pariwisata dan climate change

21
SUSTAINABLE TOURISM Samerdanta Sinulingga (1091061008) MAGISTER KAJIAN PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA

Upload: samerdanta-sinulingga

Post on 11-Jan-2015

494 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pariwisata dan climate change

SUSTAINABLE TOURISM

Samerdanta Sinulingga (1091061008)

MAGISTER KAJIAN PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

Page 2: Pariwisata dan climate change

Buatlah Pembahasan mengenai hubungan sebab akibat antara pariwisata dan climate change!

Sebab akibat pariwisata dan climate change dalam Patterson (2006):

1. Tourism is an industry

2. Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global

3. Para pelaku (pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata) memiliki kecenderungan untuk

mengaburkan suatu sistem yang kompleks dasar dari sistem climate change tersebut, dan

memberikan suatu rintangan terhadap proposal sustainable tourism yang seharusnya

mendapat dukungan sebagai salah satu pencegahan climate change yang lebih parah.

PEMBAHASAN

Amelung & Viner, 2004; WTO, 2003 dalam Patterson et al (2006:339) menyatakan

bahwa terjadinya climate change disebabkan karena Tourism is an industry, hal ini diperjelas

oleh Patterson (2006) bahwa pariwisata merupakan sebuah industri terbesar yang beberapa

dekade ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan memungkinkan dengan pertumbuhan

yang sedemikian besar tersebut maka dapat menimbulkan proses terjadinya climate change.

Pendapat Patterson tersebut didukung oleh beberapa penelitian terkait Tourism and Climate

change seperti: Amelung, et al (2009) yang menyatakan bahwa:

“Tourism is a multi-billion euro industry that is highly dependent on climate resources. Climate

change may provoke shifts in tourist flows, with large economic implications. Higham and Hall

(2005) identified climate change as the number one challenge to tourism in the 21st century. […..]

Tourism encompasses a highly diversified range of holiday types. [……] All of these segments

may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing, snow for skiing, and

relatively high temperatures for sunbathing on the beach, etc. Climate change can therefore be

expected to have very diverse implications for all these different segments of the tourism market”

Amelung, et al (2009:1). Disisi yang sama UNWTO (2007) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa sebagai suatu industri, Pariwisata memberikan dampaknya, seperti pada tabel berikut ini:

1

Page 3: Pariwisata dan climate change

Gambar 1, UNWTO (2007)

Dukungan terhadap penelitian UNWTO disampaikan oleh ECOT (2009) yang menjelaskan The

global tourism industry is a significant contributor to climate change. However, it should be

noted that just 2 % of the world’s population actively takes part in air passenger transport,

contributing to tourism’s share of global warming which is up to 12.5 % (if non‐CO2 effects are

taken into account)2. Aviation alone contributes 4,9% of this.

2

Page 4: Pariwisata dan climate change

Gambar 2, Sumber: Economic Commission for Latin America and the Caribbean, 2010

Dalam jurnalnya, ECOT mengkritik pernyataan UNWTO, yaitu: “Sensitive to the charge that

they (UNWTO) are unconcerned about the climate change impact of flying but still adhering to

the growth path, the aviation industry and the tourism sector have recently been hailing the

development of “sustainably grown biofuels”. The United Nations World Tourism

Organisation (UNWTO) is also waiting “for the earliest possible global introduction of

sustainable aviation biofuels.” These so‐called sustainable biofuels constitute a panacea so

that the ‘business ‐ as ‐ usual’ mode can continue. Are biofuels the answer for sustainable

tourism development?. Pernyataan yang dikeluarkan ECOT sangat mengintimidasi pariwisata

dan mengaburkan intelegensia dan Power UNWTO. Business as usual mengkategorikan

pariwisata pada hakikatnya adalah global itu sendiri dan pada dasarnya pariwisata itu adalah

mass itu sendiri (Wearing 2009:67).

