lkti_ peran nutrisi dalam pemberantasan stunting_penguatan kesadaran cinta gizi melalui pola makan...

36
Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan Terbaik (Salah Satu Strategi untuk memberantas Stunting di Indonesia) Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang disusun untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Scifi Neutron(Scientific and Education For Nutrition Student) Oleh: Mardhiati (K21111 264) Novi Puspita Sari (K21111 601) UNIVERSITAS HASANUDDIN Januari, 2014

Upload: mel-mlati

Post on 21-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan Terbaik

    (Salah Satu Strategi untuk memberantas Stunting di Indonesia)

    Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang disusun untuk diikutkan dalam

    Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)

    Scifi Neutron(Scientific and Education For Nutrition Student)

    Oleh:

    Mardhiati (K21111 264)

    Novi Puspita Sari (K21111 601)

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Januari, 2014

  • Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan Terbaik

    (Salah Satu Strategi untuk memberantas Stunting di Indonesia)

    Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang disusun untuk diikutkan dalam

    Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)

    Scifi Neutron (Scientific and Education For Nutrition Student)

    Oleh:

    Mardhiati (K21111 264)

    Novi Puspita Sari (K21111 601)

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Januari, 2014

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola

    Makan Terbaik disusun oleh:

    I. Nama : Mardhiati

    NIM : K21111 264

    Prodi : Ilmu Gizi Unhas

    II. Nama : Novi Puspita Sari

    NIM : K21111 601

    Prodi : Ilmu Gizi Unhas

    Disahkan untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Mahasiswa pada

    ajang lomba Scifi Neuron (Scientific and Education For Nutrition Student) di

    Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Makassar, 7 Januari 2014

    Disahkan oleh:

    Dosen Pembimbing,

    Ulfah Najamuddin S.Si, M.Kes

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan

    Terbaik disusun oleh:

    I. Nama : Mardhiati

    NIM : K21111 264

    Prodi : Ilmu Gizi Unhas

    II. Nama : Novi Puspita Sari

    NIM : K21111 601

    Prodi : Ilmu Gizi Unhas

    Disetujui untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Mahasiswa pada

    ajang lomba Scifi Neuron (Scientific and Education For Nutrition Student) di

    Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Makassar, 7 Januari 2014

    Menyetujui:

    Ketua Prodi Ilmu Gizi FKM UNHAS

    Dr.Dra. Nurhaedar Jafar Apt., M.Kes.

  • ABSTRAK

    Mardhiati dan Novi, 2014. Konsep Penguatan Kesadaran Gizi Melalui Pola Makan

    Terbaik adalah salah satu strategi yang dirancang dalam pemberantasan stunting di

    Indonesia.

    Karya tulis ini bertujuan untuk memberi penguatan kesadaran terhadap masyarakat

    untuk memberi andil dalam memberantas stunting.

    Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif berupa ujian kajian pustaka atau library

    research. Data-data yang disajikan dalam karya tulis ini diperoleh dari berbagai

    literarur yang relevan dengan permasalahan yang ada. Setelah dilakukan

    pengumpulan data dan informasi. Semua hasil diseleksi untuk mengambil data dan

    informasi yang relevan dengan makalah yang dikaji.

    Hasil dari analisis data tersebut secara kualitatif digambarkan dalam pembahasan

    sebagai berikut :

    Konsep Penguatan Kesadaran Cinta gizi berarti memberikat kekuatan yang lebih

    kepada masyarakat agar tidak hanya sekadar sadar tetapi mencintai gizi sehingga

    pada akhirnya akan mengaplikasikannya melalui pemberian pola makan terbaik

    untuk kehidupannya.

    Pada akhirnya melalui tulisan ini diharapkan sebuah revitalisasi pemahaman

    terhadap konsep cinta gizi dalam pemberian pola makan terbaik dalam

    pemberantasan stunting di dalam perubahan zaman yang secara simultan telah

    mempengaruhi mindset paradigma masyarakat untuk tidak sadar lagi bahwa gizi itu

    penting di dalam menyempurnakan kehidupan.

    Kata Kunci: Stunting, Gizi, Pola makan

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamu alaikum. Wr. Wb.

    Puji syukur kita haturkan kepada pemilik kekuasaan yang tak terbatas. Dengan

    segala karunia dan rahmat-Nya penulisan karya tulis ini dapat terselesaikan. Salawat

    dan taslim kita haturkan kepada perintis jalan kebenaran Nabiullah Muhammad

    SAW.

    Melalui Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ini hendaknya dapat memotivasi

    mahasiswa untuk dapat senantiasa mencari dan menemukan ide yang bermanfaat

    bagi masyarakat dan pemerintah.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari

    kesempurnaan olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, tetap kami

    harapkan demi kesempurnaan karya berikutnya. Akhirnya ucapan terima kasih kami

    ucapkan kepada:

    1. Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia, atas segala petunjuk dan informasi

    yang telah diberikan.

    2. Ketua Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas, atas bantuan moril dan materil yang

    diberikan demi kelancaran penulisan karya tulis ini.

    3. Dosen Pembimbing, Ulfa Najamuddin, S.Si, M.Kes Yang senantiasa

    mengarahkan penulisan karya tulis ini.

    4. Semua teman-teman yang telah memberi bantuan moral dan material kepada

    penulis.

    Disadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga,

    kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan demi perbaikan di masa

    mendatang.

    Makassar, 7 Januari 2014

  • DAFTAR ISI

    Sampul

    Lembar Pengesahan.................................................................................................... I.1

    Lembar Persetujuan.................................................................................................... I.2

    Abstrak........................................................................................................................ I.3

    Kata Pengantar........................................................................................................... I.4

    Daftar Isi..................................................................................................................... I.5

    Bab I Pendahuluan

    a. Latar Belakang................................................................................................ 1

    b. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

    c. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2

    d. Manfaat Penulisan........................................................................................... 2

    Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 4

    Bab III Metode Penulisan........................................................................................... 15

    Bab IV Pembahasan.................................................................................................... 16

    Bab V Penutup............................................................................................................ 19

    Daftar Pustaka............................................................................................................. 20

    Lampiran Biodata Penulis........................................................................................... 21

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Di awal tahun 2013 ini diungkap bahwa lebih dari sepertiga anak bangsa

    Indonesia justru cenderung jadi cebol (stunting), padahal cebol di usia dini yang

    terjadi pada anak-anak dan balita berhubungan dengan kejadian kemunduran

    mental pada tingkat intelegensi anak, perkembangan psikomotorik, kemampuan

    motorik yang baik, dan integrasi saraf-saraf neuron. Masalah cebol yang terus

    merebak tanpa bisa diatasi dalam jangka waktu relatif panjang, harus dipahami

    bahwa bangsa kita ini akan sulit untuk memperoleh calon-calon penerus yang

    cerdas dan berkualitas.

    Perawakan pendek pada seseorang dapat disebabkan karena berbagai

    kelainan endokrin (hormonal) maupun non-endokrin. Penyebab terbanyak

    adalah kelainan nonendokrin seperti penyakit infeksi kronik, gangguan nutrisi,

    kelainan gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan lain lain.

    Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama pada

    masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Riskesdas 2010

    meyebutkan bahwa 35,6% balita di Indonesia mengalami masalah stunting,

    artinya hampir separuh balita kita memiliki tinggi badan lebih rendah dari

    standar tinggi badan balita seumurnya.

    Sungguh disayangkan, masyarakat kita masih belum menyadari masalah

    ini karena memang anak pendek umum terlihat di masyarakat sebagai anak-anak

    dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurang gizi. Padahal

    stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka dimasa

    dewasa. Penelitian membuktikan bahwa kemampuan membaca anak yang

    pendek lebih rendah dibandingkan anak normal, dan pada saat mereka dewasa

    produktivitas anak yang pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang

    normal (Martorell, 2007).

  • Ancaman rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

    Indonesia masa mendatang akibatstunting tidak bisa diremehkan. Berbekal hasil

    survey yang ditunjang dengan penelitian terkini, Direktorat Bina Gizi

    bekerjasama dengan UNICEF Indonesia gencar melaksanakan

    advokasi stunting dengan tujuan memotong generasi stunting di Indonesia.

    Advokasi telah dimulai di wilayah binaan UNICEF meliputi beberapa kabupaten

    di Provinsi Jawa Tengah, NTT, NTB, Aceh, dan Papua selama kurun waktu

    bulan Mei hingga Juli 2011.

    Upaya advokasi diharapkan dapat membuka wawasan para pengambil

    kebijakan untuk membuka peluang upaya pelaksanaan program pencegahan dan

    penanggulangan masalah stunting. Advokasi juga ditujukan pada pemuka

    masyarakat untuk membantu pendekatan pada masyarakat dalam membangun

    kesadaran pentingnya pemenuhan gizi terutama pada ibu hamil dan bayi hingga

    usia 2 tahun. Advokasi baru menjadi langkah awal dan tidak mungkin langsung

    merubah keadaan menjadi lebih baik, butuh proses serta komitmen dari semua

    pihak yang bersinggungan dengan masalah stunting sehingga kita siap

    membangun generasi yang lebih baik dan siap menyongsong masa depan.

    Penanganan stunting merupakan salah satu kunci penting dalam

    pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Berdasarkan problematika

    tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang urgensi konsep

    penguatan kesadaran cinta gizi dengan memberi makanan terbaik. Hal ini

    dianggap perlu mengingat pentingnya pemberantasan stunting.

    I.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun masalah yang

    akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

    1. Bagaimanakah konsep cinta gizi dalam pemberantasan stunting?

    2. Bagaimanakah cara dalam pemberantasan stunting dengan jalan pemberian

    pola makan terbaik?

  • I.3 Tujuan Penulisan

    Berdasarkan problematika di atas, maka adapun tujuan dari penulisan

    Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

    1. Untuk mengetahui konsep cinta gizi dalam pemberantasan stunting?

    2. Untuk mengetahui cara dalam pemberantasan stunting dengan jalan

    pemberian pola makan terbaik?

    I.4 Manfaat Penulisan

    Hasil dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, nantinya diharapkan dapat

    memberi manfaat:

    1. Manfaat Teoritis

    Adapun manfaat teoritis dari hasil karya tulis ini antara lain:

    a. Menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia ilmu pengetahuan pada

    umumnya dan masyarakat Makassar khususnya.

    b. Menjadi bahan referensi bagi masyarakat untuk senantiasa memerhatikan

    asupan gizi yang baik sehingga tidak terjadi gizi buruk lagi.

    2. Manfaat Praktis

    Adapun manfaat praktir yang dapat diperoleh dari hasil karya tulis ini

    adalah:

    a. Menjadi bahan acuan bagi pemerintah khususnya unsur yang berkompeten

    dalam memandang arti penting penguatan kesadaran gizi dan memerhatikan

    fenomena-fenomena gizi buruk yang terjadi yang harus segera diatasi

    dengan bijaksana.

    b. Menjadi bahan perhatian bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam objek

    ilmu gizi pada khususnya agar selalu berupaya dan berusaha untuk bisa

    menjadi bagian yang penting dalam perbaikan gizi di Indonesia.

    c. Menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin menagkat judul yang serupa

    untuk kemudian mengkaji lebih dalam serta diarahkan pada pemecahan

    masalah yang lebih substansif dari tulisan ini.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Suatu Karya Tulis Ilmiah haruslah didasari atas teori-teori tertentu yang relevan

    dengan permasalahan dalam objek tulisan yang akan dibahas. Untuk itu, ada

    beberapa teori yang perlu dikaji untuk menunjang tulisan ini.

    1. Gizi

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

    dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,

    penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

    serta menghasilkan energi. tak satu pun jenis makanan yang mengandung

    semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh

    kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi

    anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi

    Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan

    tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan

    sehat. makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.

    Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur

    zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam

    pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang

    mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi

    kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis

    makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi

    makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan

    sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. makanan sumber zat

    tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu,

    roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat

    menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-

    hari. makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati

  • adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan

    adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat

    pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan

    danperkembangan kecerdasan seseorang. makanan sumber zat pengatur adalah

    semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai

    vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi

    organ-organ tubuh.

    Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan,

    karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping

    udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah

    untuk :

    a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta

    mengganti jaringan tubuh yang rusak.

    b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.

    c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral

    dan cairan tubuh yang lain.

    d. Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai

    penyakit.

    Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita

    makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung

    zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat gizi ini

    disebut gizi. Dengan perkataan lain makanan yang kita makan sehari-hari harus

    dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.

    Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan

    dengan kesehatan ini disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa

    ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelah sampai

    diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa.

    (Achmad Djaeni, 1987).

    Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan,

    pemilihan, pengolahan sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari

    batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmugizi itu mencakup 2

  • komponen penting yaitu makanan dan kesehatan. untuk mencapai kesehatan

    yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan tetapi makanan

    yang mengandung giziatau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk

    menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam,

    yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Fungsi-fungsi zat

    makanan itu antara lain sebagai berikut :

    a. Protein

    Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

    (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein

    bagi tubuh antara lain; membangun sel-sel yang rusak., membentuk zat-zat

    pengatur seperti enzim dan hormon dan membentuk zat inti energi (1 gram

    protein kira-kira menghasilkan 4,1 kalori).

    b. Lemak

    Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya.

    Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah; menghasilkan kalori terbesar dalam

    tubuuh manusia (1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori), sebagai pelarut

    vitamin A,D,E,K. dan sebagai pelindung terhadap bagian-bagiaan tubuh

    tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.

    c. Karbohidrat

    Karbohidrat berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan

    menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat

    adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada

    umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras,

    jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.

    d. Vitamin-vitamin

    Vitamin dibedakan menjadi 2, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin

    A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K).

    Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain :

    1. Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai

    pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.

  • 2. Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan

    air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.

    3. Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata

    dan enzim dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.

    4. Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam

    proses

    pertumbuhan dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat

    saraf.

    5. Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen

    perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel,

    penting dalam pembentukan trombosit.

    6. Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam bersama-

    sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan

    fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin.

    7. Vitamin E berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil serta

    mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang membelah.

    8. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin, yang berarti

    penting dalam proses pembekuan darah.

    e. Mineral

    Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na) dan

    chlor (Cl), kalium (K) dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai

    bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari

    struktur sel dan jaringan.

    Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan

    yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan

    kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit

    gizi. Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan

    giz lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjoladalah kurang kalori dan

    kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodum, zat besi, vitamin dan mineral lainnya

    (Santoso, 2009).

  • Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial,

    diperlukan adanya penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarganya

    untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang

    dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat

    pembangun, dan zat pengatursesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan initercermin

    dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita optimal (Adriyani, 2012).

    Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang dimakan

    sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kegiatan, dan

    suhu lingkungan udara dingin atau panas (Depkes RI, 2000).

    Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari; energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.

    Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam widya karya

    nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan menjadi 0-6

    bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun, dengan catatan pengelompokan

    di atas tidak membedakan jenis kelamin (Adriyani, 2012).

    Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam maupun faktor

    luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan mutu makanan, kesehatan balita (ada

    atau tidaknya penyakit). Faktor luar dipengaruhi tngkat ekonomi, pendidikan, prilaku

    (orang tua/ pengasuh), sosial budaya atau kebiasaan, ketersediaan bahan makanan di

    rumah tangga (Depkes RI, 2000).

