logam-logam alkali.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
LOGAM-LOGAM ALKALI
NAMA : Qorry Dinnia Fatma
NIM : 111810301035
KELOMPOK : IX
ASISTEN : Ida Maulida
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
PERCOBAAN 1
Logam-logam Alkali
BAB I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini antara lain:
- Mempelajari teknik pemurnian NaCl dan karakterisasi kristalnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MSDS (Material Safety Data Sheet) Bahan
2.1.1.Natrium Klorida (NaCl)
Natrium Klorida memiliki sifat fisik larutan dengan berat molekul 58,44 g/mol.
Senyawa ini memiliki titik didih 1413°C (2575,4°F) dan titik leleh 801°C (1473,8°F).
Padatannya berwarna putih terang dengan pH netral. Massa jenisnya lebih besar
daripada air, yakni sebesar 2,165 gr/mol. Segera bilas mata dengan air selama minimal
15 menit dengan sesekali mengangkat atas dan kelopak mata bawah jika terjadi kontak
dengan mata,. Basuh kulit jika terjadi kontak langsung dengan banyak air sekurang-
kurangnya 15 menit dan keluarkan pakaian dan sepatu yang tercemar. Cuci mulut
dengan air jika tertelan. Segera hapus dari paparan dan pindah ke udara bila terhirup.
Berikan pernapasan buatan dan oksigen jika sulit bernapas. Segera dapatkan bantuan
medis (Sciencelab, 2013).
2.1.2.Larutan H2SO4
Asam Sulfat pekat memiliki sifat fisik larutan dengan berat molekul 98.08 g/mol.
Senyawa ini memiliki titik didih 270°C (518°F) dan titik leleh -35°C (-31°F).
Larutannya tidak berwarna/bening dengan bau asam yang kuat. Massa jenis asam sulfat
sebesar 3,4 gr/ml, jauh lebih besar daripada air. Jika terjadi kontak dengan mata, segera
bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit dengan sesekali mengangkat atas
dan kelopak mata bawah. Basuh kulit jika terjadi kontak langsung dengan banyak air
sekurang-kurangnya 15 menit dan keluarkan pakaian dan sepatu yang tercemar. Cuci
mulut dengan air jika tertelan. Segera hapus dari paparan dan pindah ke udara bila
terhirup. Berikan pernapasan buatan dan oksigen jika sulit bernapas. Segera dapatkan
bantuan medis (Sciencelab, 2013).
2.1.3.Akuades
Akuades atau air distillasi merupakan H2O murni. Nama IUPAC dari air adalah
Dihidrogen monoksida atau Oksidan. Derajat keasaman (pH) dari akuades adalah netral
yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari akuades berturut-turut adalah 100oC dan 0oC.
Tekanan uap dari akuades pada suhu 20oC adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades
adalah 1,00 gram/cm3. Rumus formula dari akuades adalah H2O dengan berat molekul
18,0134 gram/mol. Air memiliki tegangan permukaan yang besar disebabkan oleh
kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air Air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H2O. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 °C). Jika akuades mengenai mata,
kulit, tertelan, atau juga terhisap tidak menimbulkan gejala serius atau tidak berbahaya.
Namun jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak medis. Seperti air pada umumnya
aquades tidak mudah terbakar. Penyimpanan sebaiknya di wadah tertutup rapat
(Sciencelab, 2013).
2.2. Dasar teori:
Natrium klorida merupakan salah satu garam yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat karena digunakan untuk penyedap rasa pada makanan dan sebagai garam
yang dapat memenuhi kebutuhan yodium. Secara kimia NaCl merupakan senyawa ionik
yang mudah larut dalam air yang membentuk kation dan anion, kationnya adalah Na+
dan anionnya adalah Cl-. NaCl biasanya dibuat dengan menguapkan air laut karena air
laut merupakan sumber utama NaCl (Lindawati, 2006).
Bahan pengikat adalah bahan yang membuat sesuatu menjadi terikat. Sedangkan
impurities adalah zat-zat yang keberadaannya tidak di kehendaki dalam zat murni. Air
laut sebagai sumber bahan baku pembuatan garam selain mengandung NaCl juga
mengandung garam-garam terlarut lainnya sebagai impurities (pengotor). Pengotor ini
biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, SO42-, Fe3+, Mg2+, dan lain-lain. Impurities dari unsur
kalsium biasanya dalam bentuk gips. Kristal gips sangat halus dan mengedap sangat
lambat sehingga pada masa pembentukan kristal NaCl gips ikut terkristal. Hal ini
menjadi penyebab garam yang diperoleh dari penguapan air laut dengan tenaga matahari
kemurniannya lebih rendah dibandingkan dengan penguapan buatan (Lindawati, 2006).
Rekristalisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memurnikan padatan
yang didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran
dalam suatu pelarut tertentu. Pada dasarnya zat akan dimurnikan dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dipanaskan dan diuapkan kembali. Bahkan pengotor yang tidak dapat
dilarutkan dapat dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan sedangkan bahan
pengotor yang mudah larut akan berada dalam larutan. Pemurnian padatan dengan
kristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan zat yang akan dimurnikan dengan
pelarut tertentu (Lindawati, 2006).
Pengkristalan kembali (Rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat padat
dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, menguraikan volum larutannya dengan
pemanasan dan kemudian mendinginkan larutan dengan memanaskan larutan. Pelarut
akan menguap hingga larutan akan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan mendingin,
kelarutan akan berkurang secara cepat dengan senyawa mulai mengendap. Agar
rekristalisasi berjalan dengan baik, kotoran setidak-tidaknya harus dapat larut dalam
pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar daripada senyawa
yang diinginkan (Bresnick, 2005).
Pembentukan kristal adalah suatu proses yang pada dasarnya berlangsung
dalam dua tahap yakni
1. Pembentukan Inti Kristal
Pembentukan inti kristal adalah langkah pertama kristalisasi. Inti kristal adalah
partikel-partikel kecil kristal yang dapat terbentuk secara spontan sebagai akibat
dari keadaan larutan yang lewat. Inti ini dihasilkan dengan cara memperkecil
kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih
kristal kedalam larutan lewat jenuh. Hal terakhir ini perlu dilakukan jika dalam
larutan yang lewat jenuh tidak terbentuk inti kristal atau jika kristalisasi
dipengaruhi oleh jumlah serta besar benih kristal yang diberikan. Partikel-
partikel padat asing (pengotor) dapat juga berfungsi sebagai inti kristal. Semakin
banyak inti kristal yang terbentuk, semakin halus butir-butir hasil kristalisasi
(kristalisat).
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan penggabungan dari dua proses:
a. Transportasi molekul-molekul atau ion-ion (dari bahan yang akan dikristalisasi)
dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini berlangsung
semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalan larutan semakin besar.
b. Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas
permukaan total kisi kristal, semakin banyak bahan yang dapat ditempatkan
pada kisi kristal per satuan waktu.
(Bernasconi, 1995).
Pada saat kristalisasi, panas kristalisasi dilepaskan pada permukaan kristal.
Panas ini harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan penurunan derajat lewat jenuh
(mempertinggi kelarutan) dan demikian menurunkan kecepatan kristalisasi. Kecepatan
pembentukan kristal untuk kerja kristalisasi tergantung pada faktor-faktor berikut:
- Derajat lewat jenuh.
- Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
- Pergerakan antara larutan dan kristal.
(Bernasconi, 1995).
Istilah kristal ionik secara konvensional dipakai untuk zat-zat yang
strukturnya mudah digambarkan sebagai susunan kristal yang teratur dari ion-ion
yang berlawanan muatannya, misalnya NaCl. Umumnya, ikatan kristal-kristal
semacam itu melibatkan suatu proporsi sifat kovalen. Kristal-kristal tersusun dari
ion-ion bermuatan tunggal yang berasal dari unsur-unsur yang mempunyai perbedaan
elekronegativitas besar (seperti Cs+F). Secara substansial kristal digambarkan sebagai
susunan kation yang bermuatan tinggi, dan anion yang besar bermuatan tinggi.
Model ionik tersebut digunakan berdasarkan argumentasi elektrostatik yang
sederhana untuk menghitung energi ikatan (Dasent, 1970).
