leukimia.docx

25
2.1. Definisi Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi. 2.2 Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm3. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel

Upload: nabillah-syafrilia

Post on 05-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: leukimia.docx

2.1. Definisi

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun

1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk

hematopoetik. Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu

atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel

leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini

adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel

induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum

tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk

leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan

sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

2.2 Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu berfungsi melawan

infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai

10.000/mm3. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih

digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit

mononuklear).

Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma. Berdasarkan warna

granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil,

dan basofil.

a. Neutrofil

Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi oleh bakteri, sangat

fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan

Page 2: leukimia.docx

menghancurkan bakteri, virus atau agen penyebab infeksi lainnya. Neutrofil mempunyai

inti sel yang berangkai dan kadang-kadang seperti terpisah- pisah, protoplasmanya

banyak bintik-bintik halus (granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit

terhadap zat warna basa dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang

dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda26 (gambar 2.3. hapusan sumsum

tulang dengan perbesaran 1000x).

Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai 60% dari jumlah sel

darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek dengan waktu paruh dalam darah

6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.

b. Eosinofil

Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi

atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar.25 Sel

granulanya berwarna merah sampai merah jingga (gambar 2.4. hapusan sumsum tulang

dengan perbesaran 1000x). Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar

hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil

menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh

lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.

c. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang dari 1% dari

jumlah sel darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma yang bentuknya

tidak beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam25 (gambar 2.5. hapusan sumsum

tulang dengan perbesaran 1000x). Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast,

mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan

heparin untuk membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.

Page 3: leukimia.docx

Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri

dari limfosit dan monosit.

a. Limfosit

Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil,

berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam reaksi imunitas.

Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran

sitoplasma yang sempit berwarna biru (gambar 2.6. hapusan sumsum

tulang dengan perbesaran 1000x). Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit

T dan limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur panjang, dibentuk

dalam timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-

folikel kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons

kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan

limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-

sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab

atas respons kekebalan hormon

b. Monosit

Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel

darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya

terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar,

warna biru keabuan yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan

(gambar 2.7. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x). Monosit

memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan

mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.

Page 4: leukimia.docx

2.3. Patofisiologi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat

dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan

produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.

Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi

seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak

kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel

darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel

tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis

sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi

kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan

kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau

menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk

translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi

ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan

perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya

proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah

putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah

keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali

bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi

kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,

sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya

sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel

yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa

Page 5: leukimia.docx

menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah

bening, ginjal, dan otak

2.4. Klasifikasi Leukemia

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel

dan tipe sel asal yaitu :

o Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang

berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen

darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke

organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang

cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam

4-6 bulan.

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia

dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel

patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan

organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.

LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur

dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-

7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3

bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan

dari sumsum tulang.

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA) LMA merupakan leukemia yang

mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke

semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang

paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)

Page 6: leukimia.docx

lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan

anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam

masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak

diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

o Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai

proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau

terjadi karena keganasan hematologi.

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada

limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan

akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil

yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan

ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70

tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) LGK/LMK

adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan

produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif

matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering

dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).

Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia

ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian besar

penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase

akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan

sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit,

Page 7: leukimia.docx

disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah

yang amat kurang.

2.5. Epidemiologi

2.5.1. Distribusi Frekuensi Leukemia

a. Berdasarkan Orang

a.1. Umur Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma

Society (2009) di Amerika Serikat, leukemia menyerang semua

umur. Pada tahun 2008, penderita leukemia 44.270 orang

dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya jenis leukemia

yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK sedangkan

LLA paling sering dijumpai pada anak-anak. 12 Menurut

penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di

RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker

pada anak Universitas Sumatera Utara selama tahun 1991-

2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan pada

anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%)

adalah LLA, 50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik

leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia mielositik kronik.

Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2004-2007 menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak

diderita oleh anak-anak usia 60 tahun

a.2. Jenis Kelamin

Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada

laki-laki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan

lebih dari 57% kasus baru leukemia pada laki-laki. 10

Page 8: leukimia.docx

Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End

Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih

besar pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan

57,22%:42,77%.38 Menurut penelitian Simamora (2009) di

RSUP H. Adam Malik Medan, proporsi penderita leukemia

berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada lakilaki

dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).

a.3. Ras

IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah

usia 15 tahun. Angka kejadian terendah terdapat di Afrika

(1,18-1,61/100.000) dan tertinggi di antara anak-anak Hispanik

(Costa Rica 5,94/100.000 dan Los Universitas Sumatera Utara

Angeles 5,02/100.000). IR ini lebih umum pada ras kulit putih

(42,1 per 100.000 per tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3

per 100.000 per tahun).19 Berdasarkan data The Leukemia and

Lymphoma Society (2009), leukemia merupakan salah satu dari

15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua ras atau

etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada ras kulit putih

(12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian

Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).

Page 9: leukimia.docx

Determinan Penyakit Leukemia Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti

hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko

timbulnya penyakit leukemia.

a. Host

a.1. Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia

paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA

terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK

merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).36 Insiden leukemia lebih tinggi pada

pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit

putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap

100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang

leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi

pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun. Penelitian Lee at all (2009)

dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of Southern California (LAC+USC)

Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik

(60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari

pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia

(4,6%).42

a.2. Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak

daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia

akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital,

sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich,

sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden

Page 10: leukimia.docx

leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara

kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa

orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ;

CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat

keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.

b. Agent

b.1. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada

beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu

enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim

ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan

leukemia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi

terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan

oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T

yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro

Karibia dan Amerika Serikat.

b.2. Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.

Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum

proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita

leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima

dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK

sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut

terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari

2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.

Page 11: leukimia.docx

b.3. Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat

meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab

leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut. Penelitian

Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar

benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37)

artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan

dengan yang tidak menderita leukemia.

b.4. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok

mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA. Banyak

penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008)

di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun

meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA

kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita

LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan

merokok. Penelitian lain di Universitas Sumatera Utara Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa

perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang

merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

2.6. Gejala Klinis Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,

trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme

2.6.1. Leukemia Limfositik Akut Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya

menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah,

letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan Universitas

Page 12: leukimia.docx

Sumatera Utara anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai

terutama pada sternum, tibia dan femur.

2.6.2. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom

kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia.

Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3 ) biasanya mengalami

gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan

metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.

2.6.3. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala

biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain

yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat

malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

2.6.4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik

ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan

berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan

anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

Page 13: leukimia.docx

a. Diagnosis dini

a.1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali

(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan perdarahan retina. Pada

penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan

penglihatan yang disebabkan adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK

ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala hipermetabolisme

(penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK

hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan

pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas,

pembesaran kelenjar getah bening.

a.2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan

sumsum tulang.

a.2.1. Pemeriksaan darah tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang

leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada

penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK

ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.

a.2.2. Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan

hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-

tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal

30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata

oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK

disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan

Page 14: leukimia.docx

hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit

lebih dari 30.000/mm3.

b. Penatalaksanaan Medis

b.1. Kemoterapi

b.1.1. Kemoterapi pada penderita LLA Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,

meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.

a. Tahap 1 (terapi induksi) Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh

sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi

biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak

sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan

kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase

b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) Setelah mencapai remisi komplit, segera

dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk

mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6

bulan kemudian.

c. Tahap 3 ( profilaksis SSP) Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada

SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada

tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang Universitas Sumatera Utara berbeda, kadang-kadang

dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf

pusat.

d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya

memerlukan waktu 2-3 tahun.29 Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat

dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar

Page 15: leukimia.docx

80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka

panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

b.2.1. Kemoterapi pada penderita LMA21

a. Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-

sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah

tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila

dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.

b. Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi

biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang

sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan pengobatan modern,

angka remisi 50-75%, tetapi angka ratarata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5

tahun hanya 10%.

b.3.1. Kemoterapi pada penderita LLK Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena

menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah

klasifikasi Rai:

a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.

c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl). e. Stadium IV : limfositosis dan

trombositopenia

Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa,

kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional,

terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala

Page 16: leukimia.docx

karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah

pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup

rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan

sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium

III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.

b.4.1. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

a. Fase Kronik Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan

pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang

intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi

sumsum tulang.

b. Fase Akselerasi, Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b.2. Radioterapi Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh selsel

leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat

menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,

elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan

pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

b.3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan

sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi

kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk

mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.49 Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%

angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis

dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi

bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada

penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

Page 17: leukimia.docx

b.4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia

dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan

keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi

infeksi.

2.7.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan

kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan

perawatan intensif.43 Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga

medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan

tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain

itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat

juga diperlukan.