lingkungan dan k3 pertambangan
DESCRIPTION
contoh pembuatan laporan studi kelayakan pada lingkungan dan K3 PertambanganTRANSCRIPT
BAB VIII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DAN PERIJINAN
8.1 Lingkungan
Dalam pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat
membahayakan sehingga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif salah
satunya kerusakan terhadap lingkungan karena telah merubah Rona Lingkungan
Awal, apabila hal tersebut tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan gangguan
terhadap keseimbangan dari ekosistem yang ada di daerah penambangan tersebut.
Namun di lain sisi tidak hanya dampak negatif saja yang ditimbulkan, kegiatan
penambangan juga memiliki dampak positif yang lebih banyak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 17 tahun 2001tentang
AMDAL Pasal 3, tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen ESDM
No.1457K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan
diBidang Pertambangan dan Energi Pasal 4, dan 5. Maka kegiatan penambangan
PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya berkewajiban untuk menyusun Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL). Hal
ini dikarenakan WIUP pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. hanya 50 Ha dan
direncanakan produksi penambangan pada tahun pertama sekitar 120.000
ton/tahun. Dalam penyusunan laporandisesuai dengan Kepmen LH No. 86 Tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL.
Oleh karena itu maka perlu dilakukan suatu studi dalam rangka untuk
memperoleh informasi dampak kegiatan penambangan yang disusun dalam
Perencanaan Tambang II-81
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
Gambar 8.1
Bagan Alur Permohonan AMDAL Dan UKL/UPL
Perencanaan Tambang II-82
UU RI NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANGPERLINDUNGAN DANPENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUPPasal 6
PP RI NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANGANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
HIDUP (Pasal 3)
KEPMEN ESDM NO: 1457 K/28/MEM/2000TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAANLINGKUNGAN DI BIDANG PERTAMBANGAN
DAN ENERGI (Pasal 4, 5)
PERMEN LH NO: 11 TAHUN 2006 TENTANGJENIS USAHA DAN ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB DILENGKAPI DENGAN ANALISISMENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
LAMPIRAN I
SUSUN DOKUMEN
AMDAL
KEGIATANWAJIB
AMDAL?
KEGIATANWAJIB
AMDAL?
KEPMEN LH NO: 86 TAHUN 2002 TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN UKL & UPL
YAYA
TidakTidak
PENYUSUNAN UKL DAN UPL
Gambar 8.2
Bagan alir kegiatan penambangan deposit diorit
dan Dampak yang mungkin terjadi
Pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan bertujuan untuk
mengelola dan memantau dampak, terutama dampak negatif yang mungkin akan
Perencanaan Tambang II-83
Potensi Sumber daya deposit diorit
Cadangan Geologi
lokal
Data Komponen Lingkungan
Iklim Mikro Flora Fauna Tanah Kualitas air
AspekTeknis
AspekLingkungan
Lapisan Penutup
PenambanganDeposit Diorit
Pengangkutan Dari Tambang Menuju
Pengolahan
PengolahanDeposit Diorit
Penimbunan & Pemuatan Produk
Dampak Yang Terjadi
Bentang alamSifat fisik & kimia Tanah erosi & sedi-Mentasi & vegetasi
Bentang alamDebuErosi & sedimentasiGetaran
KebisinganDebuVegetasi &
KebisinganDebu
Debu
timbul serta mengelola dan memantau kegiatan-kegiatan yang merupakan sumber
dampak.
Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan perlu dilaksanakan agar
dampak negatif yang mungkin akan timbul oleh kegiatan dapat dihindari atau
minimal dapat dikurangi.Rencana kegiatan penambangan deposit diorit akan
berlangsungdiDesa Gunung Gajah. Deposit diorithasil penambangan diangkut
melalui jalan tambang ke tempat pengolahan yang letaknya tidak jauh dari lokasi
penambangan masih dalam satu wilayah IUP
Setiap tahap kegiatan pertambangan deposit diorit menimbulkan dampak
terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi dan budaya.
Sebagaimana diketahui bahwa di bumi terdapat bermacam-macam tumbuhan,
hewan, dan manusia serta mahkluk hidup lainnya yang hidup secara berdampingan
dengan benda-benda yang tidak hidup seperti udara, air, dan tanah. Kesemuanya
itu terdapat dalam satu lingkungan yang disebut lingkungan hidup.
Untuk menjaga dan mengurangi hal-hal yang menimbulkan dampak negatif
terutama pada pengupasan tanah penutup sebaiknya dipisahkan. Tujuannya supaya
pada akhir penambangan (pasca penambangan) tanah tersebut dapat ditimbun
kembali pada lokasi yang telah digali.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan tata
guna lahan, agar lebih effisien, maka lapisan tanah penutup ditimbun pada daerah
sekitar lokasi penambangan yang letaknya masih dalam WIUP agar tidak
mengganggu jalannya operasi penambangan itu sendiri atau dilakukan penimbunan
ke bawah dengan menggunakan bidang luncur.
8.1.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
8.1.1.1Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di penambangan Diorit di Desa Gunung GajahKecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengahseluas 31Ha. Penggunaan lahan yang
terluas adalah untuk operasi penambangan, jalan dan penggunaan lainnya seperti
perkantoran dan gudang tempat genset.
