leukopoesis

48
Leukopoesis dr.Kumala Dewi Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Upload: stephaniepany

Post on 11-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Leukopoesis

dr.Kumala DewiBagian Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran UniversitasTarumanagara

Leukosit di kelompokkan berdasarkan:

1. Jenis/seri : - Granulosit: neutrofil, eosinofil, basofil. - Monosit. - Limfosit.

2. Fungsi : - fagosit : granulosit, monosit. - Imunosit : Limfosit, sel prekursor

limfosit, sel plasma.

Morfologi dan maturasi sel seri granulosit:

Mieloblas

Promielosit

Mielosit (N, E, B)

Metamielosit (N, E, B)

Batang (N, E, B)

Segmen (N, E, B)

Pembentukan dan kinetik granulosit:

Granulosit, monosit di bentuk dalam sumsum tulang dari sel prekursor.

Dalam seri ganulopoietik sel progenitor, mioloblas, promielosit, dan mielosit membentuk mitotic pool / stadium proliferasi.

Metamielosit, neutrofil batang, neutrofil segmen termasuk dalam pos mitotic pool / stadium maturasi.

Dalam sumsum tulang, neutrofil batang dan segmen terdapat dalam jumlah besar sebagai reserve pool / kompartemen simpanan.

Dalam keadaan normal, sumsum tulang terdapat lebih banyak sel mieloid di bandingkan sel eritoid dengan ratio 2:1 sampai 12:1, dengan proporsi terbesar neutrofil dan metamielosit.

Dalam keadaan normal sumsum tulang mengandung 10 sampai 15 kali jumlah granulosit yang beredar.

Granulosit di lepaskan dari sumsum tulang masuk ke sirkulasi darah setelah 6 – 10 jam dalam sirkulasi, granulosit akan ke jaringan dan menjalankan fungsi fagositnya.

Dalam sirkulasi darah tepi, granulosit terdapat dalam 2 pool dengan jumlah hampir sama yaitu : circulating pool ( yang terhitung dalam jumlah sel) dan marginal pool (yang tidak terhitung pada perhitungan sel darah).

Dalam jaringan granulosit di hancurkan setelah 4 – 5 hari, karena perannya dalam pertahanan terhadap benda asing (bakteri atau karena sudah waktunya untuk mati).

Granulosit dalam tubuh terdapat pada 3 tempat utama yaitu:

1. Sumsum tulang : - stem cell pool. - mitotic pool. - post-mitotic pool dan storage pool.

2.Sirkulasi darah : - circulating pool. - marginal pool.

3.Jaringan

Proses pembentukan dan maturasi granulosit:

1 hari 6 – 10 hari

Stem cell pool

Mitotic pool

Blast, promielosit,

miels.

Post mitotic dan storage pool

Metamiels, netr. btg , segmen

Circulating pool

Marginal pool

Jaringan

Leokopoietine inhibitor

Std.profil

Sumsum tl.

Wkt. transit

darah

6 – 10 jam

jaringan

4 – 5 hari

Kontrol dari granulopoiesis : myeloid growth factors.

Seri granulosit berasal dari sel progenitor dalam sumsum tulang yang perkembangan dan pematangan yang khusus di pengaruhi beberapa growth factors, seperti:GM-CSF IL-1G-CSF IL-3M-CSF IL-5SCF IL-6

IL-8IL: interleukin ; GM: Granulocyte Monocyte ; G: Granulocyte ; M: Monocyte ; CSF: Colony-Stimulating Factor ; SCF: Stem Cell Factor.

Growth factors: -mempengaruhi proliferasi sel - mempengaruhi / menstimulasi di ferensiasi sel. - berpengaruh pada peran fungsi sel

granulosit yang matang seperti fagositosis. - Di bentuk dari sel-sel stromal (sel endotel, fibroblast, makrofag) dan

dari limfosit T.

• Granula Netrofil: - Anti Mikroba Enzimatik : Lisosim, peroksidase, fosfatase

alkali. - Anti Mikroba non Enzimatik :

Laktoferin, Fagositin. • Eosinpfil : - peroksidase, plasminogen

fungsi : anti histamin.• Basofil : - histamin, heparin.

Monosit

• Merupakan 5 – 8% jumlah leukosit dalam darah tepi, tetapi yang beredar pada suatu saat hanya sebagaian kecil saja dari seluruh cadangan sel ini.

