lunar r desc

27
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA LABORATORIUM PSIKOLOGI BANDUNG LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI PSIKOLOGI NARRATIVE DESCRIPTION REAKSI EMOSI Disusun oleh Nama : Lulu Syadza S NPM : 10050014215 Kelas : E Kelompok : A Pembimbing : Silva Amalia, S.Psi.

Upload: fitryza-rahmisari

Post on 15-Apr-2016

230 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hihi

TRANSCRIPT

Page 1: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI PSIKOLOGI

NARRATIVE DESCRIPTION REAKSI EMOSI

Disusun oleh

Nama : Lulu Syadza S

NPM : 10050014215

Kelas : E

Kelompok : A

Pembimbing : Silva Amalia, S.Psi.

Page 2: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI PSIKOLOGI

TEKNIK PENCATATAN RATING SCALE

Tujuan pemeriksaan : Mendeskripsikan perilaku individu yang

menunjukan reaksi emosi saat menonton

tayangan video

Tanggal pemeriksaan / pengambilan data : 25 Desember 2015

Tempat pemeriksaan : Seminar 3 Lab. Psikologi Universitas

Islam Bandung

Pemeriksa : Lulu Syadza S

N I M : 10050014215

Pembimbing : Silva Amalia, S.Psi.

I. IDENTITAS

Nama Subyek 1 : N

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 7 Maret 1997

Suku bangsa : Sunda

Pendidikan : Mahasiswa Fak. Psikologi Unisba Semester 3

Alamat : Jln. IG No. X Kota B

Page 3: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

II. RANCANGAN OBSERVASI NARRATIVE DESCRIPTION REAKSI EMOSI

Tujuan : Mendeskripsikan reaksi emosi yang muncul pada perilaku

individu saat menonton tayangan video

Acuan Teoretik : Terlampir

Variabel dan dimensi tingkah laku yang diobservasi : Perilaku verbal dan non

verbal individu yang menunjukan reaksi emosi tertentu

Subjek / Kandidat : Mahasiswa S1

Teknik Pengambilan dan Pencatatan : Event Sampling

Teknik Pengolahan dan Interpretasi : Analisis Kualitatif

III. TINJAUAN TEORETIS

HUBUNGAN EMOSI DENGAN PERNYATAAN TUBUH

Emosi menunjukan suatu keadaan komplek manusia terdiri dari perubahan

fisiologis dari keadaan seimbang yang secara subjektif dialami sebagai feeling dan

dimanifestasikan dalam perubahan tubuh dan dapat dinyatakan dalam tindakan overt

(terlihat).

Pengelompokan emosi dalam :

1. Keadaan yang menyenangkan (Pleasant) : misalnya kebahagiaan, cinta,

kegembiraan

Page 4: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

2. Keadan yang tidak menyenangkan (Unpleasant) : misalnya ketakutan,

kesedihan, kemarahan

Pernyataan perilaku overt timbul bila ada rangsangan dari luar organissme, yaitu

dari dalam diri maupun dari luar organisme. Pernyataan di kemukakan seseorang

melalui berbicara, ekspresi atau mimik wajah, gerakan-gerakan tubuh, sikap tubuh, dan

gerakan-gerakan lainnya. Menurut Strehle, ada 2 bentuk pernyataan kepribadian, yaitu :

1. Bentuk Tetap, berarti bahwa tidak berubah dan kalaupun berubah maka

perubahan yang terjadi tidaklah banyak. Bentuk tetap ditemukan pada;

a. Bentuk badan yang dikatakan menyatakan keadaan jiwa tertentu.

b. Fisiognomi yaitu bahwa dari wajah (atau roman muka) dapat dikatakan

kepribadian

c. Frenologi, menyatakan diri bahwa bentuk tengkorak tertentu dapat dilihat

keadaan pikiran tertentu.

d. Tangan, dalam hal ini bentuk tangan menceritakan banyak perihal yang

bersangkutan.

2. Bentuk tidak tetap, artinya adanya perubahan-perubahan dan ini ditemukan

pada:

a. Peredaran darah yang dipengaruhi keadaan individu.

b. Pernafasan

c. Badan, yang dimaksud disini ada sikap tubuh (posture)

d. Gerakan, yaitu gerakan seluruh tubuh.

e. Anggota badan, gerakan lengan, tangan mislanya pada waktu menolak atau

meminta.

f. Berdiri, dalam hal ini menunjukan cara berdiri seseorang.

g. Berjalan, berjalannya orang yang gembira berbeda dengan orang yang sedih.

h. Kepala, bukan bentuk kepala tapi bagaimana sikap dan gerakan kepala.

i. Wajah dan mimik, terjadi kombinasi gerakan dahi, mata, mulut, hidung.

Page 5: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernyataan seseorang adalah:

1) Budaya: Kepercayaan, pola asuh atau pola didik.

2) Tipe kepribadian: Pengekspresiannya (dipengaruhi emosi dan motif, namun tipe

kepribadian yang satu tidak lebih baik dari yang lainnya), seperti:

- Ekstrovert: Ceria, ramah, cepat, teliti, suka humor (cenderung mudah

bersosialisasi)

- Introvert: Teliti, banyak cemas, lamban, kurang mampu bersosialisasi.

3) Perubahan sikap yang dapat diterima secara moral dan sosial.

4) Perbedaan jenis kelamin : terkait pernyataan maskulin dengan feminin Bahasa

tubuhnya mempunyai cara yang khas

5) Sifat isyarat non verbal sangat halus dan terjadinya sekilas.

6) Perbedaan Usia : misalnya cara berbohong, pada anak, segera menutup mulutnya

dengan 1 atau 2 tangan (setelah selesai bicara) sedangkan pada remaja, hanya

mengusap-ngusap jarinya perlahan disekeliling mulut (alih-alih menutup mulut).

Pada orang dewasa, tangannya akan ditarik cenderung menyentuk hidung (lebih

diperhalus).

7) Status sosial, pendidikan, tingkat sosial skala atas atau manajer, lebih

menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi, namun orang berpendidikan atau

para ahli lebih bergantung pada isyarat dari pada kata-kata.

Dalam menfasirkan pernyataan harus melihat sekelompok gerak isyarat (jangan dipisah-

pisahkan), karena setiap gerak isyarat tidak ubahnya seperti 1 kata yang mungkin

mempunyai beberapa arti. Barulah setelah dalam kalimat kita bisa mengerti artinya,

dimana selalu mengungkapkan perasaan atau sikap seseorang.

Contoh :

Menggaruk kepala bisa berketombe, ada kutu, keraguan, lupa atau berbohong,

tergantung gerak isyarat yang terjadi saat itu.

Page 6: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Penilaian kritis gerak tangan ke wajah dengan jari telunjuk menunjuk keatas pipi,

sementara satu jari lain menutupi mulut dan ibu jari menunjang dagu. Bila defensive

maka tumpangan kakinya rapat dengan tangan menyilang di depan tubuh.

emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Pengalaman emosi yang terjadi, diutarakan dalam suatu bentuk ekspresi emosi.

Ekspresi emosi adalah suatu upaya mengkomunikasikan status perasaan individu, berorientasi pada tujuan (Planalp, dalam Safaria & Saputra, 2009). Sementara menurut Paul Ekman (dalam Goleman, 2002) ekspresi emosi merupakan keadaan kesiapan kita untuk menanggapi peristiwa-peristiwa mendesak saat bereaksi dan merespon situasi.

Goleman (2002) sendiri merujuk istilah ekspresi (pengungkapan) emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Gross dan John (dalam Safaria & Saputra, 2009) menjelaskan bahwa pengungkapan emosi berkaitan dengan penilaian terhadap situasi dan status internal. Individu yang tidak mampu menilai hubungan antara situasi dan perasaannya tidak akan mampu mengungkapkan emosinya.

Menurut Gunarsa (dalam Safaria & Saputra, 2009) pengungkapan emosi adalah suatu bentuk komunikasi melalui perubahan raut wajah dan gerakan tubuh yang menyertai emosi, sebagian luapan emosi, mengungkapkan, menyampaikan perasaannya kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain. Ketika individu tidak mempunyai saluran untuk mengungkapkan emosinya, maka ia akan mengungkapkannya melalui sakit.

Terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi individu dalam pengungkapan emosi ini, antara lain bagaimana bentuk peristiwa yang terjadi, bagaimana evaluasinya terhadap situasi, perubahan fisiologisnya, tendensi tindakannya, regulasi, kondusif atau tidaknya lingkungan dan pengalaman emosi yang pernah dialaminya.

Ada dua cara dalam mengungkapkan emosi. Cara pertama yaitu ernosi diungkapkan secara verbal dengan penuh kesadaran. Untuk cara ini bahasa yang digunakan harus sarna, termasuk pengartian akan kata-kata yang digunakannya. Apabila bahasa yang digunakan sarna tetapi kata-kata yang digunakan diartikan lain maka komunikasi juga akan terganggu. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Cara kedua yang sangat sering dilakukan orang yakni emosi tidak dikatakan tetapi diungkapkan secara nonverbal. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional. 

