lexical and semantic change

5
Andalusia Neneng Permatasari 0906499902 Dalam perjalanannya bahasa kerap mengalami perubahan. Perubahan itu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Lexical Change (Perubahan secara Leksikal) a) Proses afiksasi Di dalam bahasa Indonesia seringkali ditemui kata-kata seperti agamis, kritis, pramis, dan lain-lain. Kata-kata yang bersufiks –is itu biasanya menunjukkan pada seseorang yang menganut sebuah faham. Sufiks –is ini awalnya adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris yang berakhiran –ic seperti dramatic. Agamis, menunjukkan pada seseorang yang sangat taat terhadap ajaran agamanya. Karena adanya bentuk agamis inilah muncul bentuk-bentuk lain seperti pramis, sanguinis, dan lain-lain. Pramis, berarti seseorang yang sangat mengagumi sosok sastrawan Pramoedya Ananta Toer dan mengikuti pemikiran-pemikirannya. b) Proses pemajemukan Pada awalnya mata hanyalah bermakna salah satu dari panca indera manusia. Seiring waktu, banyak terjadi perubahan berkait dengan kata mata ini. Misalnya mata cincin atau mata hati. Mata yang berciri panca indera manusia yang peka terhadap cahaya dan digunakan untuk melihat, akhirnya membentuk sebuah kata baru dengan proses pemajemukan. Misalnya saja mata hati, proses pemajemukan yang terjadi lebih bersifat penganalogian bentuk mata sebagai panca indera, yaitu untuk melihat. Hanya saja, mata hati sering diucapkan oleh penutur untuk melihat sesuatu yang tidak nampak dan sedikit melankolis. 2. Semantic Change (Perubahan secara semantik/ makna) Dalam perkembangan bahasa selain mengalami perubahan secara leksikal, juga mengalami perubahan secara semantik (makna). a) Broadening (perluasan makna) Perluasan makna ini maksudnya adalah adanya penambahan komponen makna dari makna asalnya. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya bidang aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang semakin beraneka ragam menyebabkan

Upload: andalusia-neneng-permatasari

Post on 18-Jun-2015

643 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lexical and Semantic Change

Andalusia Neneng Permatasari

0906499902

Dalam perjalanannya bahasa kerap mengalami perubahan. Perubahan itu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Lexical Change (Perubahan secara Leksikal)

a) Proses afiksasi

Di dalam bahasa Indonesia seringkali ditemui kata-kata seperti agamis, kritis, pramis, dan lain-lain. Kata-kata yang bersufiks –is itu biasanya menunjukkan pada seseorang yang menganut sebuah faham. Sufiks –is ini awalnya adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris yang berakhiran –ic seperti dramatic. Agamis, menunjukkan pada seseorang yang sangat taat terhadap ajaran agamanya. Karena adanya bentuk agamis inilah muncul bentuk-bentuk lain seperti pramis, sanguinis, dan lain-lain. Pramis, berarti seseorang yang sangat mengagumi sosok sastrawan Pramoedya Ananta Toer dan mengikuti pemikiran-pemikirannya.

b) Proses pemajemukan

Pada awalnya mata hanyalah bermakna salah satu dari panca indera manusia. Seiring waktu, banyak terjadi perubahan berkait dengan kata mata ini. Misalnya mata cincin atau mata hati. Mata yang berciri panca indera manusia yang peka terhadap cahaya dan digunakan untuk melihat, akhirnya membentuk sebuah kata baru dengan proses pemajemukan. Misalnya saja mata hati, proses pemajemukan yang terjadi lebih bersifat penganalogian bentuk mata sebagai panca indera, yaitu untuk melihat. Hanya saja, mata hati sering diucapkan oleh penutur untuk melihat sesuatu yang tidak nampak dan sedikit melankolis.

2. Semantic Change (Perubahan secara semantik/ makna)

Dalam perkembangan bahasa selain mengalami perubahan secara leksikal, juga mengalami perubahan secara semantik (makna).

a) Broadening (perluasan makna)

Perluasan makna ini maksudnya adalah adanya penambahan komponen makna dari makna asalnya. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya bidang aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang semakin beraneka ragam menyebabkan kebutuhan akan konsep baru dengan memperluas komponen makna kata- kata yang sudah ada. Contohnya adalah kata akar.

Akar maknanya adalah ‘bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan bersangkutan’. seiring dengan berkembangnya ilmu matematika, akar mendapatkan tambahan makna baru ‘penguraian pangkat’. Perluasan makna ini jika diamati adalah hasil dari analogi pada makna yang pertama. Akar pada tumbuhan berfungsi untuk mengurai segala mineral, makanan, dan air yang diperlukan tumbuhan. Ilmu matematika menjadikan kata akar ini sebagai bentuk yang bermakna ‘penguraian pangkat’ karena dengan akar inilah pangkat sebuah angka bisa diuraikan. Misalnya saja akar 25 berarti 5 pangkat dua. Terlihatlah bahwa dengan penggunaan akar inilah dapat menguraikan 5 pangkat dua tersebut.

