lembaran daerah - kumhsu.files.wordpress.com · undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang ... km.73...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 38 SERI C NOMOR SERI 16
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR 23 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI DERMAGA, JASA PANDU, IZIN USAHA dan IZIN TRAYEK ANGKUTAN SUNGAI dan DANAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI HULU SUNGAI UTARA,
Menimbang
:
a.
b.
bahwa dalam rangka untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya sektor angkutan sungai dan danau, maka perlu mengatur pemungutan Retribusi Dermaga, Jasa Pandu termasuk Penggunaan Alur Sungai dan Danau serta Izin Usaha dan Izin Trayek Angkutan Sungai dan Danau; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu mengatur dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi
2
Mengingat
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dermaga, Jasa Pandu, Izin Usaha dan Izin Trayek Angkutan Sungai dan Danau.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Nomor 3 Drt. Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756) Sebagai Undang-Undang; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3493 ); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685); Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 ); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4437); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 390); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ); Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145 ); Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau;
4
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 8 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38 Seri D Nomor 27 ); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 5 Tahun 1992 tentang Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 1992 Nomor 16 Seri d Nomor 14 ); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38 Seri D Nomor 27 ); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 52 Tahun 2001 tentang Sertifikat Kesempurnaan Kapal dan Pas Kapal Serta Registrasi Kapal ( Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2002 Nomor 85 Seri B Nomor 8); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 53 Tahun 2001 tentang Surat Keterangan Kecakapan Kapal Motor Perairan Daratan ( Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2002 Nomor 86 Seri B Nomor 9); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2003 Nomor 45 Seri D Nomor 29 );
5
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
DAN
BUPATI HULU SUNGAI UTARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TENTANG RETRIBUSI DERMAGA, JASA PANDU, IZIN USAHA DAN IZIN TRAYEK ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 3. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Utara. 4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai
Utara. 5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
6
6. Kepala Dinas Perhubungan adalah Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 8. Perairan daratan adalah semua perairan sepanjang sungai di hulu sampai ke
muara, terusan dan danau. 9. Alur Pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan yang
dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari.
10. Pelabuhan / Dermaga adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan / atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran.
11. Alur Sungai Penyeberangan adalah bagian dari perairan di lintas
penyeberangan yang alami maupun buatan dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnnya dianggap aman untuk dilayari.
12. Jasa Pandu adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
dalam memandu kendaraan yang lewat di alur pelayaran sesuai kebutuhan; 13. Usaha Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan usaha angkutan untuk
umum dengan memungut bayaran yang diselenggarakan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan dengan menggunakan kapal sungai dan danau;
14. Izin Usaha Angkutan Sungai dan Danau adalah izin untuk melakukan usaha
angkutan orang, barang dan/atau hewan di sungai dan danau; 15. Trayek Angkutan Sungai dan Danau yang selanjutnya disebut Trayek adalah
lintasan untuk pelayanan jasa angkutan umum sangia dan danau yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal;
7
16. Rambu adalah tanda-tanda dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan / atau perpaduan diantaranya, yang dapat berupa sinar, yang digunakan untuk memberikan larangan, kewajiban, peringatan dan petunjuk / penuntun bagi pemakai alur pelayaran daratan dan penyeberangan, untuk kepentingan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
17. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau tunda termasuk ponton / tongkang dan kendaraan yang berdaya dukung dinamis di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
18. Berdaharawan Khusus Penerima atau dengan sebutan lain adalah mereka yang
diberi tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk menerima, menyimpan, membukukan dan menyetor pendapatan daerah ke Kas Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
19. Petugas Pemungut adalah mereka yang diangkat / ditunjuk untuk membantu
pelaksanaan tugas Bendaharawan Khusus Penerima yang personilnya dari Pegawai Dinas Perhubungan atau Kantor Kecamatan setempat, dengan tugas menerima, menyimpan, membukukan dan menyetorkan uang Pendapatan Daerah kepada Bendaharawan Khusus Penerima.
20. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi sesuai
dengan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku. 21. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komonditer, Perseroan lainnya, Badan Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan Firma, Kongsi, Koperasi, yayasan atau bentuk usaha tetap serta badan uasaha lainnya.
22. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian ziin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, peraturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
8
23. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi di wajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
24. Surat Ketetapan Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat SKORD
adalah