pengendalian mutu kap

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini lingkungan dan ukuran bisnis entitas suatu perusahaan telah menjadi kompleks dan rumit. Keanekaragaman jenis entitas bisnis tersebut harus diikuti dan dipami oleh pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi terhadap suatu entitas bisnis tertentu. Keanekaragaman cara dalam menjalankan bisnis yang bisa menimbulkan keanekaragaman kualitas dari suatu entitas perusahaan. Salah satu tolak ukur untuk melihat sehat atau tidaknya kualitas suatu entitas perusahaan, publik biasanya melihat dari opini audit. Opini audit ini dibuat oleh auditor yang tergabung dalam suatu kantor akuntan publik. Dalam pembuatan opini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, sehingga bisa menghasilkan opini yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Auditor dalam menjalankan profesinya, harus memahami segala bentuk  perubahan dan perkembangan terhadap entitas bisnis saat ini, maka dalam menyikapi hal tersebut, auditor dituntut untuk terus belajar dan menggali informasi berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan yang diadakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ataupun oleh lembaga lainnya yang terkait. Dalam menjalankan profesinya, auditor memiliki pedoman standar yaitu Standar Profesional Akuntan Publik yang merupakan ketentuan dan  pedoman audit yang harus dipatuhi oleh auditor. Dalam standar ini terdapat standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan  persyaratan seorang auditor.

Upload: nadier-beddingfield-gleam

Post on 14-Oct-2015

555 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSaat ini lingkungan dan ukuran bisnis entitas suatu perusahaan telah menjadi kompleks dan rumit. Keanekaragaman jenis entitas bisnis tersebut harus diikuti dan dipami oleh pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi terhadap suatu entitas bisnis tertentu. Keanekaragaman cara dalam menjalankan bisnis yang bisa menimbulkan keanekaragaman kualitas dari suatu entitas perusahaan.Salah satu tolak ukur untuk melihat sehat atau tidaknya kualitas suatu entitas perusahaan, publik biasanya melihat dari opini audit. Opini audit ini dibuat oleh auditor yang tergabung dalam suatu kantor akuntan publik. Dalam pembuatan opini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, sehingga bisa menghasilkan opini yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.Auditor dalam menjalankan profesinya, harus memahami segala bentuk perubahan dan perkembangan terhadap entitas bisnis saat ini, maka dalam menyikapi hal tersebut, auditor dituntut untuk terus belajar dan menggali informasi berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan yang diadakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ataupun oleh lembaga lainnya yang terkait.Dalam menjalankan profesinya, auditor memiliki pedoman standar yaitu Standar Profesional Akuntan Publik yang merupakan ketentuan dan pedoman audit yang harus dipatuhi oleh auditor. Dalam standar ini terdapat standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan seorang auditor.Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asuransi dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi Akuntan Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Akuntan Publik mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.Meskipun Akuntan Publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Pubik akan tetap ada. Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Kantor Akuntan Publik, diperlukan suatu undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 18 ayat (2) huruf d, mengatur tentang Sistem Pengendalian Mutu (SPM) bagi Kantor Akuntan Publik (KAP). Pasal 18 ayat (2) huruf d, mengharuskan Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk memiliki dan melampirkan Rancangan Sistem Pengendalian Mutu (RSPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekurang-kurangnya mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu. Menurut Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) per 31 Maret 2011, SPM dan KAP merupakan perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian yang mencakup: Independensi, Penugasan Personel, Konsultasi, Supervisi, Pemekerjaan (Hiring), Pengembangan Profesional, Promosi (Advancement), Penerimaan dan Keberlanjutan Klien dan Inspeksi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Pada Kantor Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana Denpasar dengan Efektivitas Perencanaan Audit.

1.2. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalahnya yaitu apakah penerapan sistem pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana memiliki hubungan dengan efektivitas perencanaan audit?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian mutu KAP Drs. Wayan Sunasdyana dengan efektivitas perencanaan audit.1.4. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:a. Bagi penulis Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran umum serta pemahaman tentang penerapan Sistem Pengendalian Mutu dengan membandingkan antara ketentuan sebagaimana diatur dalam SPAP dan Undang-Undang Republik Indonesia dengan praktik yang sesungguhnya dilakukan oleh Akuntan Publikb. Bagi Kantor Akuntan Publik Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada Kantor Akuntan Publik dan memperoleh saran-saran untuk perbaikan di masa mendatang;c. Bagi pihak lain, Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang Sistem Pengendalian Mutu yang seharusnya dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik dan pelaksanaan sesungguhnya dari Sistem Pengendalian Mutu.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu1. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Kasfiana (2004) mengenai Penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada Kantor Akuntan Publik PJ & Rekan. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa KAP PJ & Rekan telah menetapkan kebijakan dan prosedur SPM sebagaimana ditetapkan oleh SPAP.a. Kelemahan terhadap penelitian terdahulu adalah tidak dilakukannya pengujian kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur sistem pengendalian mutu terhadap KAP PJ & Rekan terkait dengan penerapannya.b. Hasil penelitian hanya berdasarkan wawancara dan hasil analisis perbandingan antara kebijakan dan prosedur sebagaimana yang ditetapkan oleh SPAP dengan buku pedoman sistem pengendalian mutu yang dimiliki oleh KAP PJ & Rekan, sehingga penelitian tersebut dianggap kurang valid dan kurang presentatifkan penerapan sistem pengendalian mutu yang dilakukan oleh KAP PJ & Rekan.c. Perbedaan yang dilakukan oleh peneliti dan tidak dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu analisis pengujian kepatuhan KAP terhadap prosedur SPM Kantor Akuntan Publi, landasan teori terbru yang digunakan, ruang lingkup objek penelitian, serta teknik pengumpulan dan pengolahan data.

