lp asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragik

17
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI/PENGERTIAN STROKE · Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak- tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989). · Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (Hudak dan Gallo, 1997) . · Sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak. · EPIDEMIOLOGI Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan. Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyak 15-35%. ± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%. Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60 per 1000 pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84 tahun. Dengan presentase kematian mencapai 40-60% · PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Upload: intan-kencana

Post on 06-Aug-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE

HEMORAGIK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI/PENGERTIAN STROKE

· Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular Disease (1989) adalah

suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan

terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam

beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang

terganggu (WHO, 1989).

· Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan

berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (Hudak dan Gallo,

1997) .

· Sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah

pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif

terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak

dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi

sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan

menekan tulang tengkorak.

· EPIDEMIOLOGI

Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan. Stroke

diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke merupakan penyebab utama

cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (± 53%

adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik

± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyak 15-35%. ±

10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan

subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan

mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.

Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60 per 1000

pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84 tahun. Dengan

presentase kematian mencapai 40-60%

· PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan dinding arteri

sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :

· Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.

· Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.

Page 2: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

· Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan

tiroid.

· Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak,

yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.

· Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

· Overdosis narkoba, seperti kokain.

· PATOFISIOLOGI

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang

membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-

cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi

infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri

menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat

sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada

pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh

darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya

syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh

ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)

· GEJALA KLINIS

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak

yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.

Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari

waktu ke waktu.

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

· Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

· Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

· Kesulitan menelan.

· Kesulitan menulis atau membaca.

· Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau

kadang terjadi secara tiba-tiba.

· Kehilangan koordinasi.

· Kehilangan keseimbangan.

· Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu

bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.

Page 3: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

· Mual atau muntah.

· Kejang.

· Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau

kesemutan.

· Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

· Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran

· Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.

· Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

b. Pemeriksaan integument

· Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka

turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama

pada daerah yang menonjol karena klien stroke harus bed rest 2-3 minggu

· Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

· Rambut: umumnya tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan kepala dan leher

· Kepala: bentuk normocephalik

· Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi

· Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

d. Pemeriksaan dada

· Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara

nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

· Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat

kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Page 4: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

· Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

g. Pemeriksaan ekstremitas

· Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

g. Pemeriksaan neurologi:

· Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

· Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

· Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

· Pemeriksaan reflex

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari

refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.

· PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

· Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat

· Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.

· Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid

· Pungsi Lumbal

menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukan hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra

kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan

adanya proses inflamasi.

b. Pemeriksaan Radiologi

· CT Scan

Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark

· Angiografi serebral

Page 5: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau

obstruksi arteri

· MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik ( masalah sistem arteri

karotis ( aliran darah / muncul plak ) arteriosklerotik ).

· EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

· Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

· Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis interna terdapat pada

trombosis serebral ; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan

subarakhnoid.

(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

· DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS

Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah esensial untuk

memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan sarana diagnostik

yang berharga untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat

membantu dalam menentukan lokasi.

· THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN

Terapi Stroke diantara:

a) Lakukan penatalaksanaan jalan napas yang agresif. Pertimbangkan pra-terapi dengan pemberian

lidokain 1-2 mg/kg secara intravena jika diintubasi diindikasikan untuk menjaga adanya

peningkatan TIK.

b) Lakukan hiperventilasi untuk mengurangi PaCo2 sampai 25-30 mmHg.

c) Pertimbangkan pemberian manitol 1-2 mg/kg IV.

d) Pertimbangkan deksametason 200-100mg IV : mulai timbulnya efek lebih lambat dari pada

tindakan intubasi atau manitol.

e) Pemantauan tekanan intrakranial secara noninvasif seperti MRI, CT scan, tomografi emisi

positron, single-photon emission computed tomografi, evoked potential, dan oksimetri.

f) Dekompresi secara bedah berdasarkan temuan CT scan mungkin diperlukan.

Terapi umum:

Page 6: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :

1. Menstabilkan tanda – tanda vital

· Mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam, trakeotomi,

pasang alat bantu pernafasan bila batang otak terkena)

· Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing individu; termasuk usaha

untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi.

2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung

3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal; cara ini telah

diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.

4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :

· Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam

· Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali per

hari; tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk

mencegah kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata kaki)

Terapi khusus:

Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan

neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, TPA.

1. Pentoxifilin:

Mempunyai 3 cara kerja:

· Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus

· Meningkatkan deformalitas eritrosit

· Memperbaiki sirkulasi intraselebral

2. Neuroprotektan:

Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron. Contohnya neotropil

Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen

Terapi Medis

1. Neuroproteksi

Page 7: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan. Cara kerja metode ini adalah menurunkan

aktifitas metabolisme dan kebutuhan sel-sel neuron.

