logam amalgam

2
III. Keunggulan dan Kekurangan Penggunaan Dental Amalgamm Keunggulan Karena kekerasan dan resistensi pemakaian, amalgam adalah bahan tumpatan yang tahan lama dengan harga yang relatif murah. Saat pencampuran, amalgam memiliki kemampuan untuk memperkuat tepi pemakaian saat penggunaanya. Pada saat tepinya terkorosi, gigi/restorasi yang dihadapannya akan mengisi dengan bahan korosinya sehingga kebocoran mikronya akan berkurang. Sering kali tepi dari tumpatan amalgam mungkin terlihat pecah tapi sebenarnya kavitas terisi dengan baik dibawah permukaannya. Amalgam merupakan bahan restorasi permanen yang tekniknya paling tidak sensitif pada praktik dokter gigi. Pada saat proses pencampuran, hanya amalgam yang mungkin dapat dikerjakan dengan baik meskipun ditempat yang lembab maupun lingkungan yang terkontaminasi. Jangka hidup bahan restorasi amalgam, seperti pada bahan tumpatan permanen lainnya secara tidak langsung juga berkaitan dengan besarnya daerah yang direstorasi. Seiring dengan bertambahnya daerah yang direstorasi, tekanan pada bahan restorasi juga meningkat, dan jangka hidupnya berkurang. Jangka hidup untuk amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas II amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. 7 Kekurangan Genotoksisitas, tekanan oksidatif, kanker Tambatan dental amalgam telah diteliti dapat menimbulkan kerusakan DNA pada sel-sel darah manusia. Bahkan kadar rendah dari merkuri anorganik dapat memicu kerusakan yang signifikan terhadap DNA pada jaringan tubuh manusia serta limfosit. Akibatnya, tingkat rendah merkuri sekalipun biasanya akan mengakibatkan sitotoksisitas. Lebih jauh lagi, penyimpangan kromosom dapat ditimbulkan oleh amalgam di dalam susunan sel. Pengguna amalgam menunjukkan secara signifikan peningkatan tekanan oksidatif pada ludah dan darah. Peningkatan tekanan oksidatif berkaitan erat dengan jumlah tambatan amalgam. Tingkatan merkuri ini selain meningkatkan tekanan oksidatif, juga akan menurunkan kadar glutathione, yang akan menyebabkan kerusakan sel. Peningkatan merkuri di dalam tubuh pun telah diteliti mampu mengakibatkan kanker payudara pada wanita. Hal ini disebabkan karena kandungan merkuri di dalam jaringan sebagian besar akan terikat dengan selenium, yang artinya akan menyebabkan zat selenium tidak lagi ada di dalam tubuh. 8

Upload: reeagst

Post on 20-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dental

TRANSCRIPT

III. Keunggulan dan Kekurangan Penggunaan Dental AmalgammKeunggulanKarena kekerasan dan resistensi pemakaian, amalgam adalah bahan tumpatan yang tahan lama dengan harga yang relatif murah. Saat pencampuran, amalgam memiliki kemampuan untuk memperkuat tepi pemakaian saat penggunaanya. Pada saat tepinya terkorosi, gigi/restorasi yang dihadapannya akan mengisi dengan bahan korosinya sehingga kebocoran mikronya akan berkurang. Sering kali tepi dari tumpatan amalgam mungkin terlihat pecah tapi sebenarnya kavitas terisi dengan baik dibawah permukaannya. Amalgam merupakan bahan restorasi permanen yang tekniknya paling tidak sensitif pada praktik dokter gigi. Pada saat proses pencampuran, hanya amalgam yang mungkin dapat dikerjakan dengan baik meskipun ditempat yang lembab maupun lingkungan yang terkontaminasi. Jangka hidup bahan restorasi amalgam, seperti pada bahan tumpatan permanen lainnya secara tidak langsung juga berkaitan dengan besarnya daerah yang direstorasi. Seiring dengan bertambahnya daerah yang direstorasi, tekanan pada bahan restorasi juga meningkat, dan jangka hidupnya berkurang. Jangka hidup untuk amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas II amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. 7KekuranganGenotoksisitas, tekanan oksidatif, kankerTambatan dental amalgam telah diteliti dapat menimbulkan kerusakan DNA pada sel-sel darah manusia. Bahkan kadar rendah dari merkuri anorganik dapat memicu kerusakan yang signifikan terhadap DNA pada jaringan tubuh manusia serta limfosit. Akibatnya, tingkat rendah merkuri sekalipun biasanya akan mengakibatkan sitotoksisitas. Lebih jauh lagi, penyimpangan kromosom dapat ditimbulkan oleh amalgam di dalam susunan sel. Pengguna amalgam menunjukkan secara signifikan peningkatan tekanan oksidatif pada ludah dan darah. Peningkatan tekanan oksidatif berkaitan erat dengan jumlah tambatan amalgam. Tingkatan merkuri ini selain meningkatkan tekanan oksidatif, juga akan menurunkan kadar glutathione, yang akan menyebabkan kerusakan sel. Peningkatan merkuri di dalam tubuh pun telah diteliti mampu mengakibatkan kanker payudara pada wanita. Hal ini disebabkan karena kandungan merkuri di dalam jaringan sebagian besar akan terikat dengan selenium, yang artinya akan menyebabkan zat selenium tidak lagi ada di dalam tubuh. 8Autoimunitas dan alergi merkuriKandungan rendah merkuri yang konstan, yang terdapat pada pembawa amalgam, telah dianggap sebagai penyebab bagi beberapa penyakit autoimunitas, seperti multiple sclerosis, rheumatoid arthritis ataupun systemic lupus erythematosus. Efek ini muncul dengan kandungan merkuri yang di bawah batas standar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan merkuri yang cukup rendah dari amalgam mampu menyebabkan kekacauan terhadap sistem imun di segala umur. 8Penyakit pada jantungMerkuri dapat menyebabkan hipertensi dan myocardial infraction . Akumulasi merkuri secara signifikan (22.000 kali lebih tinggi daripada batas) telah ditemukan di jaringan jantung dalam wujud inefisiensi jantung.8Gangguan terhadap ginjalGangguan terhadap fungsi renal karena tambatan amalgam telah diobservasi. Mereka yang menggunakan amalgam menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang lebih parah terhadap tubulus dan glomerulus. Anak-anak yang juga diteliti menunjukkan tanda-tanda penyakit microalbuminuria bahkan baru lima tahun setelah penggunaan amalgam. Sebagai solusi, pemberian ekstrak teh hijau pada dosis tertentu dapat mengurangi kerusakan sel-sel ginjal.8, 9InfertilitasBeberapa penelitian melaporkan bahwa wanita dengan tambalan amalgam yang lebih banyak atau peningkatan kandungan merkuri di dalam urine berisiko lebih tinggi mengalami infertilitas karena akan mengakibatkan gangguan terhadap perkembangan fetus.8

Mutter J. Is Dental Amalgam Safe for Human? The Opinion of The Scientific Committee of The European Commission. Journal of Occupational Medicine and Toxicology. 2011; 6(2): 1-17.