ltm 3 mpkt-a, latar belakang perilaku melakukan korupsi

4
Latar Belakang Perilaku Melakukan Korupsi Oleh Amalia Azhari Jannah, 1506726845 Data Publikasi : 1. Dewi, R. Ismala, dkk. 2015. Buku Ajar III: Bangsa, Negara dan Pancasila. Depok: Universitas Indonesia 2. Santoso, Topo, dkk. 2011. Panduan Investigasi dan Penuntutan dengan Pendekatan Hukum Terpadu. Bogor: Cifor Perilaku korupsi merupakan suatu hal yang sudah marak terjadi pada bangsa Indonesia. Bahkan, karena begitu banyaknya kasus korupsi yang terjadi, banyak orang menganggap korupsi telah membudaya di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh organisasi antikorupsi, Transparency International, pada tahun 2014, tercatat Indonesia merupakan peringkat ke-114 negara dengan jumlah korupsi terbanyak dari 174 negara yang diperiksa. Hal ini secara tidak langsung telah membenarkan pernyataan bahwa korupsi telah membudaya di Indonesia. Bayangkan saja, jika kita menonton televisi, maka sebagian besar berita yang muncul adalah seputar kasus korupsi. Kasus-kasus tersebut juga memiliki pelaku yang tidak hanya berasal dari orang biasa atau menengah ke bawah saja, melainkan politikus, artis, wakil rakyat, bahkan pejabat sekalipun. Sesungguhnya, banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang dapat melakukan perilaku korupsi. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai latar belakang perilaku melakukan korupsi. Latar belakang perilaku melakukan korupsi antara lain penegakan hukum yang lemah), administrasi birokrasi yang membuka peluang korupsi gaji rendah, kurangnya pemahaman mengenai Pancasila

Upload: amalia-azhari-jannah

Post on 02-Feb-2016

133 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

MPKT A, Buku 3: Bangsa, Negara, dan Pancasila

TRANSCRIPT

Page 1: LTM 3 MPKT-A, Latar Belakang Perilaku Melakukan Korupsi

Latar Belakang Perilaku Melakukan Korupsi

Oleh Amalia Azhari Jannah, 1506726845

Data Publikasi : 1. Dewi, R. Ismala, dkk. 2015. Buku Ajar III: Bangsa, Negara dan Pancasila.

Depok: Universitas Indonesia

2. Santoso, Topo, dkk. 2011. Panduan Investigasi dan Penuntutan dengan

Pendekatan Hukum Terpadu. Bogor: Cifor

Perilaku korupsi merupakan suatu hal yang sudah marak terjadi pada bangsa Indonesia. Bahkan, karena begitu banyaknya kasus korupsi yang terjadi, banyak orang menganggap korupsi telah membudaya di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh organisasi antikorupsi, Transparency International, pada tahun 2014, tercatat Indonesia merupakan peringkat ke-114 negara dengan jumlah korupsi terbanyak dari 174 negara yang diperiksa. Hal ini secara tidak langsung telah membenarkan pernyataan bahwa korupsi telah membudaya di Indonesia. Bayangkan saja, jika kita menonton televisi, maka sebagian besar berita yang muncul adalah seputar kasus korupsi. Kasus-kasus tersebut juga memiliki pelaku yang tidak hanya berasal dari orang biasa atau menengah ke bawah saja, melainkan politikus, artis, wakil rakyat, bahkan pejabat sekalipun. Sesungguhnya, banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang dapat melakukan perilaku korupsi. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai latar belakang perilaku melakukan korupsi.

Latar belakang perilaku melakukan korupsi antara lain penegakan hukum yang lemah), administrasi birokrasi yang membuka peluang korupsi gaji rendah, kurangnya pemahaman mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, tidak dipenuhinya hak sebagai warga negara, serta globalisasi. Penegakan hukum yang lemah di Indonesia maksudnya adalah hukum di Indonesia kurang ditegakkan sebagaimana mestinya. Hukum yang ada di Indonesia masih bisa dibolak-balikan salah satunya dengan perilaku korupsi ini. Sanksi hukum yang diberikan kerpada tersangka juga tidak sesuai dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Terkadang, seseorang yang melakukan kejahatan besar (biasanya berasal dari golongan atas) hanya dihukum sedikit, sedangkan mereka yang melakukan kejahatan kecil (biasanya berasal dari golongan bawah) dapat dihukum besar. Selain itu penegakan hukum yang lemah di Indonesia juga dapat berarti bahwa banyaknya mafia hukum di Indonesia yang bisa kapan saja membolak-balikan hukum yang seharusnya ditegakkan di negara ini sebagaimana mestinya.

Latar belakang perilaku korupsi yang kedua adalah administrasi birokrasi yang membuka peluang korupsi. Seperti yang kita ketahui, alur birokrasi di Indonesia ini masih sangat panjang.

Page 2: LTM 3 MPKT-A, Latar Belakang Perilaku Melakukan Korupsi

Misalnya, ketika kita hendak membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), maka pertama kita harus menuju kelurahan untuk membuat surat keterangan. Setelah itu, kita harus menuju ke kecamatan untuk mengajukan KTP. Di kecamatan, kita harus bertemu dengan pegawai kecamatan agar KTP bisa dibuatkan. Biasanya, ketika kita menemui pegawai kecamatan inilah kita harus membayarkan sejumlah uang agar proses pembuatan KTP ini bisa cepat selesai. Padahal kenyataannya, dalam pembuatan KTP ini tidak memerlukan sedikit uang pun sebagai biaya pembuatannya.

Latar belakang yang ketiga ialah rendahnya gaji. Gaji yang rendah merupakan faktor pendukung umum, seseorang melakukan korupsi. Seseorang dengan gaji yang rendah dan memiliki tuntutan ekonomi dari keluarganya yang tinggi, maka ia melakukan korupsi untuk menambah pendapatannya juga untuk menutupi kekurangan ekonominya. Korupsi yang ia lakukan biasanya merupakan uang negara seperti pajak yang seharusnya digunakan untuk biaya pembangunan negara atau fasilitas publik.

Latar belakang yang keempat ialah kurangnya pemahaman Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Latar belakang ini juga sekaligus merupakan faktor utama seseorang melakukan korupsi. Pancasila ialah dasar negara Indonesia yang dibentuk sejak sebelum Indonesia merdeka. Pancasila mencakup hal-hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara oleh Indonesia juga warga negaranya. Pancasila, di dalamnya, terkandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Seseorang yang tidak memahami Pancasila dengan baik berarti ia juga tidak memahami apa arti bangsa dan negara sesungguhnya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia merupakan negara dengan keberagaman suku bangsa yang tinggi. Keberagaman suku bangsa yang tinggi ini dapat sewaktu-waktu menimbulkan konflik apabila tidak ada keselarasan di antara masung-masing suku. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pedoman hidup agar kehidupan berbangsa dan bernegara tetap serasi. Pedoman itu ialah ideologi bangsa dan negara yang digali dari budaya bangsa. Ideologi negara bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila yang ditetapkan di dalam konstitusi sebagaimana tersurat di dalam pembukaan UUD 1945. Seseorang yang memahami Pancasila dengan baik pasti akan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan perilaku korupsi yang sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai yang ada pada Pancasila. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perilaku korupsi salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.

Latar belakang yang kelima, ialah tidak dipenuhinya hak sebagai warga negara. Secara umum, hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Klaim atau tuntutan tersebut adalah klaim yang sah atau dapat dibenarkan, karena orang yang mempunyai hak bisa menuntut bahwa orang lain akan memenuhi atau menghormati hak itu. Ada beberapa jenis hak yaitu hak legal dan moral, hak khusus dan umum, hak positif dan hak negatif, serta hak individual dan sosial. Meskipun hubungan timbale-balik antara hak dan kewajiban tidak bisa dikatakan mutlak dan tanpa pengecualian, seseorang yang salah satu haknya atau lebih tidak dipenuhi bisa saja melakukan korupsi karena merasa tidak berkeharusan melaksanakan kewajiban sebagai seorang warga negara. Kewajiban sebagai warga

Page 3: LTM 3 MPKT-A, Latar Belakang Perilaku Melakukan Korupsi

negara antara lain menjunjung/mematuhi hukum dan pemerintahan, membela negara, membayar pajak, mengikuti pendidikan dasar (wajib sekolah), dan menghormati hak asasi orang. Perilaku korupsi ialah salah satu contoh kewajiban warga negara yang tidak dipenuhi oleh pelakunya, yakni kewajiban untuk menjunjung/mematuhi hukum dan pemerintahan.

Latar belakang yang terakhir ialah globalisasi. Dengan adanya globalisasi, perkembangan teknologi dan budaya semakin meningkat. Perilaku konsumerisme meningkat. Kecenderungan seseorang untuk membeli barang tersier berbau kemewahan juga semakin meningkat. Hal ini tentu juga berhubungan dengan perilaku korupsi. Kecenderungan seseorang untuk membeli barang-barang mewah dikarenakan pengaruh globalisasi mendorong seseorang untuk melakukan korupsi.

Perilaku korupsi yang marak terjadi di Indonesia dilatarbelakangi oleh banyak faktor yang mendukung terjadinya perilaku korupsi. Faktor-faktor tersebut antara lain penegakan hukum yang lemah, administrasi birokrasi yang membuka peluang, gaji rendah, kurangnya pemahaman mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, tidak dipenuhinya hak sebagai warga negara, serta globalisasi. Sebagai warga negara yang baik kita harus menghindari perilaku korupsi karena bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, Indonesia, sebagai negera yang telah cukup lama merdeka, juga wajib membenahi sistem negaranya (seperti penegakan hukum dan administrasi birokrasi) yang secara tidak langsung telah menjadi faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku korupsi.