lita septiani (125040100111103).docx

12
TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI BENIH PROSES PRODUKSI BENIH DAN SYARAT MENJADI PENANGKAR BENIH (Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Manajemen Produksi Benih) Disusun Oleh LITA SEPTIANI 125040100111103 KELAS H JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: lita-septiani-agribisnis

Post on 23-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI BENIHPROSES PRODUKSI BENIH DAN SYARAT MENJADI PENANGKAR BENIH

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Manajemen Produksi Benih)

Disusun OlehLITA SEPTIANI 125040100111103

KELAS H

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015

Page 2: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

1. PROSES SERTIFIKASI BENIH

a. Penangkar Benih

1. Perorangan

2. Badan hokum atau badan usaha milik pemerintah

3. Balai benih

4. Swasta

5. Pihak lain

b. Syarat Menjadi Penangkar Benih

1. Memiliki atau menguasai lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih

padi bermutu

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi benih padi bermutu

3. Mampu memelihara tanaman yang diusahakannya

4. Menguasai atau mempunyai fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih, baik

sendiri maupun kontrak dengan pihak lain

5. Wajib mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturan-peraturan yang diberikan oleh

BPSBTPH Propinsi Jawa Barat

6. Bersedia membayar biaya sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku

c. Prosedur Sertifikasi Benih Padi

Persyaratan areal atau lahan

1. Diusahakan menggunakan lahan bekas tanaman lain atau tanaman bera

2. Bekas varietas yang sama atau varietas lain yang sifat-sifatnya secara fisik

mudah dibedakan

3. Harus memiliki batas-batas yang jelas, baik berupa parit, pematang, jalan

maupun batas-batas lainnya

4. Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan berupa beberapa petak

atau areal yang terpisah-pisah, tetapi tidak lebih dari 10 meter dan tidak

dipisahkan oleh tanaman atau varietas lain

5. Dalam satu unit penagkaran hanya dapat ditanami satu varietas dan satu kelas

benih

Benih yang ditanam

Page 3: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih

Dasar, dan Benih Pokok.

Permohonan sertifikasi

Diajukan maksimal 10 hari sebelum tanam dengan melampirkan 1) Label atau

keterangan sumber benih 2) Sket peta lapangan

Isolasi

Harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter. Bila

terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam

diatur sehingga pembungaan berbeda (  30 hari)

Pemeriksaan lapangan

Penangkar benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan kepada

BPSBTPH Propinsi Jawa Barat selambat-lambatnya 1 minggu sebelum waktu

pemeriksaan.

a) Pemeriksaan pendahuluan 1 minggu sampai dengan sebelum tanam),

pemeriksaan dilakukan terhadap kelengkapan administrasi, kebenaran

batas-batas areal, sejarah lapangan dan sumber benih yang digunakan

b) Pada massa pertanaman membentuk anakan (fase vegetative, 30 HST)

harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi atau (rouging)

terhadap varietas lain atau tipe simpang dan tanaman yang terserang

penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama dilakukan

c) Pada massa pertanaman fase generative (berbunga 30 hari sebelum panen)

harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan

sebelum pemeriksaan lapangan kedua dilakukan

d) Apabila pada pemeriksaan pertama dan kedua tidak memenuhi standar

lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan

satu kali, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan, pertanaman harus di-rouging

terlebih dahulu dan apabila tidak memenuhi standar lapangan maka

sertifikasi tidak bisa dilanjutkan

e) Pada massa pertanaman fase masak (7 hari sebelum panen) harus dilakukan

seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum pemeriksaan

lapangan ketiga dilakukan

f) Hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi (rouging); tipe pertumbuhan,

kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun,

Page 4: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

warna pangkal batang, bentuk dan tipe malai, bentuk gabah, bulu pada

ujung gabah, warna pada ujung gabah, warna gabah dan sudut daun bendera

Pembersihan peralatau atau perlengkapan

Peralatan yang akan digunakan (alat panen atau penabur benih, gerobak, silo,

gudang dan lain-lain) harus bersih dan bebas dari kemungkinan tercampurnya dengan

varietas lain.

Pemerikasaan alat pengolahan

Benih yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah diperiksa

dan disahkan kebersihannya oleh pengawas benih.

Contoh benih untuk pengujian

Contoh benih untuk diuji di laboratorium akan diambil sampelnya dari kelompok

benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih dan pengawas

benih akan mengambil contoh benih atas permintaan penangkar benih.

Pengambilan contoh benih

Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton. Wadah dari setiap kelompok

benih harus disusun rapi agar mempermudah dalam pengambilan contoh benih.

Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau pedoman yang

telah ditetapkan. Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil sampelnya paling

sedikit 700 gram

Label

Massa berlaku label diberikan paling lambat 6 bulan sejak tanggal selesai

pengujian dan paling lama 9 bulan setalah panen. Bila diberi perlakuan khusus, maka

massa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15

bulan dari tanggal panen. Selama massa berlaku label harus diadakan pengujian ulang

untuk pengecekan dan dapat dilabel ulang selama masih memenuhi standar mutu

2. BENIH BERSERTIFIKAT

Sertifikasi benih merupakan proses pemberian sertifikat pada benih tanaman setelah

melalui pemeriksaan lapangan, pengujian dan pengawasan, serta memenuhi persyaratan

untuk diedarkan. Dasar Hukum :

1. Undang-undang No.12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman

2. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 tentang perbenihan tanaman

