lingkungan dan k3 pertambangan

45
BAB VIII LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN PERIJINAN 8.1 Lingkungan Dalam pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat membahayakan sehingga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif salah satunya kerusakan terhadap lingkungan karena telah merubah Rona Lingkungan Awal, apabila hal tersebut tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan dari ekosistem yang ada di daerah penambangan tersebut. Namun di lain sisi tidak hanya dampak negatif saja yang ditimbulkan, kegiatan penambangan juga memiliki dampak positif yang lebih banyak. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 17 tahun 2001tentang AMDAL Pasal 3, tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen ESDM No.1457K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Perencanaan Tambang II-81

Upload: m-faqih-hidayatulloh

Post on 06-Aug-2015

585 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

contoh pembuatan laporan studi kelayakan pada lingkungan dan K3 Pertambangan

TRANSCRIPT

Page 1: Lingkungan dan K3 Pertambangan

BAB VIII

LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DAN PERIJINAN

8.1 Lingkungan

Dalam pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat

membahayakan sehingga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif salah

satunya kerusakan terhadap lingkungan karena telah merubah Rona Lingkungan

Awal, apabila hal tersebut tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan gangguan

terhadap keseimbangan dari ekosistem yang ada di daerah penambangan tersebut.

Namun di lain sisi tidak hanya dampak negatif saja yang ditimbulkan, kegiatan

penambangan juga memiliki dampak positif yang lebih banyak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 17 tahun 2001tentang

AMDAL Pasal 3, tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen ESDM

No.1457K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan

diBidang Pertambangan dan Energi Pasal 4, dan 5. Maka kegiatan penambangan

PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya berkewajiban untuk menyusun Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL). Hal

ini dikarenakan WIUP pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya 50 Ha dan

direncanakan produksi penambangan pada tahun pertama sekitar 120.000

ton/tahun. Dalam penyusunan laporandisesuai dengan Kepmen LH No. 86 Tahun

2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL.

Oleh karena itu maka perlu dilakukan suatu studi dalam rangka untuk

memperoleh informasi dampak kegiatan penambangan yang disusun dalam

Perencanaan Tambang II-81

Page 2: Lingkungan dan K3 Pertambangan

dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UPL)

Gambar 8.1

Bagan Alur Permohonan AMDAL Dan UKL/UPL

Perencanaan Tambang II-82

UU RI NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANGPERLINDUNGAN DANPENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUPPasal 6

PP RI NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANGANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

HIDUP (Pasal 3)

KEPMEN ESDM NO: 1457 K/28/MEM/2000TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAANLINGKUNGAN DI BIDANG PERTAMBANGAN

DAN ENERGI (Pasal 4, 5)

PERMEN LH NO: 11 TAHUN 2006 TENTANGJENIS USAHA DAN ATAU KEGIATAN YANG

WAJIB DILENGKAPI DENGAN ANALISISMENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

LAMPIRAN I

SUSUN DOKUMEN

AMDAL

KEGIATANWAJIB

AMDAL?

KEGIATANWAJIB

AMDAL?

KEPMEN LH NO: 86 TAHUN 2002 TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN UKL & UPL

YAYA

TidakTidak

PENYUSUNAN UKL DAN UPL

Page 3: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Gambar 8.2

Bagan alir kegiatan penambangan deposit diorit

dan Dampak yang mungkin terjadi

Pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan bertujuan untuk

mengelola dan memantau dampak, terutama dampak negatif yang mungkin akan

Perencanaan Tambang II-83

Potensi Sumber daya deposit diorit

Cadangan Geologi

lokal

Data Komponen Lingkungan

Iklim Mikro Flora Fauna Tanah Kualitas air

AspekTeknis

AspekLingkungan

Lapisan Penutup

PenambanganDeposit Diorit

Pengangkutan Dari Tambang Menuju

Pengolahan

PengolahanDeposit Diorit

Penimbunan & Pemuatan Produk

Dampak Yang Terjadi

Bentang alamSifat fisik & kimia Tanah erosi & sedi-Mentasi & vegetasi

Bentang alamDebuErosi & sedimentasiGetaran

KebisinganDebuVegetasi &

KebisinganDebu

Debu

Page 4: Lingkungan dan K3 Pertambangan

timbul serta mengelola dan memantau kegiatan-kegiatan yang merupakan sumber

dampak.

Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan perlu dilaksanakan agar

dampak negatif yang mungkin akan timbul oleh kegiatan dapat dihindari atau

minimal dapat dikurangi.Rencana kegiatan penambangan deposit diorit akan

berlangsungdiDesa Gunung Gajah. Deposit diorithasil penambangan diangkut

melalui jalan tambang ke tempat pengolahan yang letaknya tidak jauh dari lokasi

penambangan masih dalam satu wilayah IUP

Setiap tahap kegiatan pertambangan deposit diorit menimbulkan dampak

terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi dan budaya.

Sebagaimana diketahui bahwa di bumi terdapat bermacam-macam tumbuhan,

hewan, dan manusia serta mahkluk hidup lainnya yang hidup secara berdampingan

dengan benda-benda yang tidak hidup seperti udara, air, dan tanah. Kesemuanya

itu terdapat dalam satu lingkungan yang disebut lingkungan hidup.

Untuk menjaga dan mengurangi hal-hal yang menimbulkan dampak negatif

terutama pada pengupasan tanah penutup sebaiknya dipisahkan. Tujuannya supaya

pada akhir penambangan (pasca penambangan) tanah tersebut dapat ditimbun

kembali pada lokasi yang telah digali.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan tata

guna lahan, agar lebih effisien, maka lapisan tanah penutup ditimbun pada daerah

sekitar lokasi penambangan yang letaknya masih dalam WIUP agar tidak

mengganggu jalannya operasi penambangan itu sendiri atau dilakukan penimbunan

ke bawah dengan menggunakan bidang luncur.