3

Page 5: Pariwisata dan climate change

Penelitian-penelitian diatas (secara mayoritas) merupakan suatu implikasi dari pariwisata

kepada climate change, namun bagaimana Climate change mempengaruhi pariwisata?. Penelitian

yang dilakukan oleh Patterson dan didukung oleh Economic Commission for Latin America and

the Caribbean (2010), menyatakan:

“Uyarra et al. (2005) examined the impact of climate change by asking respondents about the

likelihood of their returning to these islands in the event of coral bleaching and sea level rise.

They found that more than 80% of the visitors to Bonaire and Barbados would be expected not

to return to the islands in the event of these occurrences. Mather et al. (2005) examined the

attraction of the Caribbean as a tourist destination for travellers from North America. This

study established that the Caribbean subregion is likely to be less attractive to tourists due to

factors such as increased temperatures, beach erosion, deterioration of reef quality and

greater health risks.”

Penelitian lainnya yang mendukung peneltian Patterson (2006) ini adalah Jacqueline M.

Hamilton, David J. Maddison, Richard S. J. Tol (2005). Penelitian Hamilton et al disimulasikan

untuk 207 negara di dunia, penelitian ini menerangkan:

“One can approach the relationship between tourism and climate (change) in 2 different ways,

by looking: (1) at tourists, what they (should) prefer (e.g. Scott & McBoyle 2001, Amelung &

Viner in press) or how they behave (e.g. Maddison 2001, Richardson & Loomis 2004); or (2) at

destinations and how their attractiveness changes with climate and management (e.g. Abegg

1996, Craig-Smith & Ruhanen 2005, Perry 2005). Reviews of the climate and tourism literature

are given by Hamilton & Tol (2004) and Scott et al. (2005). [.....]However, looking at a

particular group of tourists or a particular destination is not enough to fully understand tourist

behaviour. Tourism, like any market, is defined by supply and demand, by push and pull factors.

Destinations compete for the most lucrative tourists, and tourists compete for the best deals.

[……]Climate change would lead to a gradual shift of tourist destinations towards the poles and

up the mountains. Climate change would also imply that the currently dominant group of

international tourists— sun and beach lovers from Western Europe—would travel less far, or

even stay in their home country, implying a fall of total international tourist numbers (relative

to the baseline without climate change). The reverse is true for warmer countries; not only

would these countries attract less foreign tourists, domestic tourists would be inclined to travel

abroad for their holidays. The pattern of international tourism—towards higher latitudes and

4

Page 6: Pariwisata dan climate change

altitudes—found by Hamilton et al. (2005) is amplified by shifts in domestic tourism: higher

(lower) latitudes and altitudes would become more (less) attractive to international and

domestic tourists alike.

Gambar 3, Sumber Hamilton et al (2005)

As is shown in Hamilton et al. (2005), climate change perturbs the socio-economic scenario,

but does not dominate it. Until 2020, climate change slows the growth of international

tourism, as tourists from temperate and cool countries, particularly in Europe, stay within

their own country. After 2020, more tourists originate in hot countries, and tourism numbers

go up as they seek to spend their holiday at cooler destinations. if a cool country becomes

warmer, it first attracts more international tourists, until it gets too warm and starts attracting

fewer tourists.

5

Page 7: Pariwisata dan climate change

Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global: Patterson menjelaskan

bahwa pariwisata sedarinya sudah merupakan suatu industri yang memberi tekanan kepada

sumber daya lokal untuk dikonsumsi secara global, hal ini didukung oleh beberapa penelitian

terkait seperti:

Gambar 4, Sumber: Amelung, et al (2009)

Gambar 5, Sumber: Amelung, et al (2009)

6

Page 8: Pariwisata dan climate change

Dari diagram tersebut, Petterson (2006) dan secara khusus Amelung et al (2009) meneliti

mengenai bagaimana industri pariwisata menggunakan sumber daya lokal seperti pada Gambar 6

yaitu air sebagai suatu kemasan konsumsi global. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa

terjadinya tekanan sumber daya alam khususnya air yang digunakan di daerah Eropa untuk

kepentingan Global Tourism. Dan dampaknya pada kawasan pariwisata Eropa adalah terjadinya

Water Stress Level yang digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 6, Sumber: Amelung, et al (2009)

