lutung2

7
Estimasi Kepadatan Populasi Lutung Jawa ( Trachypithecus auratus, Napier and Napier 1967) di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Novita Tania, Nofita Lasari, *Septiani Mapikasari, Azka Nurina, Risa Eno Aprilyanti, Dilfara Dinda S., Saputri Pri Ramadhan, Agustina Setyaningsih, Eka Fitriani Widyastuti KSP Macaca XII Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda 10, Rawamangun Jakarta13220 * email : [email protected] ABSTRACT Gunung Pangrango National Park, have high potential biodiversity. It has an important and strategic role in preserving biodeversitas one of them is one of these primates is javan langur (Trachypithecus auratus). The aims of study is to estimate population distribution javan langur. This study was performed on 16- 19 January 2014 in (PPKAB) the part of area Gunung Gede National Park, West Java. Data retrieval performed three different paths on TNGGP (afrika kanopi, cipanyairan 1 and CPD 2). The methods used to descriptive with a line transect data retrieval techniques. Observations on the three lines is 18 individuals with a density of 10,2 ind/km². Thus the population of javan langur come within in PPKAB not too dense. Key words: Descriptive Methods, estimation, Javan langurs ( Trachypithecus auratus), PPKAB, techniques of line transect, ABSTRAK Taman nasioanl gunung gede pangrango (TNGGP), sukabumi jawa barat, merupakan salah satu kawasan yang mempunyai potensi keragaman hayati yang tinggi. Taman nasional gunung gede pangrango mempunyai peranan penting dan stategis dalam melestarikan biodeversitas alam salah satunya hewan primata yaitu jenis lutung jawa (Trachypithecus auratus).Penelitian ini bertujuan estimasi distribusi populasi lutung jawa. Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 16-19 Januari 2014 di kawasan Pusat Pendidikan konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada tiga jalur berbeda di TNGGP (Afrika kanopi, Cipanyairan 1 dan CPD 2). Metode yang digunakan deskriptif dengan teknik pengambilan data line transect. Hasil pengamatan di tiga jalur adalah 18 individu dengan kepadatan 10,2 ind/km². Dengan demikian populasi lutung jawa dikawasan PPKAB tidak terlalu padat. Kata kunci : Estimasi, lutung jawa (Trachypithecus auratus), metode deskriptif, PPKAB, teknik line transect.

Upload: gina-septriana

Post on 13-Sep-2015

245 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

populasi

TRANSCRIPT

  • Estimasi Kepadatan Populasi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus, Napier and Napier 1967) di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol

    Novita Tania, Nofita Lasari, *Septiani Mapikasari, Azka Nurina, Risa Eno Aprilyanti,

    Dilfara Dinda S., Saputri Pri Ramadhan, Agustina Setyaningsih, Eka Fitriani Widyastuti

    KSP Macaca XII Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda 10, Rawamangun Jakarta13220

    *email : [email protected]

    ABSTRACT

    Gunung Pangrango National Park, have high potential biodiversity. It has an important and

    strategic role in preserving biodeversitas one of them is one of these primates is javan langur

    (Trachypithecus auratus). The aims of study is to estimate population distribution javan

    langur. This study was performed on 16- 19 January 2014 in (PPKAB) the part of area

    Gunung Gede National Park, West Java. Data retrieval performed three different paths on

    TNGGP (afrika kanopi, cipanyairan 1 and CPD 2). The methods used to descriptive with a

    line transect data retrieval techniques. Observations on the three lines is 18 individuals with

    a density of 10,2 ind/km. Thus the population of javan langur come within in PPKAB not too

    dense.

    Key words: Descriptive Methods, estimation, Javan langurs ( Trachypithecus auratus),

    PPKAB, techniques of line transect,

    ABSTRAK

    Taman nasioanl gunung gede pangrango (TNGGP), sukabumi jawa barat, merupakan salah

    satu kawasan yang mempunyai potensi keragaman hayati yang tinggi. Taman nasional

    gunung gede pangrango mempunyai peranan penting dan stategis dalam melestarikan

    biodeversitas alam salah satunya hewan primata yaitu jenis lutung jawa (Trachypithecus

    auratus).Penelitian ini bertujuan estimasi distribusi populasi lutung jawa. Penelitian ini di

    laksanakan pada tanggal 16-19 Januari 2014 di kawasan Pusat Pendidikan konservasi Alam

    Bodogol (PPKAB) yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede

    Pangrango, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada tiga jalur berbeda di TNGGP

    (Afrika kanopi, Cipanyairan 1 dan CPD 2). Metode yang digunakan deskriptif dengan teknik

    pengambilan data line transect. Hasil pengamatan di tiga jalur adalah 18 individu dengan

    kepadatan 10,2 ind/km. Dengan demikian populasi lutung jawa dikawasan PPKAB tidak

    terlalu padat.