8.1.1.2Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan
a. Pengelolaan Air Limpasan
Perencanaan Tambang II-84
Teknik pengelolaan untuk mengontrol kualitas air limpasan dari areal tambang
dioritPT Bayat Jaya Mandiri dan tempat penimbunan adalah hanya dengan
mengalirkan semua air limpasanke paritan yang dibuat agar tidak mengganggu
penambangan. Air limpasan tidak dikelola lebih lanjut karena air tersebut hanya
dalam jumlah kecil dan tidak mengandung partikel-partikel berbahaya. Pengolahan
batudiorit juga dilakukan dengan cara kering sehingga tidak menimbulkan adanya
air limbah pengolahan.
b. Pengendalian Kualitas Udara
Pengendalian debu dilakukan secara berkala dengan melakukan penyiraman
pada tempat-tempat yang berpotensi menghasilkan debu, baik dari hasil proses
penambangan, pengolahan, pemuatan maupun proses pengangkutan diorit. Pada
lokasi tambang, penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki dengan
kapasitas 20.000 liter. Adapun perencanaan pengendalian penanganan debu pada
PT. BAYAT JAYA MANDIRI. adalah sebagai berikut :
1) Penyiraman jalan tambang secara kontinyu
2) Pembantasan kecepatan kendaraan
3) Penyiraman air disekitar pengolahan
Selain peningkatan kadar debu, kadar gas-gas juga akan meningkat seperti CO,
O3, SO2, NO2, debu atau partikel akibat adanya gas buang dan debu jalan. kadar
kadar debu maksimum 1028 g/Nm3, CO 1147,5 g/Nm3; SO2 0,023 g /
Nm3, O3 4,10 g/Nm3dan NO2 15,28 g/Nm3. Dampak kegiatan tersebut di
atas ke pemukiman penduduk kurang nyata, karena letak pemukiman jauh dari
aktivitas tersebut ( 100 meter). Sedangkan pada kegiatan mobilisasi peralatan
dampak debu hanya berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga
kadar debu akan normal kembali dan berada di bawah baku mutu yang
dipersyaratkan
c. Perlindungan Flora dan Fauna
Upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi kerusakan vegetasi dan
satwa liar meliputi :
Perencanaan Tambang II-85
1) Penghijauan pada sebagian lahan terbuka dengan menggunakan jenis-jenis
tanaman cepat tumbuh dan dapat berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap
erosi.
2) Memasang papan larangan berburu fauna yang ada di sekitar lokasi tambang,
jalan angkutan dan pelabuhan sesuai dengan UU RI No.5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
d. Pengelolaan Limbah
Gambar 8.6
Pengelolaan Limbah Tambang
Pengelolaan Limbah adalah merupakan upaya untuk melakukan minimalisasi
limbah, sesuai dengan Kebijakan Lingkungan PT. Bayat Jaya Mandiriyang
menyatakan bahwa ”kita harus melakukan minimalisasi limbah”. Hal ini
dimaksudkan bahwa kita harus menangani, menyimpan dan membuang limbahnya
dengan cara – cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan.
1) Pengelolaan Bahan Kimia, tujuannya adalah untuk mengawasi dan mengurangi
jumlah keseluruhan bahan kimia yang digunakan di lokasi.
2) Program pengumpulan dan pembuangan limbah, bertujuan untuk
mengidentifikasi, menghitung dan mengakumulasikan limbah yang dihasilkan
dan bagaimana permasalahan pembuangan limbah dapat terdata dengan baik,
seperti Oli bekas,Limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya seperti :gemuk
Perencanaan Tambang II-86
a). Tempat Penampungan Oli di Sekitar Tambang
b). Tempat penumpukan / penimbunan sebelum diantar ke pabrik pengolah limbah.
(grease), aki (accu) bekas, air aki (accu), dan bahan kimia lain ),Limbah tidak
berbahaya dan tidak beracun (seperti : Ban bekas, kertas bekas fotocopy, besi
tua dan Sampah Organik dan Anorganik.
3) Program Kemasyarakatan
Pengembangan perusahaan saat ini harus berpijak dan dilandaskan terhadap
pemahaman yang berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan
(sustainabledevelopment) dengan tiga sendi utama yang mengokohkan terdiri dari
pertumbuhan ekonomi, kinerja lingkungandan tanggungjawab sosial.
Secara garis besar program tersebut meliputi bidang-bidang:
(a) Bidang Infrastruktur, antara lain meliputi:
(1) Pembangunan jalan desa, jembatan, parit,
(2) Pembangunan/renovasi kantor desa, masjid, mushola,dan sekolah
(b) Bidang Ekonomi, antara lain meliputi:
(1) Dana bergulir (revolving fund)
(c) Bidang sosial, antara lain meliputi:
(1) Posyandu dan penyuluhan kesehatan, beasiswa
(2) Bantuan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan peringatan keagamaan
8.1.2Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
8.1.2.1Pemantauan Kualitas Air Permukaan
Pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas strategi
pengelolaan air dalam mencegah terjadinya pencemaran air permukaan dan daya
guna program pengelolaan lingkungan, di dalam upaya meminimalisasi perubahan
kualitas air yang berdampak terhadap lingkungan dan kualitas air permukaan
sehingga langkah-langkah perbaikan dan pencegahan dapat diambil jika
diperlukan.
Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung (insitu) dengan parameter
seperti temperatur, pH, konduktivitas, turbiditi, Disolved Oxygent (DO) dan
Salinitas. Untuk parameter lainnya seperti Total Suspended Solid (TSS), Total
Disolved Solid (TDS), Biological Oxygent Demand (BOD), Chemical Oxygent
Demand (COD), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3),
Perencanaan Tambang II-87
Sulfat (SO4) dan minyak diambil sampelnya dan selanjutnya dianalisis di
laboratorium. Metode dan peralatannya mengacu pada UPL yang disetujui dan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Lokasi pemantauan kualitas air dilakukan pada
outlet kolam pengendap. Hasil pengukuran kualitas air permukaan disebandingkan
dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 dan Kepmen LH No.3
tahun 1998 dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2
Baku mutu limbah cair bagi kawasan industri
ParmeterKadar Maksimum
(mg/l)
Beban Pencemaran Maksimum
(kg/hari.Ha)
BOD 50 4.3
COD 100 8.6
TSS 200 17.2
PH 6.0 – 9.0
Debit Limbah Cair Maksimum
1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai
Sumber :Menteri Lembaga Lingkungn Hidup no :03/MNLH/1998
PemantauanKualitas air pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI ada pada tiga
titik pemantuan yaitu SP1 terletak disekitar pengolahan, SP2 terletak pada areal
penambangan Diorit dan SP3 terletak disekitar penimbunan Stockpile. Pemantauan
dilakukan setiap 6 bulan sekali namun dalam pengontrolannya dilakukan berkala
perbulan.
8.1.2.2Pemantauan Debu
Pemantauan debu pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI.dilakukan setiap dua
minggu sekali di sekitar tambang, jalan akses ke lokasi dan persimpangan jalan.
Baku mutu kualitas terdapat pada tabel 8.3.
Adapun hasil pemantauan yang dilakukan PT. BAYAT JAYA
MANDIRI.pada tiga titik utama adalah sebagai berikut QU-1 lokasi yang diamati
pada sekitar areal penambangan, QU-2 pada areal pengolahan dan QU-3 pada
Perencanaan Tambang II-88
lokasi persimpangan jalan yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
yang terlihat pada table 8.4.
Tabel 8.3.
Baku Mutu Kualitas Udara
SK Gub. Propinsi DIY no. 153 th 2002
Tabel 8.4.
Hasil Pemantauan Kualitas Udara
No. Parameter Satuan
Termi-
nologi
Waktu
Stasiun PengamatanBaku
MutuQU-1 QU-2 QU-3
1Kecepatan
Anginm/det - 0.02-1.5 0.03-4.3 0.02-2.9 -
2 Arah Angin - - T-B T-B B-T -
3 Suhu 0C -22.0-
33.7
22.3-
33.1
22.3-
32.4-
4 Kelembaban % - 64-96 62-95 76-97 -
5 Cuaca - - Cerah Cerah Cerah -
Hasil Analisa
1 Debu gr/m3 1 jam 104,48 528,55 3151,34 230
2 SO2 gr/m3 1 jam 61,05 71,53 96,15 900
3 NO2 gr/m3 1 jam 44,20 14,62 14,61 400
4 CO2 gr/m3 1 jam Ttd 35,27 35,09 30,000
8.1.2.3Pemantauan Kebisingan
Perencanaan Tambang II-89
No. Parameter Waktu PengukuranBaku Mutu
gr/m3
Analisa
1 O3 1 jam 235
2 SO2 1 jam 900
3 NO2 1 jam 400
4 CO2 1 jam 30,000
5 Debu 1 jam 230
Pengukuran tingkat kebisingan secara langsung harus menggunakan Sound
Level Meteryang memenuhi persyaratan standard nasioanl (SNI). Sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/II/1996.
Dengan mengikuti petunjuk pengukuran seperti yang dianjurkan pada Baku Mutu
yang digunakan, diperoleh hasil pemantauan tingkat kebisingan pada kawasan
industri seperti pada Tabel 8.5.Pengamatan dilakukan pada areal sekitar
penambangan (QB-1), Jalan akses ke areal penambangan (QB-3) dan pada pabrik
pengolahan diorit (QB-3). Dari hasil pengukuran dan perbandingan dengan Baku
Mutu, dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan pada daerah penambangan diorit
dan jalan akses ke tambang telah melebihi baku mutu yang disyaratkan (pada tabel
8.6). Hal ini disebabkan adanya kegiatan operasi alat-alat berat (excavator, dump
truck, dan peralatan pengolahan) pada daerah tersebut.
Tabel 8.5.
Standar Nasional Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Tabel 8.6.
Hasil Pemantauan Kebisingan di Lingkungan Tambang
Perencanaan Tambang II-90
No Peruntukan KawasanBaku Mutu
(dBA)
1. Perumahan dan pemukiman 55
2 Perdagangan dan jasa 70
3 Perkantoran dan perdagangan 65
4 Ruang terbuka hijau 50
5 Industri 70
6 Pemrintahan dan Fasilitas Umum 60
7 Rekreasi 70
8 Khusus :
Bandara Udara *
Stasiun Kereta Api*
Pelabuhan laut 70
Cagar Budaya 60
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Kode Lokasi Tingkat Kebisingan (dBA) Baku Mutu
QB-1 Sekitar Tambang 77,32 70
QB-2 Jalan Akses ke Tambang 73,01 70
QB-3 Pengolahan 79,13 70
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan berupa
peningkatan daerah jalur hijau dan perbaikan alat/unit yang berpotensial
menimbulkan kebisingan,serta pnggunaan alat yang telah lolos uji
kelayakan,sehingga kondisinya benar-benar prima.