Page 7: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Amok/ amuk adalah salah satu bentuk pengungkapan emosi secara nonverbal yang ekstrem dan sifatnya patologis. Istilah ini sekarang telah

menjadi istilah psikiatri yang sifatnya universal.Sementara menurut Dirgagunarsa (1996) terdapat tiga macam ekspresi emosi

yang dikenal :

1.      Startle response atau reaksi terkejut di awal. Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan didapat sejak lahir (inborn), jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individu. Karena itu reaksi terkejut ini sama pada setiap orang, yaitu menutup mata, mulut melebar dan kepala serta leher bergerak ke depan.

2.      Ekspresi wajah dan suara (facial and vocal expression). Bagaimana keadaan emosi seseorang dinyatakan melalui  wajah dan suara. Melalui perubahan wajah dan suara kita bisa membedakan orang-orang yang sedang marah, gembira dan sebagainya.

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.Menurut Darwin (1872), menyatakan bahwa ekspresi wajah yang ditampilkan oleh tiap individu berbeda berdasarkan emosi yang mereka alami. Dari ekspresi wajah seseorang, individu dapat menyampaikan informasi tentang keadaan emosi mereka.

Ekspresi wajah yang ditampilkan individu dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman, informasi-informasi, budaya yang telah diterima oleh individu tersebut. Paul Ekman dan koleganya (Ekman, Sorenson, dan Friesen, 1969; Ekman, 1972 dalam John W. Santrock) telah melakukan penelitian mengenai ekspresi emosi yang dimiliki oleh individu dari beberapa latar belakang budaya yang berbeda-beda, yaitu: Amerika Serikat, Brazil, Chile, Argentina, dan Jepang. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ekspresi wajah tertentu memiliki makna universal, tanpa memandang kultur tempat individu yang bersangkutan dibesarkan. Ekspresi yang diteliti adalah ekpresi kegembiraan (happiness), rasa jijik (disgust), terkejut (surprise), kesedihan (sadness), kemarahan (anger), dan ketakutan (fear). Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap negara yang diteliti memiliki ekspresi kemarahan yang sama, yaitu dengan menunjukkan cirri-ciri wajah memerah, kening berkerut, lubang hidung membesar, dan rahang mengatup.

Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi

Page 8: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

tertentu, misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum. Menurut Ekman (2010), wajah memang lebih sering bisa memberikan pesan emosional yang salah dibandingkan suara, meskipun itu tidak pernah bisa seluruhnya dihilangkan. Bahkan ketika mendengarkan dan tidak berbicara, sebuah tanda yang halus dari sebuah ekspresi pun bisa tertangkap.

Wajah atau muka itu sendiri adalah bagian depan dari kepala, pada manusia meliputi wilayah dari dahi hingga dagu, termasuk rambut, dahi, alis, mata, hidung, pipi, mulut, bibir, gigi, kulit, dan dagu. Wajah terutama digunakan untuk ekspresi wajah, penampilan, serta identitas.

Ekspresi vokal dapat berupa nada suara dan urutan pengucapan. Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja. Suara sama pentingnya dengan ekspresi wajah, tetapi berbeda: wajah selalu bisa diobservasi kecuali kalau individu memakai topeng atau selubung (mencoba menyembunyikan emosi), namun suara adalah sebuah sistem yang tidak teratur yang biasanya bisa dihentikan sesuai kehendak (Ekman, 2010).

3.      Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture). Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi. Ini sangat dipengaruhi oleh keadaan kebudayaan dimana individu hidup dan pendidikan yang bagaimana yang didapat individu dari orang tuanya. Jadi ekspresi emosi dalam sikap dan gerak tubuh ini dapat berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Emosi marah misalnya, ada individu yang mengekspresikannya dengan cara mengepal-ngepalkan tangan, memukul meja, namun ada juga individu yang marah dengan cara menarik-narik rambut orang lain. Pada anak-anak terdapat suatu reaksi marah yang disebut temper-tantrums yakni gerakan-gerakan berguling-guling di lantai (tanah). Ekspresi emosi yang sedang jatuh cinta misalnya, dapat dilihat sikap dan gerak tubuh yang gugup, banyak melakukan gerakan yang tidak perlu, sering melakukan kesalahan gerak atau ketidakperluan gerak tertentu, melakukan tatapan yang lebih sering, mencondongkan duduk kea rah lawan bicara yang dicintainya, dan lain-lain. Saat merasakan emosi takut, kaki serta tangan gemetar, posisi tubuh membungkuk, memalingkan badan atau wajah dari objek yang ditakuti.