Perhitungan model ionik dari energi ikatan kristal halida logam alkali akan
mendapatkan hasil 98-99% dari harga eksperimental. Tetapi untuk kristal-kristal CuBr
dan AgI, kurang lebih 90% energi ikatan dapat dihitung dengan cara perhitungan
seperti itu. Kalau dalam kasus yang tersebut terakhir ini dapat dibenarkan untuk
menyatakan ketidakcocokan terhadap ”kontribusi kovalen” dengan cara kualitatif
semacam itu, maka berbahaya untuk menduga bahwa tingkat distribusi tersebut dapat
diukur dengan selisih antara hasil eksperimental atau percobaan dan hasil berhitung
(Dasent, 1970).
BAB III. METODOLOGI KERJA
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1.Alat
- Gelas piala 250 ml
- Gelas erlenmeyer 100 ml
- Corong panjang
- Pipa bengkok
- Selang
- Corong pemisah
- Botol
3.1.2. Bahan
- NaCl kasar
- Larutan H2SO4 pekat
- Akuades
3.2. Skema Kerja
I.1 Skema Kerja
- dimasukkan dalam botol
- ditambahkan akuades sebanyak 200 ml
- ditutup botol dan dikocok selama 10 menit
- disaring larutan dengan menggunakan kertas saring
- ditampung filtratnya dalam gelas piala
- dirangkai set alat pemurnian NaCl
- dimasukkan NaCl kasar kedalam erlenmeyer
- ditambahkan sedikit demi sedikit larutan 30 ml H2SO4 pekat
melalui corong pemisah sambil dipanaskan
- dialirkan gas melalui selang dan ditahan dengan corong kaca
yang terbalik
- dihentikan pengaliran gas ketika larutan H2SO4 habis
- disaring kristal yang terbentuk, di panaskan, dan ditimbang
- ditentukan % randemen
100 g garam dapur
Hasil
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Perlakuan Fenomena Gambar
Pembuatan larutan lewat jenuh NaCl 150 ml
Warna larutan keruh dan terdapat NaCl yang tidak larut
FiltratLarutan menjadi jernih dan bening
NaCl kasar + larutan H2SO4 + dipanaskan
- Garam kasar pada
erlenmeyer berubah
warna dari putih
keruh menjadi warna
kuning.
- H2SO4 yang bereaksi
dengan NaCl
membentuk
gelembung busa
bewarna putih
Pengaliran gas HCl ke larutan jenuh NaCl
Terbentuk kristal pada beaker glass yang berisi filtrat NaCl
Penyaringan kristal
Kristal bewarna putih bersih dan halus
Massa kristal
NaCl yang
diperoleh
14,043
% randemen
yang dihasilkan14,04%
4.2. Pembahasan
Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang
teratur (kisi kristal). Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk
kristal dari suatu larutan atau suatu lelehan. Berlawanan misalnya dengan
destilasi atau rektifikasi, kristalisasi tidak menghasilkan produk akhir yang
langsung dapat digunakan. Kristal-kristal yang yang terbentuk pda
umumnya masih harus dipisahkan dari sebagian besar larutan dengan cara
pengkristalan kembali atau disebut dengan rekristalisasi.
Menurut Lindawati (2006), rekristalisasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk memurnikan padatan yang didasarkan pada perbedaan daya larut
antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu pelarut tertentu. Pada
dasarnya zat akan dimurnikan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dipanaskan dan diuapkan kembali. Bahkan pengotor yang tidak dapat dilarutkan
dapat dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan sedangkan bahan pengotor
yang mudah larut akan berada dalam larutan. Pemurnian padatan dengan
kristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan zat yang akan dimurnikan
dengan pelarut tertentu
Percobaan logam-logam alkali ini bertujuan untuk mempelajari teknik
pemurnian NaCl dan karaktrisasi kristalnya menggunakan prinsip rekristalisasi.
Kristal-kristal dapat terbentuk dari suatu larutan jika larutan dalam keadaan lewat
jenuh. Konsentrasi bahan yang akan dikristalisasi dalam larutan harus lebih tinggi
daripada kelarutannya pada suhu yang bersangkutan. Perbedaan konsentrasi ini
dapat dianggap sebagai gaya pendorong kristalisasi. Keadaan lewat jenuh dapat
dicapai dengan cara yang berbeda-beda. Pemillihan metode tergantung pada
apakah kelarutan dari bahan yang akan dikristalisasi berubah sedikit atau berubah
banyak dengan suhunya.
Percobaan kali ini menggunakan garam dapur karena garam ini mudah
diperoleh dan murah harganya. Selain itu, garam dapur aplikasinya sangat
dekat atau sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Garam dapur juga lebih
mudah terpisah dari zat pengotornya dan termasuk senyawa polar sehingga
mudah larut dalam air, sehingga proses pemurnian garam dapur lebih cepat
dilakukan. Senyawa polar merupakan senyawa yang memilki keelektronegatifan
yang sama antara zat pelarut dan zat terlarutnya sehingga menjadi larutan
homogen, resultannya lebih besar dari nol dan bentuk molekulnya tak simetri.
Langkah awal pada percobaan ini adalah membuat larutan lewat jenuh
sebanyak 150 mL dengan cara memasukkan 100 gr garam kasar dan 200 mL
akuades kedalam botol. Campuran ini kemudian dikocok kuat-kuat selama 10
menit. Larutan dibuat lewat jenuh agar dapat membentuk endapan (kristal) ketika
dipanaskan. Berdasarkan percobaan, garam tidak sepenuhnya larut. Hal ini
disebabkan karena larutan lewat jenuh sehingga tidak dapat larut lagi. Larutan
lewat jenuh NaCl kasar kemudian disaring menggunakan kertas saring dan
filtratnya ditampung dalam gelas piala. Setelah disaring, larutan yang keruh
berubah menjadi larutan yang jenih. Hal ini terjadi karena pengotor yang berada
dalam NaCl kasar tersaring pada kertas saring sebagai residu sehingga diperoleh
NaCl yang bebas dari pengotornya. Berikut ini adalah rangkaian set alat
pemurnian NaCl:
Corong pisah berada diatas erlenmeyer. Corong ini diisi dengan larutan
H2SO4 yang terhubung dengan bagian atas erlenmeyer sehingga larutan H2SO4
dapat mengalir kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer diisi dengan NaCl kasar
secukupnya. Filtrat larutan NaCl diletakkan di gelas piala 1000 mL dan
dimasukkan corong dalam posisi terbalik didalamnya.
Larutan H2SO4 kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit pada garam
kasar yang berada dalam erlenmeyer sambil dipanaskan. Pemanasan bertujuan
untuk mempercepat reaksi pembentukan gas HCl dari reaksi larutan H2SO4
dengan NaCl. Reaksi antara larutan H2SO4 dengan NaCl yang terjadi dalam
erlenmeyer sebagai berikut:
Berdasarkan percobaan, NaCl kasar yang telah ditetesi larutan berubah menjadi
kekuningan. Perubahan ini diiringi dengan munculnya gelembung busa yang
menghasilkan gas berwarna putih di dalam erlenmeyer. Perubahan warna kuning
ini menunjukkan adanya Na2SO4 sedangkan gas putih menandakan terbentuknya
gas HCl. Penambahan bahan lain (H2SO4) dan NaCl kasar menyebabkan terjadi
pendesakan yang membuat bahan padat terkristalisasi. Ini merupakan proses
fisika murni dan disebut pendesakan oleh garam (salting out).
Gas HCl yang terbentuk dialirkan melalui selang menuju filtrat NaCl yang
berada didalam beaker glass sehingga dapat bereaksi dengan larutan jenuh NaCl.
HCl yang digunakan dalam bentuk gas agar tidak mempengaruhi volum dari
larutan lewat jenuh yang berdampak larutan menjadi kurang jenuh. Larutan yang
kurang jenuh dapat mempengaruhi terbentuknya kristal murni sehingga kristal
NaCl yang terbentuk sedikit. Prinsip dari penambahan HCl adalah penambahan
ion senama. Ion Cl- akan menggeser kesetimbangan ke arah kristal NaCl. Ion Na+
dari larutan jenuh bereaksi dengan ion Cl- dari gas HCl membentuk garam NaCl
dalam bentuk kristal berwarna putih. Reaksi yang terjadi antara gas HCl dengan
larutan NaCl adalah:
HCl (g) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Na+ (g) + Cl- (aq) → NaCl (s)
Setelah diamati pada larutan jenuh NaCl terbentuk kristal berwarna putih
yang halus. Ion Na+(g) pada larutan jenuh NaCl bereaksi dengan ion Cl- (aq) dari
gas HCl yang dialirkan, sehingga hanya tinggal larutan yang berisi ion Cl- (l) dan
H+ (aq) yang tersisa dalam larutan jenuh NaCl. Gas HCl dapat membentuk kristal
NaCl murni karena gas ini langsung bereaksi dengan kation-kation Na+ yang ada
pada larutan NaCl jenuh sehingga kation H+ yang ada pada gas ini terlepas dan
membentuk NaCl murni. Penambahan larutan H2SO4 dihentikan ketika kristal
NaCl tidak terbentuk lagi. Proses terbentuknya kristal ini dipengaruhi oleh laju
pembentukan inti dan laju pertumbuhan kristal.
- Kristal NaCl yang sudah terbentuk dalam gelas piala disaring menggunakan
kertas saring yang sudah ditimbang massanya. Kristal NaCl kemudian
dipanaskan menggunakan cawan petri sampai tidak ada lagi larutan jenuh dalam
kristal. Kristal kemudian ditimbang untuk mengetahui massa murninya.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan rendemen NaCl sebesar 14,04%
Sebelum direkristalisasi, kristal berwarna putih keruh dan partikelnya
besar-besar. Bentuk kristal terjadi perbedaan yang signifikan setelah di
rekristalisasi. Setelah direkristalisasi, kristal NaCl bewarna putih karena
pengotornya sudah tidak terikat dengan NaCl sehingga diperoleh kristal NaCl
yang lebih murni. Selain itu, ukuran partikel kristal lebih kecil dan halus. Partikel
yang diperoleh lebih halus karena dalam pembentukan kristal NaCl dipengaruhi
laju pembentukan inti, dimana banyak kristal yang terbentuk namun sedikit kristal
yang tumbuh menjadi besar sehingga endapan yang terbentuk terdiri partikel-
partikel kecil.
Percobaan ini tidak mengidentifikasi kemurnian yang didapat karena
keterbatasan alat. Seharusnya, kristal diuji kemurniannya dengan uji titik leleh dan
massa jenis. Berdasarkan literatur, NaCl memiliki massa jenis sebesar 2,16
gram/cm3 dan titik lelehnya adalah 801oC.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan untuk praktikum Logam-logam alkali kali ini adalah:
- NaCl dapat dimurnikan dari pengotornya menggunakan teknik rekristalisasi
- Rekristalisasi merupakan salah satu metode pemurnian berdasarkan perbedaan
daya larut antara zat yang dimurnikan dengan pengotonya menggunakan pelarut
yang sesuai
- Kristal yang telah direkristalisasi berwarna putih bersih dengan ukuran kristal
kecil-kecil dan halus sedangkan sebelum di rekristalisasi kristal berwarna putih
keruh dengan ukuran partikel besar-besar
- Rendemen NaCl murni sebesar 14,04%
5.2. Saran
Saran untuk praktikum Logam-logam alkali kali ini adalah:
- Praktikan harus mengikuti prosedur percobaan ditambah dengan berkonsultasi
dengan assisten
- Penetesan larutan H2SO4 dilakukan secara perlahan agar reaksinya sempurna
- Gunakan NaCl kasar pada proses pemanasan lebih banyak agar gas HCl yang
terbentukpun lebih banyak
- Usahakan proses pemanasan tidak sampai membuat NaCl menjadi gosong
(hitam)
DAFTAR PUSTAKA
- Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Jakarta: Pradnya
Paramita.
- Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik. Jakarta: M.D.
Hipokrates
- Dasent, W.E. 1970. Energitika Anorganik Suatu Pengantar Edisi ke 2.
Semarang: IKIP Semarang Press.
- Lindawati. 2006. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan Terhadap
Kadar Iodium Dalam Garam Beriodium. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
- Sciencelab, 2013. MSDS H2O (serial on line) http://www.sciencelab.com/msds.
php?msdsId=9927321 [15 November 2013]
- Sciencelab, 2013. MSDS H2SO4 (serial on line)
http://www.sciencelab.com/msds. php?msdsId=9925146 [15 November
2013]
- Sciencelab. 2013. MSDS Sodium Chloride (serial on line)
http://www.sciencelab. com/msds. php?msdsId=9927593 [25 November
2013]
- Tim Kimia Anorganik. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik. Jember:
FMIPA Universitas Jember
LAMPIRAN
- Perhitungan
- Massa NaCl = 14,043 gram
- % rendemen = (massa nyata/ massa teori) x 100%
= (14,043 gram/ 100 gram) x 100%
= 14,04 %