lm.dermatoterapi.ok

14
Kuliah FK IP Kulit dan Kelamin Februari 2002 D E R M A T O T E R A P I dr. Lies Marlysa Ramali Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit. Para dokter ahli kulit mengobati penderita dengan obat atau cara pengobatan yang berbeda-beda tergantung dari penyakit, keadaan kulit dan variasi individu, karenanya ilmu ini merupakan suatu “seni”. Jenis terapi yang digunakan dalam pengobatan penyakit kulit : 1. Medikamentosa : a. topikal b. sistemik 2. Bedah kulit : a. bedah skapel untuk berbagai tumor b. bedah listrik menggunakan elektrokauter misalnya untuk veruka vulgaris (kutil) c. bedah kimia misalnya penggunaan podofilin untuk kondiloma akuminata d. bedah beku dengan menggunakan CO2 padat atau nitrogen cair untuk neurofibroma 3. Penyinaran : a. Radioterapi (oleh radiolog) misalnya untuk basalioma b. Sinar UV – misalnya untuk psoriasis c. Sinar laser – misalnya untuk hemangioma 4. Psikoterapi : misalnya untuk penderita neurodermatitis, dikombinasikan dengan terapi medikametosa T E R A P I M E D I K A M E T O S A

Upload: venitafebriana

Post on 12-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dermatosis

TRANSCRIPT

Page 1: LM.dermatoterapi.ok

Kuliah FKIP Kulit dan KelaminFebruari 2002

D E R M A T O T E R A P I

dr. Lies Marlysa Ramali

Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit. Para dokter ahli kulit mengobati penderita dengan obat atau cara pengobatan yang berbeda-beda tergantung dari penyakit, keadaan kulit dan variasi individu, karenanya ilmu ini merupakan suatu “seni”.

Jenis terapi yang digunakan dalam pengobatan penyakit kulit :

1. Medikamentosa : a. topikalb. sistemik

2. Bedah kulit : a. bedah skapel untuk berbagai tumorb. bedah listrik menggunakan elektrokauter misalnya untuk veruka vulgaris (kutil)c. bedah kimia misalnya penggunaan podofilin untuk kondiloma akuminata

d. bedah beku dengan menggunakan CO2 padat atau nitrogen cair untuk neurofibroma

3. Penyinaran : a. Radioterapi (oleh radiolog) misalnya untuk basaliomab. Sinar UV – misalnya untuk psoriasisc. Sinar laser – misalnya untuk hemangioma

4. Psikoterapi : misalnya untuk penderita neurodermatitis, dikombinasikan dengan terapi medikametosa

T E R A P I M E D I K A M E T O S A

Dalam mengobati seorang penderita penyakit kulit, dianut prinsip-prinsip umum, dan juga berlaku prinsip khusus untuk pemberian obat topikal.

Prinsip umum :

1. Perhatikan penderita secara keseluruhan, somatis & psikis.2. Berikan kesempatan pada alam untuk menyembuhkan penyakit tsb, obat yang

diberikan bertujuan membantu penyembuhan oleh alam.3. Segi fisiologi, patologi, biokimia dan anatomi kulit perlu diperhatikan.4. Kuasai Materia Medica5. Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergisme, efek

samping dan toksisitas obat.6. Terapi yang baik adalah terapi kausal.7. Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Campuran obat yang pelik akan mempersulit apotik dalam pembuatannya.8. Individualisasi9. Perhatikan segi ekonomi penderita.

Page 2: LM.dermatoterapi.ok

Prinsip khusus :

1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :a. stadium/gambaran klinis penyakit

- obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan penyakitnya :- pada stadium akut (eritema/edem/basah) kompres- subakut (eritem +/-, tidak basah, tidak edem) berikan krem, bedak

kocok, bedak, pasta.- Stadium kronik/kering – berikan obat dalam bentuk salep.

b. distribusi dan lokalisasi penyakit.- misalnya salep tidak untuk kelainan kulit yang generalisata (kecuali salep

2-4 untuk scabies), tidak boleh digunakan untuk kulit kepala berambut, untuk daerah lipatan boleh diberikan pada waktu penderita istirahat malam hari.

c. efek yang diinginkan- misalnya digunakan kompres untuk membersihkan

2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan aktif yang digunakan.

