lp pkd mggu2 eliminasi fekal

22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL DI RUANG ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun oleh : Rizky Junitasari 10/298831/KU/13818 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Upload: rizky-junitasari

Post on 15-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

eliminasi fekal

TRANSCRIPT

Page 1: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

DI RUANG ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun oleh :

Rizky Junitasari

10/298831/KU/13818

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

I. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

A. Pengertian

Eliminasi bowel/ Buang Air Basar (BAB) atau disebut juga defekasi

merupakan fase normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan

sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut feses atau stool.

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang

buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal

biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah.

Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan

menggunakan kanul rekti.

Organ saluran pencernaan di bagi menjadi dua bagian yaitu; organ saluran

gastrointestinal bagian atas dan organ saluran gastrointestinal bagian bawah.

1. Saluran gastrointestinal bagian atas.

Organ saluran ini terdiri atas mulut, faring, esophagus dan lambung.

a. Mulut

Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk

system pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi

dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan,

secara umum mulu terdiri atas dua bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu

ruangan yang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Dan rongga mulut bagian

dalam yaitu rongga yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris, platum dan

mandibularis di sebelah belakang dan bersambung ke faring. Platum terdiri

atas platum durum (platum keras) yang tersusun tajuk-tajuk platum dari

sebelah depan tulang maksilaris dan platum mole (platum lunak) terletak di

belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, serta

terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Rongga mulut berhubungan dengan orofaring yang di sebut dengan

faucium yang terdapat dua lengkungan yaitu palatofaringeal dan palatoglossal.

Diantara kedua lengkungan ini terdapat jaringan limfoid yang disebut tonsil.

Di rongga mulut makanan yang masuk akan di cerna secara mekanik denagn

Page 3: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

cara di cabik-cabik dan kunyah, serta secara kimiawi melaui peran enzim dan

saliva.

b. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu

kumpulan kelenjar limfa yang terbanyak mengandung limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak persimapangan antara jalan

nafas dan makanan letaknya di belakang rongga mulut di depan ruas tulang

belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan

perantara lubang yang di sebut ismus fausium.

c. Esofagus

Esofagus merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan

berdiameter 2 cm. Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang

menghubungkan rongga mulut dengan lambung, dengan bagian posterior

berbatasan dengan faring setinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior

berbatasan dengan corpus vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka sfingter

akan berelaksasi secra otomatis dan akan membiarkan makanan tau minuman

masuk ke dalam lambung.

d. Lambung

Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat

menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau

kubah dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan

kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus

halus dengan duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah menyimpan

makanan yang sudah bercampur cairan yang di hasilkan lambung.

Lambung terdiri atas 4 bagian besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan

dengan sfingter gastroesofagus), fundus (bernbentuk kubah kontak langsung

dengan diafragma), korpus (area yang paling besar) dan pylorus (bagian

lambung yang berbentuk tabung yang mempunyai otot yang tebal membentuk

sfingter pylorus). Mempunyai dua lapisan yaitu anterior dan posterior.

Page 4: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

2. Saluran gastrointestinal bagian bawah

Saluran pencernaan bagian bawah meliputi usus halus, usus besar, rectum

dan    anus.

a. Usus halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara

sfingter pylorus lambung dengan katub ileosekal yan merupakan bagian awal

usus besar, posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang di dukung oleh

lapisan mesenterika yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan

bentuk. Mesenterika ini di lapisi pembuluh darah, persarafan dan saluran limfa

yang menyuplai kebutuhan dinding usus.

Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan

dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm. walaupun setiap orang

memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering di sebut denga usus

kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika di bandingkan dengan usus

besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (25

cm) jejunum (2,5 cm) ileum (3,6 cm).

Adapun fungsi dari usus halus adalah menerima sekresi hati dan pankreas,

mengabsorbsi saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil dari metabolisme

ke usus besar. Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja,

dengan bantuan senyawa kimia yang di hasilkan oleh usus halus serta senyawa

kimia dari kelenjar pancreas yang di lepaskan oleh usus halus. Senyawa yang

di hasilakan  oleh usus halus adalah:

- Disakaridase. Berfungsi munguraikan disakarida menjadi monosakarida.

- Eripsinogen. Berfungsi eripsin yang yang belum aktif yang akan di ubah

menjadi eripsin. Eripsin mengubah pepton menjadi asam amino.

- Hormon sekretin. Berfungsi merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan

senyawa kimia yang di hasilkan ke usus halus.

- Hormon CCK (kolesistokinin). Berfungsi merangsang hati untuk

mengeluarkan cairan empedu kedalam usus halus.

Usus menerima makanan dari lambung dalam bentuk kimus (setengah padat)

yang kemudian dengan bantuan peristaltic akan di dorong menuju usus besar. 

Page 5: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

b. Usus besar atau kolon

Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus

dengan panjang 1,5 meter dalam bentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar

terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kolon asenden, kolon transversum dan kolon

desenden. Fungsi dari kolon yaitu:

1. Menyerap air selama proses pencernaan.

2. Tempat di hasilakannya vitamin K dan vitamin H (biotin) sebagai hasil

simbiosis dengan bakteri usus misalnya E, coli.

3. Membentuk massa fases.

4. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (fases) keluara dari tubuh.

c. Rektum

Rektum merupakan lubang tempat pembuangan fases dari tubuh. sebelum

dibuang lewat anus fases akan di tampung terlebih dahulu pada bagian rectum.

Apabila fases sudah siap dibuang, maka otot sfingter rectum mengatur

pembukaaan dan penutupan anus. Otot sfingter yang menyusun rectum ada 2

yaitu: otot polos dan otot lurik.

Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal:

1. Usia dan perkembangan: mempengaruhi karakter feses, control

2. Diet

3. Pemasukan cairan. Normalnya: 2000-3000 ml/hari

4. Aktifitas fisik: merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus

meningkat

5. Faktor psikologi

6. Kebiasaan

7. Posisi

8. Nyeri

9. Kehamilan: menekan rektum

10. Operasi dan anestesi

11. Obat-obatan

12. Test diagnostik: barium enema dapat menyebabkan konstipasi

13. Kondisi patologis

Page 6: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

14. Iritan

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan, yaitu:

a. Konstipasi, merupakan gejala bukan penyakit. Yaitu menurunnya frekuensi

BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan. BAB

yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses

berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.

Tanda terjadinya konstipasi:

1.      Menurunnya frekuensi BAB

2.      Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan

3.      Nyeri rektum

b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga

tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

Tanda terjadinya impaction :

1.      Tidak BAB

2.      Anoreksia

3.      Kembung/kram

4.      Nyeri rektum

c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk.

Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam

kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi

mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat

mengontrol dan menahan BAB.

Tanda terjadinya diare :

1.      BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk

2.      Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat

3.      Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan

meningkatkan sekresi mukosa

4.      Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan

menahan BAB

d. Inkotinensia fekal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan

udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan

Page 7: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

gangguan fungsi spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental

pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan

dasar pasien sangat tergantung pada perawat.

Tanda terjadinya inkontinensia fekal :

1.      Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus

2.      BAB encer dan jumlahnya banyak

e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus

meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar

dari mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan

peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang

menghasilkan gas metan.

Tanda terjadinya flatulens :

1.      Menumpuknya gas pada lumen intestinal

2.      Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram

3.      Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa

internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,

gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan

mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan

pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB

dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien

mengalami konstipasi.

Tanda terjadinya Hemoroid

1.      Pembengkakan vena pada dinding rektum

2.      Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang

3.      Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

4.      Nyeri 

Page 8: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

B. Nilai Normal

1. Frekuensi ( Terry & Potter )

Normal: Bervariasi Bayi 4-6 kali sehari( jika mengkonsumsi ASI) atau

1-3 kali sehari (jika mengkonsumsi susu botol). Orang dewasa setiap hari

atau 2-3 kali seminggu.

Abnormal: Bayi lebih dari 6 kali sehari atau kurang dari 1 kali setiap 1-2

hari, orang dewasa lebih dari 3 kali sehari atau kurang dari 1 kali

seminggu.

2. Perilaku BAB : pengunaan obat-obatan untuk meningkatkan defekasi,

diantaranya laksatif dan katartik (untuk melunakkan feses dan meningkatkan

peristaltik).

3. Warna

Normal : feses bayi berwarna kuning, feses orang dewasa berwarna coklat.

Abnormal: Putih atau warna tanah liat

Penyebabnya tidak ada kandungan empedu

Hitam atau warna ter (melena)

Penyebabnya pengonsumsian zat besi atau pendarahan atau saluran GI

bagian atas

4. Bau

Normal : Bau menyengat dipengaruhi oleh tipe makanan

Abnormal: amis

Penyebabnya darah di dalam feses atau infeksi

5. Konsistensi

Normal : Lunak, berbentuk

Abnormal: Cair

Penyebabnya diare, penurunan absorpsi

6. Jumlah:

Normal : 100-400 gr/hari, terdiri dari 75% air dan 25% materi padat

7. Bentuk:

Normal : Menyerupai diameter rectum.

Abnormal : Sempit berbentuk pensil.

Penyebabnya Obstruksi, peristaltic yang cepat.

Page 9: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

8. Unsur-unsur

Normal : Makanan tidak di cerna, bakteri mati, lemak, pigmen

empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus,air.

Abnormal : Darah, pus, materi asing, lender,cacing.

Penyebabnya : Penjarahan interna. Infeksi, materi-materi yang tertelan,

iritasi, inflamasi.

C. Hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan kebutuhan eliminasi fekal

1. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi

Pengkajian ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama

defekasi, secara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6

kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata

pembuangan per hari adalah 150 g.

2. Keadan feses, meliputi:

No Keadaan Normal Abnormal Penyebab

1. warna Bayi, kuning. Putih,

hitam/tar, atau

merah

Kurang kadar empedu,

perdarahan saluaran

saluaran cerna bagian

atas, atau peradangan

saluran cerna bagian

bawah

Dewasa: coklat Pucat

berlemak

Malabsorpsi lemak

2. Bau Khas feses dan

dipengaruhi

oleh makanan

Amis dan

perubahan

bau

Darah dan infeksi

3. konsistensi Lunak dan

berbentuk.

cair Diare dan absorpsi

kurang.

4. bentuk Sesuai

diameter

rektum

Kecil,

bentuknya

sesperti

pensil.

Obstruksi dan

peristaltik yang cepat

Page 10: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

5. konsituen Makanan yang

dicerna, bakteri

yang maati,

lemak, pigmen,

empedu,

mukosa usus,

air

Darah, pus,

benda asing,

mukus, atau

cacing.

Internal belding,

infeksi, trtelan bendam

iritasi, atau inflamasi.

3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal:

Faktor yang meningkatkan Eliminasi :

a. Lingkungan yang bebas

b. Kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, privasi.

c. Diet tinggi serat

d. Asupan cairan normal (jus buah, cairan hangat)

e. Olahraga

f. Kemampuan untuk mengambil posisi jongkok

g. Laksatif atau katartik secara tepat

Faktor yang merusak eliminasi :

a. Stress emosional

b. Gagal mencetuskan refleks defekasi, kurang waktu atau kurang privasi

c. Diet tinggi lemak, tinggi KH

d. Asupan cairan berkurang

e. Imobilitas atau tidak aktif

f. Tidak mampu jongkok, mis : usila, deformitas muskulo, nyeri defekasi

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaaan fisik yang meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya

distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan

tenderness.

Inspeksi : memriksa adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut,

pola pembuluh darah vena, dan stoma.

Auskultasi : bising usus normal terjadi 5-15 detik dan berlangsung ½

sampai beberapa detik.

Page 11: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

Palpasi : Untuk melihat adanya massa atau area nyeri tekan.

Perkusi : Mendeteksi cairan atau gas di dalam abdomen.

Rektum : Menginspeksi daerah di sekitar anus dan mempalpasi untuk

memeriksa rectum.

