lp diare

13
LP DIARE 1. Pengertian Diare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya (Pudiastuti, 2011). Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah. (Sudoyo,2007) Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006). 2. Etiologi a. Faktor infeksi 1) Infesi enternal ; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. b) Infeksi virus : Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adeno-virus, Retavirus, Astrovirus, dan lain-lain. c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Stronggyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Cardida albicans). 2) Infesi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut

Upload: bientar-tirta-pawitra-yudha

Post on 05-Feb-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kmb

TRANSCRIPT

Page 1: LP DIARE

LP DIARE

1. PengertianDiare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk

konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya (Pudiastuti, 2011).

Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut  dapat/tanpa disretai lender dan darah.(Sudoyo,2007)

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).

2. Etiologia.    Faktor infeksi1)   Infesi enternal ; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :a)    Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.b)   Infeksi virus : Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adeno-virus, Retavirus, Astrovirus, dan lain-lain.c)    Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Stronggyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Cardida albicans).2)   Infesi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsolitis/tonsilofaringitis, brongkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b.    Faktor malabsorbsi1)   Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).2)   Malabsorbsi lemak.3)   Malabsorbsi protein.c.    Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.d.   Faktor psikologis, rasa takut dan cemas jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005).

3. Tanda dan gejala

Page 2: LP DIARE

Ada beberapa tanda dan gejala diare menurut Azis Alimul Hidayat (2006), yaitu sebagai berikut:a.    Frekuensi bab (buang air besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan pada neonatus lebih dari 4x/harib.    Bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darahc.    Nafsu makan menurund.   Warna tinja lama-kelamaan kehijauan karna bercampur dengan empedue.    Muntahf.     Rasa hausg.    Malaiseh.    Adanya lecet pada daerah sekitar anusi.      Fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh ususj.      Adanya tanda dehidrasi

4. Komplikasia.       Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik).b.       Renjatan hipovolemik.c.       Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektokardiogram).d.      Hipoglikemia.e.       Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.f.        Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.g.       Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik (Ngastiyah, 2005).

5. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan

faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya

mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang

kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan dapat

menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan

kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam

absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan

menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi yang kemudianakan meningkatkan sekresi cairan dan

elektrolit. Kedua faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam

melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat

Page 3: LP DIARE

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor

makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang

kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat

memenuhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan

diare sehingga muncul masalah-masalah keperawatan seperti kekurangan

volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan pola

eliminasa BAB (diare), dan ansietas.

(Hidayat. AA, 2006: 12 -13 ).

6. Pemeriksaan penunjanga.       Pemeriksaan Tinja

1)      Makroskopis dan mikroskopis

2)      PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

3)      Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi

dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila

memungkinkan).

c.       Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

d.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium

dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai

kejang).

e.       Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama

dilakukan pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005 :

286).

7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:a.   Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:1)  Belum ada dehidrasia)  Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare.b)  Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.

Page 4: LP DIARE

2)  Dehidrasi ringana)  1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik.b)  Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.3)  Dehidrasi sedanga)  1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrikb)  Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari4)  Dehidrasi berata)  Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.b)  1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13 tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).c)  7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)d)  16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).b.   Pengobatan dietetik1)  Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan yang diberikan:a)  Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).b)  Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.c)  Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.2)  Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.c.   Obat-obatanPrinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dan sebagainya).1)  Obat anti sekresia)  Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg).b)  Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari2)  Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.3)  Antibiotik

Pengkajian Khusus untuk Diare

Page 5: LP DIARE

Menurut Nursalam, (2005: 172-175) pengkajian khusus yang dilakukan pada penderita

diare adalah :

a)      Data dasar: usia, berat badan, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang.

b)      Sistem kardiovaskuler: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan

darah menurun.

c)      Sistem pencernaan dan eliminasi: diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah,

warna hijau berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, dapat

juga ditemukan gejala muntah, abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan

bising usus meningkat. Anus kemungkinan iritasi dan lesi, bila penderita telah banyak

kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak menurun, turgor kulit

kurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput bibir, dan mulut serta kulit

tampak kering.

d)     Makanan/cairan: nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, muntah disebabkan karena

lubang yang mulai meradang akibat sistem asam basa dan elektrolit, anak tampak haus

dan klien mengalami kelaparan.

e)      Aktivitas atau istirahat: cepat lelah, malaise, kelemahan.

f)       Integritas ego: cengeng, gelisah, anak menjadi rewel.

g)      Neurosensori: kesadaran menurun sampai apatis, somnolen dan terkadang sampai

soporokomatus.

h)      Respirasi: bila sudah ada asidosis metabolik penderita akan tampak pucat, nafas cepat

dan dalam (pernafasan kusmaul).

i)        Interaksi sosial: biasanya anak menjadi pendiam.

j)        Hygiene (kebersihan): anus dan di sekitarnya menjadi lecet karena sering defekasi,

turgor kulit berkurang, kulit tampak kering.

2.      Diagnosa Keperawatan yang Khas Pada Diare

Menurul Wong, L. Donna (2004 : 496-498)

a.         Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal yang berlebih melalui fesesatau

anoreksia

Page 6: LP DIARE

Tujuan:  Anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan dehidrasi

adekuat.Tabel 2.2. Intervensi keperawatan Kurang volume cairan b.d kehilangan Gastrointestinal yang

berlebih melalui feses.

No Intervensi Rasional

1 Beri larutan rehidrasi oral Rehidrasi dan penggantian

kehilangan cairan melalui feses

2 Berikan dan pantau cairan

(intravena) IV sesuai ketentuan

Untuk dehidrasi hebat dan muntah

serta pemasukan antibiotik bila

diindikasikan

3 Pertahankan pencatatan yang ketat

terhadap masukan dan keluaran

(urine, feses, dan emesis)

Mengevaluasi keefektifan intervensi

4 Beri agen antimikroba (antibiotik)

sesuai ketentuan

Mengobati patogen khusus yang

menyebabkan kehilangan cairan

yang berlebihan

5 Timbang berat badan anak, kaji

tanda-tanda vital, turgor kulit,

membran mukosa, dan status

mental setiap 4 jam atau sesuai

indikasi

Mengkaji dehidrasi, mengkaji

keadekuatan rehidrasi

6 Instruksikan keluarga dalam

memberikan terapi yang tepat,

pemantauan pemasukan dan

keluaran dan mengkaji tanda-tanda

dehidrasi.

Menjamin hasil optimum dan

memperbaiki kepatuhan terhadap

peraturan trapeutik

(Wong, L. Donna, 2004 : 496-498)

b.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak adekuat,

penyebab akibat diare

Tujuan: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan

yang sesuai dengan usia dan memuaskan.Tabel 2.3. Intervensi keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang

tidak adekuat, penyebab akibat diare

No Intervensi Rasional

1 Setelah rehidrasi, intruksikan ibu Karena hal ini cenderung

Page 7: LP DIARE

menyusuiuntuk melanjutkan

pemberian ASI.

mengurangi kehebatan dan durasi

penyakit

2 Hindari pemberian diet dengan

pisang, apel, dan roti panggang

dan teh

Karena diet ini rendah dalam energi

dan protein, terlalu tinggi dalam

karbohidrat dan rendah elektrolit

3 Observasi dan catat respon

terhadap pemberian makanan

Mengkaji toleransi pemberian

makanan

4 Intruksikan keluarga untuk

memberikan makan sedikit tapi

sering

Memenuhi kebutuhan tubuh klien

5 Timbang berat badan klien tiap hari Mengkaji kebutuhan nutrisi sesuai

berat badan

(Wong, L. Donna, 2004: 496 – 498)

c.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran

gastrointestinal.

Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal dan infeksi tidak

menyebar pada orang lain.Tabel 2.4. Intervensi keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang

menembus saluran gastrointestinal.

