehidupan. Ada masa-
Suasana dukuh Pakis Surabaya
![Page 36: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/36.jpg)
36 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Foto
: Do
k.L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
menyusun rencana induk, seperti
rencana induk sistem drainase kota,
dan sebagainya. Ternyata, setelah
rencana induk itu jadi, hasilnya
mencengangkan: Surabaya sering
banjir karena banyak saluran pema-
tusan yang tidak tembus laut. Aliran
sungai-sungai seperti Kali Kebon-
agung, Kali Bokor, Kali Wonorejo,
dan sebagainya terhalang oleh pe-
nyempitan di mulut muara. Bayang-
kan, ada mulut muara yang hanya
tinggal dua meter saja. Akibatnya,
terjadi efek bottle neck (melambat),
yang pada akhirnya menimbulkan
genangan. Tahun 2004, muara-
muara itu kami keruk. Kami bersihkan.
Sekarang rata-rata lebar mulut muara
itu sudah 15 meter sampai 20 meter.
Kami juga keruk lumpur-lumpur pada
riool bikinan Belanda di Jalan Em-
bung Malang yang sudah puluhan
tahun tidak pernah dikeruk. Perlu
waktu dua tahun untuk member-
sihkan itu.
Mengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadiMengapa drainase menjadi
sangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salahsangat vital sehingga menjadi salah
satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?satu prioritas pertama ketika itu?
Sebagai kota pantai, Surabaya
ini dulu sering banjir. Saya ingin
membuat preseden positif dengan
menata drainase agar Surabaya
bebas banjir untuk membuka mata
masyarakat. Hasilnya, positif. Ketika
Jakarta lumpuh karena banjir, Sura-
baya tidak banjir. Baru masyarakat
sadar dan memberi apresiasi kepada
Pemerintah Kota.
Saat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di SurabayaSaat ini, jalan-jalan di Surabaya
penuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga dipenuh dengan taman. Juga di
lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-lingkungan permukiman. Bagai-
mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?mana awalnya?
Dulu, setiap kota punya alun-
alun. Di sanalah interaksi sosial
antarwarga berlangsung. Seka-
rang, interaksi itu pindah ke mall-
mall dan plaza. Memang itu tidak
salah. Tapi, ada hal-hal yang tidak
bisa diberikan mall atau plaza, yang
hanya bisa diberikan oleh taman.
Suasana yang hi jau di taman
mencerahkan jiwa siapapun yang
menikmatinya. Interaksi yang ter-
jadi di taman merupakan sebuah
modal sosial yang sangat berharga.
Oleh karena itu, saya mengang-
garkan dana Rp 1 miliar per keca-
matan untuk membangun taman.
Memang, meskipun saya plot uang,
saya masih tetap berharap pem-
bangunan taman-taman itu bisa
didanai oleh perusahaan-peru-
sahaan untuk mensponsori pem-
bangunan taman-taman tersebut.
J ika sponsor t idak dapat, set i -
daknya ada cadangan uang. Jadi,
sebelum saya berhenti menjadi
walikota, setiap kecamatan sudah
akan memiliki taman. Kompleks-
Taman Bungkul, Surabaya
![Page 37: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/37.jpg)
37VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
kompleks rumah susun pun akan
saya buatkan taman.
Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-Penghijauan tidak hanya ten-
tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?tang taman, bukan?
Sejak tahun 2002 saya sudah
menanam pohon lebih dari 1 juta
pohon. Tentang hal ini, tidak sem-
barang menanam, tapi ada strategi
yang saya lakukan, yakni: menanam
pohon yang sudah agak besar kare-
na tujuan penanaman pohon itu
adalah untuk mempercepat penye-
rapan polutan di kota dan mempro-
duksi oksigen bagi kota. Selain itu,
pohon-pohon yang ditanam juga
pohon-pohon berkanopi dan memi-
liki nilai estetika tinggi. Jarak tanam
pun harus diperhatikan. Juga pola
penanaman jenis pohonnya, dibuat
bervariasi: ada sonokeling, kemboja,
jagaranda, dsb. Jika perlu dibuat
warna-warni. Sungguh, elemen este-
tika fisik itu punya impact yang sangat
luar biasa dengan keharmonisan
rohani orang yang tinggal di sebuah
lingkungan. Lingkungan yang tertata
dan asri akan menenangkan suasana
hati sehingga bisa meredam kei-
nginan untuk marah, misalnya. Jika
anak-anak kita dididik tidak dengan
suasana emosi jiwa yang tidak tem-
peramental akan lebih bagus, bukan?
Itu artinya, secara tidak langsung tata
lingkungan memberi dampak pada
pola asuh anak.
Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-Bagaimana dengan pende-
katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?katan nonfisik?
Harmonisasi kota juga terkait
dengan memberikan rasa aman
kepada warga tentang hal-hal yang
mereka paling risaukan. Menurut
hasil pemetaan yang saya lakukan,
ternyata mereka paling risau tentang
dua hal: biaya pendidikan dan biaya
kesehatan. Maka, saya mencoba
melakukan intervensi untuk mengu-
rangi dua beban itu dalam bentuk
subsidi. Tapi toh, pada akhirnya
bersentuhan juga dengan kebijakan
fisik kota. Saya jadi walikota, kam-
pung-kampung saya paving. Dalam
pikiran saya, jika jalan kampung
bagus, maka lingkungan akan lebih
mudah ditata. Dengan begitu, pe-
luang untuk sakit menurun. Itu ar-
tinya, pos pengeluaran untuk biaya
berobat berkurang.
Bagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapiBagaimana Anda menyikapi
sikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulitsikap warga yang terkadang sulit
menerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah programmenerima fakta sebuah program
penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-penertiban, yang kemudian diter-
jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?jemahkan sebagai penggusuran?
Intinya harus ada komunikasi.
Saya setiap tahun melakukan perte-
muan dengan seluruh Ketua RW se-
Surabaya, sekitar 1.500 RW. Tahun
pertama (waktu itu di Hotel Marriot), isi
pertemuan dipenuhi dengan caci maki
kepada walikota. Bahkan, akhir-akhir ini
sudah dengan Ketua RT. Setiap tahun,
caci maki itu semakin berkurang. Selain
itu, setiap tahun saya juga bertemu
dengan seluruh Kepala Sekolah se-
Surabaya mulai dari tingkat TK hingga
SLTA. Juga, dengan Ketua dan Sekre-
taris OSIS SMP dan SMU se-Surabaya.
Ternyata, hal itu efektif menghilangkan
tawuran pelajar.
Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-Pesan apa yang Anda sam-
paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?paikan dalam forum-forum itu?
Secara naluriah, tidak ada o-
rang yang secara utuh menerima
policy yang dianggap mengurangi
hak mereka. Pasti ada perlawanan,
meskipun skala perlawanannya ber-
beda-beda. Saya mencoba memberi
kesadaran kepada mereka bahwa
jika saya sebagai walikota bertindak
tegas hal itu semata-mata adalah
dalam konteks menjaga harmoni.
Tentang penggusuran, saya sam-
paikan kepada masyarakat bahwa
saya sebagai walikota tidak ingin
menggusur mereka. Saya hanya
ingin mengembalikan fungsi semua
fasilitas-fasilitas publik yang ber-
ubah fungsi. Trotoar bukan untuk
berdagang. Pasar bukan untuk
tempat tidur. Sungai bukan untuk
tempat membuang sampah. Jadi,
saya akan tetap tegas untuk meng-
awal pengembalian fungsi-fungsi
fasilitas-fasilitas kota.
Harmonisasi kota jugaterkait denganmemberikan rasa amankepada warga tentanghal-hal yang merekapaling risaukan. Menuruthasil pemetaan yangsaya lakukan, ternyatamereka paling risautentang dua hal: biayapendidikan dan biayakesehatan.
![Page 38: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/38.jpg)
38 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Nama Hendro Pranoto
sangat identik dengan
sejarah pembangunan
perkotaan di negara ini, khususnya
dalam konteks pembangunan pra-
sarana kota terpadu, yang kemudian
terkenal sebagai Program Pemba-
ngunan Prasarana Kota Terpadu
(P3KT). Meski sudah pensiun sebagai
PNS Departemen Pekerjaan Umum,
di usianya yang sudah lewat sembilan
windu, Hendro Pranoto masih aktif
memberikan sumbangsih tenaga dan
pikiran dalam derap pembangunan
perkotaan di negeri ini. Di sebuah
bilik ruangan yang terletak di ling-
kungan Ditjen Cipta Karya, KIPRAH
menemui Hendro untuk sebuah wa-
wancara, tentang bagaimana sekilas
sejarah pembangunan prasarana
perkotaan yang pernah berlangsung
di negeri ini. Berikut petikannya:
Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-Dalam konteks pembangu-
nan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnyanan perkotaan, yang pada akhirnya
mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-mewujud pada visi Kota yang Har-
monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-monis, dalam perspektif penye-
diaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apadiaan prasarana perkotaan: apa
sebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang palingsebenarnya simpul yang paling
krusial?krusial?krusial?krusial?krusial?
Membangun kawasan perko-
taan tidak sekadar membangun
prasarana kota, tapi juga tentang
membangun ekonomi perkotaan,
mengelola keragaman sosial dan
budaya, hingga merangkul warga
kota untuk mau terlibat dalam pem-
bangunan perkotaan. Membangun
perkotaan, bukan hanya tentang
membangun jaringan jalan, saluran
drainase, pipa-pipa air minum dan air
limbah. Bukan hanya itu. Kota adalah
sebuah bagian dari sistem masya-
rakat, yang melakukan berbagai
kegiatan di berbagai sektor kehi-
dupan. Jadi, pembangunan pra-
sarana hanyalah satu bagian kecil.
Oleh karena itu, bagi saya, prinsip
keterpaduan dan partisipasi warga
tetap menjadi simpul krusial hingga
saat ini.
Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-Namun, kesan bahwa pem-
bangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identikbangunan perkotaan sangat identik
dengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masihdengan pembangunan fisik masih
sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.sangat dominan.
Memang, itu karena secara vi-
sual perkembangan fisik mudah
diukur. Jika secara fisik sebuah kota
tampak rapi dan prasarana kota yang
ada terpelihara dengan baik kemu-
dian itu menjadi ukuran bahwa kota
tersebut terkelola dengan baik. Oleh
karena itu, dalam urusan pemba-
ngunan perkotaan Departemen
Pekerjaan Umum selalu berada di
depan (leading) karena alasan tadi.
Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-Semestinya, pola pembangun-
an prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apaan prasarana perkotaan seperti apa
sehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuahsehingga bisa mewujudkan sebuah
kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?kota yang ideal?
Harmonis itu kan sebuah sifat,
yang bisa merasakan adalah warga
kota. Jadi, ukuran harmonis itu ukuran-
nya harus mempertimbangkan harmo-
nis menurut warga kota. Jangan har-
monis menurut kemauan planner atau
pemerintah. Yah, harus ada proses dia-
log. Bukankah sebenarnya pemba-
ngunan itu pada akhirnya masyarakat
juga yang harus membiayai. Masya-
rakat membayar listrik, air minum,
retribusi sampah, pajak-pajak dan
sebagainya, itu kan dalam rangka
membiayai pembangunan.
Hendro Pranoto:
TerpaduuntukHarmoni
WawancaraWawancaraWawancaraWawancaraWawancara
![Page 39: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/39.jpg)
39VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Mandor Jalan
Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang Sebagai seorang planner planner planner planner planner se-se-se-se-se-
nior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihatnior, sejauh mana Anda melihat
para pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota dipara pelaku pembangunan kota di
negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-negeri ini disiplin menaati do-
kumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaankumen-dokumen perencanaan
wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?wilayah yang telah disepakati?
Di sinilah masalahnya. Saya
tidak ingin sinical, tapi ada lelucon
tapi serius tentang siapa saja yang
sering melanggar dokumen peren-
canaan sebuah kota. Pertama, Kepala
Daerah atau orang pemerintahan
yang tidak begitu mengerti dampak
dari sebuah pelanggaran terhadap
sebuah perencanaan kota. Kedua,
orang yang punya banyak uang,
yang dengan uangnya bisa mem-
bangun apa saja meski itu melanggar
perencanaan. Ketiga, orang yang
punya pangkat, yang dengan pang-
katnya dan kekuasaannya membuat
ia bisa membangun sebuah ba-
ngunan, misalnya, meskipun itu
melanggar peruntukan. Dan keem-
pat, planner itu sendiri, yang tidak
memiliki sikap tegas pada produk
rencana yang ia sudah yakini dibuat
secara benar.
Menurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomiMenurut Anda, di era otonomi
daerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudahdaerah sekarang ini, Daerah sudah
siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-siap membangun wilayah per-
kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?kotaannya secara utuh?
Sebenarnya sebelum ada Oto-
nomi Daerah pun pembangunan
perkotaan di daerah itu dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah. Meski men-
jadi urusan lokal, Pemerintah Pusat
tetap merasa bertanggung jawab
agar kota-kota tersebut memiliki
prasarana kota yang memadai. Pusat
tidak ingin dong kota-kota itu minus
prasarana karena pada akhirnya hal
itu akan berdampak pada kepen-
tingan dan stabilitas nasional. Jadi,
meskipun sekarang ini peran Daerah
lebih besar dan relatif lebih siap, saya
rasa peran Pusat tetap harus ada,
seperti bantuan teknis dan pem-
biayaan.
Meskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudahMeskipun saat ini P3KT sudah
tidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihattidak ada, apakah Anda melihat
keterpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunanketerpaduan dalam pembangunan
perkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justruperkotaan melemah atau justru
semakin baik?semakin baik?semakin baik?semakin baik?semakin baik?
Ini kan hanya soal nama. P3KT
hanyalah sebuah istilah atau nama
dari sebuah program. Yang penting
adalah prinsip dari keterpaduan itu
sendiri: dilaksanakan atau tidak?
Sedikit kilas balik, sebelum P3KT ada,
dulu dalam membangun prasarana
kota, PU menanganinya secara sek-
toral. Sendiri-sendiri. Melalui P3KT,
kami menggelindingkan pendekatan
baru: keterpaduan. Makna keter-
paduan di sini yakni bawah sesung-
guhnya pembangunan pada sebuah
sektor sangat terkait dengan sektor
lainnya. Tentang air, misalnya, antara
air bersih dan air limbah punya kaitan,
juga dengan drainase. Sementara
drainase terkait dengan pengelolaan
sampah dan pengelolaan jalan. Saya
rasa kesadaran tentang keterpaduan
itu sudah mengakar. Sekali lagi, P3KT
hanyalah sebuah nama. Ruh dari pro-
gram itu kini ada di mana-mana di
berbagai program yang digerakkan
oleh Departemen PU. Namun, saya
yakin, kota yang harmonis akan lebih
cepat terwujud melalui sistem pem-
bangunan perkotaan yang terpadu.
“Pusat tidak ingin dongkota-kota itu minusprasarana karena padaakhirnya hal itu akanberdampak padakepentingan danstabilitas nasional.”
Salah satu sudut Kota Bandung
Foto
: ek
o
![Page 40: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/40.jpg)
40 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pemerintah perlu kaji ulang
peraturan dan perundang-
undangan tentang perumah-
an dan permukiman (Perkim). Sebab,
perangkat hukum tersebut tidak
sesuai lagi dengan tantangan pada
saat ini. Selain itu pemerintah juga
tidak boleh melakukan penggusuran
semena-mena di lokasi kumuh, tanpa
memberikan solusi kepada warga.
Kalau pemerintah ingin menggusur
kawasan kumuh di perkotaan, me-
reka harus memberikan solusi terbaik,
ke mana mereka akan dipindahkan.
Penggusuran kawasan kumuh
yang terjadi di banyak kota hanya
akan hasilkan equalitas dan proses
pemiskinan, jika tidak memperhatikan
peran, kebutuhan dan kepentingan
berbagai pihak. Sebab, pada da-
sarnya mereka lebih suka tinggal di
dekat kota karena akses ke kota lebih
dekat, dan banyak warga miskin kota
yang tidak mampu membayar ong-
kos transpotasi setelah pindah ke
lokasi baru yang letaknya lebih jauh
dari kawasan pusat. Akhirnya, mere-
ka lebih memilih tinggal di permu-
kiman ilegal, seperti di sepanjang
bantaran kali, rel kereta api, dan
sebagainya, sehingga menciptakan
kawasan permukiman kumuh baru.
Kenapa terjadi demikian? Me-
nurut saya, masalah pokoknya adalah
pemahaman kita tentang Perkim
tidak jelas. Mestinya, tanah itu kan
dikaitkan untuk memenuhi hak orang
atas rumah yang layak, sebagai
tujuan utama. Tetapi, ironinya, definisi
tentang “layak” itu sendiri pemerintah
juga tidak pernah menjelaskan secara
betul. Tolok ukur, tujuan dan laporan
pemerintah selama ini tidak jelas.
Sebab, yang sering dilaporkan a-
dalah jumlah KPR dan RSH yang telah
dibangun atau jumlah kekurangan
rumah. Itu pun angkanya selalu
berubah-ubah, tergantung siapa
yang ngomong. Ada yang menye-
but angka 4,6 juta, berarti ada sekitar
15 juta jumlah penduduk kita tak
memiliki rumah tinggal yang tetap
dan layak huni. Ada yang menyebut
jumlah lain.
Jadi, itu yang perlu diluruskan
terlebih dahulu. Rumah itu kan hanya
sarana. Tujuannya adalah membe-
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
Kaji Ulang Undang-Undangtentang Perkim*
Johan Silas**
![Page 41: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/41.jpg)
41VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
rikan kelayakan rumah tinggal dan
meningkatkan kehidupan yang lebih
sejahtera. Pertanyaannya, apakah
kita sudah memberikan jaminan
sejahtera melalui pelayanan rumah
yang layak? Berapa besar pening-
katannya, berapa jumlah rumuh
kumuh yang berkurang dan seba-
gainya. Pernyataan ini seharusnya
dijadikan sarana laporan tahunan.
Banyaknya daerah kumuh di
kota-kota di Tanah Air terjadi akibat
kesalahan dalam perencanaan dan
perancangan sejak awal. Karena itu,
produk hukum UU nomor 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan Per-
mukiman perlu ditinjau ulang, karena
sudah tidak cocok lagi. Undang-
undang itu lahir pada saat kondisi
ekonomi kita tinggi. Ketika kesejah-
teraan itu seakan-akan ada di mana-
mana. Namun sekarang kondisi dan
tantangannya sudah jauh berbeda,
maka diperlukan rambu-rambu baru.
Yaitu, berupa konsep, kebijakan, dan
rencana tindak pengembangan Per-
kim secara adil, dengan memper-
hatikan peran, kebutuhan, dan ke-
pentingan berbagai pihak. Upaya-
upaya tersebut senyatanya tidak
dapat dipisahkan dari keterkaitan UU
No 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan kecenderungan era glo-
bal pasar bebas.
