leng kap

25
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gangguan kesehatan rongga mulut yang paling sering dialami banyak orang adalah sariawan. Sariawan memang bukan penyakit yang serius dan mengancam jiwa, tapi kondisi ini sangatlah mengganggu dan menjengkelkan karena menyulitkan untuk makan dan berbicara. Dalam bidang kedokteran gigi sariawan disebut Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) yang merupakan keadaan patologik ditandai dengan ulser yang berulang, sakit, kecil, ulser bulat atau oval, dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus dengan dasar kuning keabu- abuan. RAS diklasifikasikan dalam tiga kategori menurut ukurannya: Minor RAS, mayor RAS, dan ulkus hepertiformis. Kira-kira 20% dari penduduk menderita minor RAS atau “canker sore”. Frekuensi RAS terjadi hingga 25% pada populasi umum dan 50 % berulang dalam 3 bulan. RAS merupakan kondisi idiopatik pada sebagian besar penderita. Ras dapat dijumpai pada setiap orang, namun wanita dan orang dewasa muda sedikit lebih rentan. Pola keturunan telah terbukti dan orang-orang perokok lebih jarang terkena daripada bukan perokok. 1

Upload: willyandre-alex-nps

Post on 18-Feb-2015

31 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Leng Kap

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gangguan kesehatan rongga mulut yang paling sering dialami

banyak orang adalah sariawan. Sariawan memang bukan penyakit yang serius dan

mengancam jiwa, tapi kondisi ini sangatlah mengganggu dan menjengkelkan

karena menyulitkan untuk makan dan berbicara.

Dalam bidang kedokteran gigi sariawan disebut Recurrent Aphthous

Stomatitis (RAS) yang merupakan keadaan patologik ditandai dengan ulser yang

berulang, sakit, kecil, ulser bulat atau oval, dikelilingi oleh pinggiran yang

eritematus dengan dasar kuning keabu-abuan. RAS diklasifikasikan dalam tiga

kategori menurut ukurannya: Minor RAS, mayor RAS, dan ulkus hepertiformis.

Kira-kira 20% dari penduduk menderita minor RAS atau “canker sore”.

Frekuensi RAS terjadi hingga 25% pada populasi umum dan 50 % berulang dalam

3 bulan. RAS merupakan kondisi idiopatik pada sebagian besar penderita. Ras

dapat dijumpai pada setiap orang, namun wanita dan orang dewasa muda sedikit

lebih rentan. Pola keturunan telah terbukti dan orang-orang perokok lebih jarang

terkena daripada bukan perokok.

Faktor-faktor yang dapat mmucu timbunya RAS meliputi atopi, trauma,

endokrinopati, menstruasi, defisiensi nutrisi, stres, dan alergi makanan. Meskipun

etiologinya belum diketahui, studi-studi dewasa ini mencurigai proses imunopatik

yang melibatkan aktivitas sitolitik diperantarai sel sebagai respon HLA atau

antigen asing. Bentuk L dari streptococcus tersebut yang dicurigai sebagai

penyebab dlam pembentukan RAS.

Minor RAS mempunyai kecenderungan untuk terjadi pada mukosa

bergerak yang terletak pada jaringan kelenjar saliva minor. Seringkali terjadi pada

mukosa bibir dan pipi, tapi mayor RAS dapat juga di jumpai pada mukosa

berkeratin banyak seperti gusi dan palatum keras.

1

Page 2: Leng Kap

Rasa terbakar adalah keluhan awal, yang diikuti dengan sakit hebat

selama beberapa hari. Seringkali kelenjar submandibuler, servikal anterior, dan

parotis terasa nyeri, terutama jika ulser tersebut terkena infeksi sekunder.

RAS tidak bervariasi, kambuh, dan pola terjadinya bervariasi.

Kebanyakan orang terserang ulser tunggal sekali atau dua kali setahun, mulai

sejak masa anak-anak atau remaja. Kadang-kadang ulse terlihat dalam kelompok-

kelompok, tetapi biasanya kurang dari lima terjadi sekaligus. Ulser multipel dapat

mnetap dalam jangka waktu beberapa bulan. Ulserasi yang menetap seringkali

sangat sakit dan memunyai gambaran tidak teratur.