8.1.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan

8.1.1.1Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di penambangan Diorit di Desa Gunung GajahKecamatan

Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengahseluas 31Ha. Penggunaan lahan yang

terluas adalah untuk operasi penambangan, jalan dan penggunaan lainnya seperti

perkantoran dan gudang tempat genset.

8.1.1.2Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan

a. Pengelolaan Air Limpasan

Perencanaan Tambang II-84

Page 5: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Teknik pengelolaan untuk mengontrol kualitas air limpasan dari areal tambang

dioritPT Bayat Jaya Mandiri dan tempat penimbunan adalah hanya dengan

mengalirkan semua air limpasanke paritan yang dibuat agar tidak mengganggu

penambangan. Air limpasan tidak dikelola lebih lanjut karena air tersebut hanya

dalam jumlah kecil dan tidak mengandung partikel-partikel berbahaya. Pengolahan

batudiorit juga dilakukan dengan cara kering sehingga tidak menimbulkan adanya

air limbah pengolahan.

b. Pengendalian Kualitas Udara

Pengendalian debu dilakukan secara berkala dengan melakukan penyiraman

pada tempat-tempat yang berpotensi menghasilkan debu, baik dari hasil proses

penambangan, pengolahan, pemuatan maupun proses pengangkutan diorit. Pada

lokasi tambang, penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki dengan

kapasitas 20.000 liter. Adapun perencanaan pengendalian penanganan debu pada

PT. BAYAT JAYA MANDIRI. adalah sebagai berikut :

1) Penyiraman jalan tambang secara kontinyu

2) Pembantasan kecepatan kendaraan

3) Penyiraman air disekitar pengolahan

Selain peningkatan kadar debu, kadar gas-gas juga akan meningkat seperti CO,

O3, SO2, NO2, debu atau partikel akibat adanya gas buang dan debu jalan. kadar

kadar debu maksimum 1028 g/Nm3, CO 1147,5 g/Nm3; SO2 0,023 g /

Nm3, O3 4,10 g/Nm3dan NO2 15,28 g/Nm3. Dampak kegiatan tersebut di

atas ke pemukiman penduduk kurang nyata, karena letak pemukiman jauh dari

aktivitas tersebut ( 100 meter). Sedangkan pada kegiatan mobilisasi peralatan

dampak debu hanya berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga

kadar debu akan normal kembali dan berada di bawah baku mutu yang

dipersyaratkan

c. Perlindungan Flora dan Fauna

Upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi kerusakan vegetasi dan

satwa liar meliputi :

Perencanaan Tambang II-85

Page 6: Lingkungan dan K3 Pertambangan

1) Penghijauan pada sebagian lahan terbuka dengan menggunakan jenis-jenis

tanaman cepat tumbuh dan dapat berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap

erosi.

2) Memasang papan larangan berburu fauna yang ada di sekitar lokasi tambang,

jalan angkutan dan pelabuhan sesuai dengan UU RI No.5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

d. Pengelolaan Limbah

Gambar 8.6

Pengelolaan Limbah Tambang

Pengelolaan Limbah adalah merupakan upaya untuk melakukan minimalisasi

limbah, sesuai dengan Kebijakan Lingkungan PT. Bayat Jaya Mandiriyang

menyatakan bahwa ”kita harus melakukan minimalisasi limbah”. Hal ini

dimaksudkan bahwa kita harus menangani, menyimpan dan membuang limbahnya

dengan cara – cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan.

1) Pengelolaan Bahan Kimia, tujuannya adalah untuk mengawasi dan mengurangi

jumlah keseluruhan bahan kimia yang digunakan di lokasi.

2) Program pengumpulan dan pembuangan limbah, bertujuan untuk

mengidentifikasi, menghitung dan mengakumulasikan limbah yang dihasilkan

dan bagaimana permasalahan pembuangan limbah dapat terdata dengan baik,

seperti Oli bekas,Limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya seperti :gemuk

Perencanaan Tambang II-86

a). Tempat Penampungan Oli di Sekitar Tambang

b). Tempat penumpukan / penimbunan sebelum diantar ke pabrik pengolah limbah.

Page 7: Lingkungan dan K3 Pertambangan

(grease), aki (accu) bekas, air aki (accu), dan bahan kimia lain ),Limbah tidak

berbahaya dan tidak beracun (seperti : Ban bekas, kertas bekas fotocopy, besi

tua dan Sampah Organik dan Anorganik.

3) Program Kemasyarakatan

Pengembangan perusahaan saat ini harus berpijak dan dilandaskan terhadap

pemahaman yang berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan

(sustainabledevelopment) dengan tiga sendi utama yang mengokohkan terdiri dari

pertumbuhan ekonomi, kinerja lingkungandan tanggungjawab sosial.

Secara garis besar program tersebut meliputi bidang-bidang:

(a) Bidang Infrastruktur, antara lain meliputi:

(1) Pembangunan jalan desa, jembatan, parit,

(2) Pembangunan/renovasi kantor desa, masjid, mushola,dan sekolah

(b) Bidang Ekonomi, antara lain meliputi:

(1) Dana bergulir (revolving fund)

(c) Bidang sosial, antara lain meliputi:

(1) Posyandu dan penyuluhan kesehatan, beasiswa

(2) Bantuan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan peringatan keagamaan

8.1.2Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

8.1.2.1Pemantauan Kualitas Air Permukaan

Pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas strategi

pengelolaan air dalam mencegah terjadinya pencemaran air permukaan dan daya

guna program pengelolaan lingkungan, di dalam upaya meminimalisasi perubahan

kualitas air yang berdampak terhadap lingkungan dan kualitas air permukaan

sehingga langkah-langkah perbaikan dan pencegahan dapat diambil jika

diperlukan.

Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung (insitu) dengan parameter

seperti temperatur, pH, konduktivitas, turbiditi, Disolved Oxygent (DO) dan

Salinitas. Untuk parameter lainnya seperti Total Suspended Solid (TSS), Total

Disolved Solid (TDS), Biological Oxygent Demand (BOD), Chemical Oxygent

Demand (COD), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3),

Perencanaan Tambang II-87

Page 8: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Sulfat (SO4) dan minyak diambil sampelnya dan selanjutnya dianalisis di

laboratorium. Metode dan peralatannya mengacu pada UPL yang disetujui dan

Standar Nasional Indonesia (SNI). Lokasi pemantauan kualitas air dilakukan pada

outlet kolam pengendap. Hasil pengukuran kualitas air permukaan disebandingkan

dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 dan Kepmen LH No.3

tahun 1998 dapat dilihat pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2

Baku mutu limbah cair bagi kawasan industri

ParmeterKadar Maksimum

(mg/l)

Beban Pencemaran Maksimum

(kg/hari.Ha)

BOD 50 4.3

COD 100 8.6

TSS 200 17.2

PH 6.0 – 9.0

Debit Limbah Cair Maksimum

1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai

Sumber :Menteri Lembaga Lingkungn Hidup no :03/MNLH/1998

PemantauanKualitas air pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI ada pada tiga

titik pemantuan yaitu SP1 terletak disekitar pengolahan, SP2 terletak pada areal

penambangan Diorit dan SP3 terletak disekitar penimbunan Stockpile. Pemantauan

dilakukan setiap 6 bulan sekali namun dalam pengontrolannya dilakukan berkala

perbulan.

8.1.2.2Pemantauan Debu

Pemantauan debu pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI.dilakukan setiap dua

minggu sekali di sekitar tambang, jalan akses ke lokasi dan persimpangan jalan.

Baku mutu kualitas terdapat pada tabel 8.3.

Adapun hasil pemantauan yang dilakukan PT. BAYAT JAYA

MANDIRI.pada tiga titik utama adalah sebagai berikut QU-1 lokasi yang diamati

pada sekitar areal penambangan, QU-2 pada areal pengolahan dan QU-3 pada

Perencanaan Tambang II-88

Page 9: Lingkungan dan K3 Pertambangan

lokasi persimpangan jalan yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk

yang terlihat pada table 8.4.

Tabel 8.3.

Baku Mutu Kualitas Udara

SK Gub. Propinsi DIY no. 153 th 2002

Tabel 8.4.

Hasil Pemantauan Kualitas Udara

No. Parameter Satuan

Termi-

nologi

Waktu

Stasiun PengamatanBaku

MutuQU-1 QU-2 QU-3

1Kecepatan

Anginm/det - 0.02-1.5 0.03-4.3 0.02-2.9 -

2 Arah Angin - - T-B T-B B-T -

3 Suhu 0C -22.0-

33.7

22.3-

33.1

22.3-

32.4-

4 Kelembaban % - 64-96 62-95 76-97 -

5 Cuaca - - Cerah Cerah Cerah -

Hasil Analisa

1 Debu gr/m3 1 jam 104,48 528,55 3151,34 230

2 SO2 gr/m3 1 jam 61,05 71,53 96,15 900

3 NO2 gr/m3 1 jam 44,20 14,62 14,61 400

4 CO2 gr/m3 1 jam Ttd 35,27 35,09 30,000

8.1.2.3Pemantauan Kebisingan

Perencanaan Tambang II-89

No. Parameter Waktu PengukuranBaku Mutu

gr/m3

Analisa

1 O3 1 jam 235

2 SO2 1 jam 900

3 NO2 1 jam 400

4 CO2 1 jam 30,000

5 Debu 1 jam 230

Page 10: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Pengukuran tingkat kebisingan secara langsung harus menggunakan Sound

Level Meteryang memenuhi persyaratan standard nasioanl (SNI). Sesuai dengan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/II/1996.

Dengan mengikuti petunjuk pengukuran seperti yang dianjurkan pada Baku Mutu

yang digunakan, diperoleh hasil pemantauan tingkat kebisingan pada kawasan

industri seperti pada Tabel 8.5.Pengamatan dilakukan pada areal sekitar

penambangan (QB-1), Jalan akses ke areal penambangan (QB-3) dan pada pabrik

pengolahan diorit (QB-3). Dari hasil pengukuran dan perbandingan dengan Baku

Mutu, dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan pada daerah penambangan diorit

dan jalan akses ke tambang telah melebihi baku mutu yang disyaratkan (pada tabel

8.6). Hal ini disebabkan adanya kegiatan operasi alat-alat berat (excavator, dump

truck, dan peralatan pengolahan) pada daerah tersebut.

Tabel 8.5.

Standar Nasional Baku Mutu Tingkat Kebisingan

Tabel 8.6.

