lp lymfoma non hodgkin (lnh)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
(1) LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan
tersebut mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran
pola keoendudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit
terbanyak yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas
maupun gastro intestinal kepada penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya
Penyakit lymfona non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong
dalam kasus interne/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi
abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang
kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh
karena itu penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan kasus ini.
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan
tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara
fisik, psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan
tergangguanya pola nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan
makana sehingga mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis
penyakit ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body
image, ataupun bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bi
sa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau
kurang percaya diri dan secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit
yang diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena
ingin cepat sembuh.
Melihat hal dan permasaklahan diatas penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling
tidak penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita.
(2) BATASAN MASALAH
Pada laporan ini kami membatasi permasalahan dengan ruang lingkup Asuhan
keperawatan pada Tn. “R” dengan Lymfoma Non Hodgkin
1
(3) TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan praktek dan penysunan asuhan keperawatan diharapkan
bisa membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Lymfoma Non
Hodgkin
2. Tujuan Khusus
Diaharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap pasien Melakukan analisa data
b. Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
c. Merencanakan tindakan keperawatan
d. Melakukan tindakan keperawatan
e. Melakukan evaluasi
f. Mendokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis
(4) METODE PENULISAN
1. Metode
Secara deskriptif yang sifatnya mengungkapkan peristiwa yang terjadi
saat itu
Study Kepustakaan
Diperoleh dari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Lymfoma Non Hodgkin
Study kasus
Diperoleh dari hasil wawancara, obsevasi dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap pasien dengan Lymfoma Non Hodgkin
2. lokasi waktu
Asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang Cardioligy pada tanggal 28
Oktober 2001 sampai dengan 10 oktober 2001
3. Tehnik Pengumpulan data
a. Wawancara
Auto anamnesa dan allo anamnesa
b. Observasi
Dengan melakukan suatu kegiatan rutin untuk mengamati pasien dengan
tujuan mendapatakan data
c. Pemeriksaan
2
Secara langsung kita berhadapan dengan pasien dan melakukan
pemerikasaan terhadap pasien secara sistematis
(5) SITEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang
Batasan masalah
Tujuan penulisan
Metode penulisan
Sistem penyajian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi teori Lymfoma Non Hodgkin
Konsep dasar keperawatan pasien dengan Lymfoma Non
Hodgkin
BAB III : STUDY KASUS
Pengkajian
Analisa data
Rencana keperawatan
Implementasi
Evaluasi
BAB IV : PENUTUP
Kesimpulan
Saran
(6) SISTEM PENYAJIAN
Laporan asuhan keperawatan ini telah kami susun dan dipertangguangjawabkan
didepan pembimbing asuhan keperawatan dan kepala ruangan dan kami
dokumentasikan dalam bentuk sebuah laporan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LIMFOMA NON HODGKIN
A. BATASAN
Limfoma maligna (LM) adalah proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur
yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening
B. KLASIFIKASI
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg
dan/ atau sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non hodgkin
C. ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan
limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya
D. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi luas.
Sering ada panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan
Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah
bening (ekstra nodal). Gejalanya tergantung pada organ yang diserang, gejala
sistemik adalah panas, keringat malam, penurunan berat badan.