• Sel prekursor dari monosit dalam sumsum tulang (monoblast, dan promonosit) sukar di bedakan dari mieloblast dan monosit.

Pembentukan dan kinetik monosit:

• Berasal dari sel induk yang sama dengan granulosit.• Maturasi dalam sumsum tulang.• Dalam sirkulasi 20 – 40 jam, kemudian masuk ke jaringan menjadi makrofag

dan menjalankan fungsinya.• Waktu hidup sel di ekstravaskuler sesudah bertransformasi makrofag dapat

sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun.• Sel ini mampu : - melakukan fagositosis.

- mensekresi enzim. - mengenal partikel dan melakukan

interaksi dengan imunogen dan komponen seluler maupun humoral dari sistem imun.

• Growth factors: GM-CSF dan M-CSF berperanan dalam produksi dan aktivasi monosit.

Fungsi neutrofil dan monosit1. Kemotaksis : sel- sel tersebut sebagai fagosit akan tertarik ke arah

bakteri atau bagian yang mengalami inflamasi oleh zat-zat kemotaksis yang dilepaskan oleh jaringan yang rusak atau komponen komplemen.

2. Fagositosis : benda asing (bakteri,fungi,sel mati/rusak akan difagositosis. Pengenalan partikel asing disebabkan adanya opsonisasi dengan imunoglobulin/ komplemen, karena baik neutrofil maupun monosit mempunyai reseptor untuk imunoglobulin (Fc) dan komplemen (C3b)

3. Menelan dan menghancurkan kuman melalui :- reaksi oxygen-dependent pathway, super oksida( O2), hidrogen peroksida(H2O2) dibentuk dari O2 dan NADPH. Dalam neutrofil, H2O2 berinteraksi dengan mieloperoksidase untuk membunuh kuman

- reaksi oxygen independent pathway berhubungan dengan penurunan pH dalam vakuol fagositik , kemudian dilepaskan enzim lisosom. Lactoferin yang merupakan suatu protein pada granula neutrofil yang bersifat bakteriostatik dengan cara mengambil Fe dari bakteri juga ikut berperan dalam proses ini.

Limfosit- Berasal dari sel induk pluripotensial seperti sel

hemapoietik yang lain. Dari sel induk ini terbentuk sel induk limfoid dan dalam perkembangan selanjutnya, sel- sel prekusor dengan pengaruh unsur epitel jaringan limfoid akan berdiferensiasi menjadi limfosit.

- Organ yang mengendalikan perkembangan limfosit : – Kelenjar Timus– Jaringan yang menyerupai jaringan bursa fabricus yang terdapat

pada jaringan limfoid antara lain dalam sum- sum tulang.- Kelenjar Timus mempengaruhi sel prekursor membentuk

limfosit T, sedangkan pembentukan limfosit B dipengaruhi oleh jaringan yang menyerupai jaringan bursa tadi.

- Limfosit T berdiferensiasi menjadi limfosit T penolong( T4), limfosit penekan(T8), dan limfosit sitotoksik/ T efektor, ketiganya berfungsi dalam respon imunologik seluler.

- Limfosit B mempunyai potensi berubah menjadi sel plasma yang membentuk imunoglobulin dengan demikian limfosit B berperan dalam respon imunologik humoral.

- Limfosit merupakan kunci dari aktivitas imunologik. - Limfosit dalam darah tepi merupakan sebagian kecil dari

limfosit di dalam tubuh. Sebagian besar limfosit berada dalam sarang-sarang di dalam kelenjar limfe, limpa, mukosa saluran cerna dan tersebar dalam sum-sum tulang, hati, dan kulit.

- Pada orang dewasa, 75-80 % limfosit dalam sirkulasi adalah limfosit T, 10-15 % merupakan limfosit B, sisanya limfosit non T -non B.

- Limfosit atipik( sel Downey) dikaitkan dengan mononukleosis infeksiosa adalah limfosit T dalam stadium aktivasi imunologik. Karena itu, limfosit demikian disebut juga limfosit reaktif.

- Limfosit reaktif biasanya berukuran besar karena adanya peningkatan DNA dalam nukleus dan peningkatan RNA dalam sitoplasma.

- Limfosit reaktif dapat dijumpai pada mononukleosis infeksiosa, infeksi virus, reaksi transfusi, tranplantasi organ, alergi sistemik.

Sel Plasma

Fungsi : menghasilkan imunoglobulin.