8.1.2.4Pemantauan Flora dan Fauna Darat
Pemantauan flora dan fauna bertujuan untuk mengetahui rona awal
lingkungan flora dan fauna serta perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya
kegiatan usaha penambangan.Lokasi pengamatan dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu di daerah tambang dan daerah di luar tambang. Hasil pengamatan flora dan
fauna yang teramati di lokasi quarry.
Tabel 8.7
Jenis Fauna yang Teramati di Lingkungan Tambang
No. Nama Indonesia Nama Latin
1 Aves
Pipit Lonchura leucogasta
Perkutut geophilia stiata
Tinjau Copsychus saularis
2 Mamalia
Tupai/Bajing Glypholes simus
3 Reptilia
Kadal Mabouya fasciculate
Ular Xenopeltis unicolor
4 Serangga
Belalang Agriacris tricristata
Tabel 8.8
Jenis Flora Yang Teramati di Lingkungan Tambang
Perencanaan Tambang II-91
No. Nama Indonesia Nama Latin
1. Jati Tectona grandis
2 Akasia Acacia villosa
3 Kelapa Cocos nucifera
4 Nangka Artocarpus heterophyllus
5 Singkong Manihot esculenta
6 Jambu monyet Anacardium occidentale
7 Pisang Musa acuminata
9 Mahoni Swietenia mahogany
8.1.2.5Pemantauan Limbah Workshop
Pengelolaan lingkungan bengkel adalah upaya untuk mengelola lingkungan
bengkel agar limbah tidak mencemari lingkungan.
Pada PT. BAYAT JAYA MANDIRI. menetapkan bahwa :
a. Semua workshop dan tempat pencucian kendaraan harus mempunyai
tempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap).
b. Sekeliling bengkel harus dilengkapi dengan saluran pembuangan
yang mengalirkan air ketempat pemisahan air dan minyak (Oil Trap).
c. Semua lokasi penampungan dalam jumlah besar dan penampungan
bahan hidrokarbon harus mempunyai tanggul penampung yang sesui.
d. Semua pipa yang menyalurkan bahan hidrokarbon harus dilengkapi
dengan tempat penampungan jika terjadi kebocoran.
e. tempat penyimpanan bahan hidrokarbon harus aman dari kerusakan
yang disebabkan oleh alat berat dan kendaraan kecil serta adanya petunjuk –
petunjuk yang jelas mengenai keselamatan kerja, kapasitas tempat
penyimpanan dan jenis bahan hidrokarbonnya.
f. Semua lokasi pengisian pengisian bahan bakar harus dilengkapi
dengan tempat penampungan jika ada yang tercecer atau tertumpah
g. Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penghisap tumpahan
atau roller
h. Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penanggulangan
tumpahan
Perencanaan Tambang II-92
i. Oil dan grease dan sejenisnya dari perbaikan alat berat dan ringan
harus ditampung.
Pemantauan pada limbah Workshop didasarkan pada kesigapan dan kesiagaan
terhadap ceceran, maka para karyawan dan petugas pemantau :
1) Kenali bahan ceceran yang terjadi dan hubungi bagian environmental.
2) Hentikan sumber ceceran bila mugkin diakukan dan hubungi penanggung
jawab area (superveysor)
3) Identifikasi ceceran tampung dan bersihkan serta buat investigasi insiden
atu laporan ketidaksesuaian terlihat pada Lampiran Sistem Manajemen
K3LH
Adapun peralatan dan bahan untuk penanganan ceceran adalah sebagai berikut :
(a) Absorban adalah untuk menyerap ceceran atau tumpahan berupa oil
biasanya digunakan pada ceceran yang terjadi di air pada sungai
(b) Serbuk gergaji dan pasir untuk penanganan ceceran di tanah biasanya pada
lingkungan workshop.
Tabel 8.9
Ringkasan UKL & UPL
kegiatan penambangan deposit diorit pada tahap persiapan
Tahap
KegiatanDampak UKL UPL
Pembebasan
Lahan
- Konflik
Sosial
- Musyawara
h mengenai ganti
rugi.
- Membentuk
Tim dalam
pembebasan
lahan.
- Mengumum
kan hasil
inventarisasi.
- Melakukan
pengamatan langsung
di lapangan.
Perencanaan Tambang II-93
- Memberika
n uang
kompensasi.
- Pemasangan
patok lokasi
yang telah
dibebaskan.
Tahap
KegiatanDampak UKL UPL
Penerimaan
Tenaga Kerja
- Terbuka
nya
Kesempatan
Kerja.
- Peningk
atan
Pendapatan
Masyarakat.
- Kecemb
uruan Sosial.
- Mempriorita
skan penerimaan
tenaga kerja
local
- Memberika
n gaji sesuai
dengan tingkat
pendidikan dan
keterampilan
serta jabatannya.
- Memberika
n pengumuman
bahwa akan ada
penerimaan
tenaga kerja.
- Melakukan
pencatatan dan
pengecekan secara
langsung pada saat
penerimaan karyawan.
