lemuru

Upload: riandevan

Post on 02-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 lemuru

    1/44

    KEPUTUSAN

    MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /KEPMEN-KP/2016

    TENTANG

    RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN IKAN LEMURU

    DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 7 ayat (1) huruf a

    Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

    Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

    tentang Perikanan, perlu menyusun Rencana Pengelolaan

    Perikanan Ikan Lemuru di Wilayah Pengelolaan Perikanan

    Negara Republik Indonesia;

    b. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan perikanan

    khususnya ikan lemuru secara bertanggung jawab, harus

    menjamin kualitas, keanekaragaman, dan ketersediaan

    sumber daya ikan, lemuru;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

    Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

    Rencana Pengelolaan Perikanan Ikan Lemuru di Wilayah

    Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

    Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah

    terakhir dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 154,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5073);

  • 7/26/2019 lemuru

    2/44

    2

    2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

    Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

    3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);

    4. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang

    Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri

    Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;

    5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

    PER.29/MEN/2012 tentang Rencana Pengelolaan

    Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013

    Nomor 46);

    6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

    18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan

    Perikanan Negara Republik Indonesia (Berita Negara

    Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 503);

    7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

    23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Kementerian Kelautan dan Perikanan;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

    TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN IKAN

    LEMURU DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN

    NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

    KESATU : Menetapkan Rencana Pengelolaan Perikanan Ikan Lemuru

    di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

    Indonesia yang selanjutnya disebut RPP Ikan Lemuru di

    WPPNRI sebagaimana tercantum pada Lampiran yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

    Menteri ini.

    KEDUA : RPP Ikan Lemuru di WPPNRI sebagaimana dimaksud

    diktum KESATU merupakan acuan bagi Pemerintah,

    Pemerintah Daerah, dan Pemangku Kepentingan dalam

    melaksanakan pengelolaan perikanan Ikan Lemuru di

    Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

  • 7/26/2019 lemuru

    3/44

    3

    KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

    ditetapkan.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggalMENTERI KELAUTAN DAN

    PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

    SUSI PUDJIASTUTI

    Lembar Persetujuan

    No Jabatan Paraf

    1 Sekretaris Jenderal

    2 Dirjen Perikanan Tangkap

    3 Kepala Balitbang KP

    4 Karo Hukum & Organisasi

  • 7/26/2019 lemuru

    4/44

    1

    LAMPIRAN

    KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DANPERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /KEPMEN-KP/2016TENTANG RENCANA PENGELOLAANPERIKANAN IKAN LEMURUDI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANANNEGARA REPUBLIK INDONESIA

    BAB IPENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwabumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Sumberdaya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara RepublikIndonesia (WPPNRI) merupakan kekayaan alam yang dikuasai oleh negaradan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Sumberdaya ikan tersebut harus didayagunakan untuk mendukungterwujudnya kedaulatan pangan khususnya pasokan protein ikan yangsangat bermanfaat untuk mencerdaskan anak bangsa. Indonesia harusmemastikan kedaulatannya memanfaatkan sumberdaya ikan di WPPNRIuntuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedaulatan tersebut juga

    akan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap potensipenyerapan tenaga kerja di atas kapal, termasuk tenaga kerja pada unitpengolahan ikan dan kegiatan pendukung lainnya di darat.

    Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 45 Tahun 2009, disebutkan bahwa perikanan adalah semuakegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatusistem bisnis perikanan. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 7 disebutkan

    bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yangterintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, danimplementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atauotoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitassumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengelolaan perikanan merupakanaspek yang sangat penting untuk mengupayakan agar sumberdaya ikandapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

    Dalam Article 6.2 Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),FAO 1995 mengamanatkan bahwa pengelolaan perikanan (responsiblefisheries management) harus menjamin kualitas, keanekaragaman dan

  • 7/26/2019 lemuru

    5/44

    2

    ketersediaan sumberdaya ikan dalam jumlah yang cukup untuk generasisaat ini dan generasi yang akan datang, dalam konteks mewujudkanketahanan pangan, pengurangan kemiskinan dan pembangunanberkelanjutan. Hal tersebut sejalan dengan cita-cita nasional Indonesia.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah, pemerintahdaerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang terkaitharus melakukan pengelolaan Ikan umpan. Pemerintah, pemerintahdaerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota juga harusbersama-sama dengan pemangku kepentingan untuk memastikanterwujudnya cita-cita nasional sebagaimana diuraikan di atas. Hal inipenting, karena menurut article 6.1 CCRF 1995, hak untuk menangkapikan (bagi pelaku usaha) harus disertai dengan kewajiban menggunakancara-cara yang bertanggungjawab, untuk memastikan efektivitaspelaksanaan tindakan konservasi dan pengelolaan sumberdaya ikan,khususnya Ikan umpan.

    Dalam penyusunan rencana pengelolaan perikanan mengacu pada

    definisi Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) yangdibangun oleh FAO (2003). Dengan menggunakan pendekatan yangmencoba menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalampengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan pemanfaatansumberdaya ikan, dan lain-lain) dengan mempertimbangkan ilmupengetahuan dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik,manusia dan interaksinya dalam ekosistem perairan melalui sebuahpengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan.

    B.

    MAKSUD DAN TUJUAN

    Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Ikan Lemuru dimaksudkansebagai upaya untuk mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikandi bidang penangkapan ikan lemuru di WPPNRI sebagaimana diamanatkandalam Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 45 Tahun 2009.

    Penyusunan RPP ini bertujuan untuk menyediakan arah danpedoman bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

    pelaksanaan pengelolaan pemanfaatan sumber daya ikan lemuru danlingkungannya dalam rangka pemanfaatan yang berkelanjutan.

    C. VISI PENGELOLAAN PERIKANAN

    Visi pengelolaan perikanan lemuru adalah mewujudkan pengelolaanperikanan lemuru yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat,khususnya pelaku perikanan lemuru.

  • 7/26/2019 lemuru

    6/44

    3

    D. RUANG LINGKUP DAN WILAYAH PENGELOLAAN

    1. Ruang lingkup Rencana Pengelolaan Perikanan ini meliputi:

    a. Status perikanan lemuru; dan

    b.

    Rencana strategis pengelolaan perikanan lemuru2. Wilayah pengelolaan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan NegaraRepublik Indonesia (WPPNRI), maka Indonesia terbagi menjadi 11WPPNRI. Berdasarkan pertimbangan data distribusi pemanfaatan ikanlemuru hanya di sebagian perairan laut Indonesia, maka cakupanwilayah pengelolaan dalam dokumen RPP ikan lemuru adalah diWPPNRI 573 khususnya di selat bali dan perairan sekitarnyasebagaimana terlihat pada gambar 1.

    Gambar 1.Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia(Sumber Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan KP Nomor 18/PERMEN-KP/2014)

  • 7/26/2019 lemuru

    7/44

    4

    BAB IISTATUS PERIKANAN

    A.

    POTENSI, KOMPOSISI, PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN TINGKATPEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN

    1.Potensi

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:KEP.45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan diWilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, estimasipotensi sumberdaya ikan di WPP-NRI 573 dapat dilihat pada Tabel 1berikut.

    Tabel 1 Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan

    No Kelompok SDIPotensi (ributon/tahun)

    1 Ikan Pelagis Besar 201.4

    2 Ikan Pelagis Kecil 210.6

    3 Ikan Demersal 66.2

    4 Udang Penaeid 5.9

    5 Ikan Karang Konsumsi 4.5

    6 Lobster 1.0

    7 Cumi-Cumi 2.1

    Total Potensi 491.7

    (Sumber: Kepmen KP No. 45/2011)

    Potensi sumberdaya ikan di Wilayah Pengelolaan PerikananNegara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 didominasi oleh kelompokikan pelagis besar sebesar 201.400 ton per tahun, disusul olehkelompok ikan pelagis kecil yaitu sebesar 210.600 ton/tahun. Ikandemersal di perairan tersebut sebesar 66.200 ton/tahun sedangkancumi-cumi hanya 2.100 ton per tahun.

    Salah satu jenis ikan pelagis kecil adalah ikan lemuru(Sardinellalongiceps). Persentase rata-rata hasil tangkapan lemuru di perairanIndonesia pada periode tahun 2005-2013 sebagaimana tersebut padagambar 2.

  • 7/26/2019 lemuru

    8/44

    5

    Gambar 2 Persentase rata-rata hasil tangkapan lemuru periodetahun 2005-2013Sumber: olahan statistik Perikanan Tangkap 2014

    Pada gambar 2 terlihat bahwa persentase rata-rata hasiltangkapan lemuru periode tahun 2005-2013 yang terbesar berada di 3WPPNRI, yaitu di WPPNRI 573 sebesar 93,04%, WPPNRI 712 sebesar5,14 %, dan WPPNRI 713 sebesar 1,56 %.

    Pada WPPNRI 573 ini, ikan lemuru banyak dijumpai di perairanSelat Bali. Secara administratif, perairan Selat Bali ini bersinggungandengan dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali.

    2.Komposisi Jenis

    Ikan yang hidup di perairan Selat Bali terdiri dari ikan pelagis danikan demersal. Jenis ikan demersal yang terdapat pada perairantersebut adalah ikan kakap (Lutjanus spp.), ikan kurisi (Nemiptherus

    spp.), ikan pepetek (Leiognatusspp.), ikan manyung (Ariusspp). Jenisikan pelagisyang terdapat di perairan Selat Bali terdiri dari berbagaijenis, namun yang dominan tertangkap oleh pukat cincin adalah ikanlemuru (Sardinella longiceps), ikan laying (Decapterus spp.), ikantembang (Sardinellaspp.), ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), ikanslengseng (Scomber australasicus) dan ikan tongkol (Auxisspp.) (Mertaet al. 1999 dalamTinungki 2005).

    Berdasarkan ukuran tangkapan, ikan lemuru dibedakan menjadiempat golongan, yaitu sempenit (panjang < 11 cm), protolan (panjang11-15 cm), lemuru (panjang 15-17,5 cm), dan lemuru kucing (panjang

    lebih dari 19 cm) (Tinungki 2005). Laju tangkap ikan lemuru di SelatBali sudah menunjukkan kecenderungan menurun. Hasil tangkapantersebut didominasi oleh ikan ikan yang berukuran kecil,

  • 7/26/2019 lemuru

    9/44

    6

    diperkirakan masih dibawah ukuran pertama kali memijah. Untukjenis ikan selain lemuru di luar kawasan Selat Bali diduga masihberada pada tingkatan yang stabil sehingga pemanfaatannya masihdapat ditingkatkan.

    Produksi tangkapan selama 8 tahun (2005 2012) dianalisis

    secara multivariat diperoleh hasil komposisi setiap jenis ikan yangdiurutkan berdasarkan tingkat kontribusinya, sebagaimana disajikanpada setiap dokumen RPP WPPNRI. Pada WPP 573 sebagi sentraperikanan lemuru terdapat 31 jenis ikan yang memberikan kontribusihingga 90,31 % produksi tangkapan rata-rata selama 8 tahun tersebut.Jika dianalisis lebih lanjut terdapat 14 spesies yang berkontribusi 75persen produksi jenis ikan di WPP 573. Di antara 14 spesies tersebut,ikan lemuru memiliki proporsi tertinggi, yaitu sebesar 16,12 %dari total produksi selama 8 tahun tersebut.

    3.

    Produksi Menurut Jenis Ikan Dominan

    Volume produksi ikan lemuru di seluruh wilayah perairanIndonesia dari tahun 2003 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.berikut.

    Gambar3 Volume produksi ikan lemuru di Indonesia(Sumber: Statistik Perikanan Tangkap 2014)

    Volume produksi ikan lemuru di Indonesia dari tahun 2003hingga 2013 cukup berfluktuasi. Volume produksi tertinggi terdapatpada tahun 2007 sebesar 111.207 ton dan volume produksi terendahterdapat pada tahun 2011 sebesar 32.475 ton. Volume produksi ikanlemuru pada tahun 2013 adalah 45.740 ton.

    Produksi ikan lemuru tahun 2013 terdapat pada provinsi Jawa

    Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timurdan Sulawesi Tengah. Volume produksi ikan lemuru pada setiapprovinsi tersebut disajikan pada Gambar 4 berikut.

  • 7/26/2019 lemuru

    10/44

    7

    Gambar 4 Volume produksi perikanan lemuru tahun 2013 menurutprovinsi(Sumber: Statistik Perikanan Tangkap 2014)

    Pada tahun 2013, volume produksi tertinggi ikan lemuru terdapatpada provinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 17.611 ton dan volumeterkecil terdapat pada provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 137ton. Volume produksi ikan lemuru tahun 2013 di provinsi Bali sebesar9.991 ton.

    Menurut nilai produksi pada tahun 2013, nilai ikan lemurutertinggi terdapat pada provinsi Jawa Timur, yaitu sebesar101.999.705.000 rupiah dan volume terkecil terdapat pada provinsiSulawesi Tenggara, yaitu sebesar 2.434.330.000 rupiah. Volumeproduksi ikan lemuru tahun 2013 di provinsi Bali sebesar51.563.072.000 rupiah.

    Gambar 5 Nilai produksi perikanan lemuru menurut provinsi

  • 7/26/2019 lemuru

    11/44

    8

    (Sumber: Statistik Perikanan Tangkap 2014)

    Produksi menurut jenis ikan di WPPNRI 573 pada Gambar 6menunjukkan bahwa volume produksi terbesar jenis sumberdaya ikanterdapat pada ikan lemuru dengan produksirata-rata mencapai72.995,75 ton. Posisi kedua yaitu ikan cakalang dengan produksi rata-rata 38.039,90 ton, sedangkan tongkol krai mencapai produksi rata-rata29060,75 ton dan layang mencapai rata-rata 27.062,75 ton.

    Gambar 6 Produksi menurut ikan dominan di WPPNRI 573(Sumber: Statistik Perikanan Tangkap 2014)

    4.Distribusi

    Ikan lemuru (Sardinella longiceps) memiliki habitat di perairantropis pada wilayah Indo-Pasifik. Di Indonesia, khususnya pada WPPNRI 573, ikan lemuru terkonsentrasi di perairan Selat Bali. Hasil survei

    akustik Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) di Perairan Selat Balimengindikasikan bahwa ikan lemuru terkonsentrasi di bagian paparanJawa dan Bali pada kedalaman kurang dari 200 meter, di luar paparantersebut ikan lemuru tidak ditemukan. Ikan lemuru mempunyaikebiasaan bergerombol pada siang hari dalam jumlah yang cukupbesar dan padat, sedangkan pada malam hari ikan lemuru akan naikke permukaan dan lebih menyebar. Juvenil ikan lemuru berada didaerah perairan yang dangkal (e.g. Wiyono 2011).

    Lokasi penangkapan ikan lemuru berada di paparan Jawa dan

    Bali. Lokasi tersebut merupakan habitat yang baik bagi lemuru,terutama sebagai lokasi untuk mencari makan (feeding ground).

  • 7/26/2019 lemuru

    12/44

    9

    Gambar 7 Distribusi lokasi penangkapan (fishing ground) ikan lemurudi perairanSelat Bali dan sekitarnya(Sumber: Wujdi et al. 2013)

    Berdasarkan Gambar 7, lokasi penangkapan utama ikan lemurudi perairan Selat Bali terdiri dari tujuh zona. Zona I meliputi wilayah

    Karang Ente, Tanjung Pasir, dan Ujung Angguk. Zona II meliputiwilayah Sembulungan, Anyir, Watu Layar, Sekeben, Senggong, Klosot,Prepat, Lampu Kelip dan Kapal Pecah. Zona III meliputi wilayah TelukPangpang (khusus alat tangkap bagan). Zona IV meliputi wilayahBlimbing Sari dan Bomo. Wilayah zona V terdiri dari Pengambengandan Kayu Gede. Wilayah zona VI terdiri dari Bukit, Benoa, Jimbarandan Pemancar. Wilayah zona VII terdiri dari Grajagan, Pancer danWatu Loro (Wujdi et al. 2013).

    5.

    Tingkat Pemanfaatan

    Produksi ikan lemuru pada WPP NRI 573 dari tahun 2005 hinggatahun 2009 terlihat berfluktuasi. Namun, produksi ikan lemuru mulaimengalami penurunan pada tahun 2010 hingga tahun 2012 (Gambar8).

  • 7/26/2019 lemuru

    13/44

    10

    Gambar 8 Produksi Perikanan Lemuru tahun 2005 2012 padaWPP NRI 573

    Produksi ikan lemuru mulai meningkat pada bulan Agustus,namun ukuran ikan lemuru masih tergolong sempenit (kurang dari 11

    cm). Pada bulan Desember hingga bulan Maret, ukuran ikan lemuruyang banyak ditemukan tergolong protolan (11-15 cm) dan pada bulanApril hingga Juli, ukuran ikan lemuru yang banyak ditemukan adalahlemuru kucing (15-18 cm) dan lemuru (lebih dari 18 cm) (e.g. Wiyono2011).

    Perikanan lemuru diperairan Selat Bali berkembang pesat sejakdiperkenalkannya alat tangkap pukat cincin oleh peneliti LembagaPenelitian Perikanan Laut dan pada tahun 1972 hingga sekarangberubah menjadi Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL). Secara

    umum, tingkat pemanfaatan ikan lemuru di Selat Bali mengalamipeningkatan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanyapeningkatan ukuran dan jumlah armada penangkapan danmeningkatnya kapasitas alat tangkap, mesin penggerak danpemanfataan alat bantu penangkapan (Wujdi et al. 2013).

    Hasil tangkapan berupa ikan lemuru didaratkan pada berbagaipelabuhan di sekitar pesisir perairan Selat Bali. Jumlah dan lokasipendaratan hasil tangkapan ikan lemuru dari tahun 2003 hinggatahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

  • 7/26/2019 lemuru

    14/44

    11

    Gambar 9 Produksi ikan lemuru yang didaratkan di tigapelabuhan perikanan utama di sentra perikananlemuru Selat Bali(Sumber: ACIAR 2012)

    Gambar 9 menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan lemuru daritahun 2003 hingga tahun 2011 lebih banyak didaratkan padaPelabuhan Perikanan Muncar. Namun, pada tahun 2009, hasiltangkapan ikan lemuru paling banyak didaratkan pada PelabuhanPerikanan Pengambengan. Jumlah tangkapan ikan lemuru yang

    didaratkan pada Pelabuhan Perikanan Muncar dan Pengambenganberfluktuasi setiap tahunnya, sedangkan jumlah tangkapan ikanlemuru yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Kedonganan relatifstabil.

    Hasil tangkapan sangat ber fluktuasi mus iman

    Jan - M ei la ju tangkap rendah. Juni-Juli meningkat, puncak Okt -Nop

    Des mus im barat) menurun lag i

    Gambar 10 Dinamika laju tangkapan ikan lemuru dan jenis ikanpelagis lainnya di Perairan Selat Bali sepanjang tahun

    20102011(Sumber: P4KSI 2012)

  • 7/26/2019 lemuru

    15/44

    12

    Pada Gambar 10 terlihat bahwa laju tangkapan ikan lemurusepanjang tahun 2010 terlihat sedikit berfluktuasi. Pada tahun 2011,laju tangkapan ikan lemuru mengalami kenaikan secara perlahanhingga bulan November 2011 dan kembali mengalami penurunan padabulan Desember 2011.

    Tabel 2 Status pemanfaatan sumberdaya ikan pada WPPNRI 573

    NO KELOMPOKSUMBERDAYA

    IKANSTATUS KETERANGAN

    1 UDANG O Over Exploited

    2 DEMERSAL M Moderate

    Layur M Moderate

    Kakap merah F (5)Fully Exploited(pancingulur dan rawai dasar NTT)

    Kuwe F (5)Fully

    Exploited(pancing

    ulur dan rawai dasar NTT)

    3 PELAGIS KECIL F Fully Exploited

    D. kuroides M Moderate

    Lemuru O (6) Over Exploited (Selat Bali)

    4 PELAGIS BESAR

    Cakalang M Moderate

    Albakora F Fully Exploited

    Madidihang F Fully Exploited

    Mata besar O OverExploited

    SBT O Over Exploited

    5 CUMI-CUMI M Moderate

    Sumber: Kepmen KP No. 45/2011

    Pada Tabel 2 terlihat bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan diWPPNRI 573 sebagian besar berada pada status moderate danfullyexploited, kecuali udang.Ikan lemuru,tuna mata besar dan tuna SBTberada pada status Over Exploited.

    B. LINGKUNGAN SUMBERDAYA IKAN

    1.Kondisi Lingkungan

    Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu variabel yangdapat digunakan untuk menentukan lokasi upwelling dan produktivitasprimer (Hanggono 2003). Upwelling adalah proses naiknya massa airlaut yang kaya akan zat hara sehingga mampu meningkatkankesuburan perairan (Prayogo et al. 2003). Daerah upwelling dapat

    diidentifikasi sebagai daerah isotherm rendah (dingin) yang dikelilingioleh daerah isotherm lebih tinggi (lebih panas).

  • 7/26/2019 lemuru

    16/44

    13

    Menurut Susanto et al. (2005), konsentrasi klorofil yang lebihtinggi berhubungan erat dengan monsun, atau upwelling selamaMonsun Tenggara (Monsun Australia). Hal ini menjelaskan bahwa adapola musiman kelimpahan produktivitas primer seirama pergantianpola angin (musim).

    Perairan Selat Bali memisahkan antara Pulau Jawa, khususnyaProvinsi Jawa Timur dan Bali. Luas perairan Selat Bali sekitar 2.500km2. Selat Bali merupakan perairan yang berbentuk corong denganbagian utara yang cenderung dangkal dan perairan bagian selatan yangcenderung dalam. Sisi paparan Jawa memiliki lebar berkisar 0,5-1,8km, sedangkan sisi paparan Bali memiliki lebar 3,5-15 km (Ritterbush1975). Bagian utara perairan memiliki lebar sebesar 2,5 km dengankedalaman rata-rata sekitar 50 meter. Bagian selatan perairan SelatBali memiliki lebar sekitar 55 km. Kedalaman Selat Bali pada bagiantengah hingga bagian selatan memiliki kedalaman antara 400-1.400

    meter. Peta batimetri perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar11berikut.

    P

    Gambar 11 Peta kedalaman perairan Selat Bali(Sumber: P4KSI, Balibang KP 2012)

    Berdasarkan peta kontur batimetri perairan Selat Bali, terlihatbahwa perairan ini memiliki kontur yang landai pada bagian mulutselat yang terdapat di daerah Gilimanuk. Kondisi batimetri yangdangkal dan sempit ini mengakibatkan kecepatan arus permukaan

    menjadi tinggi. Hal ini disebabkan adanya aliran air yang masukmenuju Selat bali maupun yang keluar Selat Bali. Massa air tersebutcenderung merupakan massa air permukaan. Dengan demikian,

  • 7/26/2019 lemuru

    17/44

    14

    nutrien yang berada di kolom air lebih bawah tidak keluar mengikutipergerakan massa air dari dan ke Laut Bali. Kecepatan arus yang besarakan memudahkan difusi oksigen ke dalam badan perairan sehinggakadar oksigen terlarut (DO) menjadi tinggi. Kondisi oksigen terlarutyang tinggi ini didukung oleh data lapangan Selat Bali yang berkisar 5-7 ppm yang merupakan kondisi ideal bagi biota perairan (Priyono et al.

    2015).

    Perairan Selat Bali tergolong ke dalam tipe perairan semi tertutup.Perubahan lingkungan wilayah pesisir lebih disebabkan karena adanyaberbagai proses alamai yang secara kontinu atau periodikmempengaruhi wilayah tersebut. Faktor alami yang menjadikankawasan pesisir begitu dinamis adalah adanya gelombang, arus,fluktuasi muka air laut dan pasokan material sedimen. Adanya duatanjung yang mengapit Selat Bali, yaitu Semenanjung Blambangan danTanjung Benoa menjadikan massa air di perairan ini lebih konservatif.

    Hal ini menyebabkan dinamika konsentrasi nutrien yang ada diperairan ini tidak berubah secara signifikan. Pola arus di sekitarperairan Selat Bali pada musim barat (bulan Januari) dan musim timur(bulan Juli) sedikit berbeda. Pada musim barat, arus di bagian selatancenderung bergerak ke arah timur, sedangkan pada musim timur arusdi daerah yang sama cenderung bergerak ke arah barat. Kondisi aruspada musim barat dan musim timur diimbangi dengan arus menyusurpantai yang bergerak turbulen karena terhalang semenanjungBlambangan dan tanjung Benoa. Kondisi arus yang turbulen inimenjadikan zat hara dan komponen lainnya tertahan hanya di SelatBali. Hal ini mengakibatkan kondisi perairan Selat Bali selalu dalamkeadaan relatif subur (Priyono et al. 2015). Pola arus di perairan SelatBali dapat dilihat pada Gambar 12berikut.

    Gambar 12 Pola arus di perairan Selat Bali(Sumber: Priyono et al. 2015)

  • 7/26/2019 lemuru

    18/44

    15

    2.Kondisi Habitat

    Habitat ikan lemuru di perairan Selat Bali dibagi menjadi tigajenis, yaitu habitat yang cocok untuk mencari makan (feeding ground),habitat untuk proses pemijahan (spawning ground) dan habitat asuhan(nursery ground). Pada Gambar 13 terlihat bahwa habitat untuk prosespemijahan (spawning ground) ikan lemuru terdapat di zona VI yangmeliputi daerah Bukit, Benoa, Jimbaran dan Pemancar. Wilayah habitatasuhan ikan lemuru terdapat di bagian utara zona II dan zona III(daerah Teluk Pangpang).

    Gambar 13 Distribusi spasial lokasi penangkapan (fishing ground),habitat asuhan (nursery ground) dan dugaan habitatpemijahan (spawning ground) ikan lemuru di Selat Bali

    (Sumber: P4KSI, Balitbang KP 2012).

    Di samping itu, habitat SDI terkait dengan habitat utama pesisir.Menurut data dari Direktorat KKJI, KKP status habitat SDI pada WPP573 disajikan sebagai berikut. Sebagian besar habitat terkait perikananlemuru mengalamikerusakan yang sangat besar. Berdasarkan data dariKementerian Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanantahun 2010 dalam situs Direktorat KKJI, (2013), bahwa hanya 7,1%luasan ekosistem karang yang telah dilindungi di WPP 573. Sementaraitu habitat mangrove yang telah dilindungi di wilayah ini mencapai 17,8%. Kondisi yang sama dengan habitat lamun, hanya sebagian kecil

    (2,6%) telah dilindungi. Oleh karena itu, perlu program aksi untukmelakukan upaya perluasan konservasi habitat SDI dengan pengelolaan

  • 7/26/2019 lemuru

    19/44

    16

    Kawasan Konservasi Perairan atau Marine Protected Area (MPA) secaralebih baik, dan melakukan rehabilitasi habitat yang telah rusak.

    3.Kawasan Perlindungan

    Kawasan reservasi laut dapat berfungsi sebagai penyangga untukmenghadapi kerusakan yang diakibatkan oleh interaksi antaraeksploitasi dan kondisi lingkungan yang ekstrim (Bohnsack 1993 dalamStarr et al. 2004), sekaligus sebagai pelindung dari resikoketidakpastian pengelolaan perikanan (Lauck et al.1998 dalam Starr etal. 2004). Lebih lanjut kawasan ini dapat membantu dalamkeberlanjutan dan peningkatan kondisi stok perikanan (Murray et al.1999).

    Saat ini tercatat sebanyak 12 kawasan perlindungan laut yangtelah ditetapkan di perairan dengan berbagai skala luasan dan tujuan.Beberapa diantara kawasan tersebut adalah:

    a. Kawasan Konservasi Laut Perairan Nusa Penida Kab. Klungkung

    Kawasan tersebut memiliki kenekaragaman hayati laut yangtinggi.Terdapat sekitar 149,05 Ha terumbu karang dengan 286 jeniskarang. Kecamatan tersebut masuk kedalam kawasan segitigaterumbu karang dunia (the global coral triangle). Dasar penetapanKKP Kab. Klungkung adalah SK Bupati Klungkung No. 12 Tahun2010 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juli 2010.

    b.Taman Laut Selat Pantar dan sekitarnya Kab. Alor

    Perairan laut dan pesisir Kabupaten Alor, terutama perairan LautSelat Pantar memiliki ekosistem perairan yang menarik dengankeanekaragaman hayati yang tinggi. Pada musim tertentu, perairanSelat Pantar juga merupakan jalur migrasi paus yang merupakandaya tarik wisatawan. Dasar penetapan kawasan ini adalah SKBupati No. 5 Tahun 2002.

    C. TEKNOLOGI PENANGKAPAN

    1.

    Perkembangan Penangkapan IkanJenis kapal perikanan yang memiliki izin operasi di WPP NRI 573

    dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

    Tabel 3Jumlah kapal perikanan yang memiliki izin di WPPNRI 573

    NO JENIS KAPAL PERIKANANJUMLAH

    UNITJUMLAH

    GT

    1 Rawai Tuna 534 41.357

    2 Purse Seine Pelagis Kecil 241 28.227

    3 Purse Seine Pelagis Besar 172 23.630

    4 Jaring Insang Hanyut Dasar 8 289

  • 7/26/2019 lemuru

    20/44

    17

    5 Jaring Insang Hanyut Oseanik 3 100

    6 Rawai Dasar 2 80

    7 Pengangkut / Pengumpul 2 106

    8 Huhate 1 58

    Jumlah 963 93.847

    Sumber: Dit. PUP, DJPT 2014

    Berdasarkan Tabel 3di atas, jumlah terbesar kapal perikanan yangmemiliki izin beroperasi di WPP NRI 573 adalah kapal perikanan rawaituna sebesar 534 unit, diikuti dengan kapal purse seine pelagis kecisebesar 241 unit.

