lnh isi

Upload: ingga-chiesheiyha-virovyy

Post on 06-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LNH ISI.docx

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangSeiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola keoendudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro intestinal kepada penyakit penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainyaPenyakit lymfona non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam kasus interne/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian terus dilakukan untukmengembangkan kasus ini.Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan tergangguanya pola nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan makana sehingga mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bisa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.Melihat hal dan permasaklahan diatas penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita.

1.2 Rumusan masalah1.1.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi limpa?1.1.2 Apa pengertian dariLimfoma non-Hodgkin?1.1.3 Apa etiologi dariLimfoma non-Hodgkin?1.1.4 Sebutkan klasifikasi dariLimfoma non-Hodgkin?1.1.5 Bagaimana patofisiologi dan WOC dariLimfoma non-Hodgkin?1.1.6 Apa saja gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin?1.1.7 Bagaimana tahapan penyakit dari Limfoma non-Hodgkin?1.1.8 Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Limfoma non-Hodgkin?1.1.9 Bagaimanapenatalaksanaan sari Limfoma non-Hodgkin?1.1.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalamiLimfoma non-Hodgkin?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umumMenjelaskan tentang Limfoma non-Hodgkin dan bagaimana asuhan keperawatannya

1.3.2 Tujuan khusus1.3.3 Menjelaskan anatomi dan fisiologi limpa.1.3.4 Menjelaskan tentang Limfoma non-Hodgkin1.3.5 Menjelaskan etiologi dari Limfoma non-Hodgkin1.3.6 Menjelaskan klasifikasi dari Limfoma non-Hodgkin1.3.7 Menjelaskan patofisiologi dan WOC dari Limfoma non-Hodgkin1.3.8 Menjelaskan gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin1.3.9 Menjelaskan tahapan penyakit dari Limfoma non-Hodgkin1.3.10 Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada Limfoma non-Hodgkin1.3.11 Menjelaskan penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin1.3.12 Menjelaskan asuhan keperawataan pada pasien yang mengalami Limfoma Non Hodgkin.

1.4 ManfaatMengetahui dan menjelaskan apa itu limpoma non hodgkin, cara menanganinya dan bagaimana asuhan keperawatannya.BAB PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan fisiologi.

Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik.Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut limfe.Komponen SistemLimfatik antara lain :a) Pembuluh Limfe.b) Kelenjar Limfe (nodus limfe).c) Limpa.d) Tymus.e) Sumsum Tulang

1. Anatomi fisiologi sistem limfatik.a. Pembuluh limfe.Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dalam vili usus.Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.

b. Kelenjar limfe (nodus limfe)Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 25 mm. Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal daricairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit, membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.

c. Limpa.Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel sel darah.Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibodi.Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta. Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.

d. Thymus.Kelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.

e. Bone marrow / sumsum tulang.Sumsum tulang(Bahasa Inggris:bone marrowataumedulla ossea) adalahjaringanlunak yang ditemukan pada rongga interiortulangyang merupakan tempat produksi sebagian besarsel darahbaru.Adadua jenis sumsum tulang:sumsum merah(dikenal juga sebagaijaringan myeloid) dansumsum kuning.Sel darah merah,keping darah, dan sebagian besarsel darah putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sellemakyang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyakpembuluhdankapiler darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama padatulang pipihsepertitulang pinggul,tulang dada,tengkorak,tulang rusuk,tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujungtulang panjangfemurdanhumerus.Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.

2. Lokasi-lokasi nodus limfe.Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfa.

3. Fisiologi sistem limfatikFungsi Sistem limfatik sebagai berikut :a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam cairanjaringan ke dalam aliran darah.c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama lemak.

4. Mekanisme Sirkulasi Limfatik.Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang.Juga terdapat tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan jaringan.