- Pengamatan
langsung dilapangan
dan wawancara
mengenai standarisasi
gaji karyawan.
Perencanaan Tambang II-94
- Mengumum
kan hasil
penerimaan
tenaga kerja
secara
transparan.
- Menerima
tenaga kerja
pendatang hanya
untuk posisi
tertentu.
- Melakukan
wawancara kepada
masyarakat terhadap
sistem penerimaan
tenaga kerja.
Tahap
KegiatanDampak UKL UPL
Mobilisasi
Peralatan
- Terjadiny
a penurunan
kualitas udara
- Pemeliharaan
dan parawatan
alat-alat berat
- Melakukan
penghijauan
- Mengatur
kecepatan
kendaraan
pengangkut
- Melakukan
pengerasan jalan
- Pengambilan
sampling kualitas udara
(pengukuran debu)
- Analisis data
pengukuran debu dan
hasilnya dibandingkan
dengan angka baku
mutu lingkungan
Perencanaan Tambang II-95
Pembangunan
Sarana &
Prasarana
- Terbuka
nya
Kesempatan
Kerja.
- Memberika
n kesempatan
kepada lembaga-
lembaga usaha
dan
perekonomian
masyarakat yang
telah ada untuk
berpartisipasi
- Melakukan
pencatatan dan
pengecekan tentang
jenis-jenis usaha apa
yang berkembang
dimasyarakat
Pembersihan
Lahan
- Degrada
si Vegetasi
dan
Bekurangnya
Populasi
Satwa
- Melakukan
pembatasan
dalam
pelaksanaan
pembukaan
lahan.
- Melakukan
pengamatan langsung
dilapangan terhadap
kegiatan pembersihan
lahan yang dilakukan.
Tahap
KegiatanDampak UKL UPL
1 2 3 4
Pengupasan
Tanah Pucuk
-
Kualitas Air - M
elakukan ke-
giatan pengupas-
an tanah pucuk
pada musim ke-
marau.
- M
elakukan kegi-
atan pengupasan
- Membandingka
n hasil analisa dari kualitas
air permukaan dengan baku
mutu air yang telah
ditetapkan.
Perencanaan Tambang II-96
-
Erosi
tanah pucuk se-
suai dengan arah
kemajuan pe-
nambangan.
- Se
gera melaku-kan
revegetasi lahan
dengan ta-naman
penutup dan
tanaman yang
cepat tum-buh
- Pengamatan
langsung di lapangan.
Pemindahan
Tanah
Penutup
-
kualitas air
tanah
-
Erosi
- M
embuat parit
disekeliling lo-
kasi penimbun-
an tanah pucuk
untuk menya-
lurkan larian air
permukaan.
- M
elakukan kegi-
atan pengupasan
dan penimbunan
tanah pucuk se-
suai dengan arah
kemajuan pe-
nambangan.
- Melakukan
pengambilan sampling air
lim-bah dari buang-an /
outlet kolam pengendapan
dan dianalisis di la-
boratorium.
- Pengamatan
langsung di la-pangan dan
penggunaan tongkat
penduga.
Perencanaan Tambang II-97
Penambangan
Deposit diorit
-
kualitas
udara.
-
kebisingan.
- M
elakukan
pengerasan jalan
dengan agregat
khusus.
- M
elakukan
pemeliharaan
dan perawatan
(servis) alat-alat
secara teratur
dan berkala.
- Melakukan
pengambilan sampling
kualitas udara (pengukur-an
debu) lang-sung di
lapangan dengan alat High
Volume Sampler Method
yang melibatkan pihak
ketiga yang telah
terakreditas da-lam
kegiatan pengambilan
sampling.
- Membandingka
n hasil pengukuran tingkat
kebisingan dengan baku mutu
lingkungan yang telah
ditetapkan oleh Surat Kepu-
tusan Menaker No Kep.
51/MEN/1999 sebesar 85
dB(A) untuk lingkungan
kerja dengan nilai toleransi +
3 dB(A).
8.1.3 Rehabilitasi Lahan
Perencanaan Tambang II-98
Rencana reklamasi dimaksudkan untuk mengembalikan tanah tanah dari
status wilayah yang telah mengalami kerusakan untuk dikembalikan fungsinya.
Reklamasi merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau
mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Usaha ini harus dilakukan oleh setiap perusahan (pengusaha pertambangan) sesuai
dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas
tambang apabila tanpa perencanaan dengan baik, kesulitan itu antara lain :
a. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga
pelaksanaan pengambilan tanah lapisan atas tanpa tanah humus.
b. Dilakukan dengan tuntas sehingga terdapat bekas ssdaerah tambang
dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena ada sebagian tanah galian
masih tersisa.
c. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.
Setelah keluarnya Undang – undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup serta pedoman kerjanya berupa surat keputusan Direktorat
Jendral Pertambangan Umum Tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap
gangguan dan pecemaran sebagai akibat usaha pertambangan, yaitu dengan jalan
memasukan dalam rencana kerja pertambangan yang bersangkutan.
Beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi dari kegiatan
pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Ketiga faktor ini
saling mempengaruhi, bukan hanya diluar pertambangan dan akan mengalami
hambatan dalam kelancaran operasionalnya.Rekalamasi di daerah bekas
penambangan dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah penutup ke bekas
daerah penambangan, kemudian dilakukan penanaman tumbuhan untuk
mengembalikan kestabilan tanah dan kesuburannya, sehingga dapat ditanami
tanaman produktif bagi penduduk setempat.