    Kapal perikanan purse seinepelagis kecil ini tentunya jugaberoperasi untuk aktivitas penangkapan ikan lemuru. Hasil penelitian

    Wiyono (2011) menyatakan bahwa armada penangkapan ikan lemurudi Selat Bali merupakan jenis kapal motor tempel (KMT) yang memilikispesifikasi ukuran beragam. Armada penangkapan ikan lemuru padadasarnya berasal dari Kabupaten Banyuwangi (Provinsi Jawa Timur)dan Kabupaten Jembrana (Provinsi Bali). Kapal penangkapan ikanlemuru maksimal berukuran 30 GT.

    2.Perkembangan Jenis dan Jumlah Unit Alat Penangkapan Ikan

    Pada periode tahun 2008-2012 terlihat bahwa kelompok alatpenangkapan ikan yang paling dominan adalah pancing disusul oleh

    jaring insang, perangkap, pukat kantong, pukat cincin, alat tangkaplain-lain (muroami, jala tebar, garpu dan tombak), alat pengumpul danalat penangkap, jaring angkat dan pukat tarik (Gambar 14).

    Gambar 2.15 Perkembangan Jenis dan Jumlah Unit AlatPenangkapan Ikan di WPP 573, 2008-2012(Sumber: Statistik Perikanan Tangkap 2013)

  • 7/26/2019 lemuru

    21/44

    18

    Pukat cincin (purse seine) merupakan salah satu alatpenangkapan ikan lemuru di perairan Selat Bali. Alat tangkap ikanlemuru yang lain adalah bagan, gillnet dan payang, namun hasiltangkapannya sangat sedikit. Purse seine berkembang pesat setelahtahun 1972. Alat tangkap ini diperkenalkan oleh Balai PenelitianPerikanan Laut. Perkembangan penggunaan alat tangkap purse seinehingga saat ini sudah mengkuatirkan, sehingga dibuat SuratKeputusan Bersama untuk mengatur eksploitasi sumberdaya ikanlemuru. SKB ini membatasi jumlah armada purse seine menjadi 273unit dan kapal maksimum 30 GT. Hasil penelitian Wiyono (2011)menyebutkan bahwa jumlah purse seine di perairan Selat Bali hinggatahun 2011 berjumlah 423 unit. Alat tangkap tersebut berasal dariKabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana. Jumlah alattangkap tersebut sudah melebihi batas yang ditetapkan pada SKBTahun 1992.

    Hasil penelitian Wiyono (2011) menunjukkan bahwapengoperasian armada purse seine menggunakan mesin Yanmar 300PK berjumlah 7 unit untuk kapal dengan ukuran berkisar 10-30 GT(KB) dan 4 unit untuk kapal dengan ukuran 5-10 GT (KM). Alat bantupenangkapan berupa lampu 10 kW (generator 22 PK), satu generatoruntuk kapal ukuran 5-10 GT dan dua generator untuk kapal ukuran10-30 GT. Pemeliharaan kapal dilakukan setiap bulan sertapemeliharaan mesin dan generator dilakukan setiap tiga bulan. DiKabupaten Jembrana, jumlah anak buah kapal (ABK) sebanyak 24

    orang per unit kapal dengan ukuran 5-10 GT dan 36 orang per unitpada kapal dengan ukuran 10-30 GT. Di Kabupaten Banyuwangi,jumlah anak buah kapal (ABK) sebanyak 23 orang per unit kapaldengan ukuran 5-10 GT dan 55 orang per unit pada kapal denganukuran 10-30 GT.

    D. SOSIAL DAN EKONOMI

    1.Perkembangan Jumlah Nelayan

    Nelayan pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu nelayan tetapdan nelayan sambilan. Nelayan yang menangkap ikan lemurumerupakan nelayan tetap, karena menangkap lemuru merupakanmata pencaharian utama bagi mereka.

    Hasil penelitian Wiyono (2011) menunjukkan bahwa jumlahnelayan purse seine di perairan Selat Bali secara keseluruhanberfluktuatif. Jumlah nelayan purse seine di PPN Pengambenganterjadi penurunan sebesar 45% dari 5.428 orang pada tahun 2008menjadi 2.960 orang pada tahun 2009. Jumlah nelayan purse seine diKabupaten Jembrana terus meningkat dari 7.243 orang pada tahun

    2005 menjadi 10.212 orang pada tahun 2010. Jumlah nelayan purseseine di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan dari 11.300orang pada tahun 2005 menjadi 13.360 orang pada tahun 2010.

  • 7/26/2019 lemuru

    22/44

    19

    Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannelayan, KKP telah menjalankan sejumlah program, antara lainmelalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan kapal Inka-mina. Sebagaicontoh, bantuan kapal Inka-Mina dilakukan untuk meningkatkan dayasaing nelayan khususnya dalam memperoleh hasil tangkapan. Denganmemiliki kapal tersebut diharapkan dapat menjamin keberlanjutan

    usaha penangkapan ikan skala kecil yang selama ini dilakukannelayan .Jumlah KUB dan Pengadaan Kapal Inka-Mina pada tahun2012 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

    Tabel 4 Jumlah KUB, Kartu Nelayan, dan Pengadaan Kapal Inka-Mina, 2012

    No ProvinsiJumlah (unit)

    KUB Inka-Mina

    1 Jawa Timur 361 7

    2 Bali 430 3Total 2041 42

    2.Upah Minimum Provinsi

    Upah minimum provinsi di wilayah perairan Selat Bali pada tahun2012 dan 2013, disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5 Upah minimum provinsi (UMP) pada provinsi Jawa Timurdan Bali tahun 2012 - 2013

    ProvinsiUMP

    (2012), (Rp)

    UMP(2013),

    (Rp)Dasar Tanggal

    JawaTimur

    960,000 1.034,162PerGub No. 72Tahun 2012

    24-Nov-12

    Bali 967,500 1,181,000SK GubernurNo. 43 Tahun

    2012

    01-Nov-12

    Dasar pertimbangan pengelolaan perikanan lemuru: (1) analisisjumlah armada penangkapan ikan menurut jenis alat tangkap, dan (2)analisis komposisi ikan hasil tangkapan menurut jenis alat tangkap,serta (3) memperhatikan potensi dan status stok ikanlemuru.Berdasarkan analisis yang ada dapat disimpulkan bahwapengelolaan perikanan lemuru difokuskan pada WPP 573.

    a. Analisis jumlah armada penangkapan menurut jenis alat tangkap

    Proses selanjutnya dalam penentuan satuan pengelolaanperikanan, dilakukan melalui analisis jumlah armadapenangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap. Analisis

  • 7/26/2019 lemuru

    23/44

    20

    dilakukan melalui inventarisasi jumlah Surat Izin PenangkapanIkan (SIPI) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal PerikananTangkap yaitu seperti terlihat pada Tabel 6.

    Tabel 6. Jumlah armada menurut jenis alat tangkap di WPP-

    NRI 573

    No Jenis Alat Tangkap 30GT

    30-60GT

    60-100GT

    100-200

    GT

    200GT

    Jumlah(unit)

    1 Huhate (Pole andLine)

    - 1 - - - 1

    2 Jaring Insang

    (Gillnet)/ LIONGBUN

    - 3 - - - 3

    3 Jaring Insang(Gillnet) HanyutDasar/LIONG BUN

    - 5 - - - 5

    4 Jaring Insang(Gillnet) HanyutOseanik

    - 3 - - - 3

    5 Pancing PrawaiDasar (Bottom Long

    Line)

    - 2 - - - 2

    6 Pengangkut/Pengumpul

    - 1 1 - - 2

    7 Purse Seine(PukatCincin) Pelagis Besar

    - 1 46 118 7 172

    8 Purse Seine(PukatCincin) Pelagis Kecil

    - 13 70 149 - 232

    9 Purse SeinePKArmada (Light Boat)

    2 - - - - 2

    10 Purse SeinePKArmada (Penangkap)

    - - 1 1 - 2

    11 Purse SeinePKArmada (Pengumpuldan Pengangkut)

    - - - 5 - 5

    12 Rawai Tuna (TunaLong Line)

    29 198 179 128 - 534

    Jumlah 31 227 297 401 7 963

    Sumber: Direktorat PUP (Data perizinan tanggal 29April 2014)

  • 7/26/2019 lemuru

    24/44

    21

    Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa jumlahkapal berukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI 573sebanyak 932 unit, dengan 11 jenis alat penangkapan ikan. DariTabel 2.11 juga dapat diketahui bahwa 3 (tiga) jenis alat tangkapyang dominan yaitu Rawai Tuna (Tuna Long Line) dengan jumlahkapal sebanyak 534 unit, Purse Seine (Pukat Cincin) Pelagis Kecil

    dengan jumlah kapal sebanyak 232 unit dan alat tangkat PurseSeine (Pukat Cincin) Pelagis Besar dengan jumlah kapal sebanyak172 unit. Oleh sebab itu, satuan pengelolaan perikanan dalamrencana pengelolaan perikanan ini adalah jenis ikan yangdominan tertangkap dengan 3 (tiga) alat tangkap tersebut di atas.

