lifede

8

Click here to load reader

Upload: angga-pebria-wenda-mahesta

Post on 07-Jul-2015

62 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

cerpen remaja

TRANSCRIPT

Page 1: Lifede

Tussen Lifede,BoomWortels en het Land Jerama

(Antara Cinta,Akar Pohon dan Desa Jerama)

Cerpen By: Angga Pebria Wenda Mahesta

Kenangan itu selalu ku ingat lalu ku bawa sampai Maut memisahkan aku dan dia.

7 tahun yang lalu aku dan dia satu kelompok dalam praktik kerja lapangan di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Namanya Aleka wanita keturunan Belanda memiliki mata biru yang

indah, tinggi badan seperti model, apalagi senyumnya sungguh menawan, tidak gemuk dan tidak

kurus (langsing), berambut pirang dipotong pendek seperti polwan.

Aku dan Aleka sama-sama mengambil jurusan perkebunan, selama masa kuliah, aku sama

sekali tidak memperhatikannya, sampai pada waktu itu saat praktik kerja lapangan menjadi saksi

sejarah aku jatuh cinta kepadanya.

Kami diberi kepercayaan oleh warga sekitar selama praktik kerja lapangan untuk memilih bibit

perkebunan yang sudah siap tanam di pasar sewon, lalu membagikan setiap bibit perkebunan

kepada warga yang kurang beruntung dan kami juga tidak tanggung-tanggung membantu

langsung ke perkebunan milik warga sekitar, mengajarkan warga, bagaimana cara menanam

bibit perkebunan dengan baik.

Bibit perkebunan yang kita bagikan ada wortel,cabe,kacang,tomat dan timun, satu kelompok

terdiri dari lima orang, Rini, deka, Aku, Remon dan Aleka. Walaupun aku satu kelompok

praktik kerja lapangan bersama Aleka, aku tidak banyak berkomunikasi dengan Aleka, karena

aku berpikir kalau Aleka lebih menyukai Remon, bisa dibilang aku cemburu kenapa Aleka lebih

menyukai Remon daripada aku, padahal aku lebih Ganteng dan pemberani, jadi jika aku

Page 2: Lifede

memerlukan bantuan dari Aleka seperlunya saja aku berkomunikasi. Sampai pada saat itu,

dibasecamp hanya ada aku dan aleka. Basecamp adalah tempat tinggal kami selama praktik kerja

lapangan. Rini, deka dan Remon masih berada di perkebunan milik warga, aku hanya duduk di

halaman basecamp sambil menunggu malam tiba, Aleka datang menghampiriku “Sedang apa

kamu disini?? Anak-anak kok belum sampai basecamp ya?” Entah kenapa, badanku capek sekali

setelah dari perkebunan warga, aku hanya duduk dan bersandar di tiang basecamp berdiam diri

dan tidak menghiraukan pertanyaan Aleka. “Hey ganteng!! Apa kamu tidak mendengarkanku??.

Dengan penuh emosi Aleka pergi mengambil ember yang berada di belakang Basecamp, lalu

menyiramkan air tersebut ke arahku hingga aku basah kuyup. Tanpa pikir panjang aku menyeret

Aleka menuju sungai hilir. “Apa yang kamu lakukan, tanya aleka” Sudah Diam saja, ini akibat

dari ulah mu sendiri Aleka,”. Dalam hitungan detik, aku menceburkan aleka kedalam sungai

hilir, padahal sungai hilir tidak terlalu dalam hanya sepinggang orang dewasa. “tolong, tolong

aku, aku tidak bisa berenang” dengan santai aku berjalan mendekati aleka lalu mengangkat

badan aleka untuk berdiri, “hey hey hey,nyonya Aleka, Airnya tidak begitu dalam”. Dengan raut

wajah penuh kesal, aleka langsung pergi kembali ke basecamp, lalu menceritakan kejadian itu

kepada Remon. Malam itu Aku dan Remon berkelahi dengan hebat di tengah-tengah sawah,

Rini, deka dan Aleka pun tidak mengetahui kami yang sedang berkelahi, ternyata Remon tidak

terima dengan prilaku ku tadi sore terhadap Aleka.