II. Diagnosa keperawatan yang mugkin muncul

NANDA NOC NIC

Diare

1. Nyeri perut

2. Defekasi cair lebih

dari tiga hari per

hari

3. Kram

4. Hiperaktif suara

usus

5. Urgensy

Eliminasi Bowel

- Diare tidak ada

- Pola eliminasi teratur

dan normal

- Warna, bentuk dari

feses normal

Manajemen Diare

- Intruksikan keluarga

untuk mengingat

warna, jumlah,

frekuensi, dan

konsistensi dari feses

- Instruksikan keluarga

untuk memberikan

makanan rendah

serat, tinggi protein,

dan tinggi kalori.

- Berikan saran untuk

mengurangi makanan

yang mengandung

laktosa

Defisit volume cairan

b/d kehilangan cairan

aktif

1. kelemahan

2. haus

3. penurunan turgor

kulit

4. membrane mukosa

atau kulit kering

5. peningkatan denyut

Fluid Balance

- Mempertahanlan

urine output sesuai

dengan usia dan BB,

NJ urine normal, HT

normal

- Tanda vital dalam

batas normal

- Tidak ada tanda

dehidrasi (turgor kulit

Fluid Management

Timbang popok bila

diperlukan

Pertahankan intake

dan output adekuat

Monitor status hidrasi

(kelembapan

membrane mukosa,

nadi adekuat)

Monitor vital sign

Page 12: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

nadi

6. temperature tubuh

meningkat

7. konsentrasi urine

meningkat

8. kehilangan berat

badan

9. kehilangan volume

cairan secara aktif

elastic, membrane

mukosa lembab, tidak

ada rasa haus

berlebihan)

Monitor masukan

makanan/cairan dan

hitung intake kalori

harian

Kolaborasi pemberian

cairan intravena

Konstipasi Bowel elimination

Indikator:

- Buang air besar / BAB

dengan konsistensi

lembek

- Pasien menyatakan

mampu mengontrol

pola BAB

- Mempertahankan pola

eliminasi usus tanpa

ileus

Konstipation atau

impaction management

Aktivitas:

- Monit

or tanda dan gejala

konstipasi

- Monit

or pergerakan usus,

frekuensi,

konsistensi

- Anjur

kan pada pasien

untuk makan buah-

buahan dan serat

tinggi

- Mobil

isasi bertahap

- Evalu

asi intake makanan

dan minuman

- Kolab

orasikan denga

tenaga medis

Page 13: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

mengenai pemberian

laksatif, enema dan

pengobatan

- Berika

n pendidikan

kesehatan tentang :

personal hygiene,

kebiasaan diet,

cairan dan makanan

yang mengandung

gas, aktivitas dan

kebiasaan BAB

Inkontinensia bowel Bowel continence

Klien dapat:

- Memp

ertahankan keinginan

untuk BAB.

- Menge

valuasi setiap 3 hari

untuk BAB nya.

- Meres

pon keinginan BAB saat

itu juga

- Menca

pai toilet antara perasaan

ingin BAB hingga

melakukan defekasi

- Secara

mandiri melakukan

kegiatan toileting

Bowel incontinence care

Aktivitas :

- Menje

laskan tujuan dari

menejemen bowel

kepada pasien/keluarga

- Memi

nta pasien untuk

mencatat keluaran

BAB

- Melak

ukan pelatihan bowel,

jika diperlukan

- Memo

nitor kemampuan

untuk melakukan BAB

- Memo

nitor nutrisi, cairan

yang masuk dan juga

efek samping dari

Page 14: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

pengobatan.

Page 15: LP PKD MGGU2 Eliminasi Fekal

Daftar Pustaka

Bulechek, Gloria M; Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Intervention

Classification fourth edition. USA: Mosby.

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA nursing diagnoses: definitions and

classification 2012-2014. Philadelphia: NANDA International.

Moorhead, Sue; Johnson, Marison; Maas, Meridean L; Swanson, Elizabeth. 2006.

Nursing Outcomes Classification (NOC) fourth edition. USA: Mosby

Nuri, S. R. 2013. Eliminasi Urien dan Fekal.

http://ranrintansnote.blogspot.com/2013/06/eliminasi-urine-dan-

fekal.html. Diakses pada tanggal 18 Februari 2015 pukul 17.36.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.