    Hasil penelitian Wiyono (2011) menunjukkan bahwaperkembangan armada purseseinesecara umum di perairan SelatBali mengalami peningkatan sejak tahun 2006 (240 unit) hinggatahun 2009 (277 unit). Perkembangan armada purse seine diKabupaten Banyuwangi dan Jembrana dari tahun 2005 hingga2010 cukup berfluktuasi. Hasil penelitian Wiyono (2011)menyatakan bahwa perkembangan armada purse seine diKabupaten Banyuwangi dari tahun 2005 terus cenderung stabil(229 unit) dan mulai menurun pada tahun 2008 (220 unit),namun yang beroperasi di Selat Bali khususnya untukmenangkap ikan lemuru cenderung mengalami peningkatan sejaktahun 2006 sebesar 166 unit menjadi 203 unit pada tahun 2009.Pada tahun 2009, armada purse seine di Kabupaten Banyuwangiterdapat 17 unit tidak beroperasi di PPP Muncar. Jumlah armadapurse seine di Kabupaten Jembrana cenderung stabil, yaitu

    sebanyak 74 unit sejak tahun 2005 hingga tahun 2010.

    b. Analisis komposisi jenis ikan hasil tangkapan menurut jenis alattangkap

    Penentuan satuan pengelolaan perikanan terhadap jenis ikandilakukan melalui analisis komposisi jenis ikan hasil tangkapan.Komposisi jenis ikan dianalisis berdasarkan jumlah ikan hasiltangkapan dominan dari 3 (tiga) jenis alat tangkap yakni rawaituna,purse seineuntuk penangkapan ikan pelagis kecil danpurseseineuntuk ikan pelagis besar.

    c. Pukat cincin Pelagis Kecil

    Komposisi hasil tangkapan pukat cincin pelagis kecilberturut-turut antara lain layang, kembung, selar dan seterusnya.Komposisi masing-masing jenis ikan seperti terlihat pada Tabel 7berikut.

    Tabel 7 Komposisi hasil tangkapan Pukat cincin Pelagis Kecildi WPP 573

    No Spesies Komposisi

  • 7/26/2019 lemuru

    25/44

    22

    Nama lokal Nama ilmiahhasil

    tangkapan (%)

    1 Layang Decapterus spp 40,0

    2 Kembung Rastrelliger spp 20,0

    3 Selar Selaroides Leptolepis 15,0

    4 Lemuru Sardinella Longiceps 10,0

    5 Tembang Sardinella fimbriata 10,06 Ikan lainnya - 5,0

    Total 100,0

    Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan NomorKEP. 60/MEN/2010 tentang Produktivitas KapalPenangkap Ikan

    d. Analisis Biaya Penangkapan Ikan Lemuru

    Biaya penangkapan untuk setiap upaya penangkapan terdiri

    dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biayatetap meliputi penyusutan kapal, penyusutan alat tangkap,penyusutan mesin, dan lain-lain. Biaya variabel meliputi biayabahan bakar (solar), bahan pengawet (es dan garam), oli danpangan. Biaya penangkapan dalam perikanan (cost of fishing)adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membeli faktorproduksi atau effort, meliputi biaya per trip (cost per trip) danbiaya total (fixed cost ditambah dengan variable cost). Dalamkajian bioekonomi model Gordon-Schaefer, biaya penangkapandidasarkan atas asumsi bahwa hanya faktor penangkapan yang

    diperhitungkan dan dianggap konstan, sehingga dalam hal inibiaya penangkapan didefinisikan sebagai biaya variabel per tripdan dianggap konstan. Biaya penangkapan yang dibutuhkandalam kegiatan perikanan tangkap tercermin pada biayapenangkapan, yaitu biaya es, garam, solar dan pangan.Berdasarkan penelitian Walten (2000) yang diacu dalamZulbainarni (2012), biaya penangkapan terhadap usahapenangkapan ikan lemuru di Selat Bali dapat dilihat pada Tabel 8berikut.

    Tabel 8 Struktur biaya penangkapan ikan lemuru di Selat Bali

    No. Biaya Penangkapan Nilai (Rp) Persentase(%)

    1 Solar 140.000 42,07

    2 Bahan pengawet 11.300 3,40

    3 Oli 115.000 34,56

    4 Pangan 66.500 19,98

    Total biaya penangkapan per tripper unit armada

    332.800 100,00

    Sumber: (Walten 2000 dalamZulbainarni 2012)

    3.

    Aspek Sosial Ekonomi: Industri Pengolahan IkanIndustri pengolahan ikan merupakan salah satu komponen

    stakeholder nonpemerintah yang turut berperan dalam pengelolaan

  • 7/26/2019 lemuru

    26/44

    23

    ikan lemuru di perairan Selat Bali. Komponen stakeholderini berperandalam proses lebih lanjut untuk mengolah ikan menjadi produk yangmemiliki nilai tambah (value added product). Hasil penelitian Wiyono(2011) menunjukkan bahwa jumlah industri pengolahan hasilperikanan, baik skala besar/industri maupun skala kecil/rumahtangga di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana, cukup

    berfluktuasi. Industri yang terdaftar di instansi pemerintah daerah(dinas) adalah seluruh industri yang bergerak di bidang perikanan,sedangkan yang terdaftar di PPP Muncar dan PPN Pengambenganmerupakan industri yang berhubungan langsung dengan ikan lemuru.

    Jumlah industri skala besar di PPP Muncar yang bahan bakuutama atau bahan baku pendukungnya ikan lemuru adalah 55industri pada tahun 2005. Jumlah ini terus meningkat menjadi 106industri pada tahun 2007, namun pada tahun 2009 menurun menjadi98 industri. Dari 98 industri tersebut, 4 industri pengalengan diantaranya tidak aktif lagi. Jenis industri skala besar tersebut terdiri

    dari 5 bidang usaha, yaitu pengalengan, penepungan, minyak ikan,cold storage dan pabrik es. Industri skala kecil/rumah tangga jugamengalami hal yang sama. Pada tahun 2005, jumlah industri skalakecil ini adalah 233 dan pada tahun 2009 menurun menjadi 163industri. Industri kecil ini terdiri dari 4 jenis bidang usaha, yaitupedagang, pengasin, pemindang dan peng-es-an.

    Jumlah industri pengolahan ikan lemuru skala besar di PPNPengambengan pada tahun 2010 sebesar 21 unit industri. Jumlahaktual industri tersebut sebesar 12 unit industri. Hal ini disebabkanadanya industri yang bergerak pada dua atau tiga bidang usaha.

    Jumlah industri pengolahan ikan lemuru skala kecil sebesar 207industri pada tahun 2010, yang terdiri dari pedagang dan usaha ikanpindang. Kapasitas produksi maksimum industri di KabupatenBanyuwangi dan Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Tabel 8 danTabel 9 berikut.

    Tabel 9 Jumlah industri pengolahan dan kapasitas produksimaksimumnya diKabupaten Banyuwangi

    Bidang UsahaJumlahAktif

    Kapasitas maksimum(ton/hari)

    Jumlah(ton/hari)

    Skala Besar

    Pengalengan 7 15 135Penepungan 52 15 780

    Minyak Ikan 11 5 55

    Cold storage 30 10 300

    Pabrik Es 5 - -

    Skala Kecil

    Pedagang 111 - -

    Pengasinan 24 0,5 12

    Pemindangan 23 0,1 2,3

    Peng-es-an 5 0,7 6,3

    Sumber: Wiyono (2011)

  • 7/26/2019 lemuru

    27/44

    24

    Tabel 10 Kapasitas produksi maksimum industri di KabupatenJembrana

    Nama Perusahaan UsahaKapasitas produksi

    maksimum(ton/hari)

    PT Bali Omega Tepung ikan 60

    Pengalengan ikan 10Es batu -

    PT Sumina Ekstra Sindo Pengalengan ikan 15

    Tepung ikan 60

    CV Jaya Baru Tepung ikan 40

    PT Indo Bali Pengalengan ikan 30

    Tepung ikan 35

    PT Bali Maya Permai Pengalengan ikan 80

    Tepung ikan 30

    PT Sarana Tani Pratama Tepung ikan 20

    CV Bali Indah Pengalengan ikan 2Tepung ikan 50

    PT Hosana Buana Tunggal Tepung ikan 12

    Minyak ikan -

    PT Indo Citra Pengalengan ikan 25

    Tepung ikan 15

    PT Indo Hamafish Pengalengan ikan 10

    Tepung ikan 36

    Es batu -

    PT Bumi Bali Mina Tepung ikan 50

    PT Dwipa Mina Nusantara Tepung ikan 40Sumber: Wiyono (2011)

    E. TATA KELOLA

    1.Aspek Kelembagaan Pengelolaan

    Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi otonomi daerah,setiap provinsi berdasarkan ketentuan dalam pasal 27 ayat (3)Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerahbahwa Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya

    alam di laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantaike arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.Kabupaten/kota dalam Penentuan penghitungan bagi hasil kelautantercantum dalam Pasal 14 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa PenentuanDaerah kabupaten/kota penghasil untuk penghitungan bagi hasilkelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah 4(empat) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.

    Secara umum, tugas dan fungsi kelembagaan dalam mekanisme

    pengelolaan perikanan dapat dikelompokkan dalam 4 hal, yaitu: 1)penelitian dan pengembangan; 2) pengendalian upaya penangkapan; 3)pengawasan dan penegakan hukum; serta 4) konservasi.

  • 7/26/2019 lemuru

    28/44

    25

    Mengingat kegiatan perikanan merupakan kegiatan yangmelibatkan banyak pihak (multi-stakeholder), maka aspek kelembagaanharus bisa menjamin agar proses implementasi rencana pengelolaanperikanan lebih lanjut dapat mengakomodir hal-hal sebagai berikut:

    - Menjamin partisipasi seluruh pemangku kepentingan;

    - Transparan dan melalui proses demokratis yang bertanggungjawab;

    -Mengadopsi pengetahuan lokal (local knowledge)

    - Seluruh pihak memiliki visi yang sama terhadap sistem perikananyang akan dikelola.

    Dengan demikian, maka Rencana Pengelolaan PerikananPerikanan Lemuru disusun berdasarkan kesepakatan pemangkukepentingan dengan menggunakan pendekatan ko-manajemen,dimana lebih dari satu pihak bernegosiasi, mendefinisikan danmenjamin pembagian peran dan tanggungjawab dalam mekanismepengelolaan sumberdaya ikan.