3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat dan cara membersihkannya.

4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer : misalnya mengandung penisilin, tetrasiklin, sulfa, antihistamin.

5. Batasi obat yang tidak stabil atau tidak dapat disimpan lama misalnya larutan permanganas kalikus (KmnO4)

OBAT TOPIKAL

Obat topikal terdiri atas vehikulum yaitu bahan dasar obat pembawa zat aktif (bersifat inert), dan kedalamannya (tidak selalu) dapat ditambahkan bahan aktif, zat pewangi, zat pewarna, dll.

Jenis-jenis vehikulum :

Cairan Salep

Bedak

Lotion Pasta

Krim

Pasta pendingin

O/W W/O

Page 3: LM.dermatoterapi.ok

1. Vehikulum monofasik (dasar) : a. cairan b. bedakc. salep

2. Vehikulum bifasik (campuran 2 macam vehikulum dasar)a. bedak + cairan : bedak kocok/bedak basah/lotion b. Salep + cairan : krim O/W dan W/O c. Bedak + salep : pasta

3. Vehikulum trifasik : pasta pendingin (bedak + cairan + salep)

1. BEDAK

Bedak (“powder”) digunakan karena sifat fisiknya, karena itu bedak yang dipakai umumnya yang bersifat inert. Contoh bedak : - Oxydum zincicum - Titanium dioxida (Ti02)

- Talcum venetum - Magnesium stearat

a. Sifat bedak : 1. mempunyai covering power – daya penutup 2. daya melekat 3. slipping power – melicinkan misalnya penggunaan pada daerah lipatan 4. daya absorbsi - daya menghisap air (keringat) dan lemak (sebum) 5. daya mendinginkan.

Selain sifat-sifat tadi, bedak juga dapat bersifat anti bakteri, anti mikotik, anti pruritus dll, tergantung bahan aktif yang ditambahkan kedalamnya.

b. Indikasi : * lesi kering* lesi superfisial * lesi vesikobulosa akut (agar kering & tidak pecah)

c. Kontra indikasi : penyakit kulit dermatosa yang basah terutama yang eksudatif (pus + bedak krusta).

d. Cara pemakaian : boleh ditaburkan, boleh memakai spons./kapas.

2. CAIRAN

Bila digunakan air sebagai pelarut maka bahan tsb disebut larutan atau solusio, sedangkan bila digunakan alkohol sebagai pelarut, maka disebut tingtura. a. Sifat cairan : 1. Membersihkan – missal eksudat, skuama, krusta.

2. Mengeringkan – dengan kompres terbuka 3. Protektif4. Mendinginkan – pada radang akut 5. Memanaskan – dengan kompres tertutup 6. Epitelialisasi 7. Anti pruritus

Selain itu, cairan dapat bersifat antimikotik, anti septik, atau astringen tergantung bahan aktif yang ditambahkan. Contoh : bila bila diinginkan efek anti mikotik :

- larutan / Sol. Resolsinol ¼ % - larutan / Sol. Gentian violet 3 %

Efek antiseptik : - Sol. Acidum boricum (Boor Water) 3 % - Sol. Permanganas kalicus 1/5000 - 1/10.000- Sol. Rivanoli 1/1000- Sol. Acid salysil 1/1000

Page 4: LM.dermatoterapi.ok

Efek astringen : - Sol. Nitras argenti 1/1000- Sol. Permanganas kalicus 1/5000 – 1/10.000

b. Indikasi : dermatosa yang basah atau akut, misalnya erisipelas, dermatitis akut. c.Kontra indikasi : kelainan kulit yang (sangat) kering.

d. Cara pemakaian : Berendam dan kompres terbuka / tertutup. Berendam : penderita mandi berendam selama 30 manit (=”balneotherapy” =

terapi mandi secara berendam) - Cara ini jarang dipakai di Indonesia : diperlukan 75-100 liter air dengan suhu 37-38 C dan dilakukan 2-3 x/hari

Kompres terbuka : dengan menggunakan kain katun 3 lapis, celupkan kedalam larutan obat di mangkuk, peras sedikit kemudian ditempelkan / dibelitkan pada lesi. Setiap 5-10 menit kompres dibuka dan proses tersebut diulang terus menerus selama 1-2 jam, 3-4x / hari. Bila dermatosa luas (seluruh tubuh) , cara kompres boleh digunakan dengan tidak melebihi 30 % (1/3) luas permukaan badan setiap kali dikompres.