Daerah penimbunan tanah penutup merupakan daerah yang rawan terhadap
pengaruh air hujan. Karena daerah tersebut terbuka, dimana kemungkinan
pengikisan oleh air tinggi dan ketidak mantapan lereng akan terjadi, oleh karena itu
Perencanaan Tambang II-99
untuk menanggulangi dampak tersebut segera dilakukan reklamasi dan rehabilitasi
sampai tuntas terhadap daerah bekas tambang, kegiatan tersebut antara lain :
1) Tahap persiapan
Persiapan lahan dilakukan pada daerah penimbunan tanah penutup yang
hendak dilakukan reboisasi lahan sebagai usaha pemulihan daerah tambang.
Pekerjaan persiapan lahan meliputi penyusunan struktur tanah dan perataan lahan
dengan mengoperasikan bulldozer. Persiapan lahan dijadwalkan setelah pekerjaan
dengan backhoe yang telah digunakan untuk pengupasan tanah penutup. Pekerjaan
ini merupakan tahap lanjut dari pengupasan tanah penutup dan penimbunannya.
Perataan lahan disesuaikan dengan sistem reboisasi lahan.
2) Tahap penanaman kembali
Lahan yang telah dipersiapkan ditanami dengan tanaman pohon sengon dan
pada musim hujan lahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai ladang
maupun sawah.
Pertimbangan penanaman jenis pohon sengon adalah :
a) Tanaman mempunyai daya tahan beradaptasi yang tinggi dengan
baik serta cocok dengan tanah lokasi.
b) Tanaman ini pertumbuhannya cepat, tinggi dan rindang sehingga
dapat melindungi permukaan tanah dari air hujan.
c) Harga tanaman ini relatif rendah dibandingkan dengan jati.
Adapun tanaman yang lain, yang akan ditanam pada jenjang akhir
penambangan adalah runput gajah. Jenis tanaman ini dipilih karena tingkat
pertumbuhannya relatif cepat dan tanaman jenis ini mampu menahan terhadap
runtuhan depositan yang mungkin terjadi.
8.2 Kesehatan dan keselamatan kerja
Hal yang patut untuk diutamakan dalam setiap pekerjaan khususnya dalam
pertambangan adalah keselamatan dan kesehatan kerja mengingat bahwa kegiatan
penambangan ini memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kaitannya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
a. Prosedur kerja
Perencanaan Tambang II-100
b. Pengecekan kestabilan lereng
c. Peralatan pendukung keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
helm pengaman, sepatu lapangan, kaca mata pengaman, penutup telinga,
masker dan peralatan lain yang penting.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk
mencegah terjadinya musibah kecelakaan atau penyakit akibat kerja dalam usaha
pertambangan. Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, karena usaha keselamatan dan kesehatan kerja
diarahkan untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan.
Untuk dapat memahami dengan baik tentang konsep kecelakaan kerja maka
manajemen dituntut memahami sumber penyebab terjadinya kecelakaan. Dalam
kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja, sebab kecelakaan dapat
bersumber dari empat kelompok besar yaitu
1) Faktor lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik di tempat kerja yang meliputi :
a) Keadaan lingkungan kerja
b) Kondisi proses produksi
2) Faktor alat kerja
Dimana bahaya dapat bersumber dari peralatan dan bangunan tempat kerja
yang salah rancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadi kerusakan yang
diakibatkan oleh salah rancang. Kecelakaan bisa disebabkan oleh bahan baku
produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
3) Faktor manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia di dalam
malakukan pekerjaan, meliputi :
a) Kurang pengetuhuan dan keterampilan dalam bidang kerjanya maupun
dalam bidang keselamatan kerja
b) Kurang mampu secara fisik (cacat atau kondisi yang lemah) atau mental
c) Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja
Perencanaan Tambang II-101
d) Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman, bahaya yang
ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang sebagian besar
disebabkan tidak menaaati prosedur kerja.
4) Kelemahan sisitem manajemen
Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari
pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah keselamatan dan
kesehatan kerja, meliputi :
a) Sikap manajemen yang tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja
b) Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas
c) Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan yang kurang baik
d) Tidak adanya standar atau kode keselamatan dan kesehatan kerja yang
dapat diandalkan
e) Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan
pelimpahan wewenang bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara
jelas
f) Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi
Kelemahan sistem manajemen ini memiliki peranan yang sangat besar sebagai
penyebab kecelakaan, karena sistem yang mengatur ketiga unsur produksi
(manusia, peralatan, tempat kerja). Ketimpangan yang terjadi pada sistem
manajemen akan menimbulkan ketimpangan pada ketiga unsur sistem produksi
yang lain. Sehingga sering dikatankan bahwa kecelakaan merupakan manifestasi
dari adaanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi
penyebab timbulnya masalah dalam proses produksi.
Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep penyebab akibat
kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan penyebab, dan mengurangi akibat
kecelakaan.
Upaya ini dilandasi dengan kenyataan bahwa suatu kecelakaan terjadi bila
adanya bahaya tidak dapat terkendali dan penanganan bahaya akan lebih mudah
Perencanaan Tambang II-102
External & Internal Audit Komite K3
Kepala Teknik Tambang
Pengawas Teknis
Program K3
bila dilakukan sejak tahap awal. Demikian pula terhadap akibat yang terjadi dapat
ditekan seminimal mungkin.
