loyalitas dan komitmen seorang muslim

8
Loyalitas dan Komitmen Seorang Muslim Oleh: Ust. Bachtiar Nashir, Lc (Sekjend MIUMI) Di Masjid Al-Irsyad Surabaya (26 September 2014) Di awal ceramahnya, Ust. Bachtiar Nashir banyak mengangkat tentang kondisi kekinian ummat Islam, baik dalam scope lokal, regional, nasional, dan juga internasional. Di isu lokal, beliau mengangkat topic pembicaraan tentang permasalahan yang dihadapi anaknya yang kuliah di FK UI. Dimana ketika mengangkat ketua angkatan, mayoritas mahasiswa tidak mempermasalahkan agama karena berkaitan dengan SARA, yang penting dia baik dan siap memimpin mahasiswa yang lainnya. Kemudian di isu regional, beliau mengangkat tentang isu Jakarta yang kini dipimpin oleh Ahok yang telah kita ketahui bersama bagaimana aqidahnya dan bagaimana sepak terjang serta pandangannya terhadap muslim di Jakarta. Sehingga beliau pun dengan tegas mengatakan bahwa beliau berlepas diri (bara’) dari Ahok. Sedangkan di isu nasional, beliau juga mengangkat tentang Koalisi Merah Putih melawan kaum komunis revolusioner yang sekarang dimotori oleh ‘you know who’ yang sudah jelas siapa orang-orang di balik pemimpin kita yang sekarang. Sebagai contoh, Siti Musdah Mulia selaku promotor di balik ‘kotak-kotak’, paska kemenangan nomor urut 2 langsung melaunching 5 buah buku yang isinya tentang feminism, nikah beda agama, dan kawin sesama jenis. Belum dengan isu penghapusan kementrian agama. Dan serangkaian makar yang akan ditujukan kepada ummat Islam, terutama yang berbeda haluan dengan nomor urut 2. Namun ustadz Bachtiar Nashir agak bersyukur dengan melihat KMP yang seperti barisan pertaubatan yang semakin solid setelah berakhirnya pilpres. Karena memang sebelum pilpres dimulai, ustadz Bachtiar Nashir berperan sebagai pemain di balik layar dalam pelaksanaan kongres cikini sebagai sarana pemersatu partai-partai berhaluan Islam. Namun sayang, syahwat politik masih lebih diutamakan oleh sebagian muslim sehingga tidak memandang pilpres sebagai pertarungan antara ideology Islam dan Ideology non- Islam, tapi hanya dipandang sebagai sarana pemuas kepentingan politik semata. Itulah kenapa, partai Islam dan ormas Islam tidak bisa bersatu dalam satu barisan pada saat pilpres kemarin. Kemudian di isu internasional, beliau mengangkat tentang isu Palestina yang sebagian bangsa Arab malah berpihak kepada Israel dan menginginkan pelucutan senjata di Palestina seperti yang diinginkan Israel dan

Upload: yan-itsuki

Post on 17-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

Loyalitas dan Komitmen Seorang Muslim

Oleh: Ust. Bachtiar Nashir, Lc (Sekjend MIUMI)

Di Masjid Al-Irsyad Surabaya (26 September 2014)

Di awal ceramahnya, Ust. Bachtiar Nashir banyak mengangkat tentang kondisi kekinian ummat Islam, baik

dalam scope lokal, regional, nasional, dan juga internasional. Di isu lokal, beliau mengangkat topic

pembicaraan tentang permasalahan yang dihadapi anaknya yang kuliah di FK UI. Dimana ketika

mengangkat ketua angkatan, mayoritas mahasiswa tidak mempermasalahkan agama karena berkaitan

dengan SARA, yang penting dia baik dan siap memimpin mahasiswa yang lainnya.

Kemudian di isu regional, beliau mengangkat tentang isu Jakarta yang kini dipimpin oleh Ahok yang telah

kita ketahui bersama bagaimana aqidahnya dan bagaimana sepak terjang serta pandangannya terhadap

muslim di Jakarta. Sehingga beliau pun dengan tegas mengatakan bahwa beliau berlepas diri (bara’) dari

Ahok.