2. Wahyudiono (2000) meneliti tentang Mengevaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada KAP H dan M. Di dalam penelitiannya, penulis mengevaluasi terhadap penerapan yang dilakukan oleh KAP H dan M terhadap sistem pengendalian mutu. Pengevaluasian tersebut dipaparkan berdasarkan masing-masing unsur yang terjandung dalam sistem pengendalian mutu. Proses pengevaluasian diikuti penulis sesuai dengan prosedur penerapan sistem pengendalian mutu yang diterapkan KAP H dan M. Sehingga hasil dari penelitian ini terdapat suatu penilaian tersendiri dari penulis terhadap hasil penerapan sistem pengendalian mutu yang dilakukan oleh KAP H dan M.

2.2. Landasan Teori2.2.1 Pengertian Akuntan PublikAkuntan publik (Auditor Independen) merupakan suatu profesi yang diatur melalui peraturan / ketentuan dari regulator (Pemerintah) serta standar dan kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi. KAP seperti halnya perusahaan penyedia jasa yang memiliki SOP untuk mengatur semua prosedur resmi tentang apa yang harus dilakukan oleh para akuntan. Prosedur pengendalian mutu yang harus diterapkan KAP sudah sangat jelas dimuat dalam peraturan PSPM No.1. berikut ini adalah prosedur resmi tentang pengendaian mutu yang dilakukan KAP, yang telah ditetapkan dalam PSPM No.1 menetapkan bahwa setiap Kantor Akuntan Publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan unsur-unsur pengendalian mutu dan hal-hal yang terkait dengan implementasi secara efektif sistem tersebut.Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP)1, sebagaimana yang dimaksud dalam Seksi ini, harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi dan review , dan konsultansi yang standarnya telah ditetapkan oleh TAT dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Walaupun Seksi ini dapat pula diterapkan pada divisi-divisi lain dalam KAP, sebagai contoh, antara lain divisi yang menyediakan jasa perpajakan atau divisi jasa konsultansi manajemen, penerapan Seksi ini pada divisi-divisi tersebut tidak diwajibkan oleh Seksi ini, kecuali untuk jasa-jasa yang merupakan bagian dari jasa audit, atestasi, akuntansi dan review seperti tersebut di atas.Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi SPAP. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa KAP dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP kompeten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, KAP harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP.Sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAR Sistem pengendalian mutu harus komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik KAP.Setiap sistem pengendalian mutu memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Perbedaan kinerja antarstaf dan pemahaman persyaratan profesional, dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP, yang kemudian mempengaruhi efektivitas sistem tersebut.Sistem pengendalian mutu KAP harus dapat memberikan keyakinan memadai bahwa bagian dari perikatan suatu KAP yang dilaksanakan oleh kantor cabang, kantor afiliasi atau kantor koresponden telah dilaksanakan sesuai dengan SPAP.Sifat dan lingkup kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh KAP tergantung pada berbagai faktor, antara lain ukuran KAP, tingkat otonomi yang diberikan kepada stafnya dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, dan pertimbangan biaya manfaat.KAP wajib mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu yang dibahas berikut ini, sejauh diterapkan dalam praktiknya, dalam menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya. Unsur-unsur pengendalian mutu berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, praktik pemekerjaan KAP mempengaruhi kebijakan pelatihannya. Praktik pelatihan mempengaruhi kebijakan promosinya. Praktik kedua kategori tersebut mempengaruhi kebijakan supervisi. Praktik supervisi mempengaruhi kebijakan pelatihan dan promosi. Untuk memenuhi ketentuan yang dimaksud oleh paragraf ini, KAP wajib membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai:a. Independensi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa, pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana perikatan.d. Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi danreview yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan tertentu.e. Pemekerjaan( H i r i n g ) , yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan KAP tergantung kepada integritas, kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAPf. Pengembangan profesional, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan kepada personelnya pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP.g. Promosi (adv ancement) , yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada, karakter, intelegensi, pertimbangan (judgement), dan motivasi.h. Penerimaan dan keberlanjutan klien, memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas.i. Inspeksi, KAP yang harus memiliki kebijakan maupun prosedur yang berkaitan dengan pengujian pelaksanaan sistem pengendalian mutu sehingga KAP dapat mengetahui apakah sistem tersebut telah memadai dan dilaksanakan dengan baik.2.2.2 Standar Profesional Akuntan PublikMenetapkan prosedur dengan tujuan seperti tersebut, tidak berarti bahwa KAP bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien, dan tidak juga berarti bahwa KAP berkewajiban kepada siapa pun, kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati, KAP disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya.Inspeksi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu, seperti tersebut pada butir a sampai dengan butir h, telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan manajemen KAP Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada pengendalian yang ditetapkan oleh KAP dan penetapan tanggung jawab di KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.