Kompres tertutup : Seperti kompres terbuka, tetapi ditutup dengan bahan impermeable selama 1 jam. Digunakan misalnya untuk abses.

3. SALEP

Salep ialah lemak atau bahan-bahan yang menyerupai lemak dengan konsistensi seperti mentega pada suhu kamar. Minyak termasuk kedalam golongan ini. Contoh : - lemak asli : adeps lanae, oleum arachidis

- lemak mineral : vaselin (album/flavum

a. Sifat salep : 1. menutupi2. protektif (tidak ada penguapan) 3. melicinkan 4. penetratif – salep dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif. 5. memanaskan – bila ditutup bahan impermeable

b. Indikasi : dermatosa yang kering /kronik

c. Kontra Indikasi : - dermatosa yang basah (bila permukaan kulitnya basah, salep sukar kontak dengan kulit) - daerah berambut - daerah lipatan (kecuali istirahat malam)

d. Cara pemakaian : salep dioleskan dengan menggunakan jari atau spatel.e. Cara membersihkan : salep dibersihkan 1x/hari dengan menggunakan kain yang

dibasahi minyak mineral / minyak tumbuh-tumbuhan.

4. BEDAK KOCOK

Bedak kocok adalah campuan bedak dengan cairan (suatu suspensi); agar stabil ditambahkan “suspending-agent” misalnya glycerinum. Bedak kocok lebih melekat pada kulit dibandingkan dengan bedak. Bedak yang digunakan tidak boleh melebihi 40 %. Contoh R/ Talci veneti 20 %

Glycerini 15 % Aqua ad 100

a. Sifat bedak kocok : 1. mendinginkan (sampai cairannya menguap).2. anti pruritus (terutama alkohol)3. mengeringkan

b. Indikasi : dermatosa yang agak luas / generalisata

Page 5: LM.dermatoterapi.ok

c. Kontra indikasi : a. dermatosa yang masih sangat produktif karena krusta yang terbentuk

dari partikel bedak dan serum akan melindungi berkembangnya mikroorganisme dibawahnya.

b. Daerah berambut. c. Dermatosa yang sangat kering.

d. Cara pemakaian : kocok dahulu bedak basah ketika akan digunakan, kemudian dituangkan sedikit ke mangkuk. Oleskan obat dengan menggunakan kwas.

e. Cara membersihkan : bedak kocok dibersihkan 1 x/hari dengan cara merendam atau mencucinya dengan air.

5. KRIM

Krim merupakan campuran lemak atau minyak dengan air. Terjadinya campuran ini dengan bantuan “emulgator”.Terdapat 2 jenis krim yaitu :

Krim O/W (minyak/salep dalam air : “vanishing cream”) disini fasa luar adalah air; lemak hanya merupakan butir-butir di dalam air.

Krim W/O (air dalam minyak/salep : “cold cream”) fasa l;uar adalah lemak ; air merupakan butir-butir di dalam lemak.

a. Sifat krim : 1. mendinginkan (ada air) 2. mengeringkan 3. penetrasi bahan aktif baik (ada lemak/salep)

b. Indikasi : d. dermatosa sub akut e. dermatosa yang luasf. dapat untuk daerah berambut (O/W) g. dapat untuk dermatosa yang kering (W/O)h. obat-obat kosmetik

c. Kontra indikasi : dermatosa yang masih sangat produktif/basah

d. Cara pemakaian : seperti salep.

6. PASTA dan PASTA PENDINGIN

Pasta adalah campuran salep dengan bedak (bedak yang digunakan maksimun 40 %), sedangkan pasta pendingin adalah campuran salep, bedak dan cairan. Pasta sukar melekat pada kulit, dan bila telah digunakan, sukar pula membersihkannya.

a. Sifat : 1. protektif (menutupi) 2. mengeringkan (melalui fasa bedak)

b. Indikasi : - Dermatosa subakut yang tidak produktif.

c. Kontra indikasi : i. dermatosa yang produktifj. daerah berambut

d. Cara pemakaian : Pasta dioleskan dengan spatel kayu pada kulit dan pada pembalutnya (kain katun), kemudian dibalutkan. Tukar pembalut setiap 1-2 hari.

e. Cara membersihkannya : Pasta dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak mineral atau minyak tumbuh-tumbuhan, atau dengan cara diremdam.

Page 6: LM.dermatoterapi.ok

CATATAN : Seperti telah disebutkan di atas, pemilihan vehikulum tergantung pada stadium/gambaran klinis, distribusi dan lokalisasi dermatosa serta tergantung efek yang diinginkan.

Tabel : PEMILIHAN VEHIKULUM BERDASARKAN DISTRIBUSI/LOKALISASI

Lokalisasi Bedak Air Alkohol Salep B.kocok Pasta KrimGeneralisata Kulit kepala Wajah, Badan, ekstremitasGenitaliaDaerah lipatan

+-++++

-*+++++

-++#+-+

--++-

+@

+-++++

--++--

++++++

Keterangan : * kecuali untuk mandi + boleh dipakai # kecuali kulit dekat mata - jangan dipakai @ boleh bila tidur/istirahat

Bedak - boleh untuk semua lokasi kecuali kulit kepala berambut

Solutio - boleh untuk semua lokasi, boleh untuk terapi rendam - tidak boleh digunakan untuk kompres seluruh tubuh, kecuali dilakukan

tidak melebihi 1/3 permukaan tubuh.

Tingtura - tidak untuk generalisata dan wajah (dekat mata iritasi)

Salep - tidak untuk generalisata kecuali skabies (salep 2-4) - tidak untuk kulit kepala berambut dan genitalia- boleh untuk lipatan kulit bila tidur / istirahat

B.kocok - dapat untuk generalisata - tidak boleh digunakan untuk kulit kepala

Pasta - hanya untuk wajah, badan dan ekstremitas.

Krim - boleh digunakan untuk semua lokasi.

EFEK OBAT YANG DIINGINKAN

1. Protektif : salep, pasta, pasta pendingin, krim W/O2. Absorptif : bedak, bedak kocok3. Mengeringkan : cairan, bedak kocok4. Penetrasi yang baik dan cepat : salep, krim, tingtura5. Melemaskan kulit : (untuk kulit kering) salep, krim W/O6. Membersihkan lesi : cairan 7. Mendinginkan : cairan, bedak kocok8. Proteksi UV : bedak (Ti02)9. Memanaskan : kompres tertutup

MATERIA MEDIKA DERMATOLOGIKA

A.BAHAN-BAHAN DASAR UNTUK VEHIKULUM

I. Cairan :

1. Air/aqua destilata digunakan pada larutan untuk kompres dan juga untuk bedak kocok, pasta pendingin (PP), pasta dan emulsi .

2. Alkohol (etilalkohol) * untuk tingtura/bedak kocok

Page 7: LM.dermatoterapi.ok

* kadang-kadang ditambahkan pada larutan untuk kompres agar penguapan dan pendinginan dipercepat

3. Glycerinum/glycerol/gliserin merupakan cairan kental tidak berwarna, tidak berbau, manis,

higroskopis. Menstabilkan suspensi, dan sering ditambahkan untuk tingtura agar

obat lebih melekat pada kulit kepala.

II. Bedak :

1. Stearas zincicus dan stearas magnesicus (Zn/Mg stearast) - serbuk yang sangat halus dengan berat jenis ringan - untuk bedak, bedak kocok, pasta, PP

2. Talcum venetum (Mg silikat) serbuk putih sangat halus, tidak larut dalam air semua bedak kosmetik mengandung bahan ini untuk bedak, bedak kocok, pasta, PP

3. Oxydum zincicum serbuk putih tidak larut dalam air efek : antipruritik lemah, astringen, antiseptik.

III. Lemak / Minyak.

1. Minyak / lemak asli a. Adeps lanae – lemak dari bulu domba

sangat mudah mengikat air, lengket pada kulit disebut lanolin bila sudah dicampur 25-27 % air

b. Oleum arachidis (minyak kacang) untuk membersihkan pasta dari kulit untuk campuran pasta, PP, krim

c. Oleum Iecoris aselli (minyak ikan, levertraan) minyak kental, kuning muda berbau mengandung banyak vit. A dan D, mempunyai daya epitelialisasi yang baik, digunakan pada luka bakar.

2. Lemak mineral Vaselin : berasal dari destilasi minyak tanah - vaselin flavum berwarna kuning vaselin album berwarna putih, berasal dari vaselin flavum yang telah dihilangkan warna kuningnya. Vaselin album dapat mengikat air sampai 30 %

B. BAHAN-BAHAN DENGAN DAYA SPESIFIK

d. Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai obat kompres :

1. Acidum boricum kristal putih sukar larut dalam air dingin, mudah dalam air panas bentuk obat : solutio acidi borici 1-3 % untuk kompres, juga dipakai

dalam salep, krim, pasta, PP. efek : astringen, antiseptik lemah.

2. Permanganas kalicus / kalium permanganas (KMn04) kristal ungu tua mudah larut dalam air (1:19) bentuk obat : larutan 1:5000-10.000 untuk kompres dalam keadaan

segar, karena akan bereaksi dengan udara.

Page 8: LM.dermatoterapi.ok

Efek : antiseptik, astringent.

3. Rivanol serbuk kuning larut dalam air (1:15) bentuk obat solutio rivanoli 0,5- 1 permil untuk kompres bentuk lain: bedak, bedak kocok, salep, pasta, PP.

e. bahan-bahan yang sering digunakan untuk penyakit jamur :

1. Acidum benzoicum kristal kuning sampai coklat sukar larut dalam air, mudah larut dalam minyak/alkohol. Bentuk : krim, salep Efek : antimikotik (anti jamur) Campuran asam benzoat (6-12 %) dengan asam salisilat (3-6% yang

bersifat keratolitik), dikenal sebagai unguentum Whitfield, digunakan untuk dermatofitosis.

2. Gentian violet berwarna ungu mudah larut dalam air / alkohol bentuk larutan 3 % atau tingtura 0,5-2 % efek : antimikotik terutama untuk kandidiasis, stomatitis dan penyakit

jamur intertriginosa

3. Acidum undecylenicum cairan berwarna kuning bentuk krim / salep efek : antimikotik

4. Thiosulfas natricus kristal tidak berwarna, berbau belerang sangat mudah larut dalam air (1 gram dalam 0,64 ml air) efek : antimikotik untuk tinea versikolor biasanya lar 25 %

f. Bahan-bahan yang digunakan untuk skabies :

1. Benzoas benzylicus / benzyl benzoat cairan berbau tidak berwarna tidak larut dalam air, larut dalam alkohol/minyak bentuk : emulsi 10-25 % efek : skabisida, pedikulosida, repellent nyamuk.

2. Gamma benzena hexachlorida / gamexan bentuk : krem, salep, bedak 0,5 – 1% efek : skabisida, pedikulosida, repellent.

g. Bahan-bahan yang sering digunakan pada bedah kimia

1. Acidum trichloroaceticum kristal tidak berwarna, higroskopis, bau mirip cuka. efek : kaustik pada veruka, xanthelasma

2. Podophyllinum / podofilin serbuk kuning, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol efek : kaustik, digunakan dalam konsentrasi 25 %

h. Lain-lain

Page 9: LM.dermatoterapi.ok

1. Sulphur berwarna kuning, berbau belerang bentuk : salep, krim, bedak kocok efek : mengurangi kegiatan kelenjar sebasea : untuk akne antiseptik, antimikotik, skabisida.

2. Camphora kristal putih, berbau, hampir tridak larut dalam air. efek : antipruritik

3. Menthol kristal putih, berbau, hampir tidak larut dalam air efek : antipruritik dan mendinginkan

4. Vioform. serbuk kuning efek : antiseptik, antimikotik, digunakan juga untuk dermatitis

seboroik

5. Antibiotika jangan digunakan yang bersifat sensitizer sebaiknya digunakan obat yang jarang digunakan secara sistemik dapat dipakai : gramisidin, neomisin, basitrasin, polimiksin

ANTIHISTAMIN DAN KORTIKOSTEROID

Antihistamin dan kortikosteroid merupakan obat yang sering digunakan secara sistemik pada pengobatan penyakit kulit. Namun untuk pengobatan topikal, antihistamin jarang sekali digunakan, karena golongan obat ini dapat menimbulkan dermatitis kontak/fotokontak.

Antihistamin bekerja sebagai “competitive inhibitor” terhadap histamin pada organ target. Antihistamin tidak dapat bereaksi dengan histamin, dan tidak dapat menghambat pembentukan maupun pelepasan histamin.

Tabel : Klasifikasi antihistamin H1.

1. Golongan etilendiamin - Contoh : - tripelenamin 2. Golongan fenotiazin - prometazin / fenergan 3. Golongan alkilamin - klorfeniramin / klortrimeton 4. Golongan piperazin - meklizin5. Golongan etanolamin - difenhidramin

Selain obat tersebut diatas, terdapat antihistamin generasi baru yang bersifat non sedasi & “:long acting”, misalnya loratadin, setirizin, fexofenadin, dll; golongan ini selain tidak mempunyai efek samping mengantuk, juga pada umumnya dimakan dengan dosis tunggal.

Kortikosteroid (KS) topikal terdiri atas beberapa golongan berdasarkan potensinya (lihat tabel). Untuk pemberian KS terutama pada pemberian jangka panjang harus diingat efek samping lokal ataupun sistemik yang mungkin timbul. Walaupun kita hanya memberikan KS topikal, tetap dapat memberikan efek samping sistemik. Umumnya makin poten steroid yang digunakan, efek sampingnyapun mudah timbul.

Makin muda usia penderita, makin rendah potensi dan konsentrasi obat yang kita berikan, karena pada usia muda, penyerapan obat relatif lebih banyak dan efek samping obat lebih mudah terjadi.

Selain faktor umum, ketebalan kulit di berbagai bagian badan tidak sama, pada kulit yang tipis misalnya kulit wajah, penyerapan obat lebih tinggi, sehingga potensi dan konsentrasi obat topikal yang digunakan harus lebih rendah.

Page 10: LM.dermatoterapi.ok

Tabel : Klasifikasi kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis :

1. Potensi sangat kuat, misalnya :- beklometason dipropionat 0,5 % - klobetasol propionat 0,05 %- diflukortolon valerat 0,3 % - fluosinolon asetonid 0,2 %- mometason furoat 0,1 %

2. Potensi kuat, misalnya : - beklometason dipropionat 0,025 %

- betametason dipropionat 0,05 % - betametason valerat 0,5 % - desoksimetason 0,25 % - triamsinolon asetonid 0,05 %

3. Potensi sedang, misalnya : - beklometason dipropionat 0,0125 %- betametason valerat 0,05 % - klobetasol butirat 0,05 % - triamsinolon asetonid 0,05 %

4. Potensi lemah, misalnya : - deksametason 0,01 %

- hidrokortison 0,1 – 1 % - metilprednisolon 0,25 %

Tabel : Efek samping kortikosteroid

Efek samping pada kulit a. telangiektasiab. atrofi kulit, striae c. hipopigmentasi/hiperpigmentasi d. akne steroid, folikulitis e. hipertrikosis

Efek samping sistemik antara lain : a. retensi natrium dan air b. hipertensi & diabetes c. menghambat pertumbuhan tulang panjang d. supresi proliferasi sel e. imunosupresan

lm dermatoterapi 24032002