Hasil Pemantauan Kebisingan di Lingkungan Tambang

Perencanaan Tambang II-90

No Peruntukan KawasanBaku Mutu

(dBA)

1. Perumahan dan pemukiman 55

2 Perdagangan dan jasa 70

3 Perkantoran dan perdagangan 65

4 Ruang terbuka hijau 50

5 Industri 70

6 Pemrintahan dan Fasilitas Umum 60

7 Rekreasi 70

8 Khusus :

Bandara Udara *

Stasiun Kereta Api*

Pelabuhan laut 70

Cagar Budaya 60

*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

Page 11: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Kode Lokasi Tingkat Kebisingan (dBA) Baku Mutu

QB-1 Sekitar Tambang 77,32 70

QB-2 Jalan Akses ke Tambang 73,01 70

QB-3 Pengolahan 79,13 70

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan berupa

peningkatan daerah jalur hijau dan perbaikan alat/unit yang berpotensial

menimbulkan kebisingan,serta pnggunaan alat yang telah lolos uji

kelayakan,sehingga kondisinya benar-benar prima.

8.1.2.4Pemantauan Flora dan Fauna Darat

Pemantauan flora dan fauna bertujuan untuk mengetahui rona awal

lingkungan flora dan fauna serta perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

kegiatan usaha penambangan.Lokasi pengamatan dapat dibagi menjadi 2 bagian

yaitu di daerah tambang dan daerah di luar tambang. Hasil pengamatan flora dan

fauna yang teramati di lokasi quarry.

Tabel 8.7

Jenis Fauna yang Teramati di Lingkungan Tambang

No. Nama Indonesia Nama Latin

1 Aves

Pipit Lonchura leucogasta

Perkutut geophilia stiata

Tinjau Copsychus saularis

2 Mamalia

Tupai/Bajing Glypholes simus

3 Reptilia

Kadal Mabouya fasciculate

Ular Xenopeltis unicolor

4 Serangga

Belalang Agriacris tricristata

Tabel 8.8

Jenis Flora Yang Teramati di Lingkungan Tambang

Perencanaan Tambang II-91

Page 12: Lingkungan dan K3 Pertambangan

No. Nama Indonesia Nama Latin

1. Jati Tectona grandis

2 Akasia Acacia villosa

3 Kelapa Cocos nucifera

4 Nangka Artocarpus heterophyllus

5 Singkong Manihot esculenta

6 Jambu monyet Anacardium occidentale

7 Pisang Musa acuminata

9 Mahoni Swietenia mahogany

8.1.2.5Pemantauan Limbah Workshop

Pengelolaan lingkungan bengkel adalah upaya untuk mengelola lingkungan

bengkel agar limbah tidak mencemari lingkungan.

Pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. menetapkan bahwa :

a. Semua workshop dan tempat pencucian kendaraan harus mempunyai

tempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap).

b. Sekeliling bengkel harus dilengkapi dengan saluran pembuangan

yang mengalirkan air ketempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap).

c. Semua lokasi penampungan dalam jumlah besar dan penampungan

bahan hidrokarbon harus mempunyai tanggul penampung yang sesui.

d. Semua pipa yang menyalurkan bahan hidrokarbon harus dilengkapi

dengan tempat penampungan jika terjadi kebocoran.

e. tempat penyimpanan bahan hidrokarbon harus aman dari kerusakan

yang disebabkan oleh alat berat dan kendaraan kecil serta adanya petunjuk –

petunjuk yang jelas mengenai keselamatan kerja, kapasitas tempat

penyimpanan dan jenis bahan hidrokarbonnya.

f. Semua lokasi pengisian pengisian bahan bakar harus dilengkapi

dengan tempat penampungan jika ada yang tercecer atau tertumpah

g. Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penghisap tumpahan

atau roller

h. Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penanggulangan

tumpahan

Perencanaan Tambang II-92

Page 13: Lingkungan dan K3 Pertambangan

i. Oil dan grease dan sejenisnya dari perbaikan alat berat dan ringan

harus ditampung.

Pemantauan pada limbah Workshop didasarkan pada kesigapan dan kesiagaan

terhadap ceceran, maka para karyawan dan petugas pemantau :

1) Kenali bahan ceceran yang terjadi dan hubungi bagian environmental.

2) Hentikan sumber ceceran bila mugkin diakukan dan hubungi penanggung

jawab area (superveysor)

3) Identifikasi ceceran tampung dan bersihkan serta buat investigasi insiden

atu laporan ketidaksesuaian terlihat pada Lampiran Sistem Manajemen

K3LH

Adapun peralatan dan bahan untuk penanganan ceceran adalah sebagai berikut :

(a) Absorban adalah untuk menyerap ceceran atau tumpahan berupa oil

biasanya digunakan pada ceceran yang terjadi di air pada sungai

(b) Serbuk gergaji dan pasir untuk penanganan ceceran di tanah biasanya pada

lingkungan workshop.

Tabel 8.9

Ringkasan UKL & UPL

kegiatan penambangan deposit diorit pada tahap persiapan

Tahap

KegiatanDampak UKL UPL

Pembebasan

Lahan

- Konflik

Sosial

- Musyawara

h mengenai ganti

rugi.

- Membentuk

Tim dalam

pembebasan

lahan.

- Mengumum

kan hasil

inventarisasi.

- Melakukan

pengamatan langsung

di lapangan.

Perencanaan Tambang II-93

Page 14: Lingkungan dan K3 Pertambangan

- Memberika

n uang

kompensasi.

- Pemasangan

patok lokasi

yang telah

dibebaskan.

Tahap

KegiatanDampak UKL UPL

Penerimaan

Tenaga Kerja

- Terbuka

nya

Kesempatan

Kerja.

- Peningk

atan

Pendapatan

Masyarakat.

- Kecemb

uruan Sosial.

- Mempriorita

skan penerimaan

tenaga kerja

local

- Memberika

n gaji sesuai

dengan tingkat

pendidikan dan

keterampilan

serta jabatannya.

- Memberika

n pengumuman

bahwa akan ada

penerimaan

tenaga kerja.