2.2.3 Standar Pengendalian MutuStandar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh dewan standar profesional akuntan publik dan aturan etika kompartemen, akuntan publik yang diterbitkan oleh kompartemen akuntan publik, Ikatan Akuntansi Indonesia dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk mematuhi berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh dewan dan kompartemen akuntan publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh aturan etika kompartemen akuntan publik dan bahwa staf kantor akuntan publik kompeten, profesional dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesinalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku.Standar pengendalian mutu ini harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap anggota profesi akuntan publik dalam pelaksanaan penugasannya dan dapat digunakan oleh kantor akuntan publik untuk membantu dalam memenuhi standar pemeriksaan yang diterima umum.

2.2.4 Unsur-Unsur Pengendalian MutuDalam merancang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP harus mempertimbangkan keberadaan unsur-unsur pengendalian mutu seperti yang tertera dalam Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) No.1, (SPAP 2001:17000.2) adalah sebagai berikut: Independensi Penugasan personal Konsultasi Supervisi Pengangkatan Pemeriksa Pengembangan profesional Promosi Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien InspeksiUnsur-unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sebagai contoh: Unsur pengangkatan pemeriksa mempengaruhi elemen pengembangan profesional, dalam hal ini tata cara penerimaan pemeriksa akan mempengaruhi kebijakan penyelenggaraan latihan Unsur pengembangan profesional mempengaruhi elemen promosi. Pengembangan profesional antara lain dilaksanakan melalui pelatihan atau pendidikan yang telah dijalani oleh pemeriksa akan mempengaruhi promosi pemeriksa Unsur pengangkatan pemeriksa mempengaruhi elemen supervisi karena pada umumnya pemeriksa yang baru diangkat atau pemeriksa yang belum berpengalaman memerlukan supervisi yang lebih intensif dibandingkan dengan pemeriksa yang sudah berpengalaman.

2.2.5 Standar AtestasiStandar ini berlaku pada akuntan publik yang melaksanakan suatu perikatan atestasi. Suatu perikatan atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi mengadakan perikatan untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain.

1. Standar Umum:a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk menyakinkan dirinya bahwa dua kondisi berikut ini ada :1) Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen harus dipertahankan oleh praktisi.2) Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut.3) Asersi dapat dinilai dengan kriteria rasional, baik yang telah ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu memahaminya.4) Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria tersebut.Kriteria rasional adalah kriteria yang menghasilkan informasi bermanfaat. Manfaat informasi tergantung pada keseimbangan memadai antara relevansi dan keandalan.

2. Standar Pekerjaan Lapangana. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.3. Standar Pelaporana. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan.b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi.d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu menguraikan sifat karakteristik fenomena tertentu yaitu mengumpulkan data-data dalam bentuk nilai atau angka sesuai dengan pencatatan yang terdapat dilapangan dan menguraikannya secara menyeluruh dan diteliti sesuai dengan pencatatan yang terdapat dilapangan dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Sugiyono, 2003:11).

3.2. Jenis dan Sumber Data1. Jenis DataBerdasarkan bentuk dan sifatnya maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 2003:14) Penelitian kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. (Sugiyono, 2003:14)

2. Sumber DataMenurut Teguh (2005:121) tentang data sekunder yaitu jenis data ini dapat digali melalui monografi yang diterbitkan oleh masing-masing lembaga atau perusahaan, laporan-laporan, baik mingguan, bulanan, triwulan, maupun tahunan, buku-buku profil, literatur, majalah-majalah dan publikasi data dari media surat kabar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu mengenai sistem pengendalian mutu KAP Drs. Wayan Sunasdyana Denpasar.

3.3. Metode Pengumpulan data Dalam melakukan penelitian pada KAP Drs. Wayan Sunasdyana, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah:1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)Pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku dan literatur serta ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Dari penelitian ini akan diperoleh gambaran teoritis tentang permasalahan yang akan dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)Pengumpulan data dengan teknik penelitian lapangan merupakan penelitian secara langsung pada Kantor Akuntan Publik yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian lapangan ini digunakan beberapa cara yaitu:a. Wawancara (Interview)Wawancara tidak hanya dilakukan kepada Partner (pimpinan) kantor akuntan, tetapi juga pada jenjang Audit Manager, Audit Supervisor, Senior dan Junior Auditor.

b. KuesionerPengajuan daftar pertanyaan secara tertulis diberikan kepada Manager, Supervisor, Senior Auditor dan Junior Auditor.Penerapan sistem pengendalian mutu KAP bersifat subjektif dan tidak bisa diukur secara langsung karena merupakan aspek mental. Oleh karena itu, digunakan suatu skala untuk bisa mengukur penerapan pengendalian mutu tersebut yaitu dengan cara memberikan skor untuk setiap jenis jawaban dari kuesioner dengan menggunakan skala Likert.

Tingkat PenerapanSkor

Tidak Tahu0

TidakPernah1

Jarang2

Sering3

Selalu4

Untuk mengambil kesimpulan apakah penerapan setiap unsur SPM KAP cukup baik ataupun tidak, ditentukan dari besar persentase total jawaban positif, yakni jawaban sering (skor 3) dan jawaban selalu (skor 4).

c. ReviewUntuk menguji apakah hasil wawancara dan kuesioner telah mencerminkan penerapan Sistem Pengendalian Mutu, penelitian juga dilakukan dengan melakukan review atas sejumlah Audit Working Paper, yang mencakup Audit Planning Memorandum, Audit Program dan Audit Procedures yang dilakukan dalam pemberian jasa profesi serta Laporan Auditor Independen.Hasil review dimaksudkan untuk melihat apakah Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik, terutama yang menyangkut unsur supervisi dan konsultasi serta penugasan staf sudah diterapkan secara memadai yang menjamin bahwa perikatan audit telah dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia dan Aturan Etika Akuntan Publik, serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan oleh badan pengatur.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penetapan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu KAPBerdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil pertemuan pendahuluan antara penulis dengan pihak pimpinan KAP, ditemukan fakta bahwa KAP telah menetapkan pengendalian intern atas operasi kantor, yang terdiri atas pengendalian intern aspek profesional praktik akuntansi dan audit KAP; dan aspek bisnis praktik, yang terdiri atas prosedur-prosedur akuntansi dan keuangan perusahaan.Pengendalian intern tersebut tercantum dalam Pedoman Operasi Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana. Sedangkan atas profesional praktik akuntansi dan audit tertuang dalam pedoman audit yang berisikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.Sistem Pengendalian Mutu sebagaimana yang telah ditetapkan oleh KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan Standar Profesional Akuntan Publik.Sistem Pengendalian Mutu sebagaimana yang tersebut diatas mencakup atas unsur: 1) Independensi, 2) Penugasan Personel, 3) Konsultasi, 4) Supervisi, 5) Pemekerjaan, 6) Pengembangan Profesional, 7) Promosi, 8) Penerimaan dan Keberlanjutan Klien 9) Inspeksi.Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pembicaraan dengan top manajemen Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana sebagaimana tersebut pada bab 3, dapat disimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana telah memiliki dan menetapkan kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu KAP yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa dalam menjalankan profesinya KAP telah memenuhi Standar Profesional dan ketentuan yang berlaku baik yang ditetapkan oleh IAPI dalam Standar Profesional Akuntan Publik.Berkaitan dengan tidak ditetapkannya kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang berkaitan dengan inspeksi, penulis melakukan konfirmasi secara langsung kepada pimpinan Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana dan diperoleh penegasan bahwa KAP memang tidak menetapkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan inspeksi karena dianggap tidak praktis dan KAP tidak membutuhkan kebijakan dan prosedur tersebut, mengingat skala KAP masih berada pada klasifikasi menengah. Sebagai prosedur alternatif pengganti kebijakan inspeksi, KAP menetapkan review silang atau review langsung oleh partner atas perikatan audit tertentu yang memiliki kekhususan tertentu atau dengan tingkat resiko diatas rata-rata.4.2. Pengujian Kepatuhan Terhadap Sistem Pengendalian Mutu KAP Pengujian kepatuhan dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan yang berkaitan dengan delapan variabel penentu penerapan sistem pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana. Dengan perincian sebagai berikut:No.VariabelJumlah Pertanyaan

1Independensi2

2Penugasan Personel2

3Konsultasi2

4Supervisi3

5Pemekerjaan3

6Pengembangan Profesional3

7Promosi3

8Penerimaan & Keberlanjutan Klien2

Total Pertanyaan20

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengadakan wawancara personal dengan beberapa responden. Responden dalam penelitian ini dibatasi hanya staf profesional auditor workshop dari tingkatan junior sampai tingkatan manager. Kuesioner yang dibagikan sebanyak 7 set. Pada bulan yang sama semua kuesioner telah diisi lengkap dan dikembalikan sebanyak 7 set.4.3. Klasifikasi Penilaian Analisis Kepatuhan Staf Auditor terhadap Prosedur Sistem Pengendalian Mutu KAPUntuk mengetahui klasifikasi penilaian terhadap unsur pengendalian mutu yang telah dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana, maka penulis mengklasifikasikan penilaian dengan perincian sebagai berikut:Tingkat PenerapanSkorPersentase PenilaianKlasifikasi Penilaian