Planalp (dalam Safaria & Saputra, 2009) memaparkan bentuk pengungkapan emosi sebagai berikut:

a.       Adanya isyarat raut muka, misalnya menangis ketika sedihb.      Adanya isyarat gerak (gesture), misal merangkul bahu sahabat sebagai ungkapan rasa sayangc.       Pengungkapan kata-kata, misalnya menggerutu ketika menemui teman yang mengingkari janji

Page 9: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

d.      Adanya kontrol, misalnya memikirkan waktu yang tepat untuk mengungkapkan kemarahan kepada teman 

Emosi marah, sedih, senang, takut, dan emosi lainnya sering diungkapkan melalui ekspresi wajah, gerak tangan, tubuh, ataupun nada suara. Ekspresi nonverbal banyak berhubungan dengan situasi budaya setempat dan perubahan fisiologis banyak menentukan kesehatan orang. Kaitan erat situasi budaya dan proses fisiologis ini rnembuat emosi sebagai salah satu indikator kesehatan individu . Untuk itu perlu diteliti pengungkapan dan pengartian emosi secara nonverbal. Pengungkapan dan pengartian yang tepat akan menunjang kesehatan dan hubungan antara manusia satu dengan lainnya. Dicapainya dua hal penting dalam kehidupan manusia akan menunjang kesejahteraan mereka. Hal ini penting untuk menunjang kerjasama di antara masyarakat dengan beda latar budaya. Hasil penelitian Keltner, Kring, & Bonanno (1999) telah menunjukkan pula bahwa secara teoritis ekspresi wajah berhubungan secara signifikan dengan penyesuaian setelah kematian pasangan, dalam hubungan jangka panjang, dan dalam konteks gangguan psikologis kronik. Mereka mengkaji bukti yang menunjukkan bahwa ungkapan emosi melalui ekspresi wajah berkaitan dengan hasil proses interpersonal dan sosial. Mereka mengungkapkan bahwa ekspresi emosi di wajah merupakan tanda dunia dalam dan mediator dunia sosial.

Seseorang kadang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian seperti wajah memerah ketika marah, air mata berlinang ketika sedih atau terharu. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Walgito, 1994), bahwa ada tiga macam faktor yang mempengaruhi cara seseorang mengungkapkan emosinya yang dikenal dengan istilah display rules, yaitu masking, modulation dan simulation. Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui ekspresi kejasmanian. Misal, seorang perawat marah karena sikap pasien yang menyepelekan pekerjaannya, kemarahan tersebut diredam atau ditutupi sehingga tidak ada gejala kejasmanian yang menyebabkan tampaknya rasa marah tersebut. Pada modulasi (modulation) orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya mengurangi saja. Misalnya, karena marah, ia ngomel-ngomel (gejala kejasmanian) tetapi kemarahannya tidak meledak-ledak. Pada simulasi (simulation) orang tidak mengalami suatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala kejasmanian.

Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam berbagai aktivitas pada bayi yang baru lahir. Kemampuan mengekspresikan emosi pada manusia adalah kemampuan yang harus dipelajari, oleh karena itu stimulasi emosi yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu diajarkan pada anak-anak sejak dini agar mereka dapat beremosi dengan tepat semasa berhubungan dengan dunia sekitarnya di masa dewasa.

Page 10: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Dalam pengekspresiannya, semua jenis emosi dapat diekspresikan melalui cara yang positif dan negatif (Simpson, Collins, Tran, & Haydon, 2007) :

a.         Ekspresi positif: merupakan kemampuan individu dalam mengutarakan apa yang dirasakan, membiarkan orang lain mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan dan dialaminya. Individu yang mampu menampilkan atau mengekspresikan dirinya dengan jalan yang positif ini biasanya tidak takut akan penolakan meskipun ada konsekuensi pandangan buruk dari orang lain akan pikiran dan perasaan yang diekspresikan tersebut. Individu ini juga cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap orang lain, yakni merupakan keadaan dimana individu mempunyai kemauan untuk terbuka satu sama lain dengan orang lain. Individu merasa bahwa apapun perasaan-perasaan atau informasi yang ia bagi/kemukakan (share) tidak akan dikritik dan merasa tetap aman berada pada orang yang dipercayainya.Lebih jauh Simpson, Collins, Tran, dan Haydon (2007) menambahkan bahwa individu yang mampu menampilkan ekspresi positif atas pengalaman emosional yang dirasakannya biasanya juga dicirikan dengan kesediaannya mendengarkan lawan bicara, responsif dan memberikan dukungan atas perasaan-perasaan yang diutarakan oleh orang lain. Individu ini juga tulus dalam berelasi dengan orang lain dan merasa penuh syukur atas kondisi diri maupun kondisi temannya dalam keadaan seperti apapun.b.        Ekspresi negatif: merupakan kondisi dimana individu menampilkan bentuk-bentuk pengalaman emosi (baik emosi positif dan negatif) melalui cara-cara yang disfungsional, merusak, atau menyakiti orang lain. Individu mengalami kondisi emosi tertentu (bahagia, sedih, marah, cemburu, kebencian dan sebagainya) kemudian ditampilkan dalam perilakunya pada orang lain, namun sifatnya destruktif, menyakiti orang lain dan tidak tepat sasaran. Individu yang menampilkan ekspresi emosi secara negatif ini tampak kekurangan kendali personal. Bisa pula berlaku sebaliknya, dimana individu kehilangan kepercayaan diri, sehingga memendam emosi yang dirasakannya dan tidak berani mengutarakan/menampilkan pada lawan interaksinya.Menurut Simpson, Collins, Tran, & Haydon (2007) individu yang sering menampilkan ekspresi emosi secara negatif biasanya juga tidak mandiri dan cenderung bergantung secara ekstrim pada orang lain, kurang memiliki kendali personal dan interpersonal. Perasaan-perasaan negatif jadi lebih banyak menguasai individu yang terbiasa menggunakan ekspresi negatif ini. Perasaan atau pengalaman emosi negatif yang terjadi cenderung dibesar-besarkan dan merasa sangat buruk atas dirinya sendiri serta senantiasa menyalahkan orang lain.