2. Antikoagulasi

Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0 – 4,0) untuk pasien stroke

yang memiliki katup prostetik mekanik. Bagi pasien yang bukan merupakan kandidat untuk

terapi warvarin (coumadin), maka dapat digunakan aspirin tersendiri atau dalam kombinasi

dengan dipiridamol sebagai terapi anti trombotik awal untuk profilaksis stroke.

3. Trombolisis Intravena

Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh US Food and Drug Administration(FDA) untuk

terapi stroke iskemik akut adalah aktivator plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan.

Terapi dengan TPA intravena tetap sebagai standar perawatan untuk stroke akut dalam 3 jam

pertama setelah awitan gejala. Risiko terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah

perdarahan intraserebrum.

4. Trombolisis Intraarteri

Pemakaian trombolisis intraarteri pada pasien stroke iskemik akut sedang dalam penelitian,

walaupun saat ini belum disetujui oleh FDA. Pasien yang beresiko besar mengalami

perdarahan akibat terapi ini adalah yang skor National Institute of Health Stroke

Scale (NIHSS)-nya tinggi, memerlukan waktu lebih lama untuk rekanalisasi pembuluh, kadar

glukosa darah yang lebih tinggi, dan hitung trombosit yang rendah.

Terapi Perfusi

Untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus vasospasme saat pemulihan dari perdarahan

subarakhnoid.

Pengendalian Oedema dan Terapi Medis Umum

Oedema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark kasus serebrum iskemik, terutama pada

keterlibatan pada pembuluh besar di daerah arteria serebri media. Terapi konservatif dengan

membuat pasien sedikit dehidrasi, dengan natrium serum normal atau sedikit meningkat.

Terapi Bedah

Dekompresi bedah adalah suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis yang

dicadangkan untuk stroke yang paling masif.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWTAN

1. PENGKAJIAN

Page 8: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

· Data Subjektif

- klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala

- klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi

atau paralysis

- klien mengeluh mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot).

- klien mengeluh kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati

- klien mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami

nausea/vomitus

- klien mengeluh mengalami gangguan rasa pengecapan

· Data Objektif

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

- Obesitas ( faktor resiko )

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali

- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis: disfungsi

neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara napas ronchi (+), napas

irreguler, dan memakai alat bantu oksigen.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan

terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan

Page 9: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

c. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder

akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak tidak sadar, dan

kondisi lemah

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler ditandai dengan klien

tampak tidak sadar, kondisi lemah, dan hemiparese

e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau oral

ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara

f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan ditandai dengan klien tidak sadar, dan kondisi klien tampak

lemah

g. Gangguan sensori persepsi penglihatan berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori,

transmisi, dan atau integrasi ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat melihat

dengan jelas, keadaan pupil isokor

3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat

peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak tidak sadar, dan kondisi lemah

Tujuan :

Setelah diberikan askep selama …x 24 jam, diharapkan Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara

optimal dengan kriteria hasil :

- Klien tidak gelisah

- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.

- GCS 456

- Pupil isokor, reflek cahaya (+)

- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,

Pernafasan 16-20 kali permenit)

INTERVENSI

Mandiri :

a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya

Rasional :

Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

b. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

Rasional :

Page 10: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Untuk mencegah perdarahan ulang

c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua Jam

Rasional :

Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk

penetapan tindakan yang tepat

d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)

Rasional :

Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi

serebral

e. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

Rasional :

Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi

perdarahan ulang

f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng

Rasional :

Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan

ketenangan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke

hemoragik / perdarahan lainnya

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

Rasional :

Memperbaiki sel yang masih viabel

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau oral

ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan kerusakan komunikasi verbal klien dapat

teratasi, dengan kriteria hasil :

Page 11: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

- Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara

dengan jelas pada telinga yang baik).

- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.

- Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.

- Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.

- Mampu berbicara yang koheren.

- Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.

Intervensi

Mandiri:

a. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami

kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.

Rasional : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan

kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. Pasien mungkin

mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan; mengucapkan kata-kata dengan benar;

atau mengalami kerusakan pada kedua daerah tersebut.

b. Bedakan antara afasia dengan disartria.

Rasional : Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia adalah gangguan

dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan

komponen sensorik dan/atau motorik, seperti ketidakmampuan untuk memahami

tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat tanda, berbicara. Seseorang dengan disartria dapat

memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami kesulitan

membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot

daerah oral.

c. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.

Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan

tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata. Umpan balik membantu

pasien merealisasikan kenapa pemberi asuhan tidak mengerti/berespon sesuai dan

memberikan kesempatan untuk mengklarifikasikan isi/makna yang gterkandung dalam

ucapannya.

d. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk ke pintu”)

ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana.

Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik)

e. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.

Page 12: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia motorik), seperti

pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.

f. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “Sh” atau “Pus”

Rasional : Mengidentifikasikan adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti

lidah, gerakan bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga

tidak disertai afasia motorik.

g. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis,

mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek

Rasional : Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam membaca yang

benar (aleksia) yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.

h. Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan ruangan pasien tentang adanya

gangguan bicara. Berikan bel khusus bila perlu.

Rasional : Menghilangkan ansietas pasien sehubungan dengan ketidakmampuannya untuk

berkomunikasi dan perasaan takut bahwa kebutuhan pasien tidak akan terpenuhi dengan

segera. Penggunaan bel yang diaktifkan dengan tekanan minimal akan bermanfaat ketika

pasien tidak dapat menggunakan system bel regular.

i. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk

visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).

Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/deficit yang

mendasarinya.

j. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan

pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak,” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan

yang lebih kompleks sesuai dengan respons pasien.

Rasional : Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada

informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu. Sebagai proses latihan kembali untuk

lebih mengembangkan komunikasi lebih lanjut dan lebih kompleks akan menstimulasi

memori dan dapat meningkatkan asosiasi ide/kata.

k. Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit; hindari “pembicaraan yang merendahkan”

pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggaan pasien.

Rasional : Kemampuan pasien untuk merasakan harga diri, sebab kemampuan intelektual

pasien seringkali tetap baik

Kolaborasi

a. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.

Page 13: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan terjadi

hemiperase pada ekstremitas kanan

Tujuan:

Setelah diberikan askep ....x 24 jam diharapkan mobilisasi klien mengalami peningkatan, dengan

kriteria hasil:

- mempertahankan posisi optimal,

- mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terserang hemiparesis dan

hemiplagia.

- mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas.

Intervensi

Mandiri:

a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai

pemulihan. Bantu dalam pemilihan terhadap intervensi sebab teknik yang berbeda digunakan

untuk paralisis spastik dengan flaksid.

b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan

bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.

Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Daerah yang terkena

mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasii dan lebih besar

menimbulkan kerusakan pada kulit/ dekubitus.

c. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika pasien dapat mentoleransinya.

Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional;tetapi kemungkinan akan

meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.

d. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat masuk.

Anjurkan melakukan latihan sepeti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, melebarkan

jari-jari kaki/telapak.

Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah

kontraktur. Menurunkan risiko terjadinya hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah

utamanya adalah perdarahan. Catatan: Stimulasi yang berlebihan dapat menjadi pencetus

adanya perdarahan berulang.

e. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board) seelama

periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.

Page 14: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Rasional : Mencegah kontraktur/footdrop dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi

kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain

pihak paralisis spastik dapat meengarah pada deviasi kepala ke salah satu sisi.

f. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.

Rasional : Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.

g. Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak tangan dengan jari – jari dan ibu jari saling

berhadapan.

Rasional : Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-jari, mempertahankan jari-

jari dan ibu jari pada posisi normal (posisi anatomis).

h. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.

Rasional : Mempertahankan posisi fungsional.

i. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti meninggikan bagian kepala tempat

tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur, biarkan pasien menggunakan kekuatan tangan

untuk menyokong berta badan dan kaki yang kuat untuk memindahkan kaki yang sakit;

meningkatkan waktu duduk) dan keseimbangan dalam berdiri (seperti letakkan sepatu yang

datar;sokong bagian belakang bawah pasien dengan tangan sambil meletakkan lutut penolong

diluar lutut pasien;bantu menggunakan alat pegangan paralel dan walker).

Rasional : Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan respon proprioseptik

dan motorik.

j. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang

tidak sakit untuk menyokong/ menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan.

Rasional : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang

terganggu.

Kolaborasi

a. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latiahn resistif, dan ambualsi pasien.

b. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperi TENS sesuai indikasi.

c. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesuai indikasi seperti baklofen dan trolen.

(Doenges, 1999)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.

Page 15: Lp Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Hemoragik

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3.  Rencana Asuhan

Keperawatan. Jakarta.EGC.

Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC