lo 1

21
LO 1 A. PROSEDUR DENTAL KLINIK Pemeriksaan pada Gigi Tiruan Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan perawatan pendahuluan pada pembuatan gigi tiruan mempunyai beberapa pertimbangan : 1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal. 2. Pemulihan gigi pasien. 3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal. 4. Penggantian dari gigi yang hilang. Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal-hal yang sama pentingnya, yaitu: Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga pasien mengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut. Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien. Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya. Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya. Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien. Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya. 1. Pemeriksaan subjektif . Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus. Kebiasaan jelek, misalnya: mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb. Apakah pernah memakai gigitiruan, jika pernah bagaimana keluhan- keluhan gigi tiruan yang lama. 2. Pemeriksaan objektif. Pada pemeriksaan objektif ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat Palpasi Perkusi Sonde Termis Rontgen foto Pemeriksaan ektra oral 1) Bentuk muka/wajah

Upload: alifah-nur-jannah

Post on 12-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

vgfdsf

TRANSCRIPT

LO 1A. PROSEDUR DENTAL KLINIK

Pemeriksaan pada Gigi Tiruan

Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan perawatan pendahuluan pada pembuatan gigi tiruan mempunyai beberapa pertimbangan :

1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal.

2. Pemulihan gigi pasien.

3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.

4. Penggantian dari gigi yang hilang.

Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal-hal yang sama pentingnya, yaitu:

Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga pasien mengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.

Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.

Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.

Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.

Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien. Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya.

1. Pemeriksaan subjektif.

Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus. Kebiasaan jelek, misalnya: mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb. Apakah pernah memakai gigitiruan, jika pernah bagaimana keluhan- keluhan gigi tiruan yang lama.

2. Pemeriksaan objektif.

Pada pemeriksaan objektif ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat Palpasi Perkusi Sonde Termis Rontgen foto

Pemeriksaan ektra oral

1) Bentuk muka/wajah

a. Dilihat dari arah depan (oval/ovoid, persegi/square, lonjong/tapering)

b. Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)

2) Bentuk bibir (panjang, pendek, normal, tebal, tipis, tegang, kendor (flabby). Tebal tipis bibir akan mempengaruhi retensi gigitiruan yang akan dibuat, dimana bibir yang tebal akan memberi retensi yang lebih baik.

3) Sendi rahang (mengeletuk, kripitasi, sakit).

Pemeriksaan intra oral

1) Pemeriksaan terhadap gigi

a. Gigi yang hilang

b. Keadaan gigi yang tinggal (gigi yang mudah terkena karies, banyaknya tambalan pada gigi, mobility gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika dijumpai ada kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi tiruan, maka sebaiknya gigi tersebut dicabut.

c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada. Angle klas I, II, dan III.

d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain karena : (angular cheilosis, disfungsi dari TMJ, spasme otot-otot kunyah, Spasme otot-otot kunyah dapat diperbaiki dengan menambah dimensi vertical pada pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan. Selain deep overbite, harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam keadaan normal, ukuran over bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.

e. Warna gigi

Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigitiruan sebagian lepasan terutama pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.

f. Oral hygiene (adanya karang gigi, adanya akar gigi, adanya gigi yang karies, adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya : gingivitis

g. Rontgen foto

Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya:

kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga

gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa akar

kista, kelainan periapikal

resorbsi tulang

sclerosis (penebalan tulang)

h. Resesi gingival

i. Vitalitas gigi

2. Pemeriksaan terhadap mukosa

Inflamasi, pada keadaan ini mukosa harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum dicetak. (bergerak/tidak bergerak, keras/lunak).

3. Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar

Bentuk U, V, datar, sempit, luas, undercut

4. Ruang antar rahang

- Besar, dapat disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama

- Kecil, dapat disebabkan karena elongasi

- Cukup, minimal jaraknya 5 mm

5. Adanya torus

- Pada palatum disebut torus palatinus

- Pada mandibula disebut torus mandibula Torus ini bila keadaan mengganggu pada pembuatan gigitiruan, harus dibuang

6. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi

7. Pemeriksaan terhadap frenulum

Apakah perlekatannya tinggi atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika perlekatan yang rendah akan mengganggu gigitiruan yang dibuat, sehingga perlu dilakukan pembebasan.

Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat diketahui apakah masih perlu dilakukan perawatan pendahuluan sebagai persiapan perawatan prostodonti

Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:

v Kecekatan (fitness/self retention)

GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

v Marginal fitness & integrity

Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde halfmoon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.

v Kontak proksimal

Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

v Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self cleansing pada daerah embrasurnya.

v Penyesuaian oklusal

Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.

v Estetika

Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.

B. PROSEDUR DENTAL LAB

Retraksi gingiva

Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi. Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS)

Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)

Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)

Bedah elektrosurgikal

Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi, ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord mengandung vasokonstriktor (e.g. adrenalin).

v Pencetakan dan pembuatan die model

Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model dapat dimulai. Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak sesuai dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan. Untuk pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat elastomer dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu bahwa sebelum dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.

v Pembuatan catatan gigit

Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.

v Penentuan warna (shade)

Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)

Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak boleh tertutupi oleh bayangan.

v Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara

Mahkota Sementara

Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct, maka saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur, ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal, kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif (alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian dipasangkan di gigi hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah full setting cetakan dilepas dan MTS dipoles. Jika secara indirect, maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi dan kemudian setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.

Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara fabricated. Cara lain adalah dengan menggunakan mahkota sementara prefabricated. Berbeda dengan cara fabricated, ada beberapa macam bahan mahkota sementara digunakan, seperti aluminium, akrilik, dan seluloid. Prosedur pemakaiannya: o Pemilihan mahkota sementara, untuk gigi depan harus diperhatikan warna, bentuk dan besar yang sesuai. o Adaptasi bagian servikal dan bagian dalam mahkota. Bagian servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan bagian gingival untuk mencegah resesi.

Pontik Sementara

Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk pembuatan GTJS pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan kemudian baru dilakukan pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.

LO 2

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi dan Kontraindikasi GTT

a) Pertimbangan Umum

Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.

Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.

Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.

b) Indikasi Umum

Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.

Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.

Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.

Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan GTJ diindikasikan untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.

Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.

Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.

c) Kontra-Indikasi Umum

Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-kejang mendadak atau gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.

Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.

Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.

Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.

Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal dan gigi penyangganya.

Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.

Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting tidak dalam satu bidang sejajar.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGANBarclay CW, Walmsley AD. 2001.Fixed and removable prosthodontics. 2nded.Tottenham: Churchill livingstone;Damayanti, 2009.OverPorcelain Fused To Metal (PFM) PorselenPorselen adalah material yang sewarna dengan gigi, material porselen tersusun atas kristal, alumunia dan silica yang dileburkan secara bersama padahigh temperatures,untuk membentuk kekuatan, keseragaman, dan materialglass-like( Hatrick, 2010 dan Anusavice, 2003 ).

Dalam laboratorium kedokteran gigi, porselen untuk restorasi menggunakan bentuk sediaanfine powder(serbuk halus). Pembuatan dari powder porselen sangat kompleks. Porselen terbuat dari bahan-bahan dasar berupa: silika (SiO2), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3). Bahan-bahancrystallineini dipanaskan bersamaan denganfluxeddiantaranyasodium carbonateataulithium carbonate.Material crytalline yang baru terbentuk disebut leucite juga berbentuk kaca pada kondisi tertentu. Dental porselen ini merupakan matriks dari kaca bertitik leleh rendah berikatan dengan leucite crystals. Porselen selanjutnya dibakar kembali dengan metal oksida untuk menambahkan warna yang sesuai dengan gigi. Setelah porselen dingin, porselen ini menjadi bahan dasar untukfine powder,bentuk inilah yang digunakan dalam dental laboratorium.

Klasifikasi porselen berdasarkan temperatus fusinya diantaranya:

1.1288- 1371Care high fusing2.1093-1260Care medium fusing3.871-1066Care low fusingKebanyakan dalam dental restorasi dibuat denganlow-fusing porcelains.

Sifat-sifat Dental PorcelainoKekuatan Transverse

Merupakan kemampuan porselen untuk bertahan terhadap fraktur ketika terjadi tekanan.Transverse strengthmerupakan kombinasi dari kekuatan tekan dan kekuatan regangan. Rata-rata kekuatan transverse dari dental porselen berkisar antara 56-446 Mpa tergantung pada tipe dari porselen.

oKoefisien dari ekspansi termal

Merupakan jumlah ekspansi yang dimiliki oleh porselen dipanaskan atau jumlah pengkerutan ketika porselen didinginkan. Koefisien dari ekspansi termal dari porselen berkisar 1210-6/C pada kebanyakan porselen. Koefisien dari ekspansi termal sangat penting pada saat porselen berikatan dengan metal atau porselen lainnya.

oWarna dental porselen

Sifat ini sangat penting untuk menentukan kesesuaian material dengan struktur gigi. Warna dapat diekspresikan dalam tiga bentuk;hue, value, andchroma.-Huemerupakan warna dasar seperti: biru, hijau, kuning, atau merah.

-Chromamerupakan intensitas atau saturasi dari warna, pengukuran tingkat kemurnian seperti biru menjadi biru terang.

-Valuejumlah dari warna abu-abu. Value yang tinggi menunjukan warna keabua-abuannya berkurang (warna menuju putih). Sebaliknya value rendah maka warna akan lebih kehitam-hitaman.

Kesesuaian antara warna porselen dengan warna gigi merupakan titik terpenting dalam keberhasilan restorasi menggunakan dental porselen.

( Craig, 2000 )

MetalMetal atau logam adalah suatu bahan material yang bersifat opaq dan memilki densitas yang tinggi. Dalam bidang kedokteran gigi aplikasi metal atau logam biasanya digunakan dalam bentuk alloy. Alloy adalah material yang memilki bahan dasar dua atau lebih metal, biasanya menggunakan sedikitnya empat atau enam hingga delapan bahan metal. Bahan alloy dalam bidang kedokteran gigi terus berkembang hingga saat ini. Beberapa tahun yang lalu material alloy berkembang dengan emas sebagai bahan utama, saat ini banyak bahan yang berkembang sebagai bahan dasar alloy diantaranya adalah paladium, titanium, perak,nikel, cobalt dan emas. Metal yang digunakan sebagai bahan alloy biasanya dipilih berdasarkan aplikasinya, diantaranya adalah :

1.crown and bridge

menggunakan emas, paladium, perak, cobalt, nikel sebagai bahan dasar.

2.orthodontic / endodontic

mengunakan alloy titanium-valadium, stainless steel, nikel-titanium, cobalt-chromium-nikel, beta titanium

3.implant

biasanya menggunakan titanium, alloy titanium, stainless steel, cobalt chromium.

Dengan campuran banyak metal dalam material alloy dan material yang digunakan dapat berpengaruh terhadap jaringan, menjadikan sulit untuk mengidentifikasi biokompatibilitas dari alloy.

( Schmalz dan bindslev, 2009 )

Porcelain Fused to MetalRestorasiporcelain fused to metal melibatkan penggabungan dari kebaikan sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain yang baik. Secara umum, restorasi terdiri dari sub-struktur logam campur yang berikatan denganvinir porcelain. Restorasi logam-keramik telah berhasil digunakan untuk mahkota dan jembatan multiunit (multiunit bridge) selama 30 tahun. Restorasi ini digunakan lebih dari 60 persen pada kasus restorasi mahkota dan jembatan ( Anusavice, 2003 ).

Schwartz et al (1970) melaporkan mahkota dengan bahan metal penuh mempunyai lifetime 10.3 tahun. Karies sekunder merupakan penyebab utama kegagalan untuk 58 persen dari mahkota. Kershbaum dan Voss (1977) memperkirakan bahwa hanya 3 persen dari restorasi PFM yang gagal dalam kurung waktu10 tahun.

Syarat utama bahan yang digunakan dalam restorasi PFM adalah kompatibilitas logam dan porcelain. Feldspathic porcelain yang digunakan untuk PFM biasanya mengandung jumlahleuciteyang spesifik. Hal ini dapat menaikkankoefisien ekspansitermal dari porcelain yang hampir sama dengan logam. Hal ini dapat mencegah perkembangan tegangan termal selama pendinginan setelah pembakaran.Adanyaleucitejuga membantu menguatkan porselen. Minimal kekuatan flexural yang dibutuhkan untuk porselen pada PFM seperti yang telah ditentukan pada standarISO adalah 50 MPa, sama seperti seperti pada restorasiall-ceramicpada dentin/enamel.

Syarat-syarat logam campur untuk membentuk substruktur yang mirip dengan bahan pada ikatan non-porcelain antara lain:

1.Aloi logam, telah dikasting pada bentuk yang diinginkan sebelumnya, harus tahan dengan pembakaran porcelain berdiri tanpa meleleh atau terkena creep. Oleh karena itu, aloi harus mempunyai suhu fusi yang tinggi.

2.Aloi harus rigid untuk dapat menyokong vinir porcelain yang getas jika tidak fraktur tidak dapat terhindarkan

3.Aloi harus dapat membentuk ikatan dengan vinir porcelain sehingga nantinya tidak akan terlepas.

4.Aloi harus punya ekspansikoefisien termal yang hamper sama dengan porcelain yang terlibat

( McCabe & Walls, 2008 )

Porcelain dan logam campur yang digunakan dalam restorasi ini harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:

1.porselen dan logam harus membentuk ikatan kuat (beberapa kegagalan disebabkan karena ikatan yang kurang adekuat)

2.porselen fusi pada suhu leleh yang lebih rendah dari suhu leleh logam. Logam tidak boleh leleh pada suhu fusi porselen.

3.porselen dan logam harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai, sehingga porselen tidak akan pecah atau terlepas dari alloy saat proses pendinginan.

4.Logam harus mempunyai modulus elastisitas yang tinggi sehingga dapat menyalurkan tegangan yang baik dari porselen.

( Chandra S., et al., 2007 ).

Terdapat beberapa batasan pada penggunaan PFM dancast metal restorations. Kebanyakan, PFM dancast metal restorationshanya digunakan pada gigi permanen pada orang dewasa, karena penghilangan dari struktur gigi untuk fabrikasi yang baik akan merusak vitalitas pulpa pada anak-anak dan remaja. Terlebih lagi, restorasi dengan bahan tersebut mempunyai biaya hampir delapan kali lipat dari bahan amalgam.

II.2PembahasanPorcelain Fused to MetalAplikasi , Biokompatibilitas, Keuntungan, dan KerugianPorcelain Fused to MetalDalam Bidang Kedokteran GigiAplikasiPorcelain Fused to Metal( PFM ) dalam Bidang Kedokteran GigiCrownPada crown dengan bahanporcelain fused to metal(PFM), kekuatan diperoleh dari substruktur metal dan estetik didapatkan dari veneer porcelain.CrownPFM digunakan untuk mengembalikan gigi yang rusak sangat parah untuk melindungi struktur gigi yang tersisa, dan juga untuk mempertahankan oklusi dan menawarkan estetik.CrownPFM dapat diaplikasikan pada gigi anterior maupun gigi posterior (Sadaf dan Ahmad, 2011).

PadacrownPFM terdiri dari beberapa lapis bubuk porselen dalamair yang kemudian difusikan dengan kerangka dari metal, melalui pembakaran (firing). Lapisan-lapisan ini memiliki tiga tingkatan translusensi yang berbeda. Lapisan pertama merupakan lapisan opaque yang digunakan untuk menutupi substrat metal yang gelap. Lapisan intermediate, disebut juga sebagai dentin, adalah konstruksi utama dari struktur gigi artifisial dan juga digunakan untuk menyediakan translusensi pada porselen. Lapisan paling atas atau superfisial, adalah lapisan paling translusen yang disebut sebagai porselen email atau insisal. Setiap lapisan difusikan dalamelectricatauvacuum furnacepada sekitar 10000C untuk memperoleh sifat yang optimal.

(Mrazova dan Klouzkova, 2009)

Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan. Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu

1.regular felspathic porcelain(temperatur tinggi 1200-1400 oC)

2.aluminous porcelain(temperatur sedang 1050-1200 oC)

3.metal bonding porcelain(temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakanmetal bonding porcelain.PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari kekuatan mulut.

Restorasi metal keramik harus memenuhi syaratsyarat, antara lain, adalah sebagai berikut:a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.b. Metal dan keramik mempunyaithermal expansiyang sesuai.c. Keramik yang dipakai relatif mempunyailow fusing.d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapaifusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.e. Bahanbahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.Pada prinsipnya, sifatsifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaaninterfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.

( Shillingburg HT, Jacobi R, Bracket SE. 1987 )

Gigi tiruan cekat/bridgeGTC dari PFM dapat digunakan pada gigi anterior maupun posterior. Pada pembuatannya, pada gigi anterior kerangka logam hanya menutupi permukaan lingual dan incisal edge, sedangkan permukaan labial ditutup oleh porselen. Metal mencapai hingga area proksimal tetapi harus diperhatikan bahwa metal pada bagian lingual tidak mencapai hingga ruang proksimal lebih dari yang diperlukan untuk kekuatan. Pemanjangan proksimal dari kerangka logam hanya sampai area kontak, untuk alasan estetik. Kerangka metal lingual juga sampai area insisalsehingga mencapai incisal edge, tapi tidak menutupi permukaan labial.

( Pahlevan, 2006 )

Pada penggunaannya, GTC dari PFM juga dapat dimodifikasi dengan resin-bonded, sehingga menghasilkan Metal-Ceramic Resin Bonded Fixed-Partial Denture (RBFPD), yang dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior, untuk menggantikan satu atau dua gigi yang hilang. RBFPD ini dapat dilakukan pada gigi yang masih vital. Seperti dalam kasus misalnya ingin menggantikan gigi premolar dua yang hilang namun gigi molar pertama sudah memakai crown yang terbuat dari PFM, sementara gigi premolar pertama masih vital namun terdapat karies kecil pada bagian proksimal sebelah distal, maka gigi abutment dari RBFPD ini dapat diaplikasikan, karena PFM konvensional memerlukan pengurangan jaringan yang banyak.

( Ghavamnasiri, dkk., 2010 )

BiokompatibilitasPorcelain Fused to Metal( PFM ) dalam Bidang Kedokteran GigiDefinisi biokompatibilitas secara luasadalah "kemampuansuatu material untukmemberikan responyang tepat padaaplikasi tertentu".Hal ini mengimpilkasikan bahwaada interaksiantara host, bahandanfungsiyang diharapkandarimaterial.Jikaketiga faktor iniselarasmakamaterial dapatdikatakanbiokompatibel.

Sebagian besar penelitiantelah mengamatibahwa semakin rendahnoble content alloys(yang mengandunglebih banyak base element)menghasilkanreaksi jaringanyang lebihkuat daripadanoble content alloysyang lebih tinggidan gold alloys.Elemen pembentukoksida(In,Fe,Sn,Zn) yang tergabung dalamprecious alloys untuk restorasi PFMadalah elemenlogam dasar (base metal elements)dan umumnyacenderunglebih mudah larutdibandingkan denganelemenlogammulia.Dilaporkan bahwapajanan dalam waktu yang cukup panjangmeskipun dengandosis rendah, kemungkinan ion logam dapat menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan dalam jaringan biologis. Walaupun logam pada restotasi PFM ditutupi oleh veneer porselen, Namun,biasanyabagian small collardibiarkan tidak tertutup memungkinkan terjadinya reaksi yang merugikan dengan jaringan biologis disekitarnya

Pada tingkat yang cukup tinggi ion logam dapat menonaktifkan metabolisme sel dan menurunan proliferasi sel. Ion-ion logam yang dilepaskan dari alloy gigi berinteraksi dengan jalur metabolisme dan struktur sel menyebabkan kerusakan. Kasus yang sangat ekstrim adalah ketika ion logam memasuki sistem peredaran darah dan didistribusikan secara sistemik oleh protein seperti albumin. Ion ini kemudian dapat menyebabkan aktivasi gen dalam sel endotel. Pelepasan kation dapat memberikan reaksi inflamasi dan dapat memodulasi respon imun dengan aktivasi atau inhibisi T-dan B-sel. Respon ini bisa dalam bentuk mukositis oral, gingivitis / periodontitis dan resorpsi tulang.

Dilaporkan bahwadi Inggris menunjukkan bahwa reaksi terhadap logam mulia terjadi sekitar 5% dari reaksi yang disebabkan oleh logam dan jumlah penyebab alergi dikaitkan dengan logam tampaknya kecil. Studi lain menemukan bahwa tidak lebih dari 10% pasien yang mengalami alergi. Namun, komponen logam dari hampir semua cast dental alloys dapat dideteksi dalam jaringan terdekat.

Fase pembentukanmemainkanperan yang cukup besardalam menentukanbiokompatibilitasalloy gigi,denganmulti-phaseAg-Pd-Cumulti-fasemenunjukkan sitotoksisitaslebihdaripada bahan-single phase.Ketika menempatkanrestorasi gigiyang berdekatan dengangingivadanperiodontal,paduan non-muliaditemukanhampir sepenuhnyamenghambatkelangsungan hidup selsementarapaduanmulia dantitaniumnon-alloyedmenunjukkanhasil yang lebih baik.

( Johnson et al.,2011 )

KeuntunganPorcelain Fused to Metal( PFM ) dalam Bidang Kedokteran GigiAdapun keuntungan dari PFM dalam bidang kedokteran gigi adalah:

1.Unggul sebagai bahan langsung pada daerah yang memerlukan tekanan tinggi

2.Kekuatan pemakaian baik

3.Tahan lama

4.Estetis

( ElviraSinabutar, 2008 )

Keuntungaan PFM sebagai bahan crown adalah:1.adanya metal core dapat mendukung gigi

2.tahan terhadap tekanan mastikasi dan resisten terhadap fraktur

3.tahan lama di dalam rongga mulut

4.Metal yang di lapisi dengan porselen membuat crown yang dipakai menjadi estetis karena memiliki warna yang sama dengan gigi.

5.Dapat digunakan dengan kavitas yang luas dan besar

6.Cocok untuk digunakan pasien yang memiliki kebiasaan bruxism

7.Warna PFM sebagai crown dapat bertahan lama (tidak dapat berubah warna)

( ElviraSinabutar, 2008 )

KekuranganPorcelain fused to Metal dalam bidang kedokteran gigi:1.Lebih banyak jaringan gigi yang harus dihilangkan (lebih banyak dibandingkan porselen)untuk substruktur metal

2.Harga lebih mahal karena setidaknya membutuhkan dua kali kunjungan dan juga bila menggunakan alloi metal yang mahal

3.Teknis lab yang lebih sulit. Prosedur teknis dari pola wax investing dan casting alloi metal yang mahal meliputi banyak variabel teknis dan pertimbangan banyaknya langkah operatifdan siklus firing, membuat kualitas akhir dari restorasiyang sangat sensitif.

4.Chipping pada porselen ketika tekanan pada gigi yang ekstrim, tetapi dapat diatasi oleh dokter gigi dalam 20-30 menit

5.Dari sudut pandang estetik, PFM tidak menyerupai aspek natural dari gigi, karena inti metal yang menghalangi cahaya untukmasuk. Tidak adanya translusensi, karena faktanya restorasi PFM hanya dapat mengabsorbsi atau memantulkan cahaya, sementara jaringan gigi menunjukkan derajat translusensi yang tinggi.

( Zarone, dkk., 2011 )

6.Terbentuk bayangan gelap pada bagian servikal

( Pahlevan, 2006 )

7.Pada sistem logam-keramik, kegagalan terjadi pada daerah yang memiliki ikatan paling lemah, sehingga jika ikatan adhesif antara keramik dan logam sudah cukup, kegagalan akan kohesifdi dalam keramik.

8.Pada noble alloy yang digunakan untuk PFM seperti emas, palladium, persentase kecil dari indium, harga lebih mahal dan kurang beradaptasi dengan sistem keramik yang berbeda. Sebagai contoh cairan palladium dapat mengabsorbsi gas dalam jumlah banyak yang kemudian dapat dilepaskan selama casting dan menyebabkan banyak mikroporositas.

9.Pada base metal alloy yang digunakan untuk PFM, terkadang menyebabkan pembentukan oksida yang besar, sulit saat finishing dan polishing dikarenakan ductility yang rendah, dan dapat menyebabkan shrinkage pada casting yang lebih besar. Sebagai contoh oksida Ni dan Cr dalam sistem base metal menurunkan koefisien ekspansi porselen Vita (Vident) dan diduga dapat memicu stres interfasial sehingga menyebabkan kegagalan.

( Venkatachalam, dkk., 2009 )

10.Pada crown PFM, untuk kepentingan gigi sebelahnya, pembentukan dan lokasi serta ukuran area kontak sangat penting. Adanya diskrepansi pada area kontak dapat menyebabkan impaksi makanan. Pasien dapat merasa sangat kesulitan untuk mempertahankan area tersebut bersih yang dapat menyebabkan karies pada gigi sebelahnya.

( Sadaf dan Ahmad, 2011 )

Kesimpulan1.Porcelain fused to metal merupakan penggabungan dari kebaikan sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain, terdiri dari sub-struktur logam campur yang berikatan denganvinir porcelain.

2.Aplikasi porcelain fused to metal dalam bidang kedokteran gigi adalah pada pembuatan mahkota gigi dan gigi tiruan cekat.

3.Meskipun pembuatan porcelain fused to metal bertujuan untuk menggabungkan sifat unggul dari masing-masing material untuk menghasilkan suatu hasil yang baik, namun material tersebut masih memiliki kekurangankekurangan sehingga diperlukan penelitian perkembangan lebih lanjut atau penggantian material yang lebih baik dari segi estetis, kekuatan, maupun biokompatibilitas.

Anusavice, Kenneth J., 2003,Phillips Science of Dental Materials 11nd, United States of America: Elsevier Science.

Chandra, Satish., Chandra, Shaleen., Chandra, Girish. 2007.Textbook of operative dentistry..JYP brothers : New delhi.

Craig, RG. 2002.Restorative Dental Materials, 11 th ed, Missouri: Mosby, hal.456.

Craig, RG.,et al.,2000,Dental Materials; Properties and Manipulation 7nd, United State of America, Mosby.

David Penn, Dr. 2009.Compairing Porcelain Fused to Metal Versus Zirconium Based Restoration, Australasian Dentist, Sydney.

ElviraSinabutar. 2008 .Perbedaan Marginal Gap Cavosurface Margin Berbentuk Shoulder dan Champer Overlay PFM.

Ghavamnasiri M, Maleknejad F, Modabber M. 2010. Porcelain Fused to Metal Crown as an Abutment of a Metal-Ceramic Resin-Bonded Fixed Partial Denture : A Clinical Report.The Journal of Contamporary Dental Practice. Vol 11(2) :1-6.

Hatrick, C.D.,et al., 2011,Dental Materials; Clinical Applications for Dental Assistans and Dental Hygienists 2nd, USA: Saunders Elsevier.

McCabe, John F & Walls, Angus WG. 2008.Applied Dental Materialsninth ed.Blackwell Publisher : Oxford.

Mrazova M and Klouzkova A. 2009. Leucite Porcelain Fused to Metals for DentalRestoration. Vol. 53(3): 225-230.

Pahlevan A. 2006. A New Design for Anterior Porcelain Fused to Metal Fixed Prosthetic Restorations; PTU Type III. Journal of Dentistry. Vol. 3(2): 100-103.

Sadaf D and Ahmad MZ. 2011. Porcelain fused to metal (PFM) crowns and caries in adjacent teeth. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. Vol. 21 (3): 134-137.

Venkatachalam B, Goldstein GR, Pines MS, and Hittelman EL. 2009. Ceramic Pressed to Metal Versus Feldspathic Porcelain Fused to Metal: A Comparative Study of Bond Strength. The International Journal of Prosthodontics. Vol. 22 (1): 94-100.

Zarone F, Russo S, and Sorrentino R. 2011. From porcelain-fused-to-metal to zirconia: Clinical and experimental considerations. Dental Materials. Vol. 27: 83-96.