Konsep dan kebijakan itu harus
menjadi acuan penting bagi pejabat
pemerintah kota, para perencana
kota, dan pengembang swasta dalam
praktek-praktek pembangunan per-
mukiman ke depan. Yaitu, penye-
lenggaraan pengembangan kawas-
an kota secara harmonis (spasial, fisik
lingkungan, sosial, ekonomi dan
budaya), melalui optimalisasi peran
berbagai stakeholder. Itu bisa terse-
lenggara bila ada kesadaran baru dari
para pemangku kepentingan.
Kondisi kawasan Jabodetabek,
misalnya, yang semakin semrawut
akibat perencanaan tidak memadai
dan lemahnya pengendalian. Lihat
saja, kota-kota yang berada di sekitar
Jakarta seringkali harus menerima
limpahan penduduk dari Jakarta.
Akbatnya, kawasan permukiman
semakin banyak berkembang di
pinggiran dengan segala implika-
Johan Silas
Kawasan hunian di Kota Jakarta
Foto
: ek
o
![Page 42: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/42.jpg)
42 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
L a p o r a n U t a m aLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan UtamaLaporan Utama
sinya. Seperti kemacetan, pening-
katan polusi, terbatasnya pelayanan
infrastruktur. bahkan beberapa kasus
sampai menimbulkan konurbasi
antara kota inti dan kota-kota satelit.
Itu semua berdampak lebih
jauh berpengaruh terhadap daya
dukung sumber daya air, energi, dan
ketahanan pangan. Maka, jangan
kaget kalau Jakarta semakin akrab
dengan banjir, rob, bahkan keke-
ringan. Jakarta juga menghadapi
pengembangan Perkim karena keter-
kaitannya dengan kota-kota sate-
litnya itu, yang seharusnya dapat
tumbuh secara sinergis.
Idealnya, pertumbuhan kota-
kota metropolitan seperti Jakarta,
Surabaya, Medan, atau Makassar,
dapat menjadi Primate City dan
dampaknya berguna bagi perkem-
bangan kota itu sendiri maupun
terhadap peranan kota dalam mem-
fasilitasi pengembangan wilayah dan
mendukung terwujudnya sistem
kota-kota nasional yang berhirarki.
Masalahnya, kota-kota dan daerah di
Indonesia pada umumnya juga ma-
sih menghadapi persoalan inter-
nalnya masing-masing. Yakni, antara
lain: inefisiensi pelayanan, penurunan
daya dukung lingkungan, belum
memadainya infrastruktur, dan per-
masalahan sosial ekonomi.
Kota – DesaKota – DesaKota – DesaKota – DesaKota – Desa
Berbagai hal tersebut perlu
segera diantisipasi agar perkem-
bangan kawasan Perkim tidak sema-
kin menurun. Agar hal itu dapat
dicapai, perlu didukung oleh adanya
keterkaitan antara kota dan desa.
Artinya, perkembangan perdesaan
juga perlu diarahkan, sehingga
terbentuk keterkaitan yang saling
mendukung, saling menguntungkan
dengan kota-kota di sekitarnya.
Kota dan desa tidak boleh lagi
dilihat secara dikotomis, tetapi lebih
sebagai fenomena yang bertautan
(continuum). Artinya, ada keterkaitan
yang saling mendukung dan timbal
balik antara pembangunan kawasan
perkotaan dan perdesaan. Di satu sisi,
pengembangan kegitan pereko-
nomian di perdesaan tidak dapat
terlepas dari kota sebagai pusat
pengolahan produksi dan pema-
saran. Sementara, di sisi lain, pem-
bangunan perkotaan tidak dapat
dilakukan hanya melalui peman-
faatan sumber daya manusia dan
alam. Contohnya Singapura. Negara
ini tak dapat survive tanpa pasokan
kebutuhan dari negara tetangga.
Intervensi dan kebijakan peme-
rintah yang diperlukan untuk pe-
nguatan keterkaitan desa – kota adalah
membentuk kelembagaan dan jejaring
yang saling mendukung. Untuk itu,
faktor-faktor kebijakan lokal yang
komparatif dan kompetitf perdesaan
harus diperhatikan dan dikembang-
kan. Biarkan mereka tumbuh. Jangan
dicaplok dan hanya tertumpuk di satu
tempat tanpa memberi kebebasan
kota-kota lain untuk tumbuh ber-
kembang.
Oleh karena itu, Johan Silas
mengajak semua pihak untuk me-
ningkatkan kesadaran, berlaku adil,
bijaksana, dan melihat segala perma-
salahan Perkim secara lebih luas. Kita
benahi lembaga kita menyangkut
peran, tugas, dan tanggung jawab
masing-masing untuk saling mengisi
dan saling sinergi, menuju pengem-
bangan permukiman yang harmo-
nis.*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari*) Seperti dituturkan kepada Djoewanto dari
KIPRAHKIPRAHKIPRAHKIPRAHKIPRAH pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS, pada awal November 2008 di kampus ITS,
Surabaya.Surabaya.Surabaya.Surabaya.Surabaya.
**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut**) Johan Silas,Guru Besar Senior pada Institut
Teknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awalTeknologi Surabaya (ITS), kepada KIPRAH, awal
November lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibatNovember lalu. Selain mengajar, ia juga terlibat
dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,dalam program pengembangan Perkim di Nias,
NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.NAD dan Papua.
Kota dan desa tidakboleh lagi dilihat secara
dikotomis, tetapi lebihsebagai fenomena yang
bertautan (continuum).Artinya, ada keterkaitanyang saling mendukungdan timbal balik antara
pembangunan kawasanperkotaan dan
perdesaan. Foto
: do
k
Salah satu pemandangan di kawasan kumuh kota: tanpa prasarana dasar memadai
![Page 43: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/43.jpg)
43VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Coba cermati Pidato Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono
pada Peringatan Hari Habitat Dunia
2008. Pada paragraf ke-9 teks pida-
tonya, berbunyi seperti ini: “meskipun
tema pokok Hari Habitat Dunia tahun
ini dititikberatkan pada masalah kehar-
monisan kota tidaklah berarti bahwa
kita mengabaikan masyarakat yang
bermukim di perdesaan. Kota dan desa
hendaknya tidak tumbuh dengan
timpang, namun tumbuh secara har-
monis dan saling mengisi. Masyarakat
yang kita bangun adalah masyarakat
kota dan desa yang maju bersama.”
Sungguh, paragraf ini seolah
menjadi penyeimbang dari ketim-
pangan fokus perhatian Hari Habitat
yang hampir selalu berorientasi pada
kawasan perkotaan. Jika mau diurai-
kan, sejak tahun 2002 hingga 2008,
tema-tema Hari Habitat Dunia (HDD)
hampir selalu tentang perkotaan,
kecuali tema HDD tahun 2004 yang
memberikan porsi perhatian yang
seimbang bagi kawasan perkotaan
maupun perdesaan. Tema HDD Ta-
hun 2004 yakni Cities: Engine of Rural
Development atau Kota sebagai Peng-
gerak Pembangunan Perdesaan.
Bisa dimaklumi jika kemudian,
fokus HDD dari ke tahun sangat city
oriented (berorintasi pada kawasan
perkotaan), mengingat kerumitan
persoalan habitat di kawasan perko-
taan jauh lebih kompleks ketimbang
di perdesaan.
Menurut Soegimin Pranoto,
yang sebelum pensiun dari Depar-
temen Pekerjaan Umum menjabat
sebagai Staf Ahli Menteri PU, kawasan
perdesaan selama ini hanya menjadi
subordinasi dari kebijakan pemba-
ngunan kawasan perkotaan. Dalam
buku “Sejarah Pembangunan Permu-
kiman Perdesaan di Indonesia” yang
ditulisnya, ia menulis bahwa sejak
negeri ini merdeka terjadi perbedaan
kualitas prasarana permukiman yang
tajam antara perkotaan dan perde-
saan. “Bukan hanya pada fisik bangu-
nan rumahnya, tetapi juga kualitas
infrastruktur di lingkungan permu-
kimannya,” tulis Sugimin.
Memang, kehidupan rural sa-
ngat identik dengan kehidupan
negara-negara berkembang. Sedang-
kan Hari Habitat Dunia diprakarsai
dan direnungi oleh negara-negara
yang sudah relatif maju. Jadi, tam-
paknya, wajar jika tema-tema HDD
masih sangat berorientasi pada
kawasan perkotaan.
Perdesaan:Habitat yang Tak Boleh Dilupakan
Foto
: Fac
hri
Lat
ief
Seorang warga desa tengah memperhatikan hasil pembangunan berupa pengerasan jalan dan pembuatan saluran drainase
![Page 44: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/44.jpg)
44 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
T a m u K i t aTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu KitaTamu Kita
Bagi sebagian kalangan,
kebijakan “menata kota” itu
dinilai lebih sebagai bentuk
jawaban atas kritik terhadap Bupati
Gresik K.H. Robbach Mas’sum, yang
selama masa lima tahun periode
pertama kepemimpinannya (2000-
2005) dianggap terlalu berkonsen-
trasi pada pembangunan desa.
Anggapan itu bisa benar, bisa
juga tidak. Kepada KIPRAH, Kiyai
Robbach Ma’sum mengaku bahwa
sebagai seorang Kepala Daerah ia
tidak akan bersikap zalim untuk lebih
condong menata satu di antara dua
kawasan itu: desa atau kota. “Desa
dan kota sama-sama penting. Justru
moto itu menjadi simbol bahwa
pembangunan di desa dan kota tidak
boleh jomplang,” katanya.
Namun, jika pun anggapan itu
benar, toh pilihan Kiyai Robbach itu
bukan sebuah kesia-siaan belaka.
Tahun 2006 lalu, Gresik menerima
penghargaan PKPD-PU atas keber-
hasilan Kabupaten ini melakukan
penataan permukiman kumuh di
kawasan perkotaan Gresik.
Dari sisi sejarah perkotaan,
Gresik adalah salah satu kota tertua di
pesisir utara pulau Jawa. Sebagai kota,
yang masyarakatnya berkembang
dengan akar tradisi budaya religius,
Gresik jelas memiliki keunikan ter-
sendiri. Bahkan, sejak era reformasi
bergulir, Gresik akhirnya dipimpin oleh
Wawancara Bupati Gresik, K.H. Robbach Ma’shum
Agama Bicara Tentang HabitatMembangun Desa Menata Kota merupakan sebuah idiom yang menjadi motosekaligus ruh pembangunan di Kabupaten Gresik. “Desa dan kota sama-samapenting. Justru motto itu menjadi simbol bahwa pembangunan di desa dan kotatidak boleh jomplang.”
Foto
: So
fwan
![Page 45: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/45.jpg)
45VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
seorang kiyai—sebuah pilihan yang
sangat erat kaitannya dengan budaya
masyarakat Gresik yang sangat meng-
hormati kiyai dan pesantren.
Pada Rubrik Tamu Kita edisi ini,
KIPRAH sengaja melawat ke Gresik
untuk menjumpai Kiyai Robbach
Ma’sum, seorang kiyai yang juga
Bupati Gresik. Dari kabar yang tersiar
ke mana-mana, kiyai asal Desa Dukun
ini menerapkan konsep ilahiah dalam
menjalankan roda pemerintahan di
Kabupaten Gresik, sebuah konsep
yang sangat identik dengan sema-
ngat ajaran agama Islam. Bagaimana
ia memodifikasi simbol-simbol ajaran
Islam secara progresif sehingga
mampu menjadi motivasi yang
menggerakkan warga Gresik untuk
menata wilayah ini? Berikut per-
bincangan KIPRAH dengan Bupati
Gresik, K.H. Robbach Ma’sum.
Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-Sebagai seorang Bupati ber-
latar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besarlatar belakang kiyai, seberapa besar
“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya“kekiyaian” itu mewarnai gaya
kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?kepemimpinan Anda?
Saya meyakini bahwa kebenaran
agama itu mutlak. Oleh karena itu,
dalam memproses dan mengelola
berbagai hal dalam kehidupan ini, saya
selalu berangkat dari kebenaran yang
mutlak itu. Toh, pada hakikatnya
agama menata dan mengatur ber-
bagai aspek kehidupan, bukan? Orang
tua saya, yang juga seorang kiyai,
mewarnai hidup saya dengan nilai-nilai
keagamaan. Salah satu yang paling
berkesan adalah nilai-nilai kesetaraan.
Jadi jangan heran jika melihat saya
bersarung dan bersandal jepit ber-
sama-sama masyarakat karena me-
mang akar saya adalah akar masya-
rakat. Sebagai pemimpin, sikap saya
yang seperti itu juga merupakan
sebuah metodologi dalam Islam, yang
disebut sebagai kepemimpinan si-
tuasional.
Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-Dalam konteks penataan in-
frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-frastruktur wilayah, baik di per-
desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-desaan maupun perkotaan, ba-
gaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikangaimana Anda mentransformasikan
nilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tatarannilai-nilai ajaran itu ke dalam tataran
operasional?operasional?operasional?operasional?operasional?
Bagi saya, segala langkah
dan aktivitas sebisa mungkin dilan-
dasi oleh ajaran agama. Salah, jika
ada yang memandang ajaran agama
itu hanya tentang ritual semata.
Justru, ajaran agama yang saya
yakini, yakni Islam, sangat antro-
posentris. Bermakna, menjadikan
manusia sebagai subyek sekaligus
obyek yang harus dibina dan diatur.
Tuhan juga memerintahkan manusia
untuk mengelola al-qawn (alam) atau
bahasa awamnya “lingkungan” tem-
pat kita tinggal. Memang, masih
banyak muslim yang belum menge-
tahui hakikat agamanya sendiri,
bahwa Islam tidak hanya tentang
rohani tapi juga tentang mengelola
habitat tempat mereka tinggal.
Sebagai contoh: konsep al-
nadzafatu min al-iman (kebersihan itu
bagian dari iman) merupakan konsep
yang diajarkan dalam ajaran Islam.
Tapi ya itu, banyak muslim yang
meninggalkan konsep tersebut. Ka-
limat seindah itu hanya sekadar
menjadi tulisan yang dipajang. Yang
menyedihkan plang papan itu ter-
nyata berdiri di tempat yang kumuh.
Ironis, bukan? Intinya, masih banyak
konsep-konsep dalam Islam yang
tidak diamalkan melainkan hanya
sebatas menjadi konsep; belum mem-
bumi dan masih di awang-awang.
Bisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkritBisa dijelaskan contoh konkrit
bahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama jugabahwa nilai-nilai ajaran agama juga
bisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataanbisa seiring sejalan dalam penataan
habitat?habitat?habitat?habitat?habitat?
Di Gresik ada fenomena
yang disebut pohon jariah. Imple-
mentasinya, jika ada warga Gresik
meninggal kami memberikan san-
tunan sebesar Rp 1 juta. Namun,
kami meminta kepada keluarga ahli
waris kami agar sebagian dari san-
tunan itu diwujudkan dalam bentuk
satu pohon yang produktif untuk
ditanam di pekarangan rumah me-
reka. Niatnya, sebagai shadaqah
pada mayit (yang meninggal). Jadi
ketika berbuah, dan buahnya dima-
kan oleh orang maka almarhum
akan mendapatkan pahala. Namun,
ada dimensi lain yang tidak kalah
penting dari program ini. Penanam-
an pohon itu secara tidak langsung
memberi manfaat bagi penghijauan
lingkungan. Program ini sudah ber-
jalan hampir empat tahun.
Apakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebutApakah program tersebut
efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?efektif menghijaukan lingkungan?
Memang, untuk menghijaukan
Gresik, program pohon jariah itu
masih belum cukup. Kami kami juga
mewajibkan kepada siapa saja di
Gresik yang hendak mendirikan peru-
sahaan untuk melakukan penghijau-
an di wilayah mereka. Bahkan, setiap
rekanan Pemda juga diwajibkan
menanam pohon. Misalnya, rekanan
Dinas PU yang menang tender maka
perusahaan itu harus menanam po-
hon sebanyak mungkin di sekitar
lokasi proyek. Juga, orang yang
hendak mengurus akte kelahiran.
Budaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempatBudaya pesantren sempat
diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-diidentikkan dengan budaya ku-
muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-muh. Bagaimana mengubah per-
sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?sepsi itu?
Itu dulu. Sekarang sudah tidak
ada lagi pesantren yang kumuh. Di
Gresik, bahkan, kurikulum lingkung-
an hidup sudah masuk pesantren
dan sekolah-sekolah biasa. Di SD
Kebomas, misalnya, dalam satu pe-
kan ada dua jam mata pelajaran
lingkungan hidup: satu jam untuk
teori dan sejam lagi untuk praktik,
untuk membuat kompos, misalnya.
(sofwan)
![Page 46: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/46.jpg)
46 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Fenomena menarik di banyak
daerah di era otonomi adalah
dalam hal pengembangan
kawasan wilayahnya. Ada yang
gamang, ada pula yang terlalu cepat
dalam pemanfaatan ruang kotanya.
Yang disebut terakhir ini cenderung
meninggalkan jejak kerusakan ling-
kungan yang, apabila tidak dilakukan
kendali, berpotensi terjadi masalah
akut kawasan. Salah satu kekeliruan
itu adalah mempertentangkan antara
kepentingan pengembangan ka-
wasan yang harus berpihak kepada
lingkungan di satu pihak, dan kepen-
tingan pendapatan asli daerah (PAD)
Penataan Ruang Kota(memang) untukPeningkatan Investasi
di pihak lain. Seolah-olah, bahwa
menciptakan lingkungan yang seim-
bang berarti memangkas potensi
perolehan PAD.
Kesan semacam itu mungkin
tidak berlaku di Kota Probolinggo. Ini
terlihat dari arah pengembangan
kawasan “mesin PAD” di kawasan
selatan. Kawasan ini akan dijadikan
sebagai sentra kerja baru. Berbagai
infrastruktur pendukungnya, ter-
masuk fasilitas permukiman dan
perumahan yang memadai, pun
dibangun di sana.
Pemkot akan segera memulai
pembuatan jalan by-pass sepanjang
10 kilometer dari jalan Bromo – Jalan
Sutami – jalan Pasar Genggong
menuju ke Situbondo. Jalan arteri
primer ini nantinya akan memfasilitasi
aktivitas distribusi barang. Prasarana
senilai Rp 40 miliar—di luar biaya
pembebasan lahan— ini akan meng-
hemat waktu dan jarak tempuh
hingga 10 kilometer bila dibanding
melalui rute lama. Selain mengurangi
kemacetan, tentu saja.
Gagasan yang terintegrasi an-
tara pengembangan kota, yang tentu
saja memperhatikan keselamatan
lingkungan, dan upaya menggenjot
pemasukan daerah nampak dalam
pengembangan Pelabuhan Samu-
dera Tanjung Tembaga - sebagai
pelabuhan ekspor impor dan pem-
bangunan dermaga sandar bagi
kapal berukuran 5000 DWT. Proyek
ini hasil kerja bareng Pemkot dan PT
Pelindo III.
Melalui pelabuhan ini volume
ekspornya pernah mencapai 105.341
ton dengan nilai 68,9 juta dollar AS.
