lo (repaired)

16
Skenario B (Cedera Kepala) Dengan ditemani polisi, Bujang, 25 tahun datang ke RSUD dengan keluhan luka dan memar di kepala sebelah kanan. 1 jam sebelum masuk RS kepala penderita dipukul oleh temannya dengan menggunakan dayung kayu dari arah samping dan depan. Penderita pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali. Dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi terdekat. Pada saat tiba di RSUD, penderita mengeluh nyeri kepala hebat disert ai muntah. Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi Mekanisme RR 28x/menit 16-24x/mnt Takipnue peningkatan tekanan intracranial penurunan perfusi ke otak hipoksia peningkatan usaha ventilasi oleh paru  takipneu  Tekanan Darah 130/90mmHg 120/80mmHg Prehipertensi peningkatan tekanan intracranial penurunan tekanan perfusi ke otak aktivasi autoregulasi otak oleh rangsang tekan  vasokontriksi pembuluh darah prekapiler otak   prehipertensi Nadi 50x/menit 60-100x/mnt Bradikardi Peningkatan ICP kompresi medulla oblongata ganguuan fungsi pernapasan  bradikardi  GCS E4 M6 V5 (15) E4 M6 V5 (15) Normal Keterangan: sadar penuh, Cedera kepala ringan Pupil Isokor Isokor Normal Refleks cahaya pupil kanan dan kiri reaktif Reaktif Normal Regio Temporal dextra luka 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan dasar fraktur tulang Tidak ada luka dan fraktur Trauma kepala Dipukul dengan dayung dari arah sampingtrauma luka dan  fraktur regio temporal de xtra  Regio nasal tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung Tidak ada darah yang mengalir Epiktasis Dipukul dengan dayung dari arah depan trauma pada area nasal ruptur pembuluh darah di nasal epiktasis  Pemeriksaan Normal Interpretasi Mekanisme Suara nafas Ngorok -- Sumbatan jalan kesadaran melemahkan

Upload: yola-febriyanti

Post on 03-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 1/16

Skenario B (Cedera Kepala)

Dengan ditemani polisi, Bujang, 25 tahun datang ke RSUD dengan keluhan luka dan memar 

di kepala sebelah kanan. 1 jam sebelum masuk RS kepala penderita dipukul oleh temannya

dengan menggunakan dayung kayu dari arah samping dan depan. Penderita pingsan kurang

lebih 5 menit kemudian sadar kembali. Dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi terdekat.

Pada saat tiba di RSUD, penderita mengeluh nyeri kepala hebat disertai muntah. 

Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi Mekanisme

RR 28x/menit 16-24x/mnt Takipnue

peningkatan tekanan intracranial

penurunan perfusi ke otak 

hipoksia peningkatan usaha

ventilasi oleh paru takipneu 

Tekanan

Darah130/90mmHg 120/80mmHg Prehipertensi

peningkatan tekanan intracranial

penurunan tekanan perfusi keotak aktivasi autoregulasi otak

oleh rangsang tekan 

vasokontriksi pembuluh darah

prekapiler otak  prehipertensi 

Nadi 50x/menit 60-100x/mnt Bradikardi

Peningkatan ICP kompresi

medulla oblongata ganguuan

fungsi pernapasan bradikardi  

GCS E4 M6 V5 (15)

E4 M6 V5

(15) Normal

Keterangan: sadar penuh,

Cedera kepala ringan

Pupil Isokor Isokor Normal

Refleks

cahaya

pupil kanan

dan kiri reaktif Reaktif Normal

Regio

Temporal

dextra

luka 6x1 cm,

tepi tidak

rata, sudut

tumpul

dengan dasar

fraktur tulang

Tidak ada

luka dan

fraktur

Trauma kepala

Dipukul dengan dayung dari arah

sampingtraumaluka dan

 fraktur regio temporal dextra 

Regio nasal

tampak darahsegar

mengalir dari

kedua lubang

hidung

Tidak ada

darah yang

mengalir

Epiktasis

Dipukul dengan dayung dari arahdepan trauma pada area nasal

ruptur pembuluh darah di

nasal epiktasis 

Pemeriksaan Normal Interpretasi MekanismeSuara nafas Ngorok -- Sumbatan jalan ↓ kesadaranmelemahkan

