lpj pengurus dan pengawas koperasi
TRANSCRIPT
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 0
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 1
PERTANGGUNGJAWABAN
PENGURUS dan PENGAWAS DALAM KOPERASI
Oleh: M. Arsyad Dalimunte, SE.Ak.
A. Memaknai RAT Dalam Perspektif Kewajiban Organisasi dan Filosofi
Koperasi
Pengurus dan Pengawas adalah pemegang amanat anggota untuk menjalankan
roda organisasi dan perusahaan koperasi. Dengan berpedoman pada keputusan-
keputusan rapat anggota, anggaran dasar (AD), anggaran rumah tangga (ART),
Undang-Undang Perkoperasian dan peraturan-peraturang yang berlaku di
lingkungan koperasi, pengurus dan pengawas menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya.
Sebagai sebuah organisasi, tentunya amanat yang dipercayakan harus
dipertanggungjawabkan pada waktunya kepada yang menitipkan amanat. Demikian
halnya koperasi, dimana pertanggungjawaban dilaksanakan dalam forum yang
memiliki kekuasaan tertinggi yang biasa dsebut Rapat Anggota (RA), baik Rapat
Anggota Tahunan (RAT) maupun Rapat Anggota Luar Biasa (RALB). Namun, dalam
koridor normal dimana organisasi berjalan stabil, media pertanggungjawaban
biasanya diselenggarakan dalam forum RAT (Rapat Anggota Tahunan).
Dalam tinjauan hukum organisasi koperasi, RAT merupakan momen dimana
pengurus dan pengawas mempertanggungjawankan kinerjanya dalam bentuk
laporan tertulis. Selanjutnya, laporan tersebut menjadi dasar bagi anggota untuk
melakukan evaluasi dan sekaligus menyusun rencana-rencana di tahun berikutnya.
Sementara itu, dalam perspektif filosopi juang koperasi disamping RAT adalah
moment pertanggungjawaban pengurus dan pengawas, RAT juga merupakan media
berkumpulmya segenap unsur organisasi berkumpul, yaitu pengurus, pengawas
dan anggota yang nota bene adalah pemilik sah koperasi. Oleh karena itu, RAT juga
dimanfaatkan untuk :
1. Momentum Edukasi, sosialisasi dan promosi. Tahapan-tahapan agenda RAT
seharusnya juga dimanfaatkan untuk sosialisi, edukasi dan promosi. Fakta
suram di banyak koperasi, RAT seringkali menjadi panas dan terjebak menjadi
media pelampiasan ragam kekecewaan anggota terhadap pengurus dan
pengawas. Hal ini biasanya distimulan oleh kekecewaan dalam proses transaksi
(misalnya : pinjaman tidak di setujuin), sentimentil personal (imbas dari
pemilihan pengurus dan pengawas) atau maksud-maksud lain yang berorientasi
pada menjatuhkan personil-personil tertentu. Ironisnya, pengurus dan
pengawas yang tidak jarang dihujat pada sesi pertanggungjawaban di pilih
kembali bila ada agenda pemilihan pengurus dan pengawas. Hal semacam ini
sering terjadi di forum-forum RAT koperasi dan menjadi dinamika yang sering
mengundang senyum. Disatu sisi, hal-hal semacam itu adalah bagian dari
dinamika demokrasi dari organisasi, disisi lain hal ini sesungguhnya akibat dari
kurangnya pemahaman terhadap apa, mengapa dan bagaimana seharusnya
berkoperasi. Minimnya penyelenggaraan pendidikan, baik bagi pengurus,
pengawas dan juga anggota menjadikan banyaknya perspektif dan sudut
pandang yang berkembang dalam mensikapi sebuah persoalan. Akbatnya,
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 2
penyelesaian perbedaan cara pandang tidak mereferensi pada konsepsi dan
semangat berkoperasi. Oleh karena itu, RAT sebagai momentum berkumpulnya
segenap organisasi merupakan media yang strategis dalam melakukan
sosialisasi dan edukasi perkoperasian. Hal ini sangat membantu dalam
mempercepat terbentuknya persepsi yang sama dan terlokalisirnya ekspektasi
(harapan) dalam kadar yang proporsional . Selanjutnya, pengetahuan yang
cukup tentang perkoperasian dan persepsi sama atas tujuan akan membentuk
keberpihakan yang mewujud dalam aksi-aksi positif yang meng-akselerasi
tumbuh kembangnya kemanfaatan berkoperasi.
2. Auto koreksi berjamaah. Satu hal yang perlu menjadi catatan koperasi
adalah kumpulan orang dimana kebersamaan adalah roh utamanya.
Kebersamaan yang dimaksud tidak sebatas dalam tahap merumuskan tujuan-
tujuan saja, tetapi juga bersama-sama dalam mewujudkan tujuan-tujuan
tersebut melalui distribusi peran efektif dan proporsional. Dalam cara baca yang
demikian, maka apapun capaian koperasi sesungguhnya adalah buah dari
kualitas kolektivitas yang terbangun diantara pengurus, pengawas dan anggota.
Oleh karena itu, sebagaimana filosopi perjuangannya koperasi tidak mengenal
keberhasilan atau kegagalan perorangan, tetapi koperasi hanya mengenal
keberhasilan atau kegagalan kolektif. Atas dasar itu, maka RAT memiliki nilai
strategis untuk melakukan auto koreksi dengan harapan adanya kemampuan
setiap orang mendefenisikan efektivitas partisipasinya dalam proses perjalanan
organisasi dan perusahaan koperasi. Autokoreksi juga bermakna me-refresh
spirit kebersamaan, sehingga RAT akan membentuk semangat baru untuk
mengembangkan kualitas dan kuantitas partisipasi setiap unsur organisasi di
waktu selanjutnya. Kesadaran mengembangkan partisipasi dari setiap unsur
organisasi menjadi sangat penting bagi penguatan organisasi dan perluasan
aktivitas perusahaan koperasi yang pada akhirnya akan memperluas
kebermanfaatan berkoperasi.
Dalam semangat yang demikian, maka RAT tidak hanya sebatas aktivitas
menggugurkan kewajiban organisasi berinisial koperasi, tetapi sebuah kebutuhan
dan memiliki nilai strategis bagi penguatan manfaat berkoperasi bagi segenap
unsur organisasi.
B. Unsur Semangat Dalam Materi pertanggungjawaban
Dalam banyak praktek, laporan pertanggungjawaban cenderung kaku dan hanya
menjelaskan simpul-simpul informasi saja, sehingga terbangun kesan kuat Laporan
Pertanggungjawaban hanya menjelaskan laporan keuangan saja. Kalaupun ada
tambahan lainnya, biasanya menyanyikan seputar administrasi surat menyurat dan
perkembangan anggota. Dalam konteks aturan, hal itu memang tergolong
memenuhi syarat.
Dalam tujuan yang lebih luas, materi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) juga
memiliki makna yang antara lain dijelaskan berikut ini:
1. LPJ juga merupakan rekam jejak atau sejarah perjalanan sebuah koperasi yang
tidak hanya berguna saat ini saja, tetapi juga sebagai referensi bagi
penyusunan strategi dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, seyogyanya LPJ
juga menggambarkan langkah-langkah organisasi dan usaha yang dilakukan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 3
berikut penjelasan dasar berfikir dan tujuannya. Dengan demikian, penyajian
realitas dapat di nalar muasal situasi dan jalan fikirannya.
2. Bagi pihak eksternal, membaca LPJ yang dilengkapi dengan langkah-langkah
pembangunan organisasi dan usaha koperasi, merupakan salah satu alat ukur
untuk menilai kualitas dari proses yang berlangsung di sebuah koperasi.
Artinya, LPJ juga merupakan salah satu bahan efektif dalam membangun citra
organisasi dan perusahaan dipandangan pihak eksternal. Apalagi LPJ tersebut
dikemas dalam performance yang baik, tentu hal ini membentuk tambahan
apresiasi terhadap kelembagaan sebuah koperasi.
C. Unsur Materi LPJ : 2 (dua) Unsur Wajib dan 1 (satu) Tambahan Bernilai
Penting.
Sebagaimana tradisi di koperasi, LPJ biasanya terdiri dari LPJ Pengurus dan LPJ
Pengawas. LPJ Pengurus berisi tentang langkah-langkah pengurus dalam
menjalankan koperasi, sedang LPJ Pengawas berisi tentang hasil-hasil pengawasan
sepanjang tahun buku bersangkutan. Sebagian Anggaran dasar koperasi pun
memang mensyaratkan demikian.