Remon bertaruh kepadaku, siapa yang kalah malam ini, dia harus menuruti semua permintaan

pemenang dan aku menerima taruhan dari Remon, tanpa basa basi satu pukulan telak bersarang

mengenai pipi kiriku, siiial aku kalah start, aku bangkit berdiri melayangkan satu tendangan

hebat tepat mengenai bibir Remon, tapi sayang Remon tidak terjatuh karena badan Remon terlalu

tinggi dan besar, lalu Remon membalas satu pukulan mengenai pelipis mataku, sedikit

Page 3: Lifede

berkunang-kunang saat aku memandang Remon. Lalu aku bangkit berdiri berlari kearah Remon

melesatkan pukulan tepat di tulang rusuk sebelah kiri, Remon pun tidak bisa mengelak dalam

hitungan ke lima Remon tersungkur kesakitan akibat tulang rusuk yang patah dan mengakui

kekalahannya, aku meminta Remon untuk menjauhi aleka dan Remon pun menyanggupi

permintaanku.

Semenjak praktik kerja lapangan dan kejadian pertengkaranku dengan remon ditengah sawah,

aku semakin sayang dan sangat berharap memiliki cinta Aleka, tapi semua rasa cinta dan sayang

itu aku pendam dalam-dalam karena aku malu mengungkapkan perasaan itu kepada Aleka

hingga kami lulus kuliah dan berpisah.

Sekarang aku berada di perbatasan kota kenari. Aku sering melakukan sesuatu yang berguna

untuk masyarakat pedalaman, dan membawaku berkerja di pabrik kayu milik perusahaan asing

australia, sebagai Public Relations. Ya, disini aku mencoba merubah dan beradaptasi dengan

kehidupanku sebelumnya, padahal jurusanku perkebunan tetapi sekarang aku berkerja menjadi

Public ralations di perusahaan asing, ya sudah, aku jalani saja. 2 bulan berlalu tetapi rasa jenuh

melandaku. Semua urusan pekerjaan yang menumpuk membuatku strees stadium 4. Aku harus

mencari kesibukan untuk mengusir rasa jenuh dan strees ini. Kesibukkanku setelah pulang kerja

adalah mengajarkan pelajaran bahasa indonesia kepada anak-anak dan penduduk yang tinggal

dipedalaman meskipun jurusanku waktu kuliah adalah perkebunan, aku tidak pernah ragu dalam

mengajar.

Tidak ada listrik, hanya cahaya dari langit yang aku temui. Mungkin ini sederet

pengalamanku berada di desa pelosok dan terkecil, bisa dibilang peradapan baru yang sekarang

aku lalui.

Page 4: Lifede

Pulang kerja aku selalu menyambangi dari desa kedesa yang berada di pedalaman, hingga aku

menemukan desa Jerama. Ya,, disini aku lebih banyak memetik arti kehidupan, hutan yang

terbentang luas dan berbagai sumber daya alam yang masih asli belum tersentuh tangan-tangan

usil penebang liar, penduduk lokal pribumi yang masih mengandalkan hutan dan laut sebagai

kelangsungan hidup, memberiku semangat yang luar biasa.

Dipedalaman desa jerama ini, aku sempat tidak percaya bisa bertemu lagi dengan sesosok

wanita keturunan Belanda yang pernah aku ceburkan kedalam sungai hilir saat praktik kerja

lapangan.

Ternyata Aleka sudah tinggal didesa jerama ini selama 2 tahun, demi memajukan kehidupan

masyarakat Jerama yang jauh dari kota. Aleka bertekad tidak akan pernah kembali ke Belanda.

Aku dan Aleka sangat terkejut ketika kami dipertemukan di desa jerama ini, terimakasih

TUHAN Engkau mempertemukanku dengan Aleka. Betapa senangnya hati ini bertemu kembali

dengan pujaan hati.

Sepertinya Aleka masih kesal dan benar-benar membenciku, sampai-sampai dia tidak mau

berbicara kepadaku saat aku berkunjung ke desa jerama ini.