Hal tersebut didukung dengan gambar 5, gambar 5 (pegunungan Les alpes) menerangkan tentang

Ice level (Level kepadatan es) yang terdapat di eropa (seperti yang sudah dijelaskan di atas “All

of these segments may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing,

snow for skiing”. Tingginya kunjungan wisatawan ke daerah tersebut, tingginya penggunaan

akomodasi di daerah tersebut, tingginya penggunaan alat transportasi, penggunaan listrik,

penggunaan pemanas ruangan dan lain sebagainya, mengakibatkan suatu hal yang

mencengangkan dalam kurun waktu beberapa tahun. Kepadatan es diukur dari warna diagram,

dari biru tua kepada biru muda, yang menjelaskan bahwa semakin biru gambar tersebut maka

kepadatan es semakin besar, dan sebaliknya (Lihat dari kiri ke kanan). Pada gambar kiri

menjelaskan mengenai level kepadatan es pada tahun sebelumnya sedangkan pada gambar kanan

menjelaskan mengenai kondisi level kepadatan es pada tahun-tahun belakangan ini.

7

Page 9: Pariwisata dan climate change

Uraian tentang Adaptasi dan mitigasi antara climate change dan pariwisata dari jurnal Patterson:

1. Pemerintah membutuhkan informasi dan infrastruktur untuk berhadapan dengan konflik

ini.

2. Membuat suatu dialog antara pemerintah dan peneliti.

3. Diadakannya suatu pertemuan antaraclimate change researcher, policy makers and

practitioners at six international meeting

4. Pengembangan adaptive governance, adaptive management, integreted assessment dan

general system theory

5. Diadakannya suatu peneltian yang merupakan suatu langkah awal terhadap procces of

study and design of public policy.

6. Membuat suatu model manajemen yang konseptual terhadap pelaku pembuat kebijakan

publik yaitu pemerintah, seperti:

Mengekstrak pengetahuan dari netwotk member secara profesional.

Sharing informasi secara ringkas dan melakukan struktur konsensus

Memfasilitasi informasi-informasi yang produktif

Mengidentifikasi kesenjangan dalam pemberian informasi

Mendefenisikan tujuan dan membentuk strategi

Memberi informasi kepada network member dan mengaplikasikan pengetahuan

secara luas.

7. Pembuat kebijakan harus menyadari fungsi mereka dan bertindak dengan kemampuan

yang kreatif untuk menangani climate change.

8. Menciptakan model-model yang strategis dalam menghadapi climate change yang

disebabkan oleh pariwisata, seperti menggunakan model 1 yang dinamakan Tourism dan

Climate Change as a two-way street dan model ke 2 yaitu states and changes in tourism-

climate system.

9. Model I (Pertama) berakar pada prinsip “Perubaan Iklim mempengaruhi kegiatan

Pariwisata dan aktivitas pariwisata mempengaruhi perubahan iklim dunia.”

10. Adanya perhatian kepada kualitas kebijakan pariwisata yang konsern kepada pencegahan,

mencoba memperkecil sifat kapitalis pariwisata.

8

Page 10: Pariwisata dan climate change

11. Adaptasi yang dimaksudkan dalam ranah pariwisata adalah dilakukannya suatu

perjalanan wisata yang ramah dan pro terhadap lingkungan sehingga tidak mempercepat

climate change seperti Sustainable Tourism Development (Weaver 2006:18), Pariwisata

Alternatif (Miller 2005:31), Pro Poor Tourism (Hall 2007:13), dan Ecotourism, (Fennell

2003:21).

12. Salah satu mitigasi, dalam hal ini kegiatan pariwisata dapat menjadi pelestari lingkungan

namun apabila pelaksanaan pariwisata loss control, dapat berbahaya (tourism to climate).

Sedangkan apabila suatu lingkungan tidak memberikan nilai ekonomi atau manfaat maka

kesempatan lingkungan tersebut terbengkalai dan dirusak oleh oknum-oknum tidak

bertanggung jawab semakin besar (climate to tourism), maka hal yang harus dilakukan

adalah win-win solution.