3. SK Mentan No. 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang sertifikasi pengawasan mutu dan bina

Page 5: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

3. KELOMPOK KELAS BENIH

a. Benih Penjenis

Adalah benih yang diproduksi dan dibawah pengawasan langsusng pemulia tanaman

dan merupakan sumber untuk perbanyakan Benih Dasar (BD/FS), Benih Pokok (BP/SS),

Benih Sebar (ES)

b. Benih Dasar

Adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis yang diproduksi dibawah bimbingan

yang intensif dan pengawasan yang kuat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat

terpelihara. Benih Dasar merupakan sumber kelas Benih Pokok atau Benih Sebar. Benih

Dasar diberi label sertifikasi berwarna putih

c. Benih Pokok

Adalah keturunan dari Benih Penjenis (BS) dan Benih Dasar (BD) yang diproduksi

dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas

memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan serta telah disertifikasi. Benih Pokok

diberi label sertifikasi berwarna ungu.

d. Benih Sebar

Adalah keturunan dari Benih Pokok yang diproduksi oleh instansi atau penangkar

benih yang dipandang mampu sesuai ketetapan Badan Benih Nasional. Benih Sebar

diberi label sertifikasi berwarna biru.

4. STANDAR MUTU BENIH BERSERTIFIKAT

Standar Lapangan

Kelas Benih

Isolasi Varietas lain &

JarakWakt

utipe simpang

(Meter) (Hari) (Max %)Benih Penjenis 2 30 0.0Benih Dasar 2 30 0.0

Benih Pokok 2 30 0.2

Benih Sebar 2 30 0.2Tabel 1. Standar mutu benih bersertifikat pada setiap kelas benih

Page 6: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

Standar Pengujian Laboratorium

Kelas Kadar BenihKotora

nBenih Benih Biji Daya

Benih Air Murni Benih CVLTanama

nGulma

Tumbuh

LainMax %

Min % Max %Max %

Max %Max %

Min %

Penjenis 13.0 99.0 1.0 0.0 0.0 0.0 80.0Dasar 13.0 99.0 1.0 0.0 0.0 0.0 80.0Pokok 13.0 99.0 1.0 0.1 0.1 0.0 80.0Sebar 13.0 98.0 2.0 0.2 0.2 0.0 80.0

Tabel 2. Standar pengujjian laboratorium pada setiap kelas benihBenih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih haruslah satu

kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS

(Foundation Seed/Benih Dasar/BD) atau label putih, maka benih sumbernya haruslah benih

padi kelas BS (Breeder Seed/Benih Penjenis/BS) atau label kuning, sedangkan untuk

memproduksi benih kelas SS (Stock Seed/Benih Pokok/BP) atau label ungu, maka benih

sumbernya boleh Benih Dasar atau boleh juga Benih Penjenis dan untuk memproduksi benih

kelas Benih Sebar/ES/Extension Seed, benih sumbernya boleh benih kelas Benih Pokok atau

Benih Dasar.

5. DISTRIBUSI BENIH

Sistem distribusi benih jagung sebelum tahun 2004: Balitsereal mengirim benih penjenis

(BS) ke Direktorat perbenihan, lalu didistribusikan ke BBI di setiap provinsi. Dari BBI

kemudian diregenerasi menjadi benih dasar (BD), kemudian diperbanyak menjadi benih

pokok (BP) di BBU sebelum didistribusikan ke penangkar. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 1. Sistem distribusi perbenihan di Indonesia, 2004 (Sumber: Margaretha dkk, 2004)

Page 7: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

Dari Gambar 1, terlihat sistem perbenihan yang sangat panjang dimana jika musim

tanam tiba, benih belum/tidak sampai ditempat sehingga petani menggunakan benih dari hasil

panen sebelumnya, bahkan kasus di Sulsel, ada petani yang masih menggunakan benih tahun

90an tanpa ada upaya meregenerasi, dengan demikan produksi yang dicapaipun tidak

maksimum (Margaretha et al. 2004)

Perbaikan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi juga dilakukan,

kemudian disosialisasikan ke kelompok tani. Agar benih yang akan diproduksi dapat

berkembang lebih luas, penangkaran benih diawali dengan kelas benih dasar (BD) untuk

menghasilkan kelas benih pokok (BP). Dengan demikian benih pokok yang dihasilkan masih

bisa dikembangkan lagi menjadi kelas benih sebar (BR) oleh kelompok penangkar tersebut

atau kelompok penangkar lainnya pada musim tanam berikutnya. Untuk jelasnya, dapat

dilihat pada Gambar 2. Sistem distribusi benih yang diperbaharui 2008

Gambar 2 menunjukkan jalur pendistribusian benih yang diperpendek. Benih dari

Balitsereal tidak lagi dikirim ke Direktorat Perbenihan di Pusat/Jakarta, tetapi langsung ke

Penangkaran Benih. Namun, di dalamnya terjadi kerjasama dengan instansi terkait. BBI dan

BBU sebagai perwakilan dari Direktorat Perbenihan yang berdomisili di Provinsi dan

Kabupaten, Diperta sebagai wakil dari pemerintahan setempat dan BPSP sebagai aparat

permerintahan yang mengeluarkan label dan sertifikasi benih, tanda kelayakan/persyaratan

suatu benih.

Page 8: LITA SEPTIANI (125040100111103).docx

TINJAUN PUSTAKA

Anonymous. 2012. http://sahuyun.blogspot.com/2012_05_01_archive.html. Diakses tanggal 17 Maret 2015

Margaretha SL, Rahmawati, Saenong S. 2004. Dampak Penggunaan Benih Unggul terhadap Pendapatan Petani Jagung. Seminar Nasional BPTP Papua-Jayapura. 5-6 Oktober 2004

Margaretha SL, Rahmawati, Saenong S. 2009. Pembentukan Penangkaran Benih untuk Percepatan distribusi Benih Varietas Jagung Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia.