lp rahma paru

16
5/22/2018 LpRahmaParu-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/lp-rahma-paru 1/16 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI PAVILIUN IV RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA OLEH : RAHMA SETYA PRATIWI NIM 133.0076 PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA 2013/ 2014

Upload: ipulsv

Post on 13-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rahma

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI PAVILIUN IV RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

OLEH :RAHMA SETYA PRATIWINIM 133.0076

PROGRAM STUDI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA2013/ 2014

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI PAVILIUN IV RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

MENGETAHUI

SURABAYA, NOVEMBER 2013MENGETAHUIPEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING RUANGAN NUR MUJI A., S.Kep., Ns SUDJONOASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA

1. PENGERTIANPneumonia adalah proses inflamaturi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Smelker, 2002). Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah suatu peradangan aliroli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak (Sumadi dan Yuliani, Rita, 2010).Menurut anatomis, pneumonia dibedakan menjadi 2, yaitu Pneumonia Lobaris dan Bronkos pneumonia. Pneumonia Lobaris yaitu proses inflamasi yang terjadi pada seluruh atau 1 bagian besar dari lobus paru dan bila kedua lobus terkena. Yang kedua adalah Bronkopneumonia adalah proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar dan jaringan peribronkhial serta interiobaris.Kemudian menurut Aziz Aumul (2008), jenis pneumonia ada 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia intershsial dan bronkopreumonia. Pneumonia intershsial adalah proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar dan jaringan peribronkial serta interlobaris. Sedangkan bronkopneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif.

2. ANATOMI FISIOLOGIAnatomi sistem pernafasan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas terdiri dari : Hidung Faring Laring EpigiotisSaluran pernafasan bawah : Trakea Bronkus Dalam pertukaran gas, setelah pertukaran kapiler jaringan, darah masuk karena sistemik (darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal. Konsentrasi O2 dalam darah didalam kapiler paru-paru lebih rendah daripada konsentrasi dalam kantung udara paru (alveoli). Sebagai akibat gradient ini O2 berdifusi dan dalam ke alveoli. Gerakan udara ked an keluar jalan nafas (ventilasi) secara kontinu memurnikan O2 dan membuang CO2 dan jellan dalam paru. Keseluruhan proses pertukaran antara udara atmosfer dan darah dengan sel-sel tubuh ini (respirasi).Paru adalah struktur elastis yang dibungkus dalam sankar thorax, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Pleura merupakan bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membrane halus, licin dan pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding-dinding interior thoraks dan permukaan superior diafragma mediarhnum adalah dinding yang membagi rongga thoraks menjadi 2 bagian lobus dalam paru yang terdiri dari atas lobus bawah dan atas. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam cluster antara 15-20 alveoli.Selama inspirasi udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trake, bronkus bronkiolus dan alveoli. Selama ekspirasi, gas alveolar menjalani rute yang sama dengan arah yang berlawanan. Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 pada tempat pertemuan udara, darah. Membran alveolar kapiler merupakan tempat yang ideal u/difusi karena membran ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis. Perfuri pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan ke dalam paru-paru oleh vertrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri untuk mensuplai kedua paru.O2 dipasok ke sel dan CO2 dibuang dan sel melalui sirkulasi darah sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler yang berdinding tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran / lewatnya O2 dan CO2 dengan mudah. O2 berdifusi dari kapiler, menebus dinding kapiler ke cairan intersheal dan kemudian melalui membran sel-sel jaringan, tempat dimana O2 dapat digunakan oleh minokondria untuk pernafasan seluler.Untuk itu dapat disimpulkan bahwa fisiologi pernafasan didalam tubuh terdapat 3 terapan yaitu : 1) Ventilasi :Proses keluar dan masuk O2 dari atmosfir kedalam Alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dimana terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Semakin rendah tempat, tekanan, udara semakin tinggi.2) Difusi Gas :Pertukaran gas antara O2 aliveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :1. Luar permukaan paru dan intentisilal keduanya2. Tebal membran respirasi / permeabilitas epitel alveoli3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O24. Afinitas