E. DIAGNOSTIK
Pemeriksaan minimal :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringhat
malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar,
faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT –
scan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan
histopatologi. Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk
1
LNH memakai kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi
derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
Ada 2 macam stage : Clinical stage dan
Pathological stage
F. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa : Histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma]
3. Leukemia, mononukleus Infeksiosa : gambaran hematologik
G. PENATALAKSANAAN
LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, yherapi medik adalah therapy
utama
untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
misalnya :
obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermittenddengan
siklofosfamid
dosis :
- Permulaan 150 mg/m 2, maintenance 50 mg, m 2 tiap hari atau
- 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin
(oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1 – 5
Diulangi selang 3 minggu
Ideal :
Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine, prednison
(MOPP)
Tidak ada formularium RSUD Dr Soetomo
2
2. Therapy Radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan
Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS type A dan B)
LYMFOMA NON HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
Tanpa keluhan : tidak perlu therapy
Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis
permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti
pada LH diatas
Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah
sebagai terapy utama
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin,
prednison (CHOP) dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I
H : hydroxo – epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu
Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang
(CHOP)
Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B
2. Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya
melalui yim onkology ( di RS type A dan B)
3
H. KOMPLIKASI
Tranfusi leukemik
Superior vena cava syndrom
Ileus
KRITERIA DIAGNOSIS LNH
Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor di
tempat lain
Riwayat demam yang tidak jelas
Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6 bulan
Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
Pemeriksaan histopatologis tumor, sesuai dengan LNH
Ideal : jika klafisikasi menurut REAL, gradasi malignitas menurut
International Working Formulation
LANGKAH PENTAHAPAN (STAGING)
Pemeriksaan Laboratorium lengkap, meliputi :
Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
Gula darah
Fungsi hati termasuk y – GT, albumin, dan LDH
Fungsi ginjal
Imunoglobulin
Pemeriksaan biopsi kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui sub type
LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FNAB) ditempat lain yang dicurigai
Aspirasi dan biopsi sunsum tulang
Ct – Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar
getah bening pada aorta abdomonal atau KGB lainnya massa tumor abdomen
dan metastases ke bagian intra abdominal
Pencitraan thoraks (PA & lateral) untuk mengatahui pembesaran kelenjar
media stinum, b/p CT scan thoraks
Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy
Jika diperlukan pemeriksaamn bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang
Jika diperlukan biopsi hati ( terbimbing )
4
Catat performance status
Stadium berdasarkan Aun Amor
Untuk ekstra nodal stadium berdasarkan kriteria yang ada
THERAPY
Pilihan Pengobatan
Derajat keganasan rendah (DKR/Indolen) : pada prinsipnya simptomatik
Kemo therapy : obat tunggal atau ganda (peroral), jika dianggap perlu
(cychlopospamide, oncovin dan prednison)
Radiotherapy : low dose TOI + involved field radiotherapy atau involved
field radiotherapy saja
Derajat keganasan menengah (DKM)/Agresif Lymfoma
Stadium I : kemotherapy (CHOP/CHV mp/BU) + Radiotherapy
Stadim II – IV : Kemotherapy parenteral kombinasi, radio therapy
berperan untuk tujuan paliasi
Derajat kegansan tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH – Limfoblastik)
Selalu diberikan pengobatan seperti leukemia lymfoblastik acut (LLA)
Reevaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
1. Setelah siklus kemotherapy keempat
2. Setelah siklusn pengobatan lengkap
PENYULIT
Akibat langsung penyakitnya :
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b.Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d.Kluenitis akibat obat vinkristin
e. dll
5
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk
Rumah Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien
mengeluh nyeri telan dan sebelum MRS mengalami kesulitan
bernafas, penurunan berat badan, keringaty dimalam hari yang
terlalu banyak, nafsu makan menurun nyeri telamn pada daerah
lymfoma
Keluhan waktu didata
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan
kesulitan bernafas, dan cemas atas penyakit yang dideritanya
Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan
riwayat pernah masuk RS dan penyakit yang pernah diderita
oleh pasien
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT,
penyakit metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
keluarga pasien
e. ADL
Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi :
porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah,
sebelum atau pada waktu MRS, dan yang terpenting adalah
perubahan pola makan setelah sakit, terutama menyangkut dengan
6
keluhan utama pasien yaitu kesulitan menelan
Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana
perunbahannya setelah sakit klien dengan LNH
Aktifitas : Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada
klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena adanya
limfoma dan penuruna aktifitas sosial karena perubahan konsep
diri
Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi
jumlah, warna, apakah ada gangguan.
Personal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi
mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan
pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan
kebersihan diri
f. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi
klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadfap
penyakit dan prosedur perawatan
g. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran
klien dirumah dan dirumah sakit
Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi sosial
karena perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik diri
h. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan
agama yang dianut
i. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Meliputi keadaan pasien
Kesadaran pasien
Observasi tanda – tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus :
7
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh
meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh
antara lain
Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH
berawal pada serangan di kelenjar lymfe di leher mel;iputi
diameter (besar), konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi
pembesaran
Dada Abdomen
Genetalia
Muskuloskeletal
Dan integumen
j. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang diperoleh
klien dari dokter
B. Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan
data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk
menentukan diagnosa keperawatan.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang
menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus
menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi
kasus LNH.
2. Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan
8
untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu
menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan.
3. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan
bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah
dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap
melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan
saat evaluasi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan
dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana
membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus
mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.