No Intervensi Rasional

1 Implementasi isolasi substansi tubuh

atau praktek pengendalian infeksi di

rumah sakit, termasuk pembuangan

feses dan pencucian yang tepat,

serta penanganan spesimen yang

tepat

Mencegah penyebaran infeksi

2 Pertahankan pencucian tangan yang

benar

Mengurangi resiko penyebaran

infeksi

3 Gunakan popok sekali pakai

superabsorbent

Menampung feses dan menurunkan

kemungkinan terjadi dermatitis .

4 Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan

perlindungan seperti pencucian

tangan setelah menggunakan toilet

Mencegah penyebaran infeksi

Page 8: LP DIARE

5 Instruksikan anggota keluarga dan

pengunjung dalam praktek isolasi

khususnya mencuci tangan.

Mengurangi penyebaran resiko

infeksi.

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

d.      Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.

Tujuan:  Kulit pasien tetap utuh dan anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit.Tabel 2.5. Intervensi keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.

No Intervensi Rasional

1 Ganti popok dengan sering Menjaga agar kulit tetap bersih dan

kering

2 Bersihkan bokong perlahan-lahan

dengan sabun lunak, non alkalin

dan air atau celupkan anak dalam

bak untuk pembersihan yang

lembut

Feses diare sangat mengiritasi kulit

3 Beri salep seperti seng oksida

(tipe salep bervariasi setiap anak

dan memerlukan percobaan)

Melindungi kulit dari iritasi

4 Pajankan dengan ringan kulit utuh

yang kemerahan pada udara jika

mungkin

Meningkatkan penyembuhan

5 Hindari menggunakan tisu basah

yang dijual bebas yang

mengandung alkohol pada kulit

yang terekskoriasi

Karena akan menyebabkan rasa

menyengat

Page 9: LP DIARE

6 Observasi bokong perineum akan

adanya infeksi

Sehingga terapi yang tepat dapat

dimulai

7 Berikan obat anti jamur yang tepat Mengobati jamur kulit

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

e.       Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

Tujuan:

a)      Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu

memberikan perawatan

b)      Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.Tabel 2.6. Intervensi keperawatan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang

pengetahuan.

No Intervensi Rasional

1 Berikan informasi pada keluarga

tentang penyakit anak dan tindakan

terapeutik

Motivasi kepatuhan terhadap

program terapeutik, khususnya jika

berada di rumah.

2 Ijinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan

Pemenuhan kebutuhan anak dan keluarga

3 Intruksikan keluarga mengenai pencegahan

Pencegahan penyebaran infeksi

4 Atur perawatan kesehatan pasca hospitalisasi

Menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinue

5 Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas.

Pengawasan perawatan di rumah sesuai kebutuhan

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

f.           Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.

Page 10: LP DIARE

Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses kembali lunak,

dengan bising usus 6 x/menit.Tabel 2.7. Intervensi keperawatan Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.

No Intervensi Rasional

1Observasi dan catat frekuensi BAB

karakteristik faktor pencetus

Membantu membedakan penyakit

individu

2Tingkatkan tirah baring

Untuk menurunkan peristaltik usus

3Buang feses dengan cepat, berikan

pengharum ruangan

Menurunkan bau tidak sedap

4Identifikasi makanan dan cairan

yang mencetuskan diare

Menghindari iritan

5Mulai lagi pemasukan cairan

peroral, hindari minuman dingin

Mencegah kram

6Ganti celana/popok anak tiap kali

BAB

Mencegah penularan infeksi/iritan

7 Observasi demam, letargi,

leukositosis

Tanda bahwa toksin telah

menyerang usus besar

      (Doenges, 2000 :476)

Hidayat Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Selemba Medika, Jakarta.Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, ECG, Jakarta.Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta.

Page 11: LP DIARE

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.Hassan, Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester, Edisi Bahasa Indonesia. EGC : Jakarta.