Sebenarnya, untuk pengobatan RAS yang khusus tidak ada karena itu

merupakan peradangan. Biasanya dokter memberikan obat salep khusus anti

radang yang bisa dioleskan di daerah ulser. Berkumur dengan obat kumur anti

septik juga cukup membantu mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa

sakit. Yang sederhana di rumah, kumur dengan larutan air garam hangat.

Pada umumnya RAS dapat sembuh sendiri, akan tetapi kehadirannya

sangat menganggu pada saat proses pengunyahan, bicara dan bahkan menganggu

kegiatan membersihkan rongga mulut. Paling lambat proses penyembuhannya

sekitar dua minggu tanpa pembentukan jaringan parut. Tetapi, kalau sariawannya

berat dan sudah ada infeksi bakteri mungkin kita perlu minum antibiotik.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari RAS?

b. Bagaimana etiologi dari RAS?

c. Apa saja klasifikasi RAS?

d. Bagaimana gambaran klinis dari RAS?

e. Faktor-faktor predisposisi apa saja yang menjadi penyebab RAS?

f. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan pada RAS?

2

Page 3: Leng Kap

1.3. Tujuan

a. Dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian dari RAS.

b. Dapat mengetahui dan menjelaskan etiologi dari RAS.

c. Dapat mengetahui dan menjelaskan klasifikasi RAS

d. Dapat mengetahui dan menjelaskan gambaran klinis dari RAS.

e. Dapat mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor predisposisi apa saja

yang menjadi penyebab RAS.

f. Dapat mengetahui dan menjelaskan cara pengobatan dan pencegahan

pada RAS.

3

Page 4: Leng Kap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu kelainan yang

ditandai dengan berulangnya ulser dan terbatas pada mukosa rongga mulut pasien

tanpa adanya tanda-tanda penyakit lainnya (Lynch et al., 1994).

SAR lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, pada orang

dibawah 40 tahun, orang kulit putih, tidak merokok, dan pada anak-anak. SAR

dapat terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering ditemukan pada masa

dewasa muda. SAR paling sering dimulai selama dekade kedua dari kehidupan

seseorang. Pada sebagian besar keadaan, ulser akan makin jarang terjadi pada

pasien yang memasuki dekade keempat dan tidak pernah terjadi pada pasien yang

memasuki dekade kelima dan keenam (Smith dan Wray, 1999).

Secara klinis RAS dapat dibagi menjadi 3 subtipe; minor, mayor, dan

hipetiformis. Ulser minor memiliki diameter yang besarnya kurang dari 1 cm dan

sembuh tanpa disertai pembentukan jaringan paut. Ulser mayor memiliki diameter

lebih besar dari 1 cm dan akan membentuk jaringan parut pada penyembuhannya.

Ulser herpetiformis dianggap sebagi suatu gangguan klinis yang berbeda, yang

bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren pada mukosa mulut

(Lynch et al., 1994; Lewis & Lamey , 1998).

Ulser pada RAS bukan oleh karena satu faktor saja tetapi dalam

lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini

terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi, dan infeksi

mikroorganisme atau faktor imunologi (Scully et al., 2003: Kilic, 2004).

Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicara, kebiasaan buruk

(brukism), saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman yang

terlalu panas. Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan

berkembangnya RAS pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan

sebagai faktor pendukung (Houston, 2009).

4

Page 5: Leng Kap

Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut juga diduga berperan

penting dalam patogenesis RAS, terutama golongan Streptococcus. Berdasar

penelitian terdahulu, kecenderungan lebih besar untuk terjadi reaksi

hypersensitivitas tipe lambat terhadap Streptococcus sanguis diantara pasien RAS

(Lynch et al., 1994).

Diagnosis RAS berdasarkan pada penampilan klinis ulser serta riwayat

penyakitnya. Perhatian harus khusus ditujukan pada umur terjadinya, lokasi, lama

(durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan kelainan pencernaan, haid,

stress, serta makanan harus dicatat (Lewis & Lamey , 1998).