- Melakukan

pencatatan dan

pengecekan secara

langsung pada saat

penerimaan karyawan.

- Pengamatan

langsung dilapangan

dan wawancara

mengenai standarisasi

gaji karyawan.

Perencanaan Tambang II-94

Page 15: Lingkungan dan K3 Pertambangan

- Mengumum

kan hasil

penerimaan

tenaga kerja

secara

transparan.

- Menerima

tenaga kerja

pendatang hanya

untuk posisi

tertentu.

- Melakukan

wawancara kepada

masyarakat terhadap

sistem penerimaan

tenaga kerja.

Tahap

KegiatanDampak UKL UPL

Mobilisasi

Peralatan

- Terjadiny

a penurunan

kualitas udara

- Pemeliharaan

dan parawatan

alat-alat berat

- Melakukan

penghijauan

- Mengatur

kecepatan

kendaraan

pengangkut

- Melakukan

pengerasan jalan

- Pengambilan

sampling kualitas udara

(pengukuran debu)

- Analisis data

pengukuran debu dan

hasilnya dibandingkan

dengan angka baku

mutu lingkungan

Perencanaan Tambang II-95

Page 16: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Pembangunan

Sarana &

Prasarana

- Terbuka

nya

Kesempatan

Kerja.

- Memberika

n kesempatan

kepada lembaga-

lembaga usaha

dan

perekonomian

masyarakat yang

telah ada untuk

berpartisipasi

- Melakukan

pencatatan dan

pengecekan tentang

jenis-jenis usaha apa

yang berkembang

dimasyarakat

Pembersihan

Lahan

- Degrada

si Vegetasi

dan

Bekurangnya

Populasi

Satwa

- Melakukan

pembatasan

dalam

pelaksanaan

pembukaan

lahan.

- Melakukan

pengamatan langsung

dilapangan terhadap

kegiatan pembersihan

lahan yang dilakukan.

Tahap

KegiatanDampak UKL UPL

1 2 3 4

Pengupasan

Tanah Pucuk

-

Kualitas Air - M

elakukan ke-

giatan pengupas-

an tanah pucuk

pada musim ke-

marau.

- M

elakukan kegi-

atan pengupasan

- Membandingka

n hasil analisa dari kualitas

air permukaan dengan baku

mutu air yang telah

ditetapkan.

Perencanaan Tambang II-96

Page 17: Lingkungan dan K3 Pertambangan

-

Erosi

tanah pucuk se-

suai dengan arah

kemajuan pe-

nambangan.

- Se

gera melaku-kan

revegetasi lahan

dengan ta-naman

penutup dan

tanaman yang

cepat tum-buh

- Pengamatan

langsung di lapangan.

Pemindahan

Tanah

Penutup

-

kualitas air

tanah

-

Erosi

- M

embuat parit

disekeliling lo-

kasi penimbun-

an tanah pucuk

untuk menya-

lurkan larian air

permukaan.

- M

elakukan kegi-

atan pengupasan

dan penimbunan

tanah pucuk se-

suai dengan arah

kemajuan pe-

nambangan.

- Melakukan

pengambilan sampling air

lim-bah dari buang-an /

outlet kolam pengendapan

dan dianalisis di la-

boratorium.

- Pengamatan

langsung di la-pangan dan

penggunaan tongkat

penduga.

Perencanaan Tambang II-97

Page 18: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Penambangan

Deposit diorit

-

kualitas

udara.

-

kebisingan.

- M

elakukan

pengerasan jalan

dengan agregat

khusus.

- M

elakukan

pemeliharaan

dan perawatan

(servis) alat-alat

secara teratur

dan berkala.

- Melakukan

pengambilan sampling

kualitas udara (pengukur-an

debu) lang-sung di

lapangan dengan alat High

Volume Sampler Method

yang melibatkan pihak

ketiga yang telah

terakreditas da-lam

kegiatan pengambilan

sampling.

- Membandingka

n hasil pengukuran tingkat

kebisingan dengan baku mutu

lingkungan yang telah

ditetapkan oleh Surat Kepu-

tusan Menaker No Kep.

51/MEN/1999 sebesar 85

dB(A) untuk lingkungan

kerja dengan nilai toleransi +

3 dB(A).

8.1.3 Rehabilitasi Lahan

Perencanaan Tambang II-98

Page 19: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Rencana reklamasi dimaksudkan untuk mengembalikan tanah tanah dari

status wilayah yang telah mengalami kerusakan untuk dikembalikan fungsinya.

Reklamasi merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau

mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Usaha ini harus dilakukan oleh setiap perusahan (pengusaha pertambangan) sesuai

dengan peraturan pemerintah yang berlaku.

Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas

tambang apabila tanpa perencanaan dengan baik, kesulitan itu antara lain :

a. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga

pelaksanaan pengambilan tanah lapisan atas tanpa tanah humus.

b. Dilakukan dengan tuntas sehingga terdapat bekas ssdaerah tambang

dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena ada sebagian tanah galian

masih tersisa.

c. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.

Setelah keluarnya Undang – undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup serta pedoman kerjanya berupa surat keputusan Direktorat

Jendral Pertambangan Umum Tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap

gangguan dan pecemaran sebagai akibat usaha pertambangan, yaitu dengan jalan

memasukan dalam rencana kerja pertambangan yang bersangkutan.

Beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi dari kegiatan

pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Ketiga faktor ini

saling mempengaruhi, bukan hanya diluar pertambangan dan akan mengalami

hambatan dalam kelancaran operasionalnya.Rekalamasi di daerah bekas

penambangan dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah penutup ke bekas

daerah penambangan, kemudian dilakukan penanaman tumbuhan untuk

mengembalikan kestabilan tanah dan kesuburannya, sehingga dapat ditanami

tanaman produktif bagi penduduk setempat.