2.2. Definisi

Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi. Pemberian dosis rendah pada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan. Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah utama. Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yangtidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnyasebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lainyang akhirnya menyebar kelimfa, hati, dan sumsum tulang.Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).Limfoma atau Kanker Getah Bening adalah tipe kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. Sel tersebut cepat menggandakan diri dan tumbuh secara tidak terkontrol. Limfoma Non Hodgkin sering disingkat jadi LNH.Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, maka selain di kelenjar getah bening tempat yang paling sering terkena Limfoma adalah limpa dan sumsum tulang. Selain itu bisa terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di otak. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini. Limfoma pada otak atau urat saraf tulang belakang disebut limfoma susunan saraf pusat (SSP).Penyakit Limfoma dapat menyerang disegala usia, namun lebih sering menyerang usia tua 65 tahun.

2.3. EtiologiPenyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.

Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :a) Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula denganEpstein Barr Virus (EBV)dan jenisnya beragam.b) Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.c) Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanyapaparan herbisida dan pelarut organic.d) Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.

2.4. Klasifikasi limfoma non-Hodgkin.Ada 2klasifikasi besar penyakit ini yaitu:1. Limfoma non Hodgkin agresif.Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama,sering berhasil baik dengankemoterapidantransplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma nonHodgkin agresif lebih mungkin mengalamikesembuhantotal daripada limfoma non Hodgkinindolen.2. Limfoma non Hodgkin indolen.Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatusinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesarankelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkanstadiumbanyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

2.5. PatofisiologiTelah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat dari satu tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah dari pada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, Dapat menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya efusi pleura. Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea, hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik sel besar).

Kriteria diagnosis medis LNH adalah sebagai berikut: 1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor ditempat lain. 2. Riwayat demam yang tidak jelas 3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan 4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai 5. Pemeriksaan histopatologis tumor sesuai dengan LNH

WOC

Pembesaran kelenjar getah beningPembuluh darahKelenjar periferTerdapat benjolan-benjolanProliferasi abnormal tumorKerusakan atau penyumbatanMenimbulkan gejala :Nyeri pada dadaDipsneaPenumpukan secretBerkeringat dimalam hariPenurunan BBResiko terjadinya infeksi Nutrisi Cemas

Intoleransi aktivitasBersihan jalan nafas tidak efektif

2.6. Manifestasi klinis.Gejala umum penderitalimfoma non-Hodgkinyaitu :a. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.b. Demam.c. Keringat malam.d. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.e. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.f. Hilangnya nafsu makan.g. Nyeri tulang.h. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.i. Limphadenopaty.GejalaPenyebabKemungkinan timbulnya gejala

Gangguan pernafasanPembengkakan wajahPembesaran kelenjar getah bening di dada20-30%

Hilang nafsu makanSembelit beratNyeri perut atau perut kembungPembesaran kelenjar getah bening di perut30-40%

Pembengkakan tungkaiPenyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut10%

Penurunan berat badanDiareMalabsorbsiPenyebaran limfoma ke usus halus10%>

Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru(efusi pleura)Penyumbatan pembuluh getah bening di dalam dada20-30%

Daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatalPenyebaran limfoma ke kulit10-20%

Penurunan berat badanDemamKeringat di malam hariPenyebaran limfoma ke seluruh tubuh50-60%

Anemia(berkurangnya jumlah sel darah merah)Perdarahan ke dalam saluran pencernaanPenghancuran sel darah merah oleh limpa yang membesar & terlalu aktifPenghancuran sel darah merah oleh antibodi abnormal (anemia hemolitik)Penghancuran sumsum tulang karena penyebaran limfomaKetidakmampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyinaran30%, pada akhirnya bisa mencapai 100%

Mudah terinfeksi oleh bakteriPenyebaran ke sumsum tulang dan kelenjar getah bening, menyebabkan berkurangnya pembentukan antibody20-30%

1. Limfadenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri pada satu atau lebih region kelenjar getah bening perifer. 2. Gejala konstitusional. Demam, keringat pada malam hari dan penurunan berat badan lebih jarang terjadi dibandingkan pada penyakit Hodgkin. Adanya gejala tersebut biasanya menyertai penyakit diseminata. Dapat terjadi anemia dan infeksi dengan jenis yang ditemukan pada penyakit Hodgkin. 3. Gangguan orofaring. Pada 5-10% pasien, terdapat penyakit distruktur limfoid orofaringeal (cincin waldeyer) yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan sakit tenggorok atau napas berbunyi atau tersumbat. 4. Anemia, netropenia dengan infeksi, atau trombositopenia dengan purpura mungkin merupakan gambaran pada penderita penyakit sumsum tulang difus. Sitopenia juga dapat disebabkan oleh autoimun. 5. Penyakit abdomen. Hati dan limpa sering kali membesar dan kelenjar getah bening retroperitoneal atau mesenterika sering terkena. Saluran gastrointestinal adalah lokasi ekstranodal yang paling sering terkena setelah sumsum tulang dan pasien dapat datang dengan gejala abdomen akut. 6. Organ lain. Kulit, otak, testis dan tiroid sering terkena. Kulit juga secara primer terkena pada dua jenis limfoma sel T yang tidak umum dan sindrom sezary.

2.7. Tahapan penyakit

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:STADIUMINTERPRETASI

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IVTerserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra limfatikTerserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatikTerserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau tanpa melibatkan kelenjar limfe.

2.8. Pemeriksaan diagnostic. 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut. 2. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dab LED 3. Gula darah 4. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH 5. Fungsi ginjal 6. Immunoglobulin. 7. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai. 8. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang 9. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal. 10. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media stinum, bila perlu CT scan toraks. 11. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi 12. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat keterlibatan tulang. 13. Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing) 14. Catat performance status 15. Stadium berdasarkan aun amor 16. Untuk ekstra nodal stadium berdasarkan criteria yang ada.

Tabel tes diagnostic dan interpretasi pada klien LNHJenis pemeriksaanInterpretasi hasil

Hitung darah lengkap:a) Sel darah putih (SDP)Variasi normal, menurun atau meningkat secara nyata.

b) Diferensial SDPNeutofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin ditemukan. Limfofenia sebagai gejala lanjut.

c) Sel darah merah dan Hb/HtMenurun

Eritrositd) Morfologi SDMNormositik, hipokromik ringan sampai sedang

e) Kerapuhan eritrosit osmotikMeningkat

Laju endap darah (LED)Meningkat selam tahap aktif (inflamasi, malignansi)

Trombosit Menurun (sumsum tulang digantikan oleh limfomi atau hipersplenisme)

Test combReaksi positif (anemia hemolitik), reaksi negative pada tahap lanjut.

Alkalin fosfataseMungkin meningkat bila tulang terkena

Kalsium serumMeningkat pada eksaserbasi

BUNMungkin meningkat bila ginjal terlibat

GlobulkinHipogammaglobulinemia umum dapat terjadi pada penyakit lanjut

Foto toraks, vertebra, ekstremitas proksimal serta nyeru tekan pada area pelvisDilakukan untuk area yang terkena dan membantu penetapan stadium penyakit

CT scan dada, abdominal, tulangDilakukan bila terjadi adenopati hilus dan memastikan keterlibatan nodus limfe mediatinum, abdominal, dan keterlibatan tulang.

USG abdominalMengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limferetroperitoneal

Biopsy sumsum tulangMenentukan keterlibatan sumsum tulang, invasi sumsum tulang terlihat pada tahap luas.

Biopsy nodus limfeMemastikan klasifikasi diagnosis limfoma

2.9. Penatalaksanaan1. Therapy Medik.Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B).a. Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)1) Tanpa keluhan : tidak perlu therapy.Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu.2) Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas3) Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)4) Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama5) Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran6) Minimal : seperti therapy LH7) Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis :8) C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I9) H : hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I10) O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I11) P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 512) Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu 13) Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)14) Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant15) Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama16) Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)17) Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B.