Jenis produksi terbanyak adalah kayu
olahan - plywood, buah-buahan,
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
Kota Probolinggo
Foto
: Do
k
Sejumlah kapal tengah berlabuh di Pelabuhan Samudera Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo
![Page 47: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/47.jpg)
47VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
hasil laut dan produk pertanian. Kerja
sama lain juga dilakukan dengan
pihak Institut Teknologi Bandung
(ITB) dalam bidang pengolahan air
minum dalam kemasan.
Buah yang bakal dituai Pemkot
dari pengembangan infrastruktur ini
adalah perkembangan bidang jasa
perdagangan, ketenagakerjaan,
pariwisata, perhotelan dan industri
tekstil, pakaian jadi –garmen, kulit,
serta kerajinan, yang kian terpacu.
Produk plywood, misalnya, volume-
nya pernah mencapai 93 ribu ton
senilai 21,9 juta dollar AS.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kota Probolinggo, Sanusi, ketika
ditanya KIPRAH soal pengembangan
kota, menyatakan bahwa upaya
penataan lingkungan kotanya diren-
canakan dan dirancang sebagai kota
yang partisipatif berdasarkan multi-
cultural economic dengan melibat-
kan masyarakat dan dunia usaha. Hal
ini untuk menghindari dampak ikut-
an, seperti spekulasi dan manipulasi
lahan dalam berbagai corak, pe-
ngembangan kota yang tidak ter-
kendali, dan meningkatnya kemacet-
an dan menurunnya daya dukung
ekologis. “Oleh karena itu pemba-
ngunan mal, misalnya, kita batasi,
agar tidak mematikan usaha kecil dan
menengah termasuk keberadaan
pasar-pasar tradisional,” tegas Sanusi.
Misi LingkunganMisi LingkunganMisi LingkunganMisi LingkunganMisi Lingkungan
Geliat pengembangan kawas-
an di Kota Probolinggo bukan tanpa
masalah. Bahkan, masalah yang
dihadapi cukup serius dan bisa men-
jadi faktor liabilities bagi konsep
pengembangan kota secara umum.
Seperti diakui Sanusi, permasalahan
internal yang paling krusial adalah
problem masalah sosial yang me-
nyangkut soal pembebasan lahan
untuk pembangunan.
Misalnya, pembangunan untuk
prasarana jalan, perumahan dan
permukiman maupun untuk fasilitas
sosial dan umum. Di kota ini juga
masih terdapat kawasan-kawasan
kumuh, drainase kota dan sanitasi
lingkungan yang buruk, seperti pe-
ngelolaan sampah serta keterbatasan
lahan. Kawasan-kawasan ini banyak
didiami oleh orang-orang berasal dari
Madura. “Namun karena Waliko-
tanya juga orang Madura, jadi klop,
pendekatannya lebih kena,” ujar
Sanusi yakin.
Selama ini, Pemkot Probolinggo
memang tidak tinggal diam untuk
persoalan tersebut. Terhadap per-
mukiman kumuh di kawasan pantai,
misalnya, pada tahun ini, Pemkot
berencana membangun satu blok
Rusunawa (rumah susun sederhana
sewa) bertingkat empat yang berisi 96
kamar di Mayangan. Lokasi ini
Letak Kota Probolinggo di
daerah tapal kuda mungkin
semua orang sudah mengetahui
saat belajar ilmu sejarah di sekolah
dasar. Tapi, siapa yang tahu bahwa
Kota Probolinggo berjuluk kota ang-
gur dan mangga? Kota Probolinggo
memang sentra komoditas buah
anggur dan mangga (arum manis dan
madu) nomor satu di kelasnya. Daerah
yang berhari jadi pada 1 Juli l918 ini
pernah memiliki 61.706 pohon mang-
ga dan 5.105 pohon anggur dengan
hasil produksi 5.48610 ton mangga
dan 109,67 ton anggur. Begitu terke-
nalnya buah mangga anggur dan
daun-daunnya dijadikan lambang
kota – bahkan dibuatkan tugu ber-
nama “Bayuangga” kependekan
dari bayu (angin-muson), anggur
dan mangga.
“Kita harus bekerja keras
untuk menarik investor agar me-
nanamkan modalnya di kota ang-
gur dan mangga ini. Karena,
keunggulan-keunggulan kompa-
ratif dan kompetitif Kota, baik di
bidang sumber daya alam, kete-
nagakerjaan, industri, dan agro-
bisnis,” kata Walikota Probolinggo
HM Buchori dengan suara lan-
tang. Ucapan ini ia kemukakan
saat apel pertama di depan jajaran
Kota Anggur di Tapal Kuda
Geliat pengembangankawasan di KotaProbolinggo bukan tanpamasalah. Bahkan,masalah yang dihadapicukup serius dan bisamenjadi faktor liabilitiesbagi konseppengembangan kotasecara umum.
Foto
: do
k
Buah anggur salah satu komoditas andalanKota Probolinggo
![Page 48: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/48.jpg)
48 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
berdekatan dengan Pelabuhan
Tanjung Tembaga.
Gerakan pembersihan ling-
kungan juga giat dilakukan di daerah-
daerah aliran sungai yang menyem-
pit, yang sering menjadi penyebab
banjir. Pemkot melakukan pener-
tiban, perbaikan dan normalisasi
sungai, dengan membuat tanggul
keliling, perkuatan tebing, pema-
sangan parepat dan pemasangan
pintu-pintu pengendali banjir. Upaya-
upaya struktur dan nonstruktur
tersebut diharapkan dapat mengu-
rangi daerah genangan dari ancam-
an banjir. Sementara terhadap lahan
tidur milik Pemkot khususnya yang
berada di sepanjang aliran sungai
dan tepian jalan serta lahan seputar
sumber air, pemerintah setempat
bekerja sama dengan Kelompok
Kerja Kemitraan Pembangunan me-
lakukan penghijauan (sengonisasi)
dan pembuatan taman kota. Manfaat
nyata yang bisa dipetik adalah kota
menjadi bersih, nyaman dan aman
bagi penghuninya.
Birokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi SantaiBirokrasi Santai
Sayang, memang, usaha serius
di atas masih harus menghadapi satu
kendala yang cukup besar maknanya
bagi usaha mewujudkan cita-cita
Kota Probolinggo sebagai daerah
yang nyaman bagi investasi. Kendala
itu adalah kinerja birokrasi yang
lamban. Fenomena ini diakui sendiri
Walikota Probolinggo HM Buchori.
Menurut dia, birokrasi di berbagai
daerah yang masih kurang memiliki
semangat Indonesia incorporated,
sehingga realisasasi investasi dari
para pengusaha terhambat akibat
berbagai peraturan yang tumpang
tindih dan sikap santai para birokrat.
“Pada prinsipnya para investor itu
mau menanamkan modalnya di
berbagai daerah bergantung pada
sikap terbuka pemda untuk membe-
rikan kemudahan,” tegas Buchori.
Kelambanan kerja birokrasi itu
semisal kurangnya koordinasi, dan
sering bersikap kaku serta tak mau
memberikan insentif pajak, misalnya.
Ia mencontohkan sikap konyol yang
sering ditunjukkan sementara biro-
krat seperti adanya motto “Jika bisa
dipersulit, kenapa harus dipermu-
dah”. Sikap dan cara-cara seperti itu
harus segera diubah. Kalau tidak, in-
vestor akan lari dan berusaha di
tempat lain yang lebih menjanjikan.
Kami prihatin dengan hal seperti itu,”
tegas Buchori. “Sementara daerah-
daerah lain justru merangkul inves-
tor dengan sangat terbuka. Bahkan,
jika perlu merevisi peraturan dan
perundangan untuk mendorong for-
eign direct investment untuk masuk-
nya modal asing,” tambah Buchori.
Ucapan Walikota itu tepat,
seperti visi dan misi kota ini, yakni
mewujudkan iklim investasi yang
prospektif, kondusif dan partisipatif.
Tak hanya berhenti di atas slogan,
Pemkot terus bekerja di bidang
pengembangan infrastruktur, pena-
taan kinerja birokrasi, dan usaha
konservasi lingkungan. Kota ini telah
meraih penghargaan Adhipura Ken-
cana dua kali, yakni pada tahun 2006
dan 2007. Bahkan Buchori bertekad
tahun ini menjadi yang terbaik. (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)
birokrasinya setelah terpilih men-
jadi Walikota Pobolinggo untuk
yang kedua kalinya, periode 2008-
2014, beberapa waktu silam.
Sebutan kota anggur seja-
tinya lebih sebagai ungkapan untuk
mewakili bahwa Kota Probolinggo
memiliki potensi ekonomi yang
demikian menarik. Kota ini adalah
penghasil industri olahan, kelautan
dan perikanan jasa pariwisata serta
agrobisnis pertanian. Sebagai kota
transit, lokasinya sangat strategis,
yakni berada di kawasan tapal kuda
yang menghubungkan kota-kota di
bagian timur di Jawa Timur (Jatim),
seperti Jember, Situbondo, Banyu-
wangi, Malang dan Lumajang.
“Kuncinya adalah kerja keras,”
ujar Walikota. Langkah konkret yang
dilakukan adalah membangun keper-
cayaan nasyarakat dengan mening-
katkan pelayanan publik dan per-
baikan sistem birokrasi menuju (good
governance dan good goverment).
Terkait dengan investasi, pihaknya
berupaya menciptakan keterbu-
kaan dan iklim investasi yang kon-
dusif. Yaitu terjaminya kepastian
usaha, tersedianya kelengkapan
infrastruktur, kemudahan perizinan,
perbankan, perpajakan, dan pera-
turan dan perundang-undangan
pendukungnya.
Siapa yang tak mau berin-
vestasi di kota seperti ini? (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)
Pemkot melakukanpenertiban, perbaikandan normalisasi sungai,dengan membuattanggul keliling,perkuatan tebing,pemasangan parepatdan pemasangan pintu-pintu pengendali banjir.
![Page 49: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/49.jpg)
49VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pesoalan banjir di Jakarta selalu
mengemuka tiap musim
penghujan tiba. Hampir se-
mua orang tahu masalahnya, bahwa
resapan air di Jakarta memang tak
lagi tersedia dalam jumlah yang
memadai. Sementara itu, daerah
tangkapan di kawasan Depok dan
Bogor pun tidak terlalu bagus, se-
hingga sering “mengirimi” air melim-
pah ke kawasan Ibukota, sehingga
banjirlah Jakarta.
Penanganan banjir di Jakarta,
dengan demikian, memerlukan keter-
libatan banyak pihak. Menteri Peker-
jaan Umum (PU) Djoko Kirmanto
mengatakan, penanganan banjir
harus dilakukan secara bersama-
sama dengan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) terkait.
Menurut Menteri, Departemen PU
tidak akan berhasil mengatasi jika
Banjir Jakarta:
Memerlukan KeterlibatanBanyak Pihak
bekerja sendiri, berapa pun besarnya
anggaran yang dikucurkan. “Perso-
alan banjir ini sangat kompleks. Tidak
akan bisa ditangani Departemen PU
berapapun besar uang yang dikasih,”
ucap Djoko Kirmanto dalam silatur-
rahmi Menteri PU dan Gubernur DKI
Jakarta bersama para pimpinan me-
dia massa di Wisma Bimasena, Dhar-
mawangsa, Jakarta, Sabtu (8/11).
Untuk penanganan banjir, De-
partemen PU telah menyiapkan ac-
tion plan yang menggariskan tugas
para stakeholders mulai dari peme-
rintah provinsi, kabupaten dan dinas-
dinas terkait. Selain itu, penanganan
yang bersifat struktural dan non-
struktural juga telah ditetapkan.
“Pemerintah telah memiliki mas-
terplan jangka panjang yang bagus,
ini harus konsisten diikuti. Masing-
masing pihak, baik Departemen PU
maupun Pemda DKI, harus melak-
sanakan kewajibannya masing-ma-
sing,” terang Djoko Kirmanto.
Penanganan struktural, secara
teknis membangun waduk dan banjir
kanal. Sedangkan penanganan non-
struktural, antara lain dengan cara
memberikan penyuluhan untuk me-
ningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan. “Kita juga
menyiapkan sistem peringatan dini,
melakukan sosialisasi peta rawan
banjir sehingga masyarakat bisa
bersiap-siap dan penataan permu-
kiman. Kita berharap, banjir 2008
jangan sampai menyengsarakan
masyarakat karena hal-hal yang tidak
perlu,” kata Djoko.
Sementara itu, Gubernur DKI
Jakarta Fauzi Wibowo mengatakan,
pihaknya telah melakukan penge-
rukan pada 12 sungai yang ada di
Foto
: do
k
![Page 50: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/50.jpg)
50 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
Ibukota. Selain itu, pemeriksaaan
kesiapan alat antisipasi banjir, pintu-
pintu air serta stasiun pompa juga
telah dikerjakan. Fauzi Wibowo juga
menyatakan akan menjalankan Pera-
turan Presiden (Perpres) tentang Tata
Ruang Daerah Jabodetabekjur seca-
ra tegas di wilayahnya. Dalam Per-
pres tersebut setiap pelanggaran
peruntukan lahan akan dikenakan
sanksi tidak hanya bagi penerima ijin,
tetapi juga pemberi ijin peruntukan
lahan tersebut.
Pembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKTPembebasan lahan BKT
Pembebasan lahan BKT (Banjir
Kanal Timur) harus tuntas pada 2009.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo
sudah memberikan batas waktu
pembayaran pembebasan lahan itu
sampai tutup tahun. Karena pemba-
ngunan fisik dimulai pada 2010,” kata
Kepala Kanwil BPN DKI Jakarta, SM
Ikhsan. Namun, sampai dengan No-
vember ini masih terdapat 734 persil
dari 4.725 lahan yang belum di-
bebaskan.
Data yang diperoleh dari Kan-
tor BPN DKI Jakarta lahan proyek
yang sudah dimulai tahun 2001 ini
sebanyak 4.725 persil terdiri dari
lahan di wilayah Jakarta Timur se-
banyak 4.195 persil dan 716 persil
lahan berada di Jakarta Utara. Rea-
lisasi pembebasan lahan BKT di
wilayah Jakarta Utara sampai Okto-
ber lalu tercatat 657 persil. Sisa yang
belum dibayarkan sebanyak 59 bi-
dang .dan 37 persil di antaranya tidak
memiliki data lengkap, 13 persil
belum dikonsinyasi, dan sebanyak 9
persil sedang dalam proses kon-
sinyasi ke pengadilan negara.
Jakarta TimurJakarta TimurJakarta TimurJakarta TimurJakarta Timur
Ikhsan mengatakan sisa lahan
BKT di Jakarta yang belum dibe-
baskan sampai November sebanyak
574 persil. Diantaranya 157 persil
yang belum terbayarkan karena be-
lum ada kesepakatan antara pemilik
dan panitia pengadaan tanah (P2T)
wilayah. Belum ada kesepakatan
harga ini terjadi di Kelurahan Ujung
Menteng (159) dan Cakung Timur
Tujuh. Selain itu 284 persil lainnya
belum dibebaskan, karena berkas-
berkas belum lengkap dan masih
berada di tangan pemilik tanah itu.
Sementara itu, sisanya, 234 persil, ma-
sih dalam proses menuju konsinyasi.
Ikhwal kemampuan dan belum
rampungnya proses pembebasan
lahan BKT ini banyak dipertanyakan
oleh masyarakat dan kalangan DPRD
DKI. Pasalnya, dana sebesar Rp 650
miliar yang telah dianggarkan pada
tahun ini penyerapannya lamban.
Telah terjadi penundaan berkali-kali,
sehingga menghambat pelaksanaan
konstruksi
Sementara itu Kepala Balai
Besar Wilayah Ciliwung- Cisadane,
Pitoyo Subandrio mengatakan sele-
sainya pembangunan BKT tak men-
jamin banjir di wilayah DKI teratasi.
Masalahnya, BKT hanya menangani
lima buah sungai dari 13 sungai yang
ada. Itu pun yang mengalir di wilayah
Jakarta Timur dan Utara. Pekerjaan
fisik tergantung progres kemajuan
proses pembebasan lahan. Ia mem-
prediksi jika pembebesan lahan dapat
dituntaskan bulan April mendatang,
maka pada Mei tahun itu pemba-
ngunan konstruksi sudah bisa di-
mulai. (Joe)(Joe)(Joe)(Joe)(Joe)
Foto
: jo
e
![Page 51: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/51.jpg)
51VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
SeropanSumber Air yangTak Pernah Kering
Apa jadinya jika tidak ada
sumber air Seropan bagi
masyarakat Gunung Kidul,
DIY dan delapan desa di Kecamatan
Pracimantoro Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri, Jateng? Tentu
saja mereka bakal menderita. Meski
sumber air ini berada pada 300 meter
di bawah tanah, Seropan tetap
menjadi andalan utama bagi masya-
rakat di kedua wilayah itu. Terlebih
saat musim kemarau tiba. Sungai di
bawah tanah ini cadangan airnya tak
pernah kering, potensi debitnya tak
kurang dari 800 lt/dt. Itu pun baru
termanfaatkan sekitar 680 lt/dt. Yaitu,
untuk pelayanan PDAM Gunung
Kidul (240 lt/dt), irigasi lahan kering
400 lt/dt, dan 40 lt/dt untuk layanan
air baku bagi masyarakat Kecamatan
Pracimantoro, Wonogiri. Dengan
demikian masih tersisa debit aliran
sebesar 160 lt/dt.
Warga di desa-desa di Keca-
matan Pracimantoro yang terletak di
kawasan hulu Bengawan Solo dan di
sepanjang di pegunungan Seribu itu
harus mengantri di sumber mata air
terdekat dengan berjalan kaki. Pen-
duduk dusun-dusun seperti Tenggar,
Muning, atau Dayu, harus menuruni
pinggang-pinggang bukit mencari air
di sejumlah mata air yang makin
berkurang sepanjang waktu. Di
Ngipah, misalnya, jumlah mata air
sekarang tinggal lima titik dari sepu-
luh titik sebelumnya pada tahun 80
– an. Selain itu kualitas dan volume
airnya juga berkurang drastis dari
tahun ke tahun.
Hal serupa juga dialami masya-
rakat Gunung Kidul, khususnya wila-
yah Kecamatan Semanu, Karang-
mojo, Semin, dan Tepus, yang berada
pada ketinggian kurang lebih 253
di atas permukaan laut. Kondisi
geografis daerah ini umumnya ber-
bukit batuan kapur yang sangat po-
rous, sehingga sulit menyimpan air.
Terlebih saat musim kemarau
tiba, mata air banyak yang menge-
ring, air sulit didapat. Mereka harus
membeli air, dan untuk itu menge-
luarkan dana cukup besar, yaitu
sekitar Rp 90.000 hingga Rp 120.000
(per-mobil tanki swasta isi 4000 li-
ter), tergantung dari jarak hantarnya.
Atau, seharga Rp 45.000 yang dike-
lola PDAM. Tentu hal ini sangat
memberatkan masyarakat di kedua
wilayah itu.