9
BAB II
STUDY KASUS
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN TN “R” DENGAN
LYMFOMA NON HODGKIN
No Regester Medik : 100.940.23
Ruang : Interne II
Tanggal MRS : 25 Oktober 2001 jam 09.30 WIB
Tanggal didata : 28 Oktober 2001 jam 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Lymfoma Non Hodgkin (LNH)
I. PENGKAJIAN
a. Biodata Pasien
Nama : Tn “R “
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP tamat
Alamat : Pogot Gg V/89 Surabaya
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Ny. “M”
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan.
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA tamat
Pekerjaan : IRT
Hubungan dg pasien : Istri.
Alamat : Pogot Gg V/89 Surabaya.
10
c. Keluhan Utama
Nyeri telan
d. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Alasan masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu sebelum
masuk Rumah sakit pertama kali disadarai di leher kiri berukuran
sebesar telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar,
mula – mula benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 2 bulan yang lalu
pada benjolan timbul luka – luka kemerahan bila ditekan terasa nyeri,
nyeri dirasakan saat benjolan ditekan dan tidak menyebar, nyeri tidak
timbul bila tidak di tekan dan waktu menelan terasa nyeri dileher
Kemudian timbul juga benjolan di leher kanan sebesar kelereng, p[adat
dan nyeri tekan, juga muncul benjolan yang sama di bawah rahang
kanan.
Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien sering merasa sesak di
tenggorokan,. Banyak berkeringat di malam hari dan sulit menelan
Satu minggu sebelum MRS pasien mengatakan bernafas agak susah,
nyeri telan tambah hevat di bawa ke dokter tapi tidak sembuh dan
kemudian di bawa ke RSUD Dr Soetomo Surabaya MRS di Ruang
Interne II
b. Keluhan waktu didata
Pasien mengatakan nyeri saat menelan, nyeri tekan pada daerah
benjolan, terasa mau muntah jika makan terlalu banyak.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Pasien amengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit tekanan
darah tinggi, kencing manis, atau penyakit menular seperti TBC atau
penyakit lain yang menyebabkan harus Masuk rumah sakit.
Penyakit yang p[ernah diderita hanya batuk pilek dan panas biasa dan
dengan berobat atau membeli obat kemudian sembuh.
11
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan dirinya
Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM ataupun penyakit
menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah
Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa
dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh.
12
e. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)
N
O
AKTIFI
TAS
DI R U M A H DI RUMAH
SAKITSEHAT SAKIT
1 Pola
Nutrisi
Makan 3 kali sehari,
porsi satu piring habis
sakali makan habis,
komposisi makan
terdiri dari nasi, lauk
seperti tahu, tempe,
ikan, telur dan daging,
memakai sayur seperti
bayam dan sawi,
kadang snack, pasien
tidak berpantang
terhadap jenis makanan
tertentu,
Minum 6 – 7 gelas /hari
air putih kadang –
kadang teh.
Makan 3 kali sehari
porsi 4 – 5 sendok
makan, sedikit sayur
dan lauk, nyeri teln
tiap kali makan dan
kadang mau
mmuntah jika terlalu
banyak, komposisi
makanan
lunak/bubur dan
memakai sayur
Minum 5 – 6
gelas/hari air putih
kadang the pasien
mengatakan nyeri
saat menelan air
Pasien
mendapatkan
diet TKTP lunak
Porsi yang
disediakan RS
dimakan 3 – 4
sendok, nyeri
saat menelan
makanan dan
kadang mau
muntah jika
makan terlalu
banyak
Minum 4 – 5
gelas/ hari air
putih nyeri telan
saat menengguk
air
2 Pola
Elimin
asi
Bab 1 – 2 kali/hari, Bab
di WC, warna kuning
trengguli bau khas
faeces, konsistensi
lunak dan tidak ada
ahambatan dalam
pengeluaran faeces
BAB 3 – 4 kali sehari
warna kuning jernih,
bau khas urine, jumlah
tak terobservasi tidak
ada hambatan dalam
proses BAK tak nyeri.
BAB sejak 2 hari
yng lalu baru 1 kali,
konsistensi agak
padat, warna kuning
trengguli ,di WC
jumlah faeces tak
terobservasi.
BAK 3 – 4 kali/hari
warna kuning jernih
dan tak terobservasi
tidak ada hambatan
dalam proses
pengeluaran urine
Bab 2 hari
sekali, di WC
konsistense
lunak agak
padat, warna
kuning trengguli
bau khas faeces,
tidak ada
kesulitan BAB.