 

Page 11: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Perbedaan individu dalam ekspresi emosi

Brehm, Miller, Perlman, dan Campbell (2002) menjelaskan tentang perbedaan antara pria dan wanita dalam hal mengekspresikan perasaan. Perbedaan ini lebih dilandasi oleh peran gender antara pria dan wanita, bukan secara kondisi seksual biologis. Menurutnya, perempuan cenderung lebih ekspresif dalam mengutarakan perasaan dan isi hatinya, utamanya pada orang yang dipercaya. Sementara pada pria, cenderung sulit mengutarakan isi hati dan mengekspresikan perasaan secara terbuka. Kecuali pada pria androgini, dimana unsur sisi feminimnya lebih banyak dibanding pria tradisional (macho man). Pria tradisional cenderung mengutarakan isi hati seperlunya dan dangkal, pria androgini dapat dengan mudah untuk bersikap asertif dan hangat/akrab pada lawan bicaranya.

Perbedaan lainnya yang lebih jelas ialah pria dalam mengutarakan isi hatinya lebih menekankan pada faktor kejelasan kalimat dan langsung pada sasaran (orientasi rasionalitas), dibanding perempuan yang lebih senang mengutarakan isi hatinya secara panjang lebar sambil tak lupa melibatkan sisi emosional mereka dengan cara menangis, marah dan bentuk ekspresi lainnya.

Selain itu, perbedaan dalam ekspresi emosi juga banyak ditentukan oleh kelekatan (attachment) individu di masa lalu. Bowlby (dalam Simpson, Collins, Tran, & Haydon, 2007) mengatakan bahwa ekspresi emosi biasanya berakar dari pengalaman keterhubungan di masa lalu terhadapcare giver (orang tua) yang berperan sebagai significant person. Kemudian hal ini diteruskan dan berkembang selama melalui masa remaja hingga dewasa. Saat anak memiliki suatu ikatan emosional yang kuat dengan figur orang tua, ia akan mengembangkan interaksi yang sehat pada orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya di masa dewasa (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Individu juga dapat mengembangkan dengan lebih baik kepercayaan dan keamanan, yang menjadi dasar dalam hubungan sosialnya di masa dewasa. Proses ini dinamakan Bowlby (1969) sebagai bentuk kelekatan (attachment). Ainsworth (dalam Hetherington dan Parke, 2001) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Terdapat 3 bentuk gaya kelekatan: secure dan insecure (terbagi menjadi anxiety dan avoidant).

Attachment berkaitan dengan ekspresi emosi sejak individu masih kecil hingga tahapan perkembangan selanjutnya (Haydon & Shilkret, 2001). Hal ini dapat dijelaskan melalui pola hubungan orangtua dan anak.

Individu dengan tipe kelekatan secure ditandai dengan kenyamanan untuk berdekatan, berakrab-akrab dan terdapat saling keberbutuhan, cenderung banyak mengalami pengalaman emosi yang positif dan sedikit pengalaman emosi negatif. Lebih

Page 12: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

jauh mereka yang secure, mampu mengelola pengalaman emosi negatif, dimana saat terjadi suatu hal yang tidak menyenangkan mereka cukup percaya diri dengan kemampuannya dan apabila dirasa membutuhkan bantuan orang lain maka ia mampu mencari bantuan untuk kenyamanan dan dukungan sosial, dan hal ini membuatnya dapat tetap tenang/stabil.

Individu dengan insecure attachment (terbagi menjadi jenis avoidant dan anxiety) ditandai dengan ketidakmampuan mengutarakan kebutuhan pada orang lain, kurang kemampuan dalam memperhatikan atau tidak butuh diperhatikan, kurang memiliki keterikatan emosional, kurangnya kepercayaan pada orang lain, tidak sensitif atas kebutuhan orang lain (Simpson, Collins, Tran, & Haydon, 2007). Individu juga dapat mengembangkan kebencian dan dendam yang berlebihan terhadap orang lain saat terjadi konflik. Hal ini dipengaruhi oleh pola attachment yang dialaminya di masa lalu. Jika di masa kecil individu mengalami pengabaian dan tidak dekat dengan figur orang tua, maka yang akan terjadi di masa dewasa saat menjalin relasi sosial adalah bentuk ekspresi negatif dari pengalaman-pengalaman emosionalnya dan penyelesaian konflik yang buruk. Macam bentuk ekspresi emosi

Berikut ini terdapat contoh bentuk ekspresi emosi dari emosi-emosi dasar yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari:

A.    Ekspresi emosi marah

            Kemarahan menginformasikan pada orang lain bahwa ada masalah yang terjadi. Seperti semua emosi, kemarahan mempunyai sebuah sinyal, sinyal yang sangat kuat pada wajah dan suara. Jika orang lain adalah sumber kemarahan kita, ekspresi kemarahan kita akan berkata pada orang itu bahwa apapun yang dia lakukan tidak bisa diterima, dan itu bisa berguna untuk melegakan kita jika orang tersebut tahu apa yang kita inginkan atas perilakunya.

            Terdapat beberapa tanda atau isyarat yang ditunjukkan, baik secara sadar atau tidak, oleh individu yang sedang marah. Ekman (2010) menyebut beberapa ciri yang dapat tampak: mengerutkan dahi dan menarik alis ke bawah, pandangan mata menyorot, rahang ditekan kuat-kuat dan gigi digemeretakkan, bibir berada pada dua posisi yang berbeda. Kemudian, secara spesifik dibedakan apabila pada kemarahan yang terkontrol halus, yang tampak adalah pelupuk mata bagian atas dan bawah menjadi sempit bersamaan dengan penekanan bagian bibir.

            Sementara itu, tanda-tanda yang bisa dirasakan pada diri sendiri diantaranya detak jantung meningkat, bernapas menjadi tidak teratur; tekanan darah meningkat, dicirikan dengan meningkatnya suhu tubuh atau wajah memerah; ada kecenderungan

Page 13: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

untuk menggemeretakkan gigi bagian bawah dengan bagian atas keras-keras, utamanya pada individu yang sedang mencoba menahan amarahnya; mendorong dagu ke depan; ada juga dorongan untuk bergerak maju menuju target kemarahan.

            Spielberger (dalam Safaria & Saputra, 2009) mengatakan bahwa cara mengekspresikan kemarahan tiap individu berbeda-beda. Hal tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam cara, yaitu anger out, anger in, dan anger control.

a.        Anger in: yaitu pengungkapan emosi marah yang dirasakan oleh individu, cenderung ditekan ke dalam dirinya tanpa mengekspresikannya ke luar. Misalnya: ketika sedang marag, seseorang lebih memilih diam dan tidak mau menceritakannya pada siapa pun atau tidak menegur orang yang membuatnya menjadi marah. Kondisi seperti ini jika berkepanjangan akan memberi dampak negatif bagi diri sendiri dan mengganggu kenyamanannya saat berinteraksi dengan orang yang membuatnya merasa marah.b.     Anger out: merupakan reaksi ke luar / objek yang dimunculkan oleh individu ketika dalam keadaan marah atau reaksi yang dapat diamati secara umum. Kondisi seperti ini bisa menjadi perbuatan merusak, misalnya memukul atau menendang sesuatu yang ada di dekatnya, namun setelah itu dia akan merasakan kelegaan karena perasaan marah yang dirasakan sudah terpuaskan. Anger out berkaitan dengan ketidakmampuan individu mengekspresikan emosinya secara konstruktif dan asertif. Akan tetapi, individu mengekspresikan emosinya dalam bentuk tindakan agresif dan merusak.c.      Anger control: kemampuan individu untuk bisa mengontrol atau melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha konsisten menjaga sikap yang positif walau menghadapi situasi yang buruk. Misalnya, mencari solusi yang baik atau tepat ketika menghadapi suatu persoalan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

 B.     Ekspresi emosi sedih

Emosi sedih bisa timbul saat individu dihadapkan pada keadaan yang mengecewakan, menggelisahkan, musibah atau muncul sebagai akibat penderitaan karena luka. Menangis adalah salah satu ekspresi emosi sedih yang paling umum diketahui. Namun demikian, ekspresi dari emosi sedih ini tidak hanya menangis, bisa juga dengan cenderung menjadi pasif seperti mengurung diri di kamar dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Menangis bisa berfungsi untuk melampiaskan emosi sedih, yang jika dipendam justru dapat menyebabkan beberapa akibat yang jauh lebih serius lagi. Bisa menyebabkan gangguan kesehatan.