Pembagian AirPembagian AirPembagian AirPembagian AirPembagian Air
Menyikapi hal tersebut pihak
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Bengawan Solo, seperti diungkapkan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Operasi dan Pemeliharaan SDA II Edy
Liestanto, bekerja sama dengan
Pemkab Wonogiri dalam melakukan
pelayanan air bersih ke masyarakat di
delapan desa di Kecamatan Praci-
mantoro, sejak 17 Juli. Layanan ini
tanpa dipungut biaya alias gratis dan
programnya berlangsung selama
100 hari.
Tidak hanya itu. Bantuan pin-
jaman berupa pompa air sumur
pantek juga diberikan secara bergilir
kepada para petani yang lahan sa-
wahnya mengalami kekeringan atau
puso. Jumlah yang dibagikan untuk
sementara sebanyak 35 buah diper-
Foto
: do
k
Sumber air Seropan di kedalaman 300 meter
![Page 52: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/52.jpg)
52 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
untukkan bagi petani di bagian hulu,
tengah maupun hilir Bengawan Solo.
“Syaratnya, cadangan airnya cukup,”
ujar Edy.
Sejak 2004 – 2007 pihak BBWS
Bengawan Solo telah membangun
tiga unit instalasi sumur pompa
dalam berkekuatan 135 KvA, dan
berkapasitas 15 liter/detik. Fungsinya
adalah menaikkan air dari sumber air
Goa Seropan menuju bak penam-
pungan utama yang berjarak sekitar
14,5 kilometer.
Komponen sistem jaringan
pompa ini meliputi: Unit Transmisi
(pipa transmisi, rumah pompa, per-
alatan pompa dan generator set),
Reservoir kapasitas 500 m3 dan Unit
Distribusi pelayanan. Pembangunan-
nya sendiri telah menghabiskan dana
APBN sebesar Rp 26, 6 miliar lebih.
Dari reservoir selanjutnya air
disalurkan melalui jaringan pipa
distribusi sejauh 20 kilometer ke 120
buah Hydran Umum (HU) masing-
masing berkapasitas 3.000 lt. untuk
melayani penduduk di delapan desa
(Glinggang, Gebangharjo, Joho,
Sumber Agung, Watangrejo, Petirsari,
dan Gambirmanis). Keberadaan air
baku Seropan ini sangat membantu
masyarakat dalam memperoleh air
baku untuk berbagai keperluan,
sehingga diharapkan kesehatan ma-
syarakat dan lingkungannya dapat
terjaga.
Ketika ditanya soal krisis air,
menurut Edy Liestianto, hal tersebut
akibat penutupan vegatasinya sangat
rendah, sehingga air hujan tak dapat
ditampung di dalam tanah. Sebab lain
akibat bahan organik dan infiltrasi air
ke dalam tanah juga rendah.
Ia menambahkan, di daerah
hulu selain kekeringan sejumlah ba-
ngunan sungai juga mengalami ke-
rusakan akibat erosi, longsor dan
pendangkalan sedimen. Menurut dia,
upaya konservasi air di hulu sumber
air itu mendesak untuk dilakukan
demi menyelamatkan lingkungan
dari ancaman krisis air.
Gunung KidulGunung KidulGunung KidulGunung KidulGunung Kidul
Upaya penanggulangan dan
antisipasi atas bencana kekeringan
telah dilakukan melalui tanggap
darurat dan penanggulangan jang-
ka panjang. Upaya tanggap darurat
dilakukan melalui pengiriman mobil
instalasi pengolahan air (IPA Mobile),
truk tanki air, dan perlengkapan
hidran umum. Masyarakat sendiri
mengupayakan dengan memba-
ngun bak-bak penampungan air di
rumah-rumah mereka, namun tidak
mencukupi.
Sementara itu, upaya penang-
gulangan permanen, Departemen
PU berencana membangun sistem
penyediaan air minum (SPAM) di
desa-desa yang rawan air, baik mela-
lui sumber pembiayaan reguler
APBN, Dana Alokasi Kkhusus, atau
pun pinjaman dari luar negeri, yaitu
melalui program PAMSIMAS ( Penye-
diaan Air Minum dan Sanitasi Ber-
basis Masyarakat). Rencananya me-
lalui program ini akan dibangun
sekitar 5.000 desa rawan air, selama
empat tahun yang dilaksanakan
mulai tahun 2008. (Joe).
Keberadaan air bakuSeropan ini sangat
membantu masayarakatdalam memperoleh air
baku untuk berbagaikeperluan, sehinggadiharapkan kesehtan
masyarakat danlingkungannya dapat
terjaga.
Foto
: do
k
Bengawan Solo
![Page 53: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/53.jpg)
53VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Pelebaran jalan di kota Palem-
bang, Sumatera Selatan
(Sumsel), yakni di ruas jalan
dari batas antara Palembang-Inde-
ralaya (OI) hingga ke Simpang Empat
Tanjung Api-Api telah mencapai
70,35 persen. Hal itu dikemukakan
direktur Jalan dan Jembatan Wilayah
Barat Hediyanto Husaini saat men-
dampingi rombongan kunjungan
kerja Komisi V DPR-RI ke Sumsel,
beberapa waktu lalu. Proyek APBN
tahun jamak 2008-2009 senilai Rp
28,8 miliar tersebut pada tahap I akan
melebarkan jalan sepanjang 6,25 Km.
ruas jalan lainnya di Sumsel, ruas Lahat-
Tebing Tinggi sepanjang 75 Km di Jalur
Lintas Tengah Sumatera, hampir selesai
perbaikannya.
Walikota Palembang Eddy San-
tana Putra menuturkan tentang
pentingnya pembangunan jembatan
Musi III. Kota Palembang, kata Wali-
kota, hingga kini hanya memiliki dua
jembatan yang menghubungkan
seberang ulu dan ilir. Dua jembatan
itu adalah Jembatan Ampera, yang
sudah berusia lebih dari 42 tahun dan
Jembatan Musi II. Menurut Edi, Jem-
batan Ampera sudah tidak sanggup
Usai proyek pelebaran jalan ini,
ruas jalan tersebut akan dibagi dalam
dua jalur yang dilengkapi dengan me-
dian. Menurut Hediyanto, tujuan
utama dari pelebaran jalan ini untuk
mengantisipasi peningkatan arus
kendaraan dari dan keluar Palembang.
Selain proyek pelebaran jalan Palem-
bang-Inderalaya tersebut, Ditjen Bina
Marga juga tengah menangani empat
jembatan, dua di antaranya jembatan
Keramasan dan Musi II. Penanganan
lagi dilewati angkutan di atas 1 ton,
karena penyangga utamanya telah
lapuk. “Untuk mengatasi persoalan
transportasi di Palembang, sudah
selayaknya segera dibangun sebuah
jembatan lagi,” ungkap Eddy.
Secara umum kondisi jalan di
Kota Palembang berada dalam kon-
disi yang baik. Dari total panjang 898,
6 km jalan di Palembang, kondisi
yang rusak hanya 3,34 persen. Se-
mentara kondisi baik dan sedang
masing-masing sebesar 85,89 persen
dan 10,77 persen.
Sementara itu, usaha pening-
katan kapasitas jalan dan pemba-
ngunan jalan layang (fly-over) di
persimpangan jalan yang menye-
babkan kemacetan, mendapat per-
hatian rombongan Komisi V DPR-RI.
Upaya tersebut dilakukan untuk
mengatasi kemacetan di dalam kota.
“Saat ini Palembang baru memi-
liki satu fly-over, yaitu Simpang Polda,
namun melihat kemacetan yang
mulai timbul di Palembang, perlu
juga dibangun fly-over lainnya,” ucap
anggota Komisi V DPR-RI Putra Djaja
Husein saat meninjau fly-over Sim-
pang Polda di Palembang, Sumsel
pada kunjungan kerja Komisi V DPR-
RI Senin (20/11).
Putra Djaja menambahkan,
untuk mengatasi kemacetan di bebe-
rapa persimpangan jalan Palembang
dapat dilakukan tidak hanya melalui
pembangunan fly-over tetapi juga
pembangunan terowongan (under-
pass). (JonJonJonJonJon)
Ruas JalanPalembang-
InderalayaDilebarkan
Walikota PalembangEddy Santana Putramenuturkan tentang
pentingnyapembangunan jembatan
Musi III.
Ketua Komisi V DPR RI beserta rombongan tengah meninjau lokasi jalan yang sedang dalam perbaikan
![Page 54: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/54.jpg)
54 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
J e l a j a hJelajahJelajahJelajahJelajahJelajah
Dahulu, di sekitar rumah kita
sering terdengar suara
merdu kicauan burung.
Sungguh, ini suasana yang damai. Tapi,
kini, suasana kedamaian itu jarang kita
nikmati. Ini terjadi antara lain karena
satwa burung tidak memperoleh
tempat yang nyaman untuk berceng-
kerama. Nah, berangkat dari kerisauan
itu, Pemerintah kemudian mencanang-
kan Hari Menanam Pohon Indonesia
dan Bulan Menanam Nasional.
Berdasarkan Keppres No 24
Tahun 2008, maka tanggal 28 No-
vember 2008 ditetapkan sebagai Hari
Menanam Pohon Indonesia oleh
Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono. Selanjutnya, bulan De-
sember pun ditetapkan sebagai
Bulan Menanam Nasional. Berangkat
dari penetapan tersebut, Pemerintah
juga mencanangkan gerakan pena-
naman 100 juta bibit pohon di se-
luruh Indonesia.
Sebagai bagian dari elemen
Pemerintah, Departemen Pekerjaan
Umum tentu saja ikut ambil bagian
dalam gerakan ini. Di bidang penye-
lamatan lingkungan hidup, sebe-
narnya Departemen PU telah aktif
dalam gerakan-gerakan serupa, se-
perti Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air ( GNKPA), gerakan
penghijauan dan penghutanan kem-
bali pada kawasan-kawasan DAS
kritis dalam upaya penyelamatan
hutan, tanah dan air.
Bahkan PU menetapkan diri
bahwa penghijauan akan menjadi item
wajib dalam kontrak kerja. Artinya,
siapapun yang mengikat kontrak kerja
pembangunan infrastruktur diwa-
jibkan menanam pohon di sekitar lokasi
proyek. Di lingkungan Ditjen Bina
Marga, misalnya, Direktorat Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Ditjen
Bina Marga, telah melakukan kegiatan
penanaman pohon di delapan Kota
Metropolitan, yaitu di Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Sema-
rang, Surabaya, Denpasar dan Ma-
kassar. Tak kurang dari 12 ribu pohon
dari berbagai jenis seperti trembesi,
sono, mahoni, glodokan dan keta-
pang telah ditanam di median jalan,
samping kiri-kanan jalan, trotoar dan
bahu jalan.
Menurut Direktur Jalan Bebas
Hambatan dan Jalan Kota, Harris
Batubara, kewajiban penanaman
pohon dalam setiap proyek di Bina
Marga ini selain merupakan wujud
kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan, juga merupakan salah
satu upaya untuk menciptakan
hutan-hutan kota sebagi paru-paru
kota, ruang terbuka hijau (RTH) dan
daerah resapan air.
Sementara itu, di lingkungan
Ditjen Sumber Daya Air, juga telah
dilakukan penanaman ribuan pohon
dari berbagai jenis pada lahan-lahan
kritis di delapan wilayah kerja Divisi
Perum Jasa Tirta II mulai dari hulu
hingga ke hilir, termasuk di kawasan
Arboretum, yang merupakan sumber
mata air Brantas di kaki Gunung
Arjuno. son/joe son/joe son/joe son/joe son/joe
Menuju Indonesia Hijau
Dirut PJT I Tjoek Sudiyanto menanam pohon di kawasan hulu DAS Brantas, Batu, Malang
![Page 55: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/55.jpg)
55VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Sarana penghubung antara
Samarinda kota dan
Samarinda Seberang pada
saat ini hanya dilayani oleh satu
jembatan, yaitu jembatan Mahakam
yang dibangun pada tahun 1981
sampai tahun 1987. Kini, kepadatan
lalu lintas kota Samarinda mengalami
peningkatan. Kemacetan adalah dam-
pak ikutannya. “Karena itu, diperlukan
jalan dan jembatan baru. Paling tidak
diperlukan tiga buah jembatan,” kata
Budi Leksono Kepala Satuan Kerja
Non Vertikal Tertentu Pembangunan
Jalan dan Jembatan Provinsi Kaliman-
tan Timur, beberapa waktu lalu.
Sekilas perkembangan prasa-
rana jalan dan jembatan di Sama-
rinda sudah menunjukkan kemajuan
yang cukup signifikan kata Budi
Leksono, namun demikian perlu
pengembangan sarana dan prasa-
rana untuk pengembangan permu-
kiman supaya tidak terkonsentrasi di
dalam kota. Kawasan baru sangat
potensial terutama sumber daya alam
yang masih belum dikelola secara
optimal. Pada saat ini, SNVT Pem-
bangunan Jalan dan Jembatan pro-
vinsi Kalimantan Timur sedang melak-
sanakan pembangunan jembatan
Mahakam Ulu.
“Jembangunan jembatan Ma-
hakam Ulu, dengan Total Panjang
Bentang: 799,80 m, Bentang Utama:
200 m, Tipe Jembatan: Rangka Peleng-
kung, Lebar Jalur Lalu Lintas: 1 + 2 X
3,5 + 1 m, Lebar Total Jembatan: 9,80
m, Lebar Ruang Bebas: 190 m, Tinggi
Ruang Bebas: 17 m dari muka air banjir.
Manajemen pelaksanaan pem-
bangunan jembatan Mahakam Ulu
dibagi menjadi 3 (tiga) paket, yaitu:::::
Paket A,Paket A,Paket A,Paket A,Paket A, Pembangunan Jembatan
Mahakam Ulu yang dilaksanakan oleh
kontraktor: PT. Agrabudi Karyamarga,
Konsultan Supervisi: PT Anugerah
Krida Pradana, sumber dana: APBD
Provinsi. Jenis pekerjaan utama yakni
pengadaan dan pemancangan tiang
pancang pilar (P1 s.d P7) dan abut-
ment (A1), gelagar jembatan beton
prestress, lantai jembatan, pekerjaan
pelengkap jembatan.
Paket B,Paket B,Paket B,Paket B,Paket B, pembangunan Jem-
batan Mahakam Ulu dilaksanakan
oleh kontraktor: PT. Bakrie Corru-
gated Metal, konsultan supervisi: PT
Anugerah Krida Pradana, sumber
dana: APBD Provinsi. Jenis pekerjaan
utama yakni pengadaan dan pema-
sangan rangka baja pelengkung.
Paket C,Paket C,Paket C,Paket C,Paket C, pembangunan Jem-
batan Mahakam Ulu dilaksanakan oleh
kontraktor: PT. Hutama Karya, kon-
sultan supervisi: PT Wahana Mitra
Amerta, sumber dana: APBN, jenis
pekerjaan utama yakni pengadaan
dan pemancangan tiang pancang pi-
lar (P8) dan abutment (A2), gelagar
jembatan beton prestress, lantai jem-
batan, pekerjaan pelengkap jembatan
Jembatan Mahakam Ulu terse-
but akan memperlancar arus lalu
lintas di dalam kota Samarinda pada
khususnya dan Provinsi Kalimantan
Timur pada umumnya, serta merang-
sang pertumbuhan ekonomi masya-
rakat berkat distribusi barang dan
jasa yang lancar serta pengemba-
ngan wilayah.Slamet
Pembangunan Jembatan Mahakam UluKalimantan Timur
Jembatan Mahakam Ulu
Foto
: do
k
![Page 56: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/56.jpg)
56 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
A k t u a l i t aAktualitaAktualitaAktualitaAktualitaAktualita
MomentumBersama
UntukMenata
Ruang Kota
Peringatan Hari Tata Ruang
Nasional yang juga
bertepatan dengan World
Town Planning Day pada 8 Novem-
ber 2008 silam menjadi momentum
untuk mengkampanyekan kepedulian
masyarakat dan pemerintah daerah
dalam meningkatkan kualitas pena-
taan ruang kota. Acara yang juga
diperingati di 30 negara di dunia itu
dipusatkan di Plaza Selatan Senayan,
dan dibuka oleh Menteri Pekerjaan
Umum Djoko Kirmanto. Hadir dalam
acara tersebut Menneg Perumahan
Rakyat M.Yusuf Asyari, Ketua Komisi V
DPR RI Ahmad Muqowam, Dirjen
Penataan Ruang Imam Ernawi, Pemda
DKI Jakarta dan juga Duta Besar
beberapa negara sahabat.
Menurut Menteri PU pesan
yang ingin disampaikan dalam peri-
ngatan ini adalah pertama, pen-
tingnya penataan ruang dalam rang-
ka pembangunan berkelanjutan
untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, kedua sarana menye-
barluaskan hasil-hasil penataan ru-
ang kepada masyarakat, dan ketiga
mengajak semua meningkatkan
peranannya dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
Dalam kesempatan itu, Menteri
PU juga mengusulkan kepada perwa-
kilan pemerintah DKI Jakarta adanya
jalur-jalur untuk sepeda di Jakarta.
“Kalau UU Penataan Ruang dilak-
sanakan baik maka kita akan memiliki
jalur sepeda lebih banyak dan ruang
terbuka hijau. Menata ruang itu
adalah agar kita bisa hidup nyaman,
hidup produktif tidak perlu ada
macet-macet, dan berkelanjutan.”
jelas Menteri PU Djoko Kirmanto.
Pada acara puncak peringatan,
Menteri PU Djoko Kirmanto meninjau
Sejumlah pengunjung menghampiri stan pameran Ditjen Penataan Ruang
![Page 57: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/57.jpg)
57VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
berbagai stand pameran dan meng-
harapkan pada tahun-tahun mendatang
Hari Tata Ruang Nasional tidak hanya
diperingati di Jakarta tetapi juga di
seluruh Indonesia. Karena, kata Menteri,
melalui penataan ruang yang baik
menjadi bagian dari mitigasi terhadap
dampak perubahan iklim di Indonesia.
Peran aktif masyarakat dan pe-
merintah daerah sesungguhnya meru-
pakan kunci penting keberhasilan tujuan
penataan ruang. Sementara Pemerintah
Pusat dalam hal ini Departemen PU
sebatas regulator, fasilitator dan pembina.
Berbagai kegiatan diadakan untuk mema-
syarakatkan pentingnya penataan ruang
melalui Fun Bike, Sayembara Desain Tata
Ruang Kawasan, Lomba peta kreatif,
Sayembara Logo Tata Ruang, workshop
dan Lomba Inovasi Penataan Ruang. Di
samping itu dilakukan serangkaian talk-
show di televisi maupun radio mengenai
tata ruang. (gt). Foto
-foto
: So
fwan
Senyum para juara aneka sayembara dalam rangka Hari Tata RuangNasional 8 November 2008
Dirjen Penataan Ruang Imam S. Ernawi tengah diwawancarai salah satu stasiuntelevisi swasta
Sejumlah karyawan Departemen PU menunjukkan kebolehan mereka dalam bermusik diacara puncak peringkatan Hari Tata Ruang Nasional
Para aktivislingkungan ikutmemeriahkanpanggung musikpada acaraperingatan HariTata Ruang
“Kalau UU Penataan Ruangdilaksanakan baik makakita akan memiliki jalursepeda lebih banyak danruang terbuka hijau
![Page 58: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/58.jpg)
58 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
S i g iSigiSigiSigiSigiSigi
PSU Akan Disalurkan Untuk AirMinum dan Sanitasi
Pengembang perumahan ber
skala kecil umumnya kurang
memperhatikan kebutuhan
pelayanan air minum dan sanitasi
lingkungan, sehingga sering dike-
luhkan para konsumennya. Kalau
pun telah disediakan, kualitas pra-
sarana air minum dan sanitasinya
jauh dari memadai. Konsumen ter-
paksa mengeluarkan dana tambahan
yang semestinya menjadi tanggung
jawab pengembang.
Melihat permasalahan tersebut
Direktorat Jenderal Cipta Karya, De-
pertemen Pekerjaan Umum (PU)
tengah merancang alokasi dana
Prasarana dan Sarana Utilitas (PSU)
disalurkan untuk air minum dan
sanitasi, karena dianggap bermanfaat.
Tekad itu sekaligus mempertegas
komitmen pemerintah dalam
membangun sanitasi. “Selama ini dana
PSU bagi hunian bersubsidi hanya
digunakan untuk jalan, sementara air
minum dan sanitasi luput dari
perhatian,” kata Budi Yuwono, Dirjen
Cipta Karya Departemen PU.
“Padahal,” kata Budi, “prasarana jalan
sebenarnya merupakan kewajiban
pengembang karena tanpa akses
masuk menuju ke perumahan tidak
ada orang yang bersedia membeli,
sementara air minum dan sanitasi
luput dari perhatian.”
Akibat kawasan perumahan
tidak dilengkapi prasrana sanitasi
yang memadai, limbah yang dibuang
mengganggu pemukiman sekitar-
nya. Begitu juga air minum. “Idealnya,
pengembang memiliki Water Treat-
ment Plant (WTP) sendiri yang
pengoperasiannya diserahkan kepa-
da PDAM. Kenyataan hal ini sering
“Prasarana jalansebenarnya merupakankewajiban pengembangkarena tanpa aksesmasuk menuju keperumahan tidak adaorang yang bersediamembeli, sementara airminum dan sanitasi luputdari perhatian.”
![Page 59: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/59.jpg)
59VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
diabaikan. Beberapa kasus akibat
sanitasi tidak memadai justru mence-
mari sistem air minum yang ada di
kawasan perumahan, sehingga war-
ga harus mengkonsumsi air yang tak
layak,” kata Budi.
Menurut Dirjen, pengembang
wajib membangun akses perpipaan
air minum seandainya dekat dengan
sumber atau membangun sumur bor
sampai dengan kedalaman 30 meter.
Tanpa itu izin pembangunan rumah
tidak diterbitkan oleh pemerintah
kota/kabupaten
Terkait dengan usulan itu, ang-
gota Komisi V (bidang infrastruktur)
DPR-RI Enggartiasto Lukito mengata-
kan, mendukung rencana Ditjen Cip-
ta Karya menyalurkan dana PSU bagi
air minum dan sanitasi. ”Permasalah-
an air minum dan sanitasi biasanya
dialami pengembang-pengembang
hunian bersubsidi skala kecil. Di sini
pemerintah daerah harus tegas dalam
mengeluarkan izin-izin,” tegas Enggar.
Wakil rakyat yang pernah men-
jabat sebagai ketua umum REI itu
menyarankan untuk kebutuhan air
minum Jakarta dan sekitarnya yang
semakin dirasakan mendesak. Menu-
rut dia, ini saat untuk membangun
pipa penyaluran tertutup untuk
menyalurkan air dari Waduk Jatiluhur
yang sudah diusulkan sejak lama.
“Kalau memanfaatkan inspeksi Kali
Malang karena sistem penyalurannya
terbuka, maka kualitas airnya juga
semakin menurun. Apa lagi di saat
musim kemarau, serta masih ada
persimpangan dengan Kali Bekasi,”
ujar Enggar.
Menurut hitung-hitungan Eng-
gartiasto, panjang pipa yang dibu-
tuhkan untuk melayani air minum itu
hanya sepanjang 60 kilometer dan
tidak terlalu besar investasinya ketim-
bang manfaatnya. “Indonesia dapat
mencontoh Seoul, Korea Selatan,
yang membangun air minum sampai
ratusan kilometer,” jelas Enggar.
SanitasiSanitasiSanitasiSanitasiSanitasi
Rencana Cipta Karya tersebut
sebagai upaya percepatan kinerja
pembangunan sanitasi yang telah
menjadi komitmen dan kesepakatan
bersama antara pemerintah dan
pemangku kepentingan. Kesepa-
katan itu tertuang dalam Konferensi
Sanitasi Nasional 2007, ditanda-
tangani enam menteri, dan para
walikota dan bupati. Isinya, pertama,
meningkatkan secara efektif dan
berkelanjutan jangkauan dan la-
yanan sanitasi, meliputi: pemba-
ngunan sarana dan prasarana serta
manajemen limbah cair, persampah-
an, dan drainase. Selain itu, menum-
buhkembangkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) khususnya
perilaku hygiene.
Kedua, melibatkan lembaga-
lembaga di tingkat pusat dan daerah,
mayarakat dunia usaha, LSM, media
massa, perguruan tinggi, lembaga
keuangan serta donor, untuk melak-
sanakan sanitasi sebagai sektor prio-
ritas. Alasannya, karena sanitasi
belum menjadi prioritas pemba-
ngunan, masih bersifat sektoral, dan
belum terpadu. Dampaknya semakin
buruk dan meluas bagi kesehatan,
degradasi lingkungan, dan kerugian
perekonomian. Kondisi itu diper-
parah dengan alokasi dana untuk
sanitasi ( APBN/APBD) yang kecil dan
secara eksplisit belum dicantumkan
dalam RPJMN/D dan rencana kerja
depertemen maupun dinas.
Menyikapi hal itu Cipta Karya
bersama para pemangku kepen-
tingan dalam kesempatan Rembug
Sanitasi Nasional merancang konsep
SMART. SMART. SMART. SMART. SMART. Kependekan dari S = spesific,
jelas dan fokus untuk menghindari
kesalahpahaman. M = Measurable,
dapat diukur dan dibandingkan
dengan data lain. A = Attainable,
dapat dicapai dan bersifat logis. R =
Realistic, memiliki target yang logis. T
= Timelines, memiliki kurun waktu
pencapaian tertentu. Butir-butir
kesepakatan itu selanjutnya menjadi
pegangan bagi seluruh stakeholder
dalam mencapai MDGs dan RTJMN,
melalui kerja keras, langkah strategis,
dan rencana kerja kongkrit. Seperti
rencana penyaluran PSU untuk air
minum dan sanitasi tadi. (Joe).Foto
: sya
m
Foto
: So
fwan
Salah satu sudut perkampungan, air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan vital masyarakat
![Page 60: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/60.jpg)
60 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
S i g i P e r m u k i m a nSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi Permukiman
Polusi di sungai, misalnya, me
nyebabkan air menjadi kotor
dan tidak aman untuk diman-
faatkan. Sampah-sampah yang me-
ngendap di dasar sungai akan men-
jadi lumpur—sangat dikhawatirkan
mengandung limbah B-3— dan me-
ngakibatkan kapasitas pengaliran air
berkurang drastis sehingga menim-
bulkan banjir.
Kini, pertambahan volume sam-
pah yang dihasilkan masyarakat
perkotaan semakin tinggi di mana
kandungan organik menjadi kompo-
sisi terbesar yakni sekitar 60 – 70%.
Karena lahan yang tersedia kian
terbatas untuk Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA), maka perlu memini-
malkan volume timbulan sampah
yang dibuang ke TPA.
Dalam konteks inilah, kita perlu
mengubah konsep pengelolaan sam-
pah kota. Pengelolaan sampah hanya
dengan mengandalkan Tempat Pem-
buangan Akhir (TPA) tidak lah cukup.
Apa lagi, kini, kita semakin sulit
mencari lahan dan besarnya biaya
operasional dan pemeliharaan TPA.
Usaha minimalisasi sampah
yang dimaksud adalah dengan cara
mengurangi dan memilah sampah
dari sumbernya melalui metode 3-R,
yaitu melalui upaya reduce (meng-
ubah pola hidup konsumtif, mengu-
rangi produksi sampah), reuse (me-
nggunakan kembali bahan-bahan
yang potensial menjadi sampah dan
bahan refill) dan recycle (mendaur
ulang melalui pembuatan kompos,
daur ulang, waste to energy dan
upaya sejenis lainnya).
Sampah kota, tanpa mendapat
Sampah dan Masyarakat PerkotaanNaskah dan foto: Ade Syaiful R *)
Limbah maupun sampah yang setiap hari kita produksi sering dianggap sebagaihasil buangan tak berharga. Bahkan, banyak orang membuang sampah secarasembarangan dan tidak peduli terhadap akibat yang ditimbulkan dari buangantersebut. Dampak buruk dari perilaku menyimpang ini adalah kian banyak sumberair-sumber air yang tercemar.
Seorang pemulung tengah memilah sampah perkotaan
![Page 61: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/61.jpg)
61VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
penyikapan secara benar oleh warga
urban, sudah pasti akan menjadi
sumber bencana. Terlampau banyak
daftar hitam akibat perilaku keliru dan
fatal terhadap sampah, lebih-lebih
limbah, yang dilakukan masyarakat
perkotaan. Bukan hanya banjir yang
amat menyebalkan, tetapi juga terjadi
pencemaran pada air tanah yang bila
dijadikan air baku berpotensi menjadi
sumber penyakit. Kini adalah saat
terbaik bagi tiap warga perkotaan
untuk tidak lagi bertindak ngawur
terhadap sampah.
Potret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret TeladanPotret-potret Teladan
Syukurlah, di tengah pesimisme
banyak kalangan terhadap perilaku
masyarakat perkotaan terhadap
buangan “tak berharga” itu, kini telah
muncul banyak inisiasi yang layak
diacungi jempol, baik yang dilakukan
secara individual, komunitas, mau-
pun usaha-usaha 3-R yang didukung
perusahaan yang peduli terhadap
konservasi lingkungan.
Berikut ini adalah potret keber-
hasilan sejumlah komunitas lingkung-
an permukiman dalam mewujudkan
program bersih lingkungan melalui
pengelolaan sampah dengan konsep
reduce, reuse, dan recycle (3-R).
- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong- Masyarakat Cibangkong
Masih ingat dengan kasus “Ban-
dung Lautan Sampah”, yakni peris-
tiwa longsornya TPA Leuwigajah
yang menelan korban meninggal
lebih dari 140 orang? Akibat peris-
tiwa ini, TPA tersebut ditutup, dan ini
berdampak pada proses penangan-
an sampah secara keseluruhan di
Kota Bandung, tak terkecuali bagi
masyarakat Kelurahan Cibangkong.
Betapa tidak, Kelurahan Ci-
bangkong, khususnya di lingkungan
RW 11, termasuk penghasil sampah
yang “produktif”. Warga di sana tidak
terbiasa mengelola sampah. Urusan
sampah dilakukan petugas RW ke TPS
yang jaraknya cukup jauh dan se-
bagian lain dibuang langsung oleh
masyarakat ke lahan-lahan kosong
atau sungai (Cikapundung). Masalah
yang kemudian muncul adalah tim-
bulnya kecenderungan pencemaran
lingkungan dan tidak terangkutnya
sampah dari TPS yang selalu meng-
gunung dan menebarkan aroma tak
sedap serta terdapat banyak lalat.
Melalui fasilitasi Puslitbangkim
pada tahun 2000 ditetapkan prioritas
penanganan sampah skala kawasan
di Cibangkong. Fasilitasi ini didahului
proses pemberdayaan masyarakat.
Melalui beberapa kali forum kon-
sultasi, disepakati untuk melaksa-
nakan pengeloaan sampah dengan
titik berat pembuatan kompos dan
daur ulang. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kualitas lingkungan per-
mukiman dari pencemaran akibat
penanganan sampah yang tidak
memadai selama ini, serta membantu
Pemerintah Kota Bandung dalam
mengurangi volume sampah yang
dibuang ke TPA.
Pengelolaan kompos di Cibang-
kong dilaksanakan oleh masyarakat
dengan dukungan dana awal dari
Puslitbangkim. Penjualan kompos
dan material daur ulang merupakan
sumber dana yang dapat digunakan
sebagai biaya operasi dan peme-
liharaan. Pendampingan teknis dila-
kukan oleh Puslitbangkim dengan
menyumbang modal awal kegiatan
berupa bangunan, peralatan, EM-4
dan training. Pengembangan lokasi
pengelolaan kompos ini juga dibantu
oleh sebuah tim dari UNPAD.
Bagaimana hasil ikhtiar di atas?
Kawasan RW 11 Kelurahan Cibang-
kong, yang semula beraroma tak
KelurahanCibangkong,khususnya dilingkungan RW 11,termasuk penghasilsampah yang“produktif”. Warga disana tidak terbiasamengelola sampah.
Tong-tong sampah di Kampung Banjarsari disediakan berdasarkan prinsip 3R
![Page 62: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/62.jpg)
62 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
sedap dan kondisi lingkungannya tak
estetis, kini menjadi area yang cukup
asri. Selain itu, kegiatan ini mampu
mengurangi volume sampah yang
harus dibuang ke TPA sampai 88%
(12 % residu) serta memberikan
peluang kerja bagi masyarakat.
- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari- Masyarakat Banjarsari
Banjarsari ini adalah sebuah
perkampungan yang terletak di
Kelurahan Cilandak Barat. Pada
beberapa tahun lalu, di desa ini telah
ada gerakan untuk menjadikan Ban-
jarsari sebagai kawasan hijau asri dan
bersih. Kegiatan ini dimotori Harini
Bambang sebagai ketua PKK Desa
Banjarsari – kelurahan Cilandak Barat.
Ia memotivasi ibu-ibu di lingkungan
RW untuk melaksanakan program
PKK poin ke-9, yakni kelestarian
lingkungan hidup, sejak beberapa
tahun silam.
Harini mengembangkan pola
edukasi pengelolaan sampah ter-
padu, seperti bagaimana cara mela-
kukan pemilahan sampah di sumber,
membuat kompos, membuat kertas
daur ulang, mengembangkan ta-
naman obat keluarga (TOGA), dan
seterusnya. Maklum, ia seorang
pensiunan guru.
Dalam kegiatannya, Harini
melibatkan 20 pemulung yang ia
bina secara khusus (20 orang) untuk
memanfaatkan barang-barang yang
masih bisa didaur ulang. Hasil kerja
kerasnya ternyata membawa hasil.
Harini berhasil mengubah perilaku
warga dalam pola pembuangan
sampah, sehingga hampir semua ibu-
ibu di RW tersebut telah dapat mene-
rapkan program 3-R.
Gerakan Harini dan warga di
sana telah menyulap Banjarsari men-
jadi berbeda dari potret umum kam-
pung di Ibukota, yang umumnya kotor,
tidak asri, terdapat sampah di mana-
mana, dan kumuh. Kampung dengan
penduduk sekitar 1.500 jiwa atau 218
KK itu kini tampak tertata apik. Ada
semacam “revolusi” kesadaran warga
dalam hal menangani sampah. Kualitas
lingkungan Desa Banjarsari pun me-
ningkat. Ya, melalui gerakan 3-r tadi.
Aktivitas Harini ini mengantarkan
dirinya sebagai peraih penghargaan
Kalpataru pada tahun 2000.
Karena prestasi warga Ban-
jarsari, desa tersebut kini ditetapkan
sebagai daerah tujuan wisata. Banjar-
sari juga menjadi sekolah dan labo-
ratorium pengelolaan sampah ter-
padu bagi banyak pihak, mulai dari
anak-anak sekolah, aparat pemerintah
daerah, tokoh masyarakat, anggota
DPR/DPRD dari berbagai kota di Indo-
nesia, bahkan tamu-tamu dari
mancanegara.
Suatu prestasi selalu mem-
bawa decak kagum dan menjadi
sumber inspirasi banyak orang,
memang. Begitu pula apa yang
dilakukan warga Kelurahan Ban-
jarsari di atas. Beberapa waktu lalu,
kecemerlangan langkah yang dila-
kukan warga Kelurahan Banjarsari
telah memotivasi warga RW.03
Kompleks Zeni, Kelurahan Mampang
Prapatan, Kecamatan Mampang
Prapatan, Kodya Jakarta Selatan,
ingin melakukan hal serupa.
Bagaimana dengan komunitas
masyarakat di perkotaan lainnya,
Anda?
Penulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat KomunikasiPenulis adalah staf pada Pusat Komunikasi
Publik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan UmumPublik, Departemen Pekerjaan Umum
S i g i P e r m u k i m a nSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi PermukimanSigi Permukiman
![Page 63: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/63.jpg)
63VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 64: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/64.jpg)
64 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Info TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo TeknologiInfo Teknologi
Menjaga Mutu Perkerasan Jalan
Jaringan jalan dan konstruksi perkerasan yang
memadai sangat diperlukan untuk menunjang
jumlah dan beban lalu lintas. Ditjen Bina Marga
Departemen PU selalu mengedepankan prasyarat
tersebut, selain senantiasa berupaya melakukan berbagai
inovasi agar jalan tetap berfungsi dan dapat melayani lalu
lintas sepanjang tahun selama umur rencana.
Beberapa teknologi praktis konstruksi jalan yang
diterapkan adalah precast beton untuk pekerasan jalan
dan lantai jembatan serta udith, recycling, cold milling,
hingga penerapan modified cakar ayam dan sistem pile
slab di tanah rawa atau lunak.
Konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan
menjadi dua. Yakni, perkerasan aspal (lentur) dan
perkerasan beton (kaku). Yaitu, menggunakan aspal dan
semen sebagai bahan pengikatnya. Untuk model jalan
beton, misalnya, menurut Furcon Afandi, Peneliti
Puslitbang Jalan dan Jembatan, berdasarkan jenisnya
dapat dibedakan atas empat, yakni bersambung tanpa
tulangan, dengan tulangan, menerus dengan tulangan
dan beton prategang.
Umumnya jalan beton yang digunakan di Indone-
sia adalah jenis bersambung tanpa tulangan, dengan
pertimbangan lebih ekonomis dan praktis. Dengan cara
ini besi atau tulangan dipakai hanya pada sambungan
antarpelat arah melintang (dowel) dan memanjang (tie
bar). Secara struktural, jalan beton hanya merupakan satu
lapis pelat beton bermutu tinggi dengan kekuatan tarik
lentur (flexuran strength) antara 40 – 45 kg/cm2 atau
setara dengan kuat tekan beton (f”c) antara 330 – 400
kg/cm2. Alasannya, beton mempunyai sifat tidak mudah
hancur setelah mengalami kerusakan awal. Hal itu
berbeda dengan aspal. Di samping itu, pada beton, lapisan
pondasinya juga berfungsi sebagai penyeragam daya
dukung atau lantai kerja untuk pekerjaan pembuatan
pelat, dan menahan pumping dari tanah dasar.
