lp tb paru

46
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN “ TB PARU” Oleh : Nama : Putu Eka Trisnanda Oktapiani Tingkat : 1.1 Reguler Nim : p07120013004 Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan

Upload: eka-yani

Post on 12-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP TB PARU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERNAFASAN

“ TB PARU”

Oleh :

Nama : Putu Eka Trisnanda Oktapiani

Tingkat : 1.1 Reguler

Nim : p07120013004

Politeknik Kesehatan Denpasar

Jurusan Keperawatan

2014

Page 2: LP TB PARU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

“ TB PARU”

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi TB Paru

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).Tuberkulosis adalah suatu

penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh

pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat

menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007). Tuberkulosis (TBC

atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan

bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering

terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).

Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain

manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada

manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit

infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga

ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus

limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

a) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar

pada hilus.

b) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain

selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

Page 3: LP TB PARU

kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB

Paru:

a) Tuberkulosis paru BTA positif.

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB

positif.

1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (obat

anti TBC)

b) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

a) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat

keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas

(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.

b) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,

yaitu:

TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis

eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan

kelenjar adrenal.

Page 4: LP TB PARU

TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,

peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB

usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

4. Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

Ada beberapa tipe pasien yaitu:

a) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

b) Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

c) Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

dengan BTA positif.

d) Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e) Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain

untuk melanjutkan pengobatannya.

f) Kasus lain :

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam

kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil

pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

B. Penyebab TB Paru

Penyebab penyakit TBC adalah diakibatkan adanya infeksi dari kuman

(bakteri) yang bernama Mycobacterium tuberculosis dan biasanya menyerang paru-

paru. Selain itu bakteri penyebab TBC ini juga menyerang organ tubuh lainnya

seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, bahkan bisa

menyerang otak.

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil

mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang

Page 5: LP TB PARU

dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman

terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin

(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan

menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini

menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada

bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit

tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan.

Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas

(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon)

selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer

kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam

perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru

primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap

basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3

tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah

peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam

tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

Penyakit TBC adalah jenis penyakit yang mudah menular, media

penularannya bisa melalui cairan di dalam saluran nafas yang keluar ketika

penderita batuk atau bersin kemudian terhirup oleh orang lain yang berada di

lingkungan sekitar penderita TBC tsb.

Virus TuberkulosisBakteri penyebab TBC akan tertidur dan tidak akan

menyerang terhadap orang yang mempunyai tubuh sehat dengan asupan gizi cukup

dan daya tahan tubuh yang baik. Bakteri TBC lebih mudah menular dan menyerang

terhadap orang-orang yang mengalami kekurangan gizi dan daya tahan tubuh yang

buruk. TBC bisa juga menginfeksi orang yang tinggal di lingkungan dengan udara

buruk dan mengandung banyak kuman TBC. Gizi buruk dan lingkungan yang

buruk bisa menyebabkan kuman (bakteri) TBC yang tertidur pulas di dalam tubuh

menjadi aktif.

Page 6: LP TB PARU

Serangan infeksi kuman TBC seringkali muncul tanpa disertai tanda-tanda

atau gejala khas apapun, biasanya indikasi yang muncul cuma batuk-batuk ringan

dan hali ini sering dianggap remeh dan tidak dihiraukan oleh calon penderita.

Seorang penderita infeksi TBC paru-paru dapat dengan mudah menularkan kuman

(bakteri) TBC kepada orang lain di lingkungan sekitarnya baik itu di rumah,

sekolah atau tempat kerja (kantor). Jika sudah menjadi kuman yang aktif di dalam

tubuh, kuman TBC akan terus merusak jaringan paru-paru hinggga menimbulkan

tanda-tanda dan gejala yang khas ketika penyakitnya sudah dalam keadaan cukup

parah.

C. Epidemiologi TB Paru

Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru tuberkulosis paru menular di

dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular. Artinya setiap tahun di

dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru, dan akan ada sekitar 3

juta orang meninggal oleh karena penyakit ini. Ditahun 1990 tercatat ada lebih dari

45 juta kematian di dunia karena berbagai sebab, dimana 3 juta diantaranya (7%)

terjadi karena kasus tuberkulosis. Selain itu 25% dari seluruh kematian yang

sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat tuberkulosis. Tahun 1990 dikawasan Asia

Tenggara telah muncul 3.1 juta penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih dari

satu juta kematian akibat penyakit ini. Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang

sangat epidemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi

sepertiga penduduk dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan

pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse

chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global

penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada

sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini

disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita

menular (BTA positif).

Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta

penderita dengan kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara

berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian,

yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di

negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun).

Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita

dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Page 7: LP TB PARU

Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian

nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada

semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO

memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan

kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk

Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan BTA positif.

Pada tahun 2005 di Asia Tenggara ada lebih dari 8,8 juta penderita baru

tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta kematian. Hampir 10 tahun lamanya Indonesia

menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru

pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam milestone atau pencapaian

kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Data Badan Kesehatan

Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di

Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina.

Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke

posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara

dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika

Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010).

Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh

kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB

baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB

Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan

ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).

Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai

tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai

2008 semuanya sama (91%).

D. Pathofisiologi TB Paru

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi

melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-

kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan

merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu

yang terkontaminasi.

Page 8: LP TB PARU

Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas

perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)

adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan

makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon

ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan

seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami

nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid

dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih

fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul

yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan

gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan

kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah

pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.

Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam

percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain

dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan

jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan

tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan

perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran

penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan

lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam

waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat

peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh

darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah

dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis

penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya

sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang

biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik

merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem

vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

Page 9: LP TB PARU
Page 10: LP TB PARU

E. Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau

malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam

pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Aplikasi

NANDA NIC NOC. 2013):

1) Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat

mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi

kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa

tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.

2) Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang

produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah

sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam

jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan

peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis

terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3) Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak

napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya

sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

4) Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan

kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

5) Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus

Page 11: LP TB PARU

(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam

hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi

hilang timbul secara tidak teratur.

6) Keringat mlam

7) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

8) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limposit

9) Pada anak :

a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebabyang jelas atau gagal

tumbuh

b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu

c. Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

d. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa

a. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didadapt tergantung dari

luasnya kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit, sulit

sekali menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnyat terletak di daerah

lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior dan daerah apeks

lobus inferior. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah suara

nafas bronchial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda penarikan

paru, diafragma, dan mediastinum.

Pada tuberkulosis pleura, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari

banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi akan ditemukan suara yang

pekak, dan auskultasi suara nafas melemah hingga tidak terdengar pada sisi

yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran

kelenjar getah bening, yang tersering ditemukan di daerah leher atau ketiak.

2. Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan ini mempunyai arti penting untuk menegakkan

diagnosis. Bahannya bisa berupa dahak/sputum, cairan pleura, cairan

serebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

Page 12: LP TB PARU

(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, fese, dan jaringan biopsy (termasuk

biopsi jarum halus).

Cara pengambilan dahak 3 kali disebut dengan sistem SPS, yaitu

Sewaktu-Pagi-Sewaktu, atau dapat pula setiap pagi 3 hari berturut-turut.

Bahan pemeriksaan sputum ditampung dalam pot bermulut lebar,

berpenampang 6 cm yang tidak mudah pecah dan tidak bocor. Baham

pemeriksaan hasil biopsi jarum halus dibuat menjadi sediaan apus kering di

gelas objek sebelum dikirimkan ke laboratorium.

Cara pemeriksaan bakteriologi dilakukan secara mikroskopis dan

kultur. Pemeriksaan mikroskopis dapat dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen atau

dengan fluorosens pewarnaan auramin-rhodamin. Sedangkan, pemeriksaan

kultur dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan

media Lowenstein-jensen, ataupun media agar.

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah:

3 positif atau 2 positif + 1 negatif: BTA positif

1 positif + 2 negatif à ulang BTA 3 kali. Apabila 1 positif +2 negatif à

BTA positif. Namun, apabila 3 negatif: BTA negatif.

3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Gambaran yang dicurigai

sebagai lesi TB aktif adalah:

Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan posterior lobus atas

paru dan segmen superior lobus bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodular

Bayangan bercak milier

Efusi pleura unilateral atau bilateral

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB inaktif meliputi:

Fibrotik

Kalsifikasi

chest x-ray tuberculosis 3. Schwarte atau penebalan pleura

4. Uji Tuberculin

Uji tuberkulin (tes Mantoux) menjadi alat diagnostik utama pada

kasus TB anak maupun dewasa. Sebanyak 0,1 ml tuberkulin jenis PPD-RT

Page 13: LP TB PARU

23 2 TU atau PPD-S 5 TU disuntikan intrakutan di bagian volar lengan

bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan dibaca dan dilaporkan diameter

indurasi yang terjadi dalam satuan milimeter. Perlu diperhatikan bahwa

diameter yang diukur adalah diameter indurasi bukan diameter eritema!

Untuk meminimalkan kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus

pada daerah indurasi, lalu tentukan tepinya.

Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG . Pengaruh

BCG terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5

tahun setelah penyuntikan. Jadi, ketika membaca uji tuberkulin pada anak di

atas 5 tahun, status BCG dapat dihiraukan.

Uji tuberkulin dinyatakan positif apabila diameter indurasi ≥5 mm

pada anak dengan faktor risiko seperti menderita HIV dan malnutrisi berat;

dan ≥10 mm pada anak lain tanpa memandang status BCG. Pada anak balita

yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm masih mungkin

disebabkan oleh BCG selain oleh infeksi TB. Bila indurasi ≥15 mm lebih

mungkin karena infeksi TB daripada BCG.

5. Interferon gamma.

Dasar pemikirannya adalah bahwa Mycobacterium tuberculosis

dalam makrofag akan dipresentasikan ke sel Th (Thelper) 1 melalui major

histocompatibility complex (MHC) kelas II. Sel Th1 selanjutnya akan

mensekresi IFN g yang akan mengaktifkan makrofag sehingga dapat

menghancurkan kuman yang telah difagosit. Sitokin IFN-g yang disekresi

oleh Th1 tidak hanya berguna untuk meningkatkan kemampuan makrofag

melisiskan kuman tetapi juga mempunyai efek penting lainnya yaitu

merangsang sekresi tumor necrosis factor (TNF) a oleh sel makrofag. Hal

ini terjadi karena substansi aktif dalam komponen dinding sel kuman yaitu

lipoarabinomannan (LAM) yang dapat merangsang sel makrofag

memproduksi TNF-a. Respons DTH pada infeksi TB ditandai dengan

peningkatan sensitiviti makrofag tidak teraktivasi terhadap efek toksik

TNF-a. IFN g inilah yang kemudian dideteksi sebagai petandan telah terjadi

rekasi imun akibat infelsi tuberculosis.

Page 14: LP TB PARU

F. Penatalaksanaan

Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian:

1. Pencegahan Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat

dengan penderita TB paru BTA positif. Mass chest X-ray,yaitu pemeriksaan

massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya:

Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan Penghuni rumah tahanan

Siswa-siswi pesantren,Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif jika setelah

mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam

waktu kurang dari 7hr setelah penyuntikan. Kemoprokfilaksis,yaitu dengan

menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12bln dengan tujuan menghancurkan

atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.

Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis ke pada

masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah

atau petugas LSM.

2. Pengobatan Tuberkolosis Paru

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati,juga untuk

mencegah kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OAT,serta memutuskan mata

rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif

(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari

obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan

rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan

Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide

dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu

perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh

WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

a) Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

penanggulangan TB.

Page 15: LP TB PARU

b) Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung

sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan

kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

c) Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan

pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

d) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

e) Pencatatan dan pelaporan yang baku.

3. Penatalaksanaan Terapeutik

Nutrisi adekuat Kemoterapi :

Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif

diberikan selama 18-24bln,dosis 10-20 mg/kg BB /hr melalui oral.

Kombinasi (NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama 6bln.

Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan

ethambutol.

Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti TB,untuk

mengurangi respon peradangan,misalnya pada meningitis.

Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.Dilakukan dengan

mengangkat jaringan paru yang rusak.

Pencegahan :

Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi basil TB,pertahanan intake

nutrisi yang yang adekuat.Pemberian imunisasi BCG untuk menigkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi basil TB virulen.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian dengan TB Paru pada klien dewasa, meliputi :

1. Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status

perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Riwayat Kesehatan

Page 16: LP TB PARU

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan Utama

a) Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan

yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan

apakah keluhan batuk bersifat non produktif / produktif / sputum

bercampur darah.

b) Batuk darah

Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi

alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal ini

disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan

nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang

keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-

bercak darah.

c) Sesak napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal-hal lainnya.

d) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB

2) Keluhan sistemis

a) Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore

atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan

semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa

bebas serangan semakin pendek.

b) Keluhan sistemis lainnya:

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan

biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan.

Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak

napas-walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala

pneumonia.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Page 17: LP TB PARU

Pengkajian yang mendukung :

1) Sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk

lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,

pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang

memperberat TB paru seperti diabetes mellitus.

2) Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh

klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi

obat OAT dan antitusif.

3) Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi

yang timbul.

4) Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat

badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada

klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses

penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual

yang sering disebabkan karena meminum OAT.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga

lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah

3. Data Bio, Psiko, Sosial, Spiritual

1. Bernapas

a. Batuk produktif atau tidak produktif.

b. Nafas pendek.

c. Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi

2. Makan dan Minum

a. Anorexia.

b. Tidak dapat mencerna makanan.

c. Penurunan BB.

3. Eliminasi

Tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam mixi ataupun

defekasi.

4. Gerak dan Aktivitas

a. Kelelahan umum dan kelemahan.

b. Nafas pendek karena bekerja.

Page 18: LP TB PARU

5. Istirahat dan Tidur

Kesulitan tidur pada malam hari.

6. Kebersihan Diri

Tidak bisa dikaji.

7. Pengaturan Suhu Tubuh

Demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.

8. Rasa Aman

Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

9. Rasa Nyaman

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, gelisah dan cemas

10. Sosialisasi dan Komunikasi

a. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.

b. Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan

kapasitas fisik untuk melaksankan peran

11. Rekreasi

Tidak dapat dikaji.

12. Belajar

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pasa penderita yang bisa mengakibatkan

penolakan terhadap pengobatan.

13. Bekerja

Klien merasa sesak ketika bekerja.

14. Spiritual

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya

aktivitas ibadah klien.

4. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem integumen

Inspeksi : Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor

kulit menurun

2. Sistem pernapasan

Inspeksi : Adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas

melemah.

Page 19: LP TB PARU

Palpasi : Fremitus suara meningkat.

Perkusi : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan yang nyaring

3. Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

4. Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.

5. Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.

6. Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan

keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.

7. Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

8. Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas yang berhubungan dengan Obstruksi jalan

napas, Spasme jalan napas, Mucus dalam jumlah yang berlebihan, Eksudat dalam

alveoli, Materi asing dalam jumlah napas, Adanya jalan napas buatan, Sekresi

yang tertahan/sisa sekresi, Sekresi dalam bronki.

2. Resiko infeksi, Faktor Risiko :Penyakit kronis, Pengetahuan yang kurang untuk

menghindari pamajanan patogen, Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

4. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, Ketidakmampuan untuk mencerna

makanan, Faktor psikologis.

5. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan kognitif, Tidak

familiar dengan sumber informasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Page 20: LP TB PARU

No

Hari,

tgl,

jam

No.

DxTujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1 1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam

klien akan:

- 0403. Respiratory status :

Ventilation

- 0410. Respiratory status :

Airway patency

- 0402. Respiratory Status: Gas

Exchange

- 1918. Aspiration Prevention,

yang dibuktikan dengan indikator

sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau

selalu)

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas abnormal)

- Mampu

mengidentifikasikan dan

3160. Airway Suctioning

Aktivitas keperawatan:

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal

suctioning

2. Auskultasi suara nafas sebelum

dan sesudah suctioning.

3. Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning

4. Minta klien nafas dalam sebelum

suction dilakukan.

5. Berikan O2 dengan menggunakan

nasal untuk memfasilitasi suksion

nasotrakeal

6. Gunakan alat yang steril sitiap

melakukan tindakan

7. Anjurkan pasien untuk istirahat

dan napas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal

8. Monitor status oksigen pasien

9. Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suksion

10. Hentikan suksion dan berikan

oksigen apabila pasien

menunjukkan bradikardi,

peningkatan saturasi O2, dll.

3140. Airway Management

Aktivitas keperawatan:

1. Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw thrust

bila perlu

2. Posisikan pasien untuk

Page 21: LP TB PARU

mencegah factor yang dapat

menghambat jalan nafas

memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas

buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

2 2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam

klien akan:

- 0702. Immune Status

-0703. Infection Severity

- 1807. Knowledge : Infection

control

- 1004. Nutritional status

- 1101. Tissue Integrity: Skin &

Mucous membranes, yang

dibuktikan dengan indikator

sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau

selalu)

6540. Infection Control

Aktivitas keperawatan:

1. Bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu

4. Instruksikan pada pengunjung

untuk mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah

berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia

untuk cuci tangan

6. Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan kperawtan

7. Gunakan baju, sarung tangan

Page 22: LP TB PARU

Kriteria Hasil :

- Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

- Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, factor yang

mempengaruhi penularan serta

penatalaksanaannya,

- Menunjukkan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas

normal

- Menunjukkan perilaku hidup

sehat

sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik

selama pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line

central dan dressing sesuai

dengan petunjuk umum

10. Gunakan kateter intermiten untuk

menurunkan infeksi kandung

kencing

11. Tingktkan intake nutrisi

12. Berikan terapi antibiotik bila

perlu

6550. Infection Protection

Aktivitas keperawatan:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

2. Monitor hitung granulosit, WBC

3. Monitor kerentanan terhadap

infeksi

4. Batasi pengunjung

5. Saring pengunjung terhadap

penyakit menular

6. Partahankan teknik aspesis pada

pasien yang beresiko

7. Pertahankan teknik isolasi k/p

8. Berikan perawatan kuliat pada

area epidema

9. Inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

11. Dorong masukkan nutrisi yang

cukup

12. Dorong masukan cairan

Page 23: LP TB PARU

13. Dorong istirahat

14. Instruksikan pasien untuk minum

antibiotik sesuai resep

15. Ajarkan pasien dan keluarga

tanda dan gejala infeksi

16. Ajarkan cara menghindari infeksi

17. Laporkan kecurigaan infeksi

18. Laporkan kultur positif

3 3 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam

klien akan:

- 0002. Energy conservation

- 0300. Self Care : ADLs, yang

dibuktikan dengan indikator

sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau

selalu)

Kriteria Hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas

sehari hari (ADLs) secara mandiri

0180. Energy Management

Aktivitas keperawatan:

1. Observasi adanya pembatasan

klien dalam melakukan aktivitas

2. Dorong anak untuk

mengungkapkan perasaan

terhadap keterbatasan

3. Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan

4. Monitor nutrisi dan sumber

energi tangadekuat

5. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

6. Monitor respon kardivaskuler

terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

4310. Activity Therapy

Aktivitas keperawatan:

1. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran

terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk

Page 24: LP TB PARU

mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi

roda, krek

6. Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat

jadwal latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri

dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

4 4 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam

klien akan:

- 1008. Nutritional Status : food

and Fluid Intake

- 1006. Weight : Body Mass,

yang dibuktikan dengan indikator

1100. Nutrition Management

Aktivitas keperawatan:

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk

Page 25: LP TB PARU

sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau

selalu)

Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan

sesuai dengan tujuan

- Berat badan ideal sesuai dengan

tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat

badan yang berarti

meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih

( sudah dikonsultasikan dengan

ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

1160. Nutrition Monitoring

Aktivitas keperawatan:

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat

badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan

5. Monitor lingkungan selama

makan

6. Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan

Page 26: LP TB PARU

perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16. Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan

cavitas oral.

17. Catat jika lidah berwarna

magenta, scarlet

5 5 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. x 24 jam

klien akan:

- 1803. Kowledge : disease

process

- 1805. Kowledge : health

behavior, yang dibuktikan dengan

indikator sebagai berikut:

(1-5 = tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau

selalu)

Kriteria Hasil :

- Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit,

5602. Teaching : Disease Process

Aktivitas keperawatan:

1. Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari

penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang

biasa muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit,

dengan cara yang tepat

Page 27: LP TB PARU

kondisi, prognosis dan program

pengobatan

- Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

- Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya

5. Identifikasi kemungkinan

penyebab, dengna cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien

tentang kondisi, dengan cara yang

tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga informasi

tentang kemajuan pasien dengan

cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa

yang akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

11. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber

atau dukungan, dengan cara yang

tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau

agensi di komunitas lokal, dengan

cara yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai

tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara

yang tepat

Page 28: LP TB PARU

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Online.TBC di Indonesia Peringkat ke

4 .http://www.ppti.info/2012/09/tbc-di-indonesia-peringkat-ke-5.html. .

(Diakses tanggal 9 November 2014, Pukul : 19.00 WITA)

E.Doenges, Marilynn dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Page 29: LP TB PARU

Fauliza,Zaifuddin.2012.Online.Asuhan Keperawatan pada Pasien TB

Paru.http://fauliza.blogspot.com/2012/02/TB Paru.html. (Diakses tanggal 9

November 2014, Pukul : 19.00 WITA)

Martin Tucker, Susan. dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan.

Diagnosis dan Evaluasi.Jakarta :EGC

Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC

Nugroho, Taufan.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit

Dalam.Yogyakarta: Nuhamedika

Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan

KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta:

MedAction

Puspitasari, Retno.2014.Online.Asuhan Keperawatan pada Paesien TB

Paru.http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-

pasien-TB Paru.html.(Diakses tanggal 9 November 2014, Pukul : 19.00

WITA)

Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :

EGC.