13. Kesuksesan mitigasi dikarenakan adanya kooperasi (kerjasama) dari berbagai pihak.

14. Untuk mitigasi antara Tourism-Climate Change maka dibentuklah 2 buah model yang

mencerminkan model sustainable tourism solution.

15. Dari paper ini Para peneliti ingin mencapai sustainability yang memanifestasikan dirinya

ke dalam lingkungan global yang tidak pasti arah dan gejolaknya. (sustainability

merupakan suatu strategi ekonomi yang optimis tanpa mengorbankan lingkungan secara

lebih besar)

16. Keberlanjutan pengelolaan pariwisata yang mendukung lingkungan maupun sebaliknya,

sebenarnya lebih terlaksana dengan baik melalui Political Forces dibandingkan Scientific

Principle Research.

Adaptasinya dengan mengembangkan perjalanan wisata yang berbasis alam. Walaupun

sebenarnya kegiatan ini belum secara pasti dapat menghentikan climate change yang terjadi di

dunia, langkah-langkah pengelolaan pariwisata yang dilakukan pada kondisi-kondisi sekarang

ini, dipahami hanya sebagai “pelambat” terjadinya climate change. Dalam arti, perlu

dilakukannya penelitian secara sistemik dengan model dinamik, sehingga dapat menjelaskan

bagaimana pariwisata memberikan pengaruh yang cepat terhadap perubahan iklim dunia. Model

untuk adaptasi dan mitigasi tersebut tergambar dalam model I, seperti di lembar berikut ini:

9

Page 11: Pariwisata dan climate change

Kategori Contoh

Tipe Destinasi dan

Environmental

Urban, biome, protected area dan lain sebagainya, yang

mengisyaratkan untuk memberi dukungan terhadap aktivitas alam

yang bersifat natural. Hal yang sama yang dikatakan oleh beberapa

para ahli yaitu Saat ini telah terjadi perubahan pola konsumsi

wisatawan terhadap suatu wilayah destinasi yaitu pariwisata massal

kepada pariwisata berkelanjutan (Cooper 2010:124,131, Divino

(2009), Hall 2006:158), ini merupakan salah satu usaha yang

dilakukan untuk adaptasi dan memitigasi climate change secara cepat.

Geographic Region Dari daerah kecil hingga benua

Tourism Segments Segmen pasar yang diharapkan pun seperti wisatawan dengan

kunjungan yang dilakukan per tahun, per musim dan sebagainya.

Isu-Isu yang

konsern

Model ini konsern dengan isu-isu kesehatan (Reisman 2010:99)

(perjalanan yang dekat dengan alam, bersifat organik dan kunjungan-

kunjungan untuk mengobati diri dari penyakit), area-area yang sensitif

seperti hutan lindung, Eagles (2002), maupun lingkungan bawah laut,

Gales (2003). Keberlangsungan dari suatu kebudayaan atau etnik

tertentu (Weaver 2006:18)

10

Page 12: Pariwisata dan climate change

Gambar 7, Sumber: Patterson (2006)

Adaptasi dan mitigasi dalam model ke 2, dijelaskan dalam skala, fungsi dan state

changes. Skala yang dimaksudkan adalah individual, site, destination, nation, trans-national dan

global (Individual dalam hal ini merupakan seseorang yang mempunyai keputusan, tindakan,

persepsi untuk setiap hal yang akan dilakukannya dalam melakukan pariwisata dan berusaha

memitigasi climate change, Site yang dimaksudkan dalam tabel ke 2 merupakan gambaran dari

lokasi seperti pantai, taman, fasilitas pariwisata hotel dan lain sebagainya, Destination adalah

suatu group yang memuat Site-Site dengan kelengkapan manajemen (marketing) di dalamnya,

National dalam hal ini merupakan suatu kebijakan dan aksi yang berskala nasional di dalam 1

(satu) pemerintahan/negara, Trans-National merupakan suatu kebijakan yang disepakati oleh

oleh 2 hingga lebih negara untuk tujuan politis, dan Global adalah keseluruhan hal-hal diatas

yang mengikat Individual, Site dan seterusnya). Untuk menangani Fungsi yang dimaksudkan

diatas adalah aspek sistemik yang mempunyai kecenderungannya cepat berubah, sangat tidak