Page 14: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Setiap kesedihan selalu terpancar pada raut orang yang sedang mengalaminya. Bahkan ketika orang tersebut berusaha untuk tidak menunjukkan bagaimana perasaannya. Ekman (2010) memberikan beberapa petunjuk yang dapat digunakan jika ingin memantau ekspresi sedih:

-          Pelupuk mata menjadi lebih berat, dan mata mungkin basah dengan dengan air mata permulaan. Pipi mungkin mulai mengembang. Sebelah belakang kerongkongan pun mulai terasa sakit.-          Alis mata. Alis mata menjadi sangat penting, merupakan tanda-tanda yang sangat bisa dipercaya untuk menandai kesedihan. Lihatlah ruang di antara alis mata, pada kebanyakan orang kerut vertikal di antara alis akan tampak ketika alis mata tertarik ke atas bersamaan. Pada sebagian orang, kerut itu secara permanen menggores di wajah, dan jika seperti ini, hal itu akan semakin dalam dan gelap ketika sudut dalam alis matanya ditarik ke atas secara bersamaan.-          Bibir. Ketika bibir bagian bawah didorong naik, ini menampakkan sebuah cebikan, yang bisa terjadi dengan sendirinya ketika individu mulai merasakan kesedihan, sebagai pendahuluan bagi sebuah tangisan. Sudut bibir yang ditekuk sedikit ke bawah adalah tanda lain kesedihan yang sangat halus, atau ini terjadi ketika individu mencoba membatasi seberapa banyak kesedihan yang sedang ditampakkan.

 

3. Ekspresi emosi takut

Secara umum ciri-ciri takut adalah melebarnya mata, melebarnya biji mata, tetapnya mata, kencangnya denyut nadi, air liur mengering, bulu roma berdiri, otot menegang, tubuh gemetar, tangan terasa lebih dingin, bernapas dalam-dalam dan cepat, berkeringat, mungkin juga merasa bergetar, otot lengan dan kaki terasa kencang, keinginan untuk melarikan diri atau menghindari hal yang menakutkan,.

Secara spesifik ciri-ciri takut adalah keringnya kerongkongan, terhenti pencernan, kuningnya warna kulit, paru-paru lebih cepat memompa udara sehingga menyebabkan sesaknya nafas, tubuh melemas atau lumpuh sementara, berteriak, dan sebagainya. Yang jelas perasaan takut memiliki ciri-ciri yang berbeda pada setiap tubuh seseorang tergantung pada objek yang menimbulkan ketakutan tersebut.

Pada wajah, tampak pelupuk mata bagian atas menjadi terangkat. Bagian bibir direntangkan ke belakang menuju area mata. Serta sangat mungkin terjadi individu memalingkan wajah hingga tubuhnya.

Page 15: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Darwis Hude (2006) menyebutkan beberapa perubahan tingkah laku yang tampak akibat kehadiran emosi takut: raut muka pucat pasi, berteriak histeris, loncat dan berlari, merunduk, menutup telinga, menghindar, kemudian dapat terjadi perubahan lebih drastic seperti denyut nadi meningkat, jantung berdebar-debar, pandangan mata kabur, keluar keringat dingin, persendian yang lemas.

 

4. Ekspresi emosi jijik dan muak

Perbedaan emosi jijik dan muak sudah dijelaskan pada bab 3 mengenai pengalaman emosi. Pada bagian ini hanya akan dibahas terkait pengekspresiannya. Dimulai dari emosi jijik yang menunjukkan tanda seperti berikut (Ekman, 2010): kerongkongan merasa tercekik karena mau muntah, sensasi-sensasi dalam bibir bagian atas dan lubang hidung meningkat seolah-olah individu menjadi sangat sensitif pada bagian-bagian wajah ini sehingga semakin merasakannya. Kemudian tanda lainnya: bibir bagian atas dinaikkan setinggi yang bisa dicapai, bibir bagian bawah dinaikkan juga dan agak menonjol keluar, kerut melintang dari atas lubang hidung hingga melewati sudut bibir, sayap lubang hidung pun terangkat ketika kerutan tampak di sisi dan jembatan hidung, dagu yang terangkat dan alis yang diturunkan menciptakan kerutan di pojok luar mata.

Sementara, agak lebih sulit mengidentifikasi sensasi yang dihubungkan dengan kemuakan. Contoh situasi yang dapat membangkitkan ekspresi muak misalnya adalah saat ada orang lain yang menyerobot antrian, melihat orang menjiplak karya orang lain, dan seterusnya. Saat ini terjadi, yang muncul adalah emosi muak. Bentuk ekspresinya antara lain: kecenderungan untuk ingin menaikkan dagu, seolah-olah merendahkan hidung kita pada orang lain, serta terjadi pengencangan pada satu sudut bibir.