    Kata kunci : Estimasi, lutung jawa (Trachypithecus auratus), metode deskriptif, PPKAB,

    teknik line transect.

  • PENDAHULUAN

    Taman Nasional Gunung Gede

    Pangrango (TNGGP) diresmikan pada

    tahun 1980. Luas taman nasional ini

    sekitar 21.975 ha (KOMPAS, 2003).

    TNGGP mempunyai potensi keragaman

    hayati yang tinggi di dunia sehingga

    kawasan ini menjadi tempat yang sangat

    penting untuk konservasi flora dan fauna

    di dunia.

    Wilayah Pusat Pendidikan

    Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)

    diresmikan pada tanggal 12 Desember

    1998. PPKAB ini terletak di sebelah

    barat TNGGP, Sukabumi, Jawa Barat.

    Luas area 56 hektar dengan ketinggian

    800 meter di atas permukaan laut.

    (TNGGP, 2009).

    PPKAB terdapat hutan yang

    heterogen dengan keanekaragaman alam

    serta satwa satwa yang hidup di dalamnya. Termasuk beberapa primata

    seperti lutung jawa (Trachypithecus

    auratus). Lutung jawa merupakan salah

    satu monyet dari kelompok dunia lama

    yang merupakan hewan endemik Indonesia

    terutama di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan,

    dan Sumatera (Supriatna, 2000).

    Sebagaimana spesies lutung lainya, lutung

    jawa yang biasa disebut dengan lutung

    budeng mempunyai ukuran tubuh yang

    kecil, sekitar 476-550 mm, dengan ekor

    yang panjangnya antara 600-750 mm.

    Ekornya lebih panjang hampir satu

    setengah kali panjang tubuhnya (Supriatna,

    2000). Lutung jawa atau biasa disebut

    dengan lutung budeng terdiri atas dua

    subspesies yaitu Trachypithecus auratus

    dan Trachypithecus auratus mauritius.

    Lutung jawa memiliki warna rambut

    hitam dengan diselingi warna keperakan

    dan terdapat jambul pada kepalanya.

    Lutung jawa melakukan segala

    aktivitasnya pada siang hari (diurnal).

    Dalam melakukan gerakan, lutung jawa

    lebih sering meloncat saat berpindah dahan

    dan terkadang menggunakan empat

    anggota tubuhnya saat berjalan di dahan

    pohon yang besar. Berdasarkan IUCN red

    list (2010). Status lutung jawa termasuk

    endagered atau terancam punah.

    Karena statusnya yang terancam

    punah, maka diadakan penelitian untuk

    mengestimasi populasi lutung jawa di

    PPKAB. Oleh karena itu, lutung jawa

    dipilih sebagai objek studi.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini di laksanakan pada

    tanggal 17-18 Januari 2014 di kawasan

    Pusat Pendidikan konservasi Alam

    Bodogol (PPKAB). Pengambilan data

    dilakukan pada tiga jalur berbeda di

    TNGGP (jalur afrika-kanopi, jalur

    cipanyairan 1, dan jalur CPD 2).

    Alat-alat yang dapat digunakan selama

    pengambilan data estimasi kepadatan

    Lutung Jawa di kawasan PPKAB adalah

    handcounter sebagai acuan jarak saat objek

    ditemukan, binokuler sebagai alat bantu

    melihat objek pada jarak yang relatif jauh

    dan kompas bidik untuk mengetahui sudut

    objek terhadap jalur, kompas bidik,

    tabulasi data, papan jalan, buku catatan

    dan alat alat tulis.

    Pengambilan data mengenai

    kepadatan populasi lutung jawa. Teknik

    ad-libitum sampling untuk mengetahui

    catatan tambahan dalam hal perilaku. Pada

    teknik ini, observer mengambil kejadian

    secara utuh (detail). Pengambilan data

    dimulai dengan mencari hewan objek

    (lutung jawa) dengan menyusuri jalur

    pengamatan. Pengamatan terhadap

    individu dan kelompok lutung jawa

    dilakukan dengan teropong

    binokuler.Setiap kelompok yang

    ditemukan, ditentukan posisi tempatnya

    dengan menggunakan kompas bidik dan

  • estimasi jarak. Selanjutnya dilakukan

    penghitungan jumlah individu dalam

    kelompok yaitu jumlah individu dewasa

    (adult),muda (subadult), anak-anak

    (Juvenile) dan bayi (infant).