Page 2: Lexical and Semantic Change

Andalusia Neneng Permatasari

0906499902

Perluasan makna ini bisa dikarenakan juga akibat rendahnya frekuensi penggunaan sebuah kata. Misalnya kata kakak yang dulu hanya berarti ‘saudara laki-laki/perempuan yang lebih tua’, kini ‘sebutan untuk orang meski tidak sedara’. Biasanya dilakukan untuk kesopanan, seperti yang dilakukan beberapa pelayan toko baju untuk menyebut calon pembeli yang datang baik laki-laki atau perempuan. Hal ini terjadi karena rendahnya frekuensi penggunaan kakak yang kalah oleh sebutan dari daerah/suku masing-masing yang biasanya jauh lebih spesifik. Oleh karena itulah, kakak ini mengalami perluasan makna.

b) Narrowing (penyempitan makna)

Penyempitan makna ini maksudnya adalah adanya pengurangan komponen makna dari makna asalnya. Dalam bahasa Indonesia biasanya hasil serapan dari bahasa asinglah yang kerap mengalami penyempitan makna ini. Contohnya adalah kata madrasah.

Madrasah merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang berarti ‘sekolah’. Pada waktu dulu pun madrasah bermakna sekolah, terutama ketika sekolah yang ada (yang didirikan Belanda) terbatas hanya untuk keturunan bangsawan saja. Namun, seiring dengan berkembangnya pertumbuhan sekolah di Indonesia, madrasah mengalami penyempitan makna menjadi terbatas hanya untuk ‘sekolah islam’.

Sekarang sekolah memiliki macam-macamnya, ada sekolah negeri, sekolah internasional, dan lain-lain. Macam-macam ini pun tidak jarang menunjukkan kualitas, standar, dan ciri/ karakteristik dari sekolah. Oleh karena itu, kata madrasah mengalami penyempitan makna dengan hanya terbatas menjadi ‘sekolah islam’ saja. Hal ini dibutuhkan untuk membuat ciri atau karakteristik pada sekolah yang memiliki muatan bidang studi agama (tentang keislaman) lebih banyak daripada sekolah lainnya, seperti madrasah ibtidaiyyah, madrasah tsanawiyah, dan madrasah tsanawiyah.

c) Ameliorasi

perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih baik dari makna sebelumnya. Contohnya adalah kata wanita. Wanita makna asalnya lebih rendah daripada perempuan. Berasal dari bahasa sanksekerta vanita yang artinya kurang lebih sama dengan ‘hamba sahaya’, karena dulu perempuan hanyalah bawahan bahkan nyaris seperti hamba sahaya bagi laki-laki. Tapi, kini wanita memiliki makna yang lebih baik dari makna sebelumnya, menjadi lebih tinggi dari perempuan. Wanita kini lebih bermakna perempuan dewasa yang lebih matang dalam berpikir dan bertindak. Ameliorasi ini terjadi memudahkan untuk membedakan sebutan bagi perempuan yang masih muda dan perempuan dewasa.

d) Peyorasi

Peyorasi yakni perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang tidak enak, tidak baik, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah kata rekayasa. Istilah rekayasa diciptakan oleh para ahli dari ITB yang pada awalnya merupakan terjemahan dari kata engineering. Rekayasa dulu

Page 3: Lexical and Semantic Change

Andalusia Neneng Permatasari

0906499902

berarti ‘penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan (seperti perancangan, pembuatan konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem yang ekonomis dan efisien)’. Dalam kamus Mc. Echols-Sadily: engineer berarti ‘merencanakan, mengusahakan rencana’, dan engineering berarti ‘keahlian teknik’. Penjelasan ini cukup menunjukkan bahwa kata rekayasa memiliki arti yang positif atau baik.

Akan tetapi, sekarang kata rekayasa memiliki pergeseran makna menjadi negatif dari makna sebelumnya. Pada KBBI edisi III, kata rekayasa sudah bertambah artinya, yakni rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dsb pihak lain. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran makna menjadi sesuatu yang tidak baik. Rekayasa ini berubah karena sering dipakai dalam konteks politik. Rekayasa dalam konteks politik kerap dipakai untuk menunjukkan adanya skenario yang dibuat dan dijalankan untuk menjatuhkan pihak lain.

Peyorasi ini juga dapat kita rasakan pada kata serapan jihad yang makna awalnya dulu adalah ‘usaha mencapai kebaikan, upaya membela agama (Islam), dan perang suci’. Namun, karena kini kerap diucapkan sebagai alasan oleh orang yang melakukan pemboman, kata jihad ini menjadi memiliki makna yang negatif yaitu ‘terorisme’.

e) Metonimia

Metonimia berarti menyebutkan sesuatu hal dengan tidak langsung, biasanya dengan menyebutkan benda atau sesuatu yang lain yang rapat hubungannya dengan sesuatu yang dimaksud itu. Contohnya adalah yang sedang menjadi tren sekarang ini yaitu blackberry.

Blackberry makna awalnya adalah sebuah merk telepon selular buatan Kanada buatan RIM (Research In Motion). Cirinya adalah bisa push email, aplikasi jaringan sosial yang tidak perlu mengaktifkan dulu jaringan GPRS, dan keypad qwerty. Akhirnya, untuk semua telepon seluler yang ber-keypad qwerty kini semua orang mengatakannya blackberry walaupun merknya bukanlah blackberry. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata blackberry adalah sebutan secara tidak langsung untuk jenis ponsel dengan keypad yang qwerty.

f) Metafora

Metafora adalah memahami suatu hal dengan hal lain. Sebagai contoh misalnya hujan gol yang sering diucapkan oleh pembawa acara sepak bola. Hujan gol di sini bukan berarti gol seperti hujan. Akan tetapi, beberapa karakter atau ciri khas hujanlah yang dipakai dalam istilah itu. Misalnya, salah satu ciri hujan yang selalu diingat adalah derasnya. Hujan gol meminjam ciri khas hujan itu yaitu deras, untuk menunjukkan bahwa ada banyak gol yang terjadi pada pertandingan itu.