Kelainan Leukosit non- neoplastik1. Kelainan kuantitatif 2. Kelainan kualitatif :

Kelainan fungsional Kelainan morfologi- Untuk mengetahui adanya kelainan tersebut diperlukan

pemeriksaan leukosit : Tahap 1 : pemeriksaan kuantitatif; menentukan jumlah

leukosit total dan distribusi masing-masing jenis leukosit( hitung jenis leukosit)

Tahap 2 : pemeriksaan kualitatif dengan mengamati ada tidaknya kelainan struktur inti dan atau sitoplasma atau bila perlu dilanjutkan dengan p-emeriksaan fungsional.

NeoplastikNon neoplastik

1. Kelainan kuantitatif : berhubungan dengan jumlah leukosit :

- meningkat (leukositosis)- menurun (leukopenia)

Jumlah leukosit dalam darah tepi dipengaruhi umur. Bayi baru lahir memiliki jumlah leukosit lebih tinggi dibanding orang dewasa

* Nilai normal hitung leukosit

Leukositosis

- Menurut jumlah sel :1. leukositosis ringan : jumlah leukosit antara 11.000- 15.000/µL darah

2. leukositosis sedang : jumlah leukosit 15.000-20.000/µL darah3. leukositosis berat : jumlah leukosit 20.000-50.000/µL atau lebih

- Menurut jenis sel :1. neutrofilia : jumlah mutlak neutrofil meningkat >7.500/µL darah

Jenis neutrofilia :a. neutrofilia dengan pergeseran ke kiri dimana ditemukan sel yang lebih muda dari segmen, lebih banyak dari normal.b. neutroilia dengan pergeseran ke kanan dimana bentuk segmen yang mempunyai inti berlobus > 3 yang dominan.

2. Eosinofilia : jumlah mutlak eosinofil dalam darah tepi meningkat > 400/µL darah.3. Basofilia : jumlah mutlak basofil meningkat > 100/µL darah.4. Monositosis : jumlah mutlak monosit meningkat >800/µL darah.5. Limfositosis : jumlah mutlak limfosit meningkat > 3.500/µL darah.

- Selain peningkatan mutlak dari salah satu jenis leukosit ada juga yang ditemukan berupa peningkatan relatif,

• Contoh 1: pria 20 thn dengan jumlah leukosit 20.000/µL, pada hitung jenis didapatkan basofil 0 %, eosinofil 2%,batang 4%,segmen 75%,limfosit 15%, monosit 4%. Dengan demikian, pria tersebut mengalami neutrofilia karena bila dihitung jumlah mutlak neutrofilnya sebesar 75% x 20.000/µL = 15.000/µL

• Contoh 2 : wanita 30 thn dengan jumlah leukosit 5.000/µL, pada hitung jenis diperoleh basofil 1%,eosinofil 2%,batang 4%, segmen 40%,limfosit 50%,monosit 3%, terlihat adanya peningkatan presentase limfosit(limfositosis) tetapi bila dihitung jumlah mutlak limfosit diperoleh hasil : 50% x 5.000/µL = 2.500/µL . Ternyata tidak meningkat, keadaan ini disebut limfositosis relatif.

Neutrofilia- Karena jenis leukosit yang dominan dalam darah tepi adalah

neutrofil, maka sebagian besar leukositosis disebabkan oleh neutrofilia.

- Menurut penyebabnya :1. Neutrofilia fisiologik disebabkan kerja berat, stress,

emosi, pemberian adrenalin, kortikosteroid, haid, kehamilan, partus, hipoxia. Neutrofilia ini disebut juga pseudo-neutrofilia karena perubahan jumlah neutrofil disini merupakan redistribusi antara sel-sel yang ada dalam tempat penimbunan(marginal pool) dengan sel-sel yang ada di sirkulasi(circulating pool) tanpa peningkatan produksi di sumsum tulang.

2. Neutrofilia patologis terjadi akibat penyakit atau respons kerusakan jaringan . Pada keadaan ini neutrofil migrasi dan berkumpul di jaringan yang rusak sehingga dalam sirkulasi berkurang. Hal ini merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan produksi dan menyebabkan neutrofilia (granulositosis). Pada keadaan ekstrim, sumsum tulang melepaskan sel-sel yang lebih muda dalam sirkulasi(neutrofilia pergeseran ke kiri).