    Metode yang digunakan dalam

    penelitian adalah menggunakan metode

    Line Transect yang dimodifikasi dengan

    mencatat objek target pada jalur

    pengamatan yang telah telah ada Line

    Transect merupakan suatu petak dimana

    seorang pencatat berjalan sepanjang garis

    transek. Pencatatan dilakukan dengan

    mengukur jarak peneliti dengan satwa

    primata yang ditemui (direct distance) dan

    jarak tegak lurus antara satwa primata

    yang ditemui dengan jalur (prependicular

    distance). Metode Line Transect ini dapat

    sekaligus untuk mencatat data dan

    beberapa jenis satwa. Wilayah yang

    dijadikan sampling dibagi menjadi

    beberapa jalur.

    Keterangan :

    Pengambilan data dilakukan pada

    tiga jalur berbeda pada TNGGP (afrika

    kanopi, cipanyairan 1, dan CPD 2), pada

    setiap jalur dilakukan penelusuran dari

    titik awal hingga titik akhir jalur, dan

    pengulangan dari titik akhir ke titik awal

    jalur. Beberapa parameter pengamatan

    yang dicatat antara lain waktu perjumpaan

    jumlah individu lutung jawa yang dapat

    dilihat, jarak antara pengamat dengan

    individu lutung jawa sudut antara

    pengamat terhadap objek lokasi satwa

    objek ada jalur pengamatan, lebar jalur,

    panjang jalur, cuaca, komposisi umur dan

    jenis kelamin.

    Pengamatan dan teknik pengumpulan data

    aktivitas lutung jawa dilakukan dengan

    menggunakan metode Scan Sampling,

    yaitu pencatatan tingkah laku setiap

    individu kelompok yang menjadi target

    pengamatan pada interval waktu dan bisa

    juga dengan Focal Animal Sampling, yaitu

    hanya mengikuti satu individu saja.

    Analisis Data

    Analisis data dilakukan secara

    deskriptif untuk mengetahui besaran

    kepadatan populasi lutung jawa yang

    ditentukan dengan menggunakan data

    jumlah individu dan kelompok lutung jawa

    yang ditemukan pada jalur-jalur

    pengamatan dan dibagi dengan luas jalur

    pengamatan secara keseluruhan.

    Menurut van Schaik et al. (1995),

    perhitungan nilai kepadatan populasi setiap

    jenis satwa primata dari data pengamatan

    langsung dalam kawasan yang diteliti

    dengan metode Line Transect dapat

    digunakan rumus dasar sebagai berikut :

    D = N

    2xy

    Keterangan :

    D = Density / Kepadatan

    N = Jumlah Individu

    x = Panjang Jalur

    y = Jarak tegak Lurus Objek

    dengan Jalur

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil perhitungan

    didapatkan kepadatan lutung sebesar 10,2

    ind/km dengan jumlah sebanyak 18 ekor,

    dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Hasil peghitungan nilai populasi

    lutung jawa (Trachypithecus auratus) di

    Pusat Penelitian Konservasi Alam

    Bodogol

    No

    Jalur

    Komposisi

    Jumlah

    Kepadatan

    (Ind/ha) A Sa Ju Ch In

    1 Afrika Kanopi 5 3 1 - - 9

    10,2 Ind/km 2 Cipadaranten II 4 - - - - 4

    3 Cipanyairan I 2 3 - - - 5

    Keterangan : A ( Adult), Sa (Subadult), Ju (Juvenil), Ch (Child), In (Infant)

    Gambar 1. Peta jalur PPKAB

  • Lokasi penelitian dapat disajikan

    pada gambar 1. Bahwa penelitian ini

    melewati beberapa jalur, yakni jalur

    Rasamala-Cikaweni, jalur Cipadaranten,

    jalur Afrika Canopy, jalur Long Track dan

    jalur Cipanyairan I & II. Namun, jalur

    tersebut dilalui secara acak.

