majalah info bpjs kesehatan, edisi 12, tahun 2014

12
Edisi XII Tahun 2014 INFOBPJS Kesehatan Media Internal Resmi BPJS Kesehatan IURAN BPJS Dikelola Secara Transparan

Upload: bpjs-kesehatan-ri

Post on 23-Jul-2015

772 views

Category:

Healthcare


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Edisi XII Tahun 2014

INFOBPJSKesehatan Media Internal Resmi BPJS Kesehatan

IURAN BPJSDikelola Secara Transparan

Page 2: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

CEO Message

Pengarah

Fachmi IdrisPenanggung Jawab

Purnawarman Basundoro Pimpinan Umum

IkhsanPimpinan Redaksi

Irfan HumaidiSekretaris

Rini RachmitasariSekretariat

Ni Kadek M. DeviEko Yulianto

Paramitha SucianiRedaktur

Diah IsmawardaniElsa Novelia

Chandra NurcahyoYuliasman

Juliana RamdhaniBudi Setiawan

Dwi SuriniTati Haryati Denawati

Distribusi dan Percetakan

BasukiAnton Tri Wibowo

Buletin diterbitkan oleh:

BPJS KesehatanJln. Letjen Suprapto PO BOX

1391/JKT Jakarta PusatTlp. (021) 4246063, Fax.

(021) 4212940

Redaksi

Redaksi menerima tulisan artikel/opini berkaitan dengan tema seputar Askes

maupun tema-tema kesehatan lainnya yang relevan dengan pembaca yang ada

di Indonesia. Panjang tulisan maksimal 7.000 karakter (termasuk spasi),

dikirimkan via email ke alamat: [email protected] dilengkapi

identitas lengkap dan foto penulis

DAFTAR ISI

BINCANG6

SURAT PEMBACAemail : [email protected] Fax : (021)

4212940

3

5

7

8

9

10

11

INFO BPJSKesehatan

EDISI XII TAHUN 2014 Kilas & Peristiwa - BPJS Kesehatan Terus Catatkan Kinerja Positif

KeberuntunganDalam suatu cerita klasik dikisahkan seorang anak laki-laki baru saja dihadiahi seekor kuda untuk ulang tahunnya. Semua orang di desa mengatakan, "Betapa beruntungnya anak itu." Namun Guru Zen berkata, "Kita lihat saja." Dua tahun kemudian, anak tersebut terjatuh dari kuda hingga kakinya patah. Semua orang di desa berkata, "Betapa malangnya nasib anak itu." Sekali lagi Guru zen berkata, "Kita lihat saja." Dan perang pun pecah, semua anak laki-laki diharuskan ikut perang. Anak tersebut tidak ikut karena kakinya cacat. Semua orang di desa mengatakan, "Betapa beruntungnya anak itu." Namun, lagi-lagi Guru Zen berkata, "Kita lihat saja."

Sesungguhnya apa makna "Kita lihat saja" yang disampaikan Guru Zen? Secara pasti tentu hanya Guru Zen yang memahaminya, namun berdasarkan berbagai kejadian yang menyertai, kita dapat pelajari bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi positif atau pun negatif bukan karena keinginan, namun lebih kepada keadaan. Tepatnya keadaan yang menguntungkan yang disebut sebagai keberuntungan, atau sebaliknya keadaan yang tidak menyenangkan yang dinamakan sebagai kemalangan.

Lalu... jika demikian, apakah artinya kita boleh menyerah pada keadaan. Menyerahkan jalan hidup kepada nasib yang entah akan membawa kemana. Bukankah sering disampaikan bahwa bahkan cicak yang tak bersayap dan menempel di tembok pun dapat menangkap nyamuk yang dapat terbang. Bukankah kita kerap pula mendengar bahwa ikan yang tak bermata di dasar lautan nyatanya dapat bertahan dan hidup dalam kegelapan. Bukankah semua itu adalah keberuntungan? Kemuliaan dan kemudahan hidup yang Tuhan anugerahkan kepada umat-Nya?

Jika demikian apakah benar adanya bahwa keberuntungan yang membawa manusia kepada kejayaan dan kemuliaan? Mari kita simak bagaimana para tokoh dunia ini, yang ternyata memiliki keterbatasan atau mengalami sekian banyak kemalangan sebelum akhirnya menemui keberhasilannya: 1. Albert Enstein, ternyata masa kecilnya adalah seorang anak

yang terlambat berbicara, pengidap autisme, dan sering kali lalai dengan pelajaran. Percobaannya pun kerap menemui kegagalan dan kesalahan. Beberapa kali Einstein juga ditolak menjadi guru sebagaimana yang ia cita-citakan. Einstein bahkan ditolak menjadi tenaga pengajar oleh almamaternya sendiri di Eidgenössische Technische Hochschule (ETH, Sekolah Politeknik Swiss) di Zurich.

2. Thomas Alva Edison, ternyata adalah anak yang agak tuli dan bodoh dan ingin dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran. Saat meneliti lampu pijar pun ia harus gagal 9.998 kali sebelum akhirnya pada percobaan ke 9.999 kali ia berhasil menemukan lampu pijar.

3. Ludwig Van Beethoven, terlahir dari seorang wanita pengidap sipilis dan mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental. Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak, tapi akhirnya ia menjadi Komponis yang terkenal dengan karya 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi.

Dari cerita tiga tokoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa tidak terbukti kondisi yang penuh dengan keterbatasan, kegagalan atau pun penolakan lingkungan selalu membawa manusia kepada kegagalan. Ternyata keberhasilan hidup lebih ditentukan kepada ketepatan pilihan daripada sekedar menyerah kepada keadaan.

Makna keberuntungan sendiri bila menilik pada perkataan John Fuhrman dalam bukunya Reject Me, I Love It, “Yang diperlukan dari Anda adalah bagaimana merespon penolakan dan mempergunakannya dengan tepat. Dan untuk mendapatkan nasib baik keberuntungan Anda adalah dengan usaha, dan sekarang juga..!!”.

Dengan kata lain, keberuntungan itu bukan sesuatu yang tanpa perencanaan terjadi. Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Walaupun kita sebagai manusia tidak mengetahui apa rencana-Nya. Tapi tak menjamin orang bisa sukses hanya karena faktor keberuntungan. Cerita Untung Angsa (bahasa Inggris Gladstone Gander) hanya ada di layar kaca atau komik anak-anak saja. Dalam dunia nyata sebagaimana Thomas Alfa Edison katakan, keberuntungan itu adalah kesempatan yang bertemu dengan kesiapan. Sepanjang kita siap menerima setiap kesempatan yang datang, maka boleh jadi itu adalah keberuntung.

Direktur UtamaFachmi Idris

Pembaca setia Info BPJS Kesehatan, Prinsip utama yang diterapkan dalam program jaminan kesehatan adalah sistem gotong royong. Artinya, biaya pengobatan peserta BPJS yang sedang sakit akan dibantu oleh masyarakat lain yang membayar iuran tiap bulan. Namun, pada aplikasinya, tidak jarang beberapa warga mendaftar BPJS ketika sakit dan membayar iurannya. Setelah sembuh, pembayaran tidak dilanjutkan kembali. Seperti apa gambaran gotong royong ini, Info BPJS Kesehatan akan mengupasnya dalam rubrik FOKUS.

Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara khusus bersama Menteri Keuangan RI, dalam rubrik BINCANG. Masih tak jauh dari program KIS, bagaimana pandangan beliau mengenai KIS beserta penganggarannya dan informasi-informasi lain seputar BPJS Kesehatan yang kami hadirkan dalam rubrik-rubrik lain.

Memasuki edisi ke-12 Info BPJS Kesehatan, redaksi mengucapkan terimakasih atas apresiasinya terhadap kehadiran kembali media yang kita cintai ini. Sehingga kami benar-benar bahagia dan tetap bersemangat menerbitkan Info BPJS Kesehatan secara konsisten. Dengan masukan dan saran yang secara simultan kami terima untuk pembenahan media ini kami berupaya memberikan yang terbaik dalam upaya memberikan informasi seputar BPJS Kesehatan kepada seluruh pembaca.