Persyarafan Pada Sistem PernafasanPada dinding bronkus dan bronkiolus terdapat sistem saraf otonom. Yang pertama adalah :1. Saraf para simpatik Reseptor muskannik yang memperantai respon bronkokonstrisi, vaseodilatasi pulmonary dan sekresi kelenjar mucus.2. Saraf simpatik Reseptor adregenik 2 dan yang terdapat pada epithelium bronkus, otot dan sel most. Pada manusia, reseptor 2 yang paling banyak dijumpai di paru-paru, Injeksi atau inhalasi suatu agonis dapat menyebabkan broncos dilatasi, vasokonstriksi pulmonal dan berkurangnya sekresi kelenjar nukus.3. Sistem saraf nonkolinergik non adrenerigk (NANC) Pada bronkiolus yang melibatkan berbagai mediator seperti ATP, Oksida nitrat, substarce P dan VIP (vasoactive inteshnal peptide) Sistem NANC terlibat dalam respon penghambatan, meliputi bronco dilatasi dan diduga berfungsi sebagai penyeimbang terhadap fungsi pemicuan oleh sistem kounergik (Ikawati, Zullies, 2011)Pada sistem pernafasan yang terdapat serabut saraf aferen, yang terdiri dari :1. Reseptor peradangan (Strech)Di trakea dan bronkus bagian atas. Stimulasi pada serabut ini oleh inflasi paru menyebabkan bronkodilatasi, vasoditasi dan peningkatan denyut jantung2. Reseptor iritan Berlokasi di bagian atas saluran nafas. Stimulasi reseptor ini oleh adanya picuan non spesifik akan menyebabkan respon eferen seperti batuk, bronco konstriksi dan sekresi mukus.3. Serabut C / reseptor jukstakapilerSerabut tidak bermleun yang berujung di parenkim paru dan dinding bronkus yang berespon terhadap stimulus mekalis maupun kimiawi. Stimulasi serabut ini menimbulkan respon antara lain pola nafas dangkal yang cepat, sekresi mukus, batuk dan melambatnya denyut jantung (Ikawati, Zullies, 2011)Sistem Pembuluh Darah Para Paru

Sistem pembuluh darah pada paru terdiri dari 2 komponen utama yaitu :1. Pembuluh darah paruPembuluh darah yang memiliki otot polos yang berjalan sepanjang cabang bronkus dan memfasilitasi perfusi pada parenkim paru. Pembuluh darah paru merupakan pembuluh darah yang sensitive tekanan O2 alveolat (PP2) dengan respon vasokenstrikhor hipoksia. Hal ini akan menyediakan nakanisme sensitive untuk memelihara perfusi alveolar dan ventilasi yang sesuai.2. Pembuluh darah bronkialPembuluh darah bronkial yaitu pembuluhd arah sistemik yang mensuplai darah ke semua struktur intrapulmonar kecuali parenkim, meliputi cabang bronkial, sistem saraf dan umpatik pulonar dan jaringan ikat.

Pengaturan Pernafasan

Pernafasan spontan dihasilkan oleh picuan secara nimik pada saraf motor yang menginnenasi otot-otof pernafasan. Picuan ini bergantung sepenuhnya pada impuls saraf dan otak, terutama dari meclula spinalis. Picuan nimik ini diatur oleh perubahan PO2, PCO2 dan Konsentran H4, selain itu juga sejumlah pengaruh non kimiawi.Otot-otot pernafasan pada pola pernafasan regular diatur oleh pusat pernafasan yang terdiri dari neuron dan reseptor pada pons dan medulla oblongata. Pusat pernafasan yang lebih tinggi merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang mengatur semua aspek pernafasan. Unsur utama pada pengaturan pernafasan adalah respon dari kemoreseptor di dekat pusat pernafasan.. CO2 dan (PaCO2) dan pH darah arteri. Peningkatan PaCO2 atau penurunan pH merangsang pernafasan. Penurunan tekanan parsial O2 (PaO2) di arteri juga merangsang ventilasi. Komereseptor penfer yang berada dibadan karolid pada percabangan aneka carotid komunis dan dalam dalam badan aorta dilengkung aorta peka terhadap penurunan PaO2. PaO2 harus turun dari 90-100 mmHg menjadi 60 mmHg untuk bisa merangsang ventilasi.Mekanisme kontrol yang lain adalah jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu paru-paru mengambang, reseptor peregangan akan mengirim sinyal ke pusat pernafasan untuk menghentikan pengembangan lebih lanjut. Sebaliknya sinyal akan berhenti jika paru-paru dalam keadaan mengempis yaitu pada akhir ekspirasi dan pusat pernafasan bebas untuk memulai lagi inspirasi.

3. PATOFISIOLOGISebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung / terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersiuia di saluran nafas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofog alveolar dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Setelah mencapai porenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi ekuidasicairan, depont fibrin dan infiltrasi leukosit polimarfonukkar di alveoli yang diikuti infiltran makrofog. Cairan eksudatif dialufoli menyebabkan konsolidari lekaris yang khas pada foto thoraks, virus, mikoplasma dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrate mononuclear pada struktur submoka dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran nafas seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

WOC (Web Of Caution)

4. ETIOLOGI1. BakteriOrganisme gram positif : seperti : Sheptococcus pneumonia, s.aerolisOrganisme gram negative : seperti : Haemophilus influenza, Klessiella pneumonia2. VirusDisebabkan oelh virus influenza yang menyebar melalui transmisi dioplet CM2 dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.3. JamurInfeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

5. TANDA DAN GEJALA1. Kesulitan dan sakit pada saat bernafasa. nyeri pleuritik b. nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea2. Bunyi nafas diatas area yang mengalami konsolidasia. Mengeal, kemudian hilang b. Ronkhi c. Wheezing3. Gerakan dada tidak simetris4. Menggigil dan demam 38,80C 41,10C delinum5. Anoteksia6. Malaise, Myagia (pada anak)7. Batuk kental, produktif8. Spurum kuning, kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan / berkarat9. Gelisah10. Sionosis area dasar kuku kebiruan11. Nyeri abdomen

6. KOMPLIKASI1. Efusi Pleuro2. Hipoksemia3. Preumonia Kronik4. Gangguan pertukaran gas5. Alelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna (bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps)6. Komplikasi sistemik (meningitis)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan gram (kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua2. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas, berat penyakit3. Biopit paru : untuk menetapkan diagnosis4. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural, infiltrasi menyebar / terlokalisasi5. Photo Ronigen6. WBC (While Blood Cell) biasanya < 20.00 cells mm37. Bronkoskopi : untuk penegakan diagnosa dan pengangkatan benda asing

8. PENATALAKSANAANMedis :Pengobatan diberikan berdasarkan ekiologi dan resistensi tapi karena hal tersebut memerlukan waktu cukup lama, sedangkan pasien pneumonia membutuhkan terapi secepatnya, untuk itu diberikan terapi sebagai berikut :1) Penalin 6 untuk mencegah / membunuh infeksi yang disebabkan virus pneumonia staphylococcus2) Amontadme : rimotodine : untuk infeksi pneumonia virus3) Eritromisin, tetrasiklin : untuk infeksi pneumonia4) Pemberian O2 jika hipoksemia5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan betaagonis untuk memperbaiki transport mukosilier6) Antibiotik sesuai program.7) Tes sensitivitas untuk pemberian antibiotik.Perawatan :1) Anjurkan untuk trah baraing2) Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika dehidrasi dilakukan secara paranteral3) Jika sesak tidak berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap4) Kaji status pernafasan5) Kaji tanda distresi pernafasan6) Kaji adanya demam, tachycardia, malaise, anorexia, kegelisahan dan perubahan kondisi.9. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian Biodata pasiena. Aktivitas / istirahatGejala : kelemahan, kelelahanTanda : letargi, penurunan toleransi aktivitasb. SirkulasiGejala : riwayat gagal jantung kronisTanda : takikardi, pucatc. Integritas EgoGejala : banyak stressor, masalah finansiald. Makanan / cantanGejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntahTanda : distensi abdomen, heperaktif bunyi usus, kulit kering dengan urgor buruke. NeurosensoriSakit kepala, perubahan mentalf. Kenyamanan (nyeri)Nyeri dada meningkat dan batukg. PernafasanRiwayat merokok, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot akreori spunim berwarna merah muda, berkarat / puruten, saat diperkusi pekak di area yang konsolidasi bunyi nafas menurun / tidak ada diatas area yang terubat pada area nafas bronkial, warna pucat / sianosis.h. KeamananRiwayat gangguan sistem imun, demam, berkeringat, menggigil berulang.