Tidak Tahu00% - 20%Sangat Buruk

Tidak Pernah121% - 40%Buruk

Jarang241% - 60%Kurang Baik

Sering361% - 80%Cukup Baik

Selalu481%-100%Baik

Penilaian terhadap unsur Sistem Pengendalian Mutu KAP tidak memiliki standar khusus yang ditetapkan oleh badan pengatur, sehingga penetapan persentase penilaian pada tabel diatas diklasifikasikan berdasarkan bobot skor nilai yang ada pada opsi kuesioner sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Penerapan unsur SPM untuk KAP tersebut disimpulkan sudah cukup baik apabila total jawaban positif diatas 61%. Apabila total jawaban positif kurang dari 61%, maka penerapan SPM KAP untuk unsur terkait tersebut disimpulkan masih kurang baik.

4.4. Analisis Kepatuhan Staf Auditor terhadap Prosedur Sistem Pengendalian Mutu KAPUntuk mengetahui dan menguji kesesuaian SPM Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana dengan standar profesional dan kepatuhan personel KAP dengan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP, penulis telah menganalisa dan merekapitulasi hasil kuesioner dalam bentuk chart sebagaimana berikut: IndependensiPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Independensi

Dari pie chart independensi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari unsur independensi sudah diterapkan dengan baik. Hal ini terlihat dari 66,7% responden menyatakan selalu diterapkan dan 18,5% responden menyatakan sering diterapkan (85,2% responden memberikan jawaban positif).Hampir seluruh staf profesional KAP telah memahami akan pentingnya sikap independensi dalam menjalankan pekerjaannya dan melakukan perikatan audit. Partner dan Manajer Audit juga senantiasa mengingatkan para staf profesional auditor dalam setiap kesempatan yang ada, terutama sekali pada saat pelaksanaan supervisi dan konsultasi.Dari hasil wawancara dengan top manajemen KAP, untuk lebih menjaga independensi para staf profesional, penugasan para staf profesional dibatasi dan dilakukan rotasi maksimum tiga tahun buku. Artinya para staf profesional hanya ditugaskan pada klien yang sama maksimum tiga tahun buku secara berturut-turut. Dari hasil wawancara dengan beberapa staf profesional auditor yang bekerja dilapangan, tidak ada diantara mereka yang memegang klien selama lebih dari tiga tahun. Penugasan PersonelPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Penugasan Personel

Dari pie chart penugasan personel, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari segi penugasan personel sudah diterapkan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari 51,85% responden menyatakan selalu diterapkan dan 25,93% responden menyatakan sering diterapkan (77,78% responden memberikan jawaban positif).Penugasan personel dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilakukan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dari komposisi tim audit yang ditugaskan yang tercermin dalam Surat Penugasan yang ditandatangani oleh Partner In Charge, tim audit selalu terdiri atas seorang manajer yang bertanggung jawab atas penugasan tersebut dan seorang supervisor yang mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Sedangkan senior auditor yang sehari-hari secara penuh bertanggung jawab atas pelaksanaan di lapangan minimum berpendidikan formal sarjana (Strata 1) bidang akuntansi dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan. Misalnya untuk melakukan audit atas perusahaan manufaktur, senior auditor harus sudah memiliki pengalaman minimal tiga tahun dalam melakukan audit pada perusahaan yang sejenis. Demikian halnya untuk klien dengan jenis kegiatan karakteristik khusus seperti entitas yang mengerahkan dana masyarakat. Selain itu, terkadang senior auditor juga dipersyaratkan sudah mengikuti pendidikan khusus atau pelatihan atau seminar yang diselenggarakan oleh badan pengatur.Dari hasil wawancara dengan staf profesional auditor, didapat keterangan bahwa dalam prakteknya terkadang tidak dilakukan identifikasi khusus atas keahlian setiap personel terlebih dahulu dalam penugasan audit dan penetapan person in charge nya, namun dikaitkan dengan faktor-faktor judgement pribadi dari top manajemen KAP sendiri terhadap karyawan tertentu. Hal ini mengidentifikasikan kurangnya pemerataan penugasan dalam Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana.Dalam kaitannya dengan penugasan personel, untuk menjamin bahwa staf auditor di lapangan melakukan pekerjaan audit secara terarah, sebelum mereka melakukan pemeriksaan lapangan, staf auditor selalu berpedoman kepada audit program yang berisi audit objective dan audit procedures. Selain itu mereka juga dibekali dengan audit memorandum yang dirancang oleh supervisor. Untuk dapat tetap bekerja dalam waktu yang sudah ditentukan, audit memorandum juga berisi skedul pelaksanaan pekerjaan. Skedul memang selalu ditetapkan di awal penugasan, namun dari hasil wawancara didapat keterangan bahwa sering kali terjadinya perpanjangan waktu dalam penugasan audit.Untuk mengawasi aktivitas auditor dalam melaksanakan pekerjaan lapangan, auditor juga diwajibkan untuk mengisi time sheet setiap minggu, yang menggambarkan pekerjaan lapangan yang dilakukan oleh auditor secara rinci setiap hari. KonsultasiPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Konsultasi