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 2/16

 

1.  Mengetahui anatomi kepala

  Kulit kepala terdiri dari 5 lapis jaringan yang disingkat sebagai SCALP, yaitu: Skin

atau kulit, Connective tissue atau jaringan penyambung,  Aponeurosis atau galea

aponeurotika, Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar, dan Perikranium. 

nafas

(snoring)

refleks tegang lidah pangkal

lidah jatuh menutupi saluran

nafas ngorok  

RR 24x/menit

16-

24x/mnt

Normal tetapi

mengarah ketakipneu

peningkatan tekanan

intracranial penurunan

perfusi ke otak hipoksia peningkatan usaha ventilasi

oleh paru takipneu 

TD140/90mm

Hg

120/80m

mHgHipertensi

peningkatan tekanan

intracranial (menyebabkan

penurunan tekanan perfusi ke

otak) aktivasi autoregulasi

otak oleh rangsang tekan 

vasokontriksi pembuluh darah

prekapiler otak hipertensi  

Nadi 50 x/menit60-

100x/mntBradikardi

Peningkatan ICP kompresimedulla oblongata 

ganguuan fungsi pernapasan

 bradikardi  

GCSE2M5V3

(10)

E4 M6 V5

(15)

Cedera kepala

sedang

(↓ kesadaran) 

Trauma kepala gangguan

tekanan intrakranial 

gangguan fungsi otak defisit

neurologis 

↓ kesadaran

PupilRefleks cahaya

pupil

AnisokorKanan (-),

Kiri(+)

IsokorKedua

mata (+)

gangguan

m. spincther

pupillarae(miosis pupil

terhadap kadar

cahaya yang

masuk ke mata)

Trauma temporal kepala 

herniasi lobus medial

temporal herniasi unkus(lobus medial – temporal) 

menekan n. Oculomotorius 

ipsilateral pupilarae dilatation-

-anisokor  

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 3/16

  Tulang tengkorak terdiri dari kalvaria dan basis kranii. Khusus di regio temporal,

kalvaria tipis tetapi dilapisi oleh otot temporalis. Lantai dasar rongga tengkorak dibagi

atas 3 fosa yaitu: fosa anterior, fosa media, dan fosa posterior.

  Selaput meningen, menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan, yaitu:

duramater, arakhnoid, dan pia mater. Duramater merupakan selaput yang kuat, terdiriatas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam kranium. Arteri-

arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium.

Fraktur/patah tulang kepala diatasnya dapat menyebabkan laserasi arteri-arteri itu dan

menyebabkan perdarahan epidural yang berlokasi difossa temporal. Dibawah

duramater terdapat lapisan kedua dari meningen yang tipis dan tembus pandang

disebut selaput arakhnoid. Pada cedera otak, vena-vena bridging yang berjalan dari

 permukaan otak ke sinus-sinus duramater dapat saja mengalami robekan dan

menyebabkan terjadinya perdarahan subdural. Lapisan ketiga adalah pia mater yang

melekat erat pada permukaan korteks serebri.

  Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum terdiri dari

hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri. Pada hemisfer serebri kiri

terdapat pusat bicara pada semua manusia. Lobus frontal mengontrol inisiatif, emosi,

fungsi motorik, dan pada sisi yang dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus

 parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal

mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam

 pengelihatan.

  Batang otak terdiri dari mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan

 pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan

kewaspadaan. Pusat kardiorespiratorik berada di medula oblongata. Serebelumterutama bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan

2.  Epidural hematom dan lucid interval

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 4/16

 Hematoma epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan

yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada

kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan

dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.

Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura

meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria

meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah

bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan

antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi

menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut

dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.

Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis

otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi

di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang

dapat dikenal oleh tim medis.Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis di

medula oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuklei saraf kranial

ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak 

mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan

kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski

 positif.

Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah yang

 berlawanan, menyebabkan tekanan intrakranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut

 peningkatan tekanan intrakranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital

dan fungsi pernafasan.

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 5/16

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga

makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan

sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri

kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua

 penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.

Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada hematoma epidural. Kalau

 pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau hematoma epidural dengan

trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan

tidak pernah mengalami fase sadar.

Sumber perdarahan :

  Artery meningea ( lucid interval : 2 – 3 jam )

  Sinus duramatis

  Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan vena

diploica

Hematom epidural akibat perdarahan arteri meningea media,terletak antara duramater dan

lamina interna tulang pelipis.

Os Temporale (1), Hematom Epidural (2), Duramater (3), Otak terdorong kesisi lain (4)

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 6/16

 

3.  Klasifikasi trauma kepala

Trauma atau cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal

tiga deskripsi klasifikasi, yaitu berdasarkan: (1) Mekanisme, (2) Berat- ringannya, (3)

Morfologi.

Klasifikasi Cedera Otak 

Mekanisme

- Tumpul

- Tajam/Tembus

Kecepatan tinggi (kecelakan lalu lintas)

Kecepatan rendah (jatuh, dipukul)

Luka tembak 

Cedera tajam/tembus lainnya

Berat-ringannya cedera

- Ringan

- Sedang

- Berat

GCS 13-15

GCS 9-12

GCS < 8

Morfologi

Trauma tumpul pada regio

temporal dan frontal

kranium

Regangan

pada poros

batang otak

Pingsan

5 menit

Vasopressor 

syncopal 

attack 

Ruptur arteri

meningea media

hematoma

epidural

kompensasi

LCS oleh

otak

Pasien

masih sadar

Peningkatan

TIK

TIK terus

meningkat

Herniasi unkus

Tidak ada lagi

kompensasi

Penekanan

batang otak

Duramater

meregang

Nyeri kepala

hebatMuntah

Pingsan

lagi

Pupilanisokor

tekan

N. III

Ruptur kapiler

di kulit dan

area nasal

memar dan

luka

epistaksis

Hipoksia

otak

Peningkatan

TD dan RR

Fraktur regio

temporal

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 7/16

- Fraktur tulang

Kalvaria

Dasar tengkorak 

Garis vs bintang

Depresi/non depresi

Terbuka/tertutup

Dengan/tanpa kebocoran LCSDengan/tanpa parese N. VII

Lesi Intrakranial

- Fokal

- Difus

Perdarahan epidural

Perdarahan subdural

Perdarahan intraserebral

Konkusi

Kontusio multipel

Hipoksik/iskemia

Pada kasus ini, secara mekanisme trauma yang terjadi adalah trauma tumpul dengankecepatan rendah, cedera kepala termasuk cedera sedang, morfologi fraktur tulangnya

tertutup dan fraktur depresi, serta terjadi lesi fokal yakni perdarahan epidural.

4.  Autoregulasi otak ketika trauma, tanda peningkatan tekanan intracranial dan herniasi

batang otak 

Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan

secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam

 posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4  –  10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau

memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih

dari 20 mmHg, terutama bila menetap.

Doktrin Monro-Kellie merupakan suatu konsep sederhana tetapi penting untuk 

memahami dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus

selalu konstan, karena rongga kranium pada dasarnya merupakan rongga yang kaku, tidak 

mungkin mekar. Darah didalam vena dan cairan serebrospinal dapat dikeluarkan/

dipindahkan dari rongga tengkorak sehingga tekanan intrakranial tetap normal. Sehingga

segera setelah cedera otak, suatu massa seperti perdarahan dapat terus bertambah dengan

TIK masih tetap normal. Namun, sewaktu batas pemindahan/ pengeluaran CSS dan darah

intravaskular tadi terlewati maka TIK secara sangat cepat akan meningkat.

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 8/16

 Jika massa intrakranial membesar, kompensasi awal adalah pemindahan cairan

serebrospinal ke kanal spinal. Kemampuan otak beradaptasi terhadap meningkatnya

tekanan tanpa peningkatan TIK dinamakan compliance.

Perpindahan cairan serebrospinal keluar dari kranial adalah mekanisme kompensasi

 pertama dan utama, tapi lengkung kranial dapat mengakomodasi peningkatan volume

intrakranial hanya pada satu titik. Ketika compliance otak berlebihan, TIK meningkat,

timbul gejala klinis, dan usaha kompensasi lain untuk mengurangi tekananpun dimulai.

Kompensasi kedua adalah menurunkan volume darah dalam otak. Ketika volume

darah diturunkan sampai 40% jaringan otak menjadi asidosis. Ketika 60% darah otak 

hilang, gambaran EEG mulai berubah. Kompensasi ini mengubah metabolisme otak,

sering mengarah pada hipoksia jaringan otak dan iskemia.

Kompensasi tahap akhir dan paling berbahaya adalah pemindahan jaringan otak 

melintasi tentorium dibawah falx serebri, atau melalui foramen magnum ke dalam kanal

spinal. Proses ini dinamakan herniasi dan sering menimbulkan kematian dari kompresi

 batang otak. Otak disokong dalam berbagai kompartemen intrakranial. Kompartemen

supratentorial berisi semua jaringan otak mulai dari atas otak tengah ke bawah. Bagian ini

terbagi dua, kiri dan kanan yang dipisahkan oleh falx serebri. Supratentorial dan

infratentorial (berisi batang otak dan serebellum) oleh tentorium serebri. Otak dapat

 bergerak dalam semua kompartemen itu. Tekanan yang meningkat pada satukompartemen akan mempengaruhi area sekeliling yang tekanannya lebih rendah.

Autoregulasi juga bentuk kompensasi berupa

 perubahan diameter pembuluh darah intrakranial

dalam mepertahankan aliran darah selama

 perubahan tekana perfusi serebral. Autoregulasi

hilang dengan meningkatnya TIK. Peningkatan

volume otak sedikit saja dapat menyebabkan

kenaikan TIK yang drastis dan memerlukan waktu

nyang lebih lama untuk kembali ke batas normal.

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 9/16

Manifestasi klinik dari peningkatan TIK disebabkan oleh tarikan pembuluh darah

dari jaringan yang merenggang dan karena tekanan pada duramater yang sensitif dan

 berbagai struktur dalam otak. Indikasi peningkatan TIK berhubungan dengan lokasi dan

 penyebab naiknya tekanan dan kecepatan serta perluasannya. Manifestasi klinis dari

 peningkatan TIK meliputi beberapa perubahan dalam kesadaran seperti kelelahan,iritabel, confusion, penurunan GCS, perubahan dalam berbicara, reaktifias pupil,

kemampuan sensorik/motorik dan ritme/denyut jantung. Sakit kepala, mual, muntah,

 penglihatan kabur sering terjadi. Papiledema juga tanda terjadinya peningkatan TIK.

Cushingtriad yaitu peningkatan tekanan sistolik, baradikardi dan melebarnya tekanan

 pulsasi adalah respon lanjutan dan menunjukkan peningkatan TIK yang berat dengan

hilangnya aoturegulasi (Black&Hawks, 2005). Perubahan pola nafas dari cheyne-stokes

ke hiperventilasi neurogenik pusat ke pernafasan apnuestik dan pernafasan ataksik 

menunjukkan kenaikan TIK. Pembuktian adanya kenaikan TIK dibuktikan dengan

 pemeriksaan diagnostik seperti radiografi tengkorak, CT scan, MRI. Lumbal pungsi tidak 

direkomendasikan karena berisiko terjadinya herniasi batang otak ketika tekanan cairan

serebrsopinal di spinal lebih rendah daripada di kranial. Lagipula tekanan cairan

serebrospinal di lumbal tidak selalu menggambarkan keakuratan tekanan cairan

serebrospinal intracranial.

5.  Pemeriksaan GCS

a.  Respon membuka mata

Penilaian membuka mata meliputi evaluasi terhadap keadaan terjaga, aspek pertama dari

kesadaran. Jika mata pasien tertutup, maka keadaan terjaga pasien dinilai berdasarkan derajatstimulasi yang diperlukan agar pasien dapat membuka matanya. Membuka mata (terjaga

selalu menjadi pengukuran pertama yang dilakukan sebagai bagian dari GCS karena tanpahal

tersebut kognisi tidak dapat terjadi. Membuak mata pasien tidak dapat dilakukan jika mata

 penderita membengkak. Skor penilaiannya adalah

1)   Nilai 4

Membuka mata secara spontan, mata membuka tanpa harus diperintah atau disentuh

(respon optimal)

2)   Nilai 3

mata membuka sebagai respon terhadap stimulus verbal (biasanya nama paien) tanpa

menyentuh pasien. Observasi mulai dari volume suara yang normal dan naikkan volume

suara jika diperlukan dengan mengatakan perintah yang jelas.

3)   Nilai 2

mata membuka sebagai responterhadap nyeri sentral, misalnya penekanan trapezium,

tekanan suborbital (direkomendasikan), sternal rub (menekan dan memutar diatas

sternum. Stimulus nyeri hanya dilakukan jika pasien gagal merespon terhadap perintah

yang jelas dan keras

4)   Nilai 1

mata tidak membuka walaupun dengan stimulus verbal dan nyeri sentral.

b.  Respon verbal

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 10/16

Penilaian respons verbal mencakup evaluasi kewaspadaan, aspek kedua dari kesadaran. Pada

respons ini dilakukan penilaian secara komprehensif dari apa yang dilakukan oleh praktisi dan

dilakukan evaluasi terhadap area yang berfungsi pada pusat yang lebih tinggi serta

kemampuan untuk mengatakan dan mengekspresikan jawaban Disfasia atau ketidak 

mampuan berbicara dapat disebabkan oleh kerusakan pada pusat bicara di otak,misalnya

setelah pembadahan intrakranial atau cedera kepala.

Memastikan ketajaman pendengaran pasien dan pemahaman bahasa sebelum menilai respons

ini merupakan hal yang penting.Ketidakmampuan berbicara mungkin tidak selalu

menunjukan pnurunan tingkat kesadaran.Selain itu,beberapa pasien mungkin membutuhkan

stimulasi yang banyak untuk mempertahankan konsentrasi mereka ketika menjawab

 pertanyaan.Banyaknya stimulasi yang diperlukan harus dicatat sebagai bagian dari penilaian

dasar.Skor penilaiannya adalah sebagai berikut:

1)   Nilai 5.

Orientasi baik,pasien dapat mengatakan kapeda praktisi siapa mereka,diaman

mereka,dan hari,tahun,serta bulan saat ini(hindari menggunakan hari keberapa dari

hari minggu ini atau tanggal)2)   Nilai 4

Konfusi(bingung),pasien dapat melakukan percakapan dengan praktisi,namun tidak 

dapat menjawab secara akurat terhadap pertanyaan yang diberikan.

3)   Nilai 3

Kata-kata yang tidak tepat,pasien cenderung menggunakan kata-kata tunggal dari

 pada suatu kalimat dan tidak terdapat percakapan dua arah.

4)   Nilai 2

Suara yang tidak dimengerti,respons pasien diperoleh dalam bentuk suara-suara yang

tidak jelas seperti ruangan atau gumaman tanpa kata-kata yang dapat

dimengerti.Stimulus verbal dan juga stimulus nyeri mungkin diperlukan untuk mendapatkan respons dari pasien.Jenis pasien ini tidak waspada terhadap lingkungan

sekitarnya.

5)   Nilai 1

Tidak ada respons,tidak didapatkan respons dari pasien walaupun dengan stimulus

verbal maupun fisik.

c.  Respon membuka mata (E) :

Respon motorik dirancang untuk memastikan kemampuan pasien untuk mematuhi perintah

dan untuk melokalisasi,menarik,atau merasakan posisi tubuh yang abnormal sebagai respon

terhadap stimulus nyeri.jika pasien tidak merespon dengan mematuhi perintah,maka respon

terhadap stimulus nyeri harus dinilai.Respon melokalisasi yang benar adalah pasien

mengangkat lenganya setinggi dagu,misalnya menarik masker oksigen.Untuk membangkitkan

respon ini direkomendasikan untuk melakukan cubitan trapezium,tekanan rijisupraorbital,atau

tekanan pada tepi rahang.Untuk menghindari cidera jaringan lunak,maka setimulus diberikan

tidak lebih dari sepuluh detik kemudian dilepaskan.Selain itu ketika memberikan

setimulus,paling baik dimulai dengan tekanan yang ringan kemudian ditingkatkan sampai

respon terlihat,yang penilaianya sebagai berikut :

1)   Nilai 6

Pasien mematuhi perintah,minta pasien untuk menjulurkan lidah,jangan minta pasien

untuk hanya meremas tangan anda karena hal ini dapat menampilkan respon genggam

 primitif,pastikan perawat meminta mereka untuk melepasnya.Hal ini penting untuk 

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 11/16

memastikan bahwa respon yang didapat bukan hanya suatu gerakan reflek,sangat penting

untuk meminta pasien melakukan dua perintah yang berbeda.

2)   Nilai 5

Melokalisasi pusat nyeri,jika pasien tidak merespon terhadap stimulus verbal,pasien

dengan sengaja menggerakan lengan untuk menghilangkan penyebab nyeri.Tekana

rigisupra orbital dianggap merupakan tehnik yang paling dapat dipercaya karena paling

kecil kemungkinannya untuk terjadi kesalah interpretasi.

3)   Nilai 4

Menarik diri dari nyeri : pasien melakukan fleksi atau melipat lengan menuju sumber 

nyeri namun gagal melokalisasi sumber nyeri (waterhouse 2005). Tidak ada rotasi

 pergelangan tangan.

4)   Nilai 3

Fleksi terhadap nyeri : pasien memfleksikan atau melipat lengan. Ini ditandai oleh rotasi

internal dan aduksi bahu dan fleksi pada siku dan jauh lebih lambat dari pada fleksi

normal (fairley 2005)

5)   Nilai 2Ekstensi terhadap nyeri pasien mengekstensiakn lengan dengan meluruskan siku,kadang

kadang disertai dengan rotasi internal bahu dan pergelangan tangan,kadang kadang

disebut sebagai postur deserebrasi (waterhouse 2005)

6)   Nilai 1

Tidak ada respons,tidak ada respons terhadap stimulus nyeri yang internal.

Glasgow coma scale  berguna/bermanfaat untuk evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan

gangguan kesadaran pasca trauma,juga untuk menentukan prognosis perawatan suatu penyakit

(udekwu,2004). Penilaian GCS pada penderita dengan cedera kepala disamping untuk melakukan

observasi juga untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan kesadaran.

Berdasarkan berat ringannya trauma kepala terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Cedera kepala ringan

Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 15-13, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30

menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematoma.

a) Tidak kehilangan kesadaran

 b) Satu kali atau tidak ada muntah

c) Stabil dan sadar 

d) Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala

e) Pemeriksaan lainnya normal

2. Cedera kepala sedang 

Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai 24 jam, dapat disertai fraktur 

tengkorak, disorientasi ringan.

a) Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian

 b) Saat ini sadar atau berespon terhadap suara. Mungkin mengantuk 

c) Dua atau lebih episode muntah

d) Sakit kepala persisten

e) Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma

f) Mungkin mengalami luka lecet, hematoma, atau laserasi di kulit kepalag) Pemeriksaan lainnya normal

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 12/16

 

3. Cedera kepala berat 

Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau

adanya hematoma dan edema serebral.

a) Kehilangan kesadaran dalam waktu lama

 b) Status kesadaran menurun – responsif hanya terhadap nyeri atau tidak responsif 

c) Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau telinga

d)Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sana, kelemahan sesisi)

e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial:

e.1. Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus okulomotor 

e.2. Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan bradikardi dan hipertensi

f) Trauma kepala yang berpenetrasi

g) Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma)

Pada kasus, ketika datang Bujang mengalami cedera kepala ringan dengan GCS 15 dan setelah itu

GCS menurun hingga 10 menandakan cedera kepala sedang.

6.  Tatalaksana Trauma

1.  Primary survey:

a.  Airway: pasien dalam keadaan ngorok sehingga dipasang orofaringeal airway.

 b.  Breathing: diberikan oksigen, hiperventilasi dalam keadaan singkat.

c.  Circulation :

Diberikan Resusitasi:

Ringer laktat dengan 2 iv line. Pada saat awal diberikan dengan tetesan cepat

sebagai bolus, dosis awal adalah 1-2 liter pada dewasa  Jika tidak menunjukkan perbaikan, dilakukan pemberian tranfusi darah (packed

red cell)

  Kateter urin sebagai monitoring output

  Setelah ABC stabil, cari sumber perdarahan di hidung, bersihkan, pasang tampon

adrenalin dan lidokaine.

d.  Disability: Terjadi penurunan kesadaran dengan GCS : 10 (cedera kepala sedang)

e.  Exposure: Buka pakaian pasien dan cegah hiportermi

Elevasi kepala 30

0

dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal ataugunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan

meningkakan drainase vena.

2. Secondary Survey

a.  Anamnesis (riwayat kejadian)

 b.  Pemeriksaan fisik 

  GCS

  Ukuran dan refkles pupil

  Fungsi motoric

  Letak dan bentuk fraktur maupun luka dan memar 

c.  Pemeriksaan khusus

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 13/16

  CT scan untuk melihat letak lesi dan dilakukan apabila kondisi pasien

sudah stabil

  Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan analisa gas darah

d.  Tentukan jenis cedera kepala (diagnosis)

3. Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dan dokter bedah saraf 

Obat-obatan dibawah ini yang dapat diberikan tetapi dengan konsultasi dengan bedah

saraf:

- Manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial yang meningkat

- Hiperventilasi sedang (PCO2 < 35 mmHg)

- Antikonvulsan, biasanya diberikan fenitoin pada fase akut untuk mencegah

timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat

dilanjutkan dengan karbamazepin.

Indikasi operasi jika:

  Volume hematoma > 30 ml

  Keadaan pasien memburuk 

  Terdorongnya mediastinum > 3 mm

Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk  life saving dan untuk  fungsional 

 saving . Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi

emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.

Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

  > 25 cc desak ruang supra tentorial

  > 10 cc desak ruang infratentorial

  > 5 cc desak ruang thalamus

Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

  Penurunan klinis

  Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan

 penurunan klinis yang progresif.

  Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan

klinis yang progresif.

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 14/16

 

7.  Tatalaksana epitaksis

8.  Pembuatan visum

Definisi

Visum Et Repertum adalah keterangan (laporan) tertulis yang dibuat oleh seorang dokter 

yang telah disumpah atas permintaan penyidik tentang apa yang dilihat dan ditemukan

terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh

manusia berdasarkan keilmuannya untuk kepentingan peradilan.Pembagian visum

dibagi atas 2 bagian yaitu

1.  Visum orang hidup

1.  Visum seketika

2.  Visum sementara

3.  Visum lanjutan

4.  Visum kejahatan seksual

5.  Visum psikiatrik 

2. 

Visum orang mati.Struktur dan Isi VeR 

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 15/16

Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut: 

a.  Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa

 b.  Bernomor dan bertanggal

c.  Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)  

d. 

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar e.  Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan

 pemeriksaan

f.  Tidak menggunakan istilah asing

g.  Ditandatangani dan diberi nama jelas

h.  Berstempel instansi pemeriksa tersebut

i.  Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan

 j.  Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum.Apabila ada lebih

dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan

keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et 

repertum masing-masing asli

k.  Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan

disimpan sebaiknya hingga 20 tahun

9.  Pemeriksaan penunjang

  CT Scan untuk mengetahui ada tidaknya fraktur, pendarahan, hematoma, udem

dan kelainan otak lainnya & dapat ditentukan seberapa luas lesi, pendarahan dan

 perubahan jaringan di otak.

  X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan / edema), fragmen tulang.

  Analisa Gas Darah medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika

terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

o  Menilai kadar PCO2 dan PO2 yang penting dalam patofisiologi perdarahan otak 

o  PCO2 yang tinggi menyebabkan vasodilatasi vaskular otak yang memperparah

 perdarahan.

  Elektrolit untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan

tekanan intrakranial.

  Rinoskopi atau nasoendoskopi (bila tersedia )Pemeriksaan trauma hidung dan

sumber perdarahan

  Ophthalmoscopymenilai adanya perdarahan intraocular, edema, foreign body,

retinal detachment, edema papil nervus II atau tidak.

  Factor pembekuan, clotting time, bleeding time

 Bujang, 25 tahun, mengalami trauma tumpul pada kepala yang menyebabkan terjadinya

cedera kepala derajat sedang, lucid interval, fraktur temporal dekstra, dan epidural 

hematom.

7/28/2019 LO (Repaired)

http://slidepdf.com/reader/full/lo-repaired 16/16

KDU: 3B