    2.Institusi Pemerintah yang bertanggung jawab sesuai dengan peraturanperundang-undangan

    Setidaknya ada dua institusi yang terlibat dalam pengelolaansumberdaya perikanan di Indonesia yaitu intitusi tingkat nasionaldaninstitusi tingkat provinsi/Kabupaten/kota. Institusi-institusipemerintah yang terlibat langsung di bidang adiministrasi,pengembangan dan pengelolaan perikanan adalah KementerianKelautan dan Perikanan (KKP). Sedangkan institusi lingkup KKP yangterlibat langsung dalam adimistrasi, pengembangan dan pengelolaan

    perikanan tangkap diantaranya Direktorat Jenderal PerikananTangkap, Badan Penelitian dan Pengembangan KP (BALITBANG KP),Pusat Penelitian Oceanografi (P2O-LIPI), Direktorat JenderalPengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), dan BalaiBesar Penangkapan Ikan (BBPI).

    Fungsi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) meliputimonitoring dan evaluasi pemanfaatan SDI, alokasi, pengelolaan melaluipenerbitan perizinan dan penyusunan peraturan perundang-undanganyang berkaitan dengan pengelolaan perikanan. Selain itu juga meliputipengadaan saranaan prasarana serta pembinaan teknis perikanantangkap. Dalam menetapkan pengalokasian SDI sebagai dasarpenerbitan ijin usaha penangkapan DJPT antara lain didasarkan hasilkajian stok dan karakteristik SDI yang dilakukan BALITBANG KP, danhasil riset yang berkaitan dengan SDI dari BPPI, LIPI dan PerguruanTinggi. Sedangan PSDKP sendiri berperan dalam melakukanpengawasan terhadap pelaksanaan pemanfaatan SDI.

    Institusi yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya ikantingkat daerah antara lain Dinas Perikanan Kelautan dan PerikananProvinsi dan Kabupaten/kota yang bertanggung jawabmenanganiadministrasi perikanan tingkat daerah, yaitu meliputi pelaksanaanpengelolan SDI yang pelaksanaannya berdasarkan pedoman teknisdari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Adapun instusi laindiluar KKP yang terlibat dalam kegiatan perikanan tangkap antara lainTNI-AL, Polair, Kejaksaan dan bea cukai. Institusi ini berperan dalam

  • 7/26/2019 lemuru

    29/44

    26

    pengawasan, penyidikan, dan pemberkasan perkara, pemberian sanksi(penegakan hukum). Untuk institusi luar yang terlibat dalampenerbitan dokumen kapal yaitu Direktorat Jenderal PerhubunganLaut Kementerian Perhubungan.

    3.Norma/Konvensi Internasional:

    a. UNCLOS (United Nations Convention on The Law of The Sea), 1982;b. CCRF (Code of Conduct for Responsible Fisheries) FAO, 1995;c. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of

    Flora and Fauna)

    4.Institusi di luar Pemerintah

    a. Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI);b. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI);c. Ikatan Nelayan Tradisional Indonesia (INTI);

    d.

    Perisai laut, Induk Koperasi Perikanan Indonesia (IKPI);e. Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (GAPINDO);f. Masyarakat Perikanan Indonesia (MPN);

    Kelompok-kelompok tersebut diatas berperanan dalam memberikanmasukan dalam rangka perumusan kebijakan pengelolaan perikanantangkap, serta evaluasi terhadap pelaksanaannya.

    5.Peraturan Perundang-undangan

    Pengelolaan sumberdaya ikan secara benar pada dasarnyaadalah pelaksanaan dari Amanat Rakyat yang dituangkan dalam pasal33 UUD RI tahun 1945 dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 7 ayat (1)huruf a Udang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanansebagaimana telah di ubah dengan Udang-Undang Nomor 45 tahun2009 yang mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan perikananyang antara lain meliputi daerah penangkapan ikan, pengelolaan,pemanfaatan, pengembangan/pembangunan, pendelegasiankewenangan kepada pemerintah daerah, pengendalian danpengawasan serta sanksi terhadap pelanggaran. Sampai saat iniPemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-

    undangan yang berkaitan dengan perikanan yang merupakanpengaturan lebih lanjut. Beberapa ketentuan tersebut antara lain:a. Pasal 33 Undang-Undang Dasar RI tahun 1945;

    b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi EksklusifIndonesia (ZEEI);

    c. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45Tahun 2009;

    d. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup;

    e.

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah;

  • 7/26/2019 lemuru

    30/44

    27

    f. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP. 58/MEN/2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem PengawasanMasyarakat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber DayaKelautan dan Perikanan;

    g. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan NomorKEP.02/MEN/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan

    Penangkapan Ikan;

    h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNomor KEP.06/MEN/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan diWilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;

    i. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNomor PER.29/MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan RencanaPengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan Ikan;

    j. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNomor PER.30/MEN/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap diWilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

    sebagaimana telah di ubah terakhir dengan

    Peraturan MenteriKelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/PERMEN-KP/2014;

    k. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNomor 1/PERMEN-KP/2013 Tentang Pemantau Kapal PenangkapIkan dan Kapal Pengangkut Ikan;

    l. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara RepublikIndonesia;

    m.Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26/PERMEN-KP/2014 tentang Rumpon;

    n. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36/PERMEN-KP/2014 tentang Andon Penangkapan Ikan;

    o. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2014 tentang LogbookPenangkapan Ikan.

    6.Kesepakatan Bersama:

    Surat Keputusan Bersama Gubernur jawa Timur dan Bali Tahun 1992

    Nomor 38/1992/673/1992 tentang Penetapan jumlah alat tangkappurse seine di Selat Bali.

    7.Peraturan Daerah:

    Jawa Timur:a. Peraturan Daerah Nomor. 4 tahun 2005 tentan usaha perikanan

    dan kelautanb. Peraturan Daerah Nomor. 1 tahun 2012 tentang retribusi daerah

  • 7/26/2019 lemuru

    31/44

    28

    F. PEMANGKU KEPENTINGAN

    1.Pemerintah :

    a. Kementerian Kelautan dan Perikanan,1) Membuat dan menetapkan peraturan terkait dengan

    pengelolaan/pemanfaatan sumber daya perikanan

    2)

    Melakukan upaya pengendalian terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan

    3) Membantu dan menyediakan infrastuktur/sarana baginelayan/pembudidaya/pengolah

    4) Menjadi mediator antara asosiasi, pelaku usaha dan nelayan

    b. Kementerian dan lembaga terkait.1) Dukungan infrastruktur2) Kemudahan perdagangan

    c. TNI-AL dan PolriMelakukan upaya penegakan hukum dibidang perikanan

    d. Pemerintah Daerah (DKP Provinsi dan DKP Kabupaten)1) Membuat dan menetapkan peraturan terkait dengan

    pengelolaan/pemanfaatan sumber daya perikanan sesuaikewenangannya.

    2) Melakukan upaya pengendalian terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan sesuai kewenangannya

    3) Membantu dan menyediakan infrastuktur/sarana baginelayan/pembudidaya/pengolah sesuai kewenangannya

    4) Menjadi mediator antara asosiasi, pelaku usaha dan nelayansesuai kewenangannya

    e.

    Kelompok Ilmiah/Scientific Group1) Menyediakan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu

    bagi pembuat kebijakan2) Menyediakan SDM unggul untuk pendidikan, dan industri3) Pengutamaan transformasi kelembagaan dari pada

    pengembangan organisasi4) Kontribusi inovasi dan teknologi baru5) Menyediakan layanan publikasi dan edukasi publik6) Perguruan tinggi antara lain:Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta,

    IPB, LIPI, Balitbang KP.

    2.

    Non Pemerintah :

    a. Nelayan1) Nelayan merupakan pelaku utama kegiatan usaha

    penangkapan ikan2) Mata pencaharian lebih bergantung pada kegiatan

    penangkapan ikan3) Penyedia bahan baku ikan4) Nelayan juga bertindak sebagai pengolah produk

    perikanan tradisional5) Kelompok nelayan merupakan pelaku kunci dalam

    mendukung RPP6) Nelayan harus mematuhi peraturan yang terkait dengan

    penangkapan ikan

  • 7/26/2019 lemuru

    32/44

    29

    7) Perlu peningkatan keterampilan/kompetensi SDM melaluipelatihan dll

    b. Penyedia1) Orang yang membeli bahan baku ikan langsung dari

    nelayan atau pembudidaya2) Pedagang atau distributors dapat menjadi penyedia bahan

    baku3) Mereka menjual bahan baku ikan ke perusahaan

    pengolahan ikan atau pasar lokal.4) Terkadang memberikan pinjaman/kredit kepada nelayan

    atau pembudidaya5) Terkadang menentukan harga ikan

    c. Industri Penangkapan1) Melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut2) Membeli ikan hasil tangkapan nelayan3) Menjual hasil tangkapan kepada industri pengolahan ikan

    4)

    Industri penangkapan harus mematuhi peraturan yang terkaitdengan penangkapan

    5) Perusahaan-perusahaan perikanan yang terkait denganperikanan lemuru.

    d. Industri Pengolahan Ikan1) Membutuhkan bahan baku ikan untuk diolah2) Membeli bahan baku ikan dari nelayan atau sumber lain untuk

    pengolahan3) Harus mematuhi persyaratan keamanan produk (lokal,

    internasional dan pembeli) atau persyaratan lain ketika

    melakukan pengolahan ikan.4) Melakukan pengolahan untuk pengembangan produk/nilai

    tambah5) Menjual produk olahan ke pasar domestik atau pasar

    internasional.

    e. Asosiasi Perusahaan1) Asosiasi sebagai mediator antara pemerintah dan nelayan2) Nelayan menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah melalui

    asosiasi3) Asosiasi bisa bertindak sebagai perwakilan dari nelayan

    f.