BAK 2 – 3
x/sehari warna
kuning jernih,
bau khas urine,
tidak nyeri
13
daerah kelamin,
jumlah urine tak
terobservasi,
tidak ada
gangguan dalam
proses mictie.
3 Pola
Istiraha
t/tidur
Tidur sehari semalam 7
– 8 jam
Malam hari mulai tidur
jam 22.00 WIB dan
bangun kurang lebih
jam 05.00 WIB
Siang hari tidur 1 – 2
jam mulai jam 13.00 –
14.30 WIB tidak ada
gangguan tidur
Tidur memakai bantal
dan selimut dikamar
menggunakan lampu
tidur (dop)
Klien tidur malam 7
– 8 jam mulai jam
21.00 WIB dan
bangun pad pukul
05.00 WIB
Tidur siang kurang
lebih 2 jam mulai
jam 13.00 WIB
sampai dengan
bangun jam 15.00
WIB tidur memakai
bantal dan selimut di
dlam kamar dengan
penerangan lampu
dop
Tidur malam
kurang lebih 6 –
7 jam antara jam
22.00 – jam
05.00 WIB
Siang hari tidur
antara jam 13.00
WIB sampai
dengan jam 15.-
00 WIB tidur
memakai
bantak, selimut
dan dengan
penerangan
lampu TL
(lampu yang ada
di Rumah Sakit)
4 Pola
Person
al
Hygie
ne
Mandi 2 kali sehari
dikamar mandi,
memakai sabun mandi
dan selesai memakai
handuk.
Gosok gigi 2 kali
sehari, bersamaan
dengan mandi
Keramas 1 kali
seminggu atau bila
Klien mandi 2 kali
di kamar mandi
memakai sabun dan
selesai
menggunakan
handuk
Gosok gigi 2 kali
sehari bersamaan
dengan mandi
memakai pasta
Mandi 2 kali
sehari di kamar
mandi Rumah
sakit memakai
sabun dan
selesai memakai
handuk
Gosok gigi
bersamaan
dengan mandi
14
pasien merasa kotor
keramas memakai
shmphoo dan ganti
baju sehari sekali, kuku
panjang bila dipotong
Kertamas 1 kali
seminggu atau bil;a
merasa kotor
Ganti pakaian 1 kali
sehari atau bila
merasa kotor.
memakai psata
gigi
Pasien selama si
RS keramas 1
kali ganti baju 1
kali er hari atau
bila merasa
kotor.
5. Pola
Aktifit
as
Pasien tidak
mempunyai pekerjaan
tetap biasa bekerja di
proyek atau
membangun
rumah/mengecat rumah
orang atau pekerjaan
yang lain
Bekerja mulai jam
07.00 WIB sampai sore
hari kurang lebih 17.00
dn istirahat pada siang
hari kurang lebih 1 jam
mulai jam 13.00 sampai
dengan jam 14.00 WIB
waktu senggang
diguanakan untuk
nonton TV atau ngobrol
bersama keluarga
Klien jarang rekreasi
Pasien tidak bekerja
hanya beraktifitas di
rumah dan
membantu pekerjaan
rumah seperti
menyapu dan lain
sebagainya.
Waktu yang lain
untuk nonton
TV/mendengarkan
radio atau ngobrol
dengan anggota
keluarga
Pasien lebih
banyak di
tempat tidur dan
kadang ke KM
atau kadang ke
WC dn jika
tidak ada
kegiatan atau
acara
pemeriksaaan
pasien kadang
jalan – jalan
disekitar
ruangan dengan
ditemani
istrinya.
6. Keterg
antung
an
Pasien mengatakan
sejak umur kurang lebih
12 tahun sampai edngan
menikah umur 19 tahun
mengkonsumsi
Sejak menikah
pasien tidak lagi
minuman
beralkohol, rokok
masih
Pasien
mendapatkan
program therapy
dari dokter.
