lp tbc

16
LAPORAN PENDAHULUAN TBC 1. Definisi Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002) Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. (Smelzer & Bare, 2002). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002 ). 2. Etiologi Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. 3. Manifestasi klinis 1. Gejala Umum Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih. Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru. 2. Gejala lain yang sering dijumpai a. Dahak bercampur darah

Upload: riyan-dwi

Post on 14-Apr-2016

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

LP TBC

TRANSCRIPT

Page 1: LP TBC

LAPORAN PENDAHULUAN

TBC

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.

(Smelzer & Bare, 2002).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru

Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,

tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002 ).

2. Etiologi

Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk

batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri

atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap

gangguan kimia dan fisik.

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.

3. Manifestasi klinis

1. Gejala Umum

Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.

Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang

menyebabkan  lesi  pada  jaringan  parenkim  paru. 

2.    Gejala lain yang sering dijumpai

a.       Dahak bercampur darah

Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak

adalah hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk

berusaha mengeluarkan benda saing.

b.      Batuk darah

Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses

batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.

c.       Sesak napas dan nyeri dada

Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi

Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran

pernapasan.

Page 2: LP TBC

Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri

dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.

d.      Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan

(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari

sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus

mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga

menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan

demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat

mengakibatkan berkeringat pada malam hari.

4. Patofisiologi

Port de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui

udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil

tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan

alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar

cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan

penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-

paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau

proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam

sel.

5. Path way

terlampir

6. Komplikasi

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut :

1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru.

3. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.

7. Pemeriksaan penunjang

1.      Pemeriksaan Laboratorium

a)    Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

b)    Pemeriksaan Hb

Page 3: LP TBC

c)      Pemeriksaan Leukosit

d)      GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

e)        Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh

hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB

paru kronis luas.

2.      Pemeriksaan Radiologis Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada

area paru.

8. Penatalaksanaan Medis

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

resistensi kuman terhadap OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1)      Tahap awal (intensif)

  Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

  Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

  Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

2)      Tahap Lanjutan

  Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama

  Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan

Page 4: LP TBC

KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.      Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :

a. Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal

(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi

kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya

riwayat kontak dengan penderita TB paru yang lain.

b. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan

saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan

menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari

pengonbatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin

sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis

paru yang kembali aktif.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit

tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

e. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan

yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak

dengan penderita tuberkulosis paru yang lain

f. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien HIV dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –

desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah

yang sumpek.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien HIV dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan

menurun.

3) Pola eliminasi

Klien HIV dengan TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam

miksi maupun defekasi

Page 5: LP TBC

4) Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada pada klien HIV dengan TB

paru akan menganggu aktivitas

5) Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada klien HIV dengan TB paru

mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

6) Pola hubungan dan peran

klien HIV dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit

menular.

7) Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)

tidak ada gangguan.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa

kawatir klien tentang penyakitnya.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pada klien HIV dengan TB paru, pola reproduksi dan seksual akan berubah

karena kelemahan dan nyeri dada.

10) Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress

pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas

ibadah klien.

2. Pemeriksaan fisik

1) Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

2) Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas

yang cepat

  Palpasi : Fremitus suara meningkat.

  Perkusi : Suara redup.

  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang

nyaring.

3) Sistem pengindraan

Pada klien HIV dengan TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

Page 6: LP TBC

4) Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis.

5) Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun, bisa disertai dengan

diare.

6) Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari –

hari yang kurang meyenangkan.

7) Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456

8) Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

B. Diagnosa keperawatan

1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,

kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan

paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema

bronchial.

3.      Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,

Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan

kemampuan finansial.

C. Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,

kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 1 X 24 jam Bersihan

jalan nafas kembali normal.

Kriteria hasil :

         Mempertahankan jalan nafas pasien

        Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

Intervensi Rasional

1)       Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi

nafas, kecepatan, irama,  kedalaman dan

1)      Penurunan bunyi napas dapat

menunjukkan atelektasis

2)      Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.

Page 7: LP TBC

penggunaan otot aksesori

2)       Catat kemampuan untuk mengeluarkan

mukosa / batuk efektif : catat karakter,

jumlah sputum, adanya emoptisis

3)       Berikan pasien posisi semi atau fowler

tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan

napas dalam

4)       Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :

penghisapan sesuai keperluan

5)       Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat-obatan

Sputum berdarah kental atau darah cerah

diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka

bronkal dan dapat memerlukan evaluasi

3)      Posisi membantu memaksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernapasan

4)      Mencegah obstruksi / aspirasi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan

paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema

bronchial.

Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 1 X 24 jam Pertukaran

gas kembali normal

Kriteria hasil    :

         Permukaan paru kembali efektif

         Penurunan dispneu

         BB meningkat

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola

nafas

2. Tingkatkan tirah baring/batasi

aktivitas

3. Kolaborasi : berikan tambahan

oksigen yang sesuai

1.      TB paru menyebabkan efek luas pada paru

dari bagian kecil bronchopneumoni sampai

inflamasi difusi luas, nekrosis, efusi pleura.

2.      Menurunkan kinsumsi oksigen

3.      Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang

dapat terjadi sekunder terhadap penurunan

ventilasi/ menurunnya alveolar paru

Page 8: LP TBC

3. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,

Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan

kemampuan finansial.

Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam Kebutuhan

nutrisi kembali terpenuhi

Kriteria hasil    :

         BB mendekati seperti sebelum sakit

Intervensi Rasional

1.      Kaji status nutrisi

2.      Pastikan pola makanan yang biasa klien

sukai

3.      Dorong klien untuk makan sedikit tapi

sering

4.      Kolaborasi : ahli diit untuk komposisi diit

5.      Kolaborasi : berikan obat antipiretik

sesuai indikasi

1.      Untuk menentukan intervensi yang tepat

2.      Membantu dalam mengidentifikasi

kebutuhan/ kekuatan khusus

3.      Memaksimalkan masukan nutrisi

4.      Memberikan bantuan dalam perencanaan

diit dengan nutrisi adekuat

5.      Demam meningkatkan kebutuhan

metabolik dan juga konsumsi kalori

4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam Pasien

mampu berpartisipasi dalam kegiatan, pemenuhan ADL.

Kreiteria hasil : Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi Rasional

1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan

kebutuhan metabolik

5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang

dicintai.

Page 9: LP TBC

Tujuan :Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan

adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya

Kriteria Hasil: dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang

konstruktif

Intervensi Rasional

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jamPasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya

Kriteria Hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi baru, hasil lab tidak menunjukkan tanda infeksi oportunis, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

Intervensi Rasional

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: LP TBC

Aplikasi Nanda Nic – Noc.2013.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jakarta :

EGC

Carpenito, Lynda Juall.2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :EGC

Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC

Mansjoer,Arif.2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI

Price, Sylvia A. Lorrainne M Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit .Jakarta:EGC

Suzanne & Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran : EGC

LEMBAR KONSULTASI

Page 11: LP TBC

No Tanggal Revisi Paraf / TTD