Ada satu hal yang masih jarang ditampilkan dalam sebuah materi RAT, yaitu rekam
jejak partisipasi anggota. Rekam Jejak Partisipasi Anggota ini menjelaskan
kontribusi dan daya dukung anggota terhadap segala aktivitas yang dijalankan oleh
koperasi, baik secara organisasi maupun secara perusahaan. Walau bukan sebuah
keharusan, penyajian rekam jejak anggota ini memiliki makna dan imbas luas,
antara lain:
1. Sebagai media pendidikan. Dengan tersajinya rekam jejak anggota, maka
akan terukur seberapa jauh kualitas dari kebersamaan yang terbangun. Disisi
lain, akan terbentuk bahan obyektif untuk mendidik dan sekaligus mendorong
anggota untuk mengembangkan partisiasinya. Anggota perlu difahamkan bahwa
kemajuan koperasi sangat tergantung pada partisipasi anggota, sehingga
apabila anggota passive (diam) akan menjadi beban bagi yang bergerak (aktif).
Disinilah penegasan bahwa berkoperasi berarti mengambil tanggungjawab
untuk ikut membesarkan organisasi dan perusahaan. Disamping itu, hakekat
pembangunan koperasi adalah dari, untuk dan oleh anggota. Dengan demikian,
bila mereka hanya diam dan melihat serangkaian aktivitas yang dijalankan
koperasi, maka dipastikan koperasi akan berkembang lamban.
2. Data-data ini juga menginspirasi dalam proses mernacang pengembangan
aktivitas-aktivitas koperasi berikutnya. Akumulasi peta jejak partisipasi adalah
penjelas seberapa jauh respon anggota terhadap aktivitas yang dijalankan
koperasi. Disamping itu, hal ini juga sebagai bahan auto koreksi terhadap
seberapa besar sesungguhnya efektivitas aktivitas koperasi terhadap
pemenuhan aspirasi dan kebutuhan anggota.
3. Rekam jejak partisipasi juga sebagai kontrol moral organisasi dari
anggota. Anggota yang minim partisipasinya akan terbebani dan kemudian
terbangun komitmen untuk berubah dan mengembangkan partisipasinya.
4. Rekam jejak partisipasi juga gambaran obyektif tentang kualitas
kebersamaan dari segenap unsur organisasi. Hal ini juga efektif dalam
menakar seberapa jauh potensi sebuah koperasi berkembang di masa
mendatang. Bahkan, rekam jejak partisipasi ini bisa menjadi nilai tambah bagi
penjajagan kerjasama koperasi dengan pihak-pihak tertentu.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 4
Dalam tinjauan teknis, pengukuran partisipasi anggota sedikit lebih rumit dan
kompleks. Namun demikian, pentingnya rekam jejak partisipasi anggota dalam
menata perencanaan dan juga pengendalian membuat ketersediaan rekam jejak ini
menjadi sangat penting, baik dalam pembangunan organisasi maupun dalam
mengumbuhkembangkan perusahaan koperasi.
D. Aspek-Aspek Laporan Pertanggungjawaban
Apapun aktivitas koperasi sesungguhnya bersifat satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Namun demikian, untuk mempermudah dalam menggambarkan dan
atau mencerna sebuah laporan, biasanya isi LPJ di klasifikasikan minimal ke dalam
3 (tiga) Aspek, yaitu : (i) Aspek Organisasi; (ii) Aspek Usaha dan; (iii) Aspek
Keuangan.
Aspek Oganisasi menjelaskan tentang arah dan kebijakan serta langkah-langkah
organisasi koperasi. Aspek ini juga menggambarkan bagaimana tahapan- tahapan
dilakukan untuk membentuk satu kondisi atau iklim ideal organisasi koperasi.
Aspek usaha berisi tentang arah dan kebijakan serta langkah-langkah perusahaan
koperasi dalam menjalankan dan mengembangkan ragam layanan. Aspek
keuangan berisi tentang resume keuangan yang biasanya di jabarkan dalam bentuk
neraca, perhitungan hasil usaha (PHU) dan perubahan modal koperasi. Dalam
bahasa lain, aspek keuangan merupakan hasil pengukuran dari langkah-langkah
organisasi dan usaha yang dijalankan sebuah koperasi pada tahun
tertentu/berjalan.
Kalau LPJ Pengurus bersifat melaporkan apa yang dilakukan di sepanjang tahun
tertentu/berjalan, maka LPJ Pengawas melaporkan hasil pengawasan terhadap
kinerja pengurus dan anggota. Masing-masing laporan tentu berdasarkan luas
amanah yang ditetapkan anggota dalam forum RAT yang biasanya di jelaskan
dalam GBPK (Garis-Garis Program Kerja) dan APB (Anggaran Pendapatan dan
Biaya). Dalam proses menterjemahkannya ke dalam dataran operasional,
Pengurus maupun Pengawas mendasarkan pada AD/ART, UU Perkoperasian dan
Peraturan yang berlaku di lingkungan perkoperasian. []
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 5
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
ASPEK ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN
Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.
Titik Pijak
Sebagian besar koperasi di Indonesia masih menitikberatkan pada aktivitas bisnis
semata. Itu tidak salah, hanya saja kurang tepat. Merujuk pada definisi
International Cooperative Alliance (ICA), koperasi merupakan kumpulan orang
untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi dalam bidang ekonomi, sosial dan
budaya melalui perusahaan yang dikendalikan secara demokratis. Definisi tersebut
menyaratkan adanya bangunan organisasi dan kelembagaan, di sisi lain bangunan
perusahaan. Titik pijakan itulah yang membuat aspek organisasi dan kelembagaan
menjadi wajib dipotret agar bangunan koperasi utuh.
Sebagai ilustrasi, bila sebuah komputer, maka organisasi adalah perangkat
lunak (software) dan kelembagaan adalah perangkat kerasnya (hardware).
Sedangkan usaha merupakan produk dari komputer tersebut. Maka dengan begitu
aspek organisasi dan kelembagaan adalah sangat penting untuk menghasilkan
produk layanan yang berkualitas bagi anggota.
Pertanyaannya, seberapa penting kita mendudukkan aspek organisasi dan
kelembagaan dalam koperasi kita? Hal ini sebenarnya bisa dikenali dari laporan
pertanggungjawaban sebagai dokumentasi aktivitas koperasi selama satu tahun.
Bila dalam laporan itu aspek organisasi dan kelembagaan hanya sedikit dikupas,
maka boleh jadi kita masih abai terhadap kualitas hardware dan software
yang digunakan. Hal itu mengingat bahwa koperasi adalah kumpulan orang (people
based association), sehingga dalam organisasi lah orang-orang yang berkumpul
akan aktual menjadi sebuah kekuatan. Di sisi lain, modal menjadi pelengkap dari
aktivitas koperasi.
Fitur-fitur Organisasi
Banyak kasus di lapangan sebuah koperasi memiliki aset yang besar. Namun
kemudian hanya menghasilkan omset tahunan yang relatif rendah dan tentu saja
SHU kecil. Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Tentu jawabannya ini bukan
sekedar keterbatasan modal, melainkan variabel lain yang belum tergarap dengan
sempurna.
Suatu organisasi, menurut McKinsey, sedikitnya memiliki tujuh fitur utama:
Shared values adalah pernyataan visi, misi dan tujuan.
Structure adalah pembagian fungsi dan wewenang.
System adalah aturan-aturan yang diterapkan.
Strategy adalah metode bagaimana mencapai sasaran/ target.
Style adalah gaya bagaimana menerapkan metode tersebut.
Staff adalah orang-orang di dalam organisasi.
Skill adalah kecakapan/ keterampilan orang-orang tersebut.
Kembali ke pertanyaan di atas, maka bila sebuah koperasi nampak bak Tikus
mati di lumbung padi, hal itu dikarenakan tidak maksimalnya dari tujuh fitur di
atas. Boleh saja sebuah koperasi beraset besar, namun bila tidak mempunyai visi
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 6
pengembangan, sampai titiknya akan habis juga. Atau bisa saja modalnya besar,
namun tanpa strategi yang tepat, modal akan menguap karena sering mengalami
kerugian. Itulah pentingnya aspek organisasi dan kelembagaan dalam sebuah
koperasi yang mana modal menjadi sekedar pelengkap.
Fungsi Organisasi dan Kelembagaan
Bila bidang usaha peran utamanya adalah menyediakan berbagai produk layanan
yang dibutuhkan oleh anggota, maka peran organisasi lebih berdimensi jamak,
sebagai berikut:
Internal Anggota Eksternal
Membuat grand strategy Sosialisasi calon anggota Mengupayakan legalitas
Membuat sistem Mendidik calon anggota Membangun kerjasama
Membangun SDM Memberdayakan anggota Kehumasan
Fungsi-fungsi utama di atas dapat diperluas dan diperbanyak seturut dengan
perkembangan koperasi. Misalnya saja sampai titik tertentu bila dibutuhkan,
koperasi dapat membuat divisi khusus terkait dengan riset dan pengembangan
(research and development) dan berbagai divisi lainnya yang dibutuhkan.