Dari pie chart konsultasi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari segi konsultasi sudah diterapkan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari 55,56% responden menyatakan selalu diterapkan dan 22,22% responden menyatakan sering diterapkan (77,78% responden memberikan jawaban positif).Dari hasil rekapitulasi kuesioner dalam kaitannya dengan apakah konsultasi dilakukan secara berjenjang, 7,4% menyatakan tidak pernah, 18,5% menyatakan sering dan 62,9% menyatakan selalu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa konsultasi dalam Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana umumnya sudah dilakukan secara berjenjang, dalam hal auditor menghadapi masalah yang aturannya belum jelas atau belum diatur secara jelas, baik yang menyangkut praktik akuntansi maupun praktik auditing. Dalam konsultasi secara tertulis, dari menelusuri arsip-arsip administratif, penulis mendapatkan informasi bahwa Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana telah memiliki internal memo untuk konsultasi.

SupervisiPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Supervisi

Dari pie chart supervisi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana sudah diterapkan dengan cukup baik namun kurang efektif. Hal ini terlihat dari 37,04% responden menyatakan selalu diterapkan dan 29,63% responden menyatakan sering diterapkan (66,67% responden memberikan jawaban positif).Pelaksanaan penelitian atas unsur supervisi dilakukan melalui review atas time sheet dan working paper. Uraian terinci atas pelaksanaan supervisi disajikan pada sub bab selanjutnya yaitu Hasil Review atas Perikatan Terpilih. Pemekerjaan (Hiring)Pie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Pemekerjaan (Hiring)

Dari pie chart pemekerjaan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari unsur pemekerjaan sudah diterapkan dengan cukup baik namun kurang efektif. Hal ini terlihat dari 48,15% responden menyatakan selalu diterapkan dan 22,22% responden menyatakan sering diterapkan (70,37% responden memberikan jawaban positif).Dari hasil rekapitulasi kuesioner, didapatkan data yang berkaitan dengan apakah KAP menyusun perencanaan kebutuhan personel, terdapat 40,7% yang menyatakan tidak pernah; 29,6% menyatakan jarang; 18,5% menyatakan sering; dan hanya 11,1% yang menyatakan selalu. Dari hal ini dapat diindikasikan bahwa KAP jarang menyusun perencanaan kebutuhan personel. Dari hasil wawancara dengan staf auditor, didapatkan keterangan bahwa tidak dilakukannya perencanaan kebutuhan personel tersebut menyebabkan kurangnya jumlah tenaga auditor jika dibandingkan dengan jumlah klien yang ditangani (komposisi auditor yang tidak sesuai dengan jumlah klien) terutama di peak seasons. Hal ini tentunya membuat staf auditor menurun kinerjanya, karena harus menyelesaikan pekerjaan audit untuk beberapa klien sekaligus pada periode waktu yang sama.Berdasarkan penelitian arsip administrasi proses rekruitmen pegawai dilakukan secara umum telah memenuhi ketentuan yang ada. Hal ini terlihat dari adanya kewajiban calon pegawai untuk menyerahkan surat lamaran, menjalani test tertulis dan wawancara untuk memastikan bahwa KAP hanya melakukan rekruitmen atas karyawan yang memang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh KAP. Namun ditemukan pula beberapa karyawan (14,8%) yang tidak menjalani tes tertulis tersebut dan langsung dipekerjakan.Dalam kaitannya dengan apakah KAP melakukan program orientasi bagi personel yang baru diterima, terdapat 11,1% yang menyatakan tidak pernah; 18,5% yang menyatakan jarang. Hal ini mengindikasikan bahwa di Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana, ada beberapa personel auditornya yang tidak mengalami masa orientasi saat mulai bekerja.

