loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut...

107
LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Rifko Handayani (106045201540) KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Upload: doannhan

Post on 06-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN

MENURUT AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Rifko Handayani

(106045201540)

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN

MENURUT AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Rifko Handayani

(106045201540)

Di Bawah Bimbingan

Dr. Asmawi, M.Ag

NIP. 197210101997031008

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 3: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: “Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi

dan Hasan AL-Banna” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juli

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Ketatanegaraan

Islam (Siyasah Syar’iyyah).

Jakarta, 21 Juli 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH

1. Ketua : Dr. Asmawi M.Ag

NIP 19721010 199703 1008

2. Sekretaris : Afwan Faizin M.Ag

NIP 19721026 200312 1001

3. Pembimbing I : Dr. Asmawi M.Ag

NIP 19721010 199703 1008

4. Penguji I : Iding Rosyidin, S.Ag, M,Si

NIP 19701013 200501 1003

5. Penguji II : Atep Abdurofiq, M.Si

NIP 197703172005011010

Page 4: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

yang telah memberikan banyak nikmat dan senantiasa memebeikan hidayah-Nya.

Sehingga dengan izinnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan

judul: “Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi dan Hasan Al-

Banna”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi

Muhammad Saw, yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju cahaya dan

kesejahteraan semoga selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-

sahabatnya, tabi’in, tabi’uttâbî’in, dan kita sebagai umatnya semoga mendapat

syafaatnya kelak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna,

baik dalam proses maupun isinya. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing,

membantu dan memotivasi penulis, antara lain:

1. Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum, dan beserta staf-stafnya.

2. Dr. Asmawi M.Ag selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan

sekaligus sebagai dosen pembimbing, yang telah banyak meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya disela-sela kesibukan untuk membantu dan

Page 5: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

ii

memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada Bapak Afwan

Faizin, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang telah

banyak membantu penulis selama masih dalam masa kuliah, serta kepada

ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah

terdahulu yang memberikan semangat kepada penulis untuk segera

menyelesaikan tugas akhir.

3. Dr. Abdurrahman Dahlan sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

selama ini telah memberikan nasehat serta dukungan kepada penulis

selama menjadi mahasiswa.

4. Kepada orang tuaku tercinta, Abi H. Jayadi dan Ummi Hj. Maswanih,

yang sangat berperan dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing

penulis dengan kesabaran dan pengertian serta tiada henti memberikan doa

dan dukungan secara moril dan materil, sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

membekali penulis dengan ilmu yang berharga, nasehat-nasehat

penyemangat yang memberikan motivasi kepada penulis, kesabaran dalam

mendidik penulis selama penulis melakukan studi.

6. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu

memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian

prosedur kemahasiswaan, serta pimpinan dan segenap karyawan

Page 6: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

iii

Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya

Perpustakaan FSH, terima kasih atas penyediaan buku-buku penunjang

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada para sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan 2006 Siyasah

syar’iyyah, Dian Kemala Sari, Esa Mariyani, Mufti Aulia, Yudha Septian,

Ragil Sapto Wibowo, Supardi, dan Asriyah yang telah memberikan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan menemani

proses menuju kelulusan, dan semua teman-teman yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terima kasih kebersamaannya selama ini.

8. Kepada teman-teman dan adik-adik di Lembaga Dakwah Kampus, terima

kasih telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Jakarta, 14 Juni 2011

Rifko Handayani

Page 7: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................ 7

E. Metode Penelitian .......................................................................... 10

F. Sistematika Penelitian .................................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOYALITAS RAKYAT

TERHADAP PEMIMPIN ............................................................... 13

A. Pengertian Loyalitas ...................................................................... 13

B. Kewajiban Rakyat Untuk Loyal Terhadap Pemimpin ................... 14

C. Batasan Taat Kepada Pemimpin .................................................... 24

D. Ruang Lingkup Ketaatan Kepada Pemimpin dan Penguasa ......... 32

BAB III SKETSA BIOGRAFI AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

A. Biografi Al-Mawardi ..................................................................... 36

1. Riwayat Hidup ........................................................................... 36

2. Latar Belakang Pendidikan ........................................................ 37

Page 8: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

v

3. Kiprah Al-Mawardi di Kancah Politik ...................................... 39

4. Karya-karya Al-Mawardi .......................................................... 42

B. Biografi Hasan Al-Banna .............................................................. 48

1. Riwayat Hidup ........................................................................... 48

2. Latar Belakang Pendidikan ........................................................ 50

3. Kiprah Hasan Al-Banna di Kancah Politik ................................ 52

4. Karya-karya Hasan Al-Banna .................................................... 57

BAB IV LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT

AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA ................................. 61

A. Loyalitas Rakyat terhadap Pemimpin menurut Al-Mawardi......... 61

B. Loyalitas Rakyat terhadap Pemimpin menurut Hasan Al-Banna .. 67

C. Perbedaan Pendapat Antara Al-Mawardi dan Hasan Al-Banna

Mengenai Loyalitas Terhadap pemimpin ...................................... 75

D. Implementasi Penerapan Konsep Loyalitas Rakyat Terhadap

Pemimpin Pada Masa Kini ............................................................ 78

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 86

A. Kesimpulan .................................................................................... 86

B. Saran .............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92

Page 9: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menggariskan bahwa dalam suatu negara harus ada pemimpin

sebagai penerus fungsi kenabian, hal ini untuk menjaga terselenggaranya ajaran

agama, mengatur negara, memegang kendali politik, membuat kebijakan yang

dilandasi. Syariat agama dan menyatukan umat dalam kepemimpinan yang

tunggal. Imamah (kepemimpinan negara) adalah dasar bagi terselenggaranya

dengan baik ajaran-ajaran agama dan pangkal bagi terwujudnya kemaslahatan

ummat, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman sejahtera atau kemudian,

dari kepemimpinan itu dibuat departemen-departemen dan pemerintahan daerah

yang mengurus bidang-bidang dan wilayah tersendiri secara khusus, dengan

berpedoman pada tuntunan hukum dan ajaran agama, sehingga departemen dan

pemerintahan daerah itu mempunyai keseragaman yang solid dibawah

kepemimpinan kepala negara1.

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal:

كلكم را ع و كلكم مسؤو ل عن ر عيتو

1 Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 14.

Page 10: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

2

Artinya:

“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya

tentang kepemimpinannya” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).

Terdapat pula sebuah hadits yang diriwayaktan dari Abu Daud yang

menyatakan:

(رواه ا بودود )وا ذا كنتم ثال ثة فا مروا عليكم رجال

Artinya:

“Dan jika kalian bertiga, maka hendaklah salah seorang (di antara kalian)

memimpin” (HR. Abu Dawud).

Adapun secara „aqli, suatu tatanan tanpa kepemimpinan pasti akan rusak

dan porak poranda. Ketaatan manusia (rakyat) kepada penguasa dan pemerintah

merupakan suatu keharusan untuk memberi kuasa kepada negara melaksanakan

dan mewujudkan tujuan-tujuan yang terdahulu. Sebagai balasan atas ke-iltizam-

annya kepada syariah, pengikatan dirinya kepada syura, dan penanggung

jawabannya terhadap anak-anak rakyat, maka rakyat wajib mentaati pemerintah

agar ia dapat mewujudkan hak, menjamin keamanan, menegakkan keadilan, serta

membela umat, tanah air dan agama mereka. Hak yang dimilikinya ini dan rakyat

wajib melaksanakannya adalah ketaatan kepada perintah-perintah penguasa dalam

batas-batas syar‟iah dan kepentingan umum.

Ketika seorang muslim memiliki loyalitas yang tinggi kepada agama,

maka darinya harus ada ketaatan kepada Allah, Rasul, dan pemimpin yang

memiliki komitmen terhadap Islam. Sungguh ironi, jika seseorang yang telah

menyatakan dirinya muslim tidak memiliki ketaatan kepada pemimpinnya.

Page 11: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

3

Sangat wajar dan manusiawi, jika pemimpin menginginkan orang yang

dipimpinnya memiliki loyalitas yang tinggi terhadap dirinya. Posisi yang

diterimanya mempunyai konsekuensi bahwa ia mempunyai hak untuk didengar,

dipatuhi oleh yang dipimpinnya.

Karena itu, kepatuhan kepada kepala negara terikat oleh suatu keadaan

bahwa dia mematuhi perintah Tuhan, yakni penguasa yang melaksanakan

kebenaran dan keadilan.2 Taat kepada penguasa muslim yang menerapkan

hukum-hukum Islam di dalam pemerintahannya, meskipun zalim dan merampas

hak-hak rakyat, selama tidak memerintah untuk melakukan kemaksiatan dan tidak

nampak kekufuran yang nyata, hukumnya tetap fardu bagi seluruh kaum

muslimin.

Al-Zarqani mengutip pendapat Imam Malik dan Jumhur ahli Sunnah

mengatakan bahwa bila seorang pemimpin berbuat zalim terhadap yang

dipimpinnya, maka ketaatan lebih utama dari pada menentangnya. Tindakan

menentang berimplikasi munculnya rasa takut, terjadinya pertumpahan darah,

berkobarnya peperangan dan menyebabkan kerusakan, dalam hal ini dituntun

kesabaran terhadap ketidakadilan dan kefasikan.

Bahkan Rasul dalam hadits lain mewajibkan taat dan patuh kepada

pemimpin walaupun ia hanya memikirkan kepentingannya dan tidak menjalankan

2 Qamaruddin Khan, kekuasaan Pengkhianatan dan Otoritas Agama, Telaah Kritis Teori Al-

Mawardi Tentang Negara, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 7,81.

Page 12: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

4

tugasnya terhadap masyarakat dengan baik. Dengan alasan mereka akan

menanggung akibat dari pelalaian tanggung jawab. Hak imam yang harus

dipenuhi oleh rakyat adalah untuk ditaati dan mendapatkan bantuan serta

partisipasi secara sadar dari rakyat, maka kewajiban dari rakyat untuk taat dan

membantu serta dalam program-program yang digariskan untuk kemaslahatan

bersama. Jadi, loyalitas kepada imam adalah penting dan wajib selagi imam itu

mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya serta tidak menyuruh kepada

kemaksiatan.

Loyalitas yang diberikan kepada orang-orang mukmîn merupakan

perwujudan wala` (ketaatan) kepada Allah dan Rasulnya. Islam telah melarang

kaum muslimin untuk memberikan wala` (ketaatan) nya kepada orang-orang

selain mereka.

Sesungguhnya loyalitas adalah sifat dasar yang harus ada dalam setiap

manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa mengarah kepada

komitmen dan teguh pendirian. Adapun mengenai komitmen akan berorientasi

kepada sikap maka loyalitas cenderung mengarah kepada objek. Apakah itu

lembaga (korps), kepercayaan (religion), maupun terhadap seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik dan menganggap perlu

untuk pengkaji tentang loyalitas terhadap pemimpin menurut pemikiran politik

Hasan al-Banna dan al-Mawardi sehingga penulis menuangkannya dalam bentuk

skripsi yang berjudul: “LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN

MENURUT AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA”.

Page 13: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

5

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka diantara rumusan

masalahnya yaitu:

1. Bagaimanakah konsepsi politik Islam tentang loyalitas rakyat terhadap

pemimpin?

2. Bagaimanakah pendapat al-Mawardi mengenai loyalitas rakyat terhadap

pemimpin?

3. Bagaimanakah pendapat Hasan al-Banna mengenai loyalitas rakyat

terhadap pemimpin?

4. Bagaimanakah perbedaan pendapat antara al-Mawadi dan Hasan al-Banna

mengenai loyalitas rakyat terhadap pemimpin?

5. Bagaimanakah penerapan konsep loyalitas rakyat terhadap pemimpin pada

masa kini?

Pembahasan mengenai loyalitas sering kita dengar, seperti loyalitas

kepada Allah, Rasul dan Ulil amri. Maka sudah barang tentu penelitian

tentang loyalitas tidak bisa diuraikan dalam penelitian yang sederhana

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka penulis terfokus pada

loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut pemikir Islam al-Mawardi dan

Hasan al-Banna. Masalah pokok dalam perbahasan ini adalah bagaimana

pandangan al-Mawardi dan Hasan al-Banna tentang loyalitas rakyat terhadap

pemimpin.

Page 14: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini disusun bermaksud untuk menjelaskan loyalitas rakyat

terhadap pemimpin menurut al-Mawardi dan Hasan al-Banna. Secara rinci

penelitian ini bertujuan untuk:

a) Untuk mengetahui dan menjelaskan konsep dan pengertian dari loyalitas

rakyat terhadap pemimpin dalam politik Islam.

b) Untuk mengetahui dan menjelaskan pendapat al-Mawardi tentang loyalitas

rakyat terhadap pemimpin.

c) Untuk mengetahui dan menjelaskan pendapat Hasan al-Banna tentang

loyalitas rakyat terhadap pemimpin.

d) Untuk mengetahui implementasi penerapan konsep loyalitas rakyat

terhadap pemimpin pada masa kini.

2. Manfaat Penelitian

Salah satu hal yang penting di dalam kegiatan penelitian ini adalah

mengenal manfaat dari penelitian tersebut, baik manfaat akademis maupun

manfaat praktisnya. Jadi, manfaat yang hendak dipakai adalah:

a) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

ketatanegaraan Islam dalam hal loyalitasnya rakyat terhadap pemimpin

khusunya pendapat dari al-Mawardi dan Hasan al-Banna dan relevansinya

pada masa kini.

Page 15: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

7

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi mahasiswa, pelajar serta masyarakat luas yang merupakan bagian

daripada pemerintahan, karena loyalitas atau ketaatan kepada pemimpin

itu wajib dilakukan kepada pemimpin yang telah menjalankan

kewajibannya dengan baik, barulah haknya untuk dipatuhi kita berikan.

namun tidak menjadi wajib ketika pemimpin itu menyuruh kepada

kemaksiatan.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam proses skripsi ini, peneliti melakukan proses pembelajaran serta

pemahaman terhadap skripsi sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan judul

skripsi ini, hal ini agar memberikan hasil yang lebih baik pada hasil penelitian.

Diantaranya beberapa buku dan skripsi sebagai bahan tinjauan pustaka penulis:

Pertama, karya al-Mawardi3 yang berjudul Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah.

Dalam kitab ini, pemikiran dan gagasan al-Mawardi tentang politik tercurah

dengan begitu jelas, yaitu berisi pengangkatan imamah (kepala

negara/pemimpin), pengangkatan menteri, gubernur, panglima perang, jihad bagi

kemaslahatan umum, jabatan hakim, hingga jabatan wali pidana. Kitab Al-Ahkâm

Al-Shulthâniyyah juga mengkaji masalah imam shalat, zakat, fa‟i, ghanimah

3 Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah fi al-wilâyat ad-dinîyyah, (Beirut: Dâr el-Kitab al-

Araby, t.th).

Page 16: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

8

(rampasan perang) dan lain lain, justru pembahasan mengenai ketaatan kepada

pemimpin sedikt sekali pembahasannya.

Kedua, karya Hasan Al-Banna4 yang berjudul Risalah Pergerakan

Ikhwanul Muslimin. Dalam buku ini menjelaskan tentang karakter dakwah

Ikhwânul Muslimîn dan dasar pemikiran yang membuatnya 'berbeda' dengan

metode-metode dakwah yang lainnya, masalah-masalah nasional Mesir dan

pentingnya memiliki pemimpin yang berpegang pada al-Qur'an dan As-Sunnah,

beberapa 'modifikasi' yang harus dilakukan dalam dakwah sesuai tuntutan jaman

dll.

Ketiga, karya Hadari Nawawi5 yang berjudul Kepemimpinan Menurut

Islam. Dalam buku ini menjelaskan tentang kepemimpinan menurut Islam. Ciri-

ciri, persyaratan menjadi pemimpin dalam Islam, pemimpin yang wajib ditaati

dengan dalil-dalil Qur‟annya.

Keempat, karya Mochtar Effendi,6 judul buku Kepemimpinan Menurut

Ajaran Islam. Di dalam buku ini menjelaskan tentang hukum Islam mengenai

kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan, macam-macam dan tingkat

kepemimpinan, sifat-sifat dan kualitas kepemimpinan, fungsi dan serta kewajiban

pemimpin, hak dan kewajiban pemimpin dan yang dipimpin, tehnik

4 Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, (Solo: Era Intermedia, 2008).

5 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2001). 6 Muhctar Efendi, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam, (Palembang: al-mukhtar, 1997).

Page 17: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

9

kepemimpinan, pembentukan kepemimpinan, wanita dan kepemimpinan, serta

kepemimpinan umat Islam di anatara manusia.

Kelima, karya Taqiyuddin al-Nabhani7 yang berjudul Sistem

Pemerintahan. Di dalam buku ini menjelaskan tentang bentuk pemerintahan

Islam, pilar-pilar pemerintahan Islam, struktur daulah Islam, khalifah,

kepempinan Islam, Islam wajib diterapkan secara menyeluruh dan sekaligus,

Islam dan pemerintahan militer, taat pada penguasa muslim yang memerintah

berdasarkan Islam fardu, melakukan koreksi terhadap penguasa, fadu bagi kaum

muslimin, serta mendirikan partai polotik fardu kifayah.

Keenam, karya Abdul Muin Salim8 yang berjudul Fiqh Siyasah Konsepsi

Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. Buku ini berisi tentang konsep kekuasaan

dalam al-Qur‟an yang pada pembahasan mengenai prinsip-prinsip kekuasaan

terdapat poin tentang perintah ketaatan kepada pemimpin.

Ketujuh, karya Farid Abdul Khaliq9 yang berjudul Fikh Politik Islam.

Buku ini berisi tentang prinsip dan cabang musyawarah, ahlul halli wal aqdi yang

di poin keenamnya terdapat ketaatan kepada ahlul hilli wal aqdi tergantung pada

bersihnya pemilihan mereka dari tipu muslihat.

7Taqiyuddin Al-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam, (Bangil Jatim: Al-Izzah, 1996).

8 Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002). 9Farid Abdul Khalik, Fikh politik Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005).

Page 18: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

10

Kedelapan, karya Ridwan HR10

yang berjudul Fiqih Politik. Buku ini

berisikan tentang siyasah syar‟iyyah, sejarah ketatanegaraan Islam dan

pembentukan negara dan penyelenggaraan pemerintahan Islam yang salah

satunya membahas tentang tugas, hak dan kewajiban kepala negara.

Semua karya ilmiah atau penelitian yang disebutkan di atas, terdapat

beberapa kesamaan mengenai pembahasan–pembahasan yang sama dengan

loyalitas atau ketaata rakyat terhadap pemimpin, namun sangat sedikit sekali dan

terbatas pembahasannya.

Dan dalam hal ini, jauh berbeda pada penelitian penulis yang berjudul:

Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi dan Hasan Al-

Banna, yang membahas konsep loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut al-

Mawardi dan Hasan al-Banna serta implementasinya pada masa kini.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sifat datanya, penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif, karena memaparkan data kualitatif. Dilihat dari segi tujuannya,

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena bertujuan menjelaskan

satu variabel penelitian yaitu loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut al-

Mawardi dan Hasan al-Banna.

Adapun ditinjau dari segi metodologi penelitian hukum pada

umumnya, studi ini merupakan studi hukum Islam dengan menggunakan

10

Ridwan HR, Fiqih Politik, (Yogyakarta: FH UII Press, 2007).

Page 19: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

11

pendekatan normatif doktriner yaitu menurut al-Quran, Sunnah dan pemikiran

ulama tentang pandangan al-Mawardi dan Hasan al-Banna.

2. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan studi dokumenter.

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahan-bahan

pustaka yaitu mencakup karya Hasan al-Banna dan al-Mawardi. Karya al-

Mawardi yang berjudul al-Ahkâm al-Shulthâniyyah dan karya Hasan al-Banna

yang berjudul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, serta jurnal politik dan

makalah-makalah yang berkaitan dengan loyalitas kepada pemimpin.

3. Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai, maka proses selanjutnya adalah

melakukan analisis data dengan menggunakan tekhnik analisis isi secara

kualitatif. Metode data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data

tersebut secara jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan content

analysis (analisis isi). Kemudian melakukan bongkar pasang dan menata

kembali secara sistematis data-data yang telah terkumpul sebelumnya dengan

menggambarkan satu kesatuan yang utuh. Penulis menginterpretasikan

dengan menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan demikian akan nampak

rincian jawaban atas pokok permasalahan yang diteliti.

Page 20: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

12

4. Teknik Penulisan

Sementara untuk teknis penulisan ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.”

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi ini agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata

urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai

berikut:

Bab pertama berjudul pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab kedua berjudul tinjauan umum tentang loyalitas rakyat terhadap

pemimpin menurut konsep politik Islam. Dalam bab ini penulis menguraikan

tentang loyalitas rakyat terhadap pemimpin dan mengantarkan pembaca

memahami lebih dalam isi bab dua diantaranya: pengertian loyalitas, kewajiban

mentaati pemimpin, taat kepadada pemimpin tidak mutlak, dan bidang taat

terhadap pemimpin.

Bab ketiga ini berjudul sketsa biografi al-Mawardi dan Hasan al-Banna,

yang terdiri dari latar belakang pendidikan al-Mawardi dan Hasan al-Banna,

Page 21: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

13

kiprah politik al-Mawardi dan Hasan al-Banna, karir intelektual al-Mawardi dan

Hasan al-Banna dan karya-karyanya.

Bab keempat ini berjudul tentang pemikiran dari kedua tokoh tersebut

yaitu al-Mawardi dan Hasan al-Banna mengenai loyalitas rakyat terhadap

pemimpin sebagai inti dari hasil peneliti serta relevansi pemikiran politik kedua

tokoh tersebut pada masa sekarang. Maka penulis menyajikan tentang loyalitas

rakyat terhadap pemimpin menurut al-Mawardi dan Hasan al-Banna.

Bab kelima merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan yang

berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 22: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG LOYALITAS RAKYAT

TERHADAP PEMIMPIN

A. Pengertian Loyalitas

Loyalitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kesetiaan, ketaatan,

kepatuhan1. Istilah dari kata loyalitas sebenarnya lebih dekat dengan ketaatan.

Sedangkan istilah loyalitas dalam bahasa Arab secara etimologi disebut juga

walâyah yang artinya pertolongan dan al-wala’2 artinya pemuliaan, pembelaan,

cinta, dukungan, penghormatan, dan bersama-sama orang yang dicintai lahir dan

batin.

Beberapa kata yang terkait dengan wala’ adalah al-muwâlah (seseorang

yang memberi dukungan kepada satu pihak), maula (memiliki banyak arti,

semuanya berasal dari al-nusrah (dukungan) dan al-mahabbah (cinta)), walâyah

(dukungan), al-walyu (kedekatan) dan wali (dapat diartikan orang yang mengurus

orang lain).3

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989) cet. 2, h. 533. 2 Sa‟id Hawaa dan Sayyid Qutb, Al-Wala`, (Jakarta: Al-I‟tisom Cahaya Umat, 2001), h. 1.

3 Irwan Prayitno, Al-Haq wal Bâthil, (Bekasi: Pustaka Tarbiatuna, 2002), h. 97.

Page 23: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

15

B. Kewajiban Rakyat Taat Kepada Pemimpin

Para pemimpin harus mampu mengembalikan manusia kepada ketentuan-

ketentuan yang dibawa oleh Rasul, seperti pendapat al-Mawardi bahwa tugas

pemimpin adalah salah satunya diproyeksikan untuk mengambil alih peran

kenabian dalam menjaga agama.4 Dalam seluruh aspek kehidupan untuk kebaikan

yang menyeluruh. Apabila ulil amri telah bermufakat menentukan suatu

peraturan, rakyat wajib untuk mentaatinya, dengan syarat mereka itu bisa

dipercaya dan tidak menyalahi ketentuan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, yang

telah diketahui secara mutawatir. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang

terpilih dalam pembahasan suatu masalah dan menentukan kesepakatan diantara

mereka.5

Loyalitas adalah satu pilar pemerintahan dalam Islam dan menjadi salah

satu landasan sistem politiknya. Tidak terbetik dalam bayangan siapapun jika

terdapat suatu sistem yang baik, negara yang kuat, dan tentram tanpa adanya

keadilan dari penguasa dan loyalitas dari rakyat kepada umara. Umar bin Khattab

menjelaskan tentang pentingnya taat dalam agama ini dengan mengatakan: “Tidak

ada arti Islam tanpa jamaah, tidak ada arti jamaah tanpa amîr, dan tidak ada arti

amîr tanpa kepatuhan”. Sebab Islam bukanlah agama individu melainkan agama

4 Lihat kitab Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, (Jakarta: Darul Falah, 2007), h. 1.

5 Abdul Qadir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h.

93.

Page 24: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

16

komunitas dan Islam tidak dapat diwujudkan secara paripurna kecuali dengan

adanya komunitas.6

Dari sini dapat dipahami mengapa redaksi perintah atau larangan agama

sering kali dengan mengajak berbicara secara kelompok atau jamaah, bukan

individu. Jamaah tidak memiliki arti jika mereka hidup sendiri-sendiri tanpa

adanya ikatan sistem dan tidak disatukan oleh amîr yang mengatur urusan

mereka. Meskipun amîr memiliki sifat-sifat mulia dan prestasi yang baik,

kecerdasan dan penalaran yang hebat dan mental yang kuat, akan tetapi semua itu

tidak mempunyai makna bagi jamaah, kecuali jamaah itu memberikan loyalitas,

tidak menentang, mematuhi peraturan, dan menjauhi larangan-Nya.

Maka tidak mengherankan apabila ditemukan dalam al-Qur‟an dan sunnah

Rasulullah saw yang berbicara mengenai kepatuhan dan ketaatan yang

menyangkut pengertian, hukum dan batas-batasan serta sisi negatifnya, apabila

nilai kepatuhan dan ketaatan telah menghilang dari kehidupan jamaah. Maka

syariat memerintahkan agar mematuhi para umara muslim dan melarang

menentang mereka, kecuali dalam kondisi tertentu, yang diizinkan syariat agar

umat tidak hidup dalam kekacauan berkelanjutan yang menggangu ketentraman.7

Loyalitas kepada penguasa merupakan salah satu rukun aqidah ulama

salaf, yang tertuang hampir disemua kitab mereka. Yang demikian itu sangat

penting, karena loyalitas terhadap mereka (para penguasa, dalam konteks ini

6 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam, (Jakarta: Robbani Press, 1999), h.

45. 7 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam, h. 46.

Page 25: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

17

adalah penguasa yang adil) berdampak positif terhadap kemaslahatan agama dan

dunia, sementara ketidakloyalan terhadap mereka baik secara ucapan maupun

perbuatan berujung kepada kehancuran agama dan dunia.

Unsur pertama dalam pembentukan negara adalah pemerintahan atau

kepemimpinan. Dalam hal “kepemimpinan”, Imam Hasan Basri mengatakan

“yang menjadi perwalian kita ada lima perkara, yaitu: jum‟at, jamaah, hari raya,

peperangan dan saksi hukum. Demi Allah agama tidak akan tegak tanpa mereka,

walaupun mereka bertindak zalim. Demi Allah, Allah akan memberikan

kemaslahatan lewat mereka yang lebih daripada kehancuran yang mereka

lakukan. Ketaatan kepada mereka adalah sumber kebahagiaan, sementara

ketidaktaatan kepada mereka merupakan kufur nikmat.”8

Unsur kedua dari pada unsur-unsur yang membentuk negara adalah rakyat,

dimana kekuasaan (pemerintahan) menangani urusan-urusan mereka dan

mengatur kepentingan-kepentingan serta memutuskan segala perkara yang timbul

diantara anggota-anggotanya. Bahkan dari segi keutamaan dan prioritasnya,

rakyat merupakan unsur pertama, di mana para penguasa bisa berdiri tegak.

Tidak ada artinya eksistensi seorang penguasa, baik ia raja, kepala negara,

imam maupun khalifah, tanpa adanya rakyat atau jama‟ah atau umat. Ketaatan

manusia (rakyat) kepada penguasa dan pemerintah merupakan suatu keharusan

untuk memberi kuasa kepada negara agar melaksanakan dan mewujudkan tujuan-

tujuan yang terdahulu. Sebagai balasan atas ke-iltizâm-annya kepada syariah,

8 Abdus Salam bin Barjas al-Abd Karîm, Etika Pengkritik Penguasa, (Surabaya: Pustaka

Assunnah, 2002), h. 1.

Page 26: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

18

pengikatan dirinya kepada syura, dan penanggungjawabannya terhadap anak-anak

rakyat, maka rakyat wajib mentaati pemerintah agar ia dapat mewujudkan hak,

menjamin keamanan, menegakkan keadilan, serta membela umat, tanah air dan

agama mereka, serta ketaatan kepada perintah-perintah penguasa dalam batas-

batas syariah dan kepentingan umum. 9

Jika ditelaah dari nash-nash agama, maka dapat diketahui bahwa Islam

mewajibkan umat Islam mentaati umara dan melarang menentang mereka.

Mengenai hal ini Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taati pulalah

Rasul serta pemegang kekuasaan dari kalanganmu. Kalau kamu berbeda

pendpat entang sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul,

jika benar-benar kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang

demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS:An-Nisa:59).

Sebagaimana yang diketahui bahwa ketetapan yang dijadikan kaidah oleh

para fuqaha adalah bahwa bentuk inperatif (amr) memberi konsekuensi hukum

wajib, selama tidak ada indikasi yang didukung oleh keterangan yang mengubah

status wajib menjadi sunah. Dalam ayat ini terdapat perintah mentaati Allah SWT

9 Muhammad al-Mubarak, Sisem Pemeritahan Dalam Perspektif Islam, (Solo: Pustaka

Mantiq, 1995), h. 58.

Page 27: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

19

dan Rasulullah saw serta khalîfah, para amîr, komandan pasukan, gubernur, qadi,

dan menteri serta orang yang mengemban tanggung jawab mengurusi urusan

umat Islam.

Kita memahami bahwa taat kepada Rasulullah saw wajib dengan

ketetapan al-Qur‟an maka menjadi keharusan, dengan demikian, mentaati amîr

juga wajib. Dapat dipahami juga bahwa menentang Rasulullah saw haram

hukumnya, begitu pula menentang amîr haram pula hukumnya.

Menurut akal sehat tidak masuk akal jika pemimpin melaksanakan

kewajiban yang menjadi hak Allah atas dirinya dan hak umat Islam, kemudian ia

tidak didengarkan kata-katanya, tidak ditaati perintah dan larangannya oleh rakyat

di negri yang membutuhkan pembelaan dan kekuasaannya.10

Telah menjadi

hukum keadilan, bahwa disamping ada kewajiban yang dijalankam imam, ada

pula hak imam yang harus dipenuhi rakyatnya. Mengenai masalah ini, Sayyid

Muhammad Rasyid Rido menulis sebagai berikut: Apabila telah selesai

pelantikan dan pembai‟atan terhadap imam, maka wajiblah sekalian umat

mentaati imam dan membantunya dalam hal tidak mendurhakai Allah;

membunuh orang yang mendurhakai khalîfah.11

Prinsip ketaatan mengandung makna bahwa seluruh rakyat tanpa kecuali

berkewajiban mentaati pemerintah, selama penguasa atau pemerintah tidak

10

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam, h. 47.

11

A. Hasjmy, Di Mana Letaknya Negara Islam, (Banda Aceh: Bina Ilmu, 1984), h. 210.

Page 28: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

20

bersikap zalim (tiran atau diktator) selama itu pula rakyat wajib taat dan tunduk

kepada penguasa atau pemerintah.12

Dalam banyak hadits, Rasul menempatkan kepatuhan kepada pemimpin

pada posisi kepatuhan kepada diri Rasul dan kepatuhan terhadap Allah. Imam

Bukhâri dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abi Salamah bin Abdirrahman,

bahwa dia mendengar Abu Hurairah berkata, Bahwa Rasulullah bersabda:

Artinya: “Siapa saja yang mentaati aku, maka dia telah mentaati Allah. Dan

barang siapa yang berbuat maksiat kepadaku, maka dia telah berbuat

maksiat kepada Allah. Dan siapa saja yang telah mentaati pemimpinku,

maka dia telah mentaati aku. Sedangkan siapa saja yang tidak taat

kepada pemimpinku, maka dia telah berbuat maksiat kepadaku”

(HR. Al-Bukhâri dan Muslim)13

.

Taat kepada penguasa muslim yang menerapkan hukum-hukum Islam di

dalam pemerintahannya, sekalipun zalim dan merampas hak-hak rakyat, selama

tidak memerintah untuk melakukan kemaksiatan dan tidak menampakkan

kekufuran yang nyata, hukumnya tetap fardu bagi seluruh kaum muslimin.

Ketaatan tersebut hukumnya wajib. Karena Allah SWT telah

memerintahkan ketaatan kepada penguasa, amîr atau imam. Perintah dengan

12

Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum, cet. 3, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h.

155.

13 Taqiyudin al-Nabhani , Sistem Pemerintahan Islam, (Bangil Jatim: Al-Izzah, 1996), h. 335-

336.

Page 29: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

21

sebuah indikasi (Qarînah) yang menunjukkan adanya suatu keharusan (jazman)

yaitu Rasulullah menjadikan ketidaktaatan kepada pemimpin itu seabagai sebuah

kemaksiatan kepada Allah dan Rasul. Serta dengan adanya penegasan (ta’kîd)

dalam perintah ketaaan tersebut, sekalipun yang menjadi penguasa budak hitam

legam. Semuanya itu merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa perintah itu

menuntut dengan tegas agar dilaksanakan (jazim), maka taat pada pemimpin itu

hukumnya fardu.

Allah telah mewajibkan kita untuk mentaati ulil amri dan mereka adalah

para imam yang menjadi pemerintah kita. Seperti hadits di bawah ini, dari Anas

bin Malik ra. Katanya: Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: “Hendaklah kamu mendengarkan dan mematuhi perintah, biarpun yang

diangkat untuk memerintahi kamu seorang hamba sahaya bangsa

Habsyi, rambutnya bagai anggur kering.” (HR. Al-Bukhâri)14

Sekiranya kita diperdaya oleh hawa nafsu untuk mengingkari perintah dan

syariat yang mulia ini, tidak lagi taat kepada penguasa, tentu kita akan menuai

dosa dan terpuruk dalam ke-mudarat-an, ketetapan Nabi ini merupakan cerminan

dari kesempurnaan Islam, umat yang terpukul sekiranya tidak tepat taat, akan

14

Muhammad Ibn Isma‟il Abu Abdullah Al-Bukhâri Al-Ja‟fi, Al-Jami’ Al-Sohih Al-

Mukhtasor, (Beirut: Dâr Ibnu Katsir, 1987), no.6723

Page 30: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

22

mengakibatkan terganggunya roda kemaslahatan dunia dan agama, kezaliman

akan meluas ke segenap lapisan masyarakat, keadilan akan sirna dari muka bumi

dan kita akan terjerumus ke dalam bencana sistematis.

Berbeda ketika orang yang teraniaya itu sabar dan tawakal, memohon

kepada Allah agar diberikan jalan keluar, tetap loyal dan taat, maka kemaslahatan

akan tetap kokoh, haknya tidak hilang dari sisi Allah. Boleh jadi Allah

menggantikannya dengan yang lebih baik, setidaknya dijadikan saham kebajikan

baginya di akhirat kelak. Inilah wujud sisi kemurnian Islam, loyalitas dan

ketaatan tidak dikaitkan dengan keadilan penguasa. Sekiranya tidak demikian,

maka hancurlah tatanan keduniaan.

Adapun jika keluar dari ketaatan kepada penguasa akan menimbulkan

kerusakan yang besar dan hilangnya keamanan, menzalimi masyarakat,

terbunuhnya orang-orang yang tidak bersalah, dan lain sebagainya, maka hal ini

tidak boleh dilakukan. Dalam kondisi seperti ini wajib bersabar, mendengar dan

taat dalam kebaikan serta menasihati para pemimpin dan mendoakan mereka

dengan kebaikan.15

Kepatuhan individu kepada negara yang direpresentasikan dengan

perintah para pejabatnya, merupakan hak syar‟i negara atas dirinya. Setiap

individu wajib melaksanakan perintah-perintah, peraturan-peraturan dan rencana-

rencana yang telah ditetapkan negara untuk merealisasikan kepentingan umum

15

Abdul Aziz bin Baz, dkk, Fatwa-Fatwa Terlengkap, (Jakarta: Darul Haq, 2006), h. 169.

Page 31: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

23

dan tujuan-tujuan negara. Karena pentingnya kepatuhan serta pengaruhnya yang

sangat besar pada kejayaan negara, Islam memerintahkan setiap orang untuk

patuh kepada negara dalam hal yang dia senangi ataupun tidak. Negara tidak

mungkin menjadikan semua warga negara setuju dengan kebijakan-kebijakan,

perintah-perintahnya juga tidak mungkin bisa disepakati oleh semua pihak, apa

yang dilakukan negara pasti ada yang menyukainya, adapula yang tidak.

Oleh sebab itu hawa nafsu tidak boleh menjadi patokan untuk patuh (apa

yang disenanginya, secepatnya dipatuhi, sedangkan yang tidak disenanginya

lambat dipatuhi atau dilanggarnya) kepatuhan semacam ini tidak cukup untuk

mengelakkan tanggung jawab individu atas kewajiban patuh terhadap negara.

Tidak ada keistimewaan apapun bagi seorang dengan kepatuhan semacam ini,

karena setiap orang biasa melakukannya. Dan juga tidak akan bertahan lama,

karena didasarkan atas hawa nafsu dan individu sendiri tidak akan sanggup

bertahan dan konsisten, jika seseorang keberatan untuk patuh dalam hal yang

tidak dia senangi, tentu akan menyeretnya kepada pelanggaran dan kemudian

pengingkaran terbuka.