Unsur Pokok LPJ Organisasi dan Kelembagaan
Berangkat dari kerangka di atas, maka laporan pertanggungjawaban aspek
organisasi dan kelembagaan koperasi merupakan sebuah usaha untuk memotret
dan mendokumentasikan berbagai hal di atas. Masalahnya, sebenarnya seringkali
kita sudah melakukan hal-hal di atas hanya saja kita lupa/ abai untuk memotret
dan mendokumentasikannya.
Lantas apa saja yang perlu dipotret dan didokumentasi dari aspek organisasi dan
kelembagaan koperasi?
1. Deskripsi singkat tentang koperasi perlu ditulis agar pembaca LPJ di luar
unsur koperasi mengetahui informasi singkat tentang sejarah dan jenis
koperasi kita.
2. Pernyataan tentang visi, misi dan tujuan sebuah koperasi perlu
senantiasa dicantumkan agar seluruh elemen: anggota, pengurus,
pengawas, karyawan ingat dan tersegarkan kemana koperasi akan
bergerak.
3. Struktur organisasi perlu dipotret agar seluruh unsur mengingat dan
mengetahui fungsi dari berbagai aspek yang ada. Bagi pengurus dan
pengawas, bisa jadi hal itu terlihat biasa, namun bagi anggota, hal itu akan
menjadi informasi yang berguna, misalnya: kepada siapa bila ingin
menyampaikan kritik-saran.
4. Tonggak perjalanan perlu disajikan agar seluruh unsur, terlebih anggota,
tahu dan ingat sejarah perjalanan koperasi. Pasti dalam perjalanan ada
tahun-tahun penting dimana koperasi membuat kebijakan tertentu atau
menghasilkan karya besar.
5. Peristiwa penting tahun itu perlu disuguhkan agar anggota mengetahui
berbagai hal yang dihadapi koperasinya, baik peristiwa yang berisi
kegagalan atau kesuksesan.
6. Penghargaan yang diterima juga perlu dimasukkan dalam LPJ untuk
memotivasi segenap unsur bahwa koperasinya atau orang-orang di
dalamnya berkinerja baik dan dapat diandalkan.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 7
7. Tata kelola koperasi bisa disampaikan untuk mengedukasi anggota
bagaimana koperasinya dikelola. Aspek ini misalnya berisi berbagai
kebijakan atau proses penerapan kebijakan tertentu yang dianggap penting.
8. Statistik dan partisipasi anggota wajib disampaikan untuk mengetahui
sejauh mana kondisi keanggotaan mulai dari: jumlah anggota masuk-keluar,
partisipasi modal, partisipasi transaksi, partisipasi dalam RAT sebelumnya
dan partisipasi lainnya, misalnya: kritik, saran dan sebagainya.
9. Program dan capaian perlu dicantumkan untuk menggambarkan berbagai
langkah yang sudah dilakukan dan sejauh mana capaian program tersebut.
10. Kinerja anggota bisa dicantumkan untuk menjadi alat kendali sesama
anggota, misalnya dengan cara mencantumkan besaran simpanan dan
transaksi.
Sedikitnya sepuluh unsur tersebut harus dicantumkan pada laporan
pertanggungjawaban pengurus. Tentu saja unsur-unsur itu bisa ditambah dan
diperluas selaras dengan kapasitas organisasi koperasi.
Mengemas LPJ yang Menarik
Biasanya anggota lebih tertarik untuk melihat dan membaca halaman keuangan,
khususnya terkait dengan laporan laba/ rugi, SHU dan lembar simpanan. Hal ini
membudaya di banyak koperasi, yang bisa jadi kemudian membuat pengurus-
pengawas menjadi lupa kurang atau tidak menyampaikan aspek keorganisasian
dan kelembagaan. Untuk meretas budaya gemar pada angka-angka tersebut,
maka perlu dikemas dengan menarik, beberapa tips ini bisa dicoba, sebagai
berikut:
Gunakanlah foto kegiatan koperasi dengan memberi catatan pada foto
tersebut.
Gunakanlah diagram atau tabel untuk menggambarkan misalnya tingkat
partisipasi anggota.
Gunakanlah simbol-simbol tertentu pada topik yang sedang dibahas.
Gunakanlah caption/ insert/ highlight untuk menonjolkan apa yang
disampaikan.
Gunakanlah garis alur untuk melukiskan sesuatu yang bertahap, misalnya
pada topik tonggak perjalanan.
Gunakanlah warna-warna yang menarik: merah, hijau, oranye, biru dan
lainnya, tentu bila LPJ dicetak warna.
Gunakanlah gambar ilustrasi pendukung lainnya agar tampilan lebih indah.
Proporsionalkan lah komposisi: teks, gambar, bidang kosong dan
seterusnya.
Dan bila sulit untuk dilakukan, gunakanlah jasa desain grafis profesional
untuk membantu mengemas desain LPJ.
Dengan beberapa cara tersebut, kemungkinan besar anggota akan tercuri
perhatiannya untuk membaca laman organisasi dan kelembagaan. Budaya gemar
pada angka-angka tersebut lambat laun akan terkikis dan sampai titiknya, anggota
juga akan lebih utuh membaca koperasi. Mengingat bahwa koperasi bukan sekedar
capaian kuantitatif, namun juga capaian kualitatif, sehingga hanya
memperhatikan angka saja tidak lah tepat. Dan di sanalah arti penting LPJ bukan
sekedar buku laporan kinerja, melainkan juga media untuk mendidik anggota. []
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 8
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
ASPEK USAHA
Oleh: M. Arsyad Dalimunte, SE.Ak.
A. Pengantar
Usaha atau lebih tepat disebut unit layanan merupakan aktivitas yang
diselenggarakan perusahaan koperasi dalam rangka memenuhi aspirasi dan
kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya anggotanya. Namun demikian, unit-unit
layanan koperasi tidak meng-haramkan diri untuk melayani masyarakat, kecuali
unit layanan simpan pinjam yang hanya memperbolehkan memberi pinjaman
kepada anggota.
Satu hal yang menjadi catatan, dalam merangkai penyelenggaraan unit layanan,
sebaiknya koperasi memperhatikan kode etik yang biasa disebut dengan asas
subsidiary. Secara singkat asas subsidiary menegaskan bahwa apa-apa yang bisa
dikerjakan anggota sebaiknya tidak dikerjakan oleh koperasi dan apa-apa yang
tidak bisa dikerjakan oleh anggota sebaiknya hal itu lah yang dikerjakan koperasi.
Sebagai contoh, ketika sekumpulan pedagang eceran di terminal membentuk
koperasi, maka sebaiknya koperasi tidak menyelenggarakan unit layanan seperti
yang dikerjakan anggotanya. Bila itu dilakukan, maka koperasi berpotensi bersaing
dan bahkan menghancurkan usaha anggotanya sendiri. Pada titik inilah koperasi
seharusnya memerankan diri sebagai mesin pencipta manfaat atau nilai tambah
bagi anggotanya, baik dalam hal anggota menggunakan pendapatannya maupun
dalam hal mendorong anggota meningkatkan pendapatannya. Dengan demikian,
koperasi akan menjadi agen peningkatan kesejahteraan anggota
Semangat yang demikian seharusnya tercermin dalam laporan
pertanggungjawaban pengurus maupun pengawas , sehingga anggota bisa
mendefenisikan kepentingannya di dalam sajian sebuah pertanggungjawaban. Jika
tidak, maka koperasi berpotensi menjadi sebuah korporasi layaknya perusahaan
non koperasi dan abai dengan kepentingannya. Dalam situasi semacam ini,
biasanya koperasi menempatkan anggotanya sebagai populasi market yang di
eksploitasi terus menerus. Kondisi semacam ini pula yang membuat anggota tidak
memiliki ikatan emosional dan rasa memiliki yang kuat terhadap perusahaan
koperasinya. Akibatnya, pendapat yang berkembang dikalangan anggota
cenderung miris atau bernada menyerang.