Redaksi

Gotong Royong Ciptakan Pelayanan Kesehatan yang Adil dan Merata

Apakah Bisa Daftar BPJS di Rumah Sakit?

Yth. Redaksi

Saya mau ikut program Rujuk Balik, obat apa saja yang dapat diberikan dalam

Program Rujuk Balik?

YogaBandung

Jawab : Obat yang termasuk dalam Obat Program

Rujuk Balik adalah :Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional untuk obat

Program Rujuk Balik Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan diresepkan oleh dokter Spesialis/ Sub Spesialis

di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi

efek samping akibat obat utama.

Salam, Redaksi

Fokus - Iuran BPJS Dikelola Secara Transparan

Fokus - OJK Siapkan SDM Handal Awasi Pengelolaan Iuran

Bincang - Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro , Pengelolaan KIS ada di BPJS Kesehatan

Benefit - Prinsip Gotong Royong, Satu Peserta Cuci Darah Perlu 300 Peserta Sehat

Pelanggan - Tertib Bayar Iuran, Pelayanan JKN Lancar

Testimoni - Sopiah Punya Kartu BPJS Kesehatan Tapi Tak Ingin Sakit

Sehat - Jangan AnggapRemeh Sakit Kepala

Page 3: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

F kus

3

Setiap peserta Jaminan kesehatan yang dioperasionalkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, berhak memperoleh

manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Termasuk di dalamnya pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

Untuk mengoptimalkan fungsi dan layanan, BPJS Kesehatan, memperkuat komitmen dan mengembangkan ruang lingkup kerja sama. Baik dengan sejumlah lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Tiga bank pelat merah pun diajak kerjasama yakni, Bank Mandiri, BNI, dan BRI.

Semua ini dimaksudkan agar tidak terjadi antrean pendaftaran atau pun pembayaran iuran. Karena masyarakat dapat membayar iuran bulanan BPJS Kesehatan menggunakan virtual account secara manual melalui teller atau bisa juga melalui auto debet, ATM, internet banking, mobile banking, dan EDC.

Selain, berfungsi mengelola dana iuran peserta BPJS Kesehatan, Bank Mandiri, BRI, dan BNI, diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan BPJS Kesehatan sebagai media informasi bagi masyarakat mengenai manfaat terdaftar dalam program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Demikian, Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan, Riduan, dalam berbagai pertemuan, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, dalam mengelola iuran peserta BPJS Kesehatan, pihak bank memiliki layanan cash management system yang memudahkan kantor cabang BPJS Kesehatan melakukan pembayaran klaim kepada sebuah fasilitas kesehatan tanpa harus menunggu penggelontoran dana dari kantor pusat.

Ada pula layanan cash pooling system yang berguna untuk mempermudah pengumpulan dana secara terpusat, sehingga dana dapat dioptimalkan untuk pembayaran klaim dan investasi. "Laporan pengelolaan iuran BPJS Kesehatan, juga bisa dilakukan melalui sarana perbankan, sehingga datanya jelas dan transparan," tuturnya.

Pemerintah memang menugaskan secara khusus, kepada BRI, sebagai salah satu service point BPJS Kesehatan. Karena, BRI ada di setiap kecamatan sehingga memudahkan peserta untuk membayar iuran. Melalui tiga bank itu, masyarakat bisa mendaftar secara individu atau mendaftarkan badan usahanya di kantor-kantor cabang bank tersebut, tanpa perlu mengantri di kantor cabang BPJS Kesehatan.

Terkait pelayanan di rumah sakit, BPJS Kesehatan telah melakukan berbagai

upaya di antaranya bridging system, yaitu penggunaan fasilitas IT (web service) yang memungkinkan dua sistem yang berbeda pada saat bersamaan mampu melakukan dua proses tanpa adanya intervensi satu sistem dengan sistem yang lain secara langsung."Untuk info saja, bridging system memangkas waktu tunggu lebih cepat dua jam dari sebelumnya karena registrasi peserta hanya melalui satu pintu," ujarnya.

Dirkeu, mengingatkan, iuran premi BPJS, dibagi menjadi tiga kelas layanan rawat inap, yakni kelas I, kelas II, dan

Iuran BPJS Dikelola Secara Transparan

Page 4: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

fokus

4 Info BPJS Kesehatan edisi 9 Tahun 2014

kelas III. Untuk pegawai negeri, kelas layanan ini mengikuti golongan pangkat. Namun, bagi pekerja bukan penerima upah alias para wirausaha, mereka bisa memilih layanan dengan besaran premi yang berbeda.

Untuk mendapatkan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III, preminya sebesar Rp25.500 per bulan. Lalu, untuk kelas II sebesar Rp42.500, dan Rp59.500 per bulan untuk kelas I. Namun, dalam merealisasi pelayanan tetap memerlukan rujukan faskes tingkat pertama lebih dulu. Sedangkan, perhitungan pertanggungan atas tiap kondisi ini berdasarkan hitungan rata-rata dari sekian kasus yang sama. Misalnya, untuk berobat sakit A, ditentukan anggaran sebesar Rp5 juta. Maka, rumah sakit pun, harus bisa mengelola dana itu untuk sakit A tanpa membebankan pada pasien.

Dengan pelaksanaan seperti itu, BPJS Kesehatan, dapat menjadi solusi kesehatan bagi masyarakat karena berbagai manfaat dan fasilitasnya. "Kita tahu, khan, ada manfaat medis dan manfaat non medis. Manfaat medis itu, tidak terikat denganbesaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi, dan ambulan," ungkapnya.

Dalam aturan, peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Pada dasarnya, semua orang, entah bekerja, karyawan, pengusaha atau bahkan pengangguran, serta keluarganya, bisa menjadi peserta BPJS, asalkan membayar iuran.

Jaminan kesehatan ini dapat diberikan oleh perusahaan untuk karyawannya beserta keluarga atau individual yang mengambil untuk sendiri dan keluarganya. Untuk menjamin masyarakat tidak mampu, pemerintah menetapkan PBI, yaitu peserta BPJS Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu (sesuai UU SJSN) yang iurannya dibayari oleh pemerintah.

Untuk pendaftaran bagi peserta mandiri, cara mendaftarnya juga mudah, cukup melalui online, dan memilih menu layanan peserta dan pilih pendaftaran peserta. Selanjutnya, lakukan pengisian data peserta pada kolom yang tersedia beserta email untuk mendapatkan link aktifasi.

Setelah itu peserta untuk dapat membuka email dari Admin BPJS Kesehatan dan klik link aktivasi untuk mendapatkan virtual account.Selanjutnya peserta dapat melakukan pembayaran pada 3 bank yang telah Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan (BNI,BRI,Mandiri). Usai dilakukan pembayaran, peserta dapat mencetak e-ID BPJS-Kesehatan dengan cara mengklik/membuka ulang link aktivasi pendaftaran yang ada di email konfirmasi.

Pada saat peserta berobat, tentu harus mengikuti prosedur yang ditetapkan dan menunjukan kartu kepesertaan untuk mendapatkan layanan kesehatan sesuai kebutuhan. Melalui layanan pencegahan tadi, (promotif dan preventif), peserta bisa diberikan info tentang pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Selain itu, ada imunisasi dasar, KB, screening kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan

untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan atas risiko penyakit tertentu, seperti kanker atau pun ginjal.

Mengenai perhitungan sesuai aturan menggunakan sistem kapitasi dan INA CBGs (Indonesia Case Base Group's. Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama (primer) berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Yang untuk selanjutnya dikelola untuk penanganan dan pencegahan penyakit atau preventif.

Bila seribu orang peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar pada satu faskes dengan kapitasi Rp 8.000 per orang per bulan. faskes itu, akan memiliki dana cukup besar jika peserta yang terdaftar tidak sakit.

Tarif INACBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit. Tarif INACBGs untuk JKN dikelompokkan menjadi 6 jenis rumah sakit (rumah sakit kelas D, C, B dan A, rumah sakit umum dan rumah sakit rujukan nasional). Selain itu Tarif Pelayanan Kesehatan Program JKN juga disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3, yang saat ini memang tersedia pada program JKN.