11

Page 13: Pariwisata dan climate change

menentu dan atau subjektif (flow). State changes (Stock), merupakan aspek dari pariwisata dan

climate change, yang menjelaskan suatu petunjuk suatu perubahan secara perlahan. Pada Gambar

2 angka 1 merupakan iklim dan kondisi lingkungan secara nyata, hal ini mengarahkan kepada

variabel-variabel dan beberapa komponen lingkungan yang mempengaruhi diagram B, yaitu

sumber daya wisata (kondisi fisik, budaya, sosial, dan alam). Menggunakan suatu manajemen

yang profesional untuk 2 (pengembangan), yang dapat mempengaruhi C, yaitu infrastruktur dan

atraksinya (akomodasi, aktivitas, budaya, sosial, dan lingkungan), hal tersebut merupakan dasar

dari host community dan turis harapkan yaitu sebuah pengalaman yang akan memutuskan suatu

persepsi (Judgement dari suatu nilai dan keadilan antara kos dan benefit) C. yang menjelaskan

bagaimana persepsi mempengaruhi broader hasil sosial yang tergantung pada nomor 4 yaitu

komunikasi dan pengalaman yang telah di rasakan, masyarakat sipil (keikutsertaan, institusi

formal maupun non formal, pemerintah). Berikutnya 5, yang mengacu kepada intervensi /evolusi

yang dapat memutuskan D yaitu Aturan dan norma (adaptasi dan ukuran mitigasi (pencegahan),

insentif, retribusi dan indikasi supply). Keseluruhan hal diatas mempengaruhi 6 yaitu behaviour

atau tindakan yang kemudian berdampak pada E/aktivitas pariwisata. Pariwisata dan non sumber

daya wisata dan variabel-variabel alami adalah 7 yaitu faktor-faktor yang dapat memerangi

perubahan alam secara negatif kepada A/state of the climate.

Penelitian mitigasi dan adaptasi untuk Tourism and climate change ini juga didukung

oleh pernyataan Achim Steiner UN Undersecretary General And UNEP Executive Director:

“far sighted action by the $880 billion international tourism industry will send important signals to governments, industries and the public that mitigation and adaptation to the climate change challenge make economic and environmental sense. it is the kind of leadership that can encourage others to look not only to their exposure and to the risks posed by climate change, but also to the abundant opportunities and benefits of cost effective action […]four major mitigation strategies for addressing greenhouse gas emissions from tourism can be distinguished: i) reducing energy use, ii) improving energy efficiency, iii) increasing the use of renewable energy, and iv) sequestering carbon through sinks. ". UNWTO (2007)

Untuk melaksanakan 4 major mitigasi yang telah ditentukan diatas maka dibentuk juga suatu model yang hampir mirip dengan apa yang dikerjakan Patterson et al (2006) oleh UNWTO dalam Economic Commission for Latin America and the Caribbean (2010). Apabila diperhatikan dengan seksama dalam model yang di tampilkan oleh Patterson (2006) memuat suatu model yang general (teoritis) dan pendukung model (terapan) tersebut dapat dilihat pada tabel berikut yang menerangkan tentang Tourism Stakeholders And Climate Adaptation Strategies (model Patterson

(2006) pada diagram B,2,C,5,D):

12

Page 14: Pariwisata dan climate change

Type ofadaptation

Tourismoperators/businesses

Tourism industryassociations

Governments andcommunities

Financial sector(investors/insurances)

Technical Snow-making Slope contouring

Rainwater collection and water recycling systems

Cyclone-proof building design and structure

Enable access to early warming equipment (e.g. radios) operators.

Develop websites with information on adaptation measures.

Reservoirs and desalination plants

Fee structures for water consumption

Weather forecasting and early warning systems

Require advanced building design or material (fire resistant) standards for insurance

Provide information material to customers

Water conservation plans

Low season closures Product and market

diversification Regional

diversification in business operations

Redirect clients away from impacted destinations

Snow condition reports through the media

Use of shortterm seasonal forecasts for planning marketing activities.

