lp diare
DESCRIPTION
kmbTRANSCRIPT
LP DIARE
1. PengertianDiare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk
konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya (Pudiastuti, 2011).
Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah.(Sudoyo,2007)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).
2. Etiologia. Faktor infeksi1) Infesi enternal ; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.b) Infeksi virus : Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adeno-virus, Retavirus, Astrovirus, dan lain-lain.c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Stronggyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Cardida albicans).2) Infesi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsolitis/tonsilofaringitis, brongkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).2) Malabsorbsi lemak.3) Malabsorbsi protein.c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005).
3. Tanda dan gejala
Ada beberapa tanda dan gejala diare menurut Azis Alimul Hidayat (2006), yaitu sebagai berikut:a. Frekuensi bab (buang air besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan pada neonatus lebih dari 4x/harib. Bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darahc. Nafsu makan menurund. Warna tinja lama-kelamaan kehijauan karna bercampur dengan empedue. Muntahf. Rasa hausg. Malaiseh. Adanya lecet pada daerah sekitar anusi. Fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh ususj. Adanya tanda dehidrasi
4. Komplikasia. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik).b. Renjatan hipovolemik.c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektokardiogram).d. Hipoglikemia.e. Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.g. Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik (Ngastiyah, 2005).
5. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudianakan meningkatkan sekresi cairan dan
elektrolit. Kedua faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor
makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat
memenuhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare sehingga muncul masalah-masalah keperawatan seperti kekurangan
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan pola
eliminasa BAB (diare), dan ansietas.
(Hidayat. AA, 2006: 12 -13 ).
6. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila
memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium
dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai
kejang).
e. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005 :
286).
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:a. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:1) Belum ada dehidrasia) Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare.b) Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
2) Dehidrasi ringana) 1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik.b) Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.3) Dehidrasi sedanga) 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrikb) Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari4) Dehidrasi berata) Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.b) 1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13 tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).c) 7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)d) 16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).b. Pengobatan dietetik1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan yang diberikan:a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.c. Obat-obatanPrinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dan sebagainya).1) Obat anti sekresia) Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg).b) Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari2) Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.3) Antibiotik
Pengkajian Khusus untuk Diare
Menurut Nursalam, (2005: 172-175) pengkajian khusus yang dilakukan pada penderita
diare adalah :
a) Data dasar: usia, berat badan, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang.
b) Sistem kardiovaskuler: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan
darah menurun.
c) Sistem pencernaan dan eliminasi: diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah,
warna hijau berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, dapat
juga ditemukan gejala muntah, abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan
bising usus meningkat. Anus kemungkinan iritasi dan lesi, bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak menurun, turgor kulit
kurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput bibir, dan mulut serta kulit
tampak kering.
d) Makanan/cairan: nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, muntah disebabkan karena
lubang yang mulai meradang akibat sistem asam basa dan elektrolit, anak tampak haus
dan klien mengalami kelaparan.
e) Aktivitas atau istirahat: cepat lelah, malaise, kelemahan.
f) Integritas ego: cengeng, gelisah, anak menjadi rewel.
g) Neurosensori: kesadaran menurun sampai apatis, somnolen dan terkadang sampai
soporokomatus.
h) Respirasi: bila sudah ada asidosis metabolik penderita akan tampak pucat, nafas cepat
dan dalam (pernafasan kusmaul).
i) Interaksi sosial: biasanya anak menjadi pendiam.
j) Hygiene (kebersihan): anus dan di sekitarnya menjadi lecet karena sering defekasi,
turgor kulit berkurang, kulit tampak kering.
2. Diagnosa Keperawatan yang Khas Pada Diare
Menurul Wong, L. Donna (2004 : 496-498)
a. Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal yang berlebih melalui fesesatau
anoreksia
Tujuan: Anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan dehidrasi
adekuat.Tabel 2.2. Intervensi keperawatan Kurang volume cairan b.d kehilangan Gastrointestinal yang
berlebih melalui feses.
No Intervensi Rasional
1 Beri larutan rehidrasi oral Rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses
2 Berikan dan pantau cairan
(intravena) IV sesuai ketentuan
Untuk dehidrasi hebat dan muntah
serta pemasukan antibiotik bila
diindikasikan
3 Pertahankan pencatatan yang ketat
terhadap masukan dan keluaran
(urine, feses, dan emesis)
Mengevaluasi keefektifan intervensi
4 Beri agen antimikroba (antibiotik)
sesuai ketentuan
Mengobati patogen khusus yang
menyebabkan kehilangan cairan
yang berlebihan
5 Timbang berat badan anak, kaji
tanda-tanda vital, turgor kulit,
membran mukosa, dan status
mental setiap 4 jam atau sesuai
indikasi
Mengkaji dehidrasi, mengkaji
keadekuatan rehidrasi
6 Instruksikan keluarga dalam
memberikan terapi yang tepat,
pemantauan pemasukan dan
keluaran dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi.