    Manfaat atau guna zat gizi balita adalah ((Depkes RI, 2000):

    1. Karbohidrat dan Lemak sebagai penghasil energi atau tenaga. Contoh bahan

    makanan yang mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, sagu, ubi,

    singkong, roti, sukun, dan gula murni. Contoh bahan makanan sumber

    lemak ialah daging berlemak, margarin, minyak goreng, jeroan, dan keju.

    2. Protein berguna untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Contoh bahan

    makanan sumber protein hewani adalah daging,ikan, hati, telur, susu, dan

    hadil olahannya. Contoh bahan makanan sumber protein nabati adalah

    kacang-kacangan, tempe, dan tahu.

    3. Vitamin dan mineral berguna untuk pengatur. Contoh bahan makanan

    sumber vitamin dan mineral adalah sayur dan buah-buahan.

  • 2. Pola makan

    Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan

    jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu

    tertentu (Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).

    Santosa dan Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan

    merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan

    jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan

    ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

    Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum

    bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau

    sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

    konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan

    frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana

    mereka hidup.

    Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

    memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan

    pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan

    negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai

    affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi)

    dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya

    dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai

    cognitive yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan

    adalah proses psychomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan

    kepercayaannya (Khumaidi, 1994).

    Pola makan dapat didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok

    orang dalam memilih makanan dan mengkonsumsi sebagai tanggapan pengaruh

    psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial (Soehardjo, 1996).

    2.1 Pola Makan Keluarga

    Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak,

    hal ini karena di dalam keluargalah anak memperoleh pengalaman

    pertama dalam kehidupannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai

  • pengaruh yang kuat dalam membentuk kesukaan makan anak-anaknya,

    karena orang tua adalah model pertama yang dilihat oleh anak.

    Hubungan sosial yang dekat yang berlangsung lama antara

    anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya mengenal jenis

    makanan yang sama dengan keluarga (Karyadi, 1990).

    Menurut Khumaidi (1994), sikap anak terhadap makanan

    dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa

    kanak-kanak tentang apa dan bagaimana makan. Terbentuknya rasa suka

    terhadap makanan tertentu merupakan hasil dari kesenangan sebelumnya

    yang diperoleh pada saat mereka makan untuk memenuhi rasa laparnya

    serta dari hubungan emosional antara anak-anak dengan yang memberi

    mereka makan.

    2.2 Pola Makan Remaja

    Berdasarkan hasil penelitian Frank Gc yang dikutip oleh Moehyi

    (1992), mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak

    dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja

    menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan

    menyediakan kalori 25%. Anak obes ternyata akan sedikit makan pada

    waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan

    dengan anak kurus pada umur yang sama. Anak sekolah terutama pada

    masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik

    fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi

    makanan merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan

    potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja.

    Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi

    remaja menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada tabel 2.1

    berikut:

    Tabel 2.1 Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja

  • Makan Pagi

    06.00-07.00 WIB

    Makan siang

    13.00-14.00 WIB

    Makan malam

    20.00 WIB

    Nasi 1 porsi 100 gr

    beras

    Telur 1 butir 50 gr

    Susu sapi 200 gr

    Nasi 2 porsi 200 gr

    beras

    Daging 1 porsi 50 gr

    Tempe 1 porsi 50 gr

    Sayur 1 porsi 100 gr

    Buah 1 porsi 75 gr

    Nasi 1 porsi 100 gr

    beras

    Daging 1 porsi 50 gr

    Tahu 1 porsi 100 gr

    Sayur 1 porsi 100 gr

    Buah 1 porsi 100 gr

    Susu skim 1 porsi 20

    gr.

    Metode pengukuran pola makan untuk individu, antara lain :

    1. Metode Food recall 24 jam

    2. Metode dietary history

    3. Metode frekuensi makanan (food frequency)

    1. Metode Food Recall 24 Jam

    Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan

    jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal

    penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang

    diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

    data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara

    teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain).

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam

    tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

    optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

    individu.maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti

    dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain).

  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa

    berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal

    dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.

    2. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)

    Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

    konsumsi

    berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1

    bulan, 1 tahun). Burke (1974) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga

    komponen yaitu :

    Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang

    mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama

    24 jam terakhir.

    Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah

    bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah

    disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.

    Komponen ketida adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai

    cek ulang. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data

    adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti

    awal bulan, hari raya dan sebagainya.

    3. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

    Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang

    frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama

    periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi

    makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan

    makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam

    daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang

    cukup sering oleh responden.

  • 3. Stunting

    Keadaan cebol (stunting) terjadi bukan hanya pada satu atau dua orang

    (secara epidemic terjadi pada banyak orang) dapatlah diyakini bahwa ini terjadi

    sebagai akibat dari adanya kurang gizi kronis. Keadaan ini terjadi dapat sejak

    masa balita, dan juga di masa pertumbuhan cepatnya yaitu di masa dewasa

    muda dan beberapa tahun sebelumnya (menjelang umur 11 tahun pada

    perempuan, menjelang umur 14 tahun pada laki-laki).

    Tidak dipungkiri bahwa tinggi badan seseorang diturunkan (heredited)

    dari orang tuanya, walaupun itu hanya dapat digunakan sebagai pedoman kasar;

    nyatanya kecukupan gizi lebih berperan.

    Kegiatan itu mengarah ke upaya mengatasi penyebab gizi kurang; ini

    meliputi penanganan berbagai penyakit kronis yang mengurangi nafsu makan,

    terganggunya penyerapanan zat gizi, kebutuhan zat gizi yang meningkat.

    Menurut Depkes (2008) di Indonesia terdapat 13% anak balita dengan

    status gizi kurang bahkan terdapat 5,4 % anak balita berstatus gizi buruk dan 4,3

    % anak mempunyai status gizi lebih. Sebesar 7,4% anak mempunyai status gizi

    kurus bahkan 6,2% anak sangat kurus dan 12,2% anak gemuk. Keadaan gizi lain

    yang dapat ditemukan pada anak adalah pendek (stunting). Jumlah anak stunting

    sebesar 36,8% atau berjumlah 9,3 juta anak. Jumlah ini jauh lebih besar daripada

    jumlah anak yang berstatus gizi kurang dan berstatus gizi kurus.

    Pada keadaan stunting, tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi badan

    normal menurut umurnya. Anak yang pendek berkaitan erat dengan kondisi

    yang terjadi dalam waktu yang lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih

    dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan yang kurang baik, pola asuh yang

    kurang baik dan rendahnya tingkat pendidikan. Oleh karena itu masalah balita

    pendek merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat. Karena

    masalah gizi pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri

    masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang

    sifatnya kronis (Depkes 2009).

    Riskesdas 2010 meyebutkan bahwa 35,6 persen balita di Indonesia

    mengalami masalah stunting, artinya hampir separuh balita memiliki tinggi

  • badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya. Stunting pada

    anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka di masa dewasa, seperti

    kemampuan membaca anak yang pendek lebih rendah dibandingkan anak

    normal, dan pada saat mereka dewasa produktivitas anak yang pendek lebih

    rendah dibandingkan dengan anak yang normal (Martorell, 2007).

    Salah satu permasalahan gizi yang dapat muncul sebagai akibat

    rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi adalah stunting pada anak atau

    anak pendek. Stunted (short stature) atau yang disebut tinggi badan per panjang

    badan terhadap umur yang rendah, digunakan sebagai indikator malnutrisi

    kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu

    lama.

    Anak yang pendek dapat disebabkan oleh asupan gizi yang buruk atau

    menderita penyakit infeksi berulang. Stunted merupakan manifestasi sebagai

    akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

    kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan

    pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya. Oleh sebab itu, tidak heran

    apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi. Anak yang

    menderita stunting berat berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek

    saja, tetapi juga pada fungsi kognitifnya.

    Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek

    hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan

    (Manary & Solomons, 2009). Telah diketahui bahwa semua masalah anak

    pendek, gemuk, PTM bermula pada proses tumbuh kembang janin dalam

    kandungan sampai anak usia 2 tahun. Apabila prosesnya lancar tidak ada

    gangguan, maka anak akan tumbuh kembang dengan normal sampai dewasa

    sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram dalam sel.

    Sebaliknya apabila prosesnya tidak normal karena berbagai gangguan

    diantaranya karena kekurangan gizi, maka proses tumbuh kembang terganggu.

    Akibatnya terjadi ketidak normalan, dalam bentuk tubuh pendek, meskipun

    faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal (Barker 2007

    dalam Buku Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK 2012).

    Stunting berhubungan pula dengan menurunnya produktivitas ekonomi

    atau berkurangnya pendapatan pada usia produktif. Dampak ini menunjukkan

    bahwa kekurangan gizi yang disebabkan oleh kemiskinan, kelak akan

  • melahirkan generasi kurang produktif secara ekonomi sehingga menyebabkan

    kemiskinan tadi terus berkelanjutan. Gizi, dengan demikian dapat menjadi

    indikator ekonomi, baik sebagai akibat maupun sebagai faktor penyebab tinggi

    rendahnya laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa (Alderman H. 2008).

    Lingkaran setan kemiskinan akan terus menerus tak bisa dihentikan bila

    intervensi gizi tidak dilakukan dengan tepat. Periode 1000 hari pertama

    kehidupan adalah kesempatan emas untuk melakukan pencegahan kekurangan

    gizi beserta akibatnya (Barker 2007).

    Untuk mengatasi stunting, intervensi gizi harus dilakukan bersama-sama

    dengan memperbaiki determinan gizi seperti kemiskinan, pendidikan, penyakit

    infeksi, dan pemberdayaan perempuan (Bhutta ZA. 2008).

    Karena kekurangan gizi terkait erat dengan kemiskinan, maka

    penanggulangan stunting tidak dapat dilakukan oleh sektor kesehatan saja,

    tetapi harus melalui kerjasama yang terencana dengan baik antara pemangku

    kepentingan seperti sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, serta infrastuktur.

    Pengalaman di negara-negara Afrika, intervensi multisektor seperti ini selama 3

    tahun dapat menurunkan stunting sebesar 43% dibanding sebelum adanya

    program (Remans et al. 2011).

  • BAB III

    METODE PENULISAN

    1. Jenis Tulisan

    Adapun jenis penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

    adalah metode penulisan kepustakaan yang disajikan secara deskriptif mengenai konsep

    cinta gizi dalam pemberantasan stunting. Tulisan ini selanjutnya ditunjang oleh

    beberapa literatur-literatur yang relevan dengan persoalan yang di bahas. Sumber

    literatur karya tulis ini berupa literatur dari jurnal, skripsi, buku-buku, makalah, internet,

    dan sumber literatur lain yang relevan dengan masalah yang sedang disaji.

    2. Objek Tulisan

    Adapun yang menjadi objek tulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah konsep

    cinta gizi dalam pemberantasan stunting yang mana diarahkan pada kajian kultural

    terhadap pemberian pola makan terbaik. Hal ini dimaksud agar tidak ada lagi

    masyarakat yang kekurangan gizi. Melalui tulisan ini pula diharapkan agar pemerintah

    dan masyarakat Indonesia mengerti dan melaksanakan konsep cinta gizi tersebut agar

    bangsa ini menjadi bangsa yang lebih sehat dan berdayaguna.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mengumpulkan data dalam Karya Tulis Ilmiah ini, digunakan teknik

    sebagai berikut:

    1. Kajian Pustaka, yakni suatu metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan,

    menganalisis, dan menelaah berbagai literatur yang relevan dengan objek bahasan.

    2. Dokumenter, yakni suatu metode yang digunakan dengan mengkaji dokumen-

    dokumen yang relevan dengan objek bahasan.

    4. Prosedur Penulisan

    Data yang telah terkumpul diidentifikasi,dianalisis, diklasifikasi,diinterpretasi, dan

    ditelaah lebih lanjut. Setelah itu akan diperbandingkan antara satu dan yang lainnya

  • secara terus-menerus hingga diperoleh suatu simpulan umum yang relevan dengan

    masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini.

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    1. Konsep Cinta Gizi

    Dalam pemberantasan stunting, diperlukan pemberantasan melalui pendekatan-

    pendekatan yang sederhana agar semua masyarakat dapat melakukannya. Setiap

    individu harus menanamkan sikap kecintaan akan gizi sehingga nantinya akan

    butuh zat gizi karena melalui kecintaan akan membuat perhatian lebih terhadap zat-

    zat gizi pada makanannya.

    Melalui kecintaannya maka akan tercipta kesadaran yang berlebih bahwa dengan

    makan makanan yang bergizi akan membawa kesejahteraan hidup yang lebih baik.

    Kesadaran telah dimiliki oleh setiap orang namun ada saja alasan untuk berdalih,

    untuk itu diperlukan penguatan kesadaran melalui cinta gizi. Karena apabila cinta

    maka tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukannya.

    Hal ini perlu ditanamkan kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun agar tak

    ada alasan lagi untuk lupa ataupun tidak sengaja untuk salah dalam pemberian

    nutrisi. Terkhusus untuk seorang perempuan, harus mencintai gizi terlebih dahulu

    sebelum akhirnya menjadi seorang ibu agar kelak menghasilkan anak yang gizinya

    normal.

    Untuk itu perlunya media sosial untuk menyiarkan hal-hal berkenaan tentang

    gizi yang baik buat tumbuh kembang anak. Selain itu, Pemerintah tak berhenti

    untuk menggalangkan program gizi yang baik untuk keluarga.

    Di lingkungan keluarga merupakan hal utama, di lingkungan ini diperlukan

    kerjasama anggota keluarga untuk mau tahu, ingin tahu dan butuh untuk tahu segala

    sesuatu yang berkenaan untuk menunjang kesehatan hidup dan menghindari

    terjadinya gizi buruk.

    2. Pemberantasan Stunting dengan Jalan Pemberian Pola Makan Terbaik

    Penguatan kesadaran adalah menguatkan kesadaran seseorang yang tadinya

    hanya sekadar sadar namun dapat melakukan kesadaran tersebut sebagaimana

  • mestinya. Untuk itu perlu adanya proses memahami, mengaplikasi dan

    menganalisis.

    1. Memahami (understanding)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui, dalam hal ini adalah pola makan

    terbaik dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

    telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

    dipelajari.

    Pola makan terbaik diartikan sebagai pola makan yang baik dan benar.

    Baik dari segi prosedur gizi seimbang sedangkan benar dari segi pengolahan

    hingga penyajian.

    2. Aplikasi (aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

    diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

    prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    Dalam hal ini, setiap individu hendaknya dapat mengaplikasikan apa

    yang telah dipahami tentang pola makan terbaik yaitu dengan makan makanan

    yang bergizi untuk menunjang status gizi yang baik. Bukan hannya tentang apa

    makanannya tetapi kapan dimakannya hal ini diperlukan untuk menghindari

    terjadinya status gizi berlebih. Setiap hal butuh porsi-porsi yang seimbang. Seperti

    halnya zat gizi di tubuh kita, dibutuhkan sesuai dengan porsi seimbang.

    3. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek ke dalam komponen-komponen. Setelah mengaplikasikan, maka terjadilah

    proses analisis. Dari kecintaan akan gizi maka penguatan kesadaran tercipta

    sehingga mau untuk melakukan hal-hal baik berkenaan dengan asupan gizi yang

    baik dan benar.

  • Di Indonesia, stunting merupakan masalah yang kerap kali diabaikan

    karena dianggap tidak akan mempengaruhi masa depan anak. Sebagian besar

    masyarakat tidak mempermasalahkan lambatnya pertumbuhan tinggi badan anak

    saat balita. Selagi anak masih sehat dan lincah, stunting bukanlah masalah yang

    perlu diatasi.

    Di sisi lain terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian stunting

    dengan perkembangan bahasa balita usia 30-52 bulan. Perkembangan bahasa yang

    lambat pada balita pendek akan mempengaruhi proses belajar sehingga akan

    terjadi gangguan perkembangan kognitif. Menurut Adair (1999), skor kognitif

    pada anak yang pendek lebih rendah dari anak dengan tinggi badan normal.

    Selain itu, anak dengan kondisi sangat pendek memiliki IQ 11 point lebih

    rendah dari anak normal (UNICEF 2001). Gangguan perkembangan kognitif dan

    rendahnya IQ akan mempengaruhi prestasi akademik anak di masa sekolah. Hal

    ini menunjukkan minimnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berpotensi

    untuk memajukan bangsa. Seseorang dengan kualitas SDM yang kurang baik

    kemungkinan besar akan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang kecil.

    Hal ini menyebabkan lingkaran setan kemiskinan akan terus berlanjut dan

    kemajuan negara akan semakin terhambat.

    Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI eksklusif pada

    bayi usia 0-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Selain pemenuhan

    zat gizi, pemberian ASI juga dapat mengurangi terjadinya penyakit infeksi. Saat

    bayi berusia 6-12 bulan maka sebaiknya diberikan MP ASI (Makanan

    Pendamping ASI) karena ASI saja tidak akan memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.

    Ketika anak menginjak usia 1 tahun, sebaiknya diberikan makanan beragam yang

    terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.

    Depkes RI (2009) menganjurkan anak usia 2-3 tahun diberi makanan

    keluarga dengan frekuensi tiga kali sehari (porsi setengah piring) serta dua kali

    makan selingan. Balita sebaiknya tidak dibiasakan mengonsumsi pangan jajanan

    seperti snack yang tinggi kandungan garam dan rendah energi, goreng-gorengan,

    dan kue basah dengan pemanis buatan.

  • Selain itu, sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

    perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi. Usahakan agar air

    bersih selalu tersedia, air minum berasal dari sumber air yang terlindungi,

    menjaga kebersihan toilet rumah, dan jarak tangki septik dengan sumur atau

    sumber air lebih dari 10 meter.

    Untuk penerapan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga, dibiasakan

    mencuci tangan sebelum mengolah makanan, sebelum makan, dan sebelum

    memberikan makanan pada balita agar makanan yang diberikan tidak

    terkontaminasi dengan bakteri dan kuman ditangan. Sedangkan penerapan

    perilaku hidup bersih dan sehat pada balita dapat dilakukan mulai dari

    membiasakan sarapan pagi, balita diberi imunisasi yang lengkap, serta berat badan

    dan tinggi badan diukur secara rutin untuk memantau pertumbuhan balita.

  • BAB V

    PENUTUP

    1. Simpulan

    Berdarkan uraian rumusan masalah yang dipaparkan pada bagian pendahuluan,

    maka setelah melalui proses penelaahan, analisis dan pembahasan masalah, dapat

    disimpulkan bahwa:

    1. Melalui kecintaannya maka akan tercipta kesadaran yang berlebih bahwa dengan

    makan makanan yang bergizi akan membawa kesejahteraan hidup yang lebih

    baik.

    2. Penguatan kesadaran akan menciptakan proses memahami, mengaplikasi dan

    menganalisis dengan pemberian makanan beragam yang terdiri dari sumber

    karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.

    3. Sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu

    diterapkan.

    2. Saran

    Agar hasil dari penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diinternalisasikan secara

    maksimal, maka penulis menyarankan:

    1. Bagi pemerintah diharapkan mengadakan pengembangan, pembinaan, dan

    penelitian terhadap gizi buruk yang menimpa masyarakat Indonesia.

    2. Bagi keluarga agar kiranya dapat mecintai gizi agar nantinya dapat diterapkan

    sehingga derajat kesehatan lebih meningkat.

    3. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Makassar agar mau tahu tentang gizi

    dan masalah-masalahnya sehingga nantinya timbul kecintaan akan gizi dan

    memerlukan gizi untuk mencapai status gizi yang lebih baik.

    4. Bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang Ilmu gizi agar kiranya dapat

    lebih mengembangkan hal-hal yang terjadi berkenaan dengan gizi buruk dan

  • berusaha mengungkap masalahnya sebagai sebuah jawaban sekaligus atau kritik

    atas problematika sosial yang terjadi.

    5. Bagi peneliti lain yang ingin mengangkat judul yang serupa agar kiranya lebih

    mengarahkan penelitiannya pada pemecahan masalah.

  • Daftar Pustaka

    Aditianti. Determinants Factors of Stunting in Children 24-59 Month in Indonesia

    2009.

    Adriani, dkk (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan, Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group.

    Baliwati, dkk., (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penerbit Penebar

    Swadaya.

    Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Gizi Seimbang (Panduan Untuk

    Petugas), Jakarta : Departemen KesehatanRI.

    Depkes, RI, 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta

    Kusharisupeni. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi : sebuah studi

    prospektif Nol 23 no.3. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

    Khumaidi, M., 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. PT. BPK Gunung Mulia,

    Jakarta.

    Moehji, S., 1992. Ilmu Gizi. PT. Bhrata, Jakarta.

    Santoso,S & Ranti,AC (2009) Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta,

    Soehardjo, 1996. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.

    Internet

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28546/3/Chapter%20II.pdf (akses 00.

    12 Januari 2014)

    http://gizi.depkes.go.id/stop-generasi-stunting-di-indonesia (akses 00. 12 Januari 2014)

    http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-gizi.html (akses 11.00 Januari2014)

    http://www.harianbabelpos.com/2013/07/11/kejadian-stunting-pada-balita/ (akses 11.00

    Januari2014)

  • Biodata Penulis

    Nama lengkap : Mardhiati

    Nama panggilan : Mel

    Tempat tanggal lahir : Pinrang, 17 februari 1994

    Alamat : Komp. Taman Makassar Indah A5/8.

    Hobi : Menyanyi, googling

    Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

    Nama Orang Tua

    a. Ayah : Ir. Zainuddin Djasmin

    b. Ibu : Ir. Nen Zainab

    Jurusan/ prodi : Ilmu Gizi

    Semester : 6

    Jenjang Pendidikan

    1. SDN 287 Pinrang sejak tahun 2002 - 2007

    2. SMP Negeri 4 Pinrang sejak tahun 2007-2009

    3. SMA Negeri 1 Pinrang sejak tahun 2009-2011

    4. Kuliah di Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu gizi FKM Unhas sejak tahun

    2011- sekarang.

  • Prestasi yang pernah diraih:

    Finalis Gita Swara PLN 2007 dan Duta Hemat Listrik (GENEMATRIK) Cabang

    Pinrang, Makassar, Sulawesi Selatan.

    Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat

    pada kegiatan Integrasi Potensi Ilmiah dan Kreativitas Generasi Indonesia (INOVASI)

    2010 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas

    Makassar (LPM PENALARAN UNM) pada bulan Mei 2010 di Universitas Negeri

    Makassar.

    Pada bulan November 2012, meraih medali platinum (Pada Kategori Folklore) dan

    medali emas (pada kategori pop, jazz and gospel) pada ajang Xinghai Price

    International Choir Competition di Guangzhou, China.

    Pada bulan Oktober 2012, meraih medali emas (pada kategori Folklore and Gospel) dan

    medali perak (pada kaegori musika sakra) di ajang Peparama (Pesta Paduan Suara

    Gerajawi Mahasiswa) di ambon, Maluku.

    Kegiatan yang diikuti:

    Peserta Seminar Nasional pada kegiatan Integrasi Potensi Ilmiah dan Kreativitas

    Generasi Indonesia (INOVASI) 2010 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian

    Mahasiswa Penalaran Universitas Makassar (LPM PENALARAN UNM) pada bulan

    April 2010 di Universitas Negeri Makassar.

    Peserta pada kegiatan Olimpiade Pendidikan Bahasa Indonesia 2010 tingkat

    SMA/Sederajat se-Sulawesi Selatan Pada Bulan Mei 2010 di Kampus FBS UNM

    Parangtambung.

    Peserta dalam Seminar Nasional Integrasi Penggunaan Herbal dalam Pelayanan

    Kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012 di Baruga A.P. Pettarani

    UNHAS.

    Participant in International Seminar Honey For Health and Beauty on November 2013

    at Prof. A. Amiruddin Auditorium, Hasanuddin University, Makassar.

    Anggota pada UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNHAS sejak tahun 2011 hingga

    sekarang.

    Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat di FORMAZI (Forum Mahasiswa Gizi)

    UNHAS peiode 2013-2014.

    Anggota Divisi Hubungan Masyarakat di BIMGI (BERKALA ILMIAH MAHASISWA

    GIZI INDONESIA) SUB BIMKES 2013-2014.

  • Biodata Penulis

    Nama lengkap : Novi Puspita Sari

    Nama panggilan : Novi

    Tempat tanggal lahir : Ujung Pandang, 11 November 1993

    Alamat : Komp. Taman Makassar Indah A5/8.

    Hobi : Mencari hal-hal baru

    Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

    Nama Orang Tua

    c. Ayah : Drs. H. Muh. Renreng Tjolli M.Ag

    d. Ibu : Hj. Muliyana Saleh Bsc

    Jurusan/ prodi : Ilmu Gizi

    Semester : 6

    Jenjang Pendidikan

    1. SD Inpres Mannuruki II Makassar sejak tahun 2002-2007

    2. SMP Negeri 25 Makassar sejak tahun 2007-2009

    3. Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Makassar sejak tahun 2009-2011

    5. Kuliah di Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu gizi FKM Unhas sejak tahun

    2011- sekarang.

  • Kegiatan yang diikuti:

    Peserta dalam Seminar Nasional Integrasi Penggunaan Herbal dalam Pelayanan

    Kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012 di Baruga A.P. Pettarani

    UNHAS.

    Participant in International Seminar Honey For Health and Beauty on November 2013

    at Prof. A. Amiruddin Auditorium, Hasanuddin University, Makassar.

    Anggota Divisi Hubungan Masyarakat di FORMAZI (Forum Mahasiswa Gizi) UNHAS

    periode 2013-2014.

    Bendahara di FDMI (Forum Dakwah Mahasiswa Islam) periode 2013-2014.