- Derajat respons neutrofilik merupakan indikator ketahanan tubuh penderita, sedangkan derajat pergeseran ke kiri merupakan indikator beratnya infeksi.

- Neutrofilia patologis ditemukan pada : 1. Infeksi bakteri piogenik, jamur, virus, spirochaeta2. Kerusakan jaringan : infark miokard, luka bakar, gangren,

tumor ganas.3. Intoksikasi metabolik(uremia, asidosis,gout), bahan

kimia(timah hitam, air raksa), obat(epinefrin, kortikosteroid, digitalis)

4. Perdarahan / hemolisis akut5. Keganasan darah(LGK, polisitemia vera, mielosklerosis)6. Keganasan yg lain (karsinoma, limfoma, melanoma)7. Pengobatan dengan GM-CSF, G-CSF

- Neutrofilia menunjukkan respons tubuh terhadap infeksi-inflamasi sehingga terjadinya neutrofilia pada infeksi merupakan respons tubuh yang masih baik. Respons tubuh yang tidak baik dapat diduga bila :1. peningkatan leukosit yg sangat tinggi/ penurunan jumlah leukosit yg sangat rendah, disertai

pergeseran ke kiri yang sangat nyata.2. salah satu seri leukosit menghilang dari darah tepi3. adanya limfopenia4. banyak sel dengan granulasi toksik

Eosinofilia- Dijumpai pada keadaan :

1. alergi : asma bronkial, urtikaria, rinitis alergika

2. penyakit parasit : amubiasis, ankilostomiasis,askariasis.3. penyakit kulit : dermatitis, psoriasis, pemfigus.4. penyakit darah : LGK, polisitemia vera, anemia

pernisiosa5. penyakit lain : poliarteritis nodosa, Hodgkin.6. pengobatan GM-CSF

Basofilia - Dijumpai pada keadaan :

1. reaksi alergi 2. leukemia mielositik kronik3. polisitemia vera4. anemi hemolitik kronik5. splenektomi6. myxoedema7. infeksi variola8. varicella9. kolitis ulserativa

Monositosis- Timbul pada saat penyembuhan infeksi akut dan

agranulositosis. Hal itu dianggap sebagai suatu pertanda baik. Sebaliknya monositosis yang terjadi pada tuberkulosis merupakan pertanda buruk.

- Dijumpai pada keadaan :1. infeksi bakterial kronis : tuberkulosis, brucellosis, endokarditis bakterialis subakut, demam tifoid, riketsia.2. penyakit protozoa : malaria3. keganasan : leukemia monositik akut, sindroma mielodisplastik, Hodgkin.4. penyakit kolagen, lupus eritematosus, artritis reumatoid.5. pengobatan dengan GM-CSF / M-CSF

Limfositosis- Limfositosis absolut timbul pada berbagai penyakit, sedangkan

limfositosis relatif biasanya dijumpai pada neutropenia.- Limfositosis dapat berupa :

1. limfositosis fisiologis : ditemukan pada bayi dan anak.2. limfositosis patologis dijumpai pada :

a. infeksi akut oleh virus(mononukleosis infeksiosa,

rubella, hepatitis, varicella, cytomegalovirus)b. infeksi kronis ( tuberkulosis, sifilis, brucellosis, toksoplasmosis)c. keganasan (leukemia, limfositik kronik, limfoma)d. tirotoksikosis

Reaksi Leukemoid- Respons leukosit secara berlebihan mengakibatkan

dilepaskannya leukosit baik yang muda baik yang muda maupun yang matang ke dalam darah tepi dalam jumlah berlebihan. Karena gambaran darah tepi menyerupai leukemia maka disebut reaksi leukemoid, walaupun tetap merupakan reaksi terhadap keadaan non hematologik.

- Dijumpai pada keadaan : infeksi berat, nekrosis/ kerusakan jaringan, perdarahan/ hemolisis.

- Reaksi ini bersifat sementara bila penyebabnya diobati maka reaksi ini pun hilang.

- Sering dijumpai pada anak- anak.- Sel yang paling reaktif adalah granulosit tapi reaksi leukemoid

limfositik dapat terjadi pada tuberkulosis, pertusis, mononukleosis infeksiosa.

Perbedaan reaksi leukemoid dan leukemia kronik

Reaksi Leukemoid Leukemia kronik

I. Klinis

Etiologi jelas Etiologi tidak jelas

Tidak ada splenomegali Dijumpai splenomegali

II. Pemeriksaan laboratorium

Jarang disertai anemia Disertai anemia

Tidak disertai trombositopenia Dapat disertai trombositopenia

Tidak dijumpai basofilia, eosinofilia,atau monositosis

Sering dijumpai basofilia, eosinofilia, monositosis

Aktivitas Neutrofil Alkaline Phosphatase (NAP) meningkat

Aktivitas NAP rendah

Sumsum tulang hiperplastik, tanpa penekanan aktivitas seri lain.

Sumsum tulang hiperplastik dengan penekanan aktivitas seri lain

- Dijumpai pada keadaan :1. infeksi :

a. pneumonia, empiema, miningitis, septikemia dapat menimbulkan reaksi leukemoid granulostik.

b. mononukleosis infeksiosa, tuberkulosis, sifilis kongenital, pertusis menimbulkan leukemoid limfositik.

c. tuberkulosis juga dapat menimbulkan reaksi leukemoid monositik.2. intoksikasi : eklampsia, luka bakar, keracunan air raksa menimbulkan reaksi leukemoid granulositik.3. keganasan : karsinoma embrional ginjal, karsinoma kolon, Hodgskin mengakibatkan reaksi leukemoid granulositik . Sedangkan karsinoma payudara dan lambung mengakibatkan reaksi leukemoid limfositik.4. Hemolisis / perdarahan akut, radiasi menimbulkan reaksi leukemoid granulositik.

Leukopenia

Menurut jenis sel di bagi :1.Neutropenia2.Eosinopenia3.Limfopenia

Neutropenia• Penurunan jumlah absolut neurtofil <2500 sel/ µL menunjukkan

adanya neutreopenial.• Jumlah neutrofil absolut :

- <500 sel/ µL penderita mengalami infeksi berulang.- <200 sel/ µL keadaan sangat serius terutama bila di sertai kelainan fungsi

• Mekanisme terjadinya neutropenia mencakup- penurunan jumlah neutrofil yang di lepaskan sumsum tulang kedalam sirkulasi, akibat produksi yang berkurang / inefektif.- peningkatan destruksi leukosit- gangguan distribusi leukosit antara sirkulasi dan cadangan ( pseudoneutropenia)- kombinasi ke-3 nya.

• Neutropenia dapat di sebabkan oleh:- infeksi bakterial (demam tifoid dan para tifoid, brucellosis)- virus (demam dengue,influensa, mononukleosis infeksiosa)- parasit (malaria, kala-azar)- keracunan obat (kloramfenicol, fenotiasin)- bahan kimia (benzena)- radiasi- kelainan darah ( anemia aplastik, anemia pernisiosa, hipersplenisme)- cyclical neutropenia- idiopathic benign neutropenia

Eosinopenia

• Jumlah mutlak eosinofil dalam darah tepi menurun

• Dapat terjadi pada : - kelainan hormonal (sindroma Cushing)- kelebihan hormon adrenokortikotropin- infeksi berat

Limfopenia

• Jumlah mutlak limfosit lebih rendah dari nilai normal.

• Dapat di jumpai pada:- kelebihan hormon adrenokortikopin- pemberian imunosupresan (kortikosteroid, sitostatika)- radiasi dan keganasan (hodgkin)- sindrom imun difisiensi (acquired immune deficiency syndrome)

2. Kelainan kualitatif:Dapat berupa kelainan fungsi maupun morfologi leukosit.- Kelainan Fungsi Leukosit: * Pemeriksaan fungsi leukosit di tujukan pd fungsi

neutrofil, limfosit, monosit, makrofag,karena adanya kelainan fungsi pd sel sel ini,segera menimbulkan mslh.

- Kelainan Fungsi Granulosit * Sesuai dengan fungsi granulosit yaitu kemotaksis,

fagositosis, menelan, menghancurkan kuman, maka defek fungsi dapat terjadi pd setiap tahapan fungsi tersebut.

- Defek fungsi kemotaksis :Dapat berupa kongenital maupun di dapatDefek fungsi kemotaksis kongenital dapat berupa :

-lazy leucocyte syndrome.-abnormalitas komplemen.

- Defek fungsi kemotaksis yang di dapat bisa di sebabkan :- pengobatan kortikosteroid- hipofosfatemia- Aspirin - alkohol

- osmolalitas plasma tinggi ( DM) - kelainan pd leukosit sendiri ( leukemia mielositik akut / kronik,

mielodisplasia,sindroma mieloproliferasi)

- Umumnya yang ditemukan adalah defek fungsi kemotaksis yang didapat , sedangkan yang kongenital sangat jarang dijumpai.

- Defek fungsi fagositosis dapat berupa kongenital maupun didapat. Keadaan ini biasanya oleh karena tidak terjadinya opsonisasi. Tidak terjadinya opsonisasi disebabkan oleh :

- hipogamaglobulinemia- tidak ada komponen komplemen tertentu- tidak ada faktor serum yang merangsang fagositosis

(tufsin)- Defek fungsi membunuh kuman sangat jelas terlihat pada kelainan

fungsi granulosit herediter yaitu : penyakit granulomatosa kronik. Leukosit penderita ini menunjukkan fungsi kemotaksis dan fagositosis normal tapi tidak mampu membunuh kuman. Hal ini disebabkan defek pelepasan enzim lisosom. Defek ini berkaitan dengan gangguan aktivitas oksidase.

Pembunuhan kuman memerlukan interaksi hidrogen peroksidase dan mieloperoksidase. Pada penyakit granulomatosa kronik, terdapat defek mieloperoksidase secara genetik.- Kelainan fungsi limfosit : * Dapat bersifat herediter( diturunkan) atau didapat. Ini mengakibatkan seorangmenderita imunodefisiensi. Imunodefisiensi dapat terjadi pada kelainan fungsi sel B,sel T ,atau kedua-duanya. * Kelainan fungsi limfosit B mengakibatkan penurunan kadar imunoglobulin yang bervariasi antara defisiensi semua jenis imunoglobulin sampai defisiensi imunoglobulin secara selektif.

Kelainan fungsi limfosit T dapat menyebabkan defek fungsi imunologik seluler seperti pada penyakit Hodgkin, lepra.Kombinasi defek fungsi sel T dan sel B tampak pada severe combined immunodefisciency (SCID).

Kelainan morfologi leukosit- Dapat terjadi pada inti maupun sitoplasma.

• Kelainan sitoplasma :1. Granulasi toksik berupa granula kasar berwarna biru kehitaman. Dijumpai pada infeksi bakteri akut ,luka bakar,intoksikasi.2. Agranulasi polimorfonuklear dimana granula sedikit/ tidak didaptkan sama sekali di dalam sitoplasma neutrofil. Dijumpai pada sindroma mielodisplasia , leukemia. 3. Badan Dohle berupa badan kecil berbentuk oval/bulat berwarna biru muda yang terdapat dalam sitoplasma neutrofil. Merupakan sisa RNA. Dijumpai pada infeksi berat , keracunan, luka bakar.

4. Batang Auer berupa batang kecil berwarna merah jingga di dalam sitoplasma. Merupakan hasil fusi granula primer, oleh sebab itu hanya dijumpai pada leukemia akut non limfositik. 5. Limfositik plasma biru(plasmacytoid lymphocyte) adalah limfosit yang mempunyai sitoplasma biru. Didapat pada infeksi virus( demam berdarah dengue), influenza, hepatitis, infeksi virus sitomegalo. Pada mononukleosis infeksiosa, limfosit mempunyai ukuran bervariasi dengan sitoplasma biru dan inti menyerupai monosit. 6. Smudge cell merupakan leukosit yang rusak waktu pembuatan sediaan hapus. Pada leukemia limfositik kronik, didapat banyak smudge cell yang berasal dari limfosit rusak.7. Vakuolisasi adalah lubang –lubang(vakuol) yang timbul pada sitoplasma( atau inti) akibat proses degenerasi. Dijumpai pada infeksi berat , keracunan.

• Kelainan inti sel :1. Hipersegmentasi dimana inti neutrofil berlobus 5 atau lebih. Dijumpai pada anemia megaloblastik, infeksi, uremia, leukemia granulositik kronik.2. Inti piknotik dimana inti neutrofil mengalami penggumpalan kromatin akibat proses degenerasi. Dijumpai pada sepsis, leukemia. 3. Anomali Pelger Huet merupakan kegagalan inti untuk membentuk segmen. Sehingga dijumpai neutrofil dengan inti hanya 2 lobus atau kurang ( inti mirip gagang telepon atau dumbbell). Anomali ini diturunkan secara dominan autosomal. Dijumpai pada sindroma mielodisplastik, leukemia kronik.