B. Mengurai isi laporan pertanggungjawaban dalam aspek usaha
Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf-paragraf sebelumnya, laporan LPJ
sebaiknya tidak terbatas pada simpul-simpul hasil akhir semata, tetapi didalamnya
terdapat penjelasan proses sehingga mempermudah untuk melakukan
tracking/penelusuran bila suatu waktu diperlukan. Demikian juga LPJ dalam
aspek usaha, sebaiknya menjelaskan tentang arah/roh pengembangan, kebijakan-
kebijakan da langkah-langkah yang diambil. Penjelasan semacam ini akan
mempermudah dalam menelaah dan meng-evaluasi efektivitas dari aktivitas-
aktivitas yang dijalankan perusahaan koperasi.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 9
Berikutnya disajikan kerangka isi dari LPJ Usaha yang di ikuti dengan dekripsi
singkat sehingga mempermudah dalam membuat atau menyajikan LPJ :
1. Arah atau Roh Pengembangan Perusahaan. Penjelasan tentang arah
atau roh pengembangan merupakan pedoman dalam menjalankan dan
mengembangkan perusahaan koperasi. Sebagai illustrasi, ketika arah
pengembangan perusahaan adalah mencitakan efisiensi kolektif sehingga
mempertinggi pendapatan riil anggota, maka hal ini akan menjadi semangat
dalam mengelola unit-unit layanan yang diselenggarakan koperasi. Sebagai
catatan, UU No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian juga menegaskan bahwa
prinsip-prinsip koperasi adalah sumber inspirasi dalam menumbuhkembangkan
koperasi. Oleh karena itu, sebaiknya arah pengembangan koperasi juga
mereferensi pada prinsipi-prinsip tersebut sehingga perusahaan koperasiakan
tampil sesuai jati dirinya.
2. Kebijakan :
Kebijakan Intensifikasi. Kebijakan instensifikasi berorientasi pada
mempertinggi kualitas dari unit-unit layanan yang sudah ada. Sebagi
contoh, meningkatkan kualitas layanan unit toko koperasi, unit simpan
pinjam dan lain sebagainya.
Kebijakan Ekstensifikasi. Kebijakan Ekstensifikasi berorientasi pada
memperluas yang sudah ada. Sebagai contoh menambah outlet toko
Kebijakan Diversifikasi. Kebijakan Diversifikasi berorientasi pada
mengadakan yang belum ada. Sebagai contoh koperasi membuka unit
layanan baru dengan menindirikan sebuah bengkel.
3. Langkah-langkah/Manajemen Perusahaan Koperasi
Manajemen Personalia. Manajemen personalia berisi tentang rekruitmen,
pendidikan dan pelatihan, penempatan, reward dan funishment. Langkah-
langkah manajemen personalia memiliki nilai strategis, sebab hal ini
berkaitan dengan ketersediaan insan-insan profesional dalam
menyelenggarakan pelayanan di koperasi.
Manajemen Keuangan. Manajemen Keuangan berisi tentang langkah-
langkah dalam mengembangkan sumber permodalan dan juga
mengembangkan kreativitas dalam memanfaatkan sumber permodalan
untuk tujuan mempertinggi nilai kemanfaatan berkoperasi, khususnya bagi
anggota.
Manajemen Pemasaran. Manajemen Pemasaran berisi tentang langkah-
langkah dalam memobilisasi market (anggota atau non anggota) agar
merespon positif unitunit layanan yang diselenggarakan oleh koperasi.
Manajemen pemasaran juga menyangkut tentang upaya
menumbuhkembangkan partisipasi segenap anggota dalam
mengembangkan perusahaan yang dimiliki bersama. Oleh karena itu,
sentimen kepemilikan harus dimanfaatkan sebagai tag line dari
langkah-langkah pemasaran.
Manajemen Operasional. Manajemen operasional berisi langkah-langkah
yang mengarah pada terbentuknya efisiensi dan effektivitas yang berujung
pada peningkatan produktivitas koperasi dalam arti luas.
Langkah-langkah manajemen merupakan satu kesatuan yang akan terintegrasi
dan menghasilkan satu warna tegas sebagai koperasi yang berkomitmen tinggi
mensejahterakan anggotanya dalam arti luas.
4. Potret Usaha. Potret usaha berisi tentang capaian disepanjang tahun yang
sedang dipertanggungjawabkan. Satu hal yang menjadi titik tekan adalah
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 10
apapaun dan berapapun capaian perusahaan koperasi harus ditegaskan sebagai
capaian bersama seluruh unsur organisasi. Penekanan ini hal ini diharapkan
mampu meningkatkan perasaan ke-kita-an seluruh unsur oganisasi. Pemaparan
potret capaian juga harus dijelaskan sebagai bentuk makna dari kedahsyatan
sebuah kebersamaan koperasi.
C. Penghujung
Perusahaan sesungguhnya berposisi sebagai media untuk mewujudkan tujuan
koperasi yaitu terpenuhinya kebutuhan dan aspirasi ekonomi anggota. Oleh
karena itu, dalam merumuskan aktivitas perusahaannya, koperasi harus taat azas
subsidiary untuk terhindar dari keterjebakan koperasi dalam semangat
korporasi. Untuk kepentingan itu, aspirasi dan kebutuhan anggota seharusnya
menjadi dasar utama dalam menetapkan pilihan-pilihan aktivitas yang akan
dijalankan perusahaan koperasi. Disisi lain, perumusan perusahaan koperasi dalam
lingkar hidup anggota perlu ditegaskan. Hal ini sangat membantu dalam
menentukan arah pengelolaan perusahaan sebuah koperasi. Tatkala posisi
perusahaan koperasi adalah pencetak efisiensi kolektif, maka orientasi
pengembangan adalah pada penciptaan harga-harga murah dan terjangkau
sehingga anggota bisa merasakan manfaat nyata dari kepesertaannya dalam
barisan koperasi. Demikian halnya ketika perusahaan koperasi berposisi sebagai
media pendorong pertumbuhan produktivitas anggota, maka orientasi
pengembangan diarahkan pada kemampuan koperasi menyelenggarakan fungsi
pemberdayaan sehingga anggota lebih berpeluang mensejahterakan hidupnya.
Nilai-nilai dan semangat semacam ini selayaknya tersampaikan dalam LPJ
khususnya aspek usaha, sehingga setiap anggota mengerti arti dan makna
keberadaan unit-unit layanan yang diselenggarakan koperasi. []
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 11
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
ASPEK KEUANGAN
Oleh: Herliana, SE.
A. Latar Belakang
Tugas Pemerintah dalam membangun dan mengembangkan koperasi sebagai
badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat adalah untuk
mewujudkan koperasi yang dikelola secara profesional dengan menerapkan
prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima
dan dipercaya, baik oleh anggota pada khususnya maupun oleh masyarakat
luas pada umumnya. Salah satu indikator terlaksananya penerapan prinsip
tersebut adalah melalui penyelenggaraan akuntansi secara benar dan tertib.
Oleh karena koperasi memiliki identitas, maka penerapan akuntansi dan
penyampaian laporan keuangannya juga menunjukkan kekhususan dibanding
dengan akuntansi dan laporan keuangan badan usaha lain pada umumnya.
Laporan keuangan koperasi menyajikan informasi yang menyangkut kondisi,
kinerja dan perubahan posisi keuangan koperasi, yang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan strategis untuk pengembangan koperasi. Pedoman ini
merupakan penyempurnaan atas Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia
sebelumnya, yang berisi praktek penerapan akuntansi pada koperasi dengan
memperhatikan perubahan pada perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
yang mengacu pada laporan keuangan internasional (International Financial
Reporting Standard atau IFRS). Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan
Akuntan Indonesia pada tanggal 8 April 2011 telah menerbitkan Pernyataan
Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan 8 (PPSAK 8) atas pencabutan
Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan 27 (PSAK 27) mengenai Akuntansi
Koperasi. Standar Akuntansi keuangan yang mengacu pada IFRS
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Standar Akuntansi Keuangan Umum
(SAK Umum). Mengingat koperasi sejauh ini termasuk dalam entitas tanpa
akuntabilitas publik, maka memberlakukan akuntansi koperasi dengan SAK
ETAP. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan koperasi untuk kepentingan internal koperasi maupun pihak
lain selaku pengguna laporan keuangan koperasi. Pedoman ini merupakan
acuan yang harus dipatuhi oleh koperasi dan aparat dalam melakukan
pembinaan dalam menyusun laporan keuangan.
B. Pengertian Umum
1. Pengertian umum dalam Pedoman ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan
nilai dan prinsip Koperasi(Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17
tahun 2012 Tentang Perkoperasian)
2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang seorang.
3. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
badan hukum koperasi.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 12
4. Pedoman Umum Akuntansi Koperasi adalah petunjuk yang memberikan
arahan untuk penyusunan akuntansi koperasi yang mengatur akuntansi bagi
badan usaha koperasi atas transaksi yang timbul dari hubungan koperasi
dengan anggota dan non anggota dan/atau koperasi.
5. Akuntansi Koperasi adalah sistem pencatatan yang sistematis yang
mencerminkan pengelolaan koperasi yang transparan dan
bertanggungjawab sesuai dengan nilai, norma dan prinsip koperasi.