Menjamin hasil optimum dan
memperbaiki kepatuhan terhadap
peraturan trapeutik
(Wong, L. Donna, 2004 : 496-498)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak adekuat,
penyebab akibat diare
Tujuan: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan
yang sesuai dengan usia dan memuaskan.Tabel 2.3. Intervensi keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang
tidak adekuat, penyebab akibat diare
No Intervensi Rasional
1 Setelah rehidrasi, intruksikan ibu Karena hal ini cenderung
menyusuiuntuk melanjutkan
pemberian ASI.
mengurangi kehebatan dan durasi
penyakit
2 Hindari pemberian diet dengan
pisang, apel, dan roti panggang
dan teh
Karena diet ini rendah dalam energi
dan protein, terlalu tinggi dalam
karbohidrat dan rendah elektrolit
3 Observasi dan catat respon
terhadap pemberian makanan
Mengkaji toleransi pemberian
makanan
4 Intruksikan keluarga untuk
memberikan makan sedikit tapi
sering
Memenuhi kebutuhan tubuh klien
5 Timbang berat badan klien tiap hari Mengkaji kebutuhan nutrisi sesuai
berat badan
(Wong, L. Donna, 2004: 496 – 498)
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran
gastrointestinal.
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal dan infeksi tidak
menyebar pada orang lain.Tabel 2.4. Intervensi keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran gastrointestinal.
No Intervensi Rasional
1 Implementasi isolasi substansi tubuh
atau praktek pengendalian infeksi di
rumah sakit, termasuk pembuangan
feses dan pencucian yang tepat,
serta penanganan spesimen yang
tepat
Mencegah penyebaran infeksi
2 Pertahankan pencucian tangan yang
benar
Mengurangi resiko penyebaran
infeksi
3 Gunakan popok sekali pakai
superabsorbent
Menampung feses dan menurunkan
kemungkinan terjadi dermatitis .
4 Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan
perlindungan seperti pencucian
tangan setelah menggunakan toilet
Mencegah penyebaran infeksi
5 Instruksikan anggota keluarga dan
pengunjung dalam praktek isolasi
khususnya mencuci tangan.
Mengurangi penyebaran resiko
infeksi.
(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)
d. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.
Tujuan: Kulit pasien tetap utuh dan anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit.Tabel 2.5. Intervensi keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.
No Intervensi Rasional
1 Ganti popok dengan sering Menjaga agar kulit tetap bersih dan
kering
2 Bersihkan bokong perlahan-lahan
dengan sabun lunak, non alkalin
dan air atau celupkan anak dalam
bak untuk pembersihan yang
lembut
Feses diare sangat mengiritasi kulit
3 Beri salep seperti seng oksida
(tipe salep bervariasi setiap anak
dan memerlukan percobaan)
Melindungi kulit dari iritasi
4 Pajankan dengan ringan kulit utuh
yang kemerahan pada udara jika
mungkin
Meningkatkan penyembuhan
5 Hindari menggunakan tisu basah
yang dijual bebas yang
mengandung alkohol pada kulit
yang terekskoriasi
Karena akan menyebabkan rasa
menyengat
6 Observasi bokong perineum akan
adanya infeksi
Sehingga terapi yang tepat dapat
dimulai
7 Berikan obat anti jamur yang tepat Mengobati jamur kulit
(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.
Tujuan:
a) Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu
memberikan perawatan
b) Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.Tabel 2.6. Intervensi keperawatan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
pengetahuan.
No Intervensi Rasional
1 Berikan informasi pada keluarga
tentang penyakit anak dan tindakan
terapeutik
Motivasi kepatuhan terhadap
program terapeutik, khususnya jika
berada di rumah.
2 Ijinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
Pemenuhan kebutuhan anak dan keluarga
3 Intruksikan keluarga mengenai pencegahan
Pencegahan penyebaran infeksi
4 Atur perawatan kesehatan pasca hospitalisasi
Menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinue
5 Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas.
Pengawasan perawatan di rumah sesuai kebutuhan
(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)
f. Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses kembali lunak,
dengan bising usus 6 x/menit.Tabel 2.7. Intervensi keperawatan Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.
No Intervensi Rasional
1Observasi dan catat frekuensi BAB
karakteristik faktor pencetus
Membantu membedakan penyakit
individu
2Tingkatkan tirah baring
Untuk menurunkan peristaltik usus
3Buang feses dengan cepat, berikan
pengharum ruangan
Menurunkan bau tidak sedap
4Identifikasi makanan dan cairan
yang mencetuskan diare
Menghindari iritan
5Mulai lagi pemasukan cairan
peroral, hindari minuman dingin
Mencegah kram
6Ganti celana/popok anak tiap kali
BAB
Mencegah penularan infeksi/iritan
7 Observasi demam, letargi,
leukositosis
Tanda bahwa toksin telah
menyerang usus besar
(Doenges, 2000 :476)
Hidayat Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Selemba Medika, Jakarta.Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, ECG, Jakarta.Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hassan, Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester, Edisi Bahasa Indonesia. EGC : Jakarta.