    1. Komposisi dan Keluarga Lutung Jawa

    Pengamatan yang dilakukan

    mengenai kepadatan populasi meliputi

    aktivitas yang sedang dilakukan oleh

    lutung jawa. Selama waktu pengamatan

    ditemukan komposisi dalam satu keluarga

    pada jalur Afrika-kanopi dan Cipanyairan

    1. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui

    bahwa dalam satu keluarga terdapat 3-6

    individu dan jumlah keseluruhan 18 ekor.

    Berdasarkan (Kool, 1993) bahwa dalam

    satu grup terdapat 6-21 individu dengan

    satu atau dua adult male. Hal ini di

    karenakan, jalur tersebut memiliki

    karakteristik pohon yang heterogen dan

    sedang berbuah serta banyaknya terdapat

    pucuk daun sebagai pakan utama dari

    lutung jawa. Faktor lain yang diduga

    mempengaruhi yaitu pengamatan yang

    dilakukan tidak melewati jalur yang

    menjadi wilayah jelajah dari populasi

    lutung jawa, selain itu waktu frekuensi

    perjumpaan dengan objek yang berdekatan

    sehingga di duga merupakan objek yang

    sama.

    Berdasarkan pengamatan pada

    ketiga jalur yang dilewati, lebih banyak

    individu lutung jawa yang ditemukan di

    jalur Afrika Kanopi, sebanyak 9 individu.

    Sementara pada Cipadaranten II sebanyak

    4 individu dan Cipanyairan I sebanyak 5

    individu. Hal tersebut dikarenakan

    vegetasi tanaman di jalur Afrika Kanopi

    yang heterogen dan kerapatan kanopi

    dibandingkan jalur Cipadaranten II dan

    Cipanyairan I. Pakan lutung jawa biasanya

    yaitu Afrika Maesopsis eminil, dan Ficus

    sp. Lutung merupakan hewan folivorous

    (pemakan daun) karena memiliki pakan

    alami daun-daunan. Selain itu lutung juga

    memakan bunga, kuncup bunga, dan larva

    serangga (Kool, 1993).

    Lutung jawa hidup dihutan dataran

    rendah hingga dataran tinggi, baik dihutan

    primer maupun sekunder. Mereka juga

    mendiami daerah perkebunan dan hutan

    bakau (Supriyatna dan Wahyono, 2000).

    Akibat pengurangan habitat untuk berbagai

    keperluan manusia, maka semenjak

    tanggal 22 September 1999, lutung jawa

    (Trachypithecus auratus) telah dilindungi

    undang-undang, berdasarkan SK. Menteri

    Kehutanan dan Perkebunan No. 773/Kpts-

    II/1999. Menurut CITES, Lutung Jawa

    (Trachypithecus auratus) termasuk dalam

    kategori Appendix II (Satwa yang tidak

    boleh di perdagangkan karena

    keberadaannya terancam punah) dan pada

    tahun 1996 oleh IUCN diketegorikan

    sebagai primate yang rentan (vulnerable)

    terhadap gangguan habitat karena terus

    terdesak oleh kepentingan manusia

    (Supriatna dan Edy, 2000). Para lutung

    Jawa ditemukan di pulau Jawa dan pulau-

    pulau kecil Bali dan Lombok, Indonesia

    (Weitzel dan Groves, 1985).

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian di

    PPKA Bodogol, maka dapat kami

    simpulkan kepadatan populasi lutung jawa

    pada jalur penelitian jalur Rasamala-

    Cikaweni, jalur Cipadaranten, jalur Afrika

    Canopy, jalur Long Track dan jalur

    Cipanyairan I & II. Namun, jalur tersebut

    dilalui secara acak.adalah 10,2 ind/km

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Terimakasih kami ucapkan kepada

    Balai Taman Nasional Gunung Gede

    Pangrango, Fakultas Biologi Universitas

    Negeri Jakarta, seluruh anggota aktif dan

    senior Kelompok Studi Primata

    Macacaserta,serta seluruh staf PPKA

    Bodogol yang telah banyak membantu

    dalam pelaksanaan kegiatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2005 . Inventarisasi Flora

    Dilindungi dan Mengidentifikasi

    Home Range Lutung Budeng

    (Trachypithecus auratus cristatus)

    Serta Hubungan Antara Keduanya.

    Balai Taman Nasional Baluran.

    Groves, C.P. 2001. Primate Taxonomy.

    Smithsonian Institute Press:

    Washington, D.C.

    Supriatna, J. dan E. Hendras W. 2000.

    Panduan Lapangan Primata

    Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor

    Indonesia.