Jadi, kapitasi diberikan kepada fasilitas kesehatan primer berdasarkan jumlah peserta yang dilayani dalam sebuah wilayah.Kalau INA-CBGs, untuk tarif faskes lanjutan."Tidak lagi masuk ke kas daerah. Pembayaran kapitasi langsung ke puskesmas, sehingga memudahkan untuk segera digunakan," tambahnya.

Page 5: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

F kus

5

Sebagai lembaga keuangan non-bank, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, memiliki anggaran penyelenggaraan

jaminan kesehatan yang cukup besar. Agar anggaran yang dikelola sesuai dengan pemanfaatannya, KPK dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diberikan tugas melakukan pengawasannya Walaupun secara internal lembaga BPJS Kesehatan, memiliki struktur dan pengawas internal.

Adapun pengawasan yang dilakukan meliputi, investasi dana badan, investasi dana jaminan sosial, penggunaan dana operasional, dan pembayaran di fasilitas kesehatan. Supaya tidak ada tumpang tindih dalam melaksanakan pengawasan, KPK dan OJK sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman tentang bagian mana saja yang menjadi ranah kerja pengawasan dua lembaga ini.

Jadi, kerja OJK, selain menerima laporan dari BPJS Kesehatan , juga aktif melakukan pemeriksaan langsung. Dengan teliti OJK juga bisa memeriksa laporan keuangan bulanan, penyelenggaraan program bulanan, hingga laporan per semester dan tahunan.

Namun, banyaknya tanggung jawab yang diberikan OJK itu tak seimbang dengan ketersediaan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki regulator.

"Tugas ini tentu tidak mudah. SDM adalah satu hal yang penting dalam menentukan akselerasi OJK dalam pengawasan. Kalau dilihat dari lingkupnya, luar biasa banyak. Jadi yang dibutuhkan OJK adalah banyaknya SDM karena banyak yang diawasi, tapi pengawasannya kurang. Banyak pihak yang menggantungkan harapan tinggi pada OJK," kata Kepala Transisi Tahap II OJK, Agus Siregar, dalam sebuah diskusi di Jakarta.

Pihaknya, menegaskan pengawasan akan dilakukan mulai awal tahun 2015. Fungsi dan tanggung jawab melakukan pengawasan atas BPJS akan diemban OJK pasca mengambil alih tugas dan fungsi melakukan pengawasan perbankan sejak awal tahun 2014 lalu.

Seluruh tugas, fungsi dan tanggung jawab OJK ini sesuai dengan aturan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dimana, Undang-Undang mengamanatkan OJK untuk mengawasi keuangan secara terintegrasi. Oleh karena itu, dalam beberapa waktu ke depan, dengan jumlah karyawan sekitar 3.000 karyawan, OJK akan terus mendorong industri keuangan baik perbankan maupun non perbankan untuk saling berkonsolidasi menjadi perusahaan besar. Sehingga akan lebih sederhana dalam pengawasannya.Pengawasan juga dilakukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Makanya, OJK akan kerja sama dengan Pemda untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mensupervisi dan mengawasi LKM di seluruh daerah. Sehingga, LKM tersebut bisa berkembang sesuai yang diharapkan.

SDM ini, sangat diperlukankarena LKM, tidak hanya melakukan simpan pinjam. Namun juga menghasilkan produk asuransi mikro untuk masyarakat kecil.Misalnya, diberikan asuransi kesehatan dengan premi dua puluh ribu per-tahun. Ketika masyarakat ada musibah, mereka bisa dapatkan sekitar tiga juta rupiah dari asuransi itu.

Pembentukan LKM itu, diawali dengan pemahaman bahwa selama ini UMKM itu sangat sedikit yang bankable. Di sisi lain, perbankan punya standar yang harus dipenuhi ketika menyalurkan kredit. Hal senada diutarakan, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, Firdaus Djaelani.OJK, meminta kepada industri asuransi untuk mendukung pengembangan asuransi mikro. Salah satu bentuk dukungannya adalah komitmen industri dalam pengadaan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) di sektor asuransi mikro."Ini perlu dukungan SDM dan infrastruktur yang memadai," ujarnya.

Dalam rangka implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015, baru menyepakati komitmen awal untuk pemasaran produk di tiga lini bisnis. Ketiga lini bisnis itu adalah marine hull, aviation, dan transportation cross border.

“Pada September lalu, regulator keuangan se-Asean mulai membahas mengenai langkah awal kerja sama di bidang asuransi umum dalam rangka MEA. Kami memulai dari marine hull, aviation, dan transportation cross border. Ini adalah first commitment. Jadi, OJK akan mendukung industri asuransi dalam negeri agar bertumbuh dan bisa bersaing," tambahnya.

OJK Siapkan SDM Handal Awasi Pengelolaan Iuran

Page 6: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

BINCANG

6

Keinginan pemerintah memenuhi harapan banyak orang, melayani rakyat, yang memicu Pemerintah Jokowi-JK, bekerja secara cepat.

Maka, diluncurkannya Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Dengan adanya KIS, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh warga untuk berobat secara gratis. Dalam pelaksanaannya, KIS masih beririsan dengan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang memiliki fungsi yang sama.

Sumber dana KIS berasal dari anggaran BPJS Kesehatan, sedangkan anggaran KIP, berasal dari Beasiswa Siswa Miskin (BSM). Untuk memberikan gambaran secara jelas, berikut penegasan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro.

Pemerintah sudah meluncurkan tiga kartu sakti (KIS, KIP,KKS). Khusus KIS, bagaimana kaitannya dengan Kartu BPJS Kesehatan. Mohon penjelasan?

Singkatnya, tidak berbeda. Begini. Tiga kartu sakti itu, tentu sudah ada anggarannnya. Peluncuran itu, didorong adanya keinginan untuk memenuhi harapan banyak orang atau melayani rakyat. KIS cakupannya, lebih luas. Kalau KIS, anggaran ada di Badan Kementerian Sosial dan KIP adalah anggaran yang dialokasikan untuk bantuan Beasiswa Siswa Miskin (BSM).

Ini, khan cuma nama programnya, nama kartunya lah tepatnya, yang berubah. Artinya diharapkan dengan kartu itu bantuan itu bisa diperluas. Pemerintah masih butuh waktu untuk proses transisi kartu tersebut. Nantinya, semuanya akan menjadi satu kartu.

Prosedur pengelolaan dana maupun sistem layanannya masih sama dengan BPJS Kesehatan. Cuma, cakupannya lebih luas. Koordinasi, sedang dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait agar perubahan kartu itu, terintegrasi. Tapi, kartu yang ada tetap bisa digunakan.

Jadi, KIS merupakan kartu yang disiapkan bagi masyarakat yang belum memiliki program badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) Kesehatan dan prasejahtera. Data tersebut diambil dari sekitar 15,5 juta data penduduk penerima program perlindungan sosial.

Apakah dalam satu keluarga yang memperoleh KIS, juga akan memperoleh dua kartu lain atau ada mekanisme lainnya?

Begini. Langkah ini, merupakan gebrakan Pak Presiden Joko Widodo, melakukan perubahan dalam memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan. Implementasi subsidi tersebut diwujudkan melalui tiga kartu tadi.

Pemberian kartu tersebut akan dilakukan dalam satu keluarga, dimana Kepala Keluarga akan mendapat Kartu Keluarga Sejahtera, kemudian anak yang bersekolah akan mendapatkan KIP, dan seluruh anggota keluarga akan mendapatkan KIS. Misalnya, ada satu keluarga, bapak ibu dan dua anak. Maka, bapaknya sebagai kepala keluarga akan mendapatkan kartu keluarga sejahtera yang

sifatnya menjaga daya beli. Anaknya yang masuk sekolah mendapat KIP, sementara seluruh keluarga, karena butuh sehat maka akan mendapat .

Bagaimana menggunakannnya ?

Untuk menggunakan KIP atau KIS tersebut, hanya cukup dilakukan dengan menunjukkan kartu kepada pihak sekolah atau pihak rumah sakit. Artinya, saat datang ke sekolah tidak akan ditanya apakah punya uang untuk bayar sekolah atau lainnya nggak. Tunjukkan itu maka dia sekolahnya aman. Begitu pula dengan KIS, jadi masuk ke puskesmas atau RS, tidak akan ditanya berbagai pertanyaan soal uang untuk membeli obat atau lainnya.

Pemegang kartu ini, akan dapat pelayanan seperti peserta BPJS Kesehatan. Karena, Pemegang KIS ditanggung pemerintah melalui BPJS. Sementara KIP menyasar 24 juta anak miskin yang sekolah, ditambah dengan anak miskin tidak sekolah dengan harapan agar bersekolah kembali.

Bagaimana mekanismenya ?

Mekanismenya semua masih dalam proses untuk kemudian dikoordinasikan dengan semua pihak terkait bahwa sebelum kartu yang kami harapkan menjadi satu kartu itu. Kartu yang ada tetap bisa digunakan oleh rakyat dan tidak akan menggangu program pemerintah yang sudah dilakukan oleh pemerintahan yang lalu.

Bagaimana dengan sikap parlemen ?

Kalau ada wakil rakyat mempertanyakan, ya, harus dijawab. Itu, khan memang tugasnya. Tapi, seperti yang sudah dijelaskan tadi. Anggaran KIS ada pada BPJS Kesehatan dan KIP adalah anggaran yang dialokasikan untuk bantuan Beasiswa Siswa Miskin (BSM).

Anggaran tersebut sedianya sudah ada di pos kementerian yang menangani urusan pendidikan dan kesehatan (BPJS) sebelumnya, sehingga tidak perlu persetujuan parlemen. Ya tetap dong, nomenklatur anggarannya. Tapi sudah ada.Hanya saja, masih ada peluang jika jumlahnya ditingkatkan. Kita ingin segala bantuan itu nyampai ke masyarakat langsung. Ya, pokoknya (data) enggak terlalu beda jauh sama tahun lalu.

Maksudnya, ada pembaharuan data dan anggaran ?

Benar. Data Kartu Indonesia Sehat sudah ada dalam anggaran tahun 2014. Namun sebisanya, pemerintah masih akan melakukan pembaharuan data. Tahun lalu, khan sudah dibagikan kartu perlindungan sosial, nah, data itu yang diperluas, di-update lah, supaya bisa mencerminkan kondisi terkini dan tingkat error-nya rendah.

Sekali lagi, kita tegaskan, data kartu tadi, itu anggarannya sudah tersebar di sejumlah kementerian. Termasuk Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Semua dari APBN, itu khan ada BPJS. KIP dari wajib belajar dibiayai oleh negara, KKS memang ada anggarannya tahun

ini. Jadi, anggarannnya bukan berasal dari dana tanggung jawab sosial (CSR) badan usaha milik negara (BUMN), bukan pula berasal dari dana bantuan sosial (bansos).

KIS sama BPJS Kesehatan itu sama, hanya cakupannya diperluas yakni diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan bayi- bayi yang baru lahir. Target untuk KIS ini dibagikan sebanyak 1,7 juta kartu untuk tahap awal. Anggarannnya jelas. Cantolannya atau pun undang-undangnya, juga jelas.

Bagaimana dengan nasib Kartu Perlindungan Sosial (KPS)?

Nggak ada masalah. Jauh sebelum diluncurkan tiga kartu, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), sudah menjelaskan bahwa masyarakat yang sudah memiliki KPS pun hanya tinggal menukarkannya dengan kartu baru di kantor pos sesuai jadwal yang sudah diberi tahu pihak kantor pos.

Setelah ditukar dalam loket pertama, petugas akan memberikan panduan bagaimana cara memanfaatkan sim card, yang berisi saldo dana bantuan. Nilai saldo itu bisa diambil semua, bisa sebagian, atau tidak diambil pun bisa. Dengan membawa sim card itu, menunjukkan orang itu merupakan orang yang berhak atas dana bantuan tersebut.

Kembali soal KIS, KIP, dan KKS, seperti apa peran perbankan?

BI (Bank Indonesia) membantu dari sisi regulasi. Karena BI masih menjadi institusi yang mengatur sistem pembayaran di Indonesia atau yang mengelola sistem pembayaran. Ada instrumen alat utama yakni uang elektronik. Jadi pengaturan uang elektroniknya dari BI, tapi bisnis modelnya semua dari pemerintah. Rinciannya, bisa tanya kepada BI, termasuk bank mana saja yang ikut dilibatkan dalam program ini.

Pengelolaan KISada di BPJS Kesehatan

Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro

Page 7: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

BENEFIT B

7

Budaya gotong royong sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Prinsip Gotong royong kini diterapkan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

dengan SJSN, negara Indonesia menunaikan kewajibannya untuk mensejahterakan rakyat. Salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

JKN yang sudah berjalan hampir satu tahun, terus mengalami perkembangan yang baik. Masyarakat sudah mulai memahami pentingnya jaminan kesehatan dan manfaatnya sangat besar untuk menjaga kesehatan perorangan bagi pesertanya. Pelayanan yang diberikan dalam JKN bersifat komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.

Prinsip gotong royong dalam pelaksanaan jaminan kesehatan ini sudah dilaksanakan sebelum PT Askes (Persero) bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Dulu, PT Askes (Persero) hanya mengelola sebanyak 16,4 juta peserta. Kini, peserta BPJS Kesehatan sudah mencapai sekitar 130 juta peserta, dan pada tahun 2019 nanti seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan JKN.

Semakin banyak pesertanya dan semua aktif membayar iuran, program jaminan kesehatan akan berkelanjutan dan berjalan dengan baik. Pemerintah kini membayar iuran sebesar Rp 19.225 perjiwa perbulan untuk fakir miskin dan masyarakat tidak mampu yang disebut penerima bantuan iuran (PBI) yang jumlahnya mencapai 86,4 juta jiwa yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial.

Bagi Pekerja Penerima Upah, misalnya pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI, anggota Polri, Pejabat Negara dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai, besarnya iuran yang dibayar oleh pegawai adalah 2% dari gaji sedangkan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai pemberi kerja membayar iuran 3% dari gaji pegawai per bulan. Bagi karyawan perusahaan swasta, iuran dibayarkan oleh perusahaan pemberi kerja sebesar 4 persen dari gaji dan dari karyawan membayar iuran 0.5% persen dari gaji. Ketentuan besaran iuran bagi pekerja penerima upah ini berlaku untuk pembayaran mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015. Bagi masyarakat umum, bisa memilih iuran sesuai kemampuan. Untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas 1 sebesar Rp59.500, kelas 2 Rp42.500, dan kelas 3 sebesar Rp25.500 perjiwa perbulan.

Meskipun besaran iuran yang dibayarkan berbeda-beda, semua mendapat manfaat yang sama dan pelayanan yang sama, tanpa ada diskriminasi. Yang membedakan adalah fasilitas non medis seperti ruang perawatan. Namun, kini sudah ada pola koordinasi manfaat (coordination of benefit) yang memberi kesempatan peserta mendapatkan pelayanan dari asuransi swasta sebagai tambahan manfaat dari

manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Caranya dengan membeli polis asuransi kesehatan swasta.

Prinsip gotong royong dalam Jaminan Kesehatan Nasional, contohnya, yang sehat membantu yang sakit. Peserta BPJS Kesehatan yang mengalami gagal ginjal, harus menjalani cuci darah (hemodialisa) 2 sampai 3 kali seminggu. Setiap kali cuci darah memerlukan biaya sekitar Rp1juta. Jadi, dalam satu bulan memerlukan biaya Rp12 juta.

Bagi seorang PNS setiap bulan gajinya dipotong sekitar Rp40ribu untuk satu keluarga. Artinya, untuk menutupi biaya sekali cuci darah diperlukan iuran dari 25 keluarga PNS. Jadi, dalam satu bulan atau 12 kali cuci darah harus ada 300 keluarga PNS yang sehat untuk membiayai 1 orang yang sakit gagal ginjal. Padahal, cuci darah harus dilakukan seumur hidup peserta gagal ginjal.

Penyakit lainnya yang tergolong katastropik atau penyakit yang memerlukan biaya yang besar, seperti penyakit jantung dan kanker bisa menghabiskan uang ratusan juta

rupiah setiap kali perawatan. Maka dari itu diperlukan lebih banyak peserta BPJS Kesehatan yang sehat. Dengan kata lain, semakin banyak yang sehat semakin banyak yang bisa diselamatkan.

Bagi peserta yang sehat tetap harus dijaga agar tidak menjadi sakit, dan yang harus diobati agar tidak timbul komplikasi. Untuk itu, perlu upaya promotif dan pencegahan dengan berbagai cara misalnya kegiatan olahraga, menggiatkan posyandu, imunisasi, dan penyuluhan yang dimotori oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti Puskesmas, dokter keluarga praktik perorangan, klinik, yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Saat ini, sebagian besar peserta yang berasal dari masyarakat umum adalah peserta yang sudah sakit. Oleh karena itu, diharapkan peserta yang sehat dan peserta

yang masih muda, segera mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan, agar subsidi silang atau prinsip gotong royong bisa berjalan dengan baik.

Dalam berbagai kesempatan, Direktur Utama BPJS Kesehatan Dr dr Fachmi Idris, MKes mengajak masyarakat yang belum mendaftar agar segera mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan. Begitu juga kepada perusahaan BUMN yang belum mendaftarkan karyawannya agar segera mendaftarkan diri.

Bagi peserta yang sehat, membayar iuran setiap bulan sebagai tabungan yang tidak bisa diambil tunai. Namun, dijadikan cadangan jika jatuh sakit. Betapa iuran BPJS Kesehatan itu murah sekali, jika dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

Harapannya, peserta BPJS Kesehatan tidak pernah sakit. Jika tidak pernah sakit, artinya tidak pernah menggunakan kartu BPJS-nya. “Kalau kita tidak sakit, itu yang kita inginkan, sehat terus sepanjang hayat. Lalu, bagaimana dengan iuran yang sudah dibayar setiap bulan?. Disitulah prinsip gotong royong. Kita yang sehat membantu yang sakit, yang muda membantu

yang tua, dan yang kaya membantu yang miskin. Jadi uang yang kita setor untuk jaminan kesehatan itu menjadi amal ibadah,” ujarnya.

Prinsip Gotong RoyongSatu Peserta Cuci Darah Perlu 300 Peserta Sehat

Page 8: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

PELANGGAN

8

Sebagian masyarakat menganggap iuran BPJS Kesehatan hanya sekali saja untuk seumur hidup. Seorang peserta BPJS Kesehatan merasa terkejut

ketika berobat di Puskesmas Kelurahan Jati, Pulo gadung tidak bisa mendapat pelayanan karena diketahui dirinya terlambat membayar iuran selama enam bulan.

Oleh karena itu, sosialisasi harus dilakukan. Iuran premi jaminan kesehatan nasional (JKN) harus dibayar setiap bulan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Untuk mempermudah agar tidak lupa, lebih baik dibayar beberapa bulan ke depan atau satu tahun sekaligus.

Memang saat ini, masih ada yang merasa keberatan harus membayar iuran setiap bulan, apalagi harus membayar sekaligus untuk satu keluarga . Jika anggota keluarga ada lima orang dengan iuran sebesar Rp25.500 untuk kelas 3, maka harus menyediakan dana sebesar Rp127.500 perbulan atau menyisihkan uang Rp4.250 setiap hari untuk lima orang atau Rp850.

Dengan menyisihkan uang jajan Rp1000 rupiah saja setiap hari sudah mampu membayar iuran BPJS Kesehatan. Iuran yang tidak sampai seribu rupiah perhari ini sangat kecil dibandingan dengan manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Apalagi jika sakit yang memerlukan biaya besar.

Secara matematik, biaya pengobatan untuk penyakit katastropik seperti jantung misalnya, sering memberatkan pasien karena bisa menghabiskan biaya puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Jadi, dengan menyisihkan uang Rp1000 rupiah perorang saja akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Namun, jika peserta BPJS Kesehatan tidak sakit maka dana tersebut dianggap sebagai amal untuk membantu biaya pengobatan bagi peserta yang sakit.

Bagi orang yang mampu bisa memilih kelas 1, kelas 2, atau kelas 3. Kelas ini hanya membedakan fasilitas ruang perawatan dan tidak membedakan kualitas pelayanan serta obatnya. Untuk kelas satu, iuran premi sebesar Rp42.500 perorang perjiwa, dan kelas 2 iuran premi sebesar Rp59.500. Pemerintah memberi bantuan iuran premi kepada masyarakat tidak mampu yang jumlahnya sebanyak 86,4 juta jiwa, iuran preminya sebesar Rp19.200 perbulan perorang diambil dari dana APBN.

Pembayaran iuran BPJS Kesehatan dilakukan melalui bank. Ada tiga bank yang bisa menerima iuran peserta yaitu Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BRI. Cara pembayaran iuran bisa langsung ke petugas bank (teller) di salah satu bank tersebut atau melalui mesin ATM, atau melalui internet banking.

Sebaiknya, peserta BPJS Kesehatan mempunyai rekening di salah satu bank yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sehingga memudahkan transaksi pembayaran iuran. Cara pembayaran pun bisa melalui auto debit, sehingga setiap bulan otomatis bank mendebet untuk membayar iuran BPJS Keshatan.

Cara pembayaran melalui ATM, syaratnya harus memiliki kartu ATM dari Bank Mandiri, Bank BNI, atau ATM dari Bank BRI. Caranya, datangi ATM, misalnya ATM Bank Mandiri. Masukkan kartu, lalu pilih bahasa, dan ketik PIN anda. Lalu masuk ke menu BAYAR/BELI, lalu pilih menu LAINNYA, pilih menu BPJS, pilih BPJS Kesehatan atau BPJS Ketenagakerjaan (untuk JKN, pilih BPJS Kesehatan).

Setelah itu, pilih INDIVIDU bagi peserta mandiri, dan pilih BADAN USAHA untuk badan usaha yang akan membayar iuran karyawannya. Setelah itu masukkan angka 88998 (angka ini khusus di Bank Mandiri) lalu diikuti 11 nomor digit (dihitung dari belakang) nomor virtual account (VA)/nomor yang tertera pada kartu BPJS Kesehatan, lalu tekan

BENAR. Lalu, masukkan jumlah bulan yang akandibayar. Jika hanya satu bulan maka ketik angka 1 lalu selesai.

Jika peserta terlambat membayar premi yaitu melebihi tanggal 10 setiap bulannya, maka peserta akan dikenakan denda sebesar 2 persen. Jika dalam waktu 6 bulan berturut-turut, peserta mandiri tidak membayar iuran premi, maka peserta tersebut tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali peserta tersebut melunasi iuran yang tertunggak itu.

Bagi peserta dari badan usaha (karyawan), jika selama 3 bulan berturut-turut tidak membayar iuran, maka peserta tersebut tidak bisa mendapatkan layanan jaminan kesehatan nasional (JKN), manfaat

dari BPJS Kesehatan. Untuk mendapatkan layanan JKN, maka badan usaha tersebut harus melunasi iuran preminya. Jika tidak, maka karyawan berhak meminta ganti biaya perawatan kepada perusahaan.

Masyarakat diimbau segera mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan agar mendapat perlindungan jika sewaktu-waktu terserang penyakit. Batas waktu untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia adalah 1 Januari 2019. Bagi penduduk yang tidak mau menjadi peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan sanki, misalnya, tidak mendapat layanan public seperti memperpanjang KTP, SIM, dan lainnya.

Selain harus tertib membayar iuran, peserta BPJS Kesehatan juga harus mematuhi jenjang rujukan yang dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas, dokter keluarga, klinik, dokter gigi, bidan, yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Jika diperlukan barulah, fasilitas kesehatan primer yang akan merujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, dan seterusnya, jika diperlukan tindakan medis lanjut, maka peserta akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi hingga di rumah sakit tipe A (nasional).