2. Diagnosa Keperawatan1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret di bronkus2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum4) Ketidakefektifan perfusi jaringan parifer b.d masalah pertukaran gas5) Hipertermi b.d proses penyakit6) Nyeri b.d inflamasi parenkim paru7) Gangguan pada nafas b.d penumpukan sekret di bronkus8) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

3. Intervensi Keperawatan1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret dibronkusTujuan : Perbaikan potensi jalan nafas dengan kriteria hasil :Menunjukkan tekhnik batuk efektifJalan nafas bersih dari sekretBunyi nafas normalIntervensi :1. Kaji status pernafasan sekurangnya setiap 4 jam menurut kebutuhan pasien.R/ : untuk deteksi tanda gawat nafas2. Berikan posisi fowler / Juni Fowler dan sangga lengan pasienR/ : untuk membantu lancarnya pernafasan dan ekspansi dada serta ventilasi lapangan perlu basiler3. Bantu pasien untuk merubah posisi yang nyamanR/ : untuk membantu mengeluarkan sekresi dan mempertahankan potensi jalan napas.4. Berikan cairan + 3 l / hariR/ : untuk rehidrasi yang adekuat dan mencairkan sekresi, kecuali kontraindikasi5. Lakukan postural dianase, perkusi dan fibrasi sesuai programR/ : untuk meningkatkan mobilisasi sekresi yang mengganggu oksigenasi6. Sediakan tisu, kantung kertas / tempat khusus sebagai tempat spurum yang higenisR/ : untuk mencegah penyebaran infeksi7. Anjurkan untuk menghindari posisi telentang pada periode yang lama, dan berikan dorongan untuk posisi lateral untuk dudukR/ : untuk mencegah penyebaran infeksi8. Ajarkan pada pasien tentang batuk efektif, pemantauan spurum dan melaporkan perubahannya R/ : U/ mempermudah mengeluarkan dahak

2) Gangguan penukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolarTujuan : gangguan pertukaran gas berkurang dengan kH : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentng normal Tidak ada gejala distress pernafasan Nafas Normal (12-20 x/mnt) Tidak sesak / sesak (-)Intervensi :1. Dorong pasien untuk meyelingi periode istirahat dan aktivitasR/ : aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigenasi jaringan dengan istirahat yang akan meningkatkan perfusi O2 jaringan.2. Bila pasien telah baraing, tentu untuk merubah posisi yang nyaman dan bantu dalam nafas dalam R/ : untuk mencegah dlelektasis / tertumpuknya cairan diparu dan meningkatkan kadar O2 darah.3. Lakukan dan anjurkan untuk Hygiene mulut secara hati-hatiR/ : untuk menghindari cidera mukosa mulut4. Pantau tanda-tanda vital lama jantung : dan laporkan jika terjadi abnormalR/ : Perubahan pada satu / semua parameter tersebut dapat mengindikasikan awalan komplikasi serius5. Ajarkan pasien dalam penggunaan sikat gigi yang lembut, dan tentang kerugian merokokR/ : Tindakan ini meningkatkan partisipasi pasien dan pemberi perawatan dalam proses perawatan.

3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahanTujuan : Istirahat untuk menghemat energy dengan KH :Tetap istirahat selama / sesuai dengan kondisi pasienPosisi nyaman untuk bernafas adekuat1. Bentu dalam berkaitiftas diselingi istirahatR/ : meminimkan kebutuhan O2 tubuh dan mencegah keletihan2. Bantu pasien untuk mengubah posisi yang nyamanR/ : memberikan kenyamanan dan menghindari dispnea dan mencegah pengumpalan sekresi dalam paru.3. Beri dukungan dan dorongan pada tingkat aktivitas pasien yang dapat ditoleransi.DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta, Media AesautopiusSmeltaes, Suzannie C. 2002, Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Jakarta EGCTaylor, Cynthia M, 2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan, Jakarta, EGCWilkmson, Judith M. 2010, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGCWidyatama, 2010, Kamus Keperawatan, Jakarta, Widyatama