Download - Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim
![Page 1: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/1.jpg)
Loyalitas dan Komitmen Seorang Muslim
Oleh: Ust. Bachtiar Nashir, Lc (Sekjend MIUMI)
Di Masjid Al-Irsyad Surabaya (26 September 2014)
Di awal ceramahnya, Ust. Bachtiar Nashir banyak mengangkat tentang kondisi kekinian ummat Islam, baik
dalam scope lokal, regional, nasional, dan juga internasional. Di isu lokal, beliau mengangkat topic
pembicaraan tentang permasalahan yang dihadapi anaknya yang kuliah di FK UI. Dimana ketika
mengangkat ketua angkatan, mayoritas mahasiswa tidak mempermasalahkan agama karena berkaitan
dengan SARA, yang penting dia baik dan siap memimpin mahasiswa yang lainnya.
Kemudian di isu regional, beliau mengangkat tentang isu Jakarta yang kini dipimpin oleh Ahok yang telah
kita ketahui bersama bagaimana aqidahnya dan bagaimana sepak terjang serta pandangannya terhadap
muslim di Jakarta. Sehingga beliau pun dengan tegas mengatakan bahwa beliau berlepas diri (bara’) dari
Ahok.
Sedangkan di isu nasional, beliau juga mengangkat tentang Koalisi Merah Putih melawan kaum komunis
revolusioner yang sekarang dimotori oleh ‘you know who’ yang sudah jelas siapa orang-orang di balik
pemimpin kita yang sekarang. Sebagai contoh, Siti Musdah Mulia selaku promotor di balik ‘kotak-kotak’,
paska kemenangan nomor urut 2 langsung melaunching 5 buah buku yang isinya tentang feminism, nikah
beda agama, dan kawin sesama jenis. Belum dengan isu penghapusan kementrian agama. Dan
serangkaian makar yang akan ditujukan kepada ummat Islam, terutama yang berbeda haluan dengan
nomor urut 2.
Namun ustadz Bachtiar Nashir agak bersyukur dengan melihat KMP yang seperti barisan pertaubatan yang
semakin solid setelah berakhirnya pilpres. Karena memang sebelum pilpres dimulai, ustadz Bachtiar
Nashir berperan sebagai pemain di balik layar dalam pelaksanaan kongres cikini sebagai sarana pemersatu
partai-partai berhaluan Islam. Namun sayang, syahwat politik masih lebih diutamakan oleh sebagian
muslim sehingga tidak memandang pilpres sebagai pertarungan antara ideology Islam dan Ideology non-
Islam, tapi hanya dipandang sebagai sarana pemuas kepentingan politik semata. Itulah kenapa, partai
Islam dan ormas Islam tidak bisa bersatu dalam satu barisan pada saat pilpres kemarin.
Kemudian di isu internasional, beliau mengangkat tentang isu Palestina yang sebagian bangsa Arab malah
berpihak kepada Israel dan menginginkan pelucutan senjata di Palestina seperti yang diinginkan Israel dan
![Page 2: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/2.jpg)
Amerika. Padahal Palestina selama ini konsisten untuk terus melawan penjajahan dari bangsa Israel di
tengah segala keterbatasan yang terjadi di Palestina sana.
Sampai sini, Al-Ustadz menegaskan bahwa: masalah kepemimpinan dalam Islam, sangatlah erat
kaitannya dengan masalah aqidah, kita harus tau siapa kawan dan siapa lawan kita berdasarkan aqidah.
Jangan sampai hanya karena syahwat politik, kita berani menggadaikan Islam hanya untuk kemenangan
politik yang semu semata. Al-Ustadz juga menyinggung tentang QS. Ali Imran: 118 yang menegaskan
larangan keberpihakan bahkan larangan mengangkat pemimpin dari selain agama Islam. Hal ini berkaitan
dengan worldview Islam secara menyeluruh tentang pandangan Islam dalam kepemimpinan yang sangat
menekankan aspek salimul ‘aqidah selain faktor profensionalitas lainnya.
Sebulan yang lalu, al-ustadz menghadiri konferensi Persatuan Ulama Islam Sedunia di Istanbul sebagai
perwakilan dari Indonesia. Disana ada hal yang menarik, karena setiap peserta konferensi disambut
dengan istilah: “selamat datang di negeri kalian yang kedua (karena dimanapun ada muslim, maka
disanalah negeri kita juga berada), dan selamat datang di ibu kota peradaban Islam masa depan (mungkin
hal ini merujuk kepada akan bangkitnya Islam dari tanah Turki pada suatu hari nanti seperti perkataan
Erdogan yang akan membangkitkan kekhalifahan tepat dimana dia dibumi hanguskan)”.
Dalam konferensi Persatuan Ulama Islam Sedunia, Syekh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa kita –
para ulama- adalah golongan yang miskin, sedangkan banyak muslim di jazirah Arab yang menjadi
konglomerat besar dan sangat kaya raya, tapi tidak sedikit pun membantu perjuangan muslim yang ingin
menegakkan ‘izzatulllah (dalam hal ini merujuk kepada Palestina). Ini adalah sebuah ironi yang sangat
besar karena muslim lebih peduli dengan harta duniawi dan kehormatannya di dunia, tanpa mau berpihak
kepada Islam dan tujuan muslim untuk menegakkan ‘izzatullah.
Masih berkaitan dengan ironi muslim dengan ke-Islam-an nya. Al-Ustadz menyindir kondisi muslim di
Indonesia yang lebih bangga dengan anak-anaknya saat mereka bisa mendapat prestasi akademik di
bidang umum. Bahkan tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah Kristen hanya karena
Matematika dan B. Inggrisnya bagus. Mereka menganggap bahwa dengan cara seperti itu, anak-anak
mereka akan menjadi para pembangun peradaban bangsa dan menjadi orang-orang besar. Padahal
kalaulah kita melihat kepada cara Rasulullah SAW dalam membina para sahabat, beliau memulainya dari
landasan Al-Quran, bukan mengutus para sahabat ke Persia dan Rumawi (yang pada saat itu sebagai
bangsa yang besar). Saat Al-Quran telah berhasil menjadi landasan dalam setiap insan, maka perlahan
![Page 3: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/3.jpg)
kejayaan Islam pun mulai nampak, bahkan sampai menjadi peradaban terbaik di dunia pada periode-
periode selanjutnya. Al-Quran adalah fundamental perubahan besar Islam.
Kemudian dalam ceramah singkat tadi malam, Ustadz Bachtiar Nashir, Lc berwasiat 3 hal kepada para
mustami’ sebagai inti dari kajian tadi malam.
1. Tsiqah kepada Allah
Dalam point ini, Al-Ustadz mengutip pidato Khalid Misyal (HAMAS) yang kurang lebih isinya adalah:
“walau seluruh dunia bermakar untuk mencelakai seorang muslim, selama ada Allah di dalam dada
seorang muslim, maka pasti Allah akan menolong dan memenangkan muslim tersebut. Tidak akan
ada rasa gentar dan takut yang dihadapi muslim tersebut, karena dia yakin Allah bersama dirinya
dan Allah akan menjamin kemenangannya di dunia, atau kemenangannya di akhirat berupa
syahadah. Dahulu kami berjuang dengan melemparkan pasir sebagai roket kami, kemudian kami
berjuang dengan batu sebagai roket kami, kemudian kami berjuang dengan senjata sederhana yang
menjadi roket kami, dan kini kami sedang berjuang dengan roket yang sebenarnya sebagai roket
kami. Dahulu kami hanya mampu menggali terowongan sampai benteng perbatasan, kemudian kami
menggali lagi hingga tepat berhadapan dengan musuh kami, dan kini kami mampu menggali
terowongan tepat dengan kemunculan kami di belakang barisan musuh. Dan kami sekarang semakin
yakin, bahwa kemenangan ini sudah sangatlah dekat seperti apa yang telah Allah janjikan di dalam
Al-Quran. Dan kami tidak pernah takut, karena Allah selalu membersamai kami di dalam dada kami
masing-masing”.
Bumi Palestina menjadi saksi, dimana anak-anak dibesarkan dengan Al-Quran sebagai bekal utama
kehidupan, tidak ada rasa gentar dalam menghadapi tentara Israel. Bahkan mereka adalah generasi
yang Allah cerdaskan karena kedekatannya dengan Al-Quran. Di tengah segala keterbatasan perang
dan blockade, mereka mampu menciptakan drone (pesawat tanpa awak), roket yang semakin hari
semakin mutakhir dan 70% roketnya mampu menembus iron dome yang diklaim oleh Israel sebagai
alutsista pertahanan terbaik, menciptakan kompor berbahan dasar air, dan sejumlah inovasi
teknologi lain yang sangat membanggakan.
Sehingga penting bagi kita untuk kembali kepada pendidikan Qurani, dimana Al-Quran hadir sebagai
bekal utama kehidupan. Dan hanya dengan inilah (kembali kepada asas Islam), ummat Islam akan
mampu meraih kembali kejayaannya. Dan Demi Allah! Seandainya seluruh universitas di dunia ini
hancur, seluruh perpustakaan di dunia juga hancur, seandainya kita mampu mengembalikan anak-
![Page 4: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/4.jpg)
anak kita kepada Al-Quran, niscaya mereka akan mampu menjadi generasi yang jaya dunia dan
akhirat dan mengembalikan ‘izzah Islam seperti dulu saat Islam Berjaya.
Dan penting bagi generasi muda untuk kembali kepada Al-Quran, karena masa muda adalah masa
dimana aqidah bisa lepas seperti lepasnya anak panah dari busurnya. Jangan seperti kisah Nuh AS
dan anaknya yang Allah abadikan di dalam Al-Quran, saat Nuh memanggil anaknya untuk ikut serta
naik ke bahtera, dia malah mengatakan akan memanjat gunung yang tinggi untuk menghindari banjir
daripada harus menaiki bahtera yang terbuat dari kayu, dan hingga akhirnya dia pun Allah
tenggelamkan di dalam banjir karena kesombongan dan keengganannya untuk beriman kepada
Allah. Begitupun bagi anak muda, jangan merasa hebat sendiri sehingga enggan untuk kembali
kepada Al-Quran, karena Al-Quran inilah yang akan mampu membuatmu bahagia dan selamat dunia
akhirat.
Dengan pendidikan Al-Quran ini, muslim Palestina tampil sebagai mujahid yang disegani. Bahkan
dengan dana operasional militer yang hanya sekitar $3.500 / bulan, mereka mampu mengalahkan
militer Israel yang gaji militer per harinya $200/ orang. Karena bukan materi yang mampu menjadikan
mereka berdiri tegak di medan pertempuran, bukan pula bintang yang berderet di bahu, tapi
keteguhan iman di dalam dada lah yang menjadikan mereka menjadi pasukan yang hebat
sebagaimana ketsiqahan mereka terhadap janji Allah.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pun pernah menjadi bumi para syuhada pada saat masa
penjajahan. Bahkan dari kota Surabaya lah, bung Tomo menyeru dengan pekik takbir kepada setiap
penarik becak, setiap pembawa bakul nasi, dan kepada setiap warga Surabaya untuk tetap teguh
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Bukan hanya itu saja, kita pun mengenal pangeran diponegoro, yang pelafalan aslinya adalah
pangeran difaa’ negoro (difaa’ = pembela; negoro= tanah air) yang semenjak kecil oleh kedua orang
tuanya dititipkan di pondok pesantren untuk mempelajari agama. Karena memang pada saat itu,
banyak masyarakat yang lebih mempercayakan anaknya kepada pesantren untuk mempelajari Islam,
tanpa mengkhawatirkan karir masa depannya menjadi apa, selama dia dekat dengan Allah, maka
pasti Allah pun akan memudahkan urusannya, begitu penjelasan ust. Bachtiar. Semenjak kecil
diponegoro belajar Islam dan Al-Quran. Setelah kembali ke keraton, dia bersaksi bahwa dia tidak akan
menjadi pemimpin hasil pemberian dari Belanda. Sehingga dia bergerak mengangkat senjata
melawan Belanda dengan perang gerilya nya, sampai Belanda kehabisan berjuga gulden untuk
menghadapi pangeran Diponegoro. Bahkan saat Belanda mengundang Pangeran Diponegoro untuk
melakukan perundingan (karena pada saat itu Belanda telah kehabisan gulden sebagai biaya perang
![Page 5: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/5.jpg)
melawan Pangeran Diponegoro), Belanda bertanya kepada Pangeran Diponogoro tentang
identitasnya, maka beliau menjawab dengan Saya adalah pemimpin Islam yang akan memimpin
Muslim di tanah Jawa. Hingga Qadarullah, Pangeran Diponegoro dipenjara. Tapi semangat nya tidak
pernah bisa dipenjara hingga menginspirasi banyak Pahlawan Nasional lainnya.
Kita pun mengenal siapa Jendral Soedirman, yang masih terus berjuang ditengah sakit TBC nya yang
semakin hari semakin parah. Bahkan sampai harus ditandu sekalipun, dia tetap ikut berjuang
melawan Belanda secara maksimal. Ya! Merekalah para Syuhada dari Indonesia yang terlahir dari
Rahim-rahim pendidikan Islam, yang Islam selalu tertancap dalam dada, yang selalu berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan Indonesia dengan ketsiqahannya bahwa Allah pasti akan menolong
mereka juga.
Mereka bukanlah para jendral yang dengan banyaknya bintang di bahu, mereka berani menjual
Indonesia. Hanya dengan sedikit harta dan kenikmatan dunia, mereka berani menggadaikan
kepentingan dunia Islam.
Kemudian dengan segala permasalahan yang ada di Indonesia sekarang, ustadz Bachtiar menegaskan
bahwa kita harus kembali kepada Islam berdasarkan Ilmu. Karena ayat yang pertama Allah turunkan
bukanlah ayat siyasah, bukan juga ayat militer, melainkan ayat ilmu. Kemudian kita juga haruslah ikut
dalam aktivitas dakwah berdasarkan ilmu, karena sejatinya bahasa dakwah itu adalah mengajak
kepada Tauhidullah.
2. Menghidupkan agama Allah
Belajar dari Turki, sebelum pemerintahan AKP dan Erdogan berkuasa, Turki adalah bangsa yang
sangat sekuler. Bahkan saking sekulernya, penggunaan simbol Islam pun dilarang keras di Turki.
Bahkan setelah Erdogan menjadi PM Turki, aturan tersebut pun masihlah berlaku. Periodisasi dakwah
di Turki secara Nasional ini terbagi menjadi 4 fase. Pada fase pertama, saat Erdogan menjadi PM di
Turki, istrinya dengan sengaja tidak tampil ke public karena istrinya adalah muslimah yang berhijab.
Kemudian pada fase kedua, dalam salah satu pidatonya, Erdogan menyentil tentang sekularisme
Turki yang sangat Ekstrim, bahkan anaknya harus bersekolah di Amerika yang sekularismenya masih
agak mendingan dibanding Turki. Setelah fase kedua memberikan dampak yang cukup signifikan
dalam aktivitas dakwah dalam skala nasional, Erdogan pun menyentil simbol Islam secara lebih besar,
seperti menyinggung tentang pendidikan Al-Quran dan adzan sampai penerimaan pun terbuka dalam
skala yang jauh lebih besar, bahkan dengan terang-terangan membelot dari Amerika dan
meneguhkan posisinya sebagai negeri kedua bagi ummat Islam (seperti intro di awal ceramah tadi)
dengan menjadi fasilitator utama pengungsian dan bantuan kesehatan untuk Palestina dan Suriah.
![Page 6: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/6.jpg)
Dan pada fase keempat, Erdogan menyerukan kepada setiap pendidikan Agama (sejenis pesantren)
untuk bangkit dari tidur panjangnya, menyerukan supaya adzan dikumandangkan dengan lantang
tanpa perlu malu-malu lagi seperti dahulu, serta semakin meneguhkan keberpihakannya kepada
Palestina walaupun kebijakan ini tidak disukai oleh Amerika dan sekutunya. Bahkan Erdogan pun
berani menjamin bahwa 2025, Turki dengan nilai-nilai Islam yang mulai diterapkan saat ini mampu
menjadi Negara dengan perekonomian terbaik sedunia, setelah sekarang ada pada posisi GDP terbaik
se-Eropa, kemudian juga menjamin 2050, seluruh Negara yang memusuhi kepada Islam akan
mengemis kepada Turki yang semakin bangkit.
Belajar dari Turki. Erdogan pada fase pertama dan fase kedua tidak banyak memunculkan simbol
Islam, tapi bekerja semaksimal mungkin dengan nilai-nilai Islam, memberikan dampak yang signifikan
bagi modernitas Turki dengan naungan Islam, melakukan pembangunan berbagai sector hingga
mengembalikan perekonomian Turki yang sebelumnya selalu mengemis kepada IMF, kini menjadi
calon rajanya perekonomian dunia. Kemudian setelah rakyat percaya dengan kapasitasnya sebagai
seorang pemimpin dan sebagai seorang da’i, Erdogan baru kemudian mulai memunculkan simbol-
simbol Islam secara terang-terangan sebagai visi dan misi nya sebagai pemimpin Turki.
Dalam kasus ini, Erdogan menghidupkan nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan masyarakat,
bukan sebagai janji utopis. Tapi sebagai bukti bahwa dengan Islam lah, Turki mampu untuk maju,
bukan dengan Sekularisme ala Kemal Attaturk. Dan hasil kerja kerasnya semakin meneguhkan
janjinya yang akan mengembalikan Kejayaan Kekhalifahan Turki Utsmani, tepat dimana Kekhalifahan
tersebut diruntuhkan.
3. Jihad di jalan Allah
Jihad tidaklah sama dengan terorisme. Dan jihad sangatlah jauh bertentangan dengan terorisme.
Bahkan dengan tanpa ruh jihad, Indonesia tidaklah akan pernah mencapai kemerdekaannya. Dan
jihad ini bisa dilakukan dalam berbagai aspek. Misalnya untuk Indonesia pada saat ini, kita bisa
berjihad dengan harta kita. Semakin tinggi pendapatan kita, haruslah berbanding lurus dengan jihad
harta kita untuk saling membantu dengan sesama muslim lainnya. Karena faktor ekonomi ini menjadi
permasalahan utama bagi muslim Indonesia yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan.
Jangan sampai kita malah menjadi celaka disebabkan harta kita karena tidak berbandingnya
pendapatan kita dengan jihad harta kita. Selain jihad harta, kita juga bisa berjihad dengan cara yang
lain di jalan Allah untuk menegakkan kembali ‘izzah Islam di Indonesia ini.
![Page 7: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/7.jpg)
Sesi Tanya Jawab
1. Kenapa ustadz-ustadz di Indonesia agak takut untuk membahas tentang Jihad, tidak seperti ustadz
yang berani dalam membahas tentang jihad?
2. Bagaimana cara mempersatukan Islam kembali, padahal jelas sekali kita telah yakin dan faham
akan QS. Ali Imran: 103? Apakah benar, persatuan Islam hanya dapat diraih dengan harus
melepaskan diri dari kelompok-kelompok Islam (Ormas Islam)?
Jawaban Ustadz Bachtiar Nashir.
1. Karena mungkin hanya berbeda dalam masalah ilmu saja. Jihad hanya difahami secara bahasa
yang berarti Qital saja. Padahal Jihad juga bisa kita aplikasikan di setiap gerak langkah dakwah
kita, tidak melulu jihad harus selalu ada pada medan perang.
2. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mempersatukan ummat, di antaranya:
a. Dengan saling berbuat baik, tidak meruncingkan perbedaan dan kebencian. Karena kebaikan
itu akan mengalahkan sisi-sisi kemanusiaan. Bukan dengan saling membid’ahkan kemudian
saling meninggalkan ummat. Tapi harus saling membina dan jangan meninggalkan ummat,
apalagi setelah dibid’ah-bid’ahkan atau bahkan dikafirkan.
b. Saling bersilaturrahim untuk saling mengasah kepekaan antar sesama muslim
c. Saling memberi hadiah, karena biasanya dengan saling memberi itu, maka akan muncul
kecintaan antara kedua pihak tersebut.
d. Saling menebarkan salam diantara kalian, sebagai keluarga dan saudara muslim
e. Jadikan bahwa kesadaran Islam itu jauh lebih penting dibandingkan hal yang lainnya.
Organisasi hanya sebagai alat. Tapi ukhuwwah Islamiyyah adalah hal yang substansial
FOOT NOTE:
Tsiqah: kata ini biasanya muncul dalam istilah musthalah hadits, yang artinya kuat dan terpercaya rawinya.
Tapi sering juga mucul dalam urusan qiyadah wal jundiyah (leader and follower), yang artinya kurang
lebih: ketenangan hati seorang jundi kepada qiyadahnya dalam hal kemampuan dirinya dan
keikhlasannya. Bisa juga difahami sebagai kepatuhan dan kepercayaan secara mendalam yang tanpa
syarat yang dihasilkan karena kuatnya rasa cinta, ketaatan, keikhlasan, dan sangat percaya tanpa tapi.
![Page 8: Loyalitas Dan Komitmen Seorang Muslim](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081807/55cf905d550346703ba53e7c/html5/thumbnails/8.jpg)
Al-Wala’ dan Al-Bara’ : dua istilah yang berkaitan dengan loyalitas dan keberlepasan diri dari sesuatu. Bisa
juga secara sederhana difahami dengan cinta dan benci. Yang dimana dengan Al-Wala itu, kita sebagai
muslim menjadi bagian yang kokoh dan tidak terpisahkan dengan muslim manapun dimanapun dia berada
karena faktor ukhuwwah Islamiyyah yang dilandaskan pada Tauhidullah. Sedangkan Al-Bara’ adalah
berlepas dirinya kita dari sesuatu, kebalikan dari Al-Wala’. Sebagaimana kita berlepas diri dari tindak
tanduk orang-orang kafir dengan segala makarnya, karena kita tidak termasuk ke dalam kelompok mereka
selama tidak ada Al-Wala’ antara kita dengan mereka.