lk pkl-3 ct-scan kepala kasus cks

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Computed Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia digunakan sejak tahun 1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar- x, komputer, dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992) Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat men- scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali hingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. (Tortorici,1995) Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan diagnosa yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi konvensional karena dapat membedakan soft tissue, lemak, udara dan tulang pada irisan cossectional dan dapat direformat menjadi tiga dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan. Salah satu manfaatannya yaitu untuk pemeriksaan CT-Scan kepala. 1

Upload: nanang-moncelo

Post on 04-Aug-2015

990 views

Category:

Documents


141 download

TRANSCRIPT

Page 1: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Computed Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT)

diperkenalkan sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia digunakan

sejak tahun 1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer,

dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam

bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992)

Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat men-scaning tubuh dengan

irisan melintang tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi

komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali hingga

didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi

dari objek tersebut. (Tortorici,1995)

Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan

diagnosa yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi konvensional karena dapat

membedakan soft tissue, lemak, udara dan tulang pada irisan cossectional dan dapat

direformat menjadi tiga dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan.

Salah satu manfaatannya yaitu untuk pemeriksaan CT-Scan kepala.

Untuk melihat kelainan-kelainan yang terjadi dibagian kepala biasanya

dilakukan pemeriksaan radiologi konvensional, angiografi CT-Scan ataupun MRI.

Pemeriksaan radiologi konvensional dilakukan jika peralatan yang tersedia hanya

konvensional atau karena kelainan yang diderita pasien mudah dideteksi, misalnya

karena trauma ringan. Akan tetapi, untuk kasus trauma kepala yang disertai

penurunan kesadaran atau gejala neurologis lainnya seperti pada kasus cedera kepala

sedang (CKS) dianjurkan untuk dilakukam pemeriksaan penunjang awal dengan CT-

Scan.

Pada pemeriksaan CT-Scan diperlukan suatu teknik untuk menentukan daerah

dan luas lapangannn yang akan discanning. Untuk pemeriksaan CT-Scan kepala

teknik yang digunakan adalah dua range. Range pertama dimulai dari basis cranii

sampai pars petrosum, sedangkan range kedua dari pars petrosum sampai vertex.

Ketebalan range pertama lebih tipis dibandingkan dengan range kedua. (Naseth, 2000)

1

Page 2: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Pada pasien kecelakaan dengan kasus cidera kepala sedang (CKS),

pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan di RSUD Tidar Magelang tidak menggunakan

media kontras. Di RSUD Tidar Magelang menggunakan CT-Scan double slice dengan

slice thickness 8 mm, jumlah slice 24 dan scanogram 1 gambar. Berdasarkan hal

tersebut di atas penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai pemeriksaan CT-Scan di

RSUD Tidar Magelang dengan membuat laporan kasus yang berjudul: “TEKNIK

PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA NON KONTRAS DENGAN KASUS

CEDERA KEPALA SEDANG (CKS) DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD TIDAR

MAGELANG”.

B. Rumusan Masalah

Laporan kasus ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala non kontras dengan kasus Cedera

Kepala Sedang (CKS) di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Magelang?

2. Bagaimana nilai informasi diagnos pada pemeriksaan CT-Scan Kepala non

kontras dengan kasus Cedera Kepala Sedang (CKS) di Instalasi Radiologi RSUD

Tidar Magelang?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan laporan kasus ini yaitu:

1. Mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala dengan kasus Cedera Kepala

Sedang (CKS) di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Magelang.

2. Mengetahui nilai informasi diagnosa pada pemeriksaan CT-Scan Kepala non

kontras dengan kasus Cedera Kepala Sedang (CKS) di Instalasi Radiologi RSUD

Tidar Magelang.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan laporan kasus ini diharapkan bermanfaat:

2

Page 3: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

1. Bagi penulis dapat mengetahui lebih lanjut tentang prosedur Teknik pemeriksaan

CT-Scan Kepala dengan kasus Cedera Kepala Sedang (CKS) di Instalasi

Radiologi RSUD Tidar Magelang.

2. Bagi Akademi sebagai bahan masukan bagi penulis laporan kasus dengan topic

yang sama.

3. Bagi Rumah Sakit dapat dijadikan literatur yang dapat membantu dalam

menegakkan diagnosa sesuai dengan teori yang ada.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan kasus ini, maka penulis

menyajikan dalam beberapa pokok bahasan yang terdiri:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang anatomi dan fisiologi, CT-Scan, Cedera Kepala Sedang (CKS),

prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3

Page 4: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Fisiologi Kepala

Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang picak yang bentuknya

melengkung, satu sama lain, dan berhubungan erat sekali. Tengkorak terdiri

atas dua bagian yaitu: tengkorak otak dan tengkorak wajah.

a. Gubah tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:

1) Os Frontal (bagian depan)

2) Os Parietal (bagian tengah)

3) Os Occipital (bagian belakang)

b. Dasar tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:

1) Os Sphenoidalis, tulang yang terdapat di tengah-tengah dasar

tengkorak dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap.

2) Os Ethmoidalis, terletak di sebelah depan dari Os Sphenoidalis di

antara lekuk mata.

Selain kedua tulang di atas, dasar tengkorak dibentuk pula oleh tulang-

tulang lain seperti tulang kepala belakang, tulang dahi, dan tulang pelipis.

c. Samping tengkorak, yang dibentuk oleh tulang-tulang:

1) Tulang pelipis

2) Sebagian tulang dahi

3) Tulang ubun-ubun

4) Tulang baji

d. Tengkorak wajah

Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak

otak. Di dalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk

rongga mulut (cavuum oris), rongga hidung (cavum nasi), dan rongga mata

(cavum orbita).

Tengkorak wajah terdiri dari dua bagian:

1) Bagian hidung

4

Page 5: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

a) Os Lacrimal (tulang mata), letaknya di sebelah kanan atau kiri

pangkal hidung, di sudut mata.

b) Os Nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung

dan bentuknya berlipat-lipat.

c) Septum Nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang

tapis yang tegak.

2) Bagian rahang

a) Os Maksilaris (tulang rahang atas)

b) Os Zygomaticum, tulang pipi yang terdiri dari dua tulang kiri dan

kanan.

c) Os Palatum (tulang langit-langit), terdiri dari dua buah tulang kiri

dan kanan.

d) Os Mandibularis (tulang rahang bawah), terdiri dari dua bagian

yaitu bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu dipertengahan

dagu. Di bagian depan dari mandibula terdapat prosesus coracoid,

tempat melekatnya otot.

Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang

bergerigi yang disebut sutura.

Sutura-sutura itu adalah:

1) Sutura Coronalis, yaitu yang menghubungkan antara os frontal dan os

parietal.

2) Sutura Sagitalis, yaitu yang menghubungkan os parietal kiri dan kanan.

3) Sutura Lambdoidea, yaitu yang menghubungkan antara os parietal dan os

occipital.

2. Anatomi Fisiologi Otak

a. Otak (Brain)

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan

pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak merupakan dari saraf sentral

5

Page 6: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh

suatu lapisan yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang

otak (Trunchus Enchepali), dan otak kecil (Cerebellum). (Syaifudin, 1997)

1) Otak Besar (Cerebrum)

Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,

berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.

Otak mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan

bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu)

yaitu pada bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian

dalam yang mengandung serabut saraf. (Syaifudin, 1997)

Fungsi Otak Besar, yaitu:

- Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

- Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensi,

keinginan dan memori.

- Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

Gambar 1. Penampang melintang otak (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar 1:

6

Page 7: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

1. Medulla oblongata

2. Pons

3. Otak tengah

4. Meningens

5. Otak depan

6. Cerebrum

7. Konvolusi

8. Dienchepalon

9. Cerebellum

10. Hind brain

11. Medulla spinalis

2) Batang Otak (Truncus Enchepali)

Batang otak terdiri dari beberapa bagian.

a) Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara

cerebellum dengan mesenchepalon. (Syaifudin, 1997)

Fungsi disenchepalon:

- Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.

- Respiratory, membantu proses persarafan.

- Mengontrol kegiatan refleks.

- Membantu pekerjaan jantung.

b) Mesenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat bagian

yang menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut corpus

kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah disebut corpus

kuadrigeminus inferior. (Syaifudin, 1997)

Fungsi mesenchepalon:

- Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.

- Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

c) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenchepalon

dengan pons naroli dan cerebellum terletak di depan cerebellum

diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat

premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.

(Syaifudin, 1997)

Fungsi pons varoli:

7

Page 8: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

- Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara

medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar.

- Pusat saraf nervus trigeminus.

d) Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. (Syaifudin,

1997)

Fungsi medulla oblongata:

- Mengontrol pekerjaan jantung.

- Mengecilkan pembuluh darah (vase konstruktor).

- Pusat pernafasan (respiratory).

- Mengontrol kegiatan refleks.

e) Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang

tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura trans versalis

dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata.

(Syaifudin, 1997)

Fungsi otak kecil:

- Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk keseimbangan dan

rangsangan pendengaran otak.

- Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat penerima

impuls dan nervus vagus kelopak mata rahang atas, rahang

bawah, dan otot pengunyah.

- Neocerebellum (pontocerebellum), korteks cerebellum menerima

informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan

dan mengatur gerakan sisi badan.

8

Page 9: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Gambar 2. Otak dengan piameter (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar:

1. Vena-vena serebri superior

2. Lobus frontalis

3. Vena serebri media

4. Vena-vena serebri inferior

5. Rolandi

6. Serebellum

7. Medulla oblongata

8. Lobus temporalis

b. Selaput Otak (Meningen)

Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi

struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan

cerebro spinalis). Memperkecil benturan atu gerakan yang terdiri dari tiga

lapisan. ( Syaifudin, 1997)

1) Durameter (lapisan sebelah luar)

Selaput keras pembunaringgkus otak yang berasal dari jaringan ikat

dan kuat dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan

durameter propia dibagian dalam di canalis vertebralis, kedua lapisan ini

terpisah. (Syaifudin, 1997)

9

Page 10: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

2) Arakhnoid (lapisan tengah)

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan

piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang

meliputi seluruh susunan saraf sentral. (Syaifudin, 1997)

3) Piameter (lapisan sebelah dalam)

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.

Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan

ikat yang disebut trakekel. (Syaifudin, 1997)

c. Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling

berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi

semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung CSF

(Cerebrospinal Fluid). Ventrikel otak terdiri dari ventrikel lateral, ketiga dan

keempat. (Price Sylvia, 1995)

d. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid kedalam

ventrikel-ventrikel yang ada dalam otak. Cairan tersebut masuk kedalam

kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga kedalam ruang

subarachnoid melalui celah-celah yang terdapat pada ventrikel ke empat.

Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang subarachnoid

berkisar antara 120-180 ml pada orang dewasa, 100-140 ml pada anak umur

8-10 tahun, dan 40-60 ml pada bayi. Pada orang dewasa, produksi cairan

serebrospinal selama 24 jam berjumlah 430-500 ml, ini berarti dalam 24 jam

cairan serebrospinal diganti sebanyak tiga kali. (Woodruff WW, 1993)

10

Page 11: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

B. PATOLOGI CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)

1. Definisi

Cedera kepala adalah serangkai kejadian patofisiologik yang terjadi

setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang, dan jaringan

otak atau kombinasinya. (Standar Pelayanan Medis, RS Dr. Sardjito)

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan

lalu lintas. (Mansjoer Arif,dkk: 2000)

2. Etiologi

- Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan kerja

- Trauma pada olah raga

- Kejatuhan benda

- Luka tembak

3. Klasifikasi Klinis

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringannya gejala

yang muncul setelah cedera kepala. Ada beberapa klasifikasi yang dipakai dalam

menentukan derajat cedera kepaka. Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagi

aspek ,secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi  yaitu berdasarkan:

a. Mekanisme Cedera Kepala

Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul

dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan

kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala

tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput

durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau

cedera tumpul.

11

Page 12: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

b. Beratnya Cedera

Glascow coma scale ( GCS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif

kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya

penderita cedera kepala.

1) Cedera Kepala Ringan (CKR)

GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang

dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur

tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma.

2) Cedera Kepala Sedang ( CKS)

GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari

30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3) Cedera Kepala Berat (CKB)

GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan

atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio

cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.

c. Morfologi Cedera

Secara Morfologi cedera kepala dibagi atas :

1) Fraktur Kranium

Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan

dapat terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup.

Fraktur dasar tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT Scan untuk

memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar

tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan

lebih rinci.

Tanda-tanda tersebut antara lain :

- Ekimosis periorbital ( Raccoon eye sign)

- Ekimosis retro aurikuler (Battle`sign )

- Kebocoran CSS ( rhonorrea, ottorhea) dan

- Parese nervus facialis ( N VII )

12

Page 13: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

2) Lesi Intrakranial

Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi loKal dan lesi difus, walaupun

kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.

Termasuk lesi lesi local ;

- Perdarahan Epidural

- Perdarahan Subdural

- Kontusio (perdarahan intra cerebral)

Cedera otak difus umumnya menunjukkan gambaran CT Scan

yang normal, namun keadaan klinis neurologis penderita sangat buruk

bahkan dapat dalam keadaan koma. Berdasarkan pada dalamnya koma

dan lamanya koma, maka cedera otak difus dikelompokkan menurut

kontusio ringan, kontusio klasik, dan Cedera Aksona Difus ( CAD).

a) Perdarahan Epidural

Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya 

terjadi pada regon temporal atau temporopariental akibat pecahnya

arteri meningea media ( Sudiharto 1998). Manifestasi klinik berupa

gangguan kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala (interval

lucid) beberapa jam. Keadaan ini disusul oleh gangguan kesadaran

progresif disertai kelainan neurologist unilateral. Kemudian gejala

neurology timbul secara progresif berupa pupil anisokor,

hemiparese, papil edema dan gejala herniasi transcentorial.

Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan berasal

dari sinus lateral, jika terjadi dioksiput akan menimbulkan gangguan

kesadaran, nyeri kepala, muntah ataksia serebral dan paresis nervi

kranialis. Cirri perdarahan epidural berbentuk bikonveks atau

menyerupai lensa cembung.

b) Perdarahan subdural

Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan

epidural( kira-kira 30 % dari cedera kepala berat). Perdarahan ini

sering terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan yang terletak

13

Page 14: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara,

namun dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada

permukaan otak. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh

permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya lebih berat

dan prognosisnya jauh lebih buruk daripada perdarahan epidural.

c) Kontusio dan perdarahan intracerebral

Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobus

temporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk

batang otak dan cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi

dalam waktu beberapa hari atau jam mengalami evolusi membentuk

perdarahan intracerebral.  Apabila lesi meluas dan terjadi

penyimpangan neurologist lebih lanjut.

d) Cedera Difus

Cedera otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat

akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang lebih

sering terjadi pada cedera kepala.

4. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan laboratorium

- X-Ray, foto tengkorak 3 posisi

- CT scan

- Foto cervical bila ada tanda-tanda fraktur cervical

5. Komplikasi

a. Perdarahan intra cranial-Epidural

- Subdural

- Sub arachnoid

- Intraventrikuler

14

Page 15: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

b. Malformasi faskuler

- Fistula karotiko-kavernosa

- Fistula cairan cerebrospinal

- Epilepsi

- Parese saraf cranial

- Meningitis atau abses otak

- Sindrom pasca trauma

C. CT-SCAN

1. Definisi CT-Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan

televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam

bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992)

Prinsip kerja CT-Scan hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan

melintang (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer

maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali sehingga

didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga

dimensi dari objek tersebut. (Tortorici, 1995)

2. Perkembangan CT-Scan

Godfrey Hounsfield seorang insinyur dari EMI Limited London dengan

James Ambrose seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital di London,

Inggris pada tahun 1970 memperkenalkan Computed Tomography Scanning atau

CT-Scan. (Ballinger, 1995)

a. Scanner Generasi Pertama

Prinsip scanner generasi pertama menggunakan pancaran sinar-x model

pencil yang diterima oleh satu atu dua detector. Waktu yang dicapai 4,5 menit

untuk member informasi yang cukup pada satu slice dari rotasi tabung dan

detector sebesar 180 derajat.

15

Page 16: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

b. Scanner Generasi Kedua

Scanner generasi ini mengalami perbaikan besar dan terbukti pancaran

sinar-x model kipas dengan menaikkan jumlah detector sebanyak 30 buah

dengan waktu scanning yang sangat pendek, yaitu 15 detik per slice atau 10

menit untuk 49 slice.

c. Scanner Generasi Ketiga

Scanner generasi ketiga ini dengan kenaikan 960 detektor yang meliputi

bagian tepi berhadapan dengan tabung sinar-x yang saling rotasi memutari

pasien dengan membentuk lingkaran 360 derajat secara sempurna untuk

menghasilkan satu slice data jaringan. Waktu scanning hanya berkisar satu

detik.

d. Scanner Generasi Keempat

Sekitar tahun 1980 scanner generasi ini diperkenalkan dengan teknologi

fixed-ring yang mempunyai 4800 detektor. Saat pemeriksaan berlangsung,

tabung sinar-x berputar 360 derajat mengelilingi detector yang diam.

(Bontrager, 2000)

Generasi terakhir dari CT-Scan disebut CT Helical atau CT spiral.

Kelebihan dari tipe ini penggambaran organ akan lebih cepat dan radiographer

dapat mengolah data menjadi gambar tiga dimensi melalui pengolahan

komputer. (PROTEKSI, 1998)

3. Komponen Dasar CT-Scan

CT-Scan mempunyai dua komponen utama yaitu scan unit dan operatir

konsul. Scan unit biasanya berada didalam ruang pemeriksaan sedangkan operator

konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol.

Scan unit terdiri dari dua bagian yaitu gentry dan couch (meja

pemeriksaan).

a. Gentry

Didalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja

tersebut bergerak menuju gentry. Gentry ini terdiri dari beberapa perangkat

16

Page 17: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran,

perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-x, kolimator dan detector.

1) Tabung Sinar-x

Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-x sangat mirip dengan

tabung sinar-x konvensional namun perbedaannya terletak pada

kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.

2) Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur membatasi

jumlah sinar-x yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan

kualitas gambaran. Tidak seperti pada pesawat radiografi konvensional,

CT-Scan menggunakan dua buah kolimator. Kolimator pertama diletakkan

pada rumah tabung sinar-x yang disebut pre-pasien kolimator. Dan

kolimator kedua diletakkan diantara pasien dan detector yang disebut pre-

detektor kolimator atau post pasien kolimator.

3) Detektor

Selama eksposi berkas sinar-x (foton) menembus pasien dan

mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah ter-atenuasi

kemudian ditangkap oleh detector. Detector memiliki dua tipe, yaitu

detektor solide state dan detektor isian gas.

b. Couch (Meja Pemeriksaan)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja

ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-x

yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detector.

Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh

pasien selama meja bergerak kedalam gentry.

17

Page 18: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Konsul tersedia dalam beberapa variasi. Model yang lama msih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan

untuk perekaman dan percetakan gambar. Model yang baru sudah memakai

sistem satu konsul dimana banyak memiliki kelebihan dan fungsi. Bagian dari

sistem konsul yaitu: sistem control, sistem pencetak gambar, dan sistem perekam

gambar.

a. Sistem Kontrol

Pada bagian ini petugas dapat nengontrol parameter-parameter yang

berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA,

waktu scanning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain. Juga

dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrolan

fungsi tertentu pada komputer.

b. Sistem Pencetakan Gambar

Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan ke

dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera

multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor dan

memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambar di film dapat mencapai 2-

24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasanya 8x10 inchi atau 14x17 inchi).

c. Sistem Perekaman Gambar

Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data-data pasien yang

telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat.

Gambar 2.5 Gantry dan Couch ( Bontrager, 2001 )

18

Page 19: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Gambar 2.6 Komputer dan console ( Bontrager, 2001 )

4. Parameter CT-Scan

Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal

antara lain:

b. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang

diperiksa. Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan keperluan

klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detai yang

rendah sebakliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detai yang tinggi.

Jika ketebalan meninggi akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi

noise.

c. Range

Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda

pada satu lapangan pemeriksaan.

d. Volume Investigasi

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang

diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir

objek yang akan diiris semakin besar.

e. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaru terhadap eksposi

meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s).

19

Page 20: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Biasanya tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis pada tiap-tiap

pemeriksaan.

f. Filed Of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.

Biasanya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang

kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu mereduksi

ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.

Namun bila ukuran FOV lebih kecil, maka area yang mungkin dibutuhkan

untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

g. Gantry tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan

gentry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat

sampai +25 derajat. penyudutan gentry bertujuan untuk keperluan diagnosa

dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk

mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.

h. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matrikxs adalah deretan baris dari kolom picture elemen

(pixel) dalam pproses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini

merupakan salah satu struktur elemen dalam lemori komputer yang berfungsi

untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks berpengaruh terhadap

resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi

resolusinya.

i. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan

dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar

CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih maka semakin

tinggi resolusi yang gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini

maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat

dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

20

Page 21: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

j. Window Width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang di

konversi menjadi gray levels untuk di tampilkan dalam TV monitor. Setelah

komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks

dan algorithma maka hasilnya akan di konversi menjadi sekala numerik yang

dikenal dengan nama nilai computed tomography.

k. Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk

penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik

pelemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan

densitas gambar.

D. PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA NON KONTRAS

1. Indikasi Pemeriksaan

a. Penyakit bawaan (kelainan kongenital)

b. Kejang

c. Peredaran darah yang tidak normal

d. Tumor

e. Inflamasi

f. Kelainan pada sistem tulang belakang (sistem saraf)

2. Persiapan pemeriksaan

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya melepaskan benda-benda

asesoris yang mengandung logam karena akan menyebabkan artefak dan

memberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan agar pasien dapat

21

Page 22: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

bekerjasama demi kelancaran pemeriksaan. Untuk kenyamanan pasien

mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh

pasien diberi selimut.

b. Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat CT-Scan

2) Dry view (pencetak radiograf)

3) Tabung oksigen

4) Selimut

c. Teknik pemeriksaan

Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi kepala

dekat dengan gantry.

Posisi Objek : kepala fleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala

diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar

dengan lampu indikator longitudinal dan meatus

acusticus externus setinggi lampu indikator horisontal.

Kedua lengan pasien diletakkan di atas perut atau di

samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan, dahi dan

tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan sabuk khusus

pada head holder dan meja pemeriksaan.

d. Scan parameter

Scanogram : kepala lateral

Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosus dan range II

dari pars petrosus sampai vertex.

Slice thickness : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).

22

Page 23: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

FOV : 24 cm

Gantry tilt : sudut gantry tergantung pada besar kecilnya sudut yang

terbentuk oleh orbito meatal line (OML) dengan garis

vertikal.

kV : 120

mA : 130

Reconstruction algorithm : soft tissue

Window width : 0-90 HU (otak supratentorial)

110-160 HU (otak pada fossa posterior)

2000-3000 HU (tulang)

Window level : 40-45 HU (otak supra tentorial)

30-40 HU(otak pada fossa posterior)

200-400 HU (tulang)

e. Indikasi pemeriksaan CT-Scan kepala yaitu:

1) Suspect neoplasma, massa, lesi atau tumor pada otak

2) Metastase pada otak

3) Pendarahan intrakranial

4) Aneurysma

5) Abses

6) Atrofi kepala

7) Posttraumatic abnormalities

8) Acquired atau kelainan kongenital

9) Cidera kepala

10) Stroke

23

Page 24: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Sdr. Y

Umur : 19 Th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Salaman

Pemeriksaan : CT-Scan Kepala

Nomor Foto : 1247

Diagnosa : Cedera Kepala Sedang (CKS)

2. Riwayat Pasien

Pada hari Jum’at, 04 November 2011 Sdr. Y datang ke Instalasi Radiologi

RSUD Tidar Magelang dengan membawa surat rujukan dari RS Lestari Raharja

Magelang untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala dengan klinis Cedera

Kepala Sedang (CKS).

3. Prosedur Pemeriksaan

a. Persiapan alat dan bahan

- Pesawat CT-Scan : Philips Mx8000 Dual

- Pencetak radiograf : Fuji Film Image Dry Pix 7000

- Selimut

- Head holder dan perekat badan

24

Page 25: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

b. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, assesoris yang menempel pada

objek disingkirkan karena dapat mengganggu gambaran radiograf. Dan memberi

penjelasan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan. Untuk kenyamanan

pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh

pasien diberi selimut.

c. Teknik Pemeriksaan

Posisi pasien : Supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala di dekat gantry

Posisi Objek : Kepala fleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala

diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan

lampu indikator longitudinal dan meatus acusticus externus

setinggi lampu indikator horisontal. Kepala difiksasi dengan head

klem. Kedua lengan pasien diletakkan di samping tubuh dan

difiksasi dengan sabuk khusus. Tubuh pasien diberi selimut.

