lm soikiometri makalah

23
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan dan (3) Prinsip Percobaan. 1.1. Latar Belakang Percobaan Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan kepada percobaan, dengan mempelajari ilmu kimia seseorang dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa kimia. Selain dapat menuliskan rumus senyawa tersebut, tentu saja harus dapat membuktikan melalui eksperimen. Stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia yang menghubungkan besaran atau satuan atom dengan besaran yang dapat diukur secara laboratorium (gram atau volume). 1.2. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan hasil reaksi kimia dari percobaan selain itu agar praktikan 59

Upload: hilda-rani-dwitama

Post on 05-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan

Percobaan dan (3) Prinsip Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan

Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan kepada percobaan, dengan

mempelajari ilmu kimia seseorang dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa

kimia. Selain dapat menuliskan rumus senyawa tersebut, tentu saja harus dapat

membuktikan melalui eksperimen. Stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia

yang menghubungkan besaran atau satuan atom dengan besaran yang dapat diukur

secara laboratorium (gram atau volume).

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan hasil reaksi kimia dari

percobaan selain itu agar praktikan dapat dengan mudah menuliskan rumus dari

suatu senyawa dan mempelajari stoikiometri.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan metode variasi kontinyu, dimana

dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas molar totalnya sama.

Tetapi masing-masing kuantitas pereaksi berubah-ubah. Salah satu sifat fisika

dipilih dan diperiksa seperti: massa, volum, suhu, dan daya serap. Oleh karena itu

kuantitas pereaksi berlainan, perubahan hanya sifat fisika dari sistem ini dapat

digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.

59

II TINJUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Stoikiometri Reaksi, (2) Stoikiometri

Larutan, dan (3) Stoikiometri Gas.

2.1. Stoikiometri Reaksi

Stoikiometri reaksi yaitu persamaan reaksi kimia yang menyatakan jumlah

atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi. Banyaknya atom yang terlibat dapat

diungkapkan dalam persamaan kimia, yakni ditunjukan oleh koefisien reaksinya.

Koefisien reaksi pada persamaan kimia menunjukan perbandingan jumlah mol

zat-zat yang bereaksi dan zat hasil reaksi. Perbandingan koefisien ini dinamakan

juga sebagai nisbah stoikiometri (NS).

Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan karenanya

menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi. Untuk menentukan pereaksi mana

yang merupakan pembatas, perlu dihitung nisbah stoikiometri pereaksi yang

terdapat pada persamaan kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan

pereaksi pembatas, maka dapat dihitung hasil reaksinya (Sunarya, 2000).

2.2. Stoikiometri Larutan

Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berbentuk dalam larutan. Jumlah zat

terlarut yang dapat dilarutkan dalam suatu pelarut sagat beragam. Oleh sebab itu,

perlu mengetahui komposisi atau konsentrasi yang tepat dari suatu larutan jika

harus berhubungan dengan perhitungan stoikiometri dalam larutan. Untuk

60

menyatakan konsentrasi atau kepekatan suatu larutan pada umumnya

menggunakan konsep mol.

Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol

zat terlarut per liter larutan, dilambangkan dengan huruf M (Sunarya, 2000).

2. 3. Stoikiometri Gas

Perilaku gas dapat dikarakterisasi karena hampir semua sifat-sifat gas tidak

bergantung pada jatidiri gas. Perilaku gas relatif sederhana dan dapat diuraikan

hanya dengan satu teori. Terdapat beberapa hokum dasar yang mempelajari

perilaku gas yaitu Hukum Boyle, Hukum Gay-Lussac, dan Hukum Charles

(Sunarya, 2000).

61

III ALAT, BAHAN, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Alat-Alat yang Digunakan, (2) Bahan

yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

3. 1. Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat-alat yang sering kita

gunakan di laboratorium diantaranya seperti gelas kimia, termometer, batang

pengaduk, gelas ukur, dan kertas grafik.

3. 2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan stoikiometri adalah NaOH 2

M, HCl, dan CuSO4 1 M.

3. 3. Metode Percobaan

3. 3. 1. Percobaan 1

Metode yang digunakan pada percobaan stoikiometri ini adalah gunakan

larutan HCl 1 M dan NaOH 1 M. Masukan 5 ml NaOH 1 M kedalam gelas kimia

dan catat temperaturnya. Aduk dan tambahkan 25 ml larutan HCl 1 M yang

diketahui temperatur awalnya. Amati temperatur dari campuran tersebut, lalu

catatlah.

Ulangi percobaan tetapi gunakan 10 ml NaOH dan 20 ml HCl, 15 ml NaOH

dan 15 ml HCl, 20 ml NaOH dan 10 ml larutan HCl, serta 25 ml NaOH dan 5 ml

HCl.

62

25ml HCl + 5 ml NaOH

20 ml HCl + 10 ml NaOH

15 ml HCl + 15 ml NaOH

10 ml HCl + 20 ml NaOH

5 ml HCl + 25 ml NaOH

Gambar 4. Metode Percobaan Stoikiometri NaOH-HCl

3. 3. 2. Percobaan 2

Metode yang digunakan pada percobaan stoikiometri ini adalah gunakan

larutan CuSO41 M dan NaOH 2 M. Masukan 25 ml NaOH 2 M kedalam gelas

kimia dan catat temperaturnya. Aduk dan tambahkan 5 ml larutan CuSO4 yang

diketahui temperatur awalnya. Amati temperatur campuran tersebut. Lalu catatlah

temperatur tersebut.

63

Ulangi percobaan tetapi dengan menggunakan 20 ml NaOH dan 10 ml Cu

SO4, 15 ml NaOH dan 15 ml CuSO4, 10 ml NaOH dan 20 ml larutan CuSO4, serta

5 ml NaOH dan 25 ml CuSO4.

5ml CuSO4 + 25 ml NaOH

10 ml CuSO4 + 20 ml NaOH

15 ml CuSO4 + 15 ml NaOH

20 ml CuSO4 + 10 ml NaOH

25 ml CuSO4 + 5 ml NaOH

Gambar 5. Metode Percobaan Stoikiometri CuSO4-NaOH

64

IV HASIL PENGAMATAN

Bab ini menerangkan tentang: (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Stoikiometri NaOH – HCl

Tabel 3. Hasil Pengamatan stoikiometri NaOH-HCl

NaOH 1M HCl 1MTM

(°C)

TA

(°C)

∆T

(°C)

mmol

NaOH

mmol

HCl

mmol NaOH

mmol HCl

5 ml 25 ml 26,5 28,5 2 5 mmol 25 mmol 0,2

10 ml 20 ml 27 31 4 10 mmol 20 mmol 0,5

15 ml 15 ml 27 31 4 15 mmol 15 mmol 1

20 ml 10 ml 26,75 30 3,25 20 mmol 10 mmol 2

25 ml 5 ml 26,75 28 1,25 25 mmol 5 mmol 5

(Sumber: Hilda Rani Dwitama, Meja 3, Kelompok II, 2010)

∆T

mmol NaOH

mmol HCl

Gambar 6. Grafik Stoikiometri NaOH-HCl

4.1.2. Stoikiometri CuSO4 – NaOH

65

0 1 2 3 4 5 60

0.51

1.52

2.53

3.54

4.5

Tabel 4. Hasil Pengamatan stoikiometri CuSO4-NaOH

CuSO4 2M NaOH 1MTM

(°C)

TA

(°C)

∆T

(°C)

mmol

CuSO4

mmol

NaOH

mmol CuSO4

mmol NaOH

5 ml 25 ml 27 29 2 10 mmol 50 mmol 0,2

10 ml 20 ml 27 31 4 20 mmol 40 mmol 0,5

15 ml 15 ml 27 31 4 30 mmol 30 mmol 1

20 ml 10 ml 27 29 2 40 mmol 20 mmol 2

25 ml 5 ml 27 28 1 50 mmol 10 mmol 5

(Sumber: Cut Rifafitri Hanifah, Meja 8, Kelompok II, 2010)

∆T

mmol CuSO4

mmol NaOH

Gambar 7. Grafik Stoikiometri CuSO4-NaOH

4.2. Pembahasan

Dalam stoikiometri menguraikan tentang hukum-hukum dalam reaksi

kimia yaitu: Hukum kekekalan massa (Lavoiser), hukum perbandingan tetap

(Proust), hukum perbandingan setara, hukum perbandingan timbal balik (Richter),

hukum kelipatan perbandingan, hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro.

Dalam stoikiometri terdapat dua titik yaitu titik maksimum stoikiometri

dan titik minimum stoikiometri. Titik maksimum stoikiometri adalah titik pada

saat perubahan suhu (∆T) tertinggi. Sedangkan titik minimum stoikiometri adalah

titik pada saat perubahan suhu (∆T) terendah.

66

0 1 2 3 4 5 60

1

2

3

4

5

Aplikasi stoikiometri dalam bidang pangan adalah digunakan untuk

mengetahui kadar zat yang terkandung dalam suatu bahan. Dapat pila digunakan

untuk memperkirakan temperatur yang terdapat dalam bahan pangan hingga

produk yang siap untuk dikonsumsi agar tidak adanya kerusakan pada produk

pangan tersebut.

Pada grafik dapat diketahui bahwa Tmax titrasi pada percobaan NaOH-HCl

adalah 4°C dan Tmin adalah 1°C. Tmax dari percobaan CuSO4-NaOH adalah 4°C dan

Tmin adalah 1°C.

V KESIMPULAN DAN SARAN

67

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan stoikiometri maka praktikan dapat menentukan

hasil reaksikimia dan dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa serta dapat

mengetahui temperatu suatu senyawa. Variasi Kontinyu dilakukan sederet

pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama dan ada salah satu sifat fisika

tertentu yang dipilih untuk diperiksa seperti : massa, volume, suhu dan daya serap.

Pada grafik dapat diketahui bahwa Tmax titrasi pada percobaan NaOH-HCl adalah

4°C dan Tmin adalah 1°C. Tmax dari percobaan CuSO4-NaOH adalah 4°C dan Tmin

adalah 1°C.

5.2. Saran

Saran dari penulis adalah pada penggunaan pipet gondok yang kotor

sehingga mempersulit praktikan untuk bekerja secara maksimal. Diharapkan

praktikan harus benar-benar memahami dan juga teliti karena dalam variasi

kontinyu ada beberapa perhitungan dan juga hukum-hukum reaksi kimia.

DAFTAR PUSTAKA

68

Achmad, Haskia, (1993), Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia, Bandung: Depdikbud ITB.

Anonim, Kimia, http://id.wikipedia.org, Acessed : 11 Oktober 2010.

Brady. E. James, (1998), Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binarupa Aksara, Jakarta.

Sunarya, Yayan, (2000), Kimia Umum, Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Sutrisno, Ella Turmala dan Ine Siti N, (2010), Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: UNPAS.

Tim Kimia Analitik, (2000), Dasar-Dasar Kimia Analitik, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Underwood A. dan Day JR. A, (1983), Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

LAMPIRAN INTERNET

69

Stoikiometri Larutan

Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).

Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan.  Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Menulis persamaan reaksi2. Menyetarakan koefisien reaksi3. Memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan

perbandingan mol. Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentu larutan, maka mol larutan dapat dinyatakan sebagai:

n = V . M

Keterangan:

n = jumlah mol

V = volume (liter)

M = molaritas larutan

LAMPIRAN PERHITUNGAN

70

1. Stoikiometri NaOH-HCl

∆T = TA - TM

1.1. 5 ml NaOH 1 M dengan HCl 25 ml 1 M

TM = 26,5 °C

TA = 28,5 °C

∆T = TA - TM

∆T = 28,5 – 26,5

= 2 °C

mmol = M . V

mmol NaOH = 1. 5 = 5 mmol

mmol HCl = 1 . 25 = 25 mmol

mmol NaOH 5 mmol=

mmol HCl 25 mmol

= 0,2 mmol

1.2. 10 ml NaOH 1 M dengan HCl 20 ml 1 M

TM = 27 °C

TA = 31 °C

∆T = TA - TM

∆T = 31 – 27= 4 °C

mmol = M . V

mmol NaOH = 1. 10 = 10 mmol

71

mmol HCl = 1 . 20 = 20 mmol

mmol NaOH 10 mmol=

mmol HCl 20 mmol

= 0,5 mmol

1.3. 15 ml NaOH 1 M dengan HCl 15 ml 1 M

TM = 27 °C

TA = 31 °C

∆T = TA - TM

∆T = 31 – 27= 4 °C

mmol = M . V

mmol NaOH = 1. 15 = 15 mmol

mmol HCl = 1 . 15 = 15 mmol

mmol NaOH 15 mmol=

mmol HCl 15 mmol

= 1 mmol

1.4. 20 ml NaOH 1 M dengan HCl 10 ml 1 M

TM = 26,75 °C

TA = 30 °C

∆T = TA - TM

∆T = 30 – 26,75 = 3,25 °C

72

mmol = M . V

mmol NaOH = 1. 20 = 20 mmol

mmol HCl = 1 . 10 = 10 mmol

mmol NaOH 20 mmol=

mmol HCl 10 mmol

= 2 mmol

1.5. 25 ml NaOH 1 M dengan HCl 5 ml 1 M

TM = 26,75 °C

TA = 28 °C

∆T = TA - TM

∆T = 28 – 26,75

= 1,25 °C

mmol = M . V

mmol NaOH = 1. 25 = 25 mmol

mmol HCl = 1 . 5 = 5 mmol

mmol NaOH 25 mmol=

mmol HCl 5 mmol

= 5 mmol

1. Stoikiometri CuSO4 - NaOH

∆T = TA - TM

73

1.1. 5 ml CuSO4 2 M dengan NaOH 1 M 25 ml

TM = 27 °C

TA = 29 °C

∆T = TA - TM

∆T = 29 – 27

= 2 °C

mmol = M . V

mmol CuSO4 = 1. 5 = 5 mmol

mmol NaOH = 1 . 25 = 25 mmol

mmol CuSO4 5 mmol=

mmol NaOH 25 mmol

= 0,2 mmol

1.2. 10 ml CuSO4 2 M dengan NaOH 1 M 20 ml

TM = 27 °C

TA = 31 °C

∆T = TA - TM

∆T = 31 – 27= 4 °C

mmol = M . V

mmol CuSO4 = 1. 10 = 10 mmol

mmol NaOH = 1 . 20 = 20 mmol

74

mmol CuSO4 10 mmol=

mmol NaOH 20 mmol

= 0,5 mmol

1.3. 15 ml CuSO4 1 M dengan NaOH 15

TM = 27 °C

TA = 31 °C

∆T = TA - TM

∆T = 31 – 27= 4 °C

mmol = M . V

mmol CuSO4 = 1. 15 = 15 mmol

mmol NaOH = 1 . 15 = 15 mmol

mmol CuSO4 15 mmol=

mmol NaOH 15 mmol

= 1 mmol

1.4. 20 ml CuSO4 1 M dengan NaOH 1 M 10

TM = 27 °C

TA = 29 °C

∆T = TA - TM

∆T = 29 – 27 = 2 °C

mmol = M . V

mmol CuSO4 = 1. 20 = 20 mmol

75

mmol NaOH = 1 . 10 = 10 mmol

mmol CuSO4 20 mmol=

mmol NaOH 10 mmol

= 2 mmol

1.4. 25 ml CuSO4 2 M dengan NaOH 1 M 5 ml

TM = 27 °C

TA = 28 °C

∆T = TA - TM

∆T = 28 – 27 = 1°C

mmol = M . V

mmol CuSO4 = 1. 25 = 25 mmol

mmol NaOH = 1 . 5 = 5 mmol

mmol CuSO4 25 mmol=

mmol NaOH 5 mmol

= 5 mmol

76