15
minuman beralkohol
tiap hari merokok sejak
masuk SMP rata – rata
sehari habis 1 bungkus
Pasien tidak mengalami
ketergantungan
terhadap obat dan
makanan tertentu
mengkonsumsi
kurang lebih 1
bungkus sehari
f. Data Psikology
Status emosi
Stabil, pasien tampak bisa mengendalikan emosinya, pasien mengatakan “
saya sedih dengan adanya benjolan di leher saya sehingga saya mengalami
kesulitan dalam menelan makanan.” Pasien mengatakan “Apakah penyakit
saya ini bisa cepat disembuhkan dan bagaimana pengobatannya.” pasien
mengatakan merasa malu dengan keadaannya sekarang pasien tampak sedih
bila diajak bicara tentang penyakitnya.
Konsep Diri
1. Body Image
Pasien mengatakan merasa bergaul karena sakit yangh dialaminya dan
pasioen menyadari karena sekarang sedang sakit dan butuh perawatan
dan pengobatan dari pihak RS
2. Self Ideal
Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh
pihak RS karena menurut klien hal ini adalah untuk kesembuhannya.
3. Self esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar
baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam
menghadapi sakitnya
4. Role
Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan
dari perawat/dokter. Klien mematuhi ketentuan tentang hal yang harus
dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak diam.
Di rumah pasien bekerja tidak tetap kadang di proyek atau membangun
16
rumah orang dan atau pekerjaan yang lainnya
Sedangkan di Rumah Sakit pasien menyadari dirinya sebagai pasien
yang butuh perwatan dan pengobatan
Pasien mengatakan karena sakit ini tidak bisa menjalankan aktifitas
seperti biasanya
5. Identitas
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang
sehat dan mandiri seperti dahulu. Membutuhkan bantuan dan dukungan
penuh dari keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya.
g. Data Sosial
1. Pendidikan : tamat SMA
2. Sumber penghasilan : pasien bekerja tidak tetap lebih banyak di
bangunan kadangh membangun rumah orang lain kadng ikut proyek
pasien mengatakan hubungan dengan teman sekerjanya berjalan dengan
baik
3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan
Indonesia dengan nada suara lemah, volume suara datar.
Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang
apakah ia bisa cepat sembuh dari sakitnya dan bagaimana tentang prosedur
pengobatannya, pasien jarang bicara dengan pasien lain karena merasa
malu dengan benjolan yang ada di lehernya
4. Pola Interaksi
Pasien tinggal serumah dengan istri dan orang tuanya
Pasien mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga berjalan
dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga yang datang
menjenguk dan menungguinya.
Pasien jarang berkomunikasi dengan pasien lain karena merasa malu
dengan adanya benjolan di lehernya
5. Perilaku
Pasien lebih banayak menghabiskan waktu di tempat tidur untuk
istirahat
Waktu yang lain pasien biasa beraktifitas seperti makan, mandi dan
kekamar mandi
17
Pasien tampak menutupi lehernya dngan sleyer ketika keluar dari
kamar untuk jalan – jalan di sekitar ruangan
h. Data Spiritual
Pasien mengatakan beragama islam
Pasien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Di Rumah sakit pasien rajin melaksanakan sholat di kamarnya dan berdoa
mengaharap kesembuhannya.
Klien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dan pasien mengatakan akan pasrah dan berusaha
untuk kesembuhannya
i. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1. Keadaan Umum : baik, pasien tampak sakit ringan pasien bisa
melaksanakan aktivitas sehari – hari dengan baik tanpa bantuan dari orang
lain hanya kebutuhan tertentu yang mmbutuhkan bantuan minimal dari
perawat seperti minum obat.
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6
3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 57 kg
4. Tanda vital : T : 110/70 mmHg N : 90 x/menit
S : 36 5 o C RR : 20 x/menit
Secara khusus (Chepalo – Cauda)
1. Kepala dan leher
a. Ekspresi wajah tampak sedikit gelisah, bentuk oval tampak bersih tidak
ditemukan adanya bekas luka ekspresi wajah tampak sedikit
gelisah/cemas, kadang menyeringai saat menelan, pasien tampak
menyeringai saat leher ditekan.
b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut
bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan tidak
rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan adanya kutu
c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun
benjolan abnormal
18
d. Mata
Simetris, konjungtiva tarsal warna merah muda, sclera tidak ikterus,
pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tidak ada bercak reflek cahaya
(+), kornea jernih
e. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi
tegak berada di tengah, tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi
penciuman baik
f. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah
muda, bersih tidak didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua
menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa
menjawab pertanyaan dengan spontan
g. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah
bersih, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak
terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan baik.
2. Leher
Asimetris
Terdapat pembesaran kelenjar lymfe pada leher kiri multiple dengan
diameter kurang l;ebih 20 cm, terdapat benjolan dibawah rahang kanan
diameter 4 – 5 cm terdapat benjolan pada leher kanan dengan diameter
kurang lebih 5 cm, terdapat radang pada leher kiri, konsistensi benjolan
padat, kenyal dan nyeri tekan.
Movement tidak maksimal nyeri saat menoleh kekiri
Trachea : mengalami deviasi
Vena jugularis dan arteri carotis tak terevakuasi
3. Pemeriksaan Thorak
a.Pulmonum
Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tak tampak adanya tarikan
intercostae yang berlebihan, pernafasan dan iramareguler
teratur,terdapat pembesaran kelenjar lymfe axila kanan dan kiri, nafas
spontan.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak
nafasreguler, tidak ada pernafasan tertinggal, tidak ada krepitasio
Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri
19
Auskiulatsi : suara nafas vesikuler, Tidak ada suara ronkhi ataupun
wheezing pada paru kanan dan kiri.
b. Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak
tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada ICS IV – V sinestra MCL, pulsasi
jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak/dullness) pada daerah jantung
Batas kanan : pada sternal line kanan
Batas kiri : ICS V midklavikuler line kiri
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung
4. Abdoment
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas
luka, supel, perut datar dan tidak membuncit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba masssa abnormal
Perkusi : Suara tympani perut
Auscultasi : Peristaltik usus 14 – 16 x/menit
5. Inguinal – genetalia dan anus
Pembesaran kelenjar limfe inguinalis kanan dan kiri kurang lebih 2 cm
padat dan kenyal
Jenis kelamin laki – lak, bersih, tidak didapatkan adanya jamur dan
infeksi
Fungsi eliminasi lancar
6. Ekstremitas
Atas
Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris
gerakan maksimal, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki,
turgor kulit baik, skala kekuatan otot 5 5
Bawah
Lengkap, jari tangan lengkap
Bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ad
luka, tidak ada nyeri, kekuatan otot baik
20
Skala kekuatan otot
5 5
7. Integument
Turgor baik, warna kulit sawo matang, tidak ada alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh,
pergerakan maksimal
Terdapat benjolan pada leher kiri dengan diameter kuarng lebih 20 cm
Kuku warna merah muda
j. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. laboratorium tgl 22/10 2001
PEMERIKSAAN H A S I L NORMAL
Gula darah sesaat 94 mg/dl < 120 mg/dl
Urea Nitrogen 11 mg/dl 10 – 20 mg/dl
Kreatinin serum 1,0 mg/dl Lk : < 1,5
Pr : < 1,2
Bilirubin direct 0,38 mg/dl < 0,25
Bilirubin total 1,90 mg/dl < 1,0
SGOT 17 u/l < 42
SGPT 13 u/l < 40
Fosfatase alkali 48 u/l 32 - 92
b. Laboratorium tanggal 19/10 2001
JENIS
PEMERIKSAAN
HASIL HARGA NORMAL
WBC 6,6 THSN/ CU MM
RBC 4, 48 MILL/CU MM
HGB 13,5 Grams/DL
HCT 39,3 %
MCV 87,7 Cu Microns
MCH 30,1 Picograms
MCHC 34,4 %
21
RDW 15,1 %
PCT 0, 169
MPV 7, 2 Cu Microns
% Lymph 22,5
% Mono 11,4
% Gran 66,1
Eosinofil
Basofil
Lymphosit 1,5 THSN/CU MM
Monosit 0,8 THSN/ CU MM
Granulosit 4,3 THSN/ CU MM
c. Pemeriksaan Patology/Sitology 10 Oktober 2001
Bahan : Biopsi tumor leher
Kesimpulan : Non Hodgkin lymfoma maligna, difuse large cell,
high grade, stadium III B
d. Pemeriksaan foto thoraks PA 19 oktober 2001
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tak tampak proses metastasis, taka tampak kelainan
Kedua sinus frenicocostalis tajam
Tak tampak osteolistik dan osteoblastik