Pengembangan ProfesionalPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Pengembangan Profesional

Dari pie chart pengembangan profesional, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari unsur pengembangan profesional sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari 59,26% responden menyatakan selalu diterapkan dan 18,5% responden menyatakan sering diterapkan (77,76% responden memberikan jawaban positif).Dalam kaitannya dengan apakah KAP menyediakan bagi personel literatur profesional mengenai perkembangan terkini dalam standar profesional, dari hasil rekapitulasi kuesioner didapatkan data bahwa 3,7% menyatakan tidak pernah; 25,9% menyatakan jarang; 40,7% menyatakan sering dan 29,6% menyatakan selalu. Dari data tersebut dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa KAP sudah melakukan sosialisasi atas perkembangan terkini dalam standar profesional yang penting sebagai sarana bagi staf profesional auditor untuk pengembangan diri dan profesi.Dari hasil wawancara dengan top manajemen KAP, literatur profesional sudah disediakan dengan memadai oleh kantor, di samping itu, KAP berlangganan cukup banyak majalah maupun tabloid profesi yang bisa dibaca oleh setiap karyawan KAP dengan bebas.Top manajemen juga menambahkan selain akses akan literatur profesional, para staf profesional juga memiliki kesempatan secara mudah untuk mengakses buku-buku (text book), panduan atau peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh badan pengatur. Sarana buku-buku dan kumpulan peraturan sebagaimana tersebut diatas telah dimiliki oleh KAP secara memadai.Satu hal yang menjadi kekurangan KAP adalah KAP tidak memiliki ruang khusus untuk kumpulan pustaka profesi KAP yang dapat dimanfaatkan oleh staf profesional auditor untuk melakukan studi literatur. Buku-buku dan pedoman serta peraturan dan panduan yang dimiliki KAP disimpan dalam ruang kerja manajer dan partner dengan susunan yang tidak teratur (tidak ada penomoran dan tindakan inventarisir) sehingga bagi staf profesional auditor terkadang tidaklah mudah untuk mencari buku atau literatur tertentu.Dalam kaitannya dengan pelatihan staf profesional auditor, KAP telah mendorong staf profesionalnya untuk melakukan pengembangan profesional baik melalui Pendidikan Profesi Formal ataupun Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL) yang diselenggarakan oleh IAPI dan badan pengatur lainnya.. Beberapa seminar dan workshop yang diikuti oleh staf profesional Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana adalah sebagai berikut: Pendidikan Profesi Akuntansi, Universitas Indonesia, pendidikan untuk memperoleh gelar akuntan dan register negara akuntan. Pendidikan Brevet Perpajakan A, B dan C. Tinjauan Hukum & Penerapan Akuntansi pada Special Purpose Vehicle di Indonesia, IAPI. Workshop Profesi Penunjang untuk Akuntan Pasar Modal, BAPEPAM & IAPI. Review Materi Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP).Berdasarkan hasil review atas berkas administrasi dan juga wawancara dengan staf auditor mengenai Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL) sebagaimana tersebut diatas, didapatkan informasi bahwa PPL tersebut sudah diikuti oleh personel profesional hampir secara merata. Hal ini terlihat dari hampir seluruh personel profesional pernah mengikuti PPL, bahkan ada satu orang personel yang mengikuti seminar PPL sampai 3 kali. Hanya 3,7% saja personel profesional yang tidak pernah mengikuti PPL.

PromosiPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Penugasan Personel

Dari pie chart promosi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari unsur promosi sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner dimana 51,85% responden memberikan jawaban selalu dan 25,93% responden memberikan jawaban sering (77,78% responden memberikan jawaban positif).KAP tidak melakukan promosi atas jabatan auditor baik dari junior menjadi senior, maupun dari senior menjadi supervisor. Menurut penjelasan dari top manajemen KAP, promosi seharusnya diadakan setahun sekali dengan melihat dan mempertimbangkan atas aspek aspek pengetahuan teknis, kemampuan analisis dan judgment, kemahiran berkomunikasi, kemahiran memimpin, sikap mental pribadi (integritas, intelegensi, motivasi) dan jumlah pengalaman kerja. Namun tidak dilakukannya promosi atas jabatan auditor disebabkan karena jumlah pengalaman kerja (yang diukur dalam satuan waktu) belum ada yang memenuhi kualifikasi untuk dilakukannya promosi jabatan.Berdasarkan dari data hasil penelitian KAP telah melakukan promosi atas jabatan auditor (junior auditor menjadi senior auditor). Penerimaan dan Keberlanjutan KlienPie-Chart Hasil Kuesioner Variabel Penerimaan & Keberlanjutan Klien