Lesi pada mukosa oral didahului dengan timbulnya gejala prodormal

burning (terbakar) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul. Selama periode initial

akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah beberapa jam, timbul

papul, ulserasi, dan berkembang menjadi lebih besar setelah 48-72 jam. Lesi bulat,

simetris, dan dangkal, tetapi tidak tampak jaringan yang sobek dari vesikel yang

pecah.

Mukosa bukal dan labial merupakan tempat yang paling sering terdapat

ulser. Namun ulser juga dapat terjadi pada palatum dan gingiva. Bercak luka yang

ditimbulkan agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut.

Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya RAS

ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu 4-20 hari.

Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid

topikal dan imunomodulator sistemik, dianjurkan sebagai pengobatan untuk RAS.

Kombinasi vitamin B1 dan vitamin B6 diberikan selama 1 bulan dianjurkan

sebagai penatalaksaan tahap awal. Namun, beberapa pasien memberikan respon

yang baik terhadap obat kumur khorhexidin serta kortikosteroid topikal

(hidrokortison hemisuksinat atau betametason natrium fosfat). Penggunaan terapi

anxiolitik atau rujukan untuk hipnoterapi dapat memebantu penderita yang

diperkirakan memiliki faktor preipitasi berupa stress. Obat-obat sitemik seperti

5

Page 6: Leng Kap

levamisole, inhibitor monoamine oksidase, thalidomide, atau depsone, digunakan

untuk penderita yang sering mengalami ulserasi oral yang serius, tetapi dengan

pertimbangan efektivitas serta efek sampingnya (Lewis & Lamey , 1998).

6

Page 7: Leng Kap

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Stomatitis

Stomatitis adalah peradangan yang dapat mengenai mukosa pipi, mukosa

mulut, lidah dan palatum. Stomatitis merupakan infeksi yang dapat terjadi secara

tersendiri atau bisa merupakan bagian dari penyakit sistemik.

3.2. Klasifikasi Stomatitis

Ada dua tipe utama dari stomatitis yaitu:

1. Stomatitis herpetik akut

Stomatitis herpetik akut diakibatkan virus herpes simpleks. Hal ini biasa

terjadi pada anak umur 1-3 tahun. Stomatitis herpetik akut diawali dengan mulut

yang nyeri tiba-tiba, ludah berlebih, halitosis, menolak makan, dan demam

kadang-kadang tinggi (40-40,6º C). Lesi awal terjadi selama 1-2 hari yang berupa

gelembung isi cairan yang jarang terlihat karena cepat pecah. Lesi sisa

berdiameter 2-10 mm dan ditutupi dengan lapisan kuning keabuan. Pada saat

lapisan terkelupas, yang tersisa adalah luka. Biasanya terjadi pembesaran kelenjar

getah bening sekitar mulut. Fase akut terjadi 4-9 hari dan sembuh dengan

sendirinya. Nyeri biasanya hilang dalam 2-4 hari sebelum luka sembuh sempurna

(Lynch et al., 1994; Lewis & Lamey , 1998).

2. Recurrent aphthous stomatitis (RAS)

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah radang yang terjadi di

daerah mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan dengan permukaan

yang cekung, ulser tersebut dapat berupa ulser tunggal maupun kelompok.

Lesi awal ditunjukkan dengan kemerahan, papul keras yang cepat erosi

menjadi bentuk yang berbatas jelas, luka nekrotik dengan tepi eritematus.

7

Page 8: Leng Kap

3.3. Etiologi dari RAS

Secara primer kejadian yang terbanyak disebabkan oleh penyebab yang

bersifat fisik, misalnya benda asing yang ikut termakan seperti potongan kayu,

kawat duri dan sebagainya. Juga penggunakan alat-alat kedokteran seperti

pembuka mulut, dapat menyebabkan radang traumatik bila tidak hati-hti

menggunakannya. Gigi yang salah arah tumbuhnya dapat menyebabkan radang

pada gingiva, lidah dan pipi. Secara teori apabila termakan atau sengaja diberikan

bahan kimia juga dapat menyebabkan iritasi jaringan selaput lender yang mungkin

berlanjut dapat menyebabkan radang pada mulut.

Radang sekunder timbul sebagai kelanjutan dari penyakit menular

maupun tidak menular yang disebabkan oleh kuman virus dan jamur. Virus akan

mengakibatkan lesi jaringan yang beraneka ragam manifestasinya. Infeksi jamur

terjadi setelah keadaan setempat bersifat mendukung untuk pertumbuhan jamur.

Kondisi tubuh yang menurun, infeksi viral dan penggunaan antibiotik yang

berlebihan sering merupakan faktor prediposisi untuk bertumbuhnya jamur

(Lynch et al., 1994).

3.4. Klasifikasi Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

RAS sendiri dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

a. RAS akut

Dapat disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. RAS

akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.

b. RAS kronis

RAS jenis ini disebabkan oleh xerostomia. Pada keadaan mulut kering,

kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan

berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis,

perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu

8

Page 9: Leng Kap

dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis dibagi menjadi 3 subtipe menurut ukurannya:

1. Minor Recurrent Aphthous Stomatitis (MiRAS)

Ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter < 10 mm

dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. MiRAS biasanya mengenai

daerah-daerah non-keratin seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut,

tetapi tidak mengenai daerah keratin seperti gingiva, palatum atau dorsum lidah.

Sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Lesi berulang dengan frekuensi yang

bermacam-macam, dalam beberapa waktu 1-5 ulser bisa muncul dan sembuh

dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas (Lynch et al., 1994; Lewis &

Lamey , 1998).

Gambaran klinis minor RAS pada mukosa labial (Scully & Felix, 2005)

2. Mayor Recurrent Aphthous Stomatitis (MaRAS)

Disebut juga Periadenitis Mucosa Necrotica Recurrens yang memiliki

ulser berdiameter kira-kira 1-3 cm, berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan

sembuh dengan meninggalkan jaringan parut. Dapat terjadi pada bagian mana saja

dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Bentuk lesi serupa dengan

minor RAS, tetapi ulser berdiameter > 10 mm, tunggal atau jamak dengan

menimbulkan rasa sakit. Demam, disfagia dan malaise terkadang muncul pada

awal munculnya penyakit ini (Lynch et al., 1994; Lewis & Lamey , 1998).

9

Page 10: Leng Kap

Gambaran klinis mayor RAS pada mukosa palatal lunak (Scully & Felix, 2005)

3. Herpetiform Recurrent Aphthous Stomatitis (HuRAS)

Bentuk lesi ini ditandai dengan ulser-ulser kecil, berbentuk bulat, sakit,

penyebarannya luas dan dapat menyebar di rongga mulut. Seratus ulser kecil bisa

muncul pada satu waktu dengan diameter 1-3 mm, bila pecah bersatu ukuran lesi

menjadi lebih besar. Ulser akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa

meninggalkan bekas (Lynch et al., 1994; Lewis & Lamey , 1998).

Gambaran klinis infeksi herpes simplex pada permukaan ventral lidah (Porter &

Leao, 2005)

10

Page 11: Leng Kap

3.5. Gambaran Klinis Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

RAS diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan

terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas

jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-

abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk

beberapa hari atau bulan.

Tahap perkembangan RAS dibagi kepada 4 tahap yaitu:

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi

RAS. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada

tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan

menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang.

2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi

SAR. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus.

Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.

3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu.

Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh

lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.

4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut

akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak

meninggalkan jaringan parut dimana lesi RAS pernah muncul (Lynch et al., 1994;

Lewis & Lamey , 1998).

3.6. Faktor-Faktor Predisposisi Timbulnya Recurrent Aphthous Stomatitis

(RAS)

1. Faktor Genetik

Faktor genetik dianggap memainkan peranan yang sangat besar pada

11

Page 12: Leng Kap

pasien yang menderita RAS. Insiden RAS dipercaya meningkat pada pasien yang

memiliki riwayat keluarga positif terkena RAS. Pasien dengan riwayat keluarga

RAS akan menderita RAS sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien

tanpa riwayat keluarga RAS (Haskell R., Gayford J.J. 1990).

2. Faktor Lokal

Faktor lokal yang dimaksud dalam hal ini adalah:

a. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah kebersihan gigi karena kebersihan

gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang

berulang.

b. Trauma mekanis yang dapat disebabkan oleh:

- Tergigit pada bagian mukosa pipi, mukosa mulut atau lidah

- Akibat perawatan gigi

- Kebiasaan buruk

c. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.

d. Penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (alkohol,

lemon/gliserin).

e. Penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari RAS.