Daerah penimbunan tanah penutup merupakan daerah yang rawan terhadap

pengaruh air hujan. Karena daerah tersebut terbuka, dimana kemungkinan

pengikisan oleh air tinggi dan ketidak mantapan lereng akan terjadi, oleh karena itu

Perencanaan Tambang II-99

Page 20: Lingkungan dan K3 Pertambangan

untuk menanggulangi dampak tersebut segera dilakukan reklamasi dan rehabilitasi

sampai tuntas terhadap daerah bekas tambang, kegiatan tersebut antara lain :

1) Tahap persiapan

Persiapan lahan dilakukan pada daerah penimbunan tanah penutup yang

hendak dilakukan reboisasi lahan sebagai usaha pemulihan daerah tambang.

Pekerjaan persiapan lahan meliputi penyusunan struktur tanah dan perataan lahan

dengan mengoperasikan bulldozer. Persiapan lahan dijadwalkan setelah pekerjaan

dengan backhoe yang telah digunakan untuk pengupasan tanah penutup. Pekerjaan

ini merupakan tahap lanjut dari pengupasan tanah penutup dan penimbunannya.

Perataan lahan disesuaikan dengan sistem reboisasi lahan.

2) Tahap penanaman kembali

Lahan yang telah dipersiapkan ditanami dengan tanaman pohon sengon dan

pada musim hujan lahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai ladang

maupun sawah.

Pertimbangan penanaman jenis pohon sengon adalah :

a) Tanaman mempunyai daya tahan beradaptasi yang tinggi dengan

baik serta cocok dengan tanah lokasi.

b) Tanaman ini pertumbuhannya cepat, tinggi dan rindang sehingga

dapat melindungi permukaan tanah dari air hujan.

c) Harga tanaman ini relatif rendah dibandingkan dengan jati.

Adapun tanaman yang lain, yang akan ditanam pada jenjang akhir

penambangan adalah runput gajah. Jenis tanaman ini dipilih karena tingkat

pertumbuhannya relatif cepat dan tanaman jenis ini mampu menahan terhadap

runtuhan depositan yang mungkin terjadi.

8.2 Kesehatan dan keselamatan kerja

Hal yang patut untuk diutamakan dalam setiap pekerjaan khususnya dalam

pertambangan adalah keselamatan dan kesehatan kerja mengingat bahwa kegiatan

penambangan ini memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam kaitannya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

a. Prosedur kerja

Perencanaan Tambang II-100

Page 21: Lingkungan dan K3 Pertambangan

b. Pengecekan kestabilan lereng

c. Peralatan pendukung keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

helm pengaman, sepatu lapangan, kaca mata pengaman, penutup telinga,

masker dan peralatan lain yang penting.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk

mencegah terjadinya musibah kecelakaan atau penyakit akibat kerja dalam usaha

pertambangan. Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja, karena usaha keselamatan dan kesehatan kerja

diarahkan untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan.

Untuk dapat memahami dengan baik tentang konsep kecelakaan kerja maka

manajemen dituntut memahami sumber penyebab terjadinya kecelakaan. Dalam

kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, sebab kecelakaan dapat

bersumber dari empat kelompok besar yaitu

1) Faktor lingkungan

Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik di tempat kerja yang meliputi :

a) Keadaan lingkungan kerja

b) Kondisi proses produksi

2) Faktor alat kerja

Dimana bahaya dapat bersumber dari peralatan dan bangunan tempat kerja

yang salah rancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadi kerusakan yang

diakibatkan oleh salah rancang. Kecelakaan bisa disebabkan oleh bahan baku

produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam

penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.

3) Faktor manusia

Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia di dalam

malakukan pekerjaan, meliputi :

a) Kurang pengetuhuan dan keterampilan dalam bidang kerjanya maupun

dalam bidang keselamatan kerja

b) Kurang mampu secara fisik (cacat atau kondisi yang lemah) atau mental

c) Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja

Perencanaan Tambang II-101

Page 22: Lingkungan dan K3 Pertambangan

d) Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman, bahaya yang

ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang sebagian besar

disebabkan tidak menaaati prosedur kerja.

4) Kelemahan sisitem manajemen

Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari

pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah keselamatan dan

kesehatan kerja, meliputi :

a) Sikap manajemen yang tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja

b) Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas

c) Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan yang kurang baik

d) Tidak adanya standar atau kode keselamatan dan kesehatan kerja yang

dapat diandalkan

e) Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan

pelimpahan wewenang bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara

jelas

f) Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi

Kelemahan sistem manajemen ini memiliki peranan yang sangat besar sebagai

penyebab kecelakaan, karena sistem yang mengatur ketiga unsur produksi

(manusia, peralatan, tempat kerja). Ketimpangan yang terjadi pada sistem

manajemen akan menimbulkan ketimpangan pada ketiga unsur sistem produksi

yang lain. Sehingga sering dikatankan bahwa kecelakaan merupakan manifestasi

dari adaanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi

penyebab timbulnya masalah dalam proses produksi.

Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah Keselamatan dan

Kesehatan Kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep penyebab akibat

kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan penyebab, dan mengurangi akibat

kecelakaan.

Upaya ini dilandasi dengan kenyataan bahwa suatu kecelakaan terjadi bila

adanya bahaya tidak dapat terkendali dan penanganan bahaya akan lebih mudah

Perencanaan Tambang II-102

Page 23: Lingkungan dan K3 Pertambangan

External & Internal Audit Komite K3

Kepala Teknik Tambang

Pengawas Teknis

Program K3

bila dilakukan sejak tahap awal. Demikian pula terhadap akibat yang terjadi dapat

ditekan seminimal mungkin.