Dari pie chart penerimaan & keberlanjutan klien, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana ditinjau dari unsur penerimaan & keberlanjutan klien sudah diterapkan dengan baik. Hal ini dapat diihat dari 62,96% responden menyatakan selalu diterapkan dan 22,22 responden menyatakan sering diterapkan (85,18% - lebih dari 75% jawaban positif).Dari hasil penelitian terhadap arsip administrasi, diperoleh data bahwa selama tahun 2011, KAP telah menerima tambahan penugasan (perikatan) atas klien baru sebanyak 21 perusahaan klien dari permintaan perikatan sebanyak 25 klien. KAP menolak perikatan atas empat calon klien tersebut dengan alasan skedul audit yang terlalu ketat (1 klien), audit fee yang terlalu rendah (2 klien) dan integritas manajemen yang diragukan (1 klien). Sedangkan atas 21 perusahaan yang diterima penugasannya, telah dilakukan prosedur evaluasi independensi dan kemampuan KAP untuk menyediakan jasa bagi calon klien. Dalam evalusi kemampuan KAP, telah dipertimbangkan kebutuhan akan keahlian teknis, pengetahuan industri dan personal.Pertimbangan sebagaimana tersebut diatas dilakukan berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh KAP. Survei pendahuluan atau initial meeting biasanya langsung ditangani oleh partner dan melibatkan audit manager. Untuk perusahaan yang berjenis group, maka initial meeting juga melibatkan audit manager ataupun supervisor. Hasil survei pendahuluan dituangkan dalam kertas kerja survei pendahuluan yang merupakan bahan utama dalam penyusunan audit memorandum. Hal berikutnya yang dilakukan oleh KAP adalah menyusun audit proposal yang berisi tentang ruang lingkup penugasan, pemisahan tanggung jawab antara auditor dengan manajemen, skedul audit, jenis laporan, besarnya fee perikatan dan hal lain yang relevan. Jika klien menyetujui proposal tersebut, maka proposal tersebut berfungsi sebagai engagement letter.Komunikasi dengan auditor terdahulu juga dilakukan dengan secara tertulis untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang klien dan informasi tentang kemungkinan adanya kewajiban hukum terhadap pihak ketiga.

4.5. Hasil Review atas Perikatan Yang DipilihUntuk kebutuhan review akan ketaatan dalam pelaksanaan field work audit, perikatan yang dipilih untuk menjadi objek review adalah perusahaan yang bergerak di bidang sebagai berikut : Audit atas perusahaan industri: 2 Klien Audit atas perusahaan jasa: 2 Klien Audit atas perusahaan perdagangan: 2 Klien Audit atas yayasan: 2 Klien Audit atas perusahaan Real Estate: 2 KlienObjek yang di review adalah sejumlah Audit Working Paper yang mencakup Audit Planning Memorandum, Audit Program, top schedules, supporting schedules dan Audit Procedures yang dilakukan dalam pemberian jasa profesi.Beberapa kelemahan yang ditemukan dari hasil review terhadap perikatan terpilih adalah sebagai berikut: Tidak mencantumkan cross index pada Working Paper. Penomoran Working Paper yang tidak konsisten. Tidak mencantumkan nama pembuat dan tanggal pembuatan pada supporting schedule dan top schedule. Skedul utama yang tidak menunjukkan adanya jejak supervisi, baik oleh supervisor ataupun manajer. Usulan jurnal koreksi yang tidak menjelaskan dasar pertimbangan diajukan jurnal tersebut beserta perhitungannya.Dari hasil wawancara dengan staf auditor, didapatkan keterangan bahwa penyebab prosedur supervisi atas working papers belum dapat diterapkan dengan efektif terutama karena kurangnya tenaga supervisor jika dibandingkan dengan jumlah senior auditor dan junior auditor.Berdasarkan analisis kepatuhan staf auditor terhadap Prosedur Sistem Pengendalian Mutu KAP, telah didapat penilaian baik terhadap unsur independensi serta penerimaan dan keberlanjutan klien. Untuk unsur penugasan personel, konsultasi, pengembangan profesional dan promosi, Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana mendapat penilaian cukup baik. Sedangkan untuk unsur pemekerjaan dan supervisi, Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana mendapat penilaian cukup baik namun kurang efektif.Penilaian kurang efektif terkait unsur pemekerjaan dan supervisi dalam penerapan sistem pengendalian mutu pada Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana didasari oleh hasil wawancara dengan staf profesional auditor dengan pertanyaan yang diambil dari kuesioner yang memiiki nilai negatif dengan jumlah yang signifikan.Berdasarkan hasil penilaian atas setiap unsur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik Drs. Wayan Sunasdyana memiliki penilaian cukup baik atas Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik.

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanBerdasarkan penelitian di atas maka diambil kesimpulan bahwa: Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam setiap penugasannya, Kantor Akuntan Publik melaksanakan Sistem Pengendalian Mutu yang ditetapkan IAI. Perencanaan audit oleh KAP telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa sebelum melaksanakan pemeriksaan KAP terlebih dahulu merencanakan pemeriksaan yang akan dilakukan dengan baik.

5.2. Saran Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:a. Saran bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu, Kantor Akuntan Publik diharapkan dapat lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

b. Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu, untuk peneliti lain yang tertarik dengan permasalahan serupa, penulis memberikan saran:1. Memperbanyak sampel penelitian untuk mendekati karakteristik populasi sesungguhnya2. Peneliti sebaiknya mengolah kembali pernyataan-pernyataan dalam kuesioner agar peneliti dapat lebih dalam data-data yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.Arens, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1 Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.http://asisiverry.blogspot.com/2012/02/pengendalian-mutu-kantor-akuntan-publik.htmlhttp://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/06/15/standar-profesional-akuntan-publik/http://henrich27.blogspot.com/2013/05/standar-atestasi.html