“Hal ini lain dengan jalan aspal,” kata Afandi.
Menurut dia, kerusakan pada jalan aspal biasanya diikuti
dengan kerusakan pada lapisan bawahnya, karena sifat
strukturalnya berbeda. Maksudnya, pada aspal, mutu
bahan lapisan pondasi bawah lebih rendah dibanding
lapis pondasi. Perbedaan inilah yang seringkali membuat
perkerasan kaku (beton) lebih kuat dibanding dengan
yang lentur, sebab penyebaran beban kendaraan
berlangsung lebih baik
Selain itu, menurut Afandi, kekakuannya lebih tinggi
I n f o T e k n o l o g i
Jalan beton: perkerasan kaku lebih kuat dibanding dengan yang lentur
![Page 65: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/65.jpg)
65VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
dari campuran beraspal, sehingga sangat mengun-
tungkan pada beban lalu lintas berat. Namun, dari semua
keunggulan tadi jalan beton tetap memerlukan perhatian
dan pemeliharaan yang baik. Kalau tidak, penanganannya
akan jauh lebih mahal dan sulit. Pengerjaannya lebih
kompleks, tidak bisa parsial, dan harus menyeluruh hingga
ke dasar struktur.
Efektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan EfisienEfektif dan Efisien
Jalan beton tetap harus memperhatikan kondisi
tanah sebagai dasar pondasi ( sub-base) jalan itu. Untuk
ruas jalan belum mantap, konstruski perkerasan aspal lebih
gunkan granuler, tetapi hanya menggunakan material
halus (soil cemen) lalu dilapisi aspal tipis. Dipastikan, jalan
beton tersebut akan cepat rusak Seharusnya, material
ganuler yang digunakan berukuran 1-2 inchi. “Prinsipnya,
penanganan jalan harus mengindahkan kaidah-kaidah
spesifikasi teknis yang dipersyaratkan,” tegas Afandi..
Menurut dia, konstruksi beton memang lebih tahan
air dan murah dalam pemeliharaan. Tetapi pelaksanan
konstrusinya membutuhkan waktu lama (28 hari),
sehingga sering menimbulkan kemacetan jalan. Memang
bisa dipercepat menjadi 14 hari, yaitu dengan menambah
zat aditif.
Penggunaan system pre/*cast adalah cara lain agar
pengerjaan konstruksi beton berjalan lebih cepat. Artinya,
konstruksi beton sudah dipersiapkan di pabrik, sehingga
pada saat diterapkan bisa langsung dipasang di tempat
secara bersambung ( 5 -10 meter), dalam waktu 1 hingga
2 jam. Sistem ini telah dilakukan pada pembangunan jalan
arteri primer ruas Cilincing – Tanjung. Priok dan jalur busway
ruas Cawang – Grogol. Hanya saja, faktor kesulitannya,
pabrik harus di dekat lokasi pekerjaan. Sebab, jika lokasinya
terlalu jauh biayanya akan membengkak.
Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah
membuat profil penampan jalan. Bentuknya harus crown,
yakni kemiringan 2% di tengah dan 4% di bahu jalan.
Bukan datar. Maksudnya, agar air bisa lancar mengalir ke
saluran drainase. “Sebab musuh utama jalan; adalah air,
air, dan air. Karena itu, keberadaan drainase sangatlah
penting,” ungkap Afandi.
Maka, tak mengherankan pada lokasi yang sering
terlanda banjir dan genangan, jaringan jalan lekas rusak
dan hancur. Solusinya biasanya dengan meninggikan
badan jalan dengan pembetonan dan memperbaiki
sistem drainasenya. Yaitu, dengan memperlebar-me-
merdalam saluran pembuangnya, seperti yang dilakukan
pada ruas jalan nasional Kaligawe – Semarang – Demak
dan ruas Pati – Rembang, Jateng.
Dalam perkembangannya, untuk mengatasi tanah
lembek, Bina Marga memanfaatkan teknologi system pile
slab dan modified cakar ayam pada tanah lembek/rawa.
Seperti pada segmen ruas jalan tol Sedyatmo menuju
Bandara Soekarno – Hatta.
Untuk menyiasati dan mengatasi kelangkaan aspal,
Ditjen Bina Marga menerapkan system recycling untuk
kegiatan pemeliharaan jalan. Sistem ini, seperti antara lain
dilakukan pada sebagian jalur Pantura Jawa, lebih efisien
bila dibanding menggunakan sistem konvensional. (cm)
baik. Sebab, lain tempat berbeda pula kondisi tanahnya.
Jalan pada Lintas Timur Sumatera (batas Jambi –
Palembang), misalnya, terdiri tanah lunak - tidak berjenis
ekspansif, yakni mudah mengembang dan susut seperti
pada ruas Ngawi – Caruban (Jatim) atau Semarang –
Grubug – Purwodadi (Jateng), atau juga berbeda dengan
jenis tanah lunak organik yang biasa dikenal dengan
tanah rawa atau gambut di Kalimantan
Hasil penelitian Puslitbang PU membuktikan, bahwa
kerusakan jalan beton akan semakin parah jika dasarnya
kurang kuat. Apalagi, kalau pengerjaannya tidak meng-
Jalan aspal harus dihindari dari musuh utamanya, yakni air
![Page 66: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/66.jpg)
66 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
Oleh: Hajar Suwantoro
Kondisi kawasan Kota Tua Jakarta saat ini sangat
memprihatinkan. Berbagai permasalahan yang
timbul di dalamnya, antara lain kemacetan, polusi
udara, polusi air dan sampah. Begitu juga kondisi
infrastruktur dan utilitas yang buruk, ditandai dengan
minimnya sarana-sarana pedestrian, masalah perparkiran,
hingga menurunnya kualitas lingkungan. Jika ditinjau dari
aspek kelembagaan, koordinasi antardinas pada pe-
merintah kota (yang terkait dengan kebijakan dan pro-
gram dalam penanganan kawasan Kota Tua Jakarta)
terlihat masih lemah.
Selain itu, banyak karya arsitektur dengan nilai
sejarah tinggi yang rusak, terbengkalai ataupun hancur.
Kini kawasan Kota Tua Jakarta telah mulai ditinggalkan
dan diabaikan. Banyak warga memilih pindah ke daerah
lain, tidak ingin berinteraksi dan beraktivitas di sana karena
merasa tidak mendapat jaminan keamanan, keselamatan
atau kenyamanan.
Meski begitu, kawasan Kota Tua Jakarta masih
menyisakan jejak struktur kota era kolonial serta arsitektur
bersejarah dengan nilai sejarah tinggi, sekaligus mewa-
riskan cerminan kisah sejarah, tata cara hidup dan budaya
masyarakat Jakarta di masa lalu. Pada masa lalu, Jakarta
Kota (Oud Batavia) adalah ibukota Batavia yang meru-
pakan pusat penting kegiatan ekonomi dan politik
Pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan buku harian
seorang prajurit tua Gedenkschrijften van een oud
koloniaal, Clockener Brousson mengungkapkan bahwa
Kota Tua Jakarta pernah mengalami masa kejayaan pada
masa pertengahan abad ke-17, sehingga sempat menda-
pat julukan sebagai Queen of the East.
Berbagai usaha pelestarian telah dilakukan, salah
satunya melalui pendekatan adaptive reuse pada
beberapa bangunan lama, yaitu Museum Fatahillah, Mu-
seum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan Café
Batavia. Usaha ini dimaksudkan untuk menghidupkan
Adaptive Reuse dan RevitalisasiKawasan Kota Tua Jakarta
Aktivitas warga di kawasan kota tua Jakarta
![Page 67: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/67.jpg)
67VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
kembali fungsi dan aktivitas ekonomi pada kawasan.
Secara fisik, usaha tersebut telah memperlihatkan
penampilan yang lebih baik dan mampu memperbaharui
fungsi bangunan dengan kegiatan perkantoran, restoran
dan pameran. Namun jika dilihat dari sisi lain, usaha ini
belum mampu menghidupkan kembali kehidupan
perkotaan seperti sebuah kawasan bisnis, hunian,
perkantoran, dan perdagangan, dengan segala
aktivitasnya yang dinamis.
Revitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis KawasanRevitalisasi Berbasis Kawasan
Dalam lingkup sebuah kawasan perkotaan, revitalisasi
harus melibatkan dua komponen pembaharuan, yaitu
pembaharuan fungsi fisik dan fungsi ekonomi. Kedua
komponen ini akan bersifat saling melengkapi, misalnya
revitalisasi fisik sebagai strategi jangka pendek, sedangkan
revitalisasi ekonomi sebagai strategi jangka panjang. Dalam
waktu relatif singkat, revitalisasi fisik dapat memberikan wajah
yang lebih atraktif, kemasan yang lebih menarik, dan dapat
menumbuhkan minat orang untuk datang. Sedangkan
untuk jangka panjang, revitalisasi ekonomi diperlukan karena
cara ini merupakan salah satu usaha yang cukup produktif
dalam mengelola aset private sehingga dapat menyediakan
subsidi bagi pengelolaan aset publik.
Dalam buku Revitalizing Historic Urban Quarters,
Steven Tiesdell dkk menyatakan bahwa, nilai ekonomi
sebuah kawasan harus dapat diciptakan dalam dua skala,
yaitu dalam tingkatan bangunan tunggal dan dalam
tingkatan bangunan secara kolektif di dalam sebuah
kawasan. Rehabilitasi atau konversi bangunan secara
individu tidak akan memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap pertambahan nilai ekonomi sebuah
kawasan karena bangunan-bangunan merupakan aset
yang saling terhubung antara satu dengan yang lain.
Kualitas, kondisi, perawatan dan pengelolaan dari properti
di lingkungan sekitarnya memiliki efek langsung terhadap
nilai bangunan. Nilai dari sebuah properti muncul dari
investasi yang telah dibuat oleh orang lain, misalnya
pembayar pajak, pemilik bangunan, pekerja, dan lain-lain.
Jika jalur pedestrian, jalan, drainase, pengolahan air bersih,
perlindungan keamanan, pekerjaan dan orang-orang
yang berkunjung ditiadakan, bagaimana nilai sebuah
bangunan? Secara virtual nilainya adalah nol, atau hampir
tidak memiliki nilai.
Adaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive ReuseAdaptive Reuse
Adaptive reuse adalah usaha untuk memberikan
fungsi baru pada sebuah bangunan di mana fungsi
Suasana di samping Museum Bank Mandiri, Kota Beos, Jakarta
![Page 68: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/68.jpg)
68 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
W a c a n aWacanaWacanaWacanaWacanaWacana
lamanya sudah tidak lagi produktif. Konsep ini seringkali
digambarkan sebagai proses yang secara struktural
bangunan dengan fungsi lama dikembangkan untuk
dapat mewadahi fungsi baru yang dapat meningkatkan
nilai ekonomi, demikian dinyatakan oleh Richard Austin
dalam bukunya Adaptive Reuse:Issues and Case Studies
in Building Preservation.
Pendekatan pelestarian melalui adaptive reuse
bukan sekedar mengembalikan tampilan fisik dan
signifikansi elemen-elemen arsitektur semata, melainkan
berusaha menghormati dan menghargai sejarah, arsi-
tektur serta struktur bangunan lama dengan memasukkan
fungsi baru yang lebih tepat. Dalam pelaksanaannya,
adaptive reuse sering menghadapi kendala yang berbeda,
misalnya adanya anggapan bahwa sesuatu yang baru
dianggap lebih baik. Para perencana yang tidak tanggap
akan menilai bahwa bangunan-bangunan tua adalah
penghalang bagi kemajuan aktivitas ekonomi.
Konsep adaptive reuse memiliki manfaat ekonomi
dan manfaat sosial. Manfaat ekonominya adalah, antara
lain, biaya konstruksi yang relatif lebih rendah, biaya
akuisisi lahan yang ringan, dan waktu konstruksi yang lebih
singkat (tergantung pada lingkup pekerjaannya), serta
mendukung strategi konservasi energi dan penghematan
sumber daya. Pendekatan ini juga menjadi salah satu faktor
pendorong proses pengembangan kawasan karena lebih
ekonomis jika membeli lahan yang sudah termasuk
bangunan, dibandingkan membeli lahan kosong dan
membuat bangunan baru. Manfaat sosial adaptive reuse
antara lain dapat menjembatani hubungan antara masa
lalu dan masa sekarang melalui revitalisasi kawasan.
Pendekatan revitalisasi pada suatu kawasan melalui
adaptive reuse mestinya dilaksanakan bukan hanya pada
satu atau beberapa bangunan saja, melainkan melibatkan
sebuah kawasan sebagai satu sistem yang saling terkait,
saling terhubung, saling mempengaruhi dan tersedia
fungsi-fungsi yang saling melengkapi. Agar mudah
diakses, maka diusahakan agar semua fungsi dan fasilitas
tersebut dapat saling berdekatan, terintegrasi, dan
memiliki sarana pedestrian yang baik. Konsep ini sangat
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan fungsi
campuran (mixed-use development).
Dalam skala besar (macro land use), pembangunan
mixed-use berorientasi kepada penataan blok-blok
bangunan yang berbeda fungsi dalam satu kawasan secara
horizontal, misalnya penempatan retail yang berdekatan
dengan kantor, hunian dengan kantor, atau hunian dengan
retail. Selain percampuran fungsi secara horizontal,
Pemandangan di salah satu sudut Kota Tua Jakarta
![Page 69: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/69.jpg)
69VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
pembangunan mixed-use juga membahas percampuran
fungsi secara vertikal dengan berbagai konfigurasi fungsi
dalam lingkup yang lebih kecil (micro land use).
Jika lantai dasar digunakan sebagai retail dan
komersial, maka fasade retail dan komersial yang
transparan dapat menciptakan suasana koridor yang
atraktif, menarik secara visual, sekaligus memperkuat
aktivitas pada skala pedestrian.
Belajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong PagarBelajar dari Tanjong Pagar
Kawasan Tanjong Pagar di Singapura pada awalnya
merupakan kawasan permukiman dan komersial yang
dihuni penduduk berkebangsaan Cina dan India. Sebagian
besar di antaranya berprofesi sebagai pekerja galangan
kapal serta kaum buruh di sekitar dermaga pelabuhan
kapal laut. Adanya keberagaman latar belakang ini
mengakibatkan berbagai persoalan sosial dan pence-
maran lingkungan. Hingga akhir abad ke-19, kawasan
Tanjong Pagar terus berkembang, meskipun terlanjur
dikenal sebagai kawasan yang marak akan kegiatan
peredaran opium dan prostitusi.
Kondisi tersebut mendorong pihak pemerintah
Singapura untuk segera menetapkan kawasan ini sebagai
kawasan yang dikonservasi pada akhir tahun 1980-an.
Pada pertengahan tahun 1990-an, Sekitar 200 unit rumah
toko telah direnovasi dengan pendekatan adaptive reuse,
dikembalikan ke kondisi semula dan disuntikkan fungsi-
fungsi baru. Hasilnya, kawasan Tanjong Pagar saat ini telah
berkembang menjadi salah satu fashionable district di Kota
Singapura yang hidup selama 24 jam. Selain berfungsi
sebagai hunian, beberapa bangunan juga menga-
komodasi fungsi-fungsi dan kegiatan yang atraktif, mulai
dari art and craft, perkantoran, hingga bar, kafe, dan
restoran. Kini kawasan Tanjong Pagar menjadi salah satu
kawasan yang kaya akan keragaman visual dan aktivitas
menarik. Pendekatan pelestarian dengan konsep adaptive
reuse bahkan telah berhasil merevitalisasi kembali way of
life dari masyarakat tradisional Cina pada kawasan ini, yaitu
berdagang. Suasana kehidupan perkotaan yang sempat
hilang kini telah dikembalikan, bahkan lebih baik dari
kondisi sebelumnya.
Keberhasilan upaya adaptive reuse ternyata tidak
hanya ditentukan oleh upaya dan strategi perbaikan fisik
kawasan dan bangunan-bangunan bersejarahnya saja.
Keberhasilan ini juga ditentukan oleh adanya strategi
penerapan aktivitas ekonomi yang lebih aktif, peranan
pemerintah sebagai pemegang kebijakan, serta kontribusi
swasta sebagai penggerak aktivitas ekonomi.
Terkait dengan kawasan Kota Tua Jakarta, pende-
katan pelestarian melalui adaptive reuse telah dilak-
sanakan pada beberapa bangunan bersejarah dengan
memperbaiki tampilan dan memperbaharui fungsinya.
Meskipun secara fisik terlihat baik, namun suasana
kehidupan perkotaan pada kawasan ini masih terlihat
kurang dinamis. Mestinya pendekatan pelestarian melalui
adaptive reuse yang akan dilaksanakan juga harus
mempertimbangkan adanya keragaman fungsi-fungsi,
misalnya menyuntikkan fungsi hunian pada fungsi
perdagangan dan perkantoran. Perlu juga dipertim-
bangkan penyediaan fungsi-fungsi hiburan dan sarana
ruang terbuka publik. Strategi ini dapat menumbuhkan
generator ekonomi baru pada kawasan karena mampu
memperpanjang rentang aktif fasilitas-fasilitasnya. Jika bisa
dilakukan, tentu ini dapat menarik minat warga untuk
tinggal, berinteraksi dan beraktivitas, sehingga dinamika
kehidupan perkotaan yang sempat redup di kawasan Kota
Tua Jakarta dapat dihidupkan kembali. Penulis adalahPenulis adalahPenulis adalahPenulis adalahPenulis adalah
mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,mahasiswa Magister Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITBPerencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
Wajah baru area kota tua di Tanjong Pagar, Singapura
![Page 70: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/70.jpg)
70 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
A r s i t e k t u rArsitekturArsitekturArsitekturArsitekturArsitektur
Teks dan foto: Taufan Madiasworo*)
Agar manusia dapat beraktivitas dan menghuni
bangunan dengan nyaman, terhindar dari
teriknya sengatan matahari, guyuran hujan,
hembusan angin yang keras dan suhu yang terlalu tinggi,
rancangan bangunan harus mempertimbangkan iklim.
Dalam hal ini iklim tropis. Bangunan di sini berfungsi
sebagai alat modifikasi iklim.
Terlebih kita hidup di Indonesia, sebuah negara
kepulauan yang berada pada sabuk tropis dengan ciri-
cirinya, antara lain: kelembaban udara yang relatif tinggi
(di atas 90%), curah hujan tinggi, temperatur rata-rata
tahunan di atas 180C (umumnya antara 230 C hingga 380
C) dan aliran udara yang lambat, sehingga faktor iklim
merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan
dalam perancangan bangunan.
Saat ini jika kita cermati, banyak karya arsitektur yang
dirancang cenderung mengutamakan style serta fungsi
dan efisiensi. Style rumah di luar negeri seperti mediterania,
minimalis ataupun modern seringkali diadopsi dan
diterapkan apa adanya pada perancangan bangunan
tanpa disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Sebagai
contoh, bangunan bertingkat tinggi bergaya internasional
(international style) dengan bentuk kotak serta fasade
bangunannya yang diselubungi kaca. Selanjutnya, apakah
karya-karya arsitektur tersebut di atas dapat disebut
sebagai arsitektur tropis?
Karya-karya arsitektur tersebut sebenarnya meru-
pakan karya arsitektur tropis, karena karya arsitektur
tersebut berada di wilayah tropis dan kemampuannya
dalam mengadaptasi iklim tropis setempat sehingga
Rancang Bangun Arsitektur Tropis
Penggunaan bidang transparan yang menyelubungi eksterior bangunan mampu mereduksi sinar matahari, mengurangi efek silau (glare) pada bangunanserta menurunkan suhu dalam ruangan
![Page 71: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/71.jpg)
71VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
manusia yang berada dalam bangunan tetap merasa
nyaman beraktivitas, walaupun hampir sebagian besar
karya arsitektur tersebut dirancang dengan cara yang
kurang hemat energi, seperti penggunaan material kaca
pada eksterior bangunan yang cenderung meningkatkan
secara maksimal penggunaan pendingin ruangan,
menimbulkan efek silau (glare) dan meningkatkan iklim
mikro setempat.
Selama karya arsitektur yang dibangun dapat
mengatasi problematika yang ditimbulkan oleh iklim
tropis, seperti panas matahari, suhu tinggi, hujan dan
kelembaban tinggi, serta selama manusia yang berada di
dalam bangunan tersebut merasa nyaman beraktivitas,
maka sebenarnya karya arsitektur tersebut dapat disebut
sebagai karya arsitektur yang adaptif terhadap iklim tropis.
Bentuk arsitektur tradisional yang menggunakan
tritisan atau kanopi lebar serta penggunaan bahan
bangunan lokal sebenarnya lebih merupakan respons
masyarakat tradsional terhadap iklim tropis. Hal ini dapat
dipahami karena masyarakat tradisional sangat meng-
hormati iklim. Jadi, sebenarnya masalah style ataupun
langgam arsitektur yang digunakan tidak berhubungan
dengan arsitektur tropis itu sendiri. Bisa saja karya arsitektur
itu bergaya tradisional, modern, postmodern, neoclassic,
minimalis, dekonstruksi, kontemporer, vernacular, high
technology dan sebagainya. Arsitektur tropis cenderung
dilihat sebagai hasil dari suatu pendekatan perancangan
arsitektur yang berbasis iklim.
Iklim merupakan faktor penting dalam perencanaan
dan perancangan bangunan. Bangunan yang didirikan
pada daerah yang beriklim tropis dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: (1) Orientasi terhadap garis
edar matahari; (2) Radiasi matahari; 3) Kelembaban udara;
4) Gerakan angin; 5) Curah hujan; 6) Topografi; 7)
Vegetasi. Tingkat responsivitas bangunan dalam meng-
antisipasi pengaruh iklim tropis lembab menunjukkan
kemampuan bangunan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Ketika kita melakukan perancangan bangunan,
faktor iklim merupakan tuntutan dasar yang menjadi
pertimbangan penting di manapun karya arsitektur
tersebut dibangun. Di negara-negara Eropa yang beriklim
subtropis seperti Belanda, penggunaan elemen bangunan
seperti overhang atau tritisan tidak terlalu dibutuhkan. Lain
halnya dengan di Indonesia, bangunan sebaiknya
menggunakan tritisan yang berfungsi sebagai pematah
sinar matahari dan berfungsi untuk menghindari tempias
hujan. Begitu juga dengan pemanfaatan kolong atap
Problem iklim tropis direduksi dengan penggunaan kanopi serta vegetasipada bangunan Wisma Dharmala-Jakarta
Koridor atau selasar di sekeliling bangunan Gedung Arsip Nasional-Jakarta berfungsi sebagai bantalan udara yang mampu mereduksi panaske dalam bangunan serta untuk menghindari tempias hujan
![Page 72: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/72.jpg)
72 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
sebagai ruang tambahan pada bangunan-bangunan di
negara yang beriklim subtropis yang kemudian diadopsi
sebagai ruang kolong atap di Indonesia. Yang terakhir ini
sebenarnya tidak tepat, karena yang semestinya ruang
bawah atap dimanfaatkan sebagai bantalan udara untuk
mereduksi panas yang masuk ke dalam bangunan.
Perancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur TropisPerancangan Arsitektur Tropis
Untuk mengatasi problematik iklim tropis dan
memanfaatkan secara optimal potensi iklim tropis,
beberapa strategi berikut dapat dilakukan dalam peran-
cangan bangunan, antara lain:
1. Pemanfaatan semaksimal mungkin pencahayaan
alami dengan mempertimbangkan orientasi bangunan
terhadap sudut jatuh sinar matahari.
2. Pemanfaatan material bangunan yang ramah
lingkungan dan menyerap panas serta upaya penerapan
green design pada bangunan.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan yang memanfaatkan sumber energi ter-
barukan seperti tenaga surya dan angin yang sangat
berlimpah.
4. Penggunaan koridor atau selasar di sekeliling
bangunan, yang berfungsi sebagai buffer zone atau
bantalan udara sehingga mampu mereduksi panas ke
dalam bangunan serta untuk menghindari tempias hujan.
5. Penggunaan overhang/tritisan yang lebar pada
bangunan, yang tidak hanya sebagai elemen estetis
bangunan namun berfungsi untuk mematahkan sinar
matahari, menghasilkan efek pembayangan serta
menghindari tempias hujan.
6. Memberikan bukaan-bukaan yang lebar pada
bangunan. Bukaan ini dapat berupa jendela ataupun
lubang ventilasi. Cara terbaik dari penempatan sistem
bukaan ini adalah dengan ventilasi silang (cross ventila-
tion) dan ventilasi atap (roof ventilation), yang memung-
kinkan aliran udara dapat berjalan lancar. Angin dan
pengudaraan ruangan secara terus-menerus akan
menyejukkan suhu ruangan.
7. Penggunaan bidang transparan pada bagian
eksterior bangunan untuk mereduksi panas, mengurangi
efek silau (glare), menurunkan suhu dalam ruangan.
Pengolahan secara optimal bidang transparan ini, selain
berfungsi sebagai elemen estetis bangunan namun dapat
memberi citra (image) dan karakter khusus pada ba-
ngunan.
8. Rancangan konstruksi atap yang mampu melin-
dungi manusia terhadap cuaca, seperti : penggunaan atap
yang tinggi, atap yang dilindungi dengan konstruksi
pelindung (baik vegetasi ataupun kisi-kisi), menghijaukan
atap (greening the top), atap dengan kolam air (roof
pond).
9. Penggunaan koridor dengan penutup atap antar
bangunan untuk melindungi aktivitas dan sirkulasi
manusia agar tetap dapat berjalan, baik ketika hujan
ataupun panas terik.
10.Menempatkan tanaman pada pot yang dile-
takkan dekat jendela atau balkon, , , , , cara ini dapat mereduksi
panas dan silau yang masuk ke dalam bangunan serta
menurunkan temperatur udara dalam ruangan. Secara
psikologis, vegetasi memberikan efek yang menyegarkan.
Berangkat dari pemahaman tentang arsitektur tropis
di bagian awal tulisan ini, pemecahan perancangan
arsitekur tropis menjadi sangat terbuka, sehingga bentuk
arsitektur tropis akan sangat beragam. Memang, arsitektur
tropis selama ini tidak pernah menjadi suatu style atau
langgam tersendiri dalam ranah arsitektur, namun
pendekatan perancangan arsitektur yang sangat adapatif
dalam mengatasi problematik dan memanfaatkan secara
optimal potensi iklim tropis menjadikan karya arsitektur
yang dihasilkan merupakan karya yang adaptif terhadap
iklim tropis (tropical friendly architecture).
Masih banyak cara lain untuk menghemat energi,
namun yang pasti potensi iklim tropis, seperti limpahan
cahaya alam yang bersumber dari matahari harus kita
manfaatkan semaksimal mungkin.
*) Kepala Seksi Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan Wilayah II
Ditjen Penataan Ruang-Dep.PU
Banyak bangunan bergaya modern di Jakarta kurang optimal mengadap-tasi potensi iklim tropis dalam perancangannya, dan desainnya yangkurang mengadaptasi unsur budaya lokal
A r s i t e k t u rArsitekturArsitekturArsitekturArsitekturArsitektur
![Page 73: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/73.jpg)
73VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
InfoInfoInfoInfoInfo Buku Buku Buku Buku BukuI n f o B u k u
Anda pernah menjumpai bangunan yang belum
satu tahun berdiri namun dindingnya
mengalami retak-retak, bahkan roboh? Atau,
keberadaan bangunan gedung milik negara justru
mengganggu lingkungan sekitar atau berdiri di lokasi yang
melanggar peruntukan lahan? Di masa lalu, hal semacam
itu mungkin saja bisa terjadi.
Tapi, kini pengalaman serupa tak perlu terjadi,
apalagi bila kontraktor atau pelaksana pembangunan
bangunan gedung milik negara itu berpedoman kepada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/
M2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Ba-
ngunan Gedung Negara. Peraturan Menteri ini memang
diterbitkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para
penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan
bangunan gedung negara.
Pedoman teknis tersebut memang untuk menjamin
agar bangunan gedung negara sesuai dengan fungsinya,
memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenya-
manan,kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber
daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan
diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.Tak hanya
itu, sebagai acuan teknis detail, Permen ini juga mengatur
tentang besaran pembiayaan pembangunan sesuai
klasifikasinya secara detail, sehingga mengurangi
kemungkinan orang melakukan tindak korupsi.
Peraturan Menteri ini menggantikan peraturan
sebelumnya, Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah (Departemen PU zaman pemerintahan
Presiden Megawati) No. 332/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, yang
dianggap tidak lagi memadai.
Permen Nomor 45/PRT/M2007 itu tersusun dalam
sistematika sebagai berikut: Bab I Ketentuan Umum, yang
memberikan gambaran umum yang meliputi pengertian,
azas bangunan gedung negara, maksud dan tujuan serta
lingkup materi pedoman.
Bab II Pengaturan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, mendeskripsikan tentang persyaratan bangunan
gedung negara, meliputi ketentuan tentang klasifikasi
bangunan gedung negara, tipe rumah negara, standar luas
bangunan gedung negara, persyaratan administratif, dan
persyaratan teknis bangunan gedung negara
Bab III Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara. Bab ini mengetengahkan tentang ketentuan
tentang persiapan, perencanaan konstruksi, dan pelak-
sanaan konstruksi.
Bab IV Pembiayaan Pembangunan Bangunan Ge-
Permen untukBangunan GedungNegaradung Negara. Bab ini memberikan paparan tentang
ketentuan umum, standar harga satuan tertinggi, komponen
biaya pembangunan, pembiayaan bangunan/ komponen
bangunan tertentu, biaya pekerjaan non standar, dan
prosentase komponen pekerjaan bangunan gedung negara.
Bab V Tata Cara Pembangunan Bangunan Gedung
Negara. Bab ini berisi tentang ketentuan tentang
penyelenggaraan pembangunan bangtunan gedung
negara, organisasi dan tata laksana, penyelenggaraan
pembangunan tertentu, pemeliharaan/ perawatan
bangunan gedung negara, serta pembinaan dan pe-
ngawasan teknis.
Bab VI Pendaftaran Bangunan Gedung Negara. Bab
ini menulis tentang tujuan, sasaran dan metode pen-
daftaran, pelaksanaan pendaftaran, dan dokumen
pendaftaran bangunan gedung negara.
Bab VII Pembinaan dan Pengawasan Teknis.
Bab VII Penutup, yang berisikan tentang penjelasan
yang menguraikan apabila terjadi persoalan atau
penyimpanan dalam penerapan pedoman teknis pem-
bangunan bangunan gedung negara, serta petunjuk
untuk konsultasi.
Penerbit:Penerbit:Penerbit:Penerbit:Penerbit: Departemen PU Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit:Tahun terbit: 2007 Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan:Tanggal ditetapkan: 27/12/2007 Tebal:Tebal:Tebal:Tebal:Tebal: 174 hal.
![Page 74: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/74.jpg)
74 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
R e n u n g a n J a u h a r iRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan JauhariRenungan Jauhari
D e omnibus dubitandum! “Segala sesuatu harus
diragukan,” ujar Rene Descrates. Segala yang
ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan
sesuatu, bahkan juga Hamlet si peragu, yang berseru
kepada Ophelia, kekasihnya:
Ragukan bahwa bintang-bintang itu api;
Ragukan bahwa matahari itu bergerak;
Ragukan bahwa kebenaran itu dusta;
Tapi jangan ragukan cintaku padamu.
Sebaliknya, kebenaran adalah pernyataan tanpa
ragu!
Dalam sebuah bukunya Jujun S. Suriasumantri
menyampaikan kisah berikut ini yang bercerita tentang
sebuah pertemuan ilmiah tingkat “tinggi”, di mana seorang
ilmuwan berbicara panjang lebar tentang suatu
penemuan ilmiah dalam risetnya. Setelah berjam-jam dia
bicara maka dia pun menyeka keringatnya dan bertanya
kepada hadirin: “Adakah kiranya yang belum jelas?” Salah
seorang bangkit dan seperti seorang yang pekak
memasang kedua belah tangan di samping kupingnya:
“Apa?” (rupanya sejak tadi dia tak mendengar apa-apa).
Memang, orang itu sejak tadi “tidak mendengar apa-
apa” sebab “tidak tertarik untuk mendengar apa-apa”
sebab “tidak ada apa-apa yang berharga untuk didengar”.
Orang nyentrik itu baru mau mendengar dan tidak
meragukan, dan oleh karena itu pada akhirnya ia akan
mengakuinya sebagai sebuah kebenaran, pendapat yang
bersifat ilmiah sekiranya pendapat itu dikemukakan lewat
cara, proses, dan prosedur ilmiah. Biarpun seorang
pembicara mengutip pendapat sekian pemenang hadiah
Nobel, mengemukakan sekian fakta yang aktual, namun
bila bagi dia tidak jelas mana yang masalah, yang mana
yang hipotesis, yang mana kerangka pemikiran, yang
mana kesimpulan, yang keseluruhannya terkait dan
tersusun dalam penalaran ilmiah, maka bagi dia semua
itu hanyalah sekadar GIGO (maksudnya masuk ke telinga
kiri sampah, dan keluar dari telinga kanan juga masih tetap
sampah).
“Masalah utama dengan disertasi Saudara, kata
seorang penguji kepada seorang promovendus, “ialah
bahwa Saudara berlaku sebagai seorang pemborong
bahan bangunan dan bukan arsitek yang membangun
rumah. Memang batanya banyak sekali, bertumpuk di
sana sini, namun tidak merupakan dinding; kayunya
menumpuk sekian meter kubik, namun tidak merupakan
atap. Sebagai ilmuwan Saudara harus membangun
kerangka dengan bahan-bahan tersebut, kerangka
pemikiran yang orisinal dan meyakinkan, disemen oleh
penalaran dan pembuktian yang tidak meragukan……”
Masalah teknologi, khususnya konstruksi,
sebenarnya dapat dilihat sebagai masalah yang sangat
sederhana, namun dapat juga dipandang sebagai
masalah yang sangat rumit karena terkait dengan
berbagai aspek, seperti sosial, ekonomi, kelembagaan,
dana, bisnis, hukum, budaya, sumberdaya manusia, dan
bahkan terkadang bisa juga berkait dengan masalah
politik. Bagi seorang ahli teknik konstruksi profesional,
katakanlah insinyur, masalah konstruksi ini akan semata
dipandang sebagai masalah teknis konstruksi semata, tidak
lebih, dan bidang tersebut sepatutnya memang sangat
dikuasai olehnya sebagai seorang profesional di bidang
ini. Akan tetapi masalahnya akan menjadi sangat lain
apabila kita berbicara tentang konstruksi dengan seorang
pejabat, pengusaha, praktisi, pengembang, politisi, ahli
hukum, ahli kelembagaan, ketua asosiasi profesi ataupun
jasa bidang teknik, ahli pemasaran, bankers, ekonom,
bahkan seorang sosiolog atau pun budayawan.
Di tangan mereka, dan kita pun sepakat bahwa
memang begitulah seharusnya, permasalahan konstruksi
nasional saat ini bukanlah merupakan masalah yang bisa
dilihat hanya sebagai masalah konstruksi semata. Masalah
konstruksi nasional saat ini adalah sebuah masalah yang
cukup kompleks dan rumit sekali sifatnya. Permasalahan
konstruksi harus dilihat sebagai masalah bagaimana
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pelaku
konstruksi nasional, bagaimana menumbuhkembangkan
kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pelaku
konstruksi nasional dalam menghasilkan produk-produk
infrastruktur, bagaimana membuka jaringan bisnis dan
meningkatkan kreativitas antara manufaktur, pemasok,
dan profesional pembangunan dari dalam dan luar negeri
untuk bertukar pengetahuan teknologi terbaru dan
peluang usaha di bidang konstruksi.
Di samping itu, dunia konstruksi nasional saat ini
harus pula dilihat dalam konteks bagaimana
mempromosikan perkembangan teknologi industri
konstruksi, bagaimana caranya membangun aliansi serta
jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar,
Profesionalisme
![Page 75: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/75.jpg)
75VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
bagaimana menampilkan eksistensi dan kemampuan
usaha jasa dan industri konstruksi yang profesional, kokoh,
handal, efisien dan berdaya saing di pasar nasional, re-
gional, maupun internasional, bagaimana meningkatkan
potensi sumberdaya manusia jasa konstruksi secara
maksimal agar menjadi lebih profesional, terampil dan
berdaya saing tinggi, dan lain sebagainya. Dengan
perkataan lain, intinya adalah: profesionalisme.
Lalu, jika memang demikian halnya, saat ini kira-kira
bagaimana gambaran kondisi dan perkembangan
konstruksi nasional dengan berbagai permasalahan dan
kerumitannya tersebut? Apakah para pelaku konstruksi
nasional kita sudah benar-benar bertindak profesional di
bidangnya, telah siap menghadapi persaingan regional
dan bahkan global, dsb? Atau mungkin masih sangat
banyak pelaku konstruksi kita yang bersikap, berperilaku,
dan berbicara sebagaimana layaknya seorang ilmuwan
dan bahkan filsuf seperti digambarkan di atas, yang
pembicaraan, ide-ide, ataupun inovasi yang menurut
pendapatnya merupakan ide, inovasi, atau bahkan
penemuan baru yang spektakuler tetapi tidak pernah
diambil perduli atau bahkan didengar pun tidak, apalagi
dipercaya, oleh orang-orang di sekelilingnya karena tidak
jelasnya ujung pangkal dari pembicaraannya? Yang hanya
berbicara untuk sekedar berbicara dan menunjukkan
eksistensi serta kedigdayaan atau kehebatannya semata?
Apakah pelaku dan perilaku pelaku konstruksi seperti itu
yang dibutuhkan oleh negara kita saat ini?
Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi.
Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan telah
berkembang lebih dari 650 ranting disiplin keilmuan.
Pembedaan yang makin terperinci ini tentunya
menimbulkan keahlian dan profesionalisme yang makin
spesifik pula.
Cerita berikut ini, yang dikutip dari buku Jujun S.
Suriasoemantri yang berjudul “Pengantar Ilmu Filsafat”,
mungkin dapat menggambarkan dengan sangat tepat
bagaimana kiranya kita telah tiba pada zaman keahlian
dan profesionalisme yang semakin spesifik tersebut.
“Saya adalah Doktor Polan, ahli burung betet betina,”
demikian dalam abad spesialisasi ini seseorang
memperkenalkan dirinya. Jadi tidak lagi sekedar ahli
zoologi, atau ahli burung, bukan juga ahli betet, melainkan
khas betet betina.
“Ceritakan, Dok, bagaimana membedakan burung
betet betina dan burung betet jantan!”
“Burung betet jantan makan cacing betina
sedangkan burung betet betina makan cacing jantan.......”
“Bagaimana membedakan cacing jantan dengan
cacing betina?”
“Wah, itu di luar profesi dan keahlian saya. Saudara
harus bertanya kepada seorang ahli cacing.”
Kemudian, di dalam buku tersebut juga dapat kita
baca sebuah anekdot berikut yang sangat menarik. Taufik
Ismail dalam pembacaan sebuah puisinya di Taman Ismail
Marzuki pada awal tahun 1980 menyampaikan anekdot
berikut ini: “Penalaran otak orang itu luar biasa, demikian
kesimpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya, “namun
mereka itu curang dan serakah. Sedangkan sebodoh-
bodohnya umat kerbau, kita tidak curang dan serakah.”
Pernyataan yang lugu ini, namun benar dan mengena,
sungguh menggelitik nurani kita. Benarkah bahwa makin
cerdas, maka makin pandai pula kita menemukan
kebenaran? Benarkah bahwa makin benar, maka makin
baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang
mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab
moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah malah
sebaliknya: makin cerdas, makin pandai pula kita berdusta?
Dalam konteks kekinian dikaitkan dengan pelaku
dan perilaku dari para pelaku konstruksi nasional,
kelihatannya kisah-kisah dan catatan di atas perlu kita
cermati dan renungkan bersama, bahwa: “Untuk menjadi
seorang ilmuwan, ahli ataupun pelaku konstruksi yang
pendapat-pendapat, ide, ataupun inovasi-inovasinya
didengar dan diacu, serta sebagai sumber inspirasi bagi
banyak kalangan, dan agar apa yang dimiliki tersebut
dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya
kemaslahatan umat, maka cerdas saja ternyata tidaklah
cukup.
Yang dibutuhkan oleh negara kita saat ini adalah
pelaku konstruksi yang selain cerdas, juga jujur,
profesional, selalu bertindak dalam koridor kebenaran
tanpa ragu, mempunyai penalaran tinggi, berbudi dan
bermoral tinggi, tidak curang dan tidak serakah, dan yang
paling penting adalah mampu mengkomunikasikan ide,
ilmu, inovasi dan informasi yang melatarbelakangi ide,
ilmu, dan inovasi tersebut kepada semua orang dengan
bahasa yang jelas sehingga mudah dimengerti, dicerna
dan diaplikasikan ke dalam bentuk karya-karya nyata bagi
kepentingan masyarakat dan bangsa. Nah, kalau ilmuwan
dan pelaku konstruksi nasional kita sudah bersikap,
berlaku, dan berperilaku seperti itu, maka hal itu berarti
bahwa mereka telah siap untuk bersaing di arena nasional,
regional dan bahkan internasional. Tidak mudah,
memang, menjadi seperti gambaran ideal tersebut, namun
secara perlahan tetapi pasti kita harus yakin bahwa kita
sedang menuju ke arah sana!
Jakarta, Desember 2008
SBA
![Page 76: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/76.jpg)
76 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Mereka memangpenyelam. Tapi bukanpenyelam yang biasa
menyelam hingga ke dasar laut.Mereka adalah tim penyelamPDAM Kota Cirebon, yangsecara rutin menyelam kesumur pengumpul dari 24sumur horisontal yang ada disumber mata air Paniis, dikawasan Gunung Ciremai.Sumber mata air Paniis
PenyelamPaniis
Galeri FotoGaleri FotoGaleri FotoGaleri FotoGaleri Foto
Teks dan foto oleh: Kalipaksi
![Page 77: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/77.jpg)
77VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
merupakan sumber air baku PDAMKota Cirebon.
Para penyelam ini secararutin membersihkan sumurhorisontal tersebut agar bebas darisedimen-sedimen yang bisamengakibatkan gangguan dalamproses penyaluran air baku.
Sumur ini terletak sekitar 50meter dari sumber air lama. Sumurberdiameter 4 meter ini memilikikedalaman sekitar 7 meter.Menurut para penyelam di sumuritu, tekanan air dalam jauh lebihbesar ketimbang menyelam didalam laut. Tak heran, jikabeberapa di antara para penyelamPaniis menderita gangguanpendengaran. Ya, itulah resiko darisebuah profesi. .
![Page 78: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/78.jpg)
78 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Sel inganSel inganSel inganSel inganSel ingan S e l i n g a n
Tema Hari Habitat tahun 2008 adalah ‘Harmonious
Cities’ atau kota yang harmonis. Suatu kota yang
harmonis berarti di sana ada hubungan yang baik
tidak hanya antarwarganya, tetapi juga antara manusia dan
lingkungannya. Kenyamanan hidup adalah hal niscaya bagi
sebuah kota yang harmonis. Nah, salah satu elemen
perkotaan yang membuat warganya merasa nyaman
adalah tersedianya taman yang tak hanya ditumbuhi
pohon-pohon peneduh tetapi juga ragam bunga yang bisa
membuat suasana menjadi asri dan indah.
Pemandangan seperti itu bisa dijumpai di Istanbul,
Turki. Istanbul, kota yang letaknya strategis di Selat
Bosporus yang memisahkan Benua Eropa dari Benua Asia
itu, memang menaruh perhatian besar terhadap kebe-
radaan taman-taman kota. Puncak dari adrenalin Istanbul,
kota terbesar di Turki dengan jumlah penduduk 13 juta
jiwa itu, akan taman, terjadi pada tiap awal bulan April.
Kemeriahan taman-taman kota di Istanbul ketika itu
Istanbul,Kota Berjuta TulipTeks dan foto oleh: Liesniari
![Page 79: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/79.jpg)
79VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
sungguh menakjubkan. Apa lagi jika bukan lantaran
Istanbul tengah berselimut bunga-bunga tulip. Benar, di
banyak area terbuka di tengah kota terdapat beraneka
macam tulip, mulai dari warna putih, merah, hingga hitam.
Perhatian orang lebih banyak terfokus ke bunga-bunga
cantik itu ketimbang tertuju ke arah keelokan khas Istanbul
yang lain, yakni kontur yang berbukit, yang semakin
rendah ke arah timur, yang di sana-sini
berdiri bangunan-bangunan khas
mediterania.
Tiap bulan April sejak tahun
2006, Pemerintah Kota Istanbul men-
canangkan festival tulip. Tidak kurang
dari 3 juta tulip ditanam pada tiap-tiap
taman kota di sepanjang jalan. Bah-
kan, bunga-bunga tulip juga bisa
dijumpai di setiap lahan terbuka di
sudut-sudut kota. Berlatar belakang
bangunan-bangunan lawas di sana-
sini, hilir mudik orang berjalan, atau kehijauan di mana-
mana, tulip-tulip itu tampak menawan. Tulip-tulip itu
telah menggenapkan daya pikat Istanbul. Bunga yang
dikenal kebanyakan orang berasal dari Negeri Belanda
itu sebenarnya bunga asli negeri ini, Turki, ribuan abad
yang lalu.
Walau hanya bermekaran dalam waktu beberapa
pekan, tulip-tulip itu mampu menyihir warga kota untuk
menikmati keindahannya. Ketika itu, Istanbul tengah
dikunjungi banyak Turis manca negara yang ingin turut
menikmati festival tulip itu, apalagi cuaca di bulan April
menyuguhi langit biru nan cerah dan suhu yang tak begitu
panas. Jadilah pesta tulip di Istanbul itu menampakkan
kesempurnaannya.
Bisakah semangat di balik penampilan Istanbul dengan
tulip-tulip elok itu itu kita hidupkan di kota-kota di Tanah Air?
Apa yang bisa kita pelajari dari kota yang memiliki benda-
benda peninggalan Bezantium di zaman Yunani kuno dan
Ottoman di era Kerajaan Turki Usmani itu?
Pertama, bagaimana Istanbul mulai membenahi
kotanya dengan mempercantik taman kotanya yang
ditumbuhi jutaan tulip. Manfaatnya tak
hanya bagi warga kotanya, tapi juga
mampu menarik wisatawan asing
untuk berkunjung ke Istanbul.
Kedua, kini, tulip telah menjadi
identitas Kota Istanbul dan menjadi
simbol khas kota seribu kafe itu, selain
bangunan fisik seperti Blue Mosque
dan Hagia Sophia. Tulip bukan sekadar
bunga, yang kelihatan sepele, namun
mampu menarik perhatian dunia
untuk mengunjungi bekas Ibukota
Kerajaan Romawi Timur itu.
Ketiga, bagaimana Istanbul mengemas tulip itu
menjadi suatu festival bunga yang dilihat oleh jutaan or-
ang dari berbagai penjuru dunia dunia. Memang, Indo-
nesia telah memiliki festival bunga Kota Tomohon di
Sulawesi Utara, yang sukses menyedot sekitar 20.000
wisatawan lokal dan mancanegara. Namun, punyakah
Kota Jakarta, misalnya, sebuah festival bunga yang
dikunjungi oleh wisatawan manca negara?
Keempat, ruang terbuka benar-benar dimanfaatkan
Pemerintah Kota Istanbul untuk “berinvestasi” bunga tu-
lip, bandingkan dengan Kota Jakarta di mana untuk
mencari ruang terbuka saja sangat susah. Andai saja ini
sebuah impian.
Tidak kurang dari 3 jutatulip ditanam pada tiap-
tiap taman kota disepanjang jalan.
Bahkan, bunga-bungatulip juga bisa dijumpaidi setiap lahan terbuka
di sudut-sudut kota.
Serumpun bunga tulip warna merah jambu ditaman di bawah pohon ditepi lapangan rumput di tengah Kota Istanbul
Gugusan bunga tulip merah di pinggir area pejalan kaki di Kota Istanbul
![Page 80: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/80.jpg)
80 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
Lola Amaria:
Benahi Jakarta Sekarang,Atau TenggelamBersama-sama
“Tak nyaman”
“Kenapa?”
“Kota ini tak lagi memiliki area
publik yang menghijau, yang memang
memberikan kita leluasa dalam ber-
aktivitas. Memarkir kendaraan tak aman
dan nyaman”
“Kok, bisa begitu?”
“Kota ini telah merampas hak publik.“
“Itu tanggung jawab siapa?”
“Elite lah. Siapa yang meloloskan izin
Plaza Semanggi? Siapa yang menanda
tangani persetujuan pendirian mal di
mana-mana? Kenapa masyarakat yang
harus dikorbankan?”
Demikian petikan obrolan Ayus dari
KIPRAH dengan aktris cantik Lola Amaria
(29) tentang tata ruang kota Jakarta.
Dibanding dengan Bangkok atau Kuala-
lumpur, kata Lola, Jakarta terkesan jorok.
Soal keberadaan mal, gadis blasteran
Sunda Palembang ini tak mampu me-
nutupi rasa gemasnya. “Kenapa sih orang
suka membangun demikian banyak mal?
Itu tidak efektif dalam memanfaatkan
ruang kota. Sampai-sampai Plaza Se-
manggi harus berdiri di kawasan hijau Ja-
karta. Keberadaan pusat perbelanjaan ini
kan membuat jalur padat itu kian macet,”
tutur pemeran Ca Bau Kan itu. “Elite
pemerintah dan oknum pejabat harus
bertanggung jawab tuh,” tambah Lola
tanpa tedeng aling-aling.
Tentang keberadaan bangunan
yang mendominasi pengembangan kota
Jakarta, bintang iklan sejumlah produk itu
punya imajinasi menarik. “Andai ada
teropong yang bisa melihat tanah di
bawah Jakarta, aku akan menyaksikan
beton-beton raksasa dan kabel-kabel
yang memenuhi lapisan tanah yang tak
lagi berair. Bagaimana ini bukan sebuah
bencana?” kata Lola berfilsafat.
Ia membandingkan kenyamanan
kota di sejumlah kota di luar negeri. “Di
J e n d e l aJendelaJendelaJendelaJendelaJendela
![Page 81: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/81.jpg)
81VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
sana tak ada mal, yang ada ya toko-
toko di pinggir jalan pada suatu
kawasan, seperti di Pasar Baru,” kata
pemenang wajah Pemina 1997 itu.
Pasar Baru? Ya, kawasan ini
memang salah satu tempat favorit
pengagum Jodi Foster ini. Lola sering
berkunjung ke sana, baik untuk
sekadar jalan-jalan melepas rasa
penat, atau untuk membeli sesuatu.
Kenapa ke sana? “Ya, unik saja. Saya
suka sekali panorama di sekitar Pasar
Baru,” aku Lola.
Kini saatnya bagi Jakarta, dan
kota-kota lain di Indonesia untuk
berbenah. Demikian Lola membe-
rikan solusi. “Kalau Jakarta ingin
berubah, mulai program menata
lingkungan, batasi kepemilikan mobil
pribadi, tegakkan peraturan, dan
laksanakan program KB,” ujar Lola.
Kenapa KB? “Ya, semacam ke-
luarga berencana: tak lagi bangun-
bangun gedung yang tanpa peren-
canaan jelas, jangan miliki mobil pribadi
lagi, dan seterusnya,” jelas Lola yang
kini tengah menyiapkan film Rhapsody
in Victoria Park, kisah tentang kehi-
dupan TKW di Hongkong itu.
Sebagai wahana bersama, Ja-
karta semestinya didesain untuk
memberikan keharmonisan hidup
warganya. Lola merindukan fasilitas-
fasilitas publik seperti transportasi
publik yang nyaman dan aman, atau
ruang terbuka seperti taman kota.
Bila perlu, saran Lola, bangun lebih
banyak lagi taman, karena Monas,
Taman Suropati, Taman Kodok, Ta-
man Lembang, dan lain-lain, sebagai
ruang ekspresi warga, telah bergeser
fungsinya.
Kesadaran bersama untuk mem-
benahi Jakarta sangat diperlukan.
“Kesadaran itu harus dimulai dari hal-
hal kecil. Misalnya, benahi saluran
drainasenya, bersihkan sungai-sungai-
nya, juga persampahan, dan sete-
rusnya. Tak hanya pemerintah, semua
warga harus terlibat,” usul Lola serius.
“Sekarang kita mulai, sepuluh tahun ke
depan baru ada hasilnya. Kalau tidak,
kita tenggelam bersama-sama,” simpul
perempuan yang lebih suka tampil
feminin itu.
Tak hanya berhenti di mulut. Lola
ingin buktikan hidup dalam sebuah
habitat yang sehat. Tahun depan, saat
ia menempati rumah barunya, ia akan
hidup di lingkungan yang di seke-
lilingnya penuh dengan rumput meng-
hijau, aneka jenis tanaman bunga.
“Saat ini, di rumah kontrakan saya
hanya ada sebuah pohon rambutan,
lainnya sejumlah tanaman hias dan
dapur hidup di pot,” aku gadis emoh
main sinetron itu. .(ayus)
![Page 82: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/82.jpg)
82 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
HumanikaHumanikaHumanikaHumanikaHumanika
Senja itu, aktivitas di penyeberangan di Kali Cideng,
di Kelurahan Krukut, Jakarta Pusat, tak lagi sibuk.
Hanya satu dua calon penumpang yang ingin
memanfaatkan jasa penyeberangan di atas perahu kecil
itu. Wajah Patomi (50) si “nahkoda” perahu yang juga
warga di Kali Cideng, mengerutkan keningnya. Lelah.
Dengan perahu yang ia buat sendiri, Patomi telah
menjalani pekerjaan ini selama sepuluh tahun. Bahkan ia
mengaku sangat khawatir profesinya itu bakal tergusur
manakala Pemprov DKI Jakarta akan menormalisasi kali
Cideng sebagai persiapan hadapi banjir. Selain Patomi
masih banyak tukang-tukang perahu lain yang meng-
gantungkan hidupnya dari sungai-sungai lain di Jakarta,
seperti di Kali Malang, Kali Ciliwung, dan Gunungsahari.
Jasa yang ditawarkan Patomi ini sangat dibutuhkan
warga sebagai sarana angkutan untuk berbagai keper-
luan, seperti ke sekolah, kantor, atau belanja. Apalagi kalau
tengah malam ketika mereka terdesak keperluan penting
ke dokter, misalnya, ia pun melayani “klien”-nya dengan
penuh suka cita dan penuh tanggung jawab. Ia membuka
jasa layanan mulai pukul 06.00 – 22.00. Pekerjaan ini bisa
ia lakoni setelah mengontongi izin dari RT/RW setempat
dengan tarif relatif murah, Rp 500. Itu pun masih banyak
warga yang tidak membayar. Namun demikian ia terima
dengan ikhlas. Karena jasa angkutan sungai ini memang
benar-benar dibutuhkan warga setempat.
Dalam sehari ia bisa memperoleh pendapatan rata-
rata Rp 30.000,00 untuk menopang keperluan hidup
sehari-hari bersama empat orang anggota keluarganya
yang bermukim di Cibinong, Bogor. Jika hendak mandi
dan cuci, ia pergi ke WC umum. Tapi, makan dan tidur ia
lakukan di perahu, karena semua perlengkapannya sehari-
hari memang di letakkan di lemari kayu di atas perahu
berukuran 2 x 4 meter itu. Sarung, selimut, handuk,
sajadah, dan masih banyak lagi miliknya, tersimpan di sana.
“Namanya juga hidup di atas perahu, yaa… bigini ini
jadinya,” ujar Patomi.
Ia belum punya keinginan untuk beralih profesi. Hanya
satu harapannya: jangan digusur dari Kali Cideng! Alasannya,
“Demi mempertahankan hidup, kata Patomi. . Joewanto Joewanto Joewanto Joewanto JoewantoPerahuku, Rumahku
H U M A N I K A
![Page 83: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/83.jpg)
83VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 84: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/84.jpg)
84 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 85: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/85.jpg)
85VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 86: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/86.jpg)
86 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 87: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/87.jpg)
87VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH
![Page 88: Majalah_KIPRAH20120316133705](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022102513/5695d0991a28ab9b02931bcb/html5/thumbnails/88.jpg)
88 VOLUME 30 KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH KIPRAH