Dengan batas atas pemeriksaan adalah vertex dan batas bawah

basis cranii.

d. Scan Parameter

1) Scanogram

Scanogram : Lateral

Range : 1 range

Slice Thickness : 8 mm

FOV : 350,0 mm

Table height : 158 mm

Gantry tilt : 0,0 degrees

View angle : 90 degrees

Surview length : 279,8 mm

25

Page 26: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

Surview time : 2,8 sec

kV : 120 kV

mA : 30 mA

Kolimasi : 1,00 mm

2) Routine Brain

Scanogram : Axial

Range : 1 range

Slice Thickness : 8 mm

FOV : 250,0 mm

Gantry tilt : -8,0 degrees

Scan angle : 420 degrees

Scan length : 144,0 mm

kV : 120 kV

mAs : 400 mAs/slice

Waktu scan : 1,8 sec

Kolimasi : 2x8 mm

26

Page 27: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

e. Hasil Radiograf

Hasil radiograf CT-Scan kepala

f. Hasil Pemeriksaan

- Tampak garis fraktur linier os frontal dextra

- Tampak lesi hiperdens di daerah lobus frontal bilateral

- Tak tampak midline shifting

- Sulci dan cistern dbn

- Sistema ventrikel dbn

- Cerebellum dan pons tak tampak kelainan

Kesan:

o Fraktur linier frontotemporal dextra

o ICH frontal bilateral

o Pneumocephal lobus frontal dextra

27

Page 28: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

B. PEMBAHASAN

Pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus cedera kepala sedang

(CKS) di RSUD Tidar Magelang dilakukan dengan posisi supine di atas meja

pemeriksaan sehingga Mid Sagital Plane (MSP) kepala sejajar terhadap lampu indikator

longitudinal dan lampu indikator horizontal setinggi Meatus Acusticus Externus (MAE)

sehingga gambaran akan menjadi simetris.

CT-Scan mempunyai beberapa spesifikasi slice antara lain single slice, double

slice, 16 slice, dan 64 slice. Namun demikian, di Instalasi Radiologi RSUD Tidar

Magelang jenis CT-Scan yang digunakan adalah jenis double slice dengan slice

thickness 8 mm, khusus untuk kasus cedera kepala sedang (CKS) ini dalam satu lembar

film berisi 24 slice yang terdiri dari scanogram 1 gambar, 11 slice dalam tampilan bone

untuk melihat kelainan pada tulang kepala, dan 12 slice berikutnya dalam tampilan

brain untuk melihat kelainan pada soft tissue. Pelaksanaan CT-Scan di Instalasi

Radiologi RSUD Tidar Magelang hanya menggunakan 1 range. Hal ini tidak sesuai

dengan teori yang ada yaitu menggunakan 2 range.

Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus cedera kepala sedang (CKS)

ini dilakukan tanpa menggunakan media kontras dikarenakan indikasi untuk

dilaksanakan pemeriksaan CT-Scan kepala menggunakan media kontras yaitu dengan

kasus adanya tumor, infeksi, kelainan vascular, mencari AVM, dan aneurysma.

Dengan demikian, teknik pemeriksaan CT-Scan pada kasus cedera kepala sedang

(CKS) di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Magelang dengan menggunakan slice

thickness 8 mm, 1 range, dan tanpa media kontras sudah dapat untuk menegakkan

diagnosa dengan memperlihatkan kelainan yang diderita pasien yaitu dalam tampilan

bone tampak fraktur linier os frontal dextra dan pada tampilan brain diketahui adanya

pneumocephal lobus frontal dextra dan ICH frontal bilateral.

28

Page 29: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari laporan kasus ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus cedera kepala sedang (CKS) di

Instalasi Radiologi RSUD Tidar Magelang menggunakan slice thickness 8 mm, 1

range, dan tidak menggunakan media kontras.

2. Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala dengan slice thickness 8 mm, 1 range, dan tanpa

menggunakan media kontras sudah cukup memberi informasi diagnosa. Hal ini

dibuktikan dengan sudah terlihatnya kelainan akibat cedera kepala sedang (CKS).

B. Saran

Untuk pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus cedera kepala sebaiknya

menggunakan 2 range.

29

Page 30: LK PKL-3 Ct-scan Kepala Kasus Cks

DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P.W. 1995. Radiographic Positioning and Radiographic Procedures Volume One,

Ninth Edition. St. Louis Missori : Te CV Mosby Company.

Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy Fifth

Edition. St. Louis Missori : The CV Mosby Company.

Pearce, C Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia

Rasad, dkk. 1999. Radiologi Diagnostik,Gaya baru. Jakarta.

Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC : Jakarta.

Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi IV, Buku

Kedokteran EGC: Jakarta.

Tortorici, M, R, 1995, Advanced Radiographic and Angiographic Procedures with an

Introduction to Spealized Imaging, F. A Davis Company, Philadelphia.

30