6. Pelayanan Kepada Anggota adalah transaksi koperasi dengan anggota yang
merupakan hubungan pelayanan barang/jasa.
7. Penjualan Kepada Non Anggota adalah transaksi koperasi dengan non
anggota yang merupakan hubungan bisnis atas penjualan barang/jasa.
8. Harga Pokok Penjualan adalah pengorbanan ekonomis atau harga perolehan
barang/jasa (harga beli) yang diperlukan koperasi untuk memperoleh
pendapatan dalam periode tertentu.
C. Ketentuan UmumLaporan Keuangan
Mengingat pemakai laporan keuangan koperasi adalah anggota koperasi,
pengurus, pengawas serta stakeholder lain (pemerintah, kreditur dan pihak lain
yang berkepentingan) maka laporan keuangan harus memenuhi ketentuan
dalam penyajian kualitatif laporan keuangan, antara lain:
1. Karakteristik yang bersifat spesifik dari laporan keuangan koperasi di
antaranya adalah:
a. Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban
pengurus selama satu periode akuntansi, yang dapat dipakai sebagai
bahan untuk menilai hasil kerja pengelolaan koperasi;
b. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari sistem pelaporan
koperasi yang ditujukan untuk pihak internal maupun eksternal koperasi;
c. Laporan keuangan koperasi harus berdayaguna bagi para anggotanya,
sehingga pihak anggota dapat menilai manfaat ekonomi yang diberikan
koperasi dan berguna juga untuk mengetahui:
1) Prestasi unit kegiatan koperasi yang secara khusus bertugas
memberikan pelayanan kepada para anggotanya selama satu periode
akuntansi tertentu;
2) Prestasi unit kegiatan koperasi yang secara khusus ditujukan untuk
tujuan bisnis dengan non anggota selama satu periode akuntansi
tertentu;
3) Informasi penting lainnya yang mempengaruhi keadaan keuangan
koperasi jangka pendek dan jangka panjang.
2. Komponen laporan keuangan koperasi
1) Dalam Rapat Anggota Pengurus wajib mengajukan laporan
pertanggungjawaban tahunan yang berisi:
a. laporan mengenai keadaan dan jalannya Koperasi serta hasil yang
telah dicapai;
b. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan Koperasi;
c. laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari neraca akhir
dan perhitungan hasil usaha tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
d. laporan Pengawas;
e. nama Pengawas dan Pengurus; dan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 13
f. besar imbalan bagi Pengawas serta gaji dan tunjangan lain bagi
Pengurus.
2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dibuat
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dilaksanakan, Pengurus wajib memberikan penjelasan dan alasannya.
4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditandatangani oleh Pengurus.
5) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf
c harus diaudit oleh Akuntan Publik apabila:
a. diminta oleh Menteri; atau
b. Rapat Anggota menghendakinya.
6) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi,
pengesahan laporan pertanggungjawaban tahunan oleh Rapat Anggota
dinyatakan tidak sah.
7) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012
Tentang Perkoperasian, pengurus menyusun laporan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya memuat:
1) Neraca;
2) Perhitungan Hasil Usaha;
3) Catatan Atas Laporan Keuangan;
8) Dalam pedoman umum akuntansi koperasi ini, komponen laporan
keuangan dilengkapi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yaitu:
1) Laporan perubahan ekuitas (modal);
2) Laporan arus kas.
D. Perlakuan Khusus Akuntansi Koperasi
Tujuan laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja dan informasi yang bermanfaat bagi pengelola,
anggota koperasi dan pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan.
Penyajian informasi laporan keuangan koperasi harus memperhatikan ketentuan
SAK ETAP yang merupakan informasi kualitatif antara lain:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahan untuk dipahami oleh pengguna;
2. Relevan
Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk
proses pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi;
3. Materialitas
Informasi yang disampaikan dalam jumlah yang cukup material. Pos-pos
yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan.
Sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang
memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Informasi dianggap material jika
kelalaian untuk mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement) mempengaruhi keputusan yang diambil;
4. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias
(jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau
kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu;
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 14
5. Substansi mengungguli bentuk
Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi;
6. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset
atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak
disajikan lebih rendah.
Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan
asset atau penghasilan lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban
yang lebih tinggi;
7. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi jika
ditinjau dari segi relevansi;
8. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif;
9. Tepat Waktu
Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi
laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan;
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami
bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh
pengguna eksternal.
E. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan
keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
1. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima
atau sebesar nilai wajar dari aset non kas yang diterima sebagai penukar
dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.
2. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset,
atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
Entitas harus menyusun laporan keuangan, dengan menggunakan dasar akrual,
kecuali laporan arus kas. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset,
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 15
kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan)
ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
F. Akuntansi Koperasi
1. Jenis Transaksi Pada Koperasi.
a. Transaksi antara koperasi dengan anggotanya terdiri dari:
1) Transaksi setoran, dapat berbentuk:
a) Setoran modal yang menentukan kepemilikan (setoran pokok,
SMK);
b) Setoran lain yang tidak menentukan kepemilikan (misalnya:
simpanan sukarela, tabungan, simpanan berjangka dan simpanan
lainnya).
2) Transaksi pelayanan, dapat berbentuk:
a) Pelayanan dalam bentuk kegiatan penyaluran dan pengadaan
barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota;
b) Menyediakan dan menyalurkan kebutuhan input bagi kegiatan
proses produksi usaha anggota;
c) Pelayanan penyaluran barang/jasa yang dihasilkan anggota untuk
dipasarkan;
d) Pengelolaan kegiatan simpan pinjam anggota.
b. Transaksi antara koperasi dengan non anggota, dapat berbentuk:
1) Penjualan barang/jasa kepada non anggota atau masyarakat
umum/perusahaan;
2) Pembelian barang/jasa dari non anggota.
c. Transaksi khusus pada koperasi, dapat berbentuk:
1) Penerimaan dan pengembalian modal penyertaan untuk kegiatan
usaha/proyek dari anggota atau pihak lain.
2) Penerimaan modal sumbangan (hibah/donasi) dari anggota atau
pihak lain;
3) Pengalokasian "beban perkoperasian";
4) Pembentukan cadangan.
2. Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan), Penyajian dan Pengungkapan.
Dalam penerapan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan dilakukan
proses pengakuan dan pengukuran (perlakuan), penyajian dan
pengungkapan dari setiap transaksi dan perkiraan atas kejadian akuntansi
pada koperasi, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos/akun dalam
neraca atau laporan perhitungan hasil usaha (PHU) yang mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur, di mana manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan perkiraan tersebut, akan mengalir dari atau ke dalam
koperasi;
b. Pengukuran merupakan proses penetapan jumlah uang yang digunakan
oleh koperasi untuk mengukur nilai aset, kewajiban, pendapatan dan
beban dalam laporan keuangan;
c. Penyajian merupakan proses penempatan pos/akun (perkiraan) dalam
laporan keuangan secara tepat dan wajar;
d. Pengungkapan adalah pemberian informasi tambahan yang dibutuhkan
untuk menjelaskan unsur-unsur pos/akun (perkiraan) kepada pihak yang
berkepentingan sebagai catatan dalam laporan keuangan koperasi.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 16
Tujuan dari pernyataan tersebut di atas adalah agar penerapan akuntansi
dapat dilakukan oleh koperasi secara terukur, tepat, wajar dan konsisten,
sehingga laporan keuangan yang disajikan benar, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Pencatatan Akuntansi Koperasi
Pencatatan akuntansi koperasi meliputi unsur-unsur pos/akun (perkiraan)
dalam Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Catatan atas Laporan Keuangan,
Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas.
G. Ketentuan Umum Akuntansi Aset
1. Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan
operasional usaha;
2. Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh koperasi;
3. Aset yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya,
diakui sebagai aset tetap.
4. Komponen Aset:
1. Aset lancar
a. Pengertian
Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun.
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
1) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
2) Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);
3) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
b. Aset lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Kas
Adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah
maupun mata uang asing sebagai alat pembayaran sah.
2) Bank
Adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid,
seperti: tabungan, giro dan deposito serta simpanan lainnya.
3) Surat berharga
Adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga, yang
dapat dicairkan dan diperjualbelikan dalam bentuk tunai setiap
saat;
4) Piutang Usaha
Adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan barang/jasa
kepada pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.
5) Piutang Pinjaman Anggota
Adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi pemberian
pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada anggota.
6) Piutang Pinjaman Non anggota
Adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi pemberian
pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada non anggota.
7) Penyisihan Piutang Tak Tertagih
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 17
Adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai "pengurang nilai
nominal" piutang pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko
piutang tak tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian akibat pemberian piutang pinjaman.