Namun, harapan yang lebih indah adalah tetap sehat setiap saat dan tidak menggunakan kartu BPJS Kesehatan. Caranya dengan menjalani pola hidup bersih dan sehat agar tubuh tetap sehat. Bagi yang sudah sakit seperti pengidap diabetes melitus dan hipertensi, bisa bergabung dalam kegiatan-kegiatan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan primer lainnya, seperti senam diabetes dan pengelolaan penyakit kronis. Tujuannya agar kualitas hidupnya terjaga dan mengalami komplikasi.

Tertib Bayar Iuran, Pelayanan JKN Lancar

Page 9: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

TESTIMONI

9

Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan dan membayar iuran premi. Bagi masyarakat tidak mampu, iurannya dibayar oleh

pemerintah, setiap bulan sebesar Rp19.225 perorang, dananya berasal dari APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Oleh karena itu, program jaminan kesehatan nasional (JKN) tidak ada yang gratis, artinya setiap penduduk wajib membayar. Bagi Sopiyah, 56, warga RT 15/RW 02 Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, menjadi orang tidak mampu bukanlah pilihan, tetapi menjadi peserta PBI dari BPJS Kesehatan adalah pilihan. “Ya bagaimana lagi, memang kondisinya seperti ini, terimakasih sudah diperhatikan pemerintah, saya mendapat jaminan kesehatan tapi tidak perlu bayar sendiri, karena sudah dibayar pemerintah ya,” ujarnya.

Selama memegang kartu BPJS Kesehatan dia belum pernah memanfaatkannya. Jika sakit ringan seperti flu dan batuk pilek, dia hanya minum obat warung saja. Dan menurutnya, belum ada gejala penyakit yang dirasakannya. Sehingga Sopiah merasa tidak perlu periksa di Puskesmas. “Saya belum pernah pakai kartunya, saya inginnya sih sehat, jangan sakit-sakit deh,” kata Sopiah.

Meskipun tidak perlu membayar iuran BPJS Kesehatan karena sudah dibayari oleh pemerintah, namun bagi Sopiah, sehat itu lebih penting. “Biar pun gratis engga bayar iuran, tapi saya tidak mau sakit. Jadi ya. Berdoa sudah pasti, karena dengan berdoa kita menjadi tenang dan menjadi sehat,” kata ibu yang kini tinggal bersama anaknya. Khairiyah, 48, yang juga bertempat tinggal di RT 15/RW 02 Kelurahan Jati, Pulogadung, merasakan hal yang sama. Menurutnya, mempunyai kartu BPJS Kesehatan bisa membuat hati tenang karena kalau sakit sudah ada yang menanggung biayanya. “Bisa jadi, saya sehat karena merasa tenang, kalau sakit sudah tidak mikir biaya lagi. Malahan kalau saya sehat katanya ikut amal bantu yang orang yang sakit. Gimana tuh,” ujarnya. Khairiyah tidak terlalu paham apa yang dimaksud beramal dan membantu peserta yang sakit. Baginya, yang penting sehat. Yang dipikirkan Khairiyah mungkin sama dengan masyarakat pada umumnya. Dia mendapat kartu BPJS Kesehatan dari pemerintah karena dinilai tidak mampu. Tetapi, jika dirinya sehat sama saja dengan membantu orang lain (peserta lainnya) agar menjadi sehat. Setelah dijelaskan oleh petugas, barulah Khairiyah “manggut-manggut” sambir berucap oh ya.. yaa saya paham. Jadi, jika dia sehat berarti iurannya tidak akan dimanfaatkan untuk peserta yang sakit. Dicontohkan, peserta yang cuci darah rutin seminggu tiga kali membutuhkan 300 peserta yang sehat setiap bulan untuk membayar cuci darah yang menghabiskan uang sekitar Rp12.000.000 perbulan.

Punya Kartu BPJS KesehatanTapi Tak Ingin Sakit

“Tapi perlu juga kita datang ke Puskesmas ya, katanya ada pembinaan untuk menjaga kesehatan, seperti senam sehat, pemeriksaan kesehatan dan lainnya, tapi saya belum pernah ikut. Nanti sekali-kali ikut. Soalnya, pekerjaan rumah saja banyak sekali, ya saya kan juga harus bekerja buat tambah-tambahan penghasilan,” kata Khairiyah.

Sopiah dan Khairiyah

Upaya promotif dan preventif semakin melekat di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau faskes primer, khususnya yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan. Sama seperti yang dipetakan oleh dr Wikan Basworo, seorang dokter yang membuka praktik perorangan di Surakarta, Jawa Tengah, bahwa sebagian besar peserta yang ditanganinya penyandang diabetes melitus (DM) dan hipertensi. Penyakit yang sering dijumpai di masyarakat ini, perlu pengelolaan yang baik agar penderita bisa menjaga kualitas hidupnya. Agar upaya promotif dan preventif ini berhasil, menurut dr Wikan, perlu kerjasama yang komprehensif antara penderita dan keluarganya, faskes primer, dan BPJS Kesehatan. Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) yang sudah ada sejak BPJS Kesehatan masih sebagai PT

Askes (Persero) ini terus dikembangkan oleh Dr Wikan. Dia menanamkan pilar-pilar Prolanis, diantaranya adalah edukasi, pengaturan pola makan, olah raga, minum obat dan konsultasi pada dokternya. “Itu kelihatannya mudah dilaksanakan, tetapi butuh konsistensi dan pemahaman yang benar dan didukung oleh keluarga serta lingkungannya,” ujarnya. Kerjasama yang terjali baik dapat menjaga kesehatan penderita DM maupun hipertensi agar tidak menjadi komplikasi. Sedangkan yang mempunyai potensi DM atau hipertensi, dapat dijaga tetap sehat dan tidak menjadi penderita DM atau hipertensi. “Jadi, penderita dan keluarganya dapat mengawasi kesehatan diri secara mandiri sehingga tercapai keadaan yang baik dan stabil atas gangguan yang terjadi,” ungkap dr Wikan. Untuk itu, dr Wikan membentuk Paguyuban Diabetes Melitus Surakarta (Padimas). Kelompok penyandang DM yang dibangun dengan suasana kondusif, kompak dan menyenangkan yang bisa menimbulkan suasana segar dan lebih sehat. Dampaknya, akan meningkatkan kepercayaan diri para penyandang bahwa mereka mampu mengelola penyakitnya.

Sejumlah kegiatan menyenangkan yang rutin dijalankan kelompok ini antara lain senam sehat ceria selama setengah jam setiap Minggu pagi, diselingi dengan senam tanduk alit yang sedang populer.

Selain itu, ada edukasi mandiri berupa ceramah, diskusi dan testimoni antaranggota dengan materi mulai dari pengenalan gejala DM hingga diet dan tata cara minum obat yang benar. Ada juga kegiatan “tembang senang”

yaitu menyanyi diiringi musik yang dimainkan oleh angggota. “Kegiatan ini diselenggarakan sebulan sekali dan disiarkan radio lokal,” kata dr Wikan.

Peranserta anggota Padimas cukup tinggi. Kelompok Padimas juga cukup inovatif karena ada saja ide-idenya. Misalnya, setiap anggota memiliki kartu yang juga berfungsi sebagai kartu diskon belanja pada rekanan yang telah bekerjasama. Kebersamaan pun terjalin melalui kegiatan outbond gathering setiap akhir tahun.

“Pada acara gathering itulah, anggota yang bisa berprestasi mempertahankan kesehatannya selama tiga bulan diberi reward, berupa bintang yang kemudian ditaruh di topinya. Jadi, seperti jenderal berbintang, bintang yang diberikan sampai empat. Itu untuk memberi semangat anggota dan merasa bangga mendapat bintang karena sehat,” tuturnya.

Selain itu, klinik Dr Wikan juga melakukan pengantaran obat jika ada anggota yang tidak mampu datang ke apotek mengambi obat, atau kunjungan dokter ke rumah. Keberhasilan Prolanis Padimas bisa dilihat dari jumlah anggota yang terus meningkat. Ketika berdiri pada Oktober 2011, Padimas hanya memiliki sekitar 80 orang anggota. Namun berdasarkan data Agustus 2014, jumlah anggota paguyuban ini mencapai 238 orang.

Hal ini menunjukkan kesadaran penyandang DM untuk mengelola dan mengendalikan penyakitnya semakin baik serta daya tarik paguyuban memberikan semangat baru bagi para penyandang untuk selalu bersama-sama menghadapai penyakitnya.

Penderita Diabetes Jadi MandiriTenaga Kesehatan dr Wikan Basworo

Page 10: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 201410

Hampir setiap orang pernah mengalami sakit kepala. Sakit kepala merupakan salah satu hal yang umum dialami oleh banyak orang. Berbagai

hal bisa sebabkan sakit kepala, mulai dari tekanan darah rendah, kurang darah, stres, cuaca yang berubah, terlambat makan, dan masih banyak alasan lagi.

Meski demikian, ada pula yang anggap enteng kemudian konsumsi obat warung seperti Paramex atau Bodrex.Usai minum obat, rasa sakit memang berkurang tapi hari berikutnya, kepala kembali sakit. Kondisi inilah yang akan terjadi, jika mengabaikan sakit kepala.

Seorang pegawai swasta, gara-gara sering konsumsi obat sembarang , sejak tujuh tahun lalu, divonis dokter menderita gagal ginjal dan harus cuci darah (HD) dua kali seminggu. Perempuan lulusan sarjana ekonomi, berinisial F, 42 tahun, warga Kota Bekasi, awalnya juga sakit kepala dan lambung.

Perempuan ini, selalu konsusmsi obat warung saat terserang sakit. Ternyata, konsumsi obat yang tidak tepat, menimbulkan endapan dan akhirnya merusak ginjal. Kini, hidupnya bergantung sebuah mesin yang mencuci darah kotor dalam tubuh.

Kasus lain lebih memprihatinkan. Delapan jam setelah mengeluh sakit kepala gadis berusia delapan tahun asal Newcastle, Bobby-Jo Potts, meninggal dunia. Dokter yang melakukan penanganan gagal menyelamatkan hidupnya. Keluarga Bobby-Jo Potts, tidak pernah menduga putri kesayangan mereka akan meninggal dalam keadaan yang begitu cepat. “Saat itu Bobby sedang menginap di rumah neneknya, dan dia baik-baik saja,” ujar Julie dan Steve, orang tua Bobby, kepada media yang diterjemahkan Info BPJS Kesehatan.

Sang nenek mengungkapkan, Bobby saat itu tengah menonton televisi dan tiba-tiba mengeluhkan rasa sakit kepala dan merasa tidak sehat. “Dia sedang duduk di sana dan berkata, nenek, kepalaku terasa tidak enak. Dan semuanya berjalan buruk setelah itu,”tuturnya.

Ambulans yang datang, membawa Bobby Royal Victoria Infirmary di Newcastle. Selama perjalanan, detak jantung Bobby sempat berhenti beberapa kali. Dokter mengatakan, Bobby-Jo mengalami aneurisma pecah di bagian belakang otaknya. Dokter berjuang selama dua jam, tetapi usaha mereka gagal. “Semua tampak terjadi dalam hitungan sepersekian detik,” ujar sang nenek.

Aneurisma sendiri adalah kelainan pembuluh darah otak yang muncul akibat penipisan dan degenerasi dinding pembuluh darah arteri. Penyebabnya adalah kelainan bawaan, hipertensi, dan adanya infeksi atau trauma. Kondisi ini menimbulkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga membentuk tonjolan seperti balon.

Tonjolan dinding pembuluh darah tersebut lebih tipis dibandingkan dengan dinding pembuluh darah normal, sehingga dapat pecah kapan pun secara tiba-tiba. Pecahnya aneurisma sangat fatal karena dapat menyebabkan kematian akibat pendarahan otak. Itulah yang dialami Bobby.

Menurut dokter, aneurisma dapat ditangani dengan clipping aneurysm dan coiling. Tindakan clipping aneurysm yaitu tindakan pembedahan untuk memasang clip pada leher aneurisma. Sementara itu, tindakan coiling adalah teknik radiologi intervensi dengan memasukkan coil untuk menyumbat aneurisma. Tindakan yang diambil tentunya tergantung pada ukuran, bentuk, serta lokasi aneurisma.

Pecahnya aneurisma adalah kasus gawat darurat. Segera cari pertolongan medis apabila Anda atau orang terdekat merasakan nyeri kepala hebat yang muncul tiba-tiba, kejang, dan penurunan kesadaran. Pemeriksaan medis (medical check up) secara rutin sangat dianjurkan sebagai tindakan preventif.

Pada sisi lain, kebanyakan kasus stroke berawal dari gejala ringan seperti sakit kepala. Namun, banyak awam yang menganggapnya sebagai sakit kepala biasa. Sakit kepala memang gejala stroke yang minimal tapi tak bisa dianggap biasa. Ahli spesialis radiologi, dr Prijo Sidipratomo, SpRad, mengatakan, gejala ringan seperti sakit kepala memang cukup minimal, tetapi dalam pemeriksaan lanjutan mungkin ditemukan kelainan.

Oleh karena itu, pemeriksaan lebih lanjut penting sekali untuk dilakukan jika kerap terserang sakit kepala apalagi sampai sakit kepala yang kronis.Menurutnya, jika seseorang terkena stroke, masih bisa diselamatkan jika saat kejadian langsung di bawa ke rumah sakit kurang dari 3 jam.

Jangan AnggapRemeh Sakit Kepala

"Pasien stroke bisa diobati bila dalam waktu kurang dari 3 jam dibawa ke tempat yang tepat," ujar dr. Prijo dalam acara 'Neurovascular Roundtable Case Board Discussion' di Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang. Sakit kepala ini merupakan gejala stroke ringan yang bisa hilang dalam beberapa menit atau jam. Selain sakit kepala, gejala stroke ringan lainnya antara lain bingung, pandangan kabur, kesemutan dan hilang keseimbangan. Stroke terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah ke otak terhenti karena penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau pembekuan darah yang menyumbat pembuluh darah ke otak.

Stroke bisa datang kapan saja tanpa disadari. Orang biasanya baru sadar ketika sudah pingsan atau

terjadi kelumpuhan di salah satu sisi tubuhnya. Jika sudah dalam kondisi tersebut menurut dr Prijo pasien harus segera dibawa ke rumah sakit yang tepat. Yang dimaksud tempat yang tepat adalah rumah sakit yang memiliki peralatan dan para ahli yang memadai.

"Bila dalam waktu kurang dari 3 jam pasien tersebut dibawa ke rumah sakit, sumbatan

yang terjadi dapat dilarutkan dan kecacatan dapat dikurangi," ujarnya. Sementara

dr Nerissa UKo, MD, seorang neurointensivist dari University of California San Fransisco Medical Center, berpendapat bahwa dalam menangani setiap kasus stroke janganlah dilakukan

secara agresif. Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah. Obat untuk menurunkan kolesterol yang biasa diberikan dokter adalah sejenis obat STATIN. Obat ini, mempunyai efek samping menurunkan massa otot dan juga berakibat negatif buat ginjal.

Sebelum gunakan obat untuk mengatasi sakit kepala, coba atasi dulu dengan bahan-bahan yang tersedia di rumah. Misalnya, minyak lavander. Teteskan dua hingga tiga minyak lavander ke dalam baskom kecil yang berisi tiga cangkir air panas. Lavender sudah dikenal berguna untuk mengatasi sakit kepala dan migrain.

STROKE Bisa juga menggunakan minyak pepermint. Minyak pepermint adalah obat rumah memenangkan yang terbukti meredakan sakit kepala yang disebabkan karena tegang. Minyak berbau segar ini mampu mengatasi sakit kepala dan nyeri karena biasanya sakit kepala disebabkan karena aliran darah yang buruk. Hal ini disebabkan karena minyak ini membantu untuk membuka pembuluh darah.

Sedangkan, minyak basil, juga bisa sangat bermanfaat untuk sakit kepala. Bila di Italia dikenal dengan basil, di Indonesia dikenal dengan kemangi. Minyak dari tanaman ini bisa menjadi obat sederhana mengatasi sakit kepala. Basil bekerja sebagai relaksasi otot sehingga membantu sakit kepala yang disebabkan ketegangan otot. Cara lain adalah pijat. Pijat sendiri bagian kepala di belakang tengkorak bisa mengurangi rasa sakit migrain menurut peneliti dari Brazil.

SEHAT

Page 11: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014

Info BPJS Kesehatan edisi 12 Tahun 2014

Kilas & Peristiwa

Q & A Question and Answer

11

CARA MEMBAYAR IURAN BPJS KESEHATAN (bagian 2)1. Apakah peserta BPJS Kesehatan harus memiliki rekening terlebih dahulu agar bisa membayar iuran ?

Ya, peserta yang belum/tidak memiliki rekening harus memiliki salah satu rekening dari Bank yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, yaitu BRI, BNI dan Bank Mandiri

2. Apakah peserta dikenakan biaya administrasi dalam melakukan pembayaran iuran ?

Tidak, peserta tidak dikenakan biaya administrasi.

3. Apakah pembayaran peserta bisa dapat melakukan pembayaran dengan autodebet ? Bagaimana caranya ?

Bisa, peserta dapat melakukan pembayaran dengan sistem autodebet. Adapun cara pendebetannya adalah :

a. Peserta harus memiliki rekening salah satu bank mitra BPJS kesehatan.b. Peserta mendaftarkan diri pada petugas cabang bank mitra untuk dilakukan autodebet.c. Peserta telah menyelesaikan seluruh kewajiban sebelumnya yang tertunggak (jika ada)d. Peserta menjaga saldo agar dapat didebet untuk pembayaran iuran BPJS Kesehatan.

4. Pada tanggal berapa autodebet dilakukan ?

Autodebet dilakukan pada tanggal 6 setiap bulannya.

5. Bagaimana cara mengganti / memindah layanan autodebet dari bank mitra satu ke bank mitra lainnya ?

Peserta dapat mengganti/pindah layanan autodebet dengan terlebih dahulu datang pada bank mitra yang pertama kali mendaftarkan peserta ke layanan autodebet, setelah itu peserta datang ke bank mitra yang dituju untuk mengaktifkan layanan autodebet pada bank mitra lainnya.

6. Bagaimana jika peserta terlambat membayar (lebih dari tanggal 10 setiap bulannya) ?

Apabila terlambat membayar peserta akan dikenakan denda sebesar 2% dari iurannya. Sehingga total pembayarannya adalah iuran pokok+denda.

7. Bagaimana jika peserta kelebihan dalam membayar ?

Kelebihan pembayaran dapat dikembalikan dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Badan Usaha : Kelebihan pembayaran dikembalikan kepada Badan Usaha setelah diperhitungkan dengan piutang/kewajiban (tunggakan dan denda jika masih ada) dan iuran tersebut untuk 1 bulan berikutnya.b. Individu : Kelebihan pembayaran dikembalikan kepada Individu setelah diperhitungkan dengan piutang/kewajiban (tunggakan dan denda jika ada) dan iuran tersebut untuk 3 bulan berikutnya.c. Segala biaya yang timbul dari pengembalian kelebihan pembayaran iuran tersebut menjadi beban peserta / Badan Usaha.

8. Bagaimana proses pengembalian kelebihan pembayaran iuran ?

Kelebihan pembayaran dapat diproses melalui kantor cabang dengan langkah sebagai berikut :

a. Peserta/penganggung jawab Badan Usaha menyampaikan ke kantor cabang BPJS Kesehatan dengan melengkapi :- Bukti pembayaran- Bagi peserta mandiri : Foto copy kartu BPJS Kesehatan dan KTP

- Bagi Badan Usaha : Membawa surat pernyataan kelebihan pembayaran dari manajemen perusahaan.Petugas staff kolekting BPJS Kesehatan akan melakukan verifikasi. Apabila hasil verifikasi peserta dinyatakan kelebihan, maka akan dikembalikan ke rekening peserta.

JAKARTA, 30 OKTOBER 2014 – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan - badan hukum publik yang dibentuk untuk melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terus mencatatkan kinerja positif yang tercermin antara lain melalu peningkatan jumlah peserta, fasilitas kesehatan maupun dalam hal penyelesaian klaim.

BPJS Kesehatan mencatat, jumlah peserta hingga 31 Agustus 2014 mencapai 127.251.791 jiwa, meningkat dibandingkan posisi per 30 Juni 2014 yaitu 124.553.040 jiwa. Bahkan, berdasarkan data per 3 Oktober 2014, jumlah peserta sudah mencapai 128.915.085 jiwa. Jumlah peserta penerima bantuan iuran (PBI) per 31 Agustus 2014 mencapai 86,4 juta jiwa, peserta non-PBI sebesar 33.358.790 jiwa, sedangkan peserta transisi Jamkesda dan Askes 7.493.001.

“Untuk jumlah peserta ini berarti sudah jauh melampaui target sampai dengan akhir Tahun 2014 yang sebesar 121,6 juta jiwa,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan Tono Rustiano.Sepanjang periode Januari – Agustus 2014, BPJS Kesehatan juga mencatat penerimaan iuran peserta sebesar Rp 25,656 triliun dengan porsi terbesar dari iuran PBI, yaitu Rp 13,288 triliun. Mengacu data

penerimaan iuran per 30 Juni 2014 yang sebesar Rp 18,412 triliun, berarti ada tambahan penerimaan iuran sebesar Rp 7,24 triliun.

Jumlah fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan juga meningkat dari 16.831 per 30 Juni 2014 menjadi 17.419 faskes per 31 Agustus 2014, yang terdiri atas 9.768 puskesmas, 3.590 dokter praktik perorangan, 1890 klinik pratama, 1.327 klinik TNI/Polri, 836 dokter gigi praktik mandiri dan 8 RS D Pratama. Begitu juga dengan jumlah faskes rujukan tingkat lanjutan, yang meningkat dari 1.551 per 30 Juni 2014 menjadi 1.574 faskes rujukan, mencakup 18 RS pemerintah kelas A, 135 RS pemerintah kelas B, 294 RS pemerintah kelas C, 158 RS pemerintah kelas D, 127 RS Khusus, 34 RS Khusus Jiwa, 602 RS Swasta, 103 RS TNI, 40 RS Polri, dan 63 Klinik Utama. Selain itu, hingga 31 Agustus 2014, BPJS Kesehatan juga sudah bekerja sama dengan faskes penunjang yang meliputi 1.359 apotek dan 801 optikal.

Hingga 31 Agustus 2014, jumlah kunjungan pasien peserta BPJS Kesehatan ke faskes tingkat pertama mencapai 34.599.140 kunjungan dan dari jumlah tersebut sebanyak 4.164.506 dirujuk ke faskes rujukan tingkat lanjutan.

BPJS Kesehatan sampai dengan 31 Agustus 2014 telah membayar klaim sebesar Rp 24,4 triliun kepada sejumlah fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun penyaluran dana kapitasi ke faskes tingkat pertama untuk periode yang sama mencapai Rp 5,38 triliun.

“Yang lebih penting, ada peningkatan dalam hal rata-rata waktu penyelesaian klaim, yaitu 2,95 hari sejak berkas lengkap dari rumah sakit diajukan sakit diajukan kepada BPJS Kesehatan. Waktu ini jauh lebih cepat daripada batas waktu yang ditetapkan, yaitu 15 hari, dan lebih baik dibandingkan catatan per 30 Juni 2014 yang rata-rata 3,16 hari,” tutur Tono.

Untuk jaringan kantor dan operasional, mengacu data per 31 Agustus 2014, BPJS Kesehatan memiliki 103 Kantor Cabang, 367 kantor Layanan Operasional kab/Kota, 1.216 BPJS Kesehatan Center dan 19 Liaison Officer. BPJS Kesehatan juga baru saja meresmikan Kantor Divisi Regional XIII dengan wilayah kerja Provinsi Banten, Provinsi Lampung dan Povinsi Kalimantan Barat. Dengan demikian, saat ini BPJS Kesehatan memiliki 13 Kantor Divisi regional.

BPJS Kesehatan Terus Catatkan Kinerja Positif

Page 12: Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 12, Tahun 2014