Sedangkan di isu nasional, beliau juga mengangkat tentang Koalisi Merah Putih melawan kaum komunis

revolusioner yang sekarang dimotori oleh ‘you know who’ yang sudah jelas siapa orang-orang di balik

pemimpin kita yang sekarang. Sebagai contoh, Siti Musdah Mulia selaku promotor di balik ‘kotak-kotak’,

paska kemenangan nomor urut 2 langsung melaunching 5 buah buku yang isinya tentang feminism, nikah

beda agama, dan kawin sesama jenis. Belum dengan isu penghapusan kementrian agama. Dan

serangkaian makar yang akan ditujukan kepada ummat Islam, terutama yang berbeda haluan dengan

nomor urut 2.

Namun ustadz Bachtiar Nashir agak bersyukur dengan melihat KMP yang seperti barisan pertaubatan yang

semakin solid setelah berakhirnya pilpres. Karena memang sebelum pilpres dimulai, ustadz Bachtiar

Nashir berperan sebagai pemain di balik layar dalam pelaksanaan kongres cikini sebagai sarana pemersatu

partai-partai berhaluan Islam. Namun sayang, syahwat politik masih lebih diutamakan oleh sebagian

muslim sehingga tidak memandang pilpres sebagai pertarungan antara ideology Islam dan Ideology non-

Islam, tapi hanya dipandang sebagai sarana pemuas kepentingan politik semata. Itulah kenapa, partai

Islam dan ormas Islam tidak bisa bersatu dalam satu barisan pada saat pilpres kemarin.

Kemudian di isu internasional, beliau mengangkat tentang isu Palestina yang sebagian bangsa Arab malah

berpihak kepada Israel dan menginginkan pelucutan senjata di Palestina seperti yang diinginkan Israel dan

Page 2: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

Amerika. Padahal Palestina selama ini konsisten untuk terus melawan penjajahan dari bangsa Israel di

tengah segala keterbatasan yang terjadi di Palestina sana.

Sampai sini, Al-Ustadz menegaskan bahwa: masalah kepemimpinan dalam Islam, sangatlah erat

kaitannya dengan masalah aqidah, kita harus tau siapa kawan dan siapa lawan kita berdasarkan aqidah.

Jangan sampai hanya karena syahwat politik, kita berani menggadaikan Islam hanya untuk kemenangan

politik yang semu semata. Al-Ustadz juga menyinggung tentang QS. Ali Imran: 118 yang menegaskan

larangan keberpihakan bahkan larangan mengangkat pemimpin dari selain agama Islam. Hal ini berkaitan

dengan worldview Islam secara menyeluruh tentang pandangan Islam dalam kepemimpinan yang sangat

menekankan aspek salimul ‘aqidah selain faktor profensionalitas lainnya.

Sebulan yang lalu, al-ustadz menghadiri konferensi Persatuan Ulama Islam Sedunia di Istanbul sebagai

perwakilan dari Indonesia. Disana ada hal yang menarik, karena setiap peserta konferensi disambut

dengan istilah: “selamat datang di negeri kalian yang kedua (karena dimanapun ada muslim, maka

disanalah negeri kita juga berada), dan selamat datang di ibu kota peradaban Islam masa depan (mungkin

hal ini merujuk kepada akan bangkitnya Islam dari tanah Turki pada suatu hari nanti seperti perkataan

Erdogan yang akan membangkitkan kekhalifahan tepat dimana dia dibumi hanguskan)”.

Dalam konferensi Persatuan Ulama Islam Sedunia, Syekh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa kita –

para ulama- adalah golongan yang miskin, sedangkan banyak muslim di jazirah Arab yang menjadi

konglomerat besar dan sangat kaya raya, tapi tidak sedikit pun membantu perjuangan muslim yang ingin

menegakkan ‘izzatulllah (dalam hal ini merujuk kepada Palestina). Ini adalah sebuah ironi yang sangat

besar karena muslim lebih peduli dengan harta duniawi dan kehormatannya di dunia, tanpa mau berpihak

kepada Islam dan tujuan muslim untuk menegakkan ‘izzatullah.