Dalam keadaan seperti itu negara mungkin diam saja dan pemberontak

pun merajalela, kekacauan menyebar, sehingga runtuhlah negara. Mungkin juga

negara menggunakan kekuatannya untuk memaksa para pembangkang agar patuh.

Keadaan ini menimbulkan friksi dan perpecahan dan negarapun siap

mengacungkan pedang. Akibatnya sudah sama maklum penguasaan negara

sendiri atas warganya sehingga tidak ada yang tersisa kecuali permusuhan.

Page 32: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

24

Demikianlah setiap individu harus mengingat akibat pelanggaran, membiasakan

diri patuh terhadap negara dengan dasar pilihan yang tumbuh dari lubuk hatinya.

Dan seyogyanya dia mengetahui bahwa kepatuhannya kepada Allah harus ditaati

selama untuk tujuan baik. Jadi, setiap individu menjalankan kepatuhannya seperti

orang patuh terhadap imamnya dalam sholat berjamaah.16

Keabsahan kekuasaan ulil amri mengandung makna bahwa hukum-hukum

dan kebijaksanaan politik yang mereka putuskan, sepanjang hal itu tidak

bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah, mempunyai kekuatan yang mengikat

seluruh rakyat. Karena itu seluruh rakyat yang menjadi subyek hukum wajib

mentaatinya. Keberadaan hukum ini, disamping hukum Tuhan, sebagai hukum

positif memperlihatkan wajah dari tata hukum yang menjadi bagian dari sistem

politik dan pemerintahan. Dalam hal ini dikenal dua hukum yang berlaku dalam

negara: Hukum Allah (syariah) yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah, dan

hukum negara yang bersumber dari keputusan ulil amri.17

Jika pada pemimpin sudah terlihat padanya kemungkaran tetapi pemimpin

tersebut masih menjalankan shalat lima waktu maka wajib bagi rakyat

mentaatinya seperti hadits berikut ini, dari „Auf bin Malik ra, dia bercerita,

Rasulullah Saw bersabda:

16

Abdul Karim Zaidan, Masalah Kenegaraan dalam Islam, (Jakarta: Al-Amin, 1984), h. 90. 17

Abd.Mu‟in Salim, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 242.

Page 33: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

25

Artinya: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan ia mencintai

kalian, yang kalian doakan dan mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk

pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan ia membenci kalian, yang

kalianm kutuk dan mengutuk kalian. “ „Auf berkata:”kami pun

bertanya:”Wahai Rasulullah, apakah kami boleh melawan mereka?‟

Beliau menjawab: ‟Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat di

tengah-tengah kalian.” (HR. Muslim)18

C. Batasan Taat Kepada Pemimpin

Meskipun Islam menjadikan taat kepada pemimpin wajib bagi rakyat,

akan tetapi ketaatan ini tidak bersifat mutlak dan bebas dari ikatan, sebab ketaatan

mutlak menyebabkan lahirnya pemerintahan individu yang otoriter dan diktator.

Dari sana, akibatnya, jati diri umat Islam menghilang. Oleh sebab itu, ketaatan

rakyat kepada ulil amri di sini dibatasi oleh persyaratan-persyaratan tertentu dan

cangkupan-cangkupan tertentu pula, persyaratn-persyaratan dan cangkupan itu

antara lain:

1. Pemimpin yang dimaksud mempunyai komitmen pada syariah Islam dengan

menerapkannya dalam kehidupan, apabila pemimpin tidak menerapkan

syariah maka tidak wajib ditaati sesuai dengan ayat al-Qur‟an dalam surat

Annisa ayat 59, tentang ketaatan kepada pemimpin atau dalam sebuah hadits,

18

Salîm bin Ied Al-Hilal Bahjatun Nadirin, Syarah Riyâdus Sâlihin, (t.t. Pustaka Imam

Syafi‟i, t.th), h. 377.

Page 34: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

26

Abu Ubaidah al-qasim bin Salâm meriwayatkan dalam kitab al-am wâl dari

Ali bin Abi Talib ra (”Wajib bagi imam (pemimpin) menghukum (memerintah

dengan hukum yang diturunkan oleh Allah dan menyampaikan amanat.

Apabila ia melaksanakan yang demikian maka wajib bagi rakyat

mentaatinya”).19

Kekuasaan pemimpin itu senantiasa dibatasi dengan ketaatan

kepada Zat Yang Maha Kuasa.

2. Ketaatan juga dibatasi dengan pertimbangan keadilan dan kebenaran

Apabila pemimpin menegakkan keadilan, maka rakyat wajib mentaati. Akan

tetapi apabila berlaku zalim dan menindas serta jahat maka tidak wajib

mentaatinya. Dalam hadits dikatakan bahwa:

Artinya: ”tidak ada keharusan untuk mematuhi perbuatan dosa, ingatlah

ketaatan hanya wajib bagi prilaku yang benar” (HR. Al-Bukhâri),20

Dan Allah Swt. berfirman,

19

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam, h. 48. 20

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam Telaah Kritis Ibn Taimiyah Tentang

Pemerintahan Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 86.

Page 35: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

27

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.” (QS An-Nisa`: 58)

3. Tidak menyuruh manusia melakukan maksiat

Pemimpin ditaati karena ia mentaati Allah dan Rasul-Nya, barangsiapa

diantara pemimpin itu menyuruh dengan apa yang sesuai dengan yang

diturunkan Allah dan Rasul-Nya, wajiblah umat menaatinya. Tetapi

barangsiapa yang menyuruh dengan menyalahi apa yang dibawa Rasul

(menyuruh kepada maksiat), perintah itu tidak boleh ditaati dan diikuti.21

Pada prinsipnya penguasa Muslim berkewajiban melaksanakan amar

ma’ruf nahi munkar dan menyebarluaskan perbuatan terpuji serta memerangi

perbuatan tercela. Jika demikian yang dilakukan maka ia wajib ditaati dan

tidak dibenarkan ditentang. Sedangkan apabila penguasa mengajak,

membiarkan kemaksiatan yang nyata seperti riba, zina, minuman keras, dan

korupsi maka tidak dibenarkan ditaati. Sebab tidak ada kewajiban taat kepada

makhluk dalam hal maksiat kepada Sang Khalik. Seandainya dibolehkan taat

dalam hal kemaksiatan, maka berarti terdapat kontradiksi. Sebab tidak

mungkin Allah mengharamkan sesuatu kemudian mewajibkannya.

21

Abdul Qadir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, h.101.

Page 36: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

28

Dalam hadits dari Abdullah bin Umar ra dari Nabi Saw, beliau

bersabda:

Artinya: “Seorang muslim perlu mendengarkan dan mematuhi perintah, yang

disukainya dan yang tidak disukainya, selama tidak disuruh

mengerjakan maksiat (kejahatan). Tetapi apabila dia disuruh

mengerjakan kejahatan, tidak boleh didengar dan tidak boleh

dipatuhi.”(HR. Al-Bukhâri dan Muslim).22

Taat, sebagaimana yang sudah diketahui, tidak boleh pada hal-hal

kemaksiatan, dan apa yang ditetapkan oleh Ahlul Hilli Wal Aqdi itu harus

berdasarkan musyawarah. Ulama Ahlu Sunnah wa al-Jamâ’ah sepakat bahwa

ketaatan kepada penguasa dalam perkara yang bukan maksiat merupakan

kewajiban. Ini merupakan salah satu yang membedakan mereka dengan ahli

bid‟ah dan hawa nafsu.

Syeikh Abdurrahman al-Sa‟adi berkata: Allah memerintah umat untuk

mentaati ulil amri, yakni para penguasa dari kalangan pemimpin, hakim, ahli

fatwa. Urusan agama dan dunia mereka tidak akan terbina dengan sempurna

22

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam Telaah Kritis Ibn Taimiyah Tentang

Pemerintahan Islam, h. 86.

Page 37: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

29

kecuali dengan ketaatan kepadanya yang berarti juga taat kepada Allah, cinta

kepada-Nya.

Hadits-hadits yang menunjukkan kewajiban taat kepada pemimpin yang

tidak dalam katagori kemaksiatan antara lain:

Pertama Hadits Abdullah bin Umar ra,

Artinya: “Seorang muslim perlu mendengarkan dan mematuhi perintah, yang

disukainya dan yang tidak disukainya, selama tidak disuruh

mengerjakan maksiat (kejahatan). Tetapi apabila dia disuruh

mengerjakan kejahatan, tidak boleh didengar dan tidak boleh

dipatuhi.”(HR. Al-Bukhâri dan Muslim).23

Perkataan hal yang ia “sukai atau benci” maksudnya yang sesuai dengan

kehendaknya atau menyelisih dari kehendaknya. Al-Mubârak Furi dalam bukunya

Syarah Tirmidzi mengatakan: sekiranya pemimpin memerintahkan hal yang

sunnah dan mubah, maka wajib ditaati. Al-Mutakhir mengomentari hadits ini:

”mendengar ucapan hakim dan mentaatinya hukumnya wajib bagi setiap muslim،

apakah perintah itu sesuai dengan kehendaknya atau tidak, dengan syarat tidak

23

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam Telaah Kritis Ibn Taimiyah Tentang

Pemerintahan Islam, h. 86.

Page 38: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

30

memerintahkan dalam hal kemaksiatan, maka tidak ada ketaatan, namun ia tidak

boleh memerangi pemimpin.24

Perkataan “tidak ada ketaatan” dimaksudkan dalam hal-hal kemaksiatan

saja, semisal diperintah memakan riba atau membunuh sesama muslim, tanpa hak

dan sejenisnya. Maka perintah itu justru wajib dihindari dan diingkari. Bukan

dipahami apabila penguasa memerintahkan maksiat, maka seluruh perintahnya

tidak wajib ditaati. Yang tidak wajib ditaati hanyalah pada lingkup perintah

kemaksiatan saja.

Kedua Hadits Abu Hurairah ra tentang loyalitas dan ketaatan bukan pada

hal yang kamu senangi saja, bila kamu membencinya kamu tidak taat lagi, akan

tetapi loyal dan taat pada semua hal yang kamu senangi maupun yang kamu

benci: “orang yang mendengar dan taat tidak ada jalan baginya, sedangkan orang

yang mendengar dan maksiat tidak memiliki hujjah baginya”.

Imam Nawawi mengatakan: “wajib taat kepada para penguasa saat hati

tidak pas dan saat lainnya, selagi bukan dalam masalah kemaksiatan. Apabila

dalam lingkup kemaksiatan maka tidak ada ketaatan. Perkataan “atsârâtun”,

berarti kerakusan urusan dunia, dan tidak memberikan hak kamu yang ada pada

mereka.25

Yang ketiga hadits Imam Muslim dari Wail bin Juhri ra:

24

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam Telaah Kritis Ibn Taimiyah Tentang

Pemerintahan Islam, h.87

25 Abdus Salam bin Barjas Al-Abd Karim, Etika Pengkritik Penguasa, hal. 69.

Page 39: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

31

Artinya: “Salâmah bin Yazid bertanya kepada Nabi Saw: Wahai Nabi,

bagaimana pendapat tuan sekiranya ada penguasa yang menuntut

haknya dari kami, namun mereka menghalangi hak kami. Apa

perintah tuan kepada kami? Nabi menghindar. Ia bertanya lagi, dan

nabi menghindar lagi. Ketika sampai yang kedua atau ketiga

kalinya, dan dia ditarik tangannya oleh Al-Asy‟at bin Qais, maka

Nabi Saw, bersabda: Taatilah sesungguhnya bagi mereka dosa yang

mereka pikul dan bagi kalian kewajiban yang terbeban. Dalam

riwayat lain: Taatilah, bagi mereka dosa yang mereka pikul, dan

bagi kalian kewajiban yang terbebani.” (HR. Muslim)26

Islam telah menetapkan bahwa taat adalah suatu kewajiban seorang

muslim dalam hal yang disukai maupun yang tidak disukai selama tidak

diperintahkan untuk melakukan maksiat. Selain hadits diatas, Imam al-Bukhâri

meriwayatkan dari Ali bin Abi Talib ra berkata bahwa:

26

Abdus Salam bin Barjas Al-Abd Karim, Etika Pengkritik Penguasa, hal. 70.

Page 40: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

32

Artinya: “Rasulullah Saw mengirim pasukan perang dan mengangkat seorang

Anshar menjadi komandan. Beliau memerintahkan agar beliau

ditaati, komandan ini marah terhadap mereka, dan berkata:

”Tidakkah Rasulullah saw telah memerintahkan agar kalian

mentaatiku?” mereka menjawab:”Benar.” Ia berkata lagi: “aku ingin

anda sekalian mengumpulkan kayu bakar dan menyalahkan api

kemudian anda masuk kedalamnya”. Mereka semua bingung, sebab

taat macam apa yang sebenarnya dikehendaki komandan semacam

ini. Mereka tidak menuruti apa yang diperintahkan lalu mengadukan

masalah ini kepada Nabi saw, kemudian beliau bersabda:

“Seandainya mereka benar-benar masuk ke dalam api, mereka tidak

akan dapat keluar lagi selamanya. Kepatuhan hanya berlaku pada

hal yang ma‟ruf”. (HR. Al-Bukhâri) 27

Maksud kata-kata Nabi saw tersebut adalah bahwa seandainya mereka

masuk ke dalam api yang mereka nyalakan dengan anggapan bahwa mereka

melakukan demikian karena mentaati amir mereka, maka mereka tidak akan

keluar lagi yakni, meninggal dunia dan tidak keluar selamanya. Dengan demikian,

Rasulullah Saw mengarahkan agar mereka tidak melakukan perintah seperti ini,

sebab taat itu hanya wajib dalam hal yang baik, bukan hal yang buruk. Sebagian

ulama memandang bahwa kata-kata Rasulullah Saw tersebut merupakan

pengungkapan Zajr (nada menegur dengan keras), tarhib (mendorong agar

27

Muhammad Ibn Isma‟il Abu Abdullah Al-Bukhari Al-Ja‟fi, Al-Jami’ Al-Sohih Al-

Mukhtasor, no. 6729.

Page 41: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

33

meninggalkan) dan Takhwif ( menakut-nakuti). Sedangkan Zamhsyari dan

Baidawi berpendapat bahwa batasan taat kepada pemimpin yaitu pemerintah

hendaknya berasal dari kalangan mereka, yaitu kaum Muslimin. Bahkan sebagian

ahli tafsir berpendapat “diantara kamu” (minkum) maksudnya para pemimpin

kebenaran. Adapun ketaatan seorang Muslim yang berdiam di negara non Muslim

adalah suatu permasalahan lain yang diputuskan dan ditetapkan pertimbangan-

pertimbangan lain, seperti menempati janji dan tuntutan politik syariah, atau

pertimbangan-pertimbangan selain ini tentang keberadaan seorang individu atau

kelompok umat Islam yang berada dalam naungan negara bukan Islam, baik para

penguasa maupun mayoritas rakyatnya.

Dengan demikian, al-Qur‟an dan Sunah telah memastikan bahwa taat

kepada ulil amri menjadi wajib selama berada dalam ketaatan kepada Allah.

Siapapun tidak boleh ditaati selama bertentangan dengan kitabullah dan sunah

Rasul-Nya.28

4. Ruang Lingkup Ketaatan Kepada Pemimpin dan Penguasa

Berdasarkan pada teks-teks agama (nusus) terdahulu dapat dipahami

bahwa rakyat berkewajiban mentaati penguasa dan pemimpin mereka hanya

apabila syari‟ah Allah diterapkan dan keadilan ditegakkan dalam kehidupan

masyarakat, tidak menentang Allah dan tidak pula mengajak rakyat melakukan

maksiat terhadap Allah SWT. Dengan demikian jelas bagi kita, bahwa hanya

28

Sa‟id Hawwa, Al-Islam, (Jakarta: Al-I‟tishom Cahaya Umat, 2002), h. 98.

Page 42: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

34

boleh bagi penguasa memerintahkan rakyat atau individu, masyarakat hal-hal

yang wajib, mustahab (yang disukai menurut syara‟), hal-hal yang mubah (boleh

dilakukan menurut syara‟) serta masalah-masalah ijtihadiah ketika tidak

diketemukan nashnya dari al-Quran maupun sunnah Nabi saw atau pemahaman

nash yang memungkinkan adanya pentakwilan. Seperti kasus mengenai para

personil pasukan yang dikemukakan terdahulu yakni mereka mentaati komandan

mereka mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api dan ini adalah urusan

yang mubah hukumnya. Akan tetapi perintah mencampakkan diri ke dalam api

tidak dapat mereka patuhi sebab yang demikian haram hukumnya jika ditaati.

Jika dicermati kata-kata Ibnu Hajar dalam keterangannya mengenai hadits

Ubadah bin ash Shâmit, “kecuali apabila kalian melihat kekufuran yang nyata

yang terdapat keterangannya dari Allah,” yakni nash ayat al-Quran atau berita

sahih yang tidak dimungkinkan dapat di takwil. Maka konsekuensi hukumnya

adalah bahwa tidak boleh menentang penguasa selama perbuatannya mengandung

kemungkinan dapat di takwil. Dengan demikian maka haram bagi rakyat atau

individu masyarakat menentang pemerintah pemimpin Muslim apabila masalah

ini bersifat ijtihadiah meskipun bertentangan dengan pendapatnya. Dan tidak

sepatutnya memberi peluang bagi godaan setan agar tidak mempengaruhi

kebenaran pendapatnya, dan kesalahan pendapat imam serta wajib atau boleh

menentang perintahnya, lalu keluar dari jamaah umat Islam dan dengan demikian

menempatkan diri pada posisi yang rawan kemurkaan Allah SWT.

Page 43: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

35

Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: “Barangsiapa menemukan pemimpinnya sesuatu yang ia tidak sukai

maka hendaklah ia bersabar sebab barangsiapa yang meninggalkan

jama‟ah satu jengkal saja kemudian meninggalkan dunia, maka

matinya mati jahiliyah”. (Muttafaq „alaih)29

Apabila setiap orang membiarkan untuk dirinya hak meremehkan

komitmen pada pendapat imam dan penentang fanatik pada pendapatnya serta

berusaha menghimpun massa disekelilingnya maka yang demikian adalah benih-

benih yang menimbulkan keretakan dalam kesatuan umat Islam serta konflik

antara individu masyarakat. Dengan demikian kekuatannya menjadi pudar dan

wibawanya dihadapan musuh menyusut. Allah SWT berfirman dalam surat Al-

Anfal ayat 46:

Artinya: “Dan janganlah saling berbantah-bantahan yang menyebabakan

kamu gentar dan hilang kekuatan”. (QS. Al-Anfal : 46)

Islam dengan sungguh-sungguh melakukan terapi terhadap masalah-

masalah penting seperti ini, dimana tindakan keras diambil terhadap siapa pun

29

Salîm bin Ied Al-Hilal Bahjatun Nadirin, Syarah Riyâdus Sâlihin, no. 672

Page 44: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

36

yang mencoba mengahancurkan loyalitas pada pemimpin dan memecah belah

jama‟ah. Imam Muslim meriwayatkan dari „Arjafah berkata bahwa (“Sungguh

akan ada keburukan dan keburukan. Maka barangsiapa hendak memecah belah

urusan umat ini dalam keadaan menyatu, maka penggallah dengan pedang siapa

pun orangnya”)

Secara singkat Islam memandang bahwa loyalitas dari rakyat kepada

pemimpin adalah suatu kewajiban dan prinsip pemerintahan dalam Islam yang

mana kehidupan politik tidak dapat tegak kecuali dengannya. Akan tetapi

kewajiban taat kepada para pemimpin tidak bersifat mutlak melainkan terkait

dengan penerapan syariah Islam dan penegakkan keadilan di tengah kehidupan

manusia dan tidak mengajak rakyat mereka melakukan kemaksiatan.30

30

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam, h. 52.

Page 45: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

37

BAB III

SKETSA BIOGRAFI AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

A. Biografi Al-Mawardi

1. Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-

Mawardi al-Basri al-Syafi‟i. Ia lahir di Basra Iraq pada tahun 364 H/975 M dari

keluarga Arab yang membuat dan menjual air mawar, sehingga diberi nama „al-

Mawardi‟ berasal dari kata ma’ (air), dan ward (mawar)1, pada saat itu pula

kebudayaan Islam mencapai masa-masa keemasannya di tangan para khalîfah

daulah Abasiyah. Dia seorang pemikir Islam yang terkenal, tokoh terkenal

madzhab Syafi‟i, dan pejabat tinggi yang besar pengaruhnya dalam pemerintahan

Abasiyah.2

Al-Mawardi mendapatkan kedudukan tinggi di mata raja-raja, Bani

Buwaih menjadikan al-Mawardi sebagai mediator antara mereka dengan orang-

orang yang tidak sependapat dengan mereka. Mereka puas dengan perannya

sebagai mediator, dan menerima seluruh keputusannya. Al-Mawardi hidup pada

1 Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-Ahkam As-Shulthâniyyah, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2000), h. 21. 2 Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 58.

Page 46: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

38

masa pemerintahan dua khalîfah; al-Qâdir Billah (381-422H) dan al-Qâimu Billah

(422-467H).3

2. Latar Belakang Pendidikan al-Mawardi

Al-Mawardi menerima pendidikan di Basra dan belajar yurisprudensi dari

hukum Syafi‟i, lalu dia melanjutkan ke Bagdad untuk pendidikan tinggi,

terutama mempelajari yurisprudensi, tata bahasa dan sastra, ia memutuskan untuk

berguru ilmu hukum, tata bahasa, dan sastra pada Syeikh Abdul Hamid al-Isfraini

dan Abdullah al-Bafi,4 di sini pula anak penyuling dan penjual mawar ini belajar

hadits dan fiqh pada al-Hasan bin Ali bin Muhammad al-Jabali, seorang pakar

hadits dan bahasa di zamannya, dan Abi al-Qasim Abdul Wahid bin Muhammad

al- Sumairi, seorang hakim di Basra pada saat itu. Dia segera menjadi ahli studi

Islam, termasuk hadits, yurisprudensi, tata bahasa dan sastra, dan wafat di Bagdad

pada tahun 450 H/1058 M. Ia dikenal sebagai tokoh terkemuka madzhab Syafi‟i,

pada abad ke-10, dan pejabat tinggi pada pemerintahan dinasti Abasiyah.

Masa kekhalîfahan Abasiyah adalah masa keemasan peradaban Islam.

Kekhalîfahan Abasiyah yang gemilang telah memberikan suasana paling cocok

bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Cendekiawan Muslim dari seluruh dunia

berkumpul di istana Abasiyah dan menyumbangkan pengetahuan mereka untuk

3 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara

Dalam Syari’at Islam, edisi Indonesia, (Jakarta: Darul Falah, 2007), h. xxvi. 4 Hari, Republika online, Al-Mawardi: Pemikir Termasyhur Di Zaman Kekhalifahan, diakses

pada hari Jum‟at, 18 Maret 2011 pukul 20.00 WIB.

Page 47: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

39

memperkaya dunia ilmu pengetahuan. Saat itu cendekiawan yang memberi

sumbangan terbesar bagi ahli politik dan ekonomi adalah al-Mawardi, yang

sekarang dianggap sebagai ilmuan besar dalam politik dan ilmu politik.

Perkembangan intelektualitas selama era ini sangat luar biasa dan yang termaju

selama sejarah Islam. Sebagai salah satu tokoh intelektual besar di masanya, al-

Mawardi terkenal sebagai ahli politik Islam pertama, dan sejajar dengan ahli

politik besar abad pertengahan, yakni Nizam al-Mulk, Ibn khaldun dan

Machiavelli.5

Imam al-Mawardi diusia dewasa menjadi qadi (hakim agung) pada masa

pemerintahan khalîfah Abasiyah (berkuasa pada tahun 381 H/991 H-423 H/1031

M). Ia menjabat qadi di berbagai tempat, kemudian dingkat sebagai hakim agung

(qadi al-qudat) di Ustuwa dan penasihat khalîfah.6 Pada 429 H, ia dinaikkan ke

jabatan kehakiman yang paling tinggi, Aqb al-qudat (qadi agung) di Bagdad,

jabatan yang dipegangnya dengan hormat sampai pada saat wafatnya.7

Guru-guru al-Mawardi, saat al-Mawardi belajar hadits di Bagdad,yaitu:

1. Al-Hasan bin Ali bin Muhammad al-Jabali (sahabat Abu Hanifah al-

Jumahi)

2. Muhammad bin Adi bin Zuhar al-Manqiri

3. Muhammad bin al-Ma‟alli al-Azdi

5 Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-Ahkam As-Shulthâniyyah, h. 22.

6 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve), h. 276. 7 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), h. 163.

Page 48: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

40

4. Ja‟far bin Muhammad bin al-Fadhl al-Bagdadi

5. Abu al-Qasim al-Qusyairi.

Ia belajar Fiqh pada:

1. Abu al-Qasim al-Sumairi di Basra

2. Ali Abu al-Asfarayini (imam madzhab imam Syafi‟i di Bagdad)

dan lain sebagainya.

Murid-muridnya:

1. Imam besar, al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Khatib al-Bagdadi.

2. Abu al-Izzi Ahmad bin Kadasy.8

3. Kiprah Politik Al-Mawardi

Dari jabatan qadi (hakim), al-Mawardi mendapat promosi sebagai duta

besar untuk khalifah dan menyelesaikan banyak masalah politik di negaranya.

Setelah menjabat menjadi qadi diberbagai tempat, dia ditunjuk sebagai qadi al-

qudat (Hakim Agung) Ustuwa, sebuah distrik di Nishapur. Tahun 1049, dia

mendapat kenaikan jabatan sebagai qab al-qudat (ketua Mahkamah Agung) di

Bagdad, posisi yang dijabatnya sampai kematiannya tahun 1058 M. Selain

keputusannya dibanyak kasus menjadi contoh untuk hakim-hakim lain didekade

8 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, h. xxvi.

Page 49: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

41

berikutnya, keputusan yang tegas untuk banyak masalah hukum dipakai sebagai

petuah selama beberapa abad.9

Situasi politik di dunia Islam pada masa al-Mawardi, yakni sejak

menjelang akhir abad X sampai pertengahan abad XI M, tidak lebih baik dari

pada zaman Farabi,dan bahkan lebih parah. Semula Bagdad merupakan pusat

peradaban Islam dan poros negara Islam. Khalîfah di Baghdad merupakan otak

peradaban itu, dan sekaligus jantung negara serta dengan kekuasaan dan wibawa

yang menjangkau semua penjuru dunia Islam. 10

Tetapi kemudian lambat laun cahaya yang gemerlap itu pindah dari

Bagdad ke kota-kota lain. Kedudukan khalîfah mulai melemah , dan dia harus

membagi kekuasaannya dengan panglima-panglimanya yang berkebangsaan

Turki atau Persia serta penguasa-penguasa wilayah. Meskipun makin lama

kekuasaan para pejabat tunggu dan panglima non Arab itu makin meningkat,

waktu itu belum tampak adanya usaha dipihak mereka untuk mengganti khalîfah

Arab itu dengan khalîfah yang berkebangsaan Turki atau Persia.

Namun demikian mulai terdengar tuntutan dari sementara golongan agar

jabatan itu dapat diisi oleh orang bukan Arab dan tidak dari suku Quraisy.

Tuntutan itu sebagaimana yang dapat diperkirakan kemudian menimbulkan reaksi

dari golongan lain, khusunya dari golongan Arab, yang ingin mempertahankan

syarat keturunan Quraisy untuk mengisi jabatan kepala negara, serta syarat

9 M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, (Jogjakarta: Diglossia,

2007), h. 143. 10

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 58.

Page 50: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

42

kebangsaan Arab dan beragama Islam untuk menjabat wazir tafwidh atau

penasihat dan pembantu utama khalîfah dalam menyusun kebijaksanaan. Mawardi

adalah salah satu tokoh utama dari golongan terakhir ini.11

Al-Mawardi juga penulis yang cakap mengenai beragam topik seperti

agama, etika, satra, dan politik. Khalîfah al-Qadirbillah memberinya penghargaan

tinggi dan khalîfah Qa‟im bin Amirullah (391-560 H), khalîfah Abasiyah ke-26,

menunjukkan sebagai duta besar untuk beberapa misi diplomatik ke negara-

negara satelit disekitarnya. Kebijaksanaannya sebagai negarawan berhasil

mempertahankan prestise kekhalîfahan Bagdad padahal lebih kecil diantara amîr-

amîr Saljuk dan Buyid yang terlalu kuat dan hampir independen, dan dia sering

menerima hadiah berharga dari amir-amir tersebut, sehingga kekayaannya

melebihi orang lain di kelas sosialnya. Walaupun dituduh oleh banyak orang

menganut kepercayaan theologies Mu‟tazilah, tetapi penulis-penulis selanjutnya

menyangkalnya12

.

Sebenarnya kondisi politik pada saat itu jika kita amati secara sekilas

ketika itu dunia Islam terbagi ke dalam tiga negara yang tidak akur dan saling

mendendam terhadap yang lain, di Mesir terdapat negara Fatimiyyah. Di

Andalusia terdapat negara Bani Umayyah. Di Irak Khurasan, dan daerah-daerah

Timur secara umum terdapat negara Bani Abasiyah, hubungan antara khalîfah-

khalîfah Bani Abasiyah dengan negara Fatimiyyah di Mesir didasari permusuhan

11

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 59. 12

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, h. 164.

Page 51: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

43

sengit, sebab masing-masing dari keduanya berambisi untuk menghancurkan

yang lain. Hubungan Bani Abasiyah dengan khalîfah-khalfîah Bani Umaiyyah di

Andalusia juga dilandasi permusuhan sejak Bani Abasiyah meruntuhkan sendi-

sendi negara Bani Umaiyyah, dan untuk itu darah tercecer di sana sini.

Itulah kondisi eksternal negara Bani Abasiyah, adapun kondisi internal

khalifah di Bagdad dan sekitarnya, sesungguhnya pemegang kekuasaan yang

sebenarnya di Bagdad adalah Bani Buwaih, mereka adalah orang-orang Syiah

fanatik dan radikal. Mereka berkuasa dengan menekan ummat, dan khalîfah

sendiri tidak mempunyai peran penting yang bisa disebutkan disini, bahkan ia

adalah barang mainan di tangan mereka. Mereka melemparkannya seperti bola,

jika mereka tidak menyukai khalîfah, mereka langsung memecatnya.13

4. Karya-karya Al-Mawardi

Al-Mawardi adalah termasuk penulis yang produktif. Cukup banyak karya

tulisnya dalam berbagai cabang ilmu, dari ilmu bahasa sampai sastra, hadits,

tafsir, fikh dan ketatanegaraan.14

Salah satu bukunya yang paling terkenal,

termasuk di Indonesia adalah Adab al-Dunyâ wa al-Din (Tata Krama Duniawi

dan Agamawi).

Secara garis besar, karya-karya al-Mawardi dapat dikelompokkan dalam

tiga cabang, yaitu keagamaan, sosio-politik, dan kebahasaan dan kesastraan,

berikut diterakan sejumlah karyanya baik yang sudah pernah dicetak maupun

13

Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, h. xxiv. 14

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 59.

Page 52: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

44

yang masih dalam bentuk manuskrip yang disimpan disejumlah perpustakaan atau

museum.15

a. Bidang Keagamaan

1) Kitab al-Tafsir, juga dikenal dengan nama al-Nukat wa al-‘Uyun fi Tafsir

al-Quran al-karim. Buku ini belum pernah diterbitkan, naskah

manuskripnya berserakan diberbagai perpustakaan di dunia. Yang

lengkap, dengan menambahkan beberapa kopinya dari sejumlah

perpustakaan, terdapat di perpustakaan Kubriely Istambul Turki. Naskah

manuskrip lainnya yang juga agak lengkap disimpan di perpustakaan

Universitas al-Qurawiyin, Fas Maroko, perpustakaan Istambul Turki dan

Rambur India.

Kitab al-Tafsir ini termasuk kitab induk di bidang tafsir al-Quran.

Itulah sebabnya para mufassir sesudah al-Mawardi misalnya al-Qurtubi

dalam kitabnya al-Jami’ li Ahkam al-Quran dan Ibnu al-Juzi dalam Zad

al-Masir nya mengutip panjang lebar pendapat-pendapat al-Mawardi

dalam kitab itu.

2) Adab al-Dîn wa al-Dunya. Nama buku ini semula adalah al-Bughyah al-

‘Ulya fi Adab al-Dîn wa al-Dunya. Judul yang disebut pertama itu

diduga, adalah pemberian oleh penyunting (muhaqqiq)nya pada terbitan

edisi pertama, namun tidak diketahui siapa namanya. Nama kedua itulah

yabg diberikan al-Mawardi sendiri. Penerbit memberikan nama lain lagi,

15

Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah al-Ahkam As-Shulthâniyyah, h. 24.

Page 53: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

45

dengan membaliknya menjadi Adab al-dunyâ wa al-Din. Di Indonesia

nama yang terakhir inilah yang kita kenal. Pada buku ini al-Mawardi

menggabungkan antara ketajaman analisa para fuqaha dengan ketajaman

hati para satrawan.16

Kitab Adab al-Dîn wa al-Dunya ini dirujuk dan dipergunakan di

hampir seluruh dunia Islam, termasuk di pesantren-pesantren Indonesia.

Di mesir, kitab ini diringkas sedemikian rupa kerena dijadikan buku wajib

bagi pelajar-pelajar tingkat pertama. Seperti tersurat dari namanya, buku

Adab al-Dunyâ bertopik seputar etika dan moral keagamaan murni, dan

tentang etika bermasyarakat.

3) Al-Hawi al-Kabîr. Kitab ini secara khusus membahas persoalan-persoalan

fiqh madzhab Syafi‟i. tetapi juga dibicarakan pandangan-pandangan

pendiri madzhab lain, terutama Abu Hanifah, pendiri madzhab Fiqh

Hanafi, terutama jika dipertentangkan dengan pendapat-pendapat Syafi‟i.

menurut Mustafa al-Saqo, Profesor pada Fakultas Sastra Universitas

Kairo, al-Hawi al-kabîr, adalah ensiklopedi besar di bidang fiqh Islam.

Al-Mawardi sendiri menyatakan, “Aku gelar pembahasan fiqh di sini

dalam empat ribu lembar kertas”. Maksudnya al-Hawi al-Kabîr ini adalah

buku fiqh yang amat luas. Sebagai bandingan, buku fiqh tulisan al-

Mawardi yang tipis al-Iqna’, digelar hanya di atas 40 lembar kertas. al-

Hawi terdiri dari lebih 20 jilid besar.

16

Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, h. xxxi.

Page 54: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

46

Sampai pada 1955 al-Hawi al-Kabîr baru pada tahap persiapan

percetakan yang diprakarsai oleh Liga Arab. Dan hingga kini, belum

pernah mendapatkan informasi tentang sudah atau belum terbitnya kitab

ensiklopedi fikih klasik tersebut.

4) Kitab al-Iqna’. Buku ini adalah ringkasan kecil dari kitab al-Hawi al-

kabîr yang ditulis atas permintaan Khalîfah al-Qadir Billah. Para peneliti

kutub al-Turats menduga bahwa nama al-Hawi al-Kabîr adalah

bandingan bagi nama lain kitab ringkasannya itu, yakni al-Iqna‟ (Al-Iqba‟

juga disebut al-Hawi al-sagîr).

5) Kitab A’lam al-Nubuwwah. Pada buku ini, al-awardi menjelaskan

aqidahnya tentang ketuhanan dan kenabian.17

Sampai kini kitab tentang

bukti-bukti kenabian Muhammad saw ini belum pernah diterbitkan, ia

masih tersimpan dalam bentuk manuskrip di perpustakaan Dâr al-Kutub

al-Misriyyah. Mustafa al-Saqo menyatakan. A’lam al-Nubuwwah adalah

buku teologi yang membicarakan ide-ide Ahl al-Sunnah dan Mu‟tazilah.

Kabar terakhir menyebutkan bahwa A’lam al-nubuwwah telah diterbitkan

di Kairo.

6) Kitab Adab al-qadi. Belum pernah diterbitkan, kini menuskripnya

tersimpan di perpustakaan Sulaimaniyah di Istambul Turki. Seperti

namanya, buku ini membicarakan tata tertib penanganan perkara dan

persidangan pengadilan yang harus dipegang oleh para hakim. Tetapi

17

Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, h. xxxii.

Page 55: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

47

kabar terakhir menyatakan buku ini telah terbit bahkan sudah ada yang

memiliki satu eksemplar.18

b. Bidang sosial-politik

1) Kitab al-Ahkam al-Sulthâniyyah wa al-Wilâyat al-Diniyyah (peraturan-

peraturan kerajaan atau pemerintahan). Ini adalah tulisan al-Mawardi

yang paling awal diterbitkan dan paling dikenal di dunia Islam. Buku ini

disusun khusus tentang pemikiran politik Islam.

2) Nasîhat al-Mulk (nasihat kepada para raja). Belum pernah diterbitkan.

Anskah tulisan tangannya terdapat di perpustakaan Nasional Paris.

3) Tashil al-Nadzâr wa Ta’jil al-Dzafr. Masih dalam bentuk manuskrip, di

perpustakaan Gothe Jerman.

4) Kitab Qawânin al-Wizâroh wa Siyasah al-Mulk. Diterbitkan pertama kali

oleh penerbit Dar al-„Ushur, Kairo pada tahun 1902 dengan judul adab al-

Wazir (pedoman untuk para mentri).

Bagi pengamat dan teoritisi politik dan sosiologi, al-Mawardi dengan

empat buku sosial dan politik tersebut memiliki kedudukan tersendiri, bahkan jika

dibandingkan dengan kapasitasnya sebagai cendekiawan keagamaan. Empat buku

al-Mawardi di bidang politik dan sosial tersebut juga telah diterbitkan dalam edisi

bahasa-bahasa Eropa, seperti Prancis, Jerman, Latin. Edisi Inggris al-Ahkam al-

Sulthâniyyah (the Laws of Islamic Governance) baru terbit pada tahun 1996 lalau,

18

Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah al-Ahkam As-Shulthâniyyah, h. 27.

Page 56: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

48

diterjemahkan oleh Dr. Asadullah Yate, diterbitkan oleh Ta-Ha Publisher

Ltd.London.19

Dari empat karyanya tentang politik, buku yang pertama yang paling

terkenal. Sudah berkali-kali dicetak di Mesir dan telah disalin ke dalam banyak

bahasa. Buku ini sedemikian lengkap dan dapat dikatakan sebagai “konstitusi

umum” untuk negara, berisikan pokok-pokok kenegaraan seperti tentang jabatan

khalîfah dan syarat-syarat bagi mereka yang dapat diangkat menjadi pemimpin

atau kepala negara dan para pembantunya, baik di pemerintahan pusat maupun di

daerah, dan tentang perangkat-perangkat pemerintah yang lain.

Yang menjadi pusat perhatian kita mengenai karya-karya tulis al-Mawardi

adalah bagian-bagian yang mengupas tentang jabatan kepala negara, cara

pengangkatan dan persyaratannya, serta hubungan antara negara dan warganya.20

Namun jarang sekali dilakukan pengkajian yang mendalam tentang kandungan

buku itu. Kenapa buku itu ditulis, sumber yang digunakan al-Mawardi dalam

menulis buku serta pengaruhnya terhadap masanya dan masa berikutnya, adalah

hal yang jarang dimasalahkan. Buku ini hendak memperlihatkan kepada orang

Islam bagaimana seharusnya sistem politik itu, dan siapa yang seharusnya

memegang kekuasaan efektif dalam sistem itu.21

Al-Mawardi cukup istimewa sebagai ahli politik pertama dalam Islam

yang berpengaruh, pengaruhnya bisa dibandingkan dengan Siyâsat Nama oleh

19

Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-Ahkam As-Shulthâniyyah, h. 28. 20

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 60. 21

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, h. 277.

Page 57: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

49

Nizam al-mulk atau Muqaddimah oleh Ibn Khaldun. Sebagai ahli politik utama

dalam Islam, tulisan-tulisannya serta pengalamannya praktisnya dalam politik

terserap dalam perspektif politik penulis-penulis sesudahnya.

c. Bidang bahasa dan Kesasteraan

Meskipun para penulis biografi sepakat bahwa al-Mawardi adalah juga

pakar bahasa dan sastra terbukti, misalnya, ada seratusan syair yang dimuat dalam

al-akam ini dan ratusan dalam Adab al-Bunyâ wa al-Dîn, tetapi hanya dua

bukunya yang nyata-nyata bertitel keabsahan dan kesastraan, yakni:

1) Kitab fi al-Nahwu (gramatika bahasa Arab). Buku ini tidak diketahui

“nasibnya”.

2) Al-Amtsal wa al-hikam. Dalam kitab ini, al-Mawardi mengumpulkan

berbagai pribahsa Arab, kata-kata mutiara dan syair-syair pilihan. Ada

300 motto, 300 bait sajak, dan 300 hadits pilihan. Kini, masih dalam

bentuk manuskrip, tersimpan di perpustakaan universitas Leiden Belanda.

B. Biografi Hasan Al-Banna

1) Riwayat Hidup Hasan Al-Banna

Hasan al-Banna dianggap banyak ilmuwan dan pemikir Islam sebagai

Mujadid abad ke 20. Dia adalah unik, dikaruniai dengan pemahaman Islam yang

benar dan mendalam dan kepercayaan yang kuat, dan seseorang yang terus

Page 58: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

50

bekerja tanpa henti sampai tujuannya tercapai, satu-satunya cara

menghentikannya adalah menyingkirkannya, dan itulah yang terjadi.22

Pada tahun 1906 di kota kecil Mahmudiyah, Mesir, lahirlah seorang bayi

yang kelak ditakdirkan Tuhan menjadi pembela agama paling gigih,

memperjuangkan Islam sepanjang sejarah dunia Arab, dialah Syekh Hasan al-

Banna.23

Lingkungan tempat tumbuh berkembang Hasan al-Banna sangat

sederhana. Ia tinggal disebuah kota kecil yang berdiri ditepi cabang sungai

Rasyid, yag terhubung dengan sungai Nil. Nama kota tersebut adalah „al-

Mahmudiyyah Buhayrah‟. Ia tepat berada di tengah-tengah antara jalan utara

menju Iskandaria, dan jalan selatan menuju Kairo. Di kota inilah Syaikh

Abdurrahman al-Banna (ayah dari Hasan al-Banna), yang banyak dikenal dengan

as-sati‟i (si tukang jam) tinggal besama keluarga. Mereka menjadi pendatang

untuk bekerja sebagai pembuat dan tukang memperbaiki jam. Ayahnya selain

bekerja sebagai tukang reparasi jam, juga ulama. Seperti lazimnya masyarakat

Mesir, Hasan mengikuti jejak ayahnya. Hasan belajar reparasi jam dan

mendapatkan pendidikan agama dasar.24

22

M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 375. 23

Maryam Jamîlah, Para Mujahid Agung, (Bandung: Mizan, 1989), h. 125. 24

Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3,

(Bandung: Mizan, 1998), h. 129.

Page 59: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

51

Setiap hari ia belajar hadits dan menelusuri musnad-musnadnya. Sejak

saat itu dia mulai cendrung mencurahkan perhatiannya kepada musnad Ahmad

bin Hanbal, yang dianggapnya sebagai ensiklopedi Sunnah Rasul terbesar. 25

Abdurrahman al-Banna mengisahkan diusia muda Hasan al-Banna ia

sudah mempertanyakan soal bumi dan bulan serta penciptaannya. Pertanda

kejeniusan akalnya sudah tampak kelihatannya sejak ia masih kecil. Oleh sebab

itulah maka sang ayah menyuruh Hasan al-Banna menghafal al-Qur‟an, belajar

hadits, juga diajari adab dan sopan santun yang baik. Pada umur 14 tahun Hasan

al-Banna berhasil menghafal al-Qur‟an, hal ini berkat kedisiplinannya dalam

membagi waktu26

.

2) Latar Belakang Pendidikan Hasan al-Banna

Ayahnya, Syeikh Abdurrahman al-Banna pernah belajar sebagai

mahasiswa di al-Azhar pada waktu Muhammad Abduh mengajar di lembaga itu.

Oleh karenanya dari ayahnya Hasan waktu kecil tidak hanya mendapatkan

pelajaran murni saja, tetapi juga gagasan-gagasan pembaharuan.27

Pada usia dua

belas tahun, Hasan masuk sekolah dasar negri. Pada waktu ini juga, Hasan masuk

25

Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, (Solo: Media Insani Press, 2003), h. 24. 26

Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2006), h. 201. 27

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 147.

Page 60: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

52

sebuah kelompok Islam, himpunan perilaku bermoral dan masuk himpunan

pencegahan kemungkaran.28

Ketika Hasan al-Banna belajar di Madrasah al-Mu‟allimîn al-Awâliyyah,

di sana ia menorehkan prestasi yang sangat gemilang. Ia berkembang dengan

baik, penuh zuhud dan memperhatikan ibadah. Inilah pertama kali ayahnya

melepaskan marhalah pendidikannya. Hasan al-Banna adalah orang yang sangat

gemar membaca, hal ini dipengaruhi: pertama adanya perpustakaan sang ayah

dan motivasi yang diberikan ayahnya untuk terus belajar dan membaca. Tidak

jarang ia diberi hadiah beberapa buku, buku-buku yang memberinya pengaruh

yang sangat berarti diantaranya adalah; al-Anwar al-Muhammadiyah karya al-

Nabhani, Mukhtasar al-Mawahib al-Ladunniyah karya al-Qastalani, dan Nur al-

Yaqîn fi Sirât Sayyid al-Mursalin karya Syaikh al-Khudri. Kedua, Madrasah al-

Mu‟alaimîn berhasil mengumpulkan sejumlah ulama terkenal, pada marhalah ini

Hasan al-Banna menghapal banyak matan dari ilmu yang bermacam-macam, dan

semua itu dilakukan diluar kurikulum pelajarn sekolah.29

Hasan al-Banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan

kelima terbaik di Mesir. Di usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di

Perguruan Tinggi Dâr al-„Ulûm, Universitas Kairo. Ia juga memiliki bakat

kepemimpinan yang cemerlang. Hasan al-Banna selalu terpilih menjadi ketua

organisasi siswa di sekolahnya. Pada usia 21 tahun, Hasan al-Banna menamatkan

28

Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3,

h. 130. 29

Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 42.

Page 61: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

53

studinya di Dâr al-Ulûm30

dan mendapatkan reduksi masa belajar selama empat

tahun, yaitu masa-masa tajîziyyah (persiapan). Selanjutnya ia berangkat ke Kairo

dan ia tinggal di daerah dekat Universitas al-Azhar.

Setelah keluar dari Dâr al-‘Ulûm ia menempuh ujian diploma. Mentri

pendidikan (Wizârah al-Ma’rif) bermaksud mengutusnya ke Eropa, tapi Hasan al-

Banna menolak, ia memilih dan memutuskan diri untuk belajar di Madrasah al-

Islâmiyyah. Di sanalah ia menelorkan benih benih dakwah. Di sana pulalah ia

menggagas terbentuknya Ikhwânul Muslimîn.31

3) Kiprah Politik Hasan Al-Banna

Selama abad kesembilan belas, nasib baik politik Mesir semakin erat

dengan Eropa, selama awal tahun 1800-an hubungannya semakin dekat karena

para investor Eropa mendukung berbagai proyek untuk mengembangkan

infrastruktur Mesir, proyek terpenting adalah pembangunan Terusan Suez, yang

selesai pada tahun 1869, selain memodernisasikan ekonomi Mesir, berbagai

proyek ini juga membuat Mesir berhutang kepada kreditor Eropa. Hingga abad

dua puluh Inggris masih tetap bertahan dan mendominasi seluruh sektor yang ada

di Mesir. Hasan al-Banna yang baru berusia tiga belas tahun, ikut berdemonstrasi

menuntut kepergian Inggris, Inggris menghadapi badai protes nasioanalis, dengan

30

Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, h. 202. 31

Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 23.

Page 62: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

54

demikian, iklim politik diseputar tahun-tahun awal kesadaran sosial Hasan al-

Banna ditandai dominasi asing dan perlawanan terhadap dominasi asing.32

Pada marhalah Dâr al-Ulûm telah terjadi banyak peristiwa denotatis,

diantaranya peristiwa runtuhnya dinasti Kamal dan posisi dunia Islam diambang

kehancuran, dengan mata kepalanya sendiri Hasan al-Banna menyaksikan

pergolakan yang mahadahsyat antara masyarakat tak bersenjata dengan kaum

kolonial yang durjana, Hasan al-Banna menilai hal ini bukan hanya sekedar

masalah invasi Inggris terhadap Mesir, tetapi lebih dari itu merupakan

pencaplokan Barat terhadap dunia Islam.33

Posisi al-Azhar pada saat itu sangat lemah. Kekuatan Islam baru bisa

digalang dan disatukan dalam wadah yang diberi nama Asy-Syubban al-

Muslimîn, atau jamaah-jamaah yang lain. Akan tetapi Hasan al-banna bermaksud

menghadapi masalah tersebut dengan serius dan berbeda. Ia memulainya dengan

wacana persatuan Islam (al-Jami‟yyat al-Islamiyyah), tetapi untuk tahap pertama

ia konsentrasikan pada bidang sejarah gerakan kebangkitan Islam, juga

pembangunan pemuda dan penggalangan kekuatan.34

Beberapa bulan setelah kepindahannya ke Ismâiliyyah tempat ia bekerja

sebagai guru pada sekolah lanjutan milik pemerintah, pada tahun 1928 ia secara

resmi mendirikan himpunan persaudaraan Muslim (Ikhwânul Muslimîn) diantara

32

Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3,

h.127. 33

Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 39. 34

Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 41.

Page 63: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

55

berbagai aspek perjuangan di dalam pergerakannya itu, Hasan al-Banna paling

mementingkan aspek pendidikan bagi generasi yang sedang tumbuh. Dengan

didukung enam orang pengikut dan murid-muridnya yang setia. Pada tahun 1933,

Hasan al-Banna memindahkan markas besar Ikhwân dari Ismâiliyyah ke Kairo.

Selama tiga tahun berikutnya pergerakan tersebut memusatkan kegiatan-

kegiatannya dalam mendidik masyarakat agar mereka hidup secara Islamis, dan

memantapkan rencana kerja masjid-masjid, sekolah-sekolah dan lembaga-

lembaga kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok Mesir. Pada tahun 1949

Ikhwânul Muslimîn sudah memiliki lebih dari dua ratus ribu cabang yang tersebar

di seluruh pelosok Mesir dengan anggota sekitar lima ratus ribu ditambah

simpatisan yang banyaknya diperkirakan sama dengan anggotanya. Lambat laun

Ikhwânul Muslimîn berkembang menjadi suatu organisasi keagamaan dan politik

yang amat tangguh.35

Akhirnya Ikhwânul Muslimîn terlibat secara langsung dalam pergolakan

politik di Mesir lewat kegiatan-kegiatannya menentang kekuasaan pendudukan

Inggris dan berdirinya negara Israel di atas bumi Palestina. Aspirasi politiknya

juga makin terkristalisasi, yakni secara jelas mendambakan negara Islam.36

Surat

kabar, pamflet majalah dan buku-buku yang mereka terbitkan sirkulasinya

semakin hari semakin meningkat, kini pengaruh Ikhwân mulai menembus batas-

batas negara, karena para remaja di negara-negara tetangga semakin banyak yang

35

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 145. 36

Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 146.

Page 64: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

56

mengharapkan bimbingan dari Hasan al-Banna. Didirikanlah cabang-cabang di

Siria, Libanon, Yordania, Palestina, Maroko dan Sudan. Seperti halnya

Jamaluddin al-Afgani, syekh Hasan al-Banna menyadari bahwa tidak mungkin

bagi suatu masyarakat Islam untuk mendapatkan kemajuan di bawah kekuasaan

asing yang memusuhinya. Karena itu ia menyerukan agar memasang bendera

jihad sampai titik darah penghabisan melawan imperealisme Inggris, baik secara

politis maupun ekonomis.

Ia menuntut kepada kerajaan Inggris Raya agar melepaskan Terusan

Zues. Karena popularitasnya dan pengaruhnya semakin lama semakin besar,

golongan penguasa yang sedang memerintah mulai menganggap Ikhwân sebagai

suatu ancaman subversive yang paling berbahaya. Tahun 1941, Perdana Mentri

dan pemerintahan Mesir sangat terpengaruh oleh Inggris. Pemerintah Mesir, di

bawah kepemimpinan perdana mentri, bergabung dalam pasukan Inggris di

perang dunia II. Hasan al-Banna menentang aliansi ini, tetapi dia tidak didengar,

dia kemudian ditangkap dan surat kabarnya ditutup.

Akan tetapi rakyat bangkit dalam pemberontakan dan pemerintah terpaksa

membebaskannya. Tahun 1942, Nasha Pasha menutup semua kantor Ikhwânul

Muslimîn, kecuali kantor pusatnya di Ismâiliyyah, tetapi rakyat memberontak dan

Nasha Pasha digulingkan. Di tahun 1945, Perdana Mentri baru disumpah dan

diadakan pemilihan umum. Dalam pemilu ini, Hasan al-Banna dan rekan-

rekannya mengambil bagian, tetapi akibat campur tangan pemerintah, kandidat

Page 65: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

57

ikhwan tidak terpilih dan Hasan al-Banna ditangkap lagi, tetapi protes menyebar

luas dan dia dibebaskan.

PBB pada tahun 1947, dibawah pengaruh Amerika Serikat memutuskan

untuk membentuk negara Israel di Palestina. Mengenai hal ini, Hasan al-Banna

dan rekan-rekannya mendeklarasikan Jihad melawan agresi dan mulai

mengorganisir dari menjadi pasukan mujahidin yang kuat. Mereka berpartisipasi

dalam jihad ini dan berjuang menentang pembentukan negara baru Yahudi, tetapi

seluruh Barat berada dibelakang mereka.

Pilihan Pada bulan Desember 1948, pemerintah melakukan penekanan ala

Inggris dan menyatakan bahwa pergerakan tersebut dianggap tidak sah. Beribu-

ribu Ikhwân dijebloskan kepenjara dan harta kekayaan mereka disita negara, juga

pada tahun ini Perdana Mentri Mahmud yang melihat popularitas Ikhwânul

Muslimîn merasa cemas dan dia menangkap semua pendukung partai ketika

mereka berperang melawan Israel. Ribuan pejuang ikhwân di seluruh Mesir

dimasukan ke dalam penjara.

Karena alasan politik, Syekh Hasan al-Banna tidak ditangkap, tetapi

partainya dilarang dan dia mendapat pengawasan ketat. Pada 12 Februari 1949,

ketika dia pulang dari sebuah pertemuan Young Muslim Association, dia

ditembak mati. Peristiwa pembunuhan itu sangat kejam dan mengejutkan, tak ada

yang mengizinkan mendekati tubuhnya kecuali ayahnya, jenazahnya

diperbolehkan pulang dengan kawalan polisi, tidak ada yang boleh menyalatkan

Page 66: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

58

Hasan al-Banna kecuali ayahnya.37

Polisi tidak memperbolehkan masyarakat

umum mendekati peti matinya. Semua saudaranya berada dipenjara, sedang ibu

dan dua saudara perempuan, putri-putrinya dan putranya Ahmed Saif al-Islâm di

rumah.38

4) Karya-karya Hasan Al-Banna

Di sepanjang hidup al-Banna di tengah gejolak perubahan Mesir pada

umumnya dan Ikhwân al-Muslimîn pada khususnya, ia melakukan berbagai

ceramah dan menulis banyak makalah. Kebanyakan karya-karyanya

dipublikasikan semasa hidupnya dan dicetak-ulang berkali-kali setelah ia

meninggal dunia. Majmu`ah al-Rasail adalah buku yang berisi sebagian besar

surat-surat al-Banna, yang masing-masing setara dengan buku catatan kecil.

Berikut ini adalah sebagian judul makalah dan risalah yang ditulis Hasan al-

Banna:

1) Ahâdits al-Jum`ah.

2) Al-Ikhwân al-Muslimûn tahta Râyat al-Quran (bulan Safar 1358H/ April

1839 M).

3) Illâ Ayyi Syai-in Nad`û al-Nas (1936 M).

4) Bâ’in al-Ams wa al-Yaûm (1942 M yang juga dinamakan dengan Risâlat al-

Nabiyyil Amin atau Min Tatawwuril Fikratil Islamiyah).

37

Ahmad Isya „Asyur, Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna, Hadits Tsulatsa’, Cet. V, (Solo:

Era Intermedia, 2005), h. 9. 38

M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 378.

Page 67: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

59

5) Risâlat Da`watunâ (1936 M).

6) Risâlat Mursyid yang pertama pada bulan Ramadhan 1349 H/ Januari 1931

M.

7) Risâlat al-Ta`lîm (1943 M).

8) Risâlat al-Jihâd.

9) Risâlat al-Mu`tamâr al-Khâmis (1938 M).

10) Risâlat al-Mu`tamâr al-Sâdis (Majlis Syura Am, pada bulan Dzulhijjah

1359 H/ Januari 1941 M)

11) Risâlat Aqîdatuna (1350 H/ 1931 M)

12) Risâlat al-`Aqâid

13) Risâlat al-Mu’tamar al-Awwal (Majlis Syura Aam) yang pertama pada

bulan Shafar 1350 H/ 1931 M.

14) Risâlat Mursyid (yang kedua pada bulan Ramadhan 1351 H/ 1932 M)

15) Risâlat al-Mu’tamar al-Tsani’ (Majlis Syura Aam) yang kedua pada bulan

Syawal tahun 1350H/ Februari 1932 M.

16) Risâlat al-Mu’tamar al-Tsalits (Majlis Syura Aam) yang ketiga pada bulan

Dzulhijjah 1353 H/ Maret 1935 M.

17) Risâlat al-Mu’tamar al-Râbi’ (Majlis Syura Aam) yang keempat pada bulan

Dzulhijjah 1354 H/ Maret 1936 M.

18) Risâlat Nahwan Nûr (1936 M)

19) Risâlat Ilasy Syabbab (1357 H/ 1936 M)

20) Dokumen al-Matâlib al-Khamsun (1357 H/ 1936M).

Page 68: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

60

21) Risâlat Ila al-Mu’tamar Tullabil Ikhwânil Muslimîn (1938 M).

22) Risâlat al-Manhaj al-Tsaqafi (1359 H/ 1940M).

23) Risâlat Nidamul Usar (1943 M).

24) Risalah kepada para pemimpin cabang, markas jihad dan wilayah pada

tahun 1364 H/ 1945 M.

25) Risâlat Musykilatuna fi Dau’in Nidamil Islami (1947 M).

26) Risâlat Hal Nahnu Qaumun ‘Amâliyyun.

27) Risâlat Allah fil ‘Aqidah al-Islamiyah (1367 M).

28) Risâlat al-Munajah

29) Risâlat al-Ma’tsurat.

30) Ila Ikhwânil Kata’ib.

31) Nadârat fi Kitâbillah.

32) Nadârat fi Sirah.

33) Muqaddimah fi al-Tafsir.

34) Majmu’ah Maqalâtul Banna.

35) Ahadits al-Tsulatsa’

36) Mudzakkirat al-Da’wah Wa al-Da’iyyah.

37) Dusturuna.39

39

Ali Abdul Hamid Mahmud, Rukun Jihad Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan

Al-Banna, (Jakarta: Al-I‟tisom Cahaya Umat, 2001), h. 187.

Page 69: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

61

Semua karya Hasan al-Banna ini belum mencangkup keseluruhan dari apa

yang ditulis olehnya, karena masih banyak karyanya yang membutuhkan upaya

pencarian.

Page 70: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

62

BAB IV

LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT

AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

1. Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi

Al-Mawardi menegaskan beberapa hal terkait teori politik mengenai

imam, yang salah satunya tentang hak imam atau khalîfah. Menurut al-Mawardi,

jika imam telah menjalankan kewajibannya dan memenuhi hak rakyat, rakyat

wajib mematuhi dan mendukung kebijaksanaannya1. Jika kepala negara telah

menjalankan hak-hak umat, lalu ia telah menunaikan hak-hak Allah SWT baik

yang berkenaan dengan hak-hak manusia maupun kewajiban yang harus mereka

emban. Saat itu kepala negara mempunyai dua hak atas rakyatnya, yaitu: taat

kepada pemerintahnya dan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan

dengan baik, selama ia tidak berubah keadaannya.2

Perubahan sifat kepala negara yang membuatnya keluar dari kompetensi

sebagai kepala negara ada dua hal:

1. Kredibilitas pribadinya rusak

2. Terjadi ketidaklengkapan anggota tubuh.

1 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, h. 278.

2 T.M. HAsbi Ash Shiddiqy, Ilmu Kenegaraan Dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1991), h. 117.

Page 71: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

63

Rusaknya kredibilitas pribadinya dapat terjadi karena ia melakukan

perbuatan yang fasik. Hal itu disebabkan dua macam yaitu ia mengikuti

syahwatnya dan mengikuti syubhat. Hal yang pertama berkaitan dengan

perbuatan tubuh, yaitu dengan melakukan kemungkaran, mengikuti dorongan

syahwat, dan menuruti hawa nafsunya. Ini adalah kefasikan yang menghalangi

untuk menjabat kepala negara dan meneruskan jabatannya.3

Hal yang kedua adalah berhubungan dengan akidah, yaitu ia melakukan

takwil terhadap sesuatu masalah yang subhat sehingga ia menghasilkan takwil

yang menyalahi kebenaran.

Hak imam yang juga telah disebutkan di atas yaitu:

1. Haqq al-Tha‟ah, yaitu hak untuk memperoleh kepatuhan dari

rakyatnya terhadap pemerintah (penguasa).

2. Haqq al-Nashrah, yaitu hak untuk mendapatkan bantuan dari

rakyat dalam pelaksanaan tugas imam.4

Hak yang pertama menunjukkan bahwa ketika seseorang telah di baiat

menjadi seorang imam atau pemimpin, maka dengan sendirinya segala titah yang

dikeluarkannya menjadi kewajiban masyarakat untuk ditaati.5 Menurut al-

Mawardi mengenai pengangkatan kepala negara, salah satu tugas terpenting

anggota lemabaga pemilih (ahl al-„aqd wa al-halli atau ahl al-ikhtiyar) adalah

3 Al-Mawardi, Hukum Tata-Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1996), h. 39.

4 Rusdji Ali Muhammmad, Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Ar-Raniry Press, 2004), h. 47.

5 Moh. Mufid, Politik Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h.40.

Page 72: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

64

mengadakan penelitian terlebih dahulu terhadap kandidat kepala negara, apakah

ia memenuhi persyaratan. Jika syarat telah dipenuhi, maka diminta kesediaan si

calon lalu ia ditetapkan sebagai kepala negara dengan ijtihad atas rida dan

pemilihan yang diikuti dengan pembaiatan.

Dalam pembaiatan tidak ada paksaan. Rakyat yang telah membaiat harus

mentaatinya. Pendapat al-Mawardi menunjukkan bahwa proses pengangkatan

kepala negara merupakan persetujuan antara kedua belah pihak, yakni pihak

pemilih dan pihak yang dipilih sebagai satu hubungan dua pihak dalam

mengadakan perjanjian atas dasar sukarela. Konsekuensinya, kedua belah pihak

mempunyai kewajiban dan hak secara timbal balik.6 Oleh karenanya syarat

menjadi imam adalah kecerdasan intelektual, pintar, dan peka terhadap kondisi

masyarakat. Ketika ada masalah yang mengharuskan seorang pemimpin

mengeluarkan undang-undang atau aturan, maka dengan sendirinya rakyat harus

patuh terhadap undang-undang tersebut.7

Menurut al-Mawardi, dari segi politik itu terdapat enam sendi utama:

agama yang dihayati, penguasa yang berwibawa, keadilan yang menyeluruh yang

di dalamnya menjelaskan keadilan terhadap atasannya, seperti rakyat terhadap

kepala negaranya, dan pengikut terhadap kepalanya, yang dimanifestasikan

melalui ketaatan yang tulus, kesiapan membantu dan membela serta loyalitas

6 Ensiklodesi Tematis Dunia Islam, Ajaran, h. 216.

7 Moh Mufid, Politik Dalam Perspektif Islam, h. 40.

Page 73: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

65

yang utuh, keamanan yang merata, kesuburan tanah yang berkesinambungan dan

harapan kelangsungan hidup.8

Pada bab 4 buku karya al-Mawardi yaitu Hukum Tata Negara dan

Kepemimpinan dalam takaran Islam pada sub bab kewajiban yang harus dipenuhi

oleh para Mujahidin dalam berjihad, di sana dijelaskan kewajiban tentara terhadap

panglima perang, yaitu:

1. Selalu taat kepada pemimpin dan tunduk dalam kekuasaannya karena

kekuasaaanya atas mereka sah serta mereka harus taat kepadanya sesuai

status jabatannya itu, dan taat kepada pemimpin adalah wajib9. Allah SWT

berfirman:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taati pulalah Rasul serta

pemegang kekuasaan dari kalanganmu. Kalau kamu berbeda pendpat entang

sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul, jika benar-benar

kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian itu lebih utama

dan lebih baik akibatnya.” (An-nisaa‟:59)

Pengertian ulil amri ini ada dua penakwilan berikut ini.

8 Munawir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 62.

9 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara

Dalam Syari‟at Islam, edisi Indonesia, h. 86.

Page 74: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

66

a) Mereka adalah para pejabat. Ini adalah pendapat Ibn Abbas r.a.

b) Mereka adalah para ulama. Ini adalah pendapat Jabir bin Abdullah,

Hasan, dan Ata‟.

2. Menyerahkan wewenang dan mandat itu kepadanya untuk mengatur

strategi perang mereka sehingga tidak banyak pendapat yang saling

berbenturan, yang mengakibatkan persatuan mereka menjadi hilang dan

mereka menjadi terpecah belah. Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan

ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka

menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara meraka

tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan

dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri), kalau

tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah

kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (diantaramu).”

(An-nisaa‟:83)

Penyerahan masalah itu kepada ulil amri adalah sebab bagi tercapainya

ilmu dan kebijakan yang tepat. Jika ada sesuatu kebenaran yang tidak

terlihat oleh panglima mereka, mereka hendaknya menjelaskannya

kepadanya dan menunjukkannya. Oleh karena itu, dianjurkannya untuk

Page 75: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

67

melakukan musyawarah sehingga dapat tercapai suatu keputusan yang

tepat.

3. Segera menjalankan instruksinya dan menaati larangannya karena kedua

hal itu adalah dimensi utama ketaatan terhadapnya. Jika mereka tidak

menjalankan apa yang ia instruksikan dan menjalankan apa yang ia larang,

ia dapat menghukum dan memberi pelajaran kepada mereka sesuai kadar

pelanggaran itu, namun jangan sampai bertindak kasar. Allah SWT

berfirman:

Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka ; mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal

kepada-Nya.” (Ali Imran:159)

4. Tidak menentangnya dalam pembagian ghanimah jika ia telah

menetapkan pembagiannya dan secara rela menerima pembagian yang

dilakukan olehnya. Ini karena Allah telah menyamaratakan ghanimah

Page 76: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

68

antara kalangan terhormat dan orang biasa dan antara orang yang kuat dan

yang lemah.

Al-Mawardi memberikan indikasi tidak bolehnya rakyat taat kepada

kepala negara, yaitu tidak berlaku adil dalam pemerintahan dan hilang

kemmapuan fisiknya, sikap tidak adil kepala Negara dapat terlihat dari

kececndrungannya memperturutkan hawa (nafsu) seperti melakukan hal-hal

yang subhat.10

2. Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Hasan Al-Banna

Hasan al-Banna berkata, “yang saya maksudkan dengan taat adalah

menunaikan perintah dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun

mudah, saat bersemangat maupun malas.11

Imam Hasan al-Banna menganggap ketaatan dan loyalitas seorang

anggota terhadap pimpinannya sebagai salah satu rukun baiat. (Beliau memaknai

taat ibarat pelaksanaan semua perintah dengan sesegera mungkin dalam segala

kondisi baik senang, susah, sukarela maupun sedikit terpaksa). Beliau

melanjutkan bahwa taat pun terbagi pada beberapa klasifikasi yang diukur dari

sejauhmana tahapan pengkaderan seorang anggota, adapun tahapan-tahapannya,

yakni:

10

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya

Media, 2001), h. 211. 11

Sa‟id Hawwa, Membina Angkatan Mujahid, Studi Analitis Atas Konsep Dakwah Hasan

Al-Banna Dalam Risalah Ta‟alim, (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 171.

Page 77: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

69

1. Takrif

Pada tahap ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah islam di

tengah masyarakat. Adapun sistem dakwah untuk tahap ini adalah

sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan

umum. Medianya adalah memberikan nasehat dan bimbingan (sekali

waktu) dan membangun berbagai tempat yang berguna (di waktu yang

lain), serta berbagai media aktivitas lainnya. Semua syu‟bah (nama

satuan kelompok) Ikhwan yang ada sekarang adalah representasi dari

tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia terkoordinir dalam

“undang-undang pokok” yang telah dijabarkan melalui berbagai

risalah dan penerbitan Ikhwan. Dakwah pada tahapan ini bersifat

umum.

Jamaah menjalin hubungan dengan orang yang ingin

memberikan kontribusi bagi aktivitasnya dan ikut menjaga prinsip-

prinsip ajarannya. Ketaatan yang tanpa reserve pada tahapan ini

tidaklah dituntut, bahkan tidak lazim. Tingkatannya seiring dengan

kadar penghormatannya kepada sistem dan prinsip-prinsip umum

Jamaah.

2. Takwin

Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan

seleksi terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk

menghimpun berbagai bagian yang ada. Sistem dakwah pada tahapan

Page 78: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

70

ini bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan untuk kedua

aspek ini adalah: “perintah dan taat”, tanpa keraguan. Semua katibah

(nama satuan kelompok militer) Ikhwan yang ada kini adalah

representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia

terhimpun dalam risalah manhaj yang telah lalu.

Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Ia tidak dapat

dikerjakan oleh seseorang kecuali yang telah memiliki kesiapan secara

benar untuk memikul beban jhad yang lama masanya dan berat

tantangannya. Slogan utama dalam persiapan ini adalah: “totalitas

ketaatan”.

3. Tanfidz

Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad dengan tanpa kenal

sikap plin-plan, kerja terus-menerus untuk menggapai tujuan akhir,

dan siap menanggung segala cobaan yang tidak mungkin bersabar

atasnya kecuali orang-orang yang tulus. Dakwah ini tidak mungkin

meraih keberhasilan kecuali dengan “ketaatan yang total” juga.

Untuk itulah shaf pertama Ikhwanul Muslimin berbaiat pada bulan Rabi‟ul

Awal 1359 H. Dengan bergabungnya kalian dalam katibah ini, dengan sikap

menerima kalian akan risalah ini, dan dengan kesetiaan kalian pada baiat ini

berarti kalian telah berada pada tingkatan kedua menuju tingkatan ketiga.

Page 79: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

71

Tunaikan tanggung jawab yang telah dipikulkan kepadamu dan siapkan dirimu

umtuk setia kepadanya.12

Hasan al-Banna menulis pada bukunya yaitu pada bab pemerintahan

mengenai tanggung jawab pemerintahan (kabinet) Perihal tanggung jawab

pemerintah menurut Islam, pada dasarnya yang memilikinya adalah presiden

(kepala pemerintahan) betapapun keadaanya. Dia punya hak untuk melakukan apa

saja untuk kemudian menyerahkan penilaian perilakunya kepada masyarakat. Jika

ia baik, rakyat wajib mendukungnya. Namun sebaliknya, jika ia tidak baik, maka

rakyat harus meluruskanya. Islam tidak melarang seorang presiden melimpahkan

wewenang eksekutifnya kepada yang lain untuk megemban tanggung jawab ini,

sebagaimana dalam pemerintahan Islam masa lalu dikenal dengan “wizâratut

tafwid” (maksudnya kurang lebih sama dengan sistem kabinet parlementer yang

dipimpin oleh seorang perdana mentri sekarang ini dan membolehkannya

sepanjang tetap dalam kerangka menegakkan maslahat.13

Hasan al-Banna juga menuliskan “dulu umat bersatu dalam kata dengan

berpegang teguh kepada tali agama, yakin akan keutamaan hukum-hukumnya,

memelihara perintah Rasulullah saw., dan peringatan beliau untuk menjaga

persatuan. Demikian pentingnya arti jamaah dan persatuan di bawah naungannya,

12

Said Hawwa, Membina Angkatan Mujahid, Studi Analitis Atas Konsep Dakwah Hasan Al-

Banna Dalam Risalah Ta‟alim, h. 171. 13

Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, (Solo: Era Intermedia, 2008), h.

306.

Page 80: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

72

sampai-sampai Rasul memerintahkan untuk membunuh siapa saja, yang

memisahkan diri dari jamaah dan keluar dari ketaatan.

Beliau bersabda:

ا يفزق ا كم ص يزيد ا ن يشك ع عل رجل ا حدمه ا ذا كم ا مز كم جميع

فا لرل ه جما عركم

Artinya:

“Siapa yang dating kepadamu, sedang seluruh urusanmu telah sepakat

diserahkan kepada seorang laki-laki, untuk memecah kekuasaanmu dan

merusak jamaahmu maka bunuhlah dia” (HR. Muslim).

Sebagaimana beliau juga besabda:

مه خز ج مه الطا عح فا رق ا لجما عح فما خ ما خ ميرح جا ىليح مه لا ذل ذحد

را يد عميح يغضة لعصثح ا يدع ال عصثح ا ينصز عصثح فمرل فمرلح جا ىليح

مه خزج عل ا مر يضز ب تز ىا فا جز ىا ال يرحا ش مه مؤ منيا ال يفي لذ

(راه ا ت ىزيزج )ععد عيده فليس مني لسد منو

Artinya:

“Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan menentang jamaah, kemudian ia

meninggal, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah. Dan barangsiapa

yang berperang di bawah bendera ashabiyah, marah karena ashabiyah,

menyeru kepada ashabiyah, atau menghidupkan ashabiyah, kemudian ia

tebunuh, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah. Barangsiapa keluar dari

umatku, mencela yang baik maupun yang buruknya, tidak mau berhati-hati

Page 81: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

73

terhadap orang mukmin, dan tidak menepati janji maka dia bukan dari

golonganku dan aku pun bukan bagian darinya.” 14

(HR. Abu Hurairah)

Hasan al-Banna menerangkan tentang hak-hak dari pemerintahan Islam

yang baru terlaksana jika kewajibannya telah ditunaikan. Ini merupakan salah satu

bukti pemahaman fiqih Imam Hasan al-Banna yang sangat cermat. Hasan al-

Banna berkata: “Di antara hak-hak pemerintahan Islam adalah: wala` (loyalitas)

serta sokongan baik dengan harta bahkan nyawa”.

Al-Qur`an juga telah menjelaskan bahwa hak baru diterima setelah

kewajiban ditunaikan. Firman Allah dalam Qur‟an surah An-Nisa 58-59:

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taati pulalah Rasul serta pemegang kekuasaan dari

kalanganmu. Kalau kamu berbeda pendpat entang sesuatu, kembalilah

kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul, jika benar-benar kamu beriman

14

Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, h. 304.

Page 82: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

74

kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik

akibatnya.” (QS:An-Nisa ayat 58-59)

Ayat pertama menjelaskan kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan

seorang pemimpin terhadap dirinya, yaitu supaya ia berlaku adil dalam

penyerahan wewenang dan jabatan tertentu pada orang yang tepat dan memang

ahli di bidang tersebut serta kewajiban menegakkan keadilan antara dua pihak

yang mengadukan permasalahan mereka kepadanya untuk diselesaikan secara

hukum dengan adil. Sedangkan ayat kedua mengindikasikan tentang hak-hak

yang bakal diterima seorang pemimpin dari rakyatnya yaitu berupa loyalitas serta

kewajiban rakyat untuk selalu menjalankan instruksinya selama instruksi tersebut

sejalan dan tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.15

Hasan Al-Banna menjelaskan karakter pemerintahan Islam sebagai berikut:

“Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang para anggotanya orang-

orang muslim, melaksanakan kewajiban, tidak bermaksiat secara terang-

terangan, dan melaksanakan hukum-hukum Islam. Tidak mengapa menggunakan

orang-orang non muslim sepanjang hanya menduduki jabatan umum. Bentuk dan

jenis pemerintahannya tidak menjadi persoalan sepanjang sesuai dengan kaidah-

kaidah umum dalam pemerintahan Islam. Di antara sifat-sifatnya adalah rasa

tanggung jawab, kasih sayang kepada rakyat, bersikap adil sesama manusia,

menahan diri dari harta rakyat dan menghemat penggunaanya. Sedangkan

15

Usepsaefurohman.wordpress.com mengutip dari Era Muslim, Agenda Politik dan

Pemerintahan Islam, diakses pada hari Rabu, 02 Maret 2011 pukul 16.00 WIB.

Page 83: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

75

kewajiban-kewajibannya antara lain, memelihara keamanan, melaksanakan

undang-undang, menyebarkan pengajaran, mempersiapkan kekuatan, menjaga

kesehatan masyarakat, memelihara kepentingan umum, mengembangkan

kekayaan negara, menjaga keselematan harta benda, meninggikan akhlak, dan

menyampaikan dakwah”.

Baiat ibarat kontrak politik antara pemimpin dan yang dipimpin berupa

sumpah setia untuk loyal terhadap pimpinan dalam segala kondisi senang, susah,

sukarela maupun sedikit terpaksa serta menyerahkan seutuhnya urusan

kepemimpinan jamaah terhadapnya. Adapun hak-haknya setelah menjalankan

semua kewajiban antara lain: kesetiaan, ketaatan, dan dukungan jiwa raga yang

diberikan oleh rakyat. Apabila pemerintah lalai melaksanakan kewajibannya,

maka berilah nasehat dan bimbingan. Jika itu pun tidak berarti, maka dicabutlah

ketaatan dan kesetiaan kita lalu disingkirkan, karena tiada kewajiban untuk taat

kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Allah).”16

Tiada seorang Rasul pun yang tidak mengharuskan kaumnya agar

melaksanakan dua hal: taqwa dan taat. Allah SWT berfirman:

16

Said Hawwa, Membina Angkatan Mujahid , Studi Analitis Atas Konsep Dakwah Hasan Al-

Banna Dalam Risalah Ta‟alim, h. 63.

Page 84: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

76

Artinya:

”Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku,

dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu,

dan aku datang kepadamu dengan membawa satu tanda (mukjizat) dari

Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”

(al-Imran:50)

Tanpa ketaatan, maka tidak ada jamaah, tidak ada gerakan, tidak ada

sistem, tidak ada keridaan Allah, tidak ada jihad, dan tidak ada tujuan yang dapat

tercapai. Akan tetapi ketaatan tanpa yang sempurna tidak dapat terwujud tanpa

ilmu dan tsiqoh. Oleh karena itu Hasan al-Banna tidak menuntut ketaatan secara

penuh kepada anggota yang masih berada pada tingkatan takrif. Keharusan taat

secara penuh pada peringkat itu tidaklah realistis, bahwa pada tingkatan takrif kita

dituntut untuk memperkenalkan anggota kepada jamaah agar ia mengenal dan

percaya penuh. Jika ia telah mengenal dan percaya penuh, maka ia telah siap

memasuki peringkat takwin untuk dibina dan diambil perannya nanti diperingkat

tanfidz. Ketaatan di peringkat ini mutlak adanya.17

3. Perbedaan Pendapat Antara Al-Mawardi dan Hasan Al-Banna Mengenai

Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin.

Perbedaan pendapat al-Mawardi dan Hasan al-Banna tentang loyalitas rakyat

terhadap pemimpin adalah:

17

Said Hawwa, Membina Angkatan Mujahid, Studi Analitis Atas Konsep Dakwah Hasan Al-

Banna Dalam Risalah Ta‟alim, h. 172.

Page 85: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

77

a) Menurut al-Mawardi, jika imam telah menjalankan kewajibannya dan

memenuhi hak rakyat, rakyat wajib mematuhi dan mendukung kebijaksanaannya.

Jika kepala negara telah menjalankan hak-hak umat, lalu ia telah menunaikan

hak-hak Allah SWT baik yang berkenaan dengan hak-hak manusia maupun

kewajiban yang harus mereka emban. Saat itu kepala negara itu mempunyai dua

hak atas rakyatnya, yaitu: taat kepada pemerintahnya dan membantunya dalam

menjalankan roda pemerintahan dengan baik, selama ia tidak berubah

keadaannya.

Perubahan sifat kepala negara yang membuatnya keluar dari kompetensi

sebagai kepala negara ada dua hal yaitu: Kredibilitas pribadinya rusak dan terjadi

ketidaklengkapan anggota tubuh. Rusaknya kredibilitas pribadinya dapat terjadi

karena ia melakukan perbuatan yang fasik. Hal itu disebabkan dua macam yaitu

ia mengikuti syahwatnya dan mengikuti syubhat. Hal yang pertama berkaitan

dengan perbuatan tubuh, yaitu dengan melakukan kemungkaran, mengikuti

dorongan syahwat, dan menuruti hawa nafsunya. Ini adalah kefasikan yang

menghalangi untuk menjabat kepala negara dan meneruskan jabatannya. Hal

yang kedua adalah berhubungan dengan akidah, yaitu ia melakukan takwil

terhadap sesuatu masalah yang subhat sehingga ia menghasilkan takwil yang

menyalahi kebenaran. Terjadi ketidaklengkapan tubuh terbagi dalam tiga bagian,

yaitu: cacat indera, cacat organ tubuh, dan cacat tindakan.

b) Menurut Hasan al-Banna: taat adalah menunaikan perintah dengan serta

merta, baik dalam keadaan sulit. Taat pun terbagi pada beberapa klasifikasi yang

Page 86: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

78

diukur dari sejauhmana tahapan pengkaderan seorang anggota, adapun tahapan-

tahapannya, yakni:

Takrif

Pada tahap ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah islam di

tengah masyarakat. Dakwah pada tahapan ini bersifat umum. Ketaatan yang

tanpa reserve pada tahapan ini tidaklah dituntut, bahkan tidak lazim.

Tingkatannya seiring dengan kadar penghormatannya kepada sistem dan

prinsip-prinsip umum Jamaah.

Takwin

Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi

terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun

berbagai bagian yang ada. Slogan untuk kedua aspek ini adalah: “perintah

dan taat”, tanpa keraguan. Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Ia tidak

dapat dikerjakan oleh seseorang kecuali yang telah memiliki kesiapan secara

benar untuk memikul beban jhad yang lama masanya dan berat

tantangannya. Slogan utama dalam persiapan ini adalah: “totalitas ketaatan”.

Tanfidz

Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad dengan tanpa kenal sikap

plin-plan, kerja terus-menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan siap

menanggung segala cobaan yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali

Page 87: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

79

orang-orang yang tulus. Dakwah ini tidak mungkin meraih keberhasilan

kecuali dengan “ketaatan yang total” juga.

Hasan al-Banna mengatakan bahwa kewajiban rakyat untuk selalu

menjalankan instruksi pemimpin selama instruksi tersebut sejalan dan tidak

bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, Apabila pemerintah lalai

melaksanakan kewajibannya, maka berilah nasehat dan bimbingan. Jika itu pun

tidak berarti, maka dicabutlah ketaatan dan kesetiaan kita lalu disingkirkan,

karena tiada kewajiban untuk taat kepada makhluk dalam bermaksiat kepada

Khaliq (Allah).

Jadi, perbedaan pendapat al-Mawardi dan Hasan al-Banna mengenai konsep

loyalitas atau ketaatan rakyat terhadap pemimpin adalah pertama, ada pada

konsep Hasan al-Banna mengenai klasifikasi ketaatan, sedangkan al-Mawardi

tidak menggunakannya; yang kedua al-Mawardi mengatakan bahwa taat pada

pemimpin selama tidak berubah keadaanya (kredibilitas pribadinya rusak dan

terjadi ketidaklengkapan anggota tubuh), sedangkan Hasan al-Banna memberi

batasan taat pada pemimpin jika selama instruksi tersebut sejalan dan tidak

bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

4. Implementasi Penerapan Konsep Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin

Pada Masa Kini.

Kewajiban taat kepada pemerintah merupakan salah satu prinsip Islam

yang agung. Namun di tengah carut-marutnya kehidupan politik di negeri-negeri

Page 88: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

80

muslim, prinsip ini menjadi bias dan sering dituding sebagai bagian dari gerakan

pro status quo. Padahal, agama yang sempurna ini telah mengatur bagaimana

seharusnya sikap seorang muslim terhadap pemerintahnya, baik yang adil maupun

yang zalim.18

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya

pemimpin sedangkan di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya

pemimpin atau kepala keluarga, begitu pula halnya di masjid sehingga shalat

berjamaah hanya bisa dilaksanakan dengan adanya orang yang bertindak sebagai

imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim, harus

mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin perjalanan. Ini

semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu

masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar. Untuk tujuan

memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak

dari tugas kepemimpinan. Dalam kehidupan keseharian, ada dua hal yang akan

membawa masyarakat pada keteraturan. Pertama adalah adanya seperangkat

sistem, tata tertib, atau ketentuan yang mengatur kehidupan manusia. Kedua

adanya sikap ketaatan manusia atau sistem atau ketentuan tersebut. Dua hal

18

Muhammad Umar as-Sewed , “Taat Kepada Pemerintah”, artikel diakses pada 06 Mai 2011

pukul 16.48, dari http://www.asysyariah.com/kajian-utama/24-kajian-utama-edisi-5/678-kewajiban-

taat-kepada-pemerintah-kajian-utama-edisi-6.html.

Page 89: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

81

tersebut sesungguhnya merupakan persyaratan umum agar tercipta keteraturan

dalam berkehidupan.19

Sebuah sistem sekuat dan sebagus apapun tidak pernah memberikan

pengaruh apabila tidak ada kedisiplinan untuk mentaatinya. Rambu-rambu lalu

lintas baru akan membawa maslahat apabila ditaati oleh pengguna jalan.

Peraturan sekolah baru akan bermanfaat bila ditaati oleh seluruh masyarakat

sekolah. Aturan perekonomian di pasar atau dalam dunia usaha pada umumnya

baru akan bermanfaat apabila dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat di

dalamnya.

Akan tetapi sebuah aturan baru layak dipatuhi, apabila aturan tersebut

membawa kemaslahatan bagi kehidupan secara umum. Jika aturan tersebut

cenderung menguntungkan satu kelompok yang sempit, dengan memberikan

kemudaratan atau bahkan memunculkan kezaliman bagi sebagian besar

masyarakat, aturan tersebut tidak layak ditaati. Itulah sebabnya beberapa aturan

pemerintah orde baru banyak mendapat tantangan dari masyarakat luas karena

dianggap merugikan masyarakat dan hanya menguntungkan sekelompok kecil

konglomerat.

KKN, represivitas penguasa, kedekatan pemerintah dengan Barat (kaum

kafir), seringkali menjadi isu yang diangkat sekaligus dijadikan pembenaran

untuk melawan pemerintah. Dari yang „sekadar‟ demonstrasi, hingga yang

19

http://saga-islamicnet.blogspot.com/2011/02/telaah-hadits-pemimpin-yang-egois.htmls,

diakses pada Selasa, 8 Maret 2011, pukul 15.00 WIB.

Page 90: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

82

berwujud pemberontakan fisik. Meski terkadang isu-isu itu benar, namun

sesungguhnya syari‟at yang mulia ini telah mengatur bagaimana seharusnya

seorang Muslim bersikap kepada pemerintahnya, sehingga diharapkan tidak

timbul kerusakan yang jauh lebih besar. Yang paling menyedihkan, Islam atau

jihad justru yang paling laris dijadaikan tameng untuk melegalkan gerakan-

gerakan perlawanan ini. 20

Ketaatan kepada Rasulullah merupakan konsekuensi dari keimanan dan

ikrar syahadat “saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Dengan demikian setiap muslim dituntut untuk mentaati ajaran-ajaran kenabian,

dalam berbagai macam aspek kehidupan.

Kewajiban mentaati pemerintah adalah selama pemerintah tersebut berada

dalam keadaan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada kewajiban bagi kaum

muslimin untuk mentaati pemerintah yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.

Hal ini disebabkan oleh karena pemerintah telah kehilangan legitimasi dan sebab

untuk diberikan kepercayaan kepada mereka.

Representasi dari pemerintahan Islam di zaman kenabian adalah sebuah

sistem kekuasaan yang dipimpin oleh Nabi saw, sedangkan sepeninggal Nabi

pemerintahan Islam diwujudkan dalam bentuk kekhilafahan yang dipimpin oleh

seorang khalîfah atau Amîrul Mu‟minîn. Di zaman sekarang, pemerintah yang

20

Muhammad Umar as-Sewed , “Taat Kepada Pemerintah”, artikel diakses pada 06 Mai 2011

pukul 16.48 WIB, dari http://www.asysyariah.com/kajian-utama/24-kajian-utama-edisi-5/678-

kewajiban-taat-kepada-pemerintah-kajian-utama-edisi-6.html.

Page 91: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

83

mengurusi kepentingan kaum muslimin wajib ditaati selama pemimpin tersebut

taat kepada Allah dan rasul-Nya.

Ibn Umar ra menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda:

Artinya:

“Setiap muslim wajib mendengar dan taat pada pemimpinnya dalam hal yang

disenangi maupun tidak disenangi, kecuali jika diperintah untuk maksiat.

Apabila diperintah melakukan maksiat maka tidak ada mendengar dan taat.”

(HR. Al-Bukhâri dan Muslim)

Dalam aplikasi di zaman sekarang, kepemimpinan tersebut bisa dalam

bentuk kepemimpinan organisasi Islam, atau partai Islam, atau harakah Islamiyah

yang melandaskan diri pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin sektoral

seperti ini wajib ditaati, selama berada dalam kebenaran sesuai petunjuk al Qur‟an

dan sunnah Rasul-Nya. Hakekat kepemimpinan adalah amanat yang harus

dilaksanakan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah ta‟ala. Allah ta‟ala telah

memerintahkan siapa saja yang dipasrahi amanah (termasuk kepemimpinan) agar

menunaikannya serta tidak menyia-nyiakannya, sebagaimana firman-Nya :

Page 92: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

84

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS: al-

Anfal:27)

Jika kita menemui pemimpin yang zalim lagi menyia-nyiakan amanat

Allah kepada rakyatnya sudah barang tentu harus kita kembalikan kepada al-

Qur‟an, as-Sunnah ash-Shahîhah, serta pengamalan para shahabat dan para ulama

setelahnya. Fenomena tentang munculnya para pemimpin zalim ini sebenarnya

telah ditegaskan oleh Rasulullah Saw, semenjak empat belas abad silam.

Hal ini bukan baru terjadi di abad 19 atau 20 saja, melainkan telah ada

dalam sejarah perjalanan daulah Islam. Sikap pertama yang diperintahkan oleh

Rasulullah saw, ketika menghadapi penguasa-penguasa seperti itu adalah bersabar

dengan tetap mendengar dan taat.

Beliau shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda :

على الحوض إنكم ستلقون بعدي أثرة فاصبروا حتى تلقون

Artinya:

“Sesungguhnya kalian nanti akan menemui atsarah (yaitu :

pemerintah yang tidak memenuhi hak rakyat‟). Maka bersabarlah hingga

kalian menemuiku di haudl” (HR. Al-Bukhâri no.7075 dan Muslim no.1845)

Bersabar dan tidak keluar dari ketaatan bukan berarti kita meninggalkan

amar ma‟ruf nahi munkar. Kita tetap diwajibkan untuk beramar ma‟ruf nahi

Page 93: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

85

munkar kepada siapapun, termasuk kepada penguasa atau pemimpin sesuai

dengan kemampuan yang kita miliki. Namun, tidak boleh bagi kita dengan

mengatasnamakan amar ma‟ruf nahi munkar untuk menjelek-jelekkan penguasa

di muka umum, seperti mengatakan kalimat-kalimat provokatif : “Penguasa kita

ini adalah penguasa yang korup; Penguasa kita dan kabinetnya telah terpengaruh

pada ide-ide kafir; Kebijakan penguasa kita telah membuat rakyat sengsara; Para

pemimpin kita telah menyia-nyiakan amanat; dan yang semisalnya.21

Pernyataan-pernyataan seperti itu (walau dengan alasan nasihat dan amar

ma‟ruf nahi munkar) akan menimbulkan fitnah yang besar. Antara pemimpin dan

rakyat semakin terbuka jurang pemisah. Tuntutan syari‟at untuk mendengar dan

taat pada perkara yang mubah dan ma‟ruf pun akhirnya ditinggalkan karena

kebencian mereka terhadap para pemimpin. Apabila ini berlanjut, api fitnah

semakin menyala-nyala, diangkatlah senjata, dan akhirnya tumpahlah darah,

imbasnya pula, muncullah kelompok-kelompok sempalan yang mengkafirkan

negeri-negeri Islam, para penguasa muslim, dan bahkan kaum muslimin secara

umum.

Bahkan Rasulullah Saw mengukuhkan, walaupun kemudian yang

memimpin itu boleh jadi mungkin dari status sosialnya lebih rendah, tetap bahwa

dia adalah pemimpin kita, sesuai dengan kewenangannya, sesuai dengan

wilayahnya yang menjadi tanggung jawabnya kita harus taat kepadanya. Ini yang

21

http://saga-islamicnet.blogspot.com/2011/02/telaah-hadits-pemimpin-yang-egois.htmls.

diakses pada Senin, 7 Maret 2011 pukul 08.00 WIB.

Page 94: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

86

harus dipahami oleh kita bersama bahwa apabila menjadi anggota sebuah

organisasi, sebuah kelompok, rakyat sebuah negara, menjadi bagian dari sebuah

masyarakat, maka kita harus taat kepada pemimpin.

Meskipun tentu saja ada pemimpin yang tidak layak untuk didengar dan

ditaati. Ketaatan itu memang wajib, namun ada batasannya sebagaimana

Rasulullah Saw mengatakan,

معصيت الخالق إنما الطاعت ف المعروف ال طاعت لمخلوق فArtinya:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah,

sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.”

(HR. Al-Bukhâri dan Muslim dari shahabat „Ali bin Abi Thalib ra).

Maka jika ada pemimpin yang menyuruh berbuat maksiat atau berbuat

zalim, berbuat salah, maka tidak ditaati. Jika kita cermati wasiat Rasulullah ini,

ternyata memang dimasa sekarang banyak kelompok atau partai yang mengaku

Islam, atau yang mayoritas Islam, namun bertengkar satu sama lain, saling

menjatuhkan, dan saling melecehkan dan ini menjadi bermasalah dalam kaitannya

sebagai contoh teladan yang baik bagi masyarakat.

Sehingga akhirnya banyak orang yang menjadi tidak suka kepada Islam,

karena ulah beberapa kelompok Islam, partai Islam, ormas Islam yang tidak

mencerminkan adanya persatuan, kesatuan, ketaatan, kepatuhan yang seharusnya

dilakukan oleh para pengikutnya kepada pemimpin, padahal bagi kita umat Islam

sangat jelas bahwa mendengar dan mentaati pemimpin adalah kewajiban yang

diwasiatkan Rasulullah saw kepada kita semua.

Page 95: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

87

Bila kita mendapatkan penguasa melakukan kemaksiatan, baik yang

berhubungan dengan pribadi maupun urusan rakyatnya, maka kita diperintahkan

untuk bersabar, mendengar dan taat (dalam hal yang ma‟ruf), serta dilarang

mencela mereka (baik dilakukan di mimbar-mimbar, buku-buku, buletin, majalah,

radio, atau media-media lainnya). Rasulullah saw, telah melarang mencela

penguasa atau pemimpin secara khusus dalam haditsnya yang shahih. Hal itu

hanyalah akan menimbulkan fitnah. Kebenaran harus kita tegakkan tanpa

merendahkan kedudukan pemimpin atau penguasa di mata umat. Mendengar dan

taat kepada penguasa yang zalim atau jahat bukan berarti rida dengan

kemaksiatan yang ia lakukan.

Apabila seseorang ingin menasihati seorang pemimpin atau penguasa

terkait dengan kemaslahatan kaum muslimin, maka hendaknya ia lakukan secara

pribadi (empat mata). Itulah petunjuk Rasulullah saw, yang banyak ditinggalkan

oleh sebagian kaum muslimin. Hendaknya kita senantiasa berdo‟a kepada Allah

agar Dia memberikan petunjuk kepada para pemimpin kita untuk selalu kembali

pada kebenaran dan istiqamah di atasnya.

Namun amat sangat berbahaya jika loyalitas hanya diartikan secara

parsial, apa yang akan diberikan kontituen lambat laun akan timbul sifat fanatisme

terhadap wadah yang menaungi mereka. Harus ditegaskan bahwa loyalitas yang

kita berikan untuk organisasi bukanlah untuk menjauhkan kita dari amanah yang

lain. Itulah loyalitas sempit yang mana menimbulkan fanatisme berlebih.

Page 96: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

88

Banyak kasus yang sudah terjadi, ambilah contoh seorang kritikus negara.

Berbicara terus menerus ketika kebijakan pemerintah menodai rakyat, namun

begitu ia masuk dalam jajaran pemerintahan suara yang keluar pun berbeda. Itu

dikarenakan loyalitasnya pada negara atau wadah yang menaunginya. Amanah

yang diberikan rakyat ia tinggalkan demi membela jabatan yang diberikan oleh

pemimpinnya.

Itulah yang banyak terjadi saat ini, memang loyalitas sangat diperlukan

dalam suatu organisasi, namun terkadang banyak yang salah mengartikannya.

Loyalitas yang dibutuhkan adalah loyalitas natural yang memang timbul karena

adanya sense organisasi yang mana adanya rasa ingin bersama-sama mencapai

cita-cita dengan bantuan semua aspek, artinya tidak mengesampingkan amanah

lain, apalagi sampai terbentuknya fanatisme.22

Rasa ini dapat timbul dengan salah satunya adalah ikatan emosional yang

terjadi antara sesama kontituen dan antara kontituen dan pemimpinnya. Pemimpin

pun sangat berperan ketika memang loyalitas yang diberikan adalah loyalitas

sempit, maka disinilah peran terbesarnya dalam mengawasi, mengarahkan dan

mengayomi mereka. Ketika loyalitas yang ada bukanlah loyalitas sempit, bukan

tidak mungkin totalitas pun akan mereka berikan sampai terwujudnya cita-cita

bersama.

22

Eko Wardhaya, kaderisasikammibgr.multiply.com, diakses pada tanggal 08 Maret 2011

pukul 19.00 WIB.

Page 97: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

89

Penguasa pada hakekatnya merupakan perwujudan kondisi umat. Bila

umat masih bergelimang dalam kesyirikan, bid‟ah, dan maksiatan maka,

terangkatlah seorang pemimpin yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan

mereka. Sangat sulit membayangkan terwujudnya kepemimpinan ala Abu Bakar

Ash-Siddiq jika umat masih dalam keadaan seperti ini. Ini merupakan bagian dari

ujian Allah kepada kita. Siapa yang mengikuti petunjuk Nabi, maka ia akan

selamat dan siapa yang menyimpang darinya, maka ia akan binasa.

Page 98: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan uraian di bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut konsep Islam adalah kesetiaan,

ketaatan, kepatuhan rakyat terhadap pemerintahan dalam Islam. Ketaatan

manusia (rakyat) kepada penguasa dan pemerintah merupakan suatu

keharusan untuk memberi kuasa kepada negara melaksanakan dan

mewujudkan tujuan-tujuan yang terdahulu. Sebagai balasan atas

keiltizamannya kepada syariah, pengikatan dirinya kepada syura, dan

penanggung jawabannya terhadap anak-anak rakyat, maka rakyat wajib

mentaati pemerintah agar ia dapat mewujudkan hak, menjamin keamanan,

menegakkan keadilan, serta membela umat, tanah air dan agama mereka.

Rakyat wajib melaksanakan ketaatan kepada perintah-perintah penguasa

dalam batas-batas syariah dan kepentingan umum.

Taat kepada penguasa muslim yang menerapkan hukum-hukum Islam di

dalam pemerintahannya, sekalipun zalim dan merampas hak-hak rakyat,

selama tidak memerintah untuk melakukan kemaksiat dan tidak

Page 99: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

91

menampakkan kekufuran yang nyata, hukumnya tetap fardu bagi seluruh

kaum muslimin.

Secara singkat Islam memandang bahwa loyalitas dari rakyat kepada

pemimpin adalah suatu kewajiban dan prinsip pemerintahan dalam Islam

yang mana kehidupan politik tidak akan tegak kecuali dengannya. Akan tetapi

kewajiban taat kepada pemimpin tidak bersifat mutlak melainkan terikat

dengan penerapan syariah Islam dan penegakkan keadlan di tengah kehidupan

manusia dan tidak mengajak rakyat kepada kemaksiatan.

2. Loyalitas rakyat terhadap pemimpin menurut al-Mawardi adalah rakyat wajib

mematuhi dan mendukung kebijaksanaan pemimpin jika ia telah menjalankan

kewajibannya dan memenuhi hak rakyat. Jika pemimpin telah menjalankan

hak-hak umat, lalu ia telah menunaikan hak-hak Allah SWT baik yang

berkenaan dengan hak-hak manusia maupun kewajiban yang harus mereka

emban. Saat itu pemimpin mempunyai dua hak atas rakyatnya, yaitu: taat

kepada pemerintahnya dan membantunya dalam menjalankan roda

pemerintahan dengan baik, selama ia tidak berubah sifatnya.

Dalam buku al-Mawardi kewajiban yang harus dipenuhi oleh para

Mujahidin dalam berjihad dijelaskan kewajiban tentara terhadap panglima

perang, yaitu:

a. Selalu taat kepada pemimpin dan tunduk dalam kekuasaannya karena

kekuasaaanya atas mereka sah serta mereka harus taat kepadanya sesuai

status jabatannya itu, dan taat kepada pemimpin adalah wajib.

Page 100: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

92

b. Menyerahkan wewenang dan mandat itu kepadanya untuk mengatur

strategi perang mereka sehingga tidak banyak pendapat yang saling

berbenturan, yang mengakibatkan persatuan mereka menjadi hilang dan

mereka menjadi terpecah belah.

c. Segera menjalankan instruksinya dan menaati larangannya karena kedua

hal itu adalah dimensi utama ketaatan terhadapnya.

d. Tidak menentangnya dalam pembagian ghanimah jika ia telah

menetapkan pembagiannya dan secara rela menerima pembagian yang

dilakukan olehnya

3. Menurut Hasan al-Banna, loyalitas adalah ketaatan. Yaitu, menunaikan

perintah dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat

bersemangat maupun malas. Hal demikian itu karena tahapan dakwah ini ada

tiga, yakni :

a. Takrif, dakwah dalam tahapan ini dilakukan dengan menyebarkan fikrah

islam di tengah masyarakat. Adapun sistem dakwah untuk tahap ini

adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja social bagi

kepentingan umum. Medianya adalah memberikan nasehat dan

bimbingan (sekali waktu) dan membangun berbagai tempat yang berguna

(di waktu yang lain), serta berbagai media aktivitas lainnya.

b. Takwin, dakwah dalam tahapan ini ditegakkan dengan melakukan seleksi

terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk

menghimpun berbagai bagian yang ada. Sistem dakwah pada tahapan ini

Page 101: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

93

bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan untuk kedua aspek ini

adalah: “perintah dan taat”, tanpa keraguan.

c. Tanfidz, dakwah dalam tahapan ini adalah jihad dengan tanpa kenal sikap

plin-plan, kerja terus-menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan siap

menanggung segala cobaan yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali

orang-orang yang tulus. Dakwah ini tidak mungkin meraih keberhasilan

kecuali dengan “ketaatan yang total” juga.

Hasan al-Banna menulis pada bukunya mengenai tanggung jawab

pemerintahan (kabinet) Perihal tanggung jawab pemerintah menurut Islam,

pada dasarnya yang memilikinya adalah presiden (kepala pemerintahan)

betapapun keadaanya. Dia punya hak untuk melakukan apa saja untuk

kemudian menyerahkan penilaian perilakunya kepada masyarakat. Jika ia

baik, rakyat wajib mendukungnya.

Namun sebaliknya, jika ia tidak baik, maka rakyat harus meluruskanya.

Islam tidak melarang seorang presiden melimpahkan wewenang eksekutifnya

kepada yang lain untuk megemban tanggung jawab ini, sebagaimana dalam

pemerintahan Islam masa lalu dikenal dengan “wizâratut tafwid” (maksudnya

kurang lebih sama dengan sistem kabinet parlementer yang dipimpin oleh

seorang perdana mentri sekarang ini dan membolehkannya sepanjang tetap

dalam kerangka menegakkan maslahat).

4. Perbedaan pendapat antara al-Mawardi dan Hasan al-Banna mengenai

loyalitas rakyat terhadap pemimpin:

Page 102: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

94

perbedaan pendapat al-Mawardi dan Hasan al-Banna mengenai konsep

loyalitas atau ketaatan rakyat terhadap pemimpin adalah pertama, ada pada

konsep Hasan al-Banna mengenai klasifikasi ketaatan, sedangkan al-Mawardi

tidak menggunakannya; yang kedua al-Mawardi mengatakan bahwa taat pada

pemimpin selama tidak berubah keadaanya (kredibilitas pribadinya rusak dan

terjadi ketidaklengkapan anggota tubuh), sedangkan Hasan al-Banna memberi

batasan taat pada pemimpin jika selama instruksi tersebut sejalan dan tidak

bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

5. Implementasi penerapan konsep loyalitas rakyat terhadap pemimpin pada

masa kini.

Kewajiban taat kepada pemerintah merupakan salah satu prinsip Islam

yang agung. Namun di tengah carut-marutnya kehidupan politik di negeri-

negeri muslim, prinsip ini menjadi bias dan sering dituding sebagai bagian

dari gerakan pro status quo. Padahal, agama yang sempurna ini telah

mengatur bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap

pemerintahnya, baik yang adil maupun yang zalim

Bila kita mendapatkan penguasa melakukan kemaksiatan-baik yang

berhubungan dengan pribadi maupun urusan rakyatnya, maka kita

diperintahkan untuk bersabar, mendengar dan taat (dalam hal yang ma’ruf),

serta dilarang mencela mereka (baik dilakukan di mimbar-mimbar, buku-

buku, buletin, majalah, radio, atau media-media lainnya). Rasulullah saw,

telah melarang mencela penguasa atau pemimpin secara khusus dalam

Page 103: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

95

haditsnya yang shahih. Hal itu hanyalah akan menimbulkan fitnah. Kebenaran

harus kita tegakkan tanpa merendahkan kedudukan pemimpin atau penguasa

di mata umat. Mendengar dan taat kepada penguasa yang zalim atau jahat

bukan berarti rida dengan kemaksiatan yang ia lakukan.

B. Saran

1. Bahwa loyalitas rakyat terhadap pemimpin hukumnya wajib bagi rakyat,

namun demikian bukan berarti mutlak, tetapi ada batasannya juga. Ketika

pemimpin menyuruh kita kepada kemaksiatan, maka jangan diikuti, maka dari

itu jika kita menemui pemimpin yang mengajak kemaksiatan, perintah Allah

dan Rasul-Nya dilanggar.

2. Tetap sabar terhadap pemimpin yang dzalim, tetap menasihatinya dsn

mendoakannya. karena kalau tidak, akan timbul berbagai macam

pemberontakan tehadap pemerintahan akibatnya sangat merugikan sekali.

3. Dari pendapat dua tokoh Islam ini yaitu al-Mawardi dan Hasan al-Banna yang

berbeda zaman tetapi pemikirannya mengenai loyalitas ini tidak jauh berbeda,

kita dapat mengambil dan mengikuti pendapat keduanya karena menurut

penulis pendapat keduanya sesuai dengan Syariah Islam.

Page 104: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid Mahmud, Ali, Rukun Jihad Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan

Al-Banna, Jakarta: Al-I‟tisom Cahaya Umat, 2001.

Abdul Khaliq, Farid, Fikh Politik Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Abdul Qadir Abu Faris, Muhammad, Sistem Politik Islam, Jakarta: Robbani Press,

1999.

Ahmad, Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992.

Ali Muhammmad, Rusdji, Hak Asasi Manusia, Jakarta: Ar-Raniry Press, 2004.

Al-Banna, Hasan, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Solo: Era Intermedia, 2008.

Al-Jundi, Anwar, Biografi Hasan Al-Banna, Solo: Media Insani Press, 2003.

Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah Fi Al-Wilâyat Ad-Dinîyyah, Beirut: Dâr el-

Kitab al-Araby, t.th.

Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, edisi Indonesia, Jakarta: Darul Falah, 2007

Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, Jakarta:

Gema Insani Press, 2000.

Al-Mubarak, Muhammad, Sistem Pemeritahan Dalam Perspektif Islam, Solo:

Pustaka Mantiq, 1995.

Al-Nabhani, Taqiyudin, Sistem Pemerintahan Islam, Bangil Jatim: Al-Izzah, 1996.

Al-Salam bin Barjas al-Abd Karîm, Abdu, Etika Pengkritik Penguasa, Surabaya:

Pustaka Assunnah, 2002.

Page 105: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

97

Atiqul Haque, M., 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, Jogjakarta: Diglossia,

2007.

Aziz bin Baz, Abdul, dkk, Fatwa-Fatwa Terlengkap, Jakarta: Darul Haq, 2006.

Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Kariem, Bandung: J-ART, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1989.

Dzajuli, H.A., Fiqh Siyasah, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003.

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve.

Hasbi Ash Shiddiqy, T.M., Ilmu Kenegaraan Dalam Fiqh Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1991.

Hasjmy, A., Di Mana Letaknya Negara Islam, Banda Aceh: Bina Ilmu, 1984.

Hawwâ, Sa‟id, dan Sayyid Qutb, Al-Wala`, Jakarta: Al-I‟tisom Cahaya Umat, 2001.

Hawwâ, Sa‟id, Al-Islam, Jakarta: Al-I‟tishom Cahaya Umat, 2002.

----- . Membina Angkatan Mujahid, Studi Analitis Atas Konsep Dakwah Hasan Al-Banna

Dalam Risalah Ta’alim, Solo: Era Intermedia, 2002.

HR, Ridwan, Fiqih Politik, Yogyakarta, FH UII Pres, 2007.

Ibrahim Jindan, Khalid, Teori Politik Islam Telaah Kritis Ibn Taimiyah Tentang

Pemerintahan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1995.

Ibn Isma‟il Abu Abdullah Al-Bukhâri Al-Ja‟fi, Muhammad, Al-Jami’ Al-Sohih Al-

Mukhtasor, Beirut: Dâr Ibnu Katsir, 1987.

Page 106: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

98

Ied Al-Hilal Bahjatun Nadirin, Salîm bin, Syarah Riyâdus Sâlihin, t.t.: Pustaka Imam

Syafi‟i, t.th.

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya

Media, 2001.

Isya „Asyur, Ahmad, Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna, Hadits Tsulatsa’, Cet. 5, Solo:

Era Intermedia, 2005.

Jamilah, Maryam, Para Mujahid Agung, Bandung: Mizan, 1989.

Karim Zaidan, Abdul, Masalah Kenegaraan dalam Islam, Jakarta: Al-Amin, 1984.

Kencana Syafi‟i, Inu, Ilmu Pemerintahan dan al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara,

2005.

Khan, Qamaruddin, Kekuasaan Pengkhianatan dan Otoritas Agama Telaah kritis

Teori Al-Mawardi Tentang Negara, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000.

Mohammad, Herry, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema

Insani Press, 2006.

Mufid, Moh., Politik Dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004.

Mufid, Nur, dan Nur Fuad, Bedah Al-Ahkam As-Shulthâniyyah, Surabaya: Pustaka

Progressif, 2000.

Mu‟in Salim, Abdul, Fiqh Siyasah Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an ,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

------ . Fiqh Siyasah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Nawawi, Hadari, Kepemimpinan menurut Islam, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, 2001.

Page 107: LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6128/1/RIFKO... · manusia, apalagi bila ia adalah seorang muslim. Loyalitas bisa

99

Prayitno, Irwan, Al-Haq wal Bâthil, Bekasi: Pustaka Tarbiatuna, 2002.

Qadir Jaelani, Abdul, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, Surabaya: Bina Ilmu,

1995.

Rahman, Fazlur, Konsep Negara Islam, Yogyakarta: UII press, 2006.

Sjazdali, Munawwir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993.

Tahir Azhary, Muhammad, Negara Hukum, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Taimiyah, Ibn, Siyasah Syar’iyyah (Etika Poloik Islam), Risalah Gusti, Surabaya,

2005.

Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia,

Bandung: Mizan, 1998.

Referensi dari Internet:

http://saga-islamicnet.blogspot.com/2011/02/telaah-hadits-pemimpin-yang-

egois.htmls,

Harian Republika online, Al-Mawardi: Pemikir Termasyhur Di Zaman Kekhalifahan.

Wardhaya, Eko, kaderisasikammibgr.multiply.com.

Usepsaefurohman.wordpress.com, mengutip dari Era Muslim, Agenda Politik dan

Pemerintahan Islam.

Umar as-Sewed, Muhammad, “Taat Kepada Pemerintah”, dari

http://www.asysyariah.com/kajian-utama/24-kajian-utama-edisi-5/678-

kewajiban-taat-kepada-pemerintah-kajian-utama-edisi-6.html.