8.2.1 Organisasi

Penanganan K-3 marupakan tanggung jawab Divisi Keselamatan Kerja yang

langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang atau Manajer

Tambang lihat pada struktur organisasi.

Gambar 8.9

Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja

8.2.2 Program Kesehatan, Keselamatan Kerja

Perencanaan Tambang II-103

Page 24: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Program keselamatan, kesehatan kerja yang direncanakan pada PT. BAYAT

JAYA MANDIRI.disesuai dengan Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982

(pelayanan kesehatan kerja). Dimana penyelenggaraan pelayanaan kesehatan kerja

langsung dilaksanakan oleh perusahaan dengan membangun sarana dan prasarana

kesehatan berupa Poliklinik selain itu juga perusahaan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan bekerjasama dengan Jamsostek.

Adapun pelayanan yang didapat oleh tenaga kerja adalah :

1) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

2) Pembinaan dan pengawasan Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja

3) Pembinaan dan pengawasan Lingkungan Kerja

4) Pembinaan dan pengawasan sanitasi air

5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja

6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum

7) P3K dan Latihan Petugas P3K

8) Perencanaan tempat kerja , APD, gizi, dan penyelenggaraan makanan di tempat

kerja.

9) Rehabilitasi akibat Kecelakaan

10) Laporan berkala.

PT. BAYAT JAYA MANDIRI. juga mewajibkan bagi semua karyawanya

untuk memeriksakan dirinya setiap 1 bulan sekali, dan hasilnya akan dilaporkan

pada manajemen perusahaan. Selain program kesehatan kerja, manajemen PT.

BAYAT JAYA MANDIRI. juga merencanakan program Keselamatan Kerjayaitu

Seluruh anggota manajemen perusahaan dan staf pada tingkat Supervisor

bertanggung jawab dalam menjamin adanya keamanan dalam kegiatan perusahaan

dan adanya perlakuan dan perawatan yang memadai kepada semua pemilik

perusahaan yang berada dalam areal tanggung jawab mereka dan mengetahui serta

mengenal secara mendalam prosedur pengawasan kecelakaan.

Adapun peraturan yang direncanakan untuk karyawan sebagai berikut :

1) Dengan segera melaporkan kepada supervisor jika :

a) Segala jenis barang/benda maupun situasi yang mempunyai resiko atau

potensi tinggi sebagai penyebab kecelakaan kerja

Perencanaan Tambang II-104

Page 25: Lingkungan dan K3 Pertambangan

b) Ada yang terluka baik ringan maupun berat agar dapat dengan segera

diberi pertolongan pertama

c) Rekan kerja Sakit

d) Tidak yakin apakah suatu pekerjaan yang anda lakukan termasuk aman

atau tidak, anda diharapkan agar berkonsultasi dengan Supervisor.

2) Setiap Karyawan diharuskan :

a) Mengenakanpakaian kerja dan peralatan kerja yang disediakan

perusahaan untuk melindungi keselamatan pribadi.

b) Mematuhi segala jenis rambu-rambu peringatan

c) Bahan-bahan kimiawi yang bebahaya haruslah ditangani oleh karyawan

yang telah ditunjuk perusahaan

d) Bila beban yang anda angkat terlihat agak berat, segeralah minta bantuan

orang lain atau gunakan alat bantu angkat. Sebelum mengangkat beban

apapun, bacalah terlebih dahulu prosedur Penanganan Secara Manual.

3) Setiap karyawan harus menjaga kebersihan :

a) Daerah kerja dan tempat penyimpanan milik pribadi (locker).

b) Tempat-tempat yang berminyak/basah maupun benda-benda yang terkena

tumpahan minyak.

c) Tempat yang menjadi tempat jalan utama agar setiap saat senantiasa

dijaga kebersihannya.

d) Setiap peralatan yang telah selesai dipergunakan agar segera dibersihkan

dan dikembalikan ke tempatnya semula.

4) Hal-hal tentang larangan :

a) Tidak boleh bercanda selama bekerja

b) Semua peraturan tentang dilarang merokok haruslah dipatuhi

c) Dilarang mengoperasikan semua jenis mesin, peralatan, kendaraan bila

tidak dilengkapi dengan ijin (SIMPER), pengamanan, Alat Pelindung Diri

yang benar atau bila peralatan tersebut tidak dapat bekerja secara efektif.

d) Cairan yang mengandung bahan kimiawi, ataupun obat-obatan yang

bukan berasal dari resep seorang petugas medis

e) Dilarang membuat api di tempat terbuka.

Perencanaan Tambang II-105

Page 26: Lingkungan dan K3 Pertambangan

f)Dilarang meninggalkan peralatan kerja dalam kondisi membahayakan.

g) Dilarang meninggalkan pekerjaan sebelum selesai tanpa seijin Supervisor

atau Manajernya.

Untuk membantu perusahaan dalam memenuhi komitmennya terhadap

kesehatan dan keselamatan bagi karyawannya, Safety Koordinatorsangat diperlukan

keberadaannya.Dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Pasal 24 dan

29, seorang petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mendapatkan

pelatihan dan memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan

persyaratan yang berlaku untuk memiliki pengetahuan mengenai kondisi-kondisi di

tempat kerja dan kelompok tempat kerja di mana dia akan ditugaskan.

Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang Safety Koordinator atau Representative

tersebut mempunyai tugas-tugas dan kewenangan yang meliputi hal-hal sebagai

berikut:

(1) Membantu dan melayani karyawan dalam hal kebutuhan akan keselamatan

dan kesehatan kerja.

(2) Merekomendasikan setiap tindakan yang berhubungan erat dengan masalah-

masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi karyawan yang berada dalam

area kerjanya.

(3) Berpartisipasi dalam segala konsultasi tentang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja baik dengan manajemen maupun dengan pimpinan.

(4) Menjalankan fungsinya sebagai seorang koordinator dan menerima training.

(5) Kekuatan dan kekuasaan seorang safety koordinator hanya dalam batas area

yang telah ditentukan sebagai daerah yang menjadi tanggungjawabnya.

(6) Melakukan inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lingkungan kerja.

(7) Melaksanakan penyelidikan terhadap para karyawan tentang permasalahan

yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

(8) Menghadiri setiap rapat komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja di mana ia

menjadi salah satu anggotanya, atau rapat lain yang membahas masalah yang

berhubungan dengan keselamatan kesehatan sesuai permintaan dan kebijakan

dari manajemen.

Perencanaan Tambang II-106

Page 27: Lingkungan dan K3 Pertambangan

8.2.3Peralatan

Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai

lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan diorit

adalah seperti terlihat pada tabel 8.10.

Tabel 8.10

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No LokasiPeralatan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

1 Tambang a) Helm pengaman

b) Sepatu pengaman

c) Sarung tangan

d) Alat pemadam api

2 Instalasi pemotongan

ukuran deposit diorit

a) Helm pengaman

b) Sepatu pengaman

c) Sarung tangan kulit

d) Masker debu

e) earplug

f) Kacamata pelindung

g) Alat pemadan kebakaran

h) Perlengkapan P3K

3 Gudang suku cadang a) Helm pengaman

b) Sepatu pengaman

c) Sarung tangan kuli

d) Perlengkapan P3K

e) Alat pemadam kebakaran

8.2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3

pertambangan adalah seperti terlihat pada tabel 8.11.

Tabel 8.11

Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

No Kegiatan Uraian

1 Patroli

keamanan

a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk mengantisipasi

kekurangan dan kondisi yang tidak aman

Perencanaan Tambang II-107

Page 28: Lingkungan dan K3 Pertambangan

b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan

peringatan jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan

peraturan K-3

c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari pelanggar

peraturan

d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40 km/jamdan kendaraan

personil ≤ 60 km/jam

2 Inspeksi

keamanan

a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris

b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi

c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel

d. Cek kondisi dan penataan dari gedung

e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi kerja

3 Diskusi masalah

keselamatan

a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja

b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor

realisasi dari diskusi pagi

4 Kampanye

keselamatan

a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap

tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan

pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan

b. Evaluasi kontes keselamatan

5 Pelindung

keamanan

a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri

b. Melengkapi kekurangan

c. Memonitor pemakaian

d. Cek ddan lengkapi pelindungan keselamatan pada alat-alat

e. Cek dan lengkapi rambu-rambu

6 Pemilihan

operatorCek jenis peralatan

7 Laporan

keselamatan

a. Laporan kecelakaan

Perencanaan Tambang II-108

Page 29: Lingkungan dan K3 Pertambangan

kerja b. Laporan bulanan

c. Laporan pelatihan

8.3 Perizinan Pertambangan

Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 1

bahan galian dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Pertambangan Mineral

b. Pertambangan Batubara

Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 2

pertambangan mineral sebagai mana dimaksud pada ayat 1,terdiri atas

a. Pertambangan mineral Radioaktif

b. Pertambangan mineral Logam

c. Pertambangan mineral bukan Logam ; dan

d. Pertambangan batuan

Pada perencanaan penambangan dioritdi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat,

Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah . Untuk dapat melakukan tahap–tahap dalam

pertambangan, sebelumnya harus mendapatkan beberapa perijinan menurut

ketentuan yang berlaku di daerah tersebut. Penambangan diorit yang dilakukan

PT. BAYAT JAYA MANDIRI.memerlukan izin yang diajukan kepada Bupati

sesuai UU RI no 32 Tahun 2009 pasal 36 yang berupaIjin Usaha Penambangn

(IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha pertambangan

`di daerah desaGunung Gajah.

Masing – masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda,

namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. IUP diajukan kepadaBupati Kabupaten Klaten

b. Membuat sketsa daerah penambangan

Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang

ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari tanah

tersebut.

c. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan

Perencanaan Tambang II-109

Page 30: Lingkungan dan K3 Pertambangan

Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan Bayat

maupun di kepala desaGunung Gajah. Data-data yang dimaksudkan meliputi data

monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah

penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data

jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan apa

saja yang digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut.

d. Pengisian formulir pengajuan IUP

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang

diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.

e. Pengajuan surat permohonan IUP

Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi maka surat

dapatdiajukan kepada Bupati Kabupaten Klaten.Setelah tahap tersebut

dilaksanakan dan semuasyarat- syarat IUP diatur dengan PP no. 23 tahun 2010,

tentang pelaksanaan UU No 4 tahun 2009 tentang ketentuan- ketentuan Pokok

Pertambangan.Juga mendasarkan padaKep.Gub JTG No. 188.3/01/1996 ttg

JUKLAT PERDA 4/1994Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :

1. Peta lampiran

2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank

3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang

salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang

pertambangan

4. Surat pernyataan kesanggupanUKL-UPL

Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT.

BAYAT JAYA MANDIRI.telah sesuai prosedur secara administratif untuk

menjalankan kegiatan pertambangandi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat,

Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah.

Perencanaan Tambang II-110