e. Pemeriksaan dengabn USG Abdoment 22 Oktober 2001
Hepar : besar normal, intensitas ocheparencim bormal
homogen, system vena porta/vena hepatica normal,
tak tampak nodule, kiste, abcess
Gall blader : besar normal, dinding baik, batu polyp (-)
Pancreas : besar normal;, intensitas echoparencim baik, tak
tampak nodule kiste abcess, kalsifikasi
Lien : membesar intensitas echoparencim baik, systema
calyseal tak tampak estasis, tak tampak nodule, kiste
abcess batu
Tak tampak pemesaran kelenjar pada aorta
Kesimpulan : splenomegali
Tak tampak proses metastasis pada hepar dan kelenjar pada aorta
22
2. Therapy medik
Diet TKTP lunak
Multivit 3 dd 1 tab
Prednison 3 dd 4 tab
23
ANALISA DATA
Nama : Tn “R” Ruang : Interne II
Umur : 20 tahun Dx Medik : LNH
TGL D A T A Kemungkinan
PENYEBAB
MASALAH
28/10
2001
10.00
Subyektif
Pasien mengatakan bila menelan
terasa sakit
Pasien mengatakan bila makan
terlalu banyak atau minum terlalu
banyak akan teasa mau muntah
Pasien mengatakan berat badan
sebelum sakit 62 kg
Pasien mengatakan porsi yang
disediakan RS cuma habis 3 – 4
sendok makan
Obyektif
Keadaan umum baik
T 110/70 mmHg
N 90 x/menit
S 36 5 o C
R 20 x/menit
Porsi yang disediakan RS cuma
habis setengah porsi
Pasien terlihat menyeringai saat
menelan makanan
Pasien mendapatkan diet TKTP
lunak
TB : 168 cm
BB : 56 Kg
Terdapat pembesaran kelenjar
limfe pada leher kiri dengan
diameter 20 cm benjolan bawah
rahang kanan diameter 4 – 5 cm
Kesulitan
menelan
sekunder
terhadap
penekanan
massa pada
oesopagus
Nutrisi
24
benjolan leher kanan dengan
diameter kurang lebih 5 cm
konsistensi padata dan kenyal
serta nyeri tekan
Hasil PA : Non Hodgkin
Lymfoma difuse large cell high
grade stad III B
28/10
2001
09.00
Data Subyektif
Pasien mengatakan merasa sedih
karena ada benjolan pada
lehernya
Pasien mengatakan merasa malu
karena keadaannya sekarang
Data Obyektif
Pasien tampak sedih saaat diajak
bicara tentang penyakitnya
Ekspresi muka tampak sedikit
gelisah
Terdapat pembesaran kelenjar
lymfe di leher dengan diameter
kurang lebih 20 cm
Pasien tampak jarang bicara
dengan pasien di sebelahnya
Pasien menutupi lehernya dengan
sleyer saat jalan – jalan diluar
PA : LNH Difuse Large cell,
High Grade Stad III B
Perubahan
bentuk
anatomi tubuh
(adanya
Lymfoma)
Konsep diri
(body Image)
28/10
2001
09.00
Data Subyektif
Pasien mengatakan sedih karena
ada benjolan pada leher kirinya
Pasien menanyakan apakah
penyakitnya bisa segera
disembuhkan dan bagaimana
prosedur pengobatannya
Knowledge
deficit tentang
penyakit dan
prosedur
pengobatan
Psikologis
(cemas ringan)
25
Data obyektif
Keadaan umum baik
Ekspresi wajah tampak sedikit
gelisah
Pasien tampak menanyakan
tentang penyakit yang
dideritanya
T 110/70 mmHg
N 90 x/menit
R 20 x /menit
S 36 5 o C
PA : LNH Difuse Large Cell
High Grade III B
28/10
2001
09.00
Data Subyektif
Pasien mengatakan nyeri tekan
pada daerah benjolan di leher
Data Obyektif
Pasien tampak menyeringai saat
benjolan di tekan
Tedapat pembesaran kelenjar
lymfe di leher dengan diameter
20 cm
Terdapat nyeri tekan
PA : LNH Difuse Large Cell
High Grade Stad III B
Penekanan
syaraf di leher
akibat LNH
Rasa nyaman
(nyeri tekan)
26
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan bernafas sukunder terhadap penekanan massa pada oesopahgus
2. Gangguan psikologis ( cemas ringan ) berhubungan dengan knowledge deficit
tentang penyakit dan prosedur pengobatan
3. Perubahan konsep diri (body Image) berhubungan dengan perubahan bentuk
anatomi tubuh (adanya limfoma)
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri tekan) berhubungan dengan penekana saraf di
leher akibat adanya limfoma
27