lp pp fisiologis

59
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM FISIOLOGI OLEH : NAMA : PUTU EKA TRISNANDA OKTAPIANI NIM : P07120013004 TINGKAT : 2.1 / DIII REGULER

Upload: eka-yani

Post on 31-Jan-2016

256 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

LP Maternitas

TRANSCRIPT

Page 1: LP PP Fisiologis

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN

POST PARTUM FISIOLOGI

OLEH :

NAMA : PUTU EKA TRISNANDA OKTAPIANI

NIM : P07120013004

TINGKAT : 2.1 / DIII REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2015

Page 2: LP PP Fisiologis

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya

kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6

minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke

keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh

alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3

bulan (Ilmu kebidanan, 2007).

Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,

ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F.

Weller,2005).

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung

kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002).

Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat

kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu

(Rustam,1991)

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa

setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali

seperti semula tanpa adanya komplikasi.

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

1. Purperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum.

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-

jalan.

2. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post

partum. kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

Page 3: LP PP Fisiologis

3. Remote puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post

partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai

komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau

tahun.

(Yetti Anggraini, 2010)

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang terjadi pada masa post partum (nifas), antara lain:

1. Perubahan fisik

a. Sistem Reproduksi

1) Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,

uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus

dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1

cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24

jam.

Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di

pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu

hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi

kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu

setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam

panggul.Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan

esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan

masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar

hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung

jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk

selama masa hamil menetap.Inilah penyebab ukuran uterus sedikit

lebih besar setelah hamil.

Involusi pada alat kandungan meliputi :

Page 4: LP PP Fisiologis

a) Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan

mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga

dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas

implantasi plasenta. Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan

membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu

sendiri.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan (Manuaba, 1999)

Involusi TFU (tinggi

Fundus)

Berat

Uteri

Diameter Bekas

Melekat

Plasenta

Keadaan Cervix

Plasenta

Lahir

Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembik

1 minggu Pertengahan

pusat simfisis

500 gr 7,5 cm dapat dilalui 2

jari

2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dapat dimasuki 1

jari

6 minggu Sebesar hamil

2 minggu

50 gr 2,5 cm

8 minggu Normal 30 r

b) Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas

implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan

dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah

permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan

juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka(Sulaiman S, 1983l: 121).

c) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah

yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi

peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi

dalam masa nifas.

Page 5: LP PP Fisiologis

d) Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui

oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari

saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,

robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu

persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada

minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.

2) Lochea (lochia)

Adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat

implantasi plasenta (Manuaba, 1998).Lochia adalah cairan yang

dikeluarkan dari uterus dari darah menstruasi.Lochia ini berbau anyir

dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat

dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu :

a) Lochea rubra (kruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, vernik

kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah, terjadi selama

2 hari pasca persalinan

b) Lochea sanguinolenta : berwarna putih bercampur darah dan lendir,

terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan

c) Lochea serosa : keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.

Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan

d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan

e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk

f) Lacheostatis : Lochea tidak lancar keluarnya

3) After Pains

Rasa sakit (meriang atau mules-mules) yang disebabkan oleh

kontraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.

Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu

mengganggu analgesik(Cunningham, 430).

Page 6: LP PP Fisiologis

4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih

bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Serviks mengalami involusi

bersama-sama uterus.Setelah persalinan, ostium eksterna dapat

dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu postnatal,

serviks menutup.

5) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan

volume intrauterine yang sangat besar.Hemostasis pascapartum dicapai

terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan

oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.Hormon oksigen

yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.

Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa

berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk

mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan

oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera

setelah plasenta lahir.

6) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

Page 7: LP PP Fisiologis

7) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak

maju.Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada

keadaan sebelum melahirkan.

8) Dinding Perut dan Peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang

begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan

diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir

berangsur angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak jarang uterus

jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum

jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-

latihan pasca persalinan (Rustam M, 1998: 130).

b. Sistem Perkemihan

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume

darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini

terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230). Buang air

kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme

(kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema leher

buli–buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan

tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan

dihasilkan dalam waktu 12–36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.

Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar

steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan

fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal

dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.Diperlukan kira–kira 2

Page 8: LP PP Fisiologis

sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta

pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk; 1993).

c. Sistem Hormonal

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-

hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan

progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar

terendahnya tercapai kira–kira 1 minggu pascapartum. Pada wanita yang

tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah

melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada

pascapartum hari ke-17 (bowes ,1991).

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.

Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu

keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum

dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan

banyak makanan tambahan yang diberikan.Pada wanita yang menyusui

kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada

wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai

21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar

hipofise anterior  untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan

pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan

normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi(V Ruth B, 1996: 231)

Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan

plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,

memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan.

Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi

menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan

involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi

HCG,estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,

keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

Laktasi (pembentukan dan pengeluaran ASI). Air susu ibu ini

merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik, dan bersifat alamiah

bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan.Selama

kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan

Page 9: LP PP Fisiologis

kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran

kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka

LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.Lobus prosterior hypofise

mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.

Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan

penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke hypofise dan

menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air

susunya.Pada hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan

nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae

dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih

mengandung Protein 1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%.Hal yang

mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air

susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang

dikonsumsi ibu (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318).

d. Sistem Gastrointestinal

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot

traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus

dan motilitas keadaan normal.Buang air besar secara spontan bisa tertunda

selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga

nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat

episiotomi, laserasi atau hemoroid.

e. Sistem Muskuloskletal

Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan

hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran

rahim.Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah

wanita melahirkan.

Page 10: LP PP Fisiologis

f. Sistem Integumen

Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat

kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak

menghilang seluruhnya.Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,

paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.

g. Sistem Hematologik

Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000

selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000- 30.000 tanpa

menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang

lama/panjang. Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal

masa nifas.

2. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi

dalam 3 tahap yaitu:

a. Periode Taking In

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi

interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat

dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang

romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan

hubungan yang baru.

b. Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha

bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai

ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada

pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air

besar.

c. Periode Letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil

tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:). Sedangkan stres

emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang

berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan

Page 11: LP PP Fisiologis

dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues

dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.

C. ETIOLOGI (PENYEBAB)

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup

bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,

dengan bantuan.

Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak

begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I

untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai

3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban

pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban

pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua

kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala

membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.

Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke

bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di

ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan

lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat

ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat

bertambah panjang dan terjadi perdarahan.

d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post

partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan

yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi

uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya

tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Page 12: LP PP Fisiologis

D. PATOFISOLOGI

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.

Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni

memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon

laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah

yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga

seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.

Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya

trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama

endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi

dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu

kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia

kala. Adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis akan terjadi pada ibu post partum

dan nantinya akan berdampak kepada ibu itu sendiri, seperti yang teleh dijelaskan

dalam tanda dan gejala.

Page 13: LP PP Fisiologis

E. TANDA DAN BAHAYA POST PARTUM

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan

kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari

perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam

terjadinya robekan perineum antara lain :

1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada

mukosa vagina.

F. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum Ibu

Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu

2. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg.Tekanan darah tersebut

bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum.Setelah

persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah

sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa

hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan

post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk

kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa

nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.

b. Suhu

Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38oC.Pada hari ke 4 setelah

persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari

aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 oC pada hari

kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau

sepsis nifas.

c. Nadi

Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan

melambat sampai  sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan

karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada

Page 14: LP PP Fisiologis

minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus  nadinya bisa cepat,

kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi 

khususnya bila disertai peningkatan

d. Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi

lambat atau bahkan normal.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30

x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.

3. Payudara

Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran

kelenjar,dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau

tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak

4. Uterus

a. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri

b. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak

c. Apakah konsistensinya lunak atau keras

d. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi

tidak akan  tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila

sebelumnya kontraksi uterus tidak  baik dan konsistensinya lunak,palpasi

akan menyebabkan kontraksi yang akan  mengeluarkan bekuan darah

yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang

dan uterus menjadi keras

e. Diastasis Rectie

Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah

untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya

yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari

tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua

jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti

abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan

(tometock)

f. Kandung Kemih

Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan

kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa

BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu

dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum

Page 15: LP PP Fisiologis

ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa

berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah

kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar

uterus berkontraksi dengan baik.

g. Ekstremitas Bawah

Pada pemeriksaan kaki apakah ada:varises,oedema,reflek patella,nyeri

tekan  atau panas pada betis.

h. Genitalia

1) Periksa pengeluaran lochea, warna,bau dan jumlahnya

2) Hematom vulva (gumpalan darah)

Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi

vagina dan serviks dengan cermat

3) Lihat kebersihan pada genitalia ibu

Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada

maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi

i. Perineum

Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua

tungkai dilebarkan, saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:

1) Oedema atau tidak

2) Hemoroid pada anus

3) Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)

j. Lochea : Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina

pada masa nifas.

1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel

desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari

pascapersalinan.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari

ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.

4) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah lengkap : Hb/Ht , WBC , PLT (jika hb <10 gr% di butuhkan fe)

Page 16: LP PP Fisiologis

2. Urinalisis; kadar urin, darah

3. Pemeriksaan post partum menurut (Siswosudarmo, 2008) :

a. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya

b. Keadaan umum: TTV, selera makan dll

c. Payudara: air susu, putting

d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

e. Sekres yang keluar atau lochea

f. Keadaan alat kandungan

4. Pemeriksaan penunjang post partum menurut (Manjoer arif dkk, 2001) :

a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan

kiri

3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan

perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,

pemberian informasi tentang senam nifas.

4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk.

5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.

I. PERAWATAN MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk

pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana

perawatan post partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua

diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima

sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung

pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

Page 17: LP PP Fisiologis

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,

mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,

melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan

kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)

2. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga

ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI

sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)

3. Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain

adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu

b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia

alba

d. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-

tanda infeksi.

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

a. Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan

kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi

seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.

b. Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak

tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan

mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,

sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa

Page 18: LP PP Fisiologis

pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat

buang air kecil ataupun setiap buang air besar.

c. Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam

uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,

sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak

nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan

vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,

setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah

belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK ,

setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.

d. Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post

partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra

mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus

spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit

kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)

e. Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi

dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral

atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995:

288)

f. Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu

lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.

Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat

berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya

menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum

mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.

( Mac. Donald, 1991: 430)

Page 19: LP PP Fisiologis

g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan

bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6

bulan.

h. Cuti Hamil dan Bersalin

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti

hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2

bulan setelah melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk

membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan

kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum

haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya

metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

J. KOMPLIKASI

1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama

24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)

2. Infeksi

a. Endometritis (radang endometrium)

b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)

c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)

d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras

dan berbenjol-benjol)

e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,

membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan

bisa terjadi abses)

f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose

superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan

dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik

38,3°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,

Page 20: LP PP Fisiologis

pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya

meluas)

3. Gangguan psikologis

a. Depresi post partum

b. Post partum Blues

c. Post partum Psikosa

4. Gangguan involusi uterus

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata Pasien

Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan

ke- , lamanya perkawinan dan alamat

2. Keluhan Utama

Yang dikaji adalah apakah ibu ada merasakan keluhan pada masa

nifas.Kaji adanya sakit perut, perdarahan, dan, ketakutan untuk bergerak

3. Riwayat kesehatan

Yang dikaji adalah :

a. Riwayat kesehatan yang lalu

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan keluarga 

4. Riwayat Perkawinan

Yang dikaji adalah sejak umur berapa menikah,lama perkawinan,berapa

kali menikah, status pernikahan (karena status pernikahan sangat

mempengaruhuipsikologis ibu yang berhubungan dengan masa nifas.

5. Riwayat Obstetric

a. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil, penolong persalianan, dimana ia

melahirkan,cara persalinan, jumlah anak, apakah pernah abortus dan

keadaan nifas yang lalu.

Page 21: LP PP Fisiologis

b. Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan,jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin

anak, keadaan bayi. Hal ini sangat penting dikaji untuk mengetahui apakah

proses persalinan mengalami kelainan atau tidak dan ini dapat berpengaruh

pada masa nifas.

6. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi

apa,berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi tersebut,apakah ibu mengalami

keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut dan setelah masa

nifas ini akan memakai kontrasepsi apa.

7. Kehidupan Social Budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarganya yang menganut adat istiadat

tertentu denganbudaya yang akan menguntungkan atau merugikan ibu dalam

masa nifas.Hal pentingyang biasanya mereka anut kaitannya dengan masa

nifas adalah menu makan ibunifas,misalnya ibu nifas harus pantang makanan

yang berasal dari daging,ikan,telur dangoreng-gorengan karena dipercaya akan

menghambat pnyembuhan luka persalinan danmakan ini akan membuat ASI

menjadi lebih amis.Adat ini sangat merugikan sekali bagi ibu nifas karena

justru pemulihan kesehatannya akan terhambat.Dengan banyaknya jenis

makanan yang iapantang maka akan mengurangi juga nafsu makannya

sehingga asupan makanan yang seharusnya lebih banyak dari biasanya malah

semakin berkurang.Produksi ASI juga akan semakin berkurang karena volume

ASI sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang kualitas dan kuantitasnya

cukup baik.

8. Data Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarganya terhadap bayinya

a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya

Yang dikaji adalah bagaimana respon keluarga terhadap ibu dan

bayinya.Pengkajian respon keluarga terhadap ibu adalah untuk

kenyamanan psikologis ibu.Adanya respon positif dari keluarga

terhadap kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu

menerima perannya.Dalam mengkaji data ini bidan dapat menanyakan

langsung kepada  pasien dan keluarga.Eksprei wajah yang mereka

Page 22: LP PP Fisiologis

tampilkan juga dapat memberikan petunjuk kepada perawat tentang

bagaimana respon mereka terhadap kelahiran ini.

b. Respon ibu terhadap dirinya sendiri

Yang dikaji adalah bagaimana respon ibu terhadap dirinya

sendiri,setelah ibu menjalani proses persalinan, apakah ibu telah siap

untuk menerima perannya menjadi seorang ibu yang siap untu merawat

dirinya.

c. Respon ibu terhadap bayinya

Dalam mengkaji data ini bidan dapat menanyakan langsung kepada

pasien mengenaibagaimana perasaannya terhadap kelahiran dari

bayinya.Apakah ibu merasa senang atau  tidak atas kelahiran dari

bayinya.

9. Data Pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan

setelah melahirkan.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari Antara Lain

a. Aktivitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan

merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.

b. Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

c. Personal Hygine

Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan

pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan

wajah

d. Integritas ego

Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-

kira 3 hari setelah melahirkan).

e. Eliminasi

Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia

(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi

over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi,

konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan

toilet.Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan kelima

Page 23: LP PP Fisiologis

f. Makanan/cairan

Yang dikaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis

makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack

(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga

g. Istirahat dan Tidur

Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu

istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,

apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan

pada perineum).Insomnia mungkin teramati.

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai

ke-5 pascapartum.

i. Rekreasi dan hiburan

Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang

membuat fresh dan relaks.

11. Pengkajian Psikologis pada Ibu Nifas

Pada saat masa nifas ini,wanita banyak mengalami perubahan emosional/

psikologis, sementara itu ibu harus bisa menyesuaikan dirinya menjadi

seorang ibu.Penyebab salah satu dari perubahan emosional ibu adalah karna

perubahan hormonal yang cepat dan emosi yang labil yang disebabkan oleh

ketidaknyamanan fisik ibu seperti kurang tidur.

Adapun factor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan emosi dan

psikososial ibu adalah :

a. Kekecewaan emosional

b. Rasa sakit pada tahap nifas awal

c. Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya

d. Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi

suami

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.

2. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot abdomen, takut

mengejan.

Page 24: LP PP Fisiologis

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tertahanya urin,kantong kemih

penuh

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses

persalinan dan proses melelahkan

5. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu.

6. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang penanganan post partum.

7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan post partum.

8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara

merawat bayi.

9. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan pulva.

10. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi post partum.

11. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan/Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1 Nyeri akut

berhubungan dengan

luka episiotomy.

NOC

a. Pain level

b. Pain control

c. Comfort level

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan nyeri

pasien berkurang,

dengan kriteria

hasil:

a. Pasien mampu

mengontrol

nyeri.

b. Pasien

melaporkan

NIC

Paint

Management

a. Kaji nyeri

secara

komprehensis

termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas dan

factor

presipitasi.

b. Kurangi factor

presipitasi

a. Untuk

mengetahui

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas dan

factor

presipitasi.

b. Agar nyeri

berkurang

c. Untuk

mengontrol

nyeri

d. Untuk

mengurangi

Page 25: LP PP Fisiologis

nyeri berkurang

dengan skala

nyeri (0-10)

menggunakan

manajemen

nyeri.

c. Menyatakan

rasa nyaman

setelah nyeri

berkurang.

nyeri.

c. Ajarkan teknik

non

farmakologi

untuk

mengontrol

nyeri.

d. Berikan

analgesic

untuk

mengurangi

nyeri

nyeri

2. Konstipasi

berhubungan dengan

penurunan tonus otot

abdomen

NOC

a. Bowel

Elimination

b. Hydration

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan pasien

tidak konstipasi,

dengan kriteria

hasil:

a. Pasien

bebas.dari

konstipasi.

b. Feces lunak dan

berbentuk.

NIC

Constipation/

Impaction

Management

a. Monitoring

tranda dan

gejala

konstipasi.

b. Monitoring

bising usus.

c. Dukung intake

cairan.

d. Kolabotrasi

pemberian

laksatif.

e. Anjurkan

pasien diet

tinggi serat

a. Untuk

mengetahui

pasien

konstipasi atau

tidak.

b. Untuk

mengetahui

bising usus.

c. Menambah

intake cairan

sehingga feces

lebih lembek.

Untuk

mempermudah

BAB

3. Gangguan eliminasi

urine berhubungan

NOC

a. Urinary

NIC

Urinary

a. Untuk

mengetahui

Page 26: LP PP Fisiologis

dengan tertahanya

urin,kantong kemih

penuh

elimination

b. Urinary

Continuence

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan

elimanasi urine

pasien baik, dengan

kriteria hasil:

a. Kandung kemih

kosong secara

penuh.

b. Intake cairan

dalam rentang

normal.

c. Balance cairan

seimbang

Retention Care

a. Lakukan

penilain kemih

secara

komprehensif.

b. Pantau balance

cairan.

c. Pantau tingkat

distensi

kandung kemih

dengan palpasi

dan perkusi

output urine

dan pola

berkemih.

b. Untuk

mengetahui

keseimbangan

cairan.

c. Untuk

mengetahui

apakah

kandung kemih

penuh atau

tidak.

4. Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

respon hormonal

psikologis, proses

persalinan dan

proses melelahkan

.

NOC

a. Anxiety

Reduction

b. Comfort level

c. Pain level

d. Rest: Extent

and Pattern

e. Sleep: Extent

and Pattern

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan pola

tidur pasien cukup,

dengan kriteria

NIC

Sleep

Enhancement

a. Jelaskan

pentingnya

tidur yang

adekuat.

b. Berikan

lingkungan

yang nyaman.

c. Diskusikan

dengan pasien

dan keluarga

tentang teknik

tidur pasien.

a. Agar pasien

memahami

pentingnya

tidur.

b. Agar pasien

lebih nyaman

dan tidur lebih

optimal.

c. Agar pasien

dan keluarga

dapat

bekerjasama

dalam

memenuhi

kebutuhan

Page 27: LP PP Fisiologis

hasil:

a. Jumlah tidur

dalam batas

normal 6-8

jam/hari

b. Pola tidur,

kualitas dalam

batas normal.

c. Perasaan segar

sesudah tidur

atau istirahat.

tidur pasien.

5. Ketidak efektifan

pemberian ASI

berhubungan dengan

kurangya

pengetahuan ibu.

NOC

a. Breastfeding

ineffectictive

b. Breathing

Pattern

Ineffective.

c. Breasfeeding

interupted

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 1 x 24 jam,

diharapkan pasien

mampu:

a. Mampu

memahami

pentingnya

pemberian ASI.

b. Mampu

melakukan

teknik

menyusui yang

benar.

Breastfeding

Assistence

a. Pantau

ketrampilan

ibu dalam

menyusui

Breast

Examination

Lactation

Supresion

a. Fasilitasi

proses bantuan

interaktif untuk

membantu

mempertahan-

kan

keberhasilan

proses

pemberian ASI

b. Sediakan

informasi

tentang laktasi

Breastfeding

Assistence

a. Untuk

mengetahui

tingkat

pemahaman

ibu dalam

menyusui.

Breast

Examination

Lactation

Supresion

a. Untuk

membantu

mempertahank

an

keberhasilan

pemberian

ASI.

b. Untuk

menambah

pengetahuan

Page 28: LP PP Fisiologis

c. Ibu

mengindikasi

kepuasan

terhadap

pemberian ASI.

dan teknik

memompa

ASI, cara

mengumpul-

kan dan

menyimpan

ASI

Lactation

Counceling

a. Sediakan

informasi

tentang

keuntungan

dan kerugian

pemberian ASI

ibu dalam

menyimpan

ASI

Lactation

Counceling

a. Agar ibu tahu

manfaat

pemberian

ASI.

6 Defisiensi

pengetahuan:

perawatan post

partum berhubungan

dengan kurangnya

informasi tentang

penanganan post

partum

NOC

a. Knowledge:

disease process.

b. Knowledge:

Health

Behavior.

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan pasien

mampu memahami

tindakan perawatan,

dengan kriteria

hasil:

a. Pasien dan

keluarga

menyatakan

NIC

Teaching: disease

process

a. Berikan

penilaian

tentang tingkat

pengetahuan

pasien dan

keluarga

tentang proses

penyakit.

b. Jelaskan

patofisiologi

dari penyakit

dan bagaimana

hal ini

berhubungan

a. Agar pasien

dan keluarga

mengetahui

tingkat

pengetahuanny

a.

b. Agar pasien

dan keluarga

memahami

penyakitnya.

c. Agar pasien

dan keluarga

mengetahui

tanda dan

gejala yang

mungkin

Page 29: LP PP Fisiologis

pemahaman

tentang

penyakit,

kondisi,

prognosis dan

program

pengobatan.

b. Pasien dan

keluarga

mampu

menjelaskan

secara benar.

c. Pasien dan

keluarga

mampu

menjelaskan

kembali apa

yang dijelaskan

perawat/tim

kesehatan

lainnya.

dengan

anatomi dan

fisiologi,

dengan cara

yang tepat.

c. Gambarkan

tanda dan

gejala yang

bisa muncul

dengan cara

yang tepat.

d. Beri

kesempatan

pasien dan

keluarga untuk

bertanya.

muncul.

d. Agar pasien

dapat

menanyakan

hal yang

mungkin

belum

dimengerti.

7. Defisit perawatan

diri berhubungan

dengan kelelahan

post partum.

NOC

a. Urinary

elimination

b. Urinary

Continuence

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan pasien

mampu merawat

diri, dengan kriteria

NIC

Self Care

assistane : ADLs

a. Monitor

kemempuan

klien untuk

perawatan diri

yang mandiri.

b. Monitor

kebutuhan

klien untuk

a. Untuk

mengetahui

tingkat

kemampuan

pasien merawat

diri.

b. Untuk

mempermudahp

asien dalam

merawat diri.

c. Untuk

Page 30: LP PP Fisiologis

hasil:

a. Klien terbebas

dari bau badan

b. Menyatakan

kenyamanan

terhadap

kemampuan

untuk

melakukan

ADLs.

c. Dapat

melakukan

ADLS dengan

bantuan

seminimal

mungkin.

alat-alat bantu

untuk

kebersihan

diri,

berpakaian,

berhias,

toileting dan

makan.

c. Sediakan

bantuan

sampai klien

mampu secara

utuh untuk

melakukan

self-care.

d. Dorong klien

untuk

melakukan

aktivitas

sehari-hari

yang normal

sesuai

kemampuan

yang dimiliki.

e. Dorong untuk

melakukan

secara mandiri,

tapi beri

bantuan ketika

klien tidak

mampu

melakukannya.

f. Ajarkan klien/

keluarga untuk

membantu

pasien merawat

diri.

d. Agar pasien

terbiasa mandiri

dan melakukan

perawatan diri

semapunya.

e. Membiasakan

pasien untuk

mandiri.

f. Untuk

membantu

pasien dalam

perawatan diri.

g. Untuk

membiasakan

pasien dengan

aktifitas ruti

sesuai

kemampuan-

nya.

h. Untuk

memberikan

aktifitas sesuai

usia pasien,

sehingga pasien

mampu

melakukannya.

Page 31: LP PP Fisiologis

mendorong

kemandirian,

untuk

memberikan

bantuan hanya

jika pasien

tidak mampu

untuk

melakukannya.

g. Berikan

aktivitas rutin

sehari- hari

sesuai

kemampuan.

h. Pertimbangkan

usia klien jika

mendorong

pelaksanaan

aktivitas

sehari-hari.

8. Resiko infeksi

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan tentang

perawatan pulva.

NOC

a. Immune status

b. Knowledge:

Infection

control

c. Risk control

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan pasien

bebas dari infeksi,

dengan kriteria

hasil:

NIC

Infection Control

a. Bersihkan

lingkungan

setelah dipakai

pasien lain.

b. Pertahankan

teknik isolasi.

c. Batasi

pengunjung

bila perlu.

d. Cuci tangan

setiap sebelum

a. Agar tidak

menimbulkan

infeksi

b. Untuk

mencegah

penularan

infeksi.

c. Untuk

mengurangi

resiko infeksi.

d. Untuk

mengurangi

Page 32: LP PP Fisiologis

a. Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi.

b. Menunjukan

kemampuan

untuk

mencegah

timbulnya

infeksi.

c. Jumlah leukosit

dalam batas

normal.

dan sesudah

melakukan

tindakan.

e. Monitor tanda

dan gejala

infeksi.

f. Beri KIE

tentang cara

dan pentingnya

menjaga organ

reproduksi

resiko infeksi.

e. Untuk

memantau

tanda dan

gejala infeksi.

f. Agar pasien

mengetahui

cara dan

pentingya

membersihkan

organ

reproduksi.

9. Resiko gangguan

proses parenting

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan tentang

cara merawat bayi.

Setelah dilakukan

askep selama 2x 24

jam, Gangguan

proses parenting

tidak ada.

Kriteria hasil: ibu

dapat merawat bayi

secara mandiri

(memandikan,

menyusui).

a. Beri

kesempatan

ibu untuk

melakuakn

perawatan bayi

secara mandiri.

b. Libatkan suami

dalam

perawatan

bayi.

c. Latih ibu untuk

perawatan

payudara

secara mandiri

dan teratur.

d. Motivasi ibu

untuk

meningkatkan

intake cairan

dan diet TKTP.

a. Meningkatkan

kemandirian

ibu dalam

perawatan

bayi.

b. Keterlibatan

bapak/suami

dalam

perawatan bayi

akan

membantu

meningkatkan

keterikatan

batih ibu

dengan bayi.

c. Perawatan

payudara

secara teratur

akan

Page 33: LP PP Fisiologis

e. Lakukan rawat

gabung

sesegera

mungkin bila

tidak terdapat

komplikasi

pada ibu atau

bayi.

mempertahank

an produksi

ASI secara

kontinyu

sehingga

kebutuhan bayi

akan ASI

tercukupi.

d. Mneingkatkan

produksi ASI.

e. Meningkatkan

hubungan ibu

dan bayi sedini

mungkin.

10. Resiko perdarahan

berhubungan dengan

komplikasi post

partum

NOC

a. Blood lose

severity.

b. Blood

Koagulation.

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam,

diharapkan tidak

terjadi perdrahan,

dengan kriteria

hasil:

a. Tekanan darah

dalam batas

normal

b. Tidak ada

kehilangan

darah yang

NIC

Bleeding

Precaution.

a. Monitor ketat

tanda-tanda

perdarahan.

b. Catat nilai Hb

dan HT

sebelum dan

sesudah

perdarahan.

c. Lindungi

pasien dari

trauma yang

dapat

menyebabkan

perdarahan.

d. Anjurkan asien

a. Untuk

mengetahui

adanya tanda-

tanda

perdarahan.

b. Untuk

memantau

nialai Hb dan

HT, melihat

kemungkinan

terjadi anemia.

c. Mengurangi

resiko

perdarahan.

d. Untuk

mempercepat

pembekuan

Page 34: LP PP Fisiologis

terlihat.

c. Tidak ada

distensi

abdominal

d. Tidak ada

hematuria dan

hematemesis.

e. Hemoglobin

dan hematocrit

dalam batas

normal.

untuk

meningkatkan

intake

makanan yang

mengandung

vitamin K.

e. Indikasi

penyebab

perdarahan.

darah.

e. Untuk

mengetahui

penyebab

perdarahan.

11. Resiko kekurangan

volume cairan

berhubungan dengan

perdarahan.

NOC

a. Fluid balance

b. Hydration

Setelah dilakukan

askep selama 2x 24

jam, pasien dapat

mendemostrasikan

status cairan

membaik.

Kriteria evaluasi:

a. tidak ada

manifestasi

dehidrasi,

b. resolusi oedema,

c. haluaran urine di

atas 30 ml/jam,

d. kulit

kenyal/turgor

kulit baik.

NIC

Fluid management

a. Obs Tanda-

tanda vital

setiap 4 jam.

b. Obs Warna

urine.

c. Status umum

setiap 8 jam.

d. Pertahankan

catatan intake

dan output

yang akurat

e. Monitor status

hidrasi

( kelembaban

membran

mukosa, nadi

adekuat,

tekanan darah

ortostatik ),

jika diperlukan

a. Mengidentifika

si

penyimpangan

indikasi

kemajuan atau

penyimpangan

dari hasil yang

diharapkan.

b. Mengidentifika

si

penyimpangan

indikasi

kemajuan atau

penyimpangan

dari hasil yang

diharapkan.

c. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

d. Menjaga status

Page 35: LP PP Fisiologis

f. Monitor

masukan

makanan /

cairan dan

hitung intake

kalori harian

g. Lakukan terapi

IV

h. Berikan cairan

i. Dorong

masukan oral

j. Beritahu

dokter bila:

haluaran urine

< 30 ml/jam,

haus,

takikardia,

gelisah, TD di

bawah rentang

normal, urine

gelap atau

encer gelap.

k. Konsultasi

dokter bila

manifestasi

kelebihan

cairan terjadi.

l. Pantau: cairan

masuk dan

cairan keluar

setiap 8 jam.

balance cairan

klien.

e. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

f. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

g. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

h. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

i. Memenuhi

kebutuhan

cairan tubuh

klien.

j. Temuan-

temuan ini

menandakan

hipovolemia

dan perlunya

peningkatan

cairan.

k. Mencegah

Page 36: LP PP Fisiologis

pasien jatuh ke

dalam kondisi

kelebihan

cairan yang

beresiko

terjadinya

oedem paru.

l. Mengidentifika

si

keseimbangan

cairan pasien

secara adekuat

dan teratur.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan (intervensi) keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya.

E. EVALUASI

Evaluasi berdasarkan tujuan dan outcome.

Page 37: LP PP Fisiologis

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing

Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.

Louis ,Missouri ; Mosby.

NANDA International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC

Setiono, Wiwing.2013.Laporan Pendahuluan Masa Nifas.(Online),

(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-masa-nifas-

post.html#.VWwo0fDA-W4), diakses 1 Juni 2015

Yoga.2013.Askep Post Partum.(Online),(http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-

post-partum-nifas.html), diakses 1 Juni 2015

Page 38: LP PP Fisiologis

Mengetahui Denpasar, Juni 2015

Pembimbing Praktek Mahasiswa

NIP: NIM:

Mengetahui

Pembimbing Akademik

NIP: