less is more , rafika, fib ui, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20352257-mk-rafika.pdfmenjadi...
TRANSCRIPT
i
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
ii
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
1
“Less is more” Pengaruh Konsep Kesederhanaan De Stijl pada Nijntje
karya Dick Bruna
Rafika dan Jugiarie Soegiarto
Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, Depok
Email :[email protected]
Abstrak
Makalah ini membahas pengaruh konsep sederhana De Stijl dalam tokoh Nijntje. De Stijl menjadi sebutan aliran
seni yang berkembang di Belanda pada tahun 1917-1931. Konsep utamanya adalah kesederhanaan, yang
dimengerti sebagai nilai universal suatu karya seni. Konsep sederhana itu diwujudkan sebagai garis dan warna
dasar, yaitu garis vertikal dan horizontal, dan warna merah, kuning, dan biru. Garis dan warna sederhana yang
dipakai untuk menggambar Nijntje, tokoh kelinci ciptaan Dick Bruna, sepertinya terpengaruh konsep sederhana
De Stijl tersebut.
“Less is more” The Influence of De Stijl Simplicity Concept in Nijntje by Dick Bruna
Abstract
This paper discusses the influence of De Stijl simplicity concept in Nijntje. De Stijl is a school of art developed
in the Netherlands in 1917-1931. Most important in the concept of De Stijl is simplicity. The simplicity, in their
opinion, could be seen in any of art work. De Stijl translate that concept of simplicity in primary lines and colors,
namely vertical and horizontal lines, and the colors red, yellow, and blue. The simplicity seems in Nijntje, a
rabbit character, created by Dick Bruna, remains of the simplicity of De Stijl.
Keywords; De Stijl, Dick Bruna, Primary Lines and Colors, Nijntje, Simplicity as Universal Value
Kesederhanaan sebagai Nilai Universal
Frasa“Less is more” berasal dari puisi Robert Browning1 (1812-1889) yang berjudul “Andrea
del Sarto” (1855). Frasa tersebut dipinjam oleh Ludwig Mies van der Rohe, arsitek asal
Jerman, untuk menyebut konsep modern minimalis dalam bidang arsitektur.Secara harafiah,
“Less is more” memiliki arti “Sedikit namun banyak”.Dalam bidang arsitektur, “Less is
more” bermakna bahwa kesederhanaan dan kejelasan menjadi konsep desain yang baik.
Menurut konsep ini, jika sebuah karya seni didasarkan pada kesederhanaan (less) maka kesan
yang didapatkan akan ekstra maksimal (more). Dewasa ini, frasa “Less is more” telah sering
digunakan para ahli tidak hanya pada bidang seni, tetapi juga ekonomi, sosial, dan politik.
1Robert Browning adalah seorang penyair asal Inggris yang ahli dalam sajak-sajak drama, khususnya drama
monolog. Puisi “Andrea del Sarto” ada dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul “Men and Women”
(1855).
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
2
“Less is more” sejalan dengan konsep yang dimiliki aliran seni De Stijl. De Stijl (The Style
dalam bahasa Inggris), berkembang sekitar tahun 1917-1931 sebagai aliran seni di Belanda
yang mengutamakan konsep kesederhanaan. De Stijl yang diprakarsai oleh pelukis Belanda
Theo van Doesburg, muncul karena para seniman rindu akan keharmonisan di tengah situasi
Perang Dunia I yang melanda Eropa saat itu. Kemudian, para seniman De Stijl sepakat
melahirkan sebuah aliran seni baru dengan mengutamakan konsep abstraksi sederhana yang
mengutamakan harmoni (keseimbangan) dan nilai-nilai universal. Menurut mereka, harmoni
itu dapat diwujudkan dengan kembali kepada konsep dasar melalui garis dasar vertikal
horizontal dan warna dasar merah, kuning, dan biru. De Stijl percaya dengan konsep dasar,
sebuah karya seni dapat mengekspresikan nilai-nilai universalnya. Penggunaan konsep dasar
dengan mengutamakan kejujuran dan nilai-nilai universal inilah yang sepertinya sejalan
dengan konsep “Less is more”.