    Lembaga Swadaya Masyarakat1) Bekerja sebagai mitra pemerintah (Pusat dan daerah).2) Pelibatan LSM dalam proses penyusunan RPP dan rencana aksi3) Bertindak sebagai jembatan antara pemerintah (pembuat

    kebijakan) dan masyarakat (pengguna).4) Pada kasus tertentu, LSM melakukan advokasi terhadap

    kebijakan pemerintah atau mungkin membuat intervensi sosial.

    g. Pemimpin Adat1) Pemimpin adat adalah pemuka masyarakat yang memiliki

    kekuasaan, kewenangan, tanggung jawab atau hak atas daerahatau sumberdaya tertentu

    2) Pemimpin adat memiliki hubungan yang dalam antaramasyarakat di kelompoknya

  • 7/26/2019 lemuru

    33/44

    30

    3) Membantu membangun konsensus dan menyediakan advisorydalam memecahkan masalah

    h. Mitra Kerjasama1) Membantu membangun konsensus, memperkuat kemitraan dan

    meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan2) Membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik

    terhadap pentingnya pengelolaan sumberdaya perairan3) Mitra kerjasama, antara lain: FAO, SEAFDEC.

  • 7/26/2019 lemuru

    34/44

    31

    BAB III

    RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN

    A.

    ISU PENGELOLAAN

    Demi mendukung efektivitas pelaksanaan pengelolaan perikananlemuru, maka dilakukan inventarisasi berbagai isu yang terkait dengan (1)sumberdaya ikan dan lingkungan, (2) sosial ekonomi dan (3) tatakelolauntuk perikanan pelagis kecil dan perikanan demersal.

    Terdapat beberapa isu pokok yang menjadi permasalahan dalampengelolaan sumberdaya ikan lemuruyang perlu segeraditindaklanjutidengan upaya pemecahannya. Secara rinci, permasalahan pokok untukmasing-masing aspek dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

    Tabel 11 Isu Pengelolaan Perikanan Lemuru

    No. Isu Pengelolaan

    A. SUMBERDAYA IKAN DAN LINGKUNGAN

    1

    Degradasi stok ikan lemuru, bahkan telah terjadinya kondisioverfishing, diindikasikan jumlah hasil tangkapan yang makinmenurun tajam dan daerah penangkapan yang semakin jauh,khususnya di WPP 573

    2 Perubahan habitat dan migrasi ikan lemuru yang diduga sebagaiakibat perubahan iklim

    3 Kurangnya tersedianya data data stok ikan lemuru yang lebihakurat sebagai dasar pengelolaan, khususnya pemberian izinpenangkapan

    4 Masih kurangnya informasi ilmiah terkait siklus hidup (life cycle)ikan lemuru, seperti informasi variasi spesies, ukuran dan umur,lokasi pemijahan, distribusi larva, juvenil dan dewasa

    B. SOSIAL EKONOMI

    1 Masih sangat terbatasnya mata pencaharian alternatif bagi nelayanpenangkap ikan lemuru, khususnya selama musim paceklikpenangkapan

    2 Terjadinya kekurangan bahan baku bagi pabrik pengalengan yangmengancam keberlanjutan industri terkait perikanan lemuru

    C. TATA KELOLA

    1 Masih kurangnya kepatuhan nelayan terhadap peraturan danperundang-undangan yang berlaku

    2 Masih kurangnya penegakan hukum terkait pelanggaran peraturanperundang-undangan serta lemahnya pengawasan terhadap

    pelaksanaan perizinan3 Masih kurangnya kepatuhan nelayan dalam pelaporan data kapaldan hasil tangkapan ikan lemuru.

  • 7/26/2019 lemuru

    35/44

    32

    4 Masih rendahnya tingkat partisipasi para pemangkukepentingandan kearifan lokal dalam pengelolaan perikananlemuru

    B.

    TUJUAN DAN SASARAN

    Tujuan pengelolaan perikanan lemuru ditetapkan dan diarahkanuntuk memecahkan isu yang telah teridentifikasi, selanjutnyasasarandiarahkan untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Penetapansasaran dilakukan dengan pendekatan SMART yakni specific(rinci),measurable(dapat diukur), agreed(disepakati bersama), realistic(realistis),dantime dependent(pertimbangan waktu).

    Tujuan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem terdiri dari 3

    komponen utama, yaitu:1. Sumberdaya Ikan dan habitat;2. Sosial dan ekonomi; dan3.Tata kelola.

    Untuk mewujudkan tujuan 1 tersebut diatas, ditentukan sasaran yangharus dicapai sebagai berikut:

    1)Terkelolanya stok ikan lemuru yang diindikasikan dengan meningkatnyatrend hasil tangkapan per upaya pada periode 5 (lima) tahun yang akandatang.

    2)Tersedianya informasi ilmiah tentang kemungkinan dampak perubahaniklim terhadap perikanan lemuru di Perairan Selat Bali dalam 3 tahundan implementasinya.

    3)

    Tersedianya informasi ilmiah tentang siklus hidup (life cycle) ikanlemuru, seperti informasi variasi spesies, ukuran dan umur, lokasipemijahan, distribusi larva, juvenil dan dewasa sebagai dasarpengaturan musim dan lokasi penangkapan ikan lemuru dalam 4 tahun,

    4)Tersedianya informasi stok ikan lemuru terkini di Selat Bali dansekitarnya dalam 4 tahun,,

    Tujuan 1:Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Ikan Lemuru

    dan Habitatnya Secara Berkelanjutan

    Tujuan 2 :

    Meningkatnya kesejahteraan pelaku perikanan lemuru

  • 7/26/2019 lemuru

    36/44

    33

    Untuk mewujudkan tujuan 2 tersebut di atas, ditentukan sasaran yangharus dicapai sebagai berikut:

    1)Terciptanya berbagai mata pencaharian alternatif bagi nelayan lemuru,khususnya pada musim paceklik.

    2)Tersedianya bahan baku industri pengolahan ikan lemuru secaraberkelanjutan.

    Untuk mewujudkan tujuan 3 tersebut di atas, ditentukan sasaran yangharus dicapai sebagai berikut:

    1) Sebanyak 60% mematuhi peraturan-perundangan terkait yang telah

    ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam 3 tahun.(Catatan : di bahas dg PSDKP di rapat tk sekjen)

    2) Sebanyak 70% nelayan melakukan pelaporan data kapal dan hasiltangkapan selama 3 tahun.

    3) Sebanyak 30% nelayan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan perikananlemuru yang berkelanjutan dalam 4 tahun.

    C.INDIKATOR DAN TOLOK UKUR

    Untuk memastikan keberhasilan pencapaian sasaran diatas, ditetapkanindikator dan Tolok Ukur untuk setiap sasaran yang ingin dicapai sepertidibawah ini:

    Tujuan 3 :

    Meningkatnya partisipasi aktif dan kepatuhan Nelayan dalam

    mewujudkan pengelolaan perikanan lemuru yang

    bertanggungjawab

  • 7/26/2019 lemuru

    37/44

    34

    Indikator dan Tolok UkurTujuan 1

    No Sasaran IndikatorStatus awal(Tolok Ukur)

    1 Terkelolanya stok ikan lemuruyang diindikasikan denganmeningkatnya trend hasiltangkapan per upaya padaperiode 5 (lima) tahun yangakan datang.

    Data stok danproduksi ikanlemuru

    Produksitahun 2013,Jawa Timur= 17.611ton, Bali =9.991 ton

    2 Tersedianya informasi ilmiah

    tentang kemungkinandampak perubahan iklimterhadap perikanan lemuru diPerairan Selat Bali danimplementasinya.

    Informasi

    penelitiandampakperubahan iklimpada perikananlemuru di SelatBali

    Belum ada

    penelitianilmiah yangdigunakanuntukkebijakanpengelolaan

    3 Tersedianya informasi ilmiahtentang ukuran individu,lokasi pemijahan, distribusilarva, juvenil dan dewasasebagai dasar pengaturanmusim dan lokasipenangkapan ikan lemurudalam 4 tahun.

    Informasi bioekologi lengkapikan lemuru diSelat Bali

    Sudah ada,perlupenelitianlebih lanjutsecaraperiodik

    4 Tersedianya informasi stokikan lemuru terkini di SelatBali dan sekitarnya dalam 4tahun,

    Tersedianya datastok lemuruterkini

    Sudah ada,namun perlupemuktahiran

    Indikator dan Tolok UkurSasaran untuk mencapai TujuanNo. 1: Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Ikan

    Lemuru Dan Habitatnya Secara Berkelanjutan

    Indikator dan Tolok UkurSasaran untuk mencapai Tujuan No. 2:

    Meningkatnya kesejahteraan pelaku perikanan lemuru

  • 7/26/2019 lemuru

    38/44

    35

    Untuk memastikan keberhasilan pencapaian sasaran di atas, ditetapkanindikator dan Tolok Ukur untuk setiap sasaran yang ingin dicapai sepertidibawah ini:

    Indikator dan Tolok UkurTujuan 2

    No Sasaran IndikatorStatus awal(Tolok Ukur)

    1 Terciptanya berbagaimata pencaharianalternatif bagi nelayanlemuru, khususnya padamusim paceklik

    Jumlah matapencarianalternatif baginelayan

    Pendapatannelayan dari

    kegiatan di luarpenangkapanlemuru

    Sudah ada,mendukungpariwisata (diBali)

    Perlu dataterbaru

    2 Tersedianya bahan bakuindustri pengolahan ikanlemuru secaraberkelanjutan.

    Adanya programyang baik untukmengatasikelangkaan bahanbaku industripengolahan

    Belum adaprogrammengatasikelangkaanbahan bakuindustripengolahan

    Untuk memastikan keberhasilan pencapaian sasaran diatas, ditetapkanindikator dan Tolok Ukur untuk setiap sasaran yang ingin dicapai sepertidibawah ini:

    Indikator dan Tolok UkurTujuan 3

    No Sasaran IndikatorStatus Terkini(Tolok Ukur)

    1 Sebanyak 60% mematuhiperaturan-perundangan

    terkait yang telah ditetapkanoleh pemerintah danpemerintah daerah dalam 3

    Jumlah nelayanpatuh pada

    peraturan danperundangan yangberlaku

    Perlu dataterbaru dari

    PSDKP

    Indikator dan Tolok UkurSasaran untuk mencapai Tujuan No. 3:

    Meningkatnya partisipasi aktif dan kepatuhan nelayan dalam

    mewujudkan pengelolaan perikanan lemuru yang

    bertanggungjawab

  • 7/26/2019 lemuru

    39/44

    36

    tahun(Catatan : di bahas dg PSDKP di

    rapat tk sekjen)

    2 Sebanyak 70% nelayanmelakukan pelaporan datakapal dan hasil tangkapan

    selama 3 tahun,

    Persentase nelayanyang memberikanalaporan (data)

    dengan benar

    Perlu dataterbaru

    3 Sebanyak 30% nelayanberpartisipasi aktif dalampengelolaan perikanan lemuruyang berkelanjutan dalam 4tahun.

    Jumlah pemangkukepentingan yangberperan aktifdalam kegiatanpengelolaan

    Jumlah nelayanyang aktifberpartisipasipelestarian ikan57 % totalnelayan (Jamali,IPB, 2007)

    D.RENCANA AKSI PENGELOLAAN

    Rencana aksi disusun dengan maksud untuk mencapai sasaran yangditentukan dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan perikanan.Rencana aksi ditetapkan dengan pendekatan who (siapa yang akanmelakukan kegiatan), when (waktu pelaksanaan kegiatan), where (tempatpelaksanaan kegiatan), dan how(cara melakukan kegiatan).