8.2.1 Organisasi
Penanganan K-3 marupakan tanggung jawab Divisi Keselamatan Kerja yang
langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang atau Manajer
Tambang lihat pada struktur organisasi.
Gambar 8.9
Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja
8.2.2 Program Kesehatan, Keselamatan Kerja
Perencanaan Tambang II-103
Program keselamatan, kesehatan kerja yang direncanakan pada PT. BAYAT
JAYA MANDIRI.disesuai dengan Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982
(pelayanan kesehatan kerja). Dimana penyelenggaraan pelayanaan kesehatan kerja
langsung dilaksanakan oleh perusahaan dengan membangun sarana dan prasarana
kesehatan berupa Poliklinik selain itu juga perusahaan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bekerjasama dengan Jamsostek.
Adapun pelayanan yang didapat oleh tenaga kerja adalah :
1) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2) Pembinaan dan pengawasan Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
3) Pembinaan dan pengawasan Lingkungan Kerja
4) Pembinaan dan pengawasan sanitasi air
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum
7) P3K dan Latihan Petugas P3K
8) Perencanaan tempat kerja , APD, gizi, dan penyelenggaraan makanan di tempat
kerja.
9) Rehabilitasi akibat Kecelakaan
10) Laporan berkala.
PT. BAYAT JAYA MANDIRI. juga mewajibkan bagi semua karyawanya
untuk memeriksakan dirinya setiap 1 bulan sekali, dan hasilnya akan dilaporkan
pada manajemen perusahaan. Selain program kesehatan kerja, manajemen PT.
BAYAT JAYA MANDIRI. juga merencanakan program Keselamatan Kerjayaitu
Seluruh anggota manajemen perusahaan dan staf pada tingkat Supervisor
bertanggung jawab dalam menjamin adanya keamanan dalam kegiatan perusahaan
dan adanya perlakuan dan perawatan yang memadai kepada semua pemilik
perusahaan yang berada dalam areal tanggung jawab mereka dan mengetahui serta
mengenal secara mendalam prosedur pengawasan kecelakaan.
Adapun peraturan yang direncanakan untuk karyawan sebagai berikut :
1) Dengan segera melaporkan kepada supervisor jika :
a) Segala jenis barang/benda maupun situasi yang mempunyai resiko atau
potensi tinggi sebagai penyebab kecelakaan kerja
Perencanaan Tambang II-104
b) Ada yang terluka baik ringan maupun berat agar dapat dengan segera
diberi pertolongan pertama
c) Rekan kerja Sakit
d) Tidak yakin apakah suatu pekerjaan yang anda lakukan termasuk aman
atau tidak, anda diharapkan agar berkonsultasi dengan Supervisor.
2) Setiap Karyawan diharuskan :
a) Mengenakanpakaian kerja dan peralatan kerja yang disediakan
perusahaan untuk melindungi keselamatan pribadi.
b) Mematuhi segala jenis rambu-rambu peringatan
c) Bahan-bahan kimiawi yang bebahaya haruslah ditangani oleh karyawan
yang telah ditunjuk perusahaan
d) Bila beban yang anda angkat terlihat agak berat, segeralah minta bantuan
orang lain atau gunakan alat bantu angkat. Sebelum mengangkat beban
apapun, bacalah terlebih dahulu prosedur Penanganan Secara Manual.
3) Setiap karyawan harus menjaga kebersihan :
a) Daerah kerja dan tempat penyimpanan milik pribadi (locker).
b) Tempat-tempat yang berminyak/basah maupun benda-benda yang terkena
tumpahan minyak.
c) Tempat yang menjadi tempat jalan utama agar setiap saat senantiasa
dijaga kebersihannya.
d) Setiap peralatan yang telah selesai dipergunakan agar segera dibersihkan
dan dikembalikan ke tempatnya semula.
4) Hal-hal tentang larangan :
a) Tidak boleh bercanda selama bekerja
b) Semua peraturan tentang dilarang merokok haruslah dipatuhi
c) Dilarang mengoperasikan semua jenis mesin, peralatan, kendaraan bila
tidak dilengkapi dengan ijin (SIMPER), pengamanan, Alat Pelindung Diri
yang benar atau bila peralatan tersebut tidak dapat bekerja secara efektif.
d) Cairan yang mengandung bahan kimiawi, ataupun obat-obatan yang
bukan berasal dari resep seorang petugas medis
e) Dilarang membuat api di tempat terbuka.
Perencanaan Tambang II-105
f)Dilarang meninggalkan peralatan kerja dalam kondisi membahayakan.
g) Dilarang meninggalkan pekerjaan sebelum selesai tanpa seijin Supervisor
atau Manajernya.
Untuk membantu perusahaan dalam memenuhi komitmennya terhadap
kesehatan dan keselamatan bagi karyawannya, Safety Koordinatorsangat diperlukan
keberadaannya.Dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Pasal 24 dan
29, seorang petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mendapatkan
pelatihan dan memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan
persyaratan yang berlaku untuk memiliki pengetahuan mengenai kondisi-kondisi di
tempat kerja dan kelompok tempat kerja di mana dia akan ditugaskan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang Safety Koordinator atau Representative
tersebut mempunyai tugas-tugas dan kewenangan yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
(1) Membantu dan melayani karyawan dalam hal kebutuhan akan keselamatan
dan kesehatan kerja.
(2) Merekomendasikan setiap tindakan yang berhubungan erat dengan masalah-
masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi karyawan yang berada dalam
area kerjanya.
(3) Berpartisipasi dalam segala konsultasi tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja baik dengan manajemen maupun dengan pimpinan.
(4) Menjalankan fungsinya sebagai seorang koordinator dan menerima training.
(5) Kekuatan dan kekuasaan seorang safety koordinator hanya dalam batas area
yang telah ditentukan sebagai daerah yang menjadi tanggungjawabnya.
(6) Melakukan inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lingkungan kerja.
(7) Melaksanakan penyelidikan terhadap para karyawan tentang permasalahan
yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
(8) Menghadiri setiap rapat komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja di mana ia
menjadi salah satu anggotanya, atau rapat lain yang membahas masalah yang
berhubungan dengan keselamatan kesehatan sesuai permintaan dan kebijakan
dari manajemen.
Perencanaan Tambang II-106
8.2.3Peralatan
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai
lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan diorit
adalah seperti terlihat pada tabel 8.10.
Tabel 8.10
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No LokasiPeralatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
1 Tambang a) Helm pengaman
b) Sepatu pengaman
c) Sarung tangan
d) Alat pemadam api
2 Instalasi pemotongan
ukuran deposit diorit
a) Helm pengaman
b) Sepatu pengaman
c) Sarung tangan kulit
d) Masker debu
e) earplug
f) Kacamata pelindung
g) Alat pemadan kebakaran
h) Perlengkapan P3K
3 Gudang suku cadang a) Helm pengaman
b) Sepatu pengaman
c) Sarung tangan kuli
d) Perlengkapan P3K
e) Alat pemadam kebakaran
8.2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3
pertambangan adalah seperti terlihat pada tabel 8.11.
Tabel 8.11
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
No Kegiatan Uraian
1 Patroli
keamanan
a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk mengantisipasi
kekurangan dan kondisi yang tidak aman
Perencanaan Tambang II-107
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan
peringatan jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan
peraturan K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari pelanggar
peraturan
d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40 km/jamdan kendaraan
personil ≤ 60 km/jam
2 Inspeksi
keamanan
a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi kerja
3 Diskusi masalah
keselamatan
a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor
realisasi dari diskusi pagi
4 Kampanye
keselamatan
a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap
tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5 Pelindung
keamanan
a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
b. Melengkapi kekurangan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek ddan lengkapi pelindungan keselamatan pada alat-alat
e. Cek dan lengkapi rambu-rambu
6 Pemilihan
operatorCek jenis peralatan
7 Laporan
keselamatan
a. Laporan kecelakaan
Perencanaan Tambang II-108
kerja b. Laporan bulanan
c. Laporan pelatihan
8.3 Perizinan Pertambangan
Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 1
bahan galian dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Pertambangan Mineral
b. Pertambangan Batubara
Berdasarkan Undang-undang RI No.32 tahun 2009 bab 6 pasal 34,ayat 2
pertambangan mineral sebagai mana dimaksud pada ayat 1,terdiri atas
a. Pertambangan mineral Radioaktif
b. Pertambangan mineral Logam
c. Pertambangan mineral bukan Logam ; dan
d. Pertambangan batuan
Pada perencanaan penambangan dioritdi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat,
Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah . Untuk dapat melakukan tahap–tahap dalam
pertambangan, sebelumnya harus mendapatkan beberapa perijinan menurut
ketentuan yang berlaku di daerah tersebut. Penambangan diorit yang dilakukan
PT. BAYAT JAYA MANDIRI.memerlukan izin yang diajukan kepada Bupati
sesuai UU RI no 32 Tahun 2009 pasal 36 yang berupaIjin Usaha Penambangn
(IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha pertambangan
`di daerah desaGunung Gajah.
Masing – masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda,
namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. IUP diajukan kepadaBupati Kabupaten Klaten
b. Membuat sketsa daerah penambangan
Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang
ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari tanah
tersebut.
c. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan
Perencanaan Tambang II-109
Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan Bayat
maupun di kepala desaGunung Gajah. Data-data yang dimaksudkan meliputi data
monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah
penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data
jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan apa
saja yang digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut.
d. Pengisian formulir pengajuan IUP
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang
diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.
e. Pengajuan surat permohonan IUP
Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi maka surat
dapatdiajukan kepada Bupati Kabupaten Klaten.Setelah tahap tersebut
dilaksanakan dan semuasyarat- syarat IUP diatur dengan PP no. 23 tahun 2010,
tentang pelaksanaan UU No 4 tahun 2009 tentang ketentuan- ketentuan Pokok
Pertambangan.Juga mendasarkan padaKep.Gub JTG No. 188.3/01/1996 ttg
JUKLAT PERDA 4/1994Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :
1. Peta lampiran
2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank
3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang
salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang
pertambangan
4. Surat pernyataan kesanggupanUKL-UPL
Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT.
BAYAT JAYA MANDIRI.telah sesuai prosedur secara administratif untuk
menjalankan kegiatan pertambangandi Desa Gunung Gajah, Kec.Bayat,
Kab.Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Perencanaan Tambang II-110