8) Persediaan
Adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk
persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan
setengah jadi, maupun barang jadi untuk diperdagangkan dalam
rangka memberikan pelayanan kepada anggota dan
penyelenggaraan transaksi dengan non anggota;
9) Biaya dibayar di muka
Adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain
untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu. Contoh sewa
gedung yang dibayar di muka untuk jangka waktu tertentu lebih
dari satu periode akuntansi.
10) Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Adalah berbagai jenis pendapatan koperasi yang sudah dapat
diakui sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh
koperasi;
11) Aset Lancar Lain
Adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1
sampai dengan 10 di atas.
2. Aset Tidak Lancar
a. Pengertian
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta
digunakan dalam kegiatan operasional dengan kompensasi
penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan).
b. Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Investasi Jangka Panjang
Adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan pada koperasi
sekunder, koperasi lain atau perusahaan untuk jangka waktu
lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa simpanan atau
penyertaan modal.
2) Properti Investasi
Adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat
menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-duanya.
Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau
penyediaan barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam
kegiatan usaha sehari-hari.
3) Akumulasi Penyusutan Properti Investasi
Adalah "pengurang nilai perolehan" suatu properti investasi,
sebagai akibat penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi
penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan
sampai dengan umur manfaatnya.
4) Aset Tetap
Adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
kegiatan produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 18
ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan digunakan lebih
dari satu periode. Aset tetap mencakup perkiraan:
a) Tanah/Hak Atas Tanah
Adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk hak atas
tanah;
b) Bangunan
Adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk berbagai
bangunan;
c) Mesin dan Kendaraan
Adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk berbagai
jenis mesin, kendaraan atau peralatan produksi;
d) Inventaris dan Peralatan Kantor
Adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk berbagai
bentuk inventaris dan peralatan kantor;
5) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap,
Adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tetap yang dimiliki
koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal
penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
6) Aset Tidak Berwujud
Adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak
mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
produksi atau disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan
administratif. Contoh aset tidak berwujud antara lain: hak paten,
hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor, waralaba.
7) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tidak berwujud
yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan
berlalunya waktu. Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud
dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai
dengan umur manfaatnya.
8) Aset Tidak Lancar Lain
Adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1
sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai dibangun.
H. Ketentuan Umum Akuntansi Kewajiban
1. Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh
koperasi di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aset atau
pemberian jasa, yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa
sebelumnya.
2. Kewajiban merupakan tanggungjawab koperasi saat ini, yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diperkirakan akan membutuhkan
sumber daya ekonomi.
3. Simpanan anggota di luar simpanan pokok dan simpanan wajib, yang tidak
menentukan kepemilikan, diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau
jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh tempo dan berdasarkan
perjanjian.
4. Koperasi dapat mengumpulkan atau menerima simpanan berupa tabungan
dan atau simpanan berjangka atau simpanan lain, dari anggota dan atau
anggota koperasi lain, diakui sebagai kewajiban koperasi. Simpanan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 19
tersebut diberi balas jasa berupa bunga atau bentuk lain sesuai dengan
kesepakatan rapat anggota.
5. Komponen Kewajiban
1. Kewajiban jangka pendek
a. Pengertian
Kewajiban jangka pendek adalah utang koperasi yang digunakan
untuk kebutuhan modal kerja dan memelihara likuiditas koperasi,
dan harus dilunasi paling lama dalam satu periode akuntansi
koperasi.
b. Kewajiban jangka pendek meliputi perkiraan antara lain:
1) Simpanan Anggota,
Adalah sejumlah simpanan dari anggota yang tidak menentukan
kepemilikan, misal: simpanan sukarela, Tabungan koperasi
(Tabkop), Simpanan berjangka koperasi (Sijakop) yang harus
dipenuhi kurang dari satu tahun.
2) SHU Bagian Anggota
Adalah sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan,
dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang
dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan
keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat
anggota.
Pengaturan bagian SHU untuk keperluan lain diatur dalam
keputusan rapat anggota.
3) Utang Usaha
Adalah utang koperasi kepada pihak lain sebagai
kebutuhan/akibat transaksi bisnis koperasi.
4) Utang Bank/Lembaga Keuangan Lain
Adalah utang kepada bank/lembaga keuangan lain untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja dan transaksi bisnis koperasi,
yang dilakukan dengan proses penarikan kredit/pembiayaan.
5) Utang Jangka Pendek lainnya
Adalah utang koperasi jangka pendek lain, kepada pihak lain yang
harus dilunasi paling lama dalam satu periode akuntansi;
6) Beban yang masih harus dibayar
Adalah beban yang telah terjadi, tetapi belum dapat dicatat di
akun beban.
7) Pendapatan diterima di muka
Adalah akun yang awalnya dicatat sebagai kewajiban karena
kasnya diterima di muka padahal jasa atau barangnya belum
diberikan kepada pelanggan. Kewajiban ini kemudian berubah
menjadi pendapatan seiring dengan berlalunya waktu atau
melalui operasi normal usaha.
2. Kewajiban jangka panjang
a. Pengertian
Kewajiban jangka panjang adalah utang koperasi yang digunakan
untuk kebutuhan investasi dan/atau kebutuhan lainnya, dan dapat
dilunasi lebih dari satu tahun.
b. Kewajiban jangka panjang meliputi perkiraan antara lain:
1) Utang Bank/Lembaga Keuangan Lain
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 20
Adalah utang kepada bank/lembaga keuangan lain untuk
memenuhi kebutuhan investasi dan/atau kebutuhan lain, yang
dilakukan dengan proses penarikan kredit/pembiayaan.
2) Kewajiban Imbalan Pasca Kerja
Adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
3) Kewajiban Jangka Panjang Lainnya
Adalah kewajiban jangka panjang lainnya, baik kepada lembaga
keuangan lain serta pihak lain, untuk memenuhi kebutuhan
investasi dan atau kebutuhan lain, yang dilakukan dengan proses
penarikan kredit/pembiayaan dan penyertaan modal.
I. Ketentuan Umum Akuntansi Ekuitas
1. Ekuitas adalah modal yang mempunyai ciri:
a. Berasal dari anggota, dan atau berasal dari sumber dalam koperasi
seperti cadangan, SHU tahun berjalan dan berasal dari sumber luar
koperasi seperti hibah;
b. Menanggung resiko dan berpendapatan tidak tetap. Bilamana koperasi
memperoleh SHU maka anggota akan menerima bagiannya. Apabila
koperasi merugi maka anggota tidak menerima pembagian SHU atau
menanggung kerugian koperasi;
c. Tidak dapat dipindahtangankan, namun dapat diambil kembali pada saat
anggota ke luar dari keanggotaannya, atau jika koperasi bubar, setelah
kewajiban-kewajiban koperasi diselesaikan.
2. Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota yang berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang berciri seperti simpanan
pokok atau simpanan wajib; modal sumbangan/hibah; cadangan dan sisa
hasil usaha (SHU) tahun berjalan.
3. Komponen Ekuitas
Rincian sumber modal koperasi yang diakui adalah sebagai berikut:
Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi
sebagai modal awal. Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
modal Koperasi dapat berasal dari:
a. Hibah;
b. Modal Penyertaan;
c. Modal pinjaman yang berasal dari:
1. Anggota;
2. Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya;
3. bank dan lembaga keuangan lainnya;
4. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau
5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
dan/atau
d. Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi
(1) Setoran Pokok dibayarkan oleh Anggota pada saat yang bersangkutan
mengajukan permohonan sebagai Anggota dan tidak dapat
dikembalikan.
(2) Setoran Pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah
disetor penuh dengan bukti penyetoran yang sah.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 21
(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara penetapan Setoran
Pokok pada suatu Koperasi diatur dalam Anggaran Dasar.
(4) Setiap Anggota Koperasi harus membeli Sertifikat Modal Koperasi yang
jumlah minimumnya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(5) Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi dengan nilai
nominal per lembar maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok.
(6) Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanda bukti
penyertaan modal Anggota di Koperasi.
(7) Kepada setiap Anggota diberikan bukti penyetoran atas Sertifikat Modal
Koperasi yang telah disetornya.
(8) Sertifikat Modal Koperasi tidak memiliki hak suara.
(9) Sertifikat Modal Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan atas nama.
(10) Nilai nominal Sertifikat Modal Koperasi harus dicantumkan dalam mata
uang Republik Indonesia.
(11) Penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dapat dilakukan dalam
bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya yang dapat dinilai dengan
uang.
(12) Dalam hal penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dalam bentuk
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan penilaian
untuk memperoleh nilai pasar wajar.
(13) Koperasi wajib memelihara daftar pemegang Sertifikat Modal Koperasi
dan daftar pemegang Modal Penyertaan yang sekurang-kurangnya
memuat:
a. nama dan alamat pemegang Sertifikat Modal Koperasi dan
pemegang Modal Penyertaan;
b. jumlah lembar, nomor, dan tanggal perolehan Sertifikat Modal
Koperasi dan Modal Penyertaan;
c. jumlah dan nilai Sertifikat Modal Koperasi dan nilai Modal
Penyertaan; dan
d. perubahan kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi.
(14) Pemindahan Sertifikat Modal Koperasi kepada Anggota yang lain tidak
boleh menyimpang dari ketentuan tentang kepemilikan Sertifikat
Modal Koperasi dalam jumlah minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68.
(15) Pemindahan Sertifikat Modal Koperasi oleh seorang Anggota dianggap
sah jika:
a. Sertifikat Modal Koperasi telah dimiliki paling singkat selama 1
(satu) tahun;
b. pemindahan dilakukan kepada Anggota lain dari Koperasi yang
bersangkutan;
c. pemindahan dilaporkan kepada Pengurus; dan/atau
d. belum ada Anggota lain atau Anggota baru yang bersedia membeli
Sertifikat Modal Koperasi untuk sementara Koperasi dapat
membeli lebih dahulu dengan menggunakan Surplus Hasil Usaha
tahun berjalan sebagai dana talangan dengan jumlah paling
banyak 20% (dua puluh persen) dari Surplus Hasil Usaha tahun
buku tersebut.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 22
(16) Dalam hal keanggotaan diakhiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1), Anggota yang bersangkutan wajib menjual Sertifikat Modal
Koperasi yang dimilikinya kepada Anggota lain dari Koperasi yang
bersangkutan berdasarkan harga Sertifikat Modal Koperasi yang
ditentukan Rapat Anggota.
(17) Perubahan nilai Sertifikat Modal Koperasi mengikuti standar akuntansi
keuangan yang berlaku dan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
(18) Sertifikat Modal Koperasi dari seorang Anggota yang meninggal dapat
dipindahkan kepada ahli waris yang memenuhi syarat dan/atau
bersedia menjadi Anggota.
(19) Dalam hal ahli waris tidak memenuhi syarat dan/atau tidak bersedia
menjadi Anggota, Sertifikat Modal Koperasi dapat dipindahkan kepada
Anggota lain oleh Pengurus dan hasilnya diserahkan kepada ahli waris
yang bersangkutan.
5. Ketentuan Hibah
(1) Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang berasal dari sumber
modal asing, baik langsung maupun tidak langsung, dapat diterima
oleh suatu Koperasi dan dilaporkan kepada Menteri.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibagikan
secara langsung atau tidak langsung kepada Anggota, Pengurus, dan
Pengawas.
(3) Ketentuan mengenai Hibah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Ketentuan Modal Penyertaan
(1) Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan dari:
a. Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan/atau
b. masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan Modal
Penyertaan.
(2) Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib turut menanggung risiko dan bertanggung jawab terhadap
kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan sebatas nilai
Modal Penyertaan yang ditanamkan dalam Koperasi.
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga dalam
hal Pemerintah dan/atau masyarakat turut serta dalam pengelolaan
usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan dan/atau turut
menyebabkan terjadinya kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal
Penyertaan.
(4) Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha
yang dibiayai dengan Modal Penyertaan.
(5) Ketentuan Modal Penyertaan
Perjanjian penempatan Modal Penyertaan dari masyarakat sekurang-
kurangnya memuat:
a. besarnya Modal Penyertaan;
b. risiko dan tanggung jawab terhadap kerugian usaha;
c. pengelolaan usaha; dan
d. hasil usaha.
J. Ketentuan Umum Selisih Hasil Usaha dan Dana Cadangan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 23
1. Perhitungan Hasil Usaha adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha
koperasi dalam satu periode akuntansi.
2. Penyajian akhir dari perhitungan hasil usaha disebut SHU (Selisih Hasil
Usaha). SHU bukan semata-mata mengukur besaran laba tetapi juga
menggambarkan manfaat lain bagi anggota.
3. Surplus Hasil Usaha
(1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat
Anggota, Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana
Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
1. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi;
2. Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki;
3. Pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan
Koperasi;
4. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan
kewajiban lainnya; dan/atau
5. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha
yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota.
(3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan untuk mengembangkan
usaha Koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada Anggota.
4. Defisit Hasil Usaha
(1) Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, Koperasi dapat menggunakan
Dana Cadangan.
(2) Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan Rapat Anggota.
(3) Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup untuk menutup
Defisit Hasil Usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja Koperasi pada tahun
berikutnya.
Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha pada Koperasi Simpan Pinjam,
Anggota wajib menyetor tambahan Sertifikat Modal Koperasi.
5. Dana Cadangan
(1) Dana Cadangan dikumpulkan dari penyisihan sebagian Selisih Hasil
Usaha.
(2) Koperasi harus menyisihkan Surplus Hasil Usaha untuk Dana Cadangan
sehingga menjadi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari nilai
Sertifikat Modal Koperasi.
(3) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum
mencapai jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dipergunakan untuk menutup kerugian Koperasi.
6. Komponen Perhitungan Selisih Hasil Usaha
1. Pelayanan Anggota
a. Adalah pendapatan atau penghasilan yang bersumber dari aktivitas
utama usaha koperasi dengan anggota. Pelayanan ini terdiri dari:
1) Pelayanan bruto anggota yaitu pendapatan koperasi yang timbul
dari transaksi pelayanan ekonomi kepada anggota;
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 24
2) Beban pokok pelayanan yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah
biaya perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan anggota
dalam satu periode akuntansi.
b. Total pelayanan anggota dikurangi dengan beban pokok pelayanan
merupakan pelayanan neto anggota.
2. Pendapatan dari Non Anggota
a. Adalah pendapatan atau penghasilan yang bersumber dari aktivitas
utama usaha koperasi dengan non anggota. Pendapatan barang/jasa
ini terdiri dari:
1) Penjualan barang/jasa kepada non anggota yaitu pendapatan
koperasi yang timbul dari transaksi bisnis dengan pihak non
anggota.
2) Beban pokok penjualan non anggota yaitu nilai beli yang
dikeluarkan ditambah biaya perolehan hingga barang/jasa siap
dijual dengan non anggota dalam satu periode akuntansi.
b. Total penjualan barang/jasa kepada non anggota dikurangi beban
pokok penjualan pada non anggota merupakan laba/rugi non
anggota.
c. Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi koperasi
konsumen/pemasaran:
Persediaan barang awal periode
Pembelian barang periode yang bersangkutan
Persediaan barang tersedia untuk dijual
Persediaan barang akhir periode
Beban Pokok/Harga Pokok Penjualan
d. d.Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi
kegiatan produksi barang/jasa:
Persediaan bahan baku awal periode
Pembelian bahan baku periode yang bersangkutan
Persediaan bahan baku tersedia untuk digunakan
Persediaan bahan baku akhir periode
1) Bahan baku yang dipakai dalam produksi
2) Biaya tenaga kerja langsung
3) Biaya overhead pabrik
Total Biaya Produksi
(+) Persediaan barang dalam proses awal periode
(-) Persediaan barang dalam proses akhir periode
Beban Pokok Produksi
(+) Persediaan barang jadi awal periode
(-) Persediaan barang jadi akhir periode
Beban Pokok Penjualan
3. Selisih Hasil Usaha Kotor
Adalah penjumlahan dari pelayanan neto anggota dan laba/rugi dengan
non anggota.
4. Beban Operasional
a. Adalah biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas penjualan
barang/jasa oleh koperasi kepada anggota dan non anggota.
b. Komponen Beban operasional meliputi:
1) Beban Usaha, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi
yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha penjualan
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 25
barang/jasa koperasi, meliputi biaya administrasi, umum dan
penjualan di antaranya:
a) Biaya gaji karyawan;
b) Biaya alat tulis kantor;
c) Biaya perjalanan dinas yang berkaitan dengan kegiatan
penjualan barang/jasa;
d) Biaya upah;
e) Biaya penyusutan dan amortisasi;
f) Biaya listrik;
g) Biaya telephone;
h) Biaya promosi.
2) Beban Perkoperasian, adalah biaya yang dikeluarkan oleh
koperasi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan
operasional koperasi tersebut, tetapi ditujukan untuk
pengembangan organisasi koperasi di antaranya: biaya
pendidikan dan latihan SDM koperasi, biaya rapat organisasi,
biaya pengembangan wilayah kerja, honor pengurus/pengawas
dan biaya lain yang berkaitan dengan perkoperasian.
3) Beban Operasional Lainnya, adalah biaya operasional lainnya
yang tidak dapat dikelompokan pada beban usaha dan beban
perkoperasian.
