lp depresi
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI
A. DEFINISI DEPRESI
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)
Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat
disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik
neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP
(terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
(Kaplan, 2010)
B. ETIOLOGI DEPRESI
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan.
Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan
keinginan dan harapannya.
a) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang
menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat
khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang
lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat
kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus –
menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
b) Kurang Rasa Harga Diri
Responsif Reaksi kehilangan
yang wajar
Supresi Reaksi kehilangan yang
memanjang
Mania/Depresi
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa
harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih – lebihkan
menjadi estrim, karena harapan – harapan yang realistis membuat dia tak
mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada
individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan
prestasi yang dicapainya.
c) Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang
mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak
bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
d) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic
contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat
menyebabkan depresi.
e) Aktivitas mental yang berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta
itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
C. RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon maladaptif
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan
yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada
rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan
internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita
dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya
Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai
berikut :
a) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya;
b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
c) Nafsu makan menurun;
d) Berat badan menurun;
e) Konsentrasi dan daya ingat menurun
f) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai
dengan mimpi – mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang
yang telah meninggal;
g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan
hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;
i) Gangguan seksual (libido menurun);
j) Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.
1) Tingkat Depresi
a) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir
komunikasi social dan rasa tidak nyaman.
b) Depresi Sedang
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi
verbal, komunikasi non verbal meningkat.
(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat.
(4) Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah
tersinggung.
c) Depresi Berat
(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung,
inisiatif berkurang
(2) Gangguan proses pikir
(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba
– tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum,
menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.
E. PENATALAKSANAAN
Menurut (Tomb, 2003, hal.61) Semua pasien depresi harus mendapatkan
psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi
khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon
terhadap terapi sebelumnya.
1) Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan
pasien terutama selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.
Latih pasien untuk mengenal tanda – tanda dekompensasi yang akan dating.
Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan
secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan
anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.).
psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien
depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor
yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi
sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan
yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan
keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman sukses. Dari
perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran –
pikiran negative dan harapan – harapan negative. Terapi ini mencegah
kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap
terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala –
gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat
memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti
dengan baik.
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat
diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru.
Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI
(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif
bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan
bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada beberapa
pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua
koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh
dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan,
kemudian diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu
atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang.
Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi
unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan
remisi dan begitu pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga
sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang
efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama–
sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien
sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama
dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja
terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua
yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan
respons.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam
perasaan meningkat pada kembar monozigote dari dizigote.
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan
marah yang dialihkan pada diri sendiri.
Diawali dengan proses kehilangan terjadi ambivalensi
terhadap objek yang hilang tidak mampu mengekspresikan
kemarahan marah pada diri sendiri.
c) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya
kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang
bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu
tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d) Teori kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu
menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania.
e) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri,
lingkungan dan masa depan.
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali
diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.
Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan
mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respon yang adaptif.
g) Model perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan
lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak
berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2) Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan
meliputi factor biologis, psikologis dan social budaya. Factor
biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat –
obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi
kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, seseorang,
dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi
kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3) Perilaku dan Mekanisme koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada
keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau
dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada
reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal
ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu
perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi,
denial dan disosiasi.
4) Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut
Purwaningsih (2009) adalah :
a) Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan,
marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak
berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri,
merasa tak berharga.
b) Kognitif : ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu
berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan
diri sendiri,pikiran merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis.
c) Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan
pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing,
insomnia, nyeri dada, over acting, perubaha berat badan,
gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impotensi,
tidak berespon terhadap seksual.
d) Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat
aktifitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,
irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan
menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
b. Analisa Data
1) Data subjektif
Klien mengatakan sedih, klien mengatakan tidak bergairah untuk
bekerja, klien mengatakan menyesal, klien mengatakan merasa
bersalah, klien merasa ditolak, klien merasa tidak berdaya,
merasa tidak berharga.
2) Data obyektif
Klien tampak sedih, murung, lambat, lemah, lesu, tidak bergairah,
cemas, marah.
c. Rumusan Masalah
1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
2) Sedih kronis
3) Harga diri rendah kronis
4) Koping individu tak efektif
5) Koping keluarga tak efektif
d. Pohon Masalah
Resiko tinggi terjadi kekerasanYang diarahkan pada diri sendiri
Sedih kronis
Harga diri rendah kronis
Koping individu tak efektif
Koping keluarga tak efektif
e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan
gangguan alam perasaan : depresi yaitu :
1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri.
2) Sedih kronis.
3) Harga diri rendah kronis
4) Koping individu tak efektif
f. Rencana tindakan keperawatan
1) Sedih kronis.
Tujuan jangka panjang : klien tidak mengalami sedih kronis
Tujuan jangka pendek :
(a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
(b) Klien mengungkapkan perasaannya
(c) Klien dapat menyebutkan cara- cara mengatasi depresi
(d) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
(e) Klien mau minum obat sesuai aturan
Rencana tindakan :
(a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
Rasional : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan
meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan
perawat.
(b) Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh
klien.
(c) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh
klien.
(d) Bantu klien untuk mengidentifikasi cara yang tepat untuk
mengatasi sedih kronis
Rasional : Mengidentifikasi cara atau koping yang tepat
untuk mengatasi sedih kronis
(e) Beri pujian atas kemampuan klien mengatasi sedih kronis
Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri
klien
(f) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara
merawat klien dengan depresi
Rasional : Diharapkan klien akan merasa diperhatikan
(g) Anjurkan, jelaskan dan awasi minum obat sesuai aturan.
Rasional : Diharapkan dapat mengefektifkan obat yang
diminum oleh klien.
(h) Delegatif dalam pemberian terapi obat
Rasional : Pemberian obat psikosis dapat mengontrol
manifestasi dari kelainan psikosis.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika.
Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha
Medika.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. (Ed. 6). Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.