    1. RENCANA AKSI TUJUAN I:

    MEWUJUDKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN LEMURU DANHABITATNYA SECARA BERKELANJUTAN.

    No Sasaran Rencana Aksi PenanggungJawab

    WaktuPelaksanaan

    1 Terkelolanya stokikan lemuru yang

    diindikasikandenganmeningkatnya trendhasil tangkapan perupaya pada periode5 (lima) tahun yangakan datang.

    1. Evaluasi terhadaptingkat

    pemanfaatan

    DJPT,Balitbang KP,

    dan Daerahprovinsi

    2016 - 2020

    2. Evaluasikesepakatanbersamapenangkapan ikanlemuru di SelatBali

    DJPT,ProvinsiJawa Timur,dan Provinsi

    Bali2016 - 2020

    2 Tersedianyainformasi ilmiahtentang

    kemungkinandampak perubahaniklim terhadap

    1.Melakukan kajiandampakperubahan iklim

    global terhadapikan lemuru,khususnya di Selat

    Balitbang KP 2016 - 2018

  • 7/26/2019 lemuru

    40/44

    37

    No Sasaran Rencana Aksi PenanggungJawab

    WaktuPelaksanaan

    perikanan lemuru diPerairan Selat Balidalam 3 tahun danimplementasinya.

    Bali

    2. Implementasihasil kajiandampak

    perubahan iklimterhadap SDIlemuru.

    DJPT danDaerahprovinsi

    2017 - 2020

    3 Tersedianyainformasi ilmiahtentang ukuranindividu, lokasipemijahan,distribusi larva,juvenil dan dewasa

    sebagai dasarpengaturan musimdan lokasipenangkapan ikanlemuru dalam 4tahun

    1.Melakukan kajiantentang ukuranindividu, lokasipemijahan,distribusi larva,juvenil dandewasa di Selat

    bali

    Balibang KP,danPerguruanTinggi

    20162019

    2.Perbaikanpengelolaanmelaluipengaturanpenangkapan ikanlemuruberdasarkaninformasi ilmiahyang dihasilkan

    DJPT danDaerahprovinsi

    2017 - 2020

    4 Tersedianya

    informasi stok ikanlemuru terkini diSelat Bali dansekitarnya dalam 4tahun,

    1. Melakukan

    pemuktahiran stokikan lemuru

    Balitbang KP

    2016-2019

    2. Alokasipemanfaatansumber daya ikanlemuru

    DJPT,Balitbang KP,dan Daerah

    provinsi

    2017-2020

    2. RENCANA AKSI TUJUAN 2:

    MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN PELAKU PERIKANAN LEMURU

    No Sasaran Rencana AksiPenanggung

    JawabWaktu

    Pelaksanaan

    1 Terciptanya berbagaimata pencaharianalternatif baginelayan lemuru,khususnya padamusim paceklik

    1.Menciptakan matapencarian alternatifbagi nelayanperikanan lemuru

    DJPT,BPSDMPKP,DJPDSPKP,

    DJPB,Daerahprovinsi

    2016 - 2020

    2.Melakukanpelatihan danbimbingan teknisbagi nelayan dalam

    DJPT,

    BPSDMPKP,

    DJPDSPKP,

    2016 - 2020

  • 7/26/2019 lemuru

    41/44

    38

    No Sasaran Rencana AksiPenanggung

    JawabWaktu

    Pelaksanaan

    pengembanganusaha

    DJPB,

    Daerah

    provinsi

    3.

    Pembuatan demplotusaha perikananalternatif baginelayan lemuru

    DJPT,

    BPSDMPKP,

    DJPDSPKP,

    DJPB,

    Daerah

    provinsi

    2016 - 2020

    2 Tersedianya bahanbaku industripengolahan ikanlemuru secaraberkelanjutan

    1. Kajian kebutuhandan suplai padaindustri perikananlemuru

    BalitbangKP, PDSPKP,

    Daerahprovinsi

    2017 - 2018

    2. PembuatanKebijakan nasionalpengembanganindustri ikankaleng

    PDSPKP danDaerahprovinsi

    2018 - 2020

    3. menjalin kerjasamdengan lokasi lainyang potensialuntuk sumber

    bahan bakuindustri lemuru

    Daerahprovinsi,PDSPKP,

    dan Setjen

    KP, danAsosiasi

    2018 - 2020

    3. RENCANA AKSI TUJUAN 3:

    MENINGKATNYA PARTISIPASI AKTIF DAN KEPATUHAN NELAYAN

    DALAM MEWUJUDKAN PENGELOLAAN PERIKANAN LEMURU YANG

    BERTANGGUNG JAWAB

    No Sasaran Rencana Aksi Penanggungjawab

    WaktuPelaksanaan

    1 Sebanyak 60%mematuhi peraturan-perundangan terkaityang telah ditetapkanoleh pemerintah danpemerintah daerahdalam 3 tahun(Catatan : di bahas dgPSDKP di rapat tk

    1.Melakukansosialisasi berbagaiperaturanperundangantentang perikanankepada nelayan dilokasi pengelolaan

    DJPT,Daerahprovinsi

    2016 - 2019

    2.Melakukan proses DJPSDKP, 2017 - 2019

  • 7/26/2019 lemuru

    42/44

    39

    No Sasaran Rencana Aksi Penanggungjawab

    WaktuPelaksanaan

    sekjen) penegakan hukumterhadap pelakuperikanan yangmelanggar

    peraturanperundangan

    Daerahprovinsi&PenegakHukum

    lainnya

    2 Sebanyak 70%nelayan melakukanpelaporan data kapaldan hasil tangkapanselama 3 tahun,

    1.Melakukansosialisasi tentangpelaporan dataperikanan

    DJPT,Daerahprovinsi

    2016 - 2019

    2.Melakukanpenerapankebijakan insentifdan disinsentif

    terhadap pelakuperikanan yangberperan dalampendataanperikanan

    DJPT,Daerahprovinsi

    2017 - 2019

    3 Sebanyak 30%nelayanberpartisipasi aktifdalam pengelolaanperikanan lemuruyang berkelanjutan

    dalam 4 tahun.

    1.Melakukanpenyuluhansosialisasi, danpelatihan kepadapelaku perikanantentang perikanan

    berkelanjutan.

    DJPT,BPSDMPKP,

    Daerahprovinsi,

    2017 - 2019

    2.Memberikanfasilitas pendukungbagi pemangkukepentingan yangberperan aktifdalam pengelolaanperikanan

    DJPT,Daerahprovinsi

    2017 - 2019

  • 7/26/2019 lemuru

    43/44

    40

    BAB IV

    PERIODE PENGELOLAAN, EVALUASI DAN REVIEW

    A. PERIODE PENGELOLAAN

    Guna memperoleh hasil yang optimum, maka periodepengelolaanuntuk melaksanakan rencana aksi ditetapkan selama 5 (lima)tahun terhitung sejak ditetapkan.

    B. EVALUASI DAN REVIEW

    RPP dilakukan Evaluasi untuk mengukur keberhasilan

    pelaksanaan RPP yang terkait dengan:1.input yang dibutuhkan terkait dana, SDM, fasilitas dan kelembagaan

    untuk melaksanakan rencana aksi;2.pencapain sasaran;3.pelaksanaan rencana aksi yang telah ditetapkan;4.perlu tidaknya dilakukan perubahan rencana aksi untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Rencana pengelolaan ini akan dievaluasi (evaluation) setiap tahun.Kegiatan evaluasi dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

    dengan mengacu pada rencana aksi yang telah ditetapkan.

    Tinjau ulang (review) dilakukan setiap 5 (lima) tahun denganmenggunakan indikator EAFM. Pelaksanaan tinjau ulang (review)dilakukan berdasarkan:1.perkembangan perikanan lemuru secara global;

    2.informasi ilmiah terkini;

    3.perubahan kebijakan nasional dan perubahan peraturan perundang-

    undangan;

    4.perubahan tindakan pengelolaan (rencana aksi);

    5.

    hasil yang dicapai serta permasalahan yang dihadapi; serta6.faktor lain yang mempengaruhi kegiatan penangkapan lemuru. Proses

    evaluasi dan review dilakukan dengan pendekatan partisipatif semua

    unsur pemangku kepentingan.

  • 7/26/2019 lemuru

    44/44

    BAB V

    PENUTUP

    Rencana Pengelolaan Perikanan lemuru ini merupakan dasar utamapelaksanaan pengelolaan perikanan lemuru. Pemerintah Provinsi, Kabupatendan Kota mempunyai kewajiban yang sama dengan Pemerintah Pusat untukmelaksanakan rencana aksi yang diadopsi dalam RPP ini secara konsisten.

    MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

    REPUBLIK INDONESIA,

    SUSI PUDJIASTUTI