3. Faktor Hormon

Pada wanita, hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen

dan progesterone. Pada masa pra-menstruasi korpus luteum mensekresi sejumlah

besar progesterone dan estrogen. Hormon ini memberi umpan balik negatif

terhadap kelenjar hipopisis anterior dan hypothalamus kira- kira 3-4 hari sebelum

menstruasi sehingga menekan produksi hormon pada kelenjar tersebut seperti

12

Page 13: Leng Kap

FSH, LH, maupun hormon pertumbuhan. Menurunnya kerja hormon hipoposis

akan mempengaruhi seluruh/hampir seluruh jaringan tubuh termasuk rongga

mulut. Dimana kemampuan sintesis protein sel akan menurun sehingga

metabolisme sel-sel juga akan menurun (Lynch et al., 1994; Lewis & Lamey ,

1998).

Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan

progesterone secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadi

penurunan aliran darah sehingga suplai darah utamanya daerah perifer menurun

sehingga terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut,

memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan

terhadap jaringan lunak mulut sehingga rentan terhadap iritasi lokal sehingga

mudah terjadi RAS (Houston, 2009).

4. Faktor Defisiensi Nutrisi

Defisiensi hematinic (besi, asam folat, vitamin B1, B2,B6, B12)

kemungkinan 2x lebih besar terkena RAS dibandingkan orang yang sehat.

Defisiensi vitamin tersebut memegang peranan penting dalam patogenesis RAS

dapat menyebabkan menurunnya kualitas mukosa sehingga bakteri mudah

melekat pada mukosa, dan menurunnya sintesis protein sehingga menghambat

metabolisme sel.

5. Faktor Imunologi

Pada pasien RAS terjadi perubahan cell-mediated imun yairu respon

imunologi yang abnormal terhadap jaringan mukosa mulut sendiri. Dalam

peristiwa ini mungkin terjadi peningkatan jumlah limfosit T CD8+ dalam aliran

darah perifer dan atau terjadi penurunan limfosit T CD4+ meskipun jumlah total

limfosit T CD3+ menurun di perifer. Pada penderita RAS aktif, kemungkinan

terjadi penurunan persentase CD4+ virgin T sel dan peningkatan persentase CD4+

memori T sel.

13

Page 14: Leng Kap

Pada fase preulseratif RAS, ditemukan infiltrasi lokal mononuclear yang

terdiri dari large granular limfosit (LGL) dan CD4+. Fase ulseratif terlihat CD4+

cytotoxic suppressor cell tetapi selama masa penyembuhan berangsur-angsur

digantikan oleh sel CD4+, dan kadang terlihat pula leukosit PMN (Lynch et al.,

1994; Lewis & Lamey , 1998).

6. Faktor Mikroorganisme

Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut juga diduga berperan

penting dalam patogenesis RAS, terutama golongan Streptococcus. Berdasar

penelitian terdahulu, kecenderungan lebih besar untuk terjadi reaksi

hypersensitivitas tipe lambat terhadap Streptococcus sanguis diantara pasien RAS

(Lynch et al., 1994).

7. Faktor Stress

Stress sangat berpengaruh pada sejumlah perubahan hidup yang terjadi

termasuk kemampuan dalam menimbulkan suatu penyakit. Stress dapat disertai

rasa cemas dan kadang terlihat adanya depresi. Kejadian stress dapat memberikan

respon terhadap tubuh baik itu respon fisiologis, respon psikologis, respon

hormonal, maupun respon hemostatik. Aktifnya hormon glukokortikoid pada

orang yang mengalami stress menyebabkan meningkatnya katabolisme protein

sehingga sintesis protein menurun. Akibatnya metabolisme sel terganggu

sehingga rentan terhadap rangsangan (mudah terjadi ulcer). Selama stess

berlangsung dapat terjadi defisiensi niasin dan ascorbid acid.

8. Faktor Penyakit Sistemik

RAS ditemukan pada penderita penyakit sistemik seperti inflammatory

bowl disease, chorn disease, HIV dan AIDS, dan celiac sprue. Celiac sprue atau

sprue topical yang merupakan sindroma malabsorpsi yang tidak diketahui

penyebabnya. Penyakit ini berhubungan dengan kekurangan folat dan malabsorbsi

vitamin B12, lemak, dan nutrien lainnya. Dengan adanya kelainan malabsorbsi

14

Page 15: Leng Kap

tersebut maka akan semakin memicu terjadinya defisiensi nutrisi yang merupakan

faktor predisposisi timbulnya RAS (Lynch et al., 1994).

9. Faktor Alergi dan Sensitifitas

Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan

(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi

antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein

yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat membentuk antibodinya

sendiri.

RAS dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa

bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan

bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak

dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous.

Gejala ini disertai rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga

berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk

daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi RAS (Houston,

2009).

10.Faktor Merokok

Adanya hubungan terbalik antara perkembangan RAS dengan merokok.

Pasien yang menderita RAS biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat

prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari RAS diantara perokok berat

berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami

RAS setelah berhenti merokok (Lynch et al., 1994).

3.7. Pengobatan dan Pencegahan pada Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

3.7.1. Bentuk Pengobatan pada Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

Pengobatan terhadap penyakit ini dapat menggunakan beberapa jenis

obat baik dalam bentuk salep, obat tetes maupun obat kumur. Saat ini sudah

15

Page 16: Leng Kap

tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan. Obat-obat yang

lazim digunakan, antara lain:

1. Analgesik lokal (tablet hisap atau obat kumur), misalnya Benzydamine

(Tanflex, Tantum). Tablet hisap dapat digunakan setiap 3-4 jam (maksimum 12

tablet perhari) hingga sembuh (maksimum 7 hari). Sedangkan obat kumur

digunakan berkumur selama 1 menit, setiap 3 jam hingga sembuh (maksimum 7

hari).

2. Anestesi lokal (cairan atau gel oles), misalnya Lidokain, benzokain,

dioleskan pada sariawan (sering dioleskan karena efek anestesi berlangsung

singkat).

3. Antiseptik (obat kumur), misalnya iodin povidon (bethadin, septadine,

molexdine), klorheksidin (minosep), heksetidin (bactidol, hexadol).

4. Kortikosteroid, misalnya triamsinolon (ketricin, kenalog in orabase),

dioleskan 2-3 kali sehari sesudah makan (maksimal 5 hari).

5. Produk lain yang cukup dikenal adalah policresolen (albothyl)

konsentrat Obat ini bersifat hemostatik lokal dan kauter.

3.7.2. Bentuk Pencegahan pada Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

Tindakan pencegahan timbulnya SAR dapat dilakukan diantaranya

dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta mengkonsumsi

nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan berkumur-kumur

menggunakan air garam hangat atau obat kumur. SAR juga dapat dicegah dengan

mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti sayur dan buah yang

mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat besi.

16

Page 17: Leng Kap

BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah radang yang terjadi di daerah

mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan dengan permukaan

yang cekung, ulser tersebut dapat berupa ulser tunggal maupun kelompok.

2. RAS dibagi menjadi dua tipe: RAS akut dan kronis, sedangkan menurut

ukurannya secara klinis dibagi menjadi tiga subtipe: minor, mayor, dan

hipertiformis.

3. Ulser minor memiliki diameter yang besarnya kurang dari 1 cm dan sembuh

tanpa disertai pembentukan jaringan paut. Ulser mayor memiliki diameter

lebih besar dari 1 cm dan akan membentuk jaringan parut pada

penyembuhannya. Ulser herpetiformis dianggap sebagi suatu gangguan klinis

yang berbeda, yang bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren

pada mukosa mulut.

4. Beragai faktor predisposisi yang merupakan penyebab terjadinya RAS

diantaranya trauma, stres, hormonal, genetik, infeksi mikroorganisme dan

faktor imunologi serta kekurangan zat besi, folate atau vitamin B1, B2, B6 dan

B12.

5. Pencegahan terhadap sariawan dapat diberikan obat-obatan seperti obat tetes,

obat kumur, ataupun obat oles (salep) serta pemenuhan nutrisi seperti vitamin

B12, vitamin C dan zat besi.

17