5. Pendapatan dan atau Beban Lainnya
a. Pendapatan Lain, adalah pendapatan yang diterima sehubungan
dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas
utama usaha koperasi. Di antaranya: pendapatan bunga (koperasi
konsumsi/produksi/pemasaran), pendapatan deviden, keuntungan
penjualan aset.
b. Beban Lainnya, adalah beban yang dikeluarkan oleh koperasi
sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan
merupakan aktivitas utama usaha koperasi. Di antaranya berupa:
beban bunga (koperasi konsumen/produksi/pemasaran), kerugian
penjualan aset.
6. Beban Pajak
Adalah beban yang dikeluarkan koperasi berkaitan dengan ketentuan
perpajakan. Jenis Pajak Penghasilan (PPh).
7. Selisih Hasil Usaha Setelah Pajak
Pos ini mencantumkan besaran sisa hasil usaha bersih setelah pajak.
K. Ketentuan Umum Laporan Arus Kas
1. Arus kas adalah arus masuk dan arus ke luar uang tunai atau setara tunai.
2. Laporan arus kas menyediakan informasi tentang perubahan uang tunai dan
setara tunai dalam satu entitas untuk periode yang dilaporkan dalam
komponen yang terpisah, terdiri dari: aktivitas operasi, aktivitas investasi
dan aktivitas pendanaan.
3. Komponen Arus Kas
1. Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi, adalah arus kas yang berasal dari
aktivitas utama koperasi. Arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa serta kondisi lain yang mempengaruhi besaran
SHU, di antaranya:
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 26
a. Penerimaan kas dari penjualan barang/jasa;
b. Penerimaan kas dari royalti, fee, komisi dan pendapatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang/jasa;
d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan;
e. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi;
f. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman dan
kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan yang sejenis
dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas Investasi adalah arus kas penerimaan dan pengeluaran
sehubungan dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan
menghasilkan pendapatan masa depan, di antaranya:
a. Penjualan Surat Berharga;
b. Penjualan investasi jangka panjang;
c. Penjualan properti investasi;
d. Penjualan aset tetap;
e. Perolehan surat berharga;
f. Perolehan investasi jangka panjang;
g. Perolehan properti investasi;
h. Perolehan aset tetap.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah arus kas penerimaan dan pengeluaran yang
berhubungan dengan sumber pendanaan untuk tujuan menghasilkan
pendapatan masa depan, di antaranya:
a. Penerimaan kas dari setoran pokok;
b. Penerimaan kas dari SMK;
c. Penerimaan kas dari hibah/modal sumbangan;
d. Penerimaan kas dari surat utang;
e. Penerimaan kas dari pinjaman bank/lembaga keuangan lain;
f. Pengeluaran kas untuk pengembalian simpanan pokok;
g. Pengeluaran kas untuk pengembalian simpanan wajib;
h. Pengeluaran kas untuk pembayaran surat utang;
i. Pengeluaran kas untuk pengembalian pinjaman bank/lembaga
keuangan lain.
L. Ketentuan Umum Laporan Perubahan Ekuitas
1. Laporan perubahan ekuitas bertujuan menyajikan laba/rugi koperasi untuk
suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut.
2. Informasi yang disajikan di laporan perubahan ekuitas meliputi:
a. Laba/rugi untuk periode;
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang
diakui, sesuai kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan untuk setiap
komponen ekuitas;
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 27
d. Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode
untuk setiap komponen ekuitas, yang menunjukkan perubahan secara
terpisah dari:
1) Laba/rugi;
2) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3) Jumlah SHU yang dibagikan dan distribusi lain untuk anggota, yang
menunjukkan secara terpisah komponen simpanan anggota.
3. Komponen Laporan Perubahan Ekuitas
Komponen Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan perubahan dari setoran
pokok, SMK, Hibah, cadangan, SHU Yang Tidak dibagikan pada periode
akuntansi.
M. Ketentuan Umum Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Catatan atas laporan keuangan koperasi harus memuat pengungkapan
kebijakan koperasi yang mengakibatkan perubahan perlakuan akuntansi dan
pengungkapan informasi lainnya. Perlakuan akuntansi yang harus
diungkapkan atau diinformasikan antara lain:
a. Kebijakan akuntansi tentang aset tetap, penilaian persediaan, piutang
dan sebagainya, di antaranya memuat:
1) Pengakuan, perlakuan dan kebijakan akuntansi mengenai aset tetap,
di antaranya:
a) Aset tetap milik koperasi yang berasal dari sumbangan;
b) Syarat-syarat penggunaan aset tetap dari sumbangan;
c) Kebijakan penetapan umur ekonomi/teknik serta metode
penyusutan;
d) Hal-hal ini yang dianggap penting mengenai aset tetap.
a) Kebijakan akuntansi tentang persediaan, seperti:
a) Jenis-jenis persediaan;
b) Metode penilaian persediaan yang digunakan;
c) Perlakuan permasalahan khusus yang berhubungan dengan
persediaan;
d) Metode pencatatan persediaan yang digunakan.
2) Kebijakan akuntansi mengenai piutang, seperti:
a)Jenis-jenis piutang;
b)Penetapan piutang tak tertagih;
c)Persyaratan kredit dan syarat-syarat pembayaran;
d)Perlakuan permasalahan khusus yang berhubungan dengan
piutang.
b. Pos-pos yang nilainya material (berdasarkan ketentuan pada masing-
masing koperasi), harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan.
c. Catatan atas laporan keuangan koperasi harus jelas dan nyata, memuat
informasi lain seperti:
1) Kegiatan pelayanan utama koperasi kepada anggota.
2) Informasi mengenai kegiatan bisnis koperasi dengan non anggota
yang ditargetkan dan yang sudah dilaksanakan.
3) Aktivitas koperasi untuk mempromosikan ekonomi dan
pengembangan kemampuan sumberdaya anggota melalui pendidikan
dan pelatihan.
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 28
2. Pembagian SHU dan penggunaan cadangan berdasarkan ketentuan yang
berlaku dalam koperasi bersangkutan.
3. Penyelenggaraan dan keputusan rapat anggota yang berpengaruh terhadap
perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
N. Informasi Tambahan
Informasi ini disajikan koperasi untuk memberikan keterangan yang bermanfaat
guna mengetahui kemampuan koperasi dalam mendanai setiap kegiatan usaha
koperasi dan meningkatkan kemampuan ekonomi anggotanya serta tidak
mempengaruhi pendapat atas laporan keuangan koperasi secara langsung.
O. Penutup
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi ditertibkan sebagai pedoman bagi koperasi
di Indonesia, aparat pembina koperasi di tingkat Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten dan/Kota serta gerakan koperasi sesuai dengan tugas
dan fungsi masing-masing. []
-
Bintek Penyusunan LPJ Pengurus/ Pengawas | Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Jawa Tengah
Gedung PLUT-KUMKM, Purwokerto, 10 April 2014 | 29
LAMPIRAN
KERANGKA ISI LPJ PENGURUS
1. Judul
2. Pendahuluan
3. Arah/roh Pengembangan Koperasi
4. Kebijakan, Langkah dan Potret Organisasi dan Kelembagaan
a. Kebijakan organisasi dan kelembagaan
b. Langkah-langkah organisasi dan kelembagaan
c. Potret Organisasi
5. Kebijakan, Langkah dan Potret Perusahaan Koperasi
a. Kebijakan Pengembangan Perusahaan
b. Langkah-langkah Pengembangan Perusahaan
c. Potret Perusahaan
6. Keuangan
a. Neraca Komparasi
b. Laporan PHU
c. Laporan Perkembangan modal
d. Catatan atas laporan keuangan
7. Penutup
8. Tandatangan segenap pengurus
KERANGKA LPJ PENGAWAS
A. Judul
B. Pengantar
C. Dasar Hukum Pengawas
D. Kelembagaan Pengawas
E. Lingkup Kepengawasan
1. Kelembagaan, Organisasi dan kepersonaliaan
2. Manajemen Usaha
3. Manajemen Keuangan.
F. Pola pengawasan
G. Hasil-hasil kepengawasan
1. Umum
2. Khusus
2.1. Organisasi dan Kelembagaan
a. Kepengurusan
b. Keanggotaan
c. Hubungan kelembagaan
2.2. Operasionalisasi Usaha, Permodalan dan investasi
a. Usaha
b. Permodalan
c. Investasi
2.3. Keuangan
a. Proses Pengawasan Keuangan
b. Berita Acara Kas
G. Rekomendasi-Rekomendasi
1. Organisasi dan Kelembagaan
2. Usaha dan permodalan
H. Penutup
I. Tanda tangan segenap Pengawas