 

5. Ekspresi senang

Sensasi kesenangan, kebahagiaan, kegirangan, kepuasan hati, kelegaan, semuanya selalu melibatkan senyuman. Senyum-senyum ini mungkin berbeda dalam intensitas, seberapa cepat senyum itu tampak, seberapa lama senyum itu tertinggal di wajah dan seberapa lama bisa menghilang. Namun demikian, dalam ekspresi kesenangan yang sebenarnya, orang tidak hanya tersenyum, tapi juga mengaktifkan otot yang memutar di sekitar mata (otot orbicularis oculi), dimana sangat sedikit orang yang bisa secara sengaja mengontraksi otot ini (Duchenne, dalam Ekman, 2010).

Page 16: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

Ketika senyum menjadi lebih lebar, hanya ada satu petunjuk yang bisa membedakan antara senyum kesenangan dengan yang bukan kesenangan. Senyum yang lebar, menekan pipi ke atas, yang membuat lipatan pada kulit di bawah mata, mempersempit pembukaan mata, dan bahkan menghasilkan kerutan dekat mata – semua ini tanpa melibatkan otot yang menggerakkan mata.

Senyum yang bukan merupakan kesenangan memiliki banyak macam yang berbeda. Sebagian, seperti senyum kesopanan, hanya melibatkan bibir yang tersenyum. Ini juga ditunjukkan dalam senyum yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa pendengar setuju dengan atau memahami apa yang pembicara katakana selama sebuah percakapan. Sebagian senyum yang bukan kesenangan membutuhkan aksi-aksi wajah yang lain selain bibir yang tersenyum.

Page 17: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

IV. HASIL OBSERVASI

Subjek N menonton 5 scene film horror berdurasi sekitar 30 menit. Dari saat

mulai menonton dari scene 1 sampai akhir film scene 5, mata subjek terfokus pada layar

sepanjang pemutaran film, sepanjang durasi film subjek menunjukan ekspresi wajah

datar sama seperti sedang diam sambil sesekali mengernyitkan/mengerutkan alis tanpa

dilanjutkan gerakan mata pada saat film menampilkan adegan yang menyeramkan dan

mengagetkan lalu dilanjutkan dengan tersenyum kecil dengan gerakan bibir ke atas dan

sedikit menarik kepala ke belakang atau menggerakan posisi badan sedikit seperti

menertawakan filmya sekaligus merasa jijik atau reaksi dari adegan mengerikan namun

adegan-adegan dalam film tersebut tidak terlalu berpengaruh pada emosi subjek

sehingga subjek tidak terlihat takut. Pada adegan yang sengaja untuk mengagetkan

penonton seperti munculnya hantu atau suara yang membesar secara tiba-tiba, subjek

juga hanya mengerutkan alis tanpa menggerakan badannya. Pada saat menonton tubuh

subjek rileks, tidak menegang, sambil sesekali menyandarkan tubuhnya dan melipat

tangannya sambil menyandarkannya ke badan, subjek terlihat menikmati film yang

ditontonnya namun tanpa terhanyut ke dalamnya, maksudnya subjek sudah sadar bahwa

dia sedang menonton film horror yang adegan-adegannya merupakan acting. Subjek

bereaksi pada alur film namun bukan pada seram atau tidaknya.

Page 18: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa subjek saat menonton tayangan video

menunjukan reaksi emosi tidak takut, subjek menikmati film dengan merasa interesting

namun tidak terhanyut kedalamnya, subjek juga seperti sudah memprediksi adegan yang

akan terjadi sehingga disimpulkan subjek termasuk individu yang introvert(tertutup)

dalam menyatakan reaksi emosinya. Subjek lebih suka berpikir dan diam, subjek tidak

terlalu mengekspresikan emosinya, contohnya pada saat marah, subjek lebih memilih

diam dan jika marahnya dipengaruhi oleh orang lain, subjek lebih memilih menghindar

dari orang yang membuatnya marah dibandingkan mengekspresikannya dengan verbal

atau non-verbal berupa ekspresi wajah yang agresif, bisa hanya mengeluarkan ekspresi

jutek, perasaan marahnya itu akan ia pendam terlebih dahulu.

Bandung, 26 Desember 2015

Pemeriksa,

Lulu Syadza S

Page 19: Lunar r Desc

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RAHASIA

LABORATORIUM PSIKOLOGI

BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Praktikum Observasi Psikologi Universitas Islam Bandung

https://sites.google.com/a/uinjkt.ac.id/articles/bab-4-psikologi-emosi-ekspresi-emosi