De Stijl
De Stijl menandai aliran dan kelompok seniman yang berkembang di Belanda sekitar tahun
1917-1931. “De Stijl group was founded in Holland in 1917, dedicated to a synthesis of art,
design and architecture.” (Harrison, 2003:281). Munculnya De Stijl berawal dari sekelompok
seniman yang berkumpul di studio milik Theo van Doesburg di Leiden, Belanda. Para
seniman itu terdiri dari pelukis, arsitek, dan penulis, seperti Piet Mondriaan, Bart van der
Leck, Gerrit Rietveld, Vilmos Huszar, J.J.P Oud, A. Kok, Gino Severini, Jan Wills, Robert
van „t Hoff, dan Georges Vantongerloo. Mereka menginginkan pembaharuan dalam dunia
seni dan memimpikan sebuah keharmonisan baru di tengah situasi perang yang sangat kacau2.
Oleh sebab itu, pada tahun 1917 mereka sepakat menerbitkan sebuah majalah bernama De
Stijl, untuk menuangkan segala pemikiran dan hasil karya mereka. Majalah De Stijl memuat
terutama mengenai pembaharuan dan ide-ide dalam dunia seni, khususnya seni lukis dan
arsitektur.
“Er is een oud en nieuw kunstbewustzijn. Het oude richt zich op het individueele. Het nieuwe
richt zich op het universeele.”3 (Blotkamp, 1982:10). Itulah manifest seni De Stijl yang
dipublikasikan pada bulan November 1918 dalam majalah De Stijl. “De Stijl, on its
appearance and in its first manifestations presented itself as an artistic, as an aesthetical
2Ketika itu Eropa sedang dilanda Perang Dunia I (1914-1918), di mana Belanda menyatakan diri sebagai negara
netral. 3“Ada kesadaran seni yang lama dan baru; yang lama terpusat pada nilai individual, yang baru mengacu pada
nilai universal.”
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
3
movement.” (Jaffé, 1988:4). Para seniman De Stijl ingin hadir sebagai sebuah gerakan seni
baru yang mengutamakan nilai-nilai universal dalam karyanya. Nilai-nilai universal dalam
karya seni De Stijl dibangun oleh garis dasar vertikal horizontal dan warna dasar.
Dalam bidang seni lukis, Piet Mondriaan mengembangkan sebuah gagasan yang ia sebut
Neoplastisisme (Nieuwe Beelding). Piet Mondriaan mengatakan dalam artikelnya, “De nieuwe
beelding, […] begint daar, waar vorm en kleur als eenheid gebeeld wordt in het rechthoekig
vlak.”4, Dapat dikatakan, Neoplastisisme dimulai ketika bentuk dan warna tergambar menjadi
satu kesatuan dalam sebuah bidang persegi. Harrison juga menambahkan pengertiannya
tentang Neoplastisisme (2003:290), “It (yang dimaksud Neoplastisisme) can equally be called
Abstract-Real painting because the abstract can be expressed by plastic reality. […] It is a
composition of rectangular color planes that expresses the most profound reality.”
Neoplastisime merepresentasikan real image sebuah objek melalui bentuk abstrak yang terdiri
dari komposisi kotak-kotak asimetris. Kemudian, Jaffé (1988:48) menyimpulkan, bentuk
abstrak sederhana (abstract art), garis-garis lurus (straight lines), dan warna-warna primer
(primary colours) adalah ciri utama Neoplastisisme. Hampir di seluruh lukisan karya seniman
De Stijl terdapat ciri-ciri tersebut.
Garis dan Warna Dasar
Seniman De Stijl menginginkan adanya harmoni dalam karya seni. “The artistic content of
their work was not meant to reflect reality, but rather to express the harmony that they
believed was the law of the universe.” (Van Oostrom, 2007:188). Menurut mereka harmoni
itu berasal dari hukum alam (semesta)5. Harmoni yang terdapat dari setiap bendalah yang
terpenting, untuk mewujudkan harmoni tersebut digunakanlah garis dasar vertikal dan
horizontal dan warna dasar merah, kuning, biru. Garis dan warna dasar yang tersusun
harmonis akan menghadirkan harmoni dasar. Garis diagonal adalah kombinasi dari garis
vertikal dan horizontal. Sedangkan warna lain adalah percampuran dari warna-warna dasar.
Penggunaan garis dan warna dasar dapat dilihat pada contoh lukisan seniman De Stijl berikut:
4 Artikelnya berjudul “De nieuwe beelding in de schilderkunst” majalah De Stijl, I (1917) hal.16. “Suatu
perupaan disebut baru ketika bentuk dan warna merupakan kesatuan gambar dalam suatu bidang persegi.” 5 Penjelasan lebih lanjut mengenai konsep harmoni De Stijl dapat dilihat pada http://www.entoen.nu/stijl/vo
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
4
A. Compositie met rood, geel, blauw. B. Compositie VII
(Piet Mondriaan, 1921) (Theo van Doesburg, 1917)
- Garis Dasar
Garis dasar vertikal dan horizontal memiliki peran yang sangat penting bagi De Stijl.
Sebagian besar lukisan karya seniman De Stijl memadukan garis-garis dasar vertikal dan
horizontal. Hal itu karena sebuah garis merupakan bentuk dasar sebuah objek. Pada
gambar di atas, garis vertikal dan horizontal saling bersilangan hingga membentuk kotak-
kotak asimetris. Garis dasar yang membentuk kotak-kotak asimetris pada gambar A
tampak lebih hitam dan tebal yang berfungsi sebagai penegas dalam lukisan. Berbeda
halnya dengan gambar B yang berlatar belakang hitam sehingga garis dasar itu tidak
terlihat tebal.
- Warna Dasar
Penggunaan warna-warna dasar, yaitu merah, kuning, biru, telah menjadi ciri utama dari
De Stijl. Hampir di semua karya seni De Stijl, termasuk dua gambar di atas, menampilkan
tiga warna dasar tersebut. Di samping warna-warna dasar, De Stijl juga menggunakan
hitam, putih, dan abu-abu. Hitam, putih, dan abu-abu berfungsi sebagai warna kontras di
antara warna dasar. Hitam ada karena tidak adanya pantulan cahaya. Putih dianggap
sebagai keadaan tidak berwarna. Dalam seni lukis, putih juga diibaratkan sebagai kanvas.
Sedangkan abu-abu merupakan percampuran dari hitam dan putih.
Membahas konsep garis dan warna dasar, ada seorang ilustrator Belanda, Dick Bruna, yang
juga menerapkan konsep itu dalam menciptakan Nijntje. Nijntje adalah seekor kelinci yang
menjadi tokoh utama dalam buku cerita anak berseri berjudul sama. Buku serial Nijntje berisi
gambar-gambar sederhana yang dikombinasikan dengan penggunaan warna dasar dan warna-
warna cerah. Kesederhanaan dengan mengutamakan nilai-nilai universal dan kejujuran sangat
kental terasa dalam serial Nijntje. Sepertinya, konsep kesederhanaan De Stijl yang diwakili
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
5
melalui penggunaan garis dan warna dasar telah memberikan pengaruh pada Bruna dalam
menciptakan Nijntje. Karena itu, menarik untuk diteliti lebih dalam seperti apa pengaruh
konsep kesederhanaan De Stijl dalam Nijntje.
Dalam menganalisis masalah penelitian tersebut, penulis menggunakan teori analisis
struktural. “Teori struktural berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur.”
(Wellek & Warren, 1989:39). Teori ini digunakan khususnya untuk menganalisis struktur
dalam seni rupa. The Liang Gie (1976) menjelaskan struktur seni merupakan tata hubungan
sejumlah unsur-unsur seni yang membentuk suatu kesatuan karya seni yang utuh. Kemudian,
I Made Suparta dalam artikelnya “Unsur-Unsur Seni Rupa”(2010) menyebutkan unsur-unsur
seni rupa itu terdiri dari garis, raut, warna, tekstur, dan ruang. Unsur garis dan warna menjadi
fokus penelitian ini. Kemudian, pendekatan yang digunakan untuk mendukung teori tersebut
yaitu melalui studi kepustakaan dengan metode penulisan eksposisi (pemaparan). Sumber dari
segala informasi yang terpapar dalam penelitian ini didapat dari buku dan internet yang
terpercaya.
Nijntje
Nijntje adalah tokoh kelinci ciptaan ilustrator Belanda, Dick Bruna. Nama 'Nijntje' berasal
dari bahasa Belanda 'Konijntje' yang berarti 'kelinci kecil'. Nijntje tidak hanya terkenal di
Belanda, tetapi juga di negara-negara luar Belanda. Di luar Belanda, Nijntje dikenal dengan
nama Miffy. Hal itu karena kata Nijntje sulit diucapkan oleh orang-orang di luar Belanda.
Tokoh Nijntje tercipta berkat pengalaman hidup Dick Bruna sendiri. Ketika itu, ia sekeluarga
berlibur ke Egmond aan Zee6. Di sana banyak kelinci yang berkeliaran bebas. Setiap
menjelang tidur, Dick Bruna selalu menceritakan kepada anak sulungnya, Sierk, kisah tentang
kelinci-kelinci yang berkeliaran tersebut. Kelinci-kelinci itulah yang kemudian menginspirasi
Dick Bruna menciptakan Nijntje.
Nijntje menjadi tokoh utama dalam buku serial „Nijntje‟. Ada beberapa tokoh pendamping
lainnya yang juga berperan dalam Nijntje, yaitu meneer dan mevrouw Pluis (ayah dan ibu
Nijntje), opa dan oma Pluis (kakek dan nenek Nijntje), kleine Pluis (adik Nijntje), Nina, dan
Knorretje. Nina dan Knorretje adalah teman-teman Nijntje. Nijntje diceritakan sebagai sosok
6Egmond aan Zee adalah sebuah desa di pantai Laut Utara provinsi Noord-Holland, sekitar 9 km sebelah barat
Alkmaar
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
6
anak kelinci yang baik hati, menyenangkan, dan bersahabat. Hampir seluruh cerita Nijntje
bertemakan kehidupan anak sehari-hari yang dikemas dengan ringan dan sederhana.
Seri pertama Nijntje muncul pertama kali di Belanda pada tahun 1955 dengan judul 'Nijntje'.
Seri Nijntje yang pertama ini muncul dalam format persegi panjang. Di setiap halamannya
terdapat ilustrasi yang di bawahnya terdapat dua bait teks. Setelah tahun 1959, Bruna
mengubah format bukuserial Nijntje menjadi bentuk persegi. Halaman sebelah kanan hanya
berisi ilustrasi sedangkan halaman sebelah kiri berisi teks sepanjang empat bait. Format inilah
yang masih digunakan hingga sekarang. Hingga tahun 2011, serial Nijntje telah terbit dalam
33 seri dengan berbagai judul7. Seri terakhirnya berjudul “Knorretje en de oren van Nijntje”
(2011).
Gambar perubahan bentuk Nijntje dari waktu ke waktu
Selain format buku Nijntje, bentuk tokoh Nijntje juga mengalami perubahan. Pada gambar di
atas terlihat perubahan bentuk Nijntje dari waktu ke waktu. Sejak kemunculannya yang
pertama yaitu tahun 1955, bentuk Nijntje masih kurang sempurna. Kepala Nijntje masih
terlihat kaku, tidak bulat sempurna dengan bentuk telinga yang saling condong ke kanan dan
kiri, dan mata Nijntje hanya berupa titik hitam kecil. Lalu, Nijntje muncul dengan perubahan
bentuk yang cukup signifikan pada 1963. Telinga Nijntje menjadi lurus panjang ke atas, agak
lancip di bagian atas. Sedangkan mata hitamnya menjadi lebih besar dari sebelumnya dengan
pandangan mata yang seolah-olah tertuju kepada pembaca. Kemudian, pipi Nijntje juga
tampak menjadi lebih bulat. Perubahan selanjutnya muncul dalam seri “Nijntje droom”
(1979). Nijntje memiliki kepala yang semakin bulat. Hingga tahun 1995 Nijntje muncul dalam
7 Informasi lebih lanjut mengenai serial Nijntje dapat dilihat pada www.nijntje.nl
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
7
seri “Nijntje in de tent” dengan perubahan bentuk yang tidak terlalu signifikan, hanya tubuh
dan kepalanya yang semakin bertambah bulat.
Serial Nijntje dapat dikatakan termasuk kategori bacaan anak usia dini. Menurut Riris K. Toha
Sarumpaet (2010:14), bacaan anak usia dini adalah “Bacaan yang ditulis khusus bagi anak-
anak yang masih di bawah umur lima sampai enam tahun.” Terdapat beberapa jenis bacaan
anak usia dini, yaitu buku huruf/ABC, buku berhitung, buku tentang konsep, buku tanpa kata,
bacaan untuk pemula, dan buku bacaan bergambar. Jika dilihat dari segi isi dan konsepnya,
serial Nijntje termasuk ke dalam jenis buku bacaan bergambar, “buku yang menyuguhkan
cerita dengan menggunakan gambar. […] baik cerita maupun gambar mempunyai fungsi
untuk menyampaikan kisah […]” (Sarumpaet, 2010:18).
Kira-kira sudah 58 tahun lamanya Nijntje mengisi keseharian anak-anak di Belanda dengan
ceritanya yang ringan dan mendidik. Nijntje sangat disenangi oleh orang-orang di Belanda, ia
bahkan sudah menjadi ikon kota Utrecht dengan didirikannya sebuah taman kecil di Utrecht
beserta patung Nijntje di dalamnya. Selain itu, ikon Nijntje juga menghiasi lampu lalu lintas di
Utrecht. Di Centraal Museum, Utrecht terdapat Dick Bruna Huis, yang di dalamnya terdapat
galeri khusus Nijntje. Sementara itu, di kota Amsterdam terdapat “De winkel van Nijntje”,
sebuah toko yang khusus menjual souvenir dan pernak-pernik Nijntje. Hal ini menunjukkan
betapa populernya Nijntje di Belanda.
Berbagai ikon Nijntje di Belanda
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
8
Dick Bruna “De vader van Nijntje”
Kepopuleran Nijntje di Belanda tidak lepas dari seorang ilustrator bernama Hendrikus
Magdalenus Bruna. Pria yang lebih akrab disapa Dick Bruna ini, lahir di Utrecht, Belanda
pada 23 Agustus 1927. Ia adalah anak dari pasangan Albert Willem Bruna dan Johanna Clara
Charlotte Erdbrink. Ayahnya adalah pemilik perusahaan penerbitan A.W. Bruna & Zoon,
yang sebelumnya dimiliki kakeknya. Sejak kecil Bruna senang menggambar dan melukis.
Sementara itu, ayah Bruna ingin ia menjadi seorang penerbit sama seperti ayah dan kakeknya.
Kemudian, ia pergi ke London dan Paris untuk belajar mengenai dunia penerbitan. Bruna
merasa dirinya lebih ingin menjadi seorang seniman dari pada penerbit. Lalu, ia kembali ke
Belanda dan melanjutkan studinya dalam bidang seni. Hingga pada tahun 1951, Bruna ikut
ambil bagian dalam A.W. Bruna & Zoon sebagai desainer. Ia kemudian menikah dengan
Irene de Jongh tahun 1953 dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Sierk (1954), Marc (1958),
dan Madelon (1961).
Dick Bruna memiliki gaya khas tersendiri dalam berkarya8. Kesederhanaan dan kejujuran
universal adalah dua hal yang paling penting bagi Bruna. Menurutnya, konsep kesederhanaan
yang ia terapkan pada setiap karyanya bertujuan untuk memberikan “ruang”, agar setiap anak
yang membaca karyanya dapat mengisi “ruang” tersebut dengan imajinasi mereka sendiri.
Bruna mencoba membuat karya yang jujur, universal, dan tidak berlebihan. Ia
menyederhanakan segala kerumitan agar orang-orang dapat menikmati karyanya secara
mudah dan murah. Bruna menjadi begitu terkenal di Belanda berkat konsep kesederhanaan
dan kejujuran universal yang ia terapkan pada setiap karyanya itu.
Tidak hanya serial Nijntje yang telah Bruna terbitkan. Ia juga menerbitkan serial anak lainnya
dengan berbagai tokoh. Tokoh-tokoh lain itu di antaranya Zwarte Beertjes, Betje big,
Knorretje, Boris en Barbara, Snuffie, dan Ko. Hingga saat ini, sudah lebih dari 120 buku anak
yang telah ia terbitkan (http://www.nijntje.nl/). 'De Appel' (1953) adalah buku anak pertama
yang dibuatnya.Disusul 'Nijntje' (1955) yang terbit dua tahun setelahnya. Dan „Ezelsoor‟
(2012) adalah buku anak yang paling baru ia terbitkan.
8 Biografi dan penjelasan lebih lanjut mengenai gaya Dick Bruna dapat dilihat pada www.nijntje.nl
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
9
Dick Bruna “De vader van Nijntje” dan Dick Bruna Huis
Di antara karya-karya yang telah Bruna hasilkan, Nijntje adalah karyanya yang paling dikenal.
Sebanyak 33 serial Nijntje telah ia terbitkan. Hingga pada tahun 2006, Bruna mendirikan Dick
Bruna Huis, sebuah galeri seni yang di dalamnya terdapat seluruh hasil karya Dick Bruna,
khususnya Nijntje. Tempat ini menjadi bagian dari Centraal Museum, Utrecht. Tak heran jika
masyarakat Belanda menjulukinya “De vader van Nijntje” [Ayah Nijntje].
Kesederhanaan sebagai Konsep Dasar
Dapat dilihat, Nijntje mendapat pengaruh dari aliran seni De Stijl. Hal itu diperkuat dengan
ditemukannya beberapa kesamaan antara Nijntje dengan konsep kesederhanaan De Stijl.
Beberapa kesamaan itu antara lain dalam hal kesederhanaan bentuk, penggunaan garis dasar
vertikal horizontal, dan warna dasar. Namun, Nijntje tidak secara ketat menerapkan konsep
De Stijl.
- Kesederhanaan bentuk
Nijntje Compositie met rood, geel, blauw
(Dick Bruna) (Piet Mondriaan, 1921)
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
10
Kesederhanaan bentuk De Stijl dalam Nijntje tampak dari dua gambar di atas. Hal itu
karena Nijntje sepertinya hanya mengambil konsep kesederhanaan bentuk De Stijl yang
mengutamakan bentuk universal sebuah objek. Jika menurut De Stijl bentuk universal
sebuah objek itu direpresentasikan dengan bentuk abstrak segi empat asimetris, lain
halnya dengan Nijntje. Nijntje tidak merepresentasikan konsep kesederhanaan bentuk
tersebut seperti halnya De Stijl. Nijntje berbentuk sebagaimana bentuk universal seekor
kelinci, tanpa mengubahnya ke dalam bentuk abstrak segi empat asimetris.
- Garis Dasar Vertikal dan Horizontal
Composition with yellow, blue and red
Nijntje (Dick Bruna) (Piet Mondriaan, 1937-42)
Penggunaan garis dasar dan garis bentuk hitam
Pengaruh konsep De Stijl lainnya dalam Nijntje yaitu pada penggunaan garis dasar
vertikal dan horizontal. Dalam Nijntje, penggunaan garis dasar tersebut hanya terdapat
pada bentuk bibir Nijntje. Bentuk bibir Nijntje berbentuk diagonal, seperti huruf X yang
merupakan perpaduan dari garis dasar vertikal dan horizontal yang menyilang. Selain itu,
garis bentuk (kontur) pada Nijntje dibuat hitam tebal sama halnya dengan garis-garis dasar
pada De Stijl. Hal yang menyimpang dari Nijntje yaitu adanya garis lengkung.
Penggunaan garis lengkung ini sangat bertolak belakang dengan konsep garis dasar De
Stijl.
- Penggunaan Warna Dasar, Hitam, Putih, dan Warna Kombinasi Lain
Dalam konsep penggunaan warna, dapat dikatakan Nijntje memang terpengaruh De Stijl.
Hal ini terbukti dari warna-warna dasar (merah, kuning, biru) yang sangat kental pada
Nijntje. Warna-warna dasar ini digunakan untuk mengasosiasikan berbagai objek agar
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
11
sesuai dengan warna aslinya. Contoh warna-warna dasar yang digunakan Nijntje dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Penggunaan warna-warna primer pada Nijntje
Warna merah misalnya sebagai warna baju Nijntje. Warna kuning untuk mengasosiasikan
matahari dan sebagai background. Lalu, untuk mengasosiasikan langit, digunakan warna
biru. Kemudian, warna hitam, putih, dan abu-abu yang digunakan De Stijl sebagai
kontras, juga terdapat dalam Nijntje. Warna hitam hanya digunakan pada garis bentuk
(kontur) Nijntje. Lalu, warna putih untuk mengasosiasikan dinding, dan abu-abu untuk
batu atau patung.
Di samping penggunaan warna-warna dasar yang terpengaruh De Stijl, Nijntje juga
menggunakan warna kombinasi lainnya. Warna itu seperti hijau, coklat dan oranye. Bruna
memang menyukai warna-warna cerah, karena itu ia menambahkan warna-warna tersebut
pada Nijntje.
Beberapa warna kombinasi lain (hijau,coklat,oranye) yang terdapat padaNijntje
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
12
Masih dengan fungsi yang sama, warna-warna kombinasi ini juga digunakan Bruna untuk
mengasosiasikan benda. Perhatikan gambar di atas, warna hijau diasosiasikan sebagai
kebun dan rerumputan, warna coklat untuk Nina (teman Nijntje), kacang-kacangan, dan
kura-kura, sedangkan warna oranye untuk wortel. Penggunaan warna hijau, coklat, dan
oranye ini tidak termasuk ke dalam konsep De Stijl. Setidaknya Bruna menggunakan
warna-warna yang mudah dikenali oleh publik pembaca (anak usia dini) yang baru belajar
dan mengenal warna.
Garis dan Warna Dasar pada Nijntje
Dalam hal penggunaan garis, Nijntje banyak menggunakan garis lengkung. Garis dasar
vertikal dan horizontal hanya tampak pada mulut Nijntje. Mulut Nijntje terdiri dari dua buah
garis vertikal dan horizontal yang tersusun diagonal. Garis bentuk pada Nijntje berwarna
hitam tebal. Garis bentuk yang hitam dan tebal ini sama halnya pada De Stijl yang
menggunakan garis bentuk hitam sebagai penegas.
Sementara itu, dalam penggunaan warna, Nijntje juga menggunakan warna dasar merah,
kuning, biru ditambah hitam, putih, dan abu-abu seperti De Stijl. Warna-warna tersebut
berfungsi untuk mengasosiasikan objek sesuai dengan warna aslinya. Namun, hal yang
menyimpang dari konsep warna De Stijl yaitu Nijntje juga menggunakan warna kombinasi
lain. Warna kombinasi lainnya itu seperti hijau, coklat, dan oranye. Warna-warna kombinasi
ini merupakan campuran dari warna-warna dasar.
Pengaruh konsep De Stijl memang terdapat dalam Nijntje, terutama pada penggunaan garis
dan warna dasar. Tetapi, Nijntje tidak sepenuhnya menerapkan secara ketat konsep De Stijl
tersebut. Karena ada beberapa hal dari penggunaan garis dan warna pada Nijntje yang ternyata
menyimpang dari konsep De Stijl.
Daftar Referensi
Blotkamp, Carel.,dkk. (1982). De beginjaren van De Stijl 1917-1922. Utrecht: Reflex.
Bruna, Dick. (1955). Nijntje. Amsterdam: Mercis Publishing. (e-book)
Bruna, Dick. (1979). Nijntje droom. Amsterdam: Mercis Publishing. (e-book)
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013
13
Bruna, Dick. (1995). Nijntje in de tent. Amsterdam: Mercis Publishing.
Bruna, Dick. (2011). Knorretje en de oren van Nijntje. Amsterdam: Mercis Publishing.
Harrison, Charles & Paul Wood. (2003). Art in Theory 1900-2000 An Anthology of Changing
Ideas. Oxford: Blackwell Publishing.
Jaffé, H.L.C. (1988). De Stijl 1917-1931. Amsterdam: Libris Boekhandels.
Sarumpaet, Riris K. Toha. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak (Edisi Revisi). Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Suparta, I Made. (2010). Unsur-Unsur Seni Rupa. Jurnal Institut Seni Indonesia Denpasar.
Diakses pada 23 Oktober 2013 dari
http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/artikel/article/view/208
Van Oostrom, Frits. (2007). De Stijl, Revolution in Design. Dalam A Key to Dutch History.
Amsterdam: Amsterdam University Press. (e-book)
Wellek, Rene dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan (terjemahan Melani Budianta).
Jakarta: PT. Gramedia.
Less is More ..., Rafika, FIB UI, 2013