Masih berkaitan dengan ironi muslim dengan ke-Islam-an nya. Al-Ustadz menyindir kondisi muslim di

Indonesia yang lebih bangga dengan anak-anaknya saat mereka bisa mendapat prestasi akademik di

bidang umum. Bahkan tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah Kristen hanya karena

Matematika dan B. Inggrisnya bagus. Mereka menganggap bahwa dengan cara seperti itu, anak-anak

mereka akan menjadi para pembangun peradaban bangsa dan menjadi orang-orang besar. Padahal

kalaulah kita melihat kepada cara Rasulullah SAW dalam membina para sahabat, beliau memulainya dari

landasan Al-Quran, bukan mengutus para sahabat ke Persia dan Rumawi (yang pada saat itu sebagai

bangsa yang besar). Saat Al-Quran telah berhasil menjadi landasan dalam setiap insan, maka perlahan

Page 3: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

kejayaan Islam pun mulai nampak, bahkan sampai menjadi peradaban terbaik di dunia pada periode-

periode selanjutnya. Al-Quran adalah fundamental perubahan besar Islam.

Kemudian dalam ceramah singkat tadi malam, Ustadz Bachtiar Nashir, Lc berwasiat 3 hal kepada para

mustami’ sebagai inti dari kajian tadi malam.

1. Tsiqah kepada Allah

Dalam point ini, Al-Ustadz mengutip pidato Khalid Misyal (HAMAS) yang kurang lebih isinya adalah:

“walau seluruh dunia bermakar untuk mencelakai seorang muslim, selama ada Allah di dalam dada

seorang muslim, maka pasti Allah akan menolong dan memenangkan muslim tersebut. Tidak akan

ada rasa gentar dan takut yang dihadapi muslim tersebut, karena dia yakin Allah bersama dirinya

dan Allah akan menjamin kemenangannya di dunia, atau kemenangannya di akhirat berupa

syahadah. Dahulu kami berjuang dengan melemparkan pasir sebagai roket kami, kemudian kami

berjuang dengan batu sebagai roket kami, kemudian kami berjuang dengan senjata sederhana yang

menjadi roket kami, dan kini kami sedang berjuang dengan roket yang sebenarnya sebagai roket

kami. Dahulu kami hanya mampu menggali terowongan sampai benteng perbatasan, kemudian kami

menggali lagi hingga tepat berhadapan dengan musuh kami, dan kini kami mampu menggali

terowongan tepat dengan kemunculan kami di belakang barisan musuh. Dan kami sekarang semakin

yakin, bahwa kemenangan ini sudah sangatlah dekat seperti apa yang telah Allah janjikan di dalam

Al-Quran. Dan kami tidak pernah takut, karena Allah selalu membersamai kami di dalam dada kami

masing-masing”.

Bumi Palestina menjadi saksi, dimana anak-anak dibesarkan dengan Al-Quran sebagai bekal utama

kehidupan, tidak ada rasa gentar dalam menghadapi tentara Israel. Bahkan mereka adalah generasi

yang Allah cerdaskan karena kedekatannya dengan Al-Quran. Di tengah segala keterbatasan perang

dan blockade, mereka mampu menciptakan drone (pesawat tanpa awak), roket yang semakin hari

semakin mutakhir dan 70% roketnya mampu menembus iron dome yang diklaim oleh Israel sebagai

alutsista pertahanan terbaik, menciptakan kompor berbahan dasar air, dan sejumlah inovasi

teknologi lain yang sangat membanggakan.

Sehingga penting bagi kita untuk kembali kepada pendidikan Qurani, dimana Al-Quran hadir sebagai

bekal utama kehidupan. Dan hanya dengan inilah (kembali kepada asas Islam), ummat Islam akan

mampu meraih kembali kejayaannya. Dan Demi Allah! Seandainya seluruh universitas di dunia ini

hancur, seluruh perpustakaan di dunia juga hancur, seandainya kita mampu mengembalikan anak-

Page 4: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

anak kita kepada Al-Quran, niscaya mereka akan mampu menjadi generasi yang jaya dunia dan

akhirat dan mengembalikan ‘izzah Islam seperti dulu saat Islam Berjaya.

Dan penting bagi generasi muda untuk kembali kepada Al-Quran, karena masa muda adalah masa

dimana aqidah bisa lepas seperti lepasnya anak panah dari busurnya. Jangan seperti kisah Nuh AS

dan anaknya yang Allah abadikan di dalam Al-Quran, saat Nuh memanggil anaknya untuk ikut serta

naik ke bahtera, dia malah mengatakan akan memanjat gunung yang tinggi untuk menghindari banjir

daripada harus menaiki bahtera yang terbuat dari kayu, dan hingga akhirnya dia pun Allah

tenggelamkan di dalam banjir karena kesombongan dan keengganannya untuk beriman kepada

Allah. Begitupun bagi anak muda, jangan merasa hebat sendiri sehingga enggan untuk kembali

kepada Al-Quran, karena Al-Quran inilah yang akan mampu membuatmu bahagia dan selamat dunia

akhirat.

Dengan pendidikan Al-Quran ini, muslim Palestina tampil sebagai mujahid yang disegani. Bahkan

dengan dana operasional militer yang hanya sekitar $3.500 / bulan, mereka mampu mengalahkan

militer Israel yang gaji militer per harinya $200/ orang. Karena bukan materi yang mampu menjadikan

mereka berdiri tegak di medan pertempuran, bukan pula bintang yang berderet di bahu, tapi

keteguhan iman di dalam dada lah yang menjadikan mereka menjadi pasukan yang hebat

sebagaimana ketsiqahan mereka terhadap janji Allah.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pun pernah menjadi bumi para syuhada pada saat masa

penjajahan. Bahkan dari kota Surabaya lah, bung Tomo menyeru dengan pekik takbir kepada setiap

penarik becak, setiap pembawa bakul nasi, dan kepada setiap warga Surabaya untuk tetap teguh

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bukan hanya itu saja, kita pun mengenal pangeran diponegoro, yang pelafalan aslinya adalah

pangeran difaa’ negoro (difaa’ = pembela; negoro= tanah air) yang semenjak kecil oleh kedua orang

tuanya dititipkan di pondok pesantren untuk mempelajari agama. Karena memang pada saat itu,

banyak masyarakat yang lebih mempercayakan anaknya kepada pesantren untuk mempelajari Islam,

tanpa mengkhawatirkan karir masa depannya menjadi apa, selama dia dekat dengan Allah, maka

pasti Allah pun akan memudahkan urusannya, begitu penjelasan ust. Bachtiar. Semenjak kecil

diponegoro belajar Islam dan Al-Quran. Setelah kembali ke keraton, dia bersaksi bahwa dia tidak akan

menjadi pemimpin hasil pemberian dari Belanda. Sehingga dia bergerak mengangkat senjata

melawan Belanda dengan perang gerilya nya, sampai Belanda kehabisan berjuga gulden untuk

menghadapi pangeran Diponegoro. Bahkan saat Belanda mengundang Pangeran Diponegoro untuk

melakukan perundingan (karena pada saat itu Belanda telah kehabisan gulden sebagai biaya perang

Page 5: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

melawan Pangeran Diponegoro), Belanda bertanya kepada Pangeran Diponogoro tentang

identitasnya, maka beliau menjawab dengan Saya adalah pemimpin Islam yang akan memimpin

Muslim di tanah Jawa. Hingga Qadarullah, Pangeran Diponegoro dipenjara. Tapi semangat nya tidak

pernah bisa dipenjara hingga menginspirasi banyak Pahlawan Nasional lainnya.

Kita pun mengenal siapa Jendral Soedirman, yang masih terus berjuang ditengah sakit TBC nya yang

semakin hari semakin parah. Bahkan sampai harus ditandu sekalipun, dia tetap ikut berjuang

melawan Belanda secara maksimal. Ya! Merekalah para Syuhada dari Indonesia yang terlahir dari

Rahim-rahim pendidikan Islam, yang Islam selalu tertancap dalam dada, yang selalu berjuang untuk

memperoleh kemerdekaan Indonesia dengan ketsiqahannya bahwa Allah pasti akan menolong

mereka juga.

Mereka bukanlah para jendral yang dengan banyaknya bintang di bahu, mereka berani menjual

Indonesia. Hanya dengan sedikit harta dan kenikmatan dunia, mereka berani menggadaikan

kepentingan dunia Islam.

Kemudian dengan segala permasalahan yang ada di Indonesia sekarang, ustadz Bachtiar menegaskan

bahwa kita harus kembali kepada Islam berdasarkan Ilmu. Karena ayat yang pertama Allah turunkan

bukanlah ayat siyasah, bukan juga ayat militer, melainkan ayat ilmu. Kemudian kita juga haruslah ikut

dalam aktivitas dakwah berdasarkan ilmu, karena sejatinya bahasa dakwah itu adalah mengajak

kepada Tauhidullah.

2. Menghidupkan agama Allah

Belajar dari Turki, sebelum pemerintahan AKP dan Erdogan berkuasa, Turki adalah bangsa yang

sangat sekuler. Bahkan saking sekulernya, penggunaan simbol Islam pun dilarang keras di Turki.

Bahkan setelah Erdogan menjadi PM Turki, aturan tersebut pun masihlah berlaku. Periodisasi dakwah

di Turki secara Nasional ini terbagi menjadi 4 fase. Pada fase pertama, saat Erdogan menjadi PM di

Turki, istrinya dengan sengaja tidak tampil ke public karena istrinya adalah muslimah yang berhijab.

Kemudian pada fase kedua, dalam salah satu pidatonya, Erdogan menyentil tentang sekularisme

Turki yang sangat Ekstrim, bahkan anaknya harus bersekolah di Amerika yang sekularismenya masih

agak mendingan dibanding Turki. Setelah fase kedua memberikan dampak yang cukup signifikan

dalam aktivitas dakwah dalam skala nasional, Erdogan pun menyentil simbol Islam secara lebih besar,

seperti menyinggung tentang pendidikan Al-Quran dan adzan sampai penerimaan pun terbuka dalam

skala yang jauh lebih besar, bahkan dengan terang-terangan membelot dari Amerika dan

meneguhkan posisinya sebagai negeri kedua bagi ummat Islam (seperti intro di awal ceramah tadi)

dengan menjadi fasilitator utama pengungsian dan bantuan kesehatan untuk Palestina dan Suriah.

Page 6: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

Dan pada fase keempat, Erdogan menyerukan kepada setiap pendidikan Agama (sejenis pesantren)

untuk bangkit dari tidur panjangnya, menyerukan supaya adzan dikumandangkan dengan lantang

tanpa perlu malu-malu lagi seperti dahulu, serta semakin meneguhkan keberpihakannya kepada

Palestina walaupun kebijakan ini tidak disukai oleh Amerika dan sekutunya. Bahkan Erdogan pun

berani menjamin bahwa 2025, Turki dengan nilai-nilai Islam yang mulai diterapkan saat ini mampu

menjadi Negara dengan perekonomian terbaik sedunia, setelah sekarang ada pada posisi GDP terbaik

se-Eropa, kemudian juga menjamin 2050, seluruh Negara yang memusuhi kepada Islam akan

mengemis kepada Turki yang semakin bangkit.

Belajar dari Turki. Erdogan pada fase pertama dan fase kedua tidak banyak memunculkan simbol

Islam, tapi bekerja semaksimal mungkin dengan nilai-nilai Islam, memberikan dampak yang signifikan

bagi modernitas Turki dengan naungan Islam, melakukan pembangunan berbagai sector hingga

mengembalikan perekonomian Turki yang sebelumnya selalu mengemis kepada IMF, kini menjadi

calon rajanya perekonomian dunia. Kemudian setelah rakyat percaya dengan kapasitasnya sebagai

seorang pemimpin dan sebagai seorang da’i, Erdogan baru kemudian mulai memunculkan simbol-

simbol Islam secara terang-terangan sebagai visi dan misi nya sebagai pemimpin Turki.

Dalam kasus ini, Erdogan menghidupkan nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan masyarakat,

bukan sebagai janji utopis. Tapi sebagai bukti bahwa dengan Islam lah, Turki mampu untuk maju,

bukan dengan Sekularisme ala Kemal Attaturk. Dan hasil kerja kerasnya semakin meneguhkan

janjinya yang akan mengembalikan Kejayaan Kekhalifahan Turki Utsmani, tepat dimana Kekhalifahan

tersebut diruntuhkan.

3. Jihad di jalan Allah

Jihad tidaklah sama dengan terorisme. Dan jihad sangatlah jauh bertentangan dengan terorisme.

Bahkan dengan tanpa ruh jihad, Indonesia tidaklah akan pernah mencapai kemerdekaannya. Dan

jihad ini bisa dilakukan dalam berbagai aspek. Misalnya untuk Indonesia pada saat ini, kita bisa

berjihad dengan harta kita. Semakin tinggi pendapatan kita, haruslah berbanding lurus dengan jihad

harta kita untuk saling membantu dengan sesama muslim lainnya. Karena faktor ekonomi ini menjadi

permasalahan utama bagi muslim Indonesia yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan.

Jangan sampai kita malah menjadi celaka disebabkan harta kita karena tidak berbandingnya

pendapatan kita dengan jihad harta kita. Selain jihad harta, kita juga bisa berjihad dengan cara yang

lain di jalan Allah untuk menegakkan kembali ‘izzah Islam di Indonesia ini.

Page 7: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

Sesi Tanya Jawab

1. Kenapa ustadz-ustadz di Indonesia agak takut untuk membahas tentang Jihad, tidak seperti ustadz

yang berani dalam membahas tentang jihad?

2. Bagaimana cara mempersatukan Islam kembali, padahal jelas sekali kita telah yakin dan faham

akan QS. Ali Imran: 103? Apakah benar, persatuan Islam hanya dapat diraih dengan harus

melepaskan diri dari kelompok-kelompok Islam (Ormas Islam)?

Jawaban Ustadz Bachtiar Nashir.

1. Karena mungkin hanya berbeda dalam masalah ilmu saja. Jihad hanya difahami secara bahasa

yang berarti Qital saja. Padahal Jihad juga bisa kita aplikasikan di setiap gerak langkah dakwah

kita, tidak melulu jihad harus selalu ada pada medan perang.

2. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mempersatukan ummat, di antaranya:

a. Dengan saling berbuat baik, tidak meruncingkan perbedaan dan kebencian. Karena kebaikan

itu akan mengalahkan sisi-sisi kemanusiaan. Bukan dengan saling membid’ahkan kemudian

saling meninggalkan ummat. Tapi harus saling membina dan jangan meninggalkan ummat,

apalagi setelah dibid’ah-bid’ahkan atau bahkan dikafirkan.

b. Saling bersilaturrahim untuk saling mengasah kepekaan antar sesama muslim

c. Saling memberi hadiah, karena biasanya dengan saling memberi itu, maka akan muncul

kecintaan antara kedua pihak tersebut.

d. Saling menebarkan salam diantara kalian, sebagai keluarga dan saudara muslim

e. Jadikan bahwa kesadaran Islam itu jauh lebih penting dibandingkan hal yang lainnya.

Organisasi hanya sebagai alat. Tapi ukhuwwah Islamiyyah adalah hal yang substansial

FOOT NOTE:

Tsiqah: kata ini biasanya muncul dalam istilah musthalah hadits, yang artinya kuat dan terpercaya rawinya.

Tapi sering juga mucul dalam urusan qiyadah wal jundiyah (leader and follower), yang artinya kurang

lebih: ketenangan hati seorang jundi kepada qiyadahnya dalam hal kemampuan dirinya dan

keikhlasannya. Bisa juga difahami sebagai kepatuhan dan kepercayaan secara mendalam yang tanpa

syarat yang dihasilkan karena kuatnya rasa cinta, ketaatan, keikhlasan, dan sangat percaya tanpa tapi.

Page 8: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim

Al-Wala’ dan Al-Bara’ : dua istilah yang berkaitan dengan loyalitas dan keberlepasan diri dari sesuatu. Bisa

juga secara sederhana difahami dengan cinta dan benci. Yang dimana dengan Al-Wala itu, kita sebagai

muslim menjadi bagian yang kokoh dan tidak terpisahkan dengan muslim manapun dimanapun dia berada

karena faktor ukhuwwah Islamiyyah yang dilandaskan pada Tauhidullah. Sedangkan Al-Bara’ adalah

berlepas dirinya kita dari sesuatu, kebalikan dari Al-Wala’. Sebagaimana kita berlepas diri dari tindak

tanduk orang-orang kafir dengan segala makarnya, karena kita tidak termasuk ke dalam kelompok mereka

selama tidak ada Al-Wala’ antara kita dengan mereka.