Training programmes on climate change adaptation.

Encourage environmental management with firms (e.g. via certification)

Impact management plans (e.g. Coral Bleaching Response Plan’)

Convention/event interruption insurance

Business subsidies (e.g. insurance or energy costs)

Adjust insurance premiums or not renew insurance policies

Restrict lending to high risk business operations

Policy Hurricane interruption guarantees

Comply with regulation (e.g. building code)

Coordinated political lobbying for GHG emission reductions and adaptation mainstreaming

Seek funding to implement adaptationprojects

Coastal management plans and set back requirements

Building design standards (e.g. for hurricane force winds).

Consideration of climate change in credit risk and project finance assessments

Research Site location (e.g. north facing slopes, higher elevations for ski areas)

Assess awareness of businesses and tourists, aswell as knowledge gaps.

Monitoring programs (.e.g. predict bleaching or avalanche risk, beach water quality)

Extreme event risk exposure

Education Water conservation education for employees and guests

Public education campaign

Water conservation campaigns

Campaigns on the dangers of UV radiation

Educate/inform potential and existing customers

Behavioural Real-time webcams of snow conditions

GHG emission offset programs

GHG emission offset programs

Water conservation initiatives

Extreme event recovery marketing

Good practice inhouse.

13

Page 15: Pariwisata dan climate change

DAFTAR PUSTAKA

Referensi pendukung untuk Jurnal Patterson (2006) “Tourism And Climate Change: Two Way Street, Or Vicious/Virtous Circle?, yaitu:

Amelung, Bas, Alvaro Moreno, 2009. Impacts Of Climate Change In Tourism In Europe. Peseta-Tourism Study. Jrc Scientific And Technical Reports. European Commission, Joint Research Centre, Institute For Prospective Technological Studies.

Economic Commission For Latin America And The Caribbean, 2010. Regional Report On The Impact Of Climate Change On The Tourism Sector (Journal Lc/Car/L.263).

Ecumenical Coalition On Tourism (ECOT),2009. Climate Change And Tourism: Call For Action By Civil Society Groups.

Hamilton, Jacqueline M., David J. Maddison, Richard S. J. Tol, 2005. Effects Of Climate Change On International Tourism (Journal Climate Research Vol. 29: 245–254, 2005). Hamburg University And Centre For Marine And Atmospheric Science

Wearing, Stephen And John Neil, 2009. Ecotourism Impacts, Potentials And Possibilites. Butterworth Heinemann. Burlington.

World Tourism Organization (UNWTO), The United Nations Environment Programme (UNEP) And The World Meteorological Organization (WMO), 2007. Climate Change And Tourism: Responding To Global Challenges Advanced Summary 2007.

Weaver, David, 2006. Sustainable Tourism. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford.

Miller, Graham And Louise Twining-Ward, 2005. Monitoring For A Sustainable Tourism Transition (The Challenge Of Using Indicators). CABI Publishing. United Kingdom.

Hall, C. Michael, 2007. Pro Poor Tourism: Who Benefits? Perspective On Tourism And Poverty Reduction. Channel View Publications. United Kingdom And Usa.

Fennell, David A. And Ross K.Dowling, 2003. Ecotourism Policy And Planning. CABI Publishing. United Kingdom

Cooper, Erfurt Patricia And Malcolm Cooper, 2010. Volcano & Geothermal Tourism (Sustainable Geo-Resources For Leisure And Recreation). Earthscan. London & Washington Dc.

Divino, Jose Angelo And Mcaleer Michael, 2009. Modelling Sustainable International Tourism Demand To The Brazilian Amazon. Department Economic. Brasilia And Madrid.

14

Page 16: Pariwisata dan climate change

Hall, Michael. 2006. The Impact Of Tourism Knowledge (Journal Tourism Research). University Of Canterbury.

Reisman, David, 2010. Health Tourism (Social Welfare Through International Trade). Edward Elgar Publishing Limited. United Kingdom

Gales, Nick, Mark Hindell And Roger Kirkwood, 2003. Marine Mammals (Fisheries, Tourism And Management Issues). Csiro Publishing.

15