Aku dan aleka selalu berbeda pendapat tentang cara kelangsungan hidup masyarakat di desa

jerama ini, untung saja ketika aku memberikan pelajaran Bahasa Indonesia kepada anak-anak

pedalaman di desa jerama, Aleka mau membantuku meski raut wajahnya masih kesal

terhadapku. Aleka menganggap sytem pembelajaranku tidak akan membuat anak-anak

pedalaman di desa Jerama memahami bahasa indonesia yang aku ajarkan, apalagi dengan cara

menuliskan huruf-huruf di atas Batu.

Page 5: Lifede

Aleka sangat memahami prilaku anak-anak dan penduduk lokal desa jerama. Aleka

mengambil alat peraga seadanya seperti ranting pohon, tulang ikan, rumput dan apa saja yang

ada di sekitar tempatku mengajar. Aleka memberikan permainan dengan alat peraga yang sudah

dikumpulkannya, dia mengambil satu persatu lalu menyuruhku untuk menyebutkannya, lalu

anak-anak jerama dibimbing untuk mengucapkan apa yang aku sebut. Begitu pula aku dan Aleka

secara berulang-ulang memberikan pengenalan terhadap alat peraga yang ada, kedalam Bahasa

Indonesia.

Seiring berjalannya waktu kedekatanku bersama Aleka semakin maju, setiap pulang dari kerja,

aku selalu menemui aleka, tapi bagaimana caranya untuk mengungkapkan isi hati ini.

Musim hujan pun datang, jarak tempat tinggalku dan desa jerama cukup jauh melintasi 2 bukit

yang terbentang di tengah-tengah hutan. Aleka selalu mengeluh ketika musim hujan tiba.

Penduduk lokal pedalaman harus mengungsi dibalik bukit, karena wabah nyamuk yang

mematikan selalu datang menghampiri ke tiap-tiap penduduk, disaat musim hujan tiba.

Malam itu aku membantu Aleka mengungsikan penduduk desa jerama dibalik bukit ke tempat

yang lebih aman. Suasana hujan deras mempersulit aku dan aleka dalam mengungsikan

penduduk. Ditengah-tengah perjalanan, aleka berbicara kepadaku, “Jika aku tergigit nyamuk

yang mematikan, apakah kamu masih mau menjadi sahabat terbaikku dan guru bagi penduduk

lokal jerama?

Bibir ini sungguh terasa berat untuk menjawab pertanyaan dari aleka. “Kenapa kamu berbicara

seperti itu??” tanyaku dengan menatap matanya yang biru itu lebih dalam lagi. Aleka menjawab

dengan begitu yakin “Dari awal kita bertemu saat praktik kerja lapangan, aku sudah merasakan

bahwa kamu mencintai aku, tapi kamu tidak menunjukkan rasa cintamu kepadaku hingga aku

Page 6: Lifede

lebih menyukai Remon. Dan saat ini kita dipertemukan kembali di desa jerama. Aku hanya ingin

memastikan kembali, bahwa kamu mencintai aku, aku yakin jika kamu tidak mencintaiku kenapa

kamu mau membantu penduduk desa jerama?” (ternyata aleka merasakan getaran cinta yang

kurasakan setelah sekian lama aku pendam selama Praktik Kerja Lapangan, 7 tahun yang

lalu).

“Jujur dari perasaanku yang paling dalam aku memang jatuh cinta kepadamu aleka, namun

aku tidak berani mengutarakan cintaku kepadamu saat praktik kerja lapangan 7 tahun yang lalu.

Di lubuk hatiku yang paling dalam, ini adalah panggilan hidup, aku ingin memajukan penduduk

desa jerama ini untuk mendapatkan pelajaran yang lebih layak.” Setelah aku menjawab

pertanyaan dari aleka, aleka langsung memeluk ku dengan erat. Aleka mengucapkan kata yang

selama ini aku tunggu ”Aku sangat mencintaimu “tepat terdengar jelas di telinga kiriku, jantung

ini berdetak lebih kencang dari biasanya, sampai-sampai aku terdiam dan terbawa suasana

dibawah Guyuran hujan Deras. (saat seperti inilah yang sudah lama aku harapkan. Kenapa

baru sekarang aleka, aku juga sangat mencintaimu aleka).

Tidak berlangsung lama rombongan penduduk yang dibawa aleka terpeleset ke lereng bukit,

untung kami membawa akar pohon sebagai alat pegangan selama perjalanan, aku berlari menarik

akar pohon yang mereka pegang dan aleka pun ikut menarik.

Aleka mengikatkan akar pohon ke pinggangnya lalu melingkarkan kembali ke batang pohon

yang sangat besar, aku dan penduduk yang terperosot ke lereng bukit saling tarik menarik

dibawah hujan deras, bebanpun terlalu besar (6 orang) sedangkan rombongan di depan tidak

mengetahui keadaan kami. Aku terjun langsung kelereng bukit dengan mengikatkan akar pohon

dipinggangku yang sudah terikat di pohon besar.

Page 7: Lifede

5 orang berhasil naik ke atas, 1 orang masih bersusah payah untuk naik ke atas sambil

memegang akar pohon yang sebentar lagi mau putus. Aleka dengan cepat menarik tangan

penduduk lokal itu hingga ke atas, tapi sayang akar pohon yang aku ikat terputus saat aku akan

kembali ke atas. Dengan cepat aku meraih akar pohon yang di ikatkan aleka ke pohon besar,

aleka mencoba meraih tangan kiri ku. “Ayo Pangeranku! kamu pasti bisa. Jangan hiraukan akar

pohon yang aku lingkarkan ke pinggangku!” jika aku menarik tangan aleka, aleka pasti akan sulit

bernapas karena beban ku terlalu berat, sedangkan akar pohon yang melingkar di pinggang aleka

terus mengencang. Aku berharap penduduk yang berhasil naik ke atas meminta bantuan ke

penduduk lainnya untuk menolong kami.

“Aleka jangan kau paksakan dirimu untuk menolongku !!!

“ aku tidak pernah membiarkan orang yang aku cintai Mati di hadapanku”

“ Sudah lepaskan saja tangan ku ini!!!

“ TIDAK akan ku lepaskan selama a a a ku mmm asih (nafas aleka semakin menipis akibat

akar pohon yang melingkar di pinggangnya tidak bisa menahan beban) penduduk lokal desa

jerama lainnya, belum juga datang. Aku terus meyakinkan aleka untuk membuat keputusan yang

terbaik yaitu melepaskan tanganku, kalo tidak dilepaskan, aleka akan ikut terjun bersamaku.

“ ALEKA CEPAT LEPASKAN TANGANKU !!!

“ttt iiii daaak Akan ku lepaskan sampai penduduk jerama datang menolong kita..”

“Tapi BEBAN ini terlalu berat NANTI kau akan MATI kehabisan nafasmu!!!”CEPAT lepaskan

TANGANKU ALEKA!!!!

Page 8: Lifede

Jika dibiarkan terus Aleka akan MATI. Tangan kananku memukul tangan aleka mencoba

melepaskan genggaman aleka. Dan aku memilih pilihan untuk menjatuhkan diri. Disaat aku

terjatuh, aku hanya bisa menatap aleka berteriak memanggil namaku, dan itu saat terakhir kali

aku melihatnya dan mendengar suara aleka. Lalu semua begitu gelap dan sungguh gelap..

Disaat seperti ini, entah mengapa aku begitu lega. Karena apa yang aku pendam selama ini,

apa yang aku inginkan dan impikan untuk bertemu dengan pujaan hati sudah terjawab dari bibir

seorang wanita keturunan belanda, berwajah cantik, bermata biru yang sangat aku cintai. Selamat

Tinggal ALEKA.

Walaupun kita tidak bisa bersama, tapi satu keinginanku. Tetaplah setia dalam menjaga

penduduk desa jerama ini. Karena dengan begitu, rasa cinta yang abadi ini akan terus terjaga dan

dengan begitu, kamu akan terus mengingatku.. Aleka.