2. Therapy radiasi dan bedah.Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology ( di RS type A dan B).Penatalaksanaan penderita LNH bergantung pada golongan histologisnya. Karenapengobatannya bersifat simptomatis maka penderita LNH derajat keganasan rendah tidak perlu ditentukan tingkat penyakitnya. Pengobatan hanya diberikan untuk menghilangkan gejala klinis akibat tumornya.Penderita LNH derajat keganasan tinggi harus diobati dengan kemoterapi apabila penyakitnya telah mencapai stadium 2 atau lebih, karena itu prosedur diagnostik hanya dilakukan pada mereka yang setelah pemeriksaan fisik dan laboratorium memberi kesan masih mungkin berada pada stadium 1. Prosedur diagnostik lengkap dilakukan Pada penderita LNH derajat keganasan menengah yang setelah pemeriksaan fisik dan laboratorium memberi kesan masih mungkin berada pada stadium 2.

2.11 KOMPLIKASI1. 50% penderita NHL, kemudian akan agresif setelah 8 tahun diagnosa2. Menggandakan diri terjadi dalam 3 hari tumor akan menghambat saluran gastrointestinal, uretra, sistem saraf dan sumsum tulang belakang.3. Terjadi kegagalan hati4. Komplikasi dari terapi radiasi dan kemoterapi5. Penyakit ini tergantung dari lokasi dan penyebaran dini tumor maligna tetapi dapat termasuk splenomegali, hepatomegali, komplikasi tromboembolik, dan kompresi sumsum tulang belakang.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajiana. PernapasanGejala : dipnea pada saat aktivitas, nyeri dadaTanda :1) Dipnea, takipnea2) Batuk non produktif3) Tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, penggunaan otot bantu pernapasan, stridor, sianosis)4) Parau (paralisis paringeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe terhadap saraf laringeal)

b. SirkulasiGejala : palpitasi, nyeri dadaTanda :1) Takikardia, disritmia2) Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran kelenjar limfe (jarang terjadi)3) Ikterus sclera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu (tanda lanjut)4) Pucat (anemia), diaphoresis, dan keringat malam

c. NeurosensoriGejala :1) Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar saraf oleh pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal dan pleksus sacral2) Kelemahan otot, parastesiTanda :1) Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian terhadap keadaan sekitar2) Paraplegia (kompresi batang spinal, keterlibatan diskus intervertebralis, kompresi suplai darah terhadap batang spinal)

d. Nyeri dan kenyamananGejala :1) Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya: pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)Tanda : focus pada diri sendiri, perilaku hati-hati

e. Integritas egoGejala :1) Gejala-gejala stress yang berhubungan dengan ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran dalam keluarga, prosedur diagnostic dan terapi, serta masalah financial (biaya pemeriksaan dan pengobatan, kehilangan pekerjaan)Tanda : perilaku menarik diri, marah dan pasif agresif

f. KeamananGejala :1) Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas system imun seperti infeksi herpes sistemik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bacterial.2) Riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster3) Demam pel ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai beberapa minggu), diikuti demam menetap dan keringat malam tanpa menggigil4) Integritas kulit: kemerahan, pruritus umum, vitiligo (hipopigmentasi)Tanda :1) Demam (suhu tubuh > 3800C) menetap dengan etiologi yang tidak dapat dijelaskan, tanpa gejala infeksi2) Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak/membesar terutama kelenjar limfe servikal (kiri>kanan), nodus aksila dan mediastinum3) Pembesaran tonsil4) Pruritus umum5) Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo)

g. EliminasiGejala :1) Perubahan karakteristik urine dan/atau feses2) Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsopsi (infiltrasi kelenjar limfe retroperitoneal)Tanda :1) Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali2) Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali3) Penurunan keluaran urin, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal ginjal)4) Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)

h. Makanan dan cairanGejala :1) Anoreksia2) Disfagia (tekanan pada esophagus)3) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 10% dalam 6 bulan tanpa upaya diet pembatasanTanda :1) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas (kompresi vena cava superior)2) Edema ekstremitas bawah, asites(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran kelenjar limfe intradominal)

i. Aktivitas/istirahatGejala :1) Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum2) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas3) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyakTanda :1) Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan kelelahan.

j. SeksualitasGejala : masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek terapi

k. Penyuluhan/PembelajaranGejala :1) Pengetahuan tentang factor risiko dalam keluarga2) Pengetahuan tentang factor risiko lingkungan (pemajanan agen karsinogenik kimiawi)

B. Diagnosa keperawatan1) Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.2) Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local.3) Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).4) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.5) Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.6) Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.

C. Intervensi keperawatanBersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektifCriteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit, tidak ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.

IntervensiRasional

Kaji/awasi frekuensi pernapasan, kedalaman, irama, adanya dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan dan gangguan ekspansi dada.Perubahan seperti takipnea, dipsnea, penggunaan otot aksesori dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan kelenjar limfe mediastinal yang membutuhkan intervensi lebih lanjut.

Bantu perubahan posisi secara periodicMeningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi.

Ajarkan teknik napas dalam (bibir, diafragma, abdomen)Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi.

Kaji/awasi warna kulit, perhatikan adanya tanda pucat/sianosisProliferasi sel darah putih dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah dan menimbulkan hipoksemia.

Kaji respon pernapasan terhadap aktivitasPenurunan oksigenasi seluler menurunkan toleransi aktivitas, istirahat menurunkan kebutuhan oksigen serta mencegah kelelahan dan dispnea.

Observasi distensi vena leher, nyeri kepala, pusing, edema preorbital, dispnea, stridorKlien LNH dengan sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan napas menunjukkan kedaruratan onkologis.

Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeriCriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer.

IntervensiRasional

Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannyaVariasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian

Lakukan manejemen nyeri keperawatan:f) Atur posisi fisiologisPosisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami nyeri sekunder dari iskemia

g) Istirahatkan klienIstirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan

h) Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjungLingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan

i) Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalamMeningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan

j) Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeriDistraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorvin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri

k) Lakukan manajemen sentuhanManajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan sensasi nyeri

Kolaborasi pemberian terapi.a) AnalgetikDigunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan sendiAnalgetika oral non oploid diberikan menghindari ketergantungan terhadap narkotika pada nyeri kronis.

b) KemoterapiPemberian disesuaikan dengan derajat penyakit

c) RadiasiTerapi terpilih untuk penderita dengan penyakit ekstranodal yang terbatas adalah radiasi, radioterapi local, atau radioterapi dengan lapangan yang luas, terutama pada kasus limfoma histiositik difus.Penderita

Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksiCriteria: kien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang dapat dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejaladini infeksi

IntervensiRasional

Monitor TTVAdanya infeksi akan bermanifestasi pada perubahan TTV.Demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada klien granulositopenik.

Kaji dan catat factor yang meningkatkan risiko infeksiMenjadi data dasar dan meminimalkan risiko infeksi

Lakukan tindakan untuk mencegah pemajanan pada sumber yang diketahui atau potensial terhadap infeksi.a) Pertahankan isolasi protektif sesuai kebijakan institusionalb) Pertahankan teknik mencuci tangan dengan cermatc) Beri hygiene yang baikd) Batasi pengunjung yang sedang demam, flu, atau infeksie) Berikan hygiene parianal 2 kali sehari setiap BABf) Batasi bunga segar dan sayur segarg) Gunakan protocol perawatan mulutKewaspadaan meminimalkan pemajanan klien terhadap bakteri, virus, dan pathogen jamur, baik eksogen ,aupun endogen

Laporkan bila ada perubahan tanda vitalPerubahan tanda-tanda vital merupakan tanda terjadinya sepsis, terutama bila terjadi peningkatan suhu tubuh

Jelaskan alasan kewaspadaan dan pantanganPengertian klien dapat memperbaiki kepatuhan dan mengurangi factor risiko

Yakinkan klien dan keluarganya bahwa peningkatan kerentanan pada infeksi hanya sementaraGranulositopenia dapat menetap 6-12 minggu. Pengertian tentang sifat sementaragranulositopenia dapat membantu mencegah kecemasan klien dan keluarganya

Minimalkan prosedur invasiveProsedur tertentu dapat menyebabkan trauma jaringan, meningkatkan kerentanan infeksi

Kolaborasi pemberian antibiotikaMenurunkan kehadiran organism endogen

Pantau laboratorium sel darah putihMengonfirmasikan keterlibatan sel darah putih terhadap infeksi

Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan koping yang positifCriteria evaluasi: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.

IntervensiRasional

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

Identifikasi arti kehilangan atau disfungsi pada klienBeberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri. Sedangkan yang lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal dan mengatur kekurangan.

Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan termasuk permusuhan dan kemarahanMenunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematianMendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.

Berikan informasi status kesehatan pada klien dan keluargaKlien dengan hemophilia sering memerlukan bantuan dalam menghadapi kondisi kronis, keterbatasan ruang kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi tersebut merupakan penyakit yang akan diturunkan kegenerasi berikutnya.

Dukung mekanisme koping efektifSejak masa kanak-kanak, klien dibantu untuk menerima dirinya sendiri dan penyakitnya serta mengidentifikasi aspek positif dari kehidupan mereka. Mereka harus didorong untuk merasa berarti dan tetap mandiri dengan mencegah trauma yang dapat menyebabkan episode perdarahan akut dan mengganggu kegiatan normal.

Hindari factor peningkatan stress emosionalPerawat harus mengetahui pengaruh stress tersebut secara professional dan personal serta menggali semua sumber dukungan untuk mereka sendiri, begitu juga untuk klien dan keluarganya.

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaanMembantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinyaMenghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat dan partisipasi dalam aktivitas rehabilitasiKlien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu dimasa mendatang.

Dukung penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan klien, tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, lethargi, dan rendah diri.Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

Kolaborasi: rujuk pada ahli neuro psikologi dan konseling bila ada indikasi.Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.

Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurangCriteria: klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dan mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.

IntervensiRasional

Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah.

Hindari konfrontasiKonfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyebabkan.

Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.Mengurangi ragsangan eksternal yang tidak perlu.

Tingkatkan control sensasi klienControl sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahankan diri) yang positif, serta membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan dan memberikan respons balik yang positif.

Orientasikan klien terhadap prosedurrutin dan aktivitas yang diharapkan.Orientasi dapat menurunkan kecemasan

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak dapat diekspresikan.

Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya: membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.

Kolaborasi: berikan anticemas sesuai indikasi contohnya diazepam.Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

D. ImplementasiImplementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

E. EvaluasiEvaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan Limfoma Hodgkin adalah :a.Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksib.Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.c.Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.d.klien menyerap makanan dan cairan, klien tidak mengalami mual dan muntahe.Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyamanf.Masukan nutrisi adekuat

BAB VPENUTUP

3.2. KesimpulanLimfomanon-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi. Pemberian dosis rendahpada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan. Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah utama. Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.

3.3. SaranDiharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan Asuhan Keperawatan tentang penyakit Limphoma Non Hodgkin.Kami sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembacanya bagi kami sebagai penyusun makalah ini.

DAFTAR PUSTAKASetiawan, Lyana. 2002. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta

http://keperawatanhaerilanwar.blogspot.com/2012/08/asuhan-keperawatanpada-klien-limfoma.htmldiakses tanggal 20 November2012 pukul 20.00 WIB

http://viozaax.wordpress.com/2006/11/25/limfoma-non-hodgkin-kanker-getah-bening/diakses tanggal 20 November2012 pukul 20.00 WIB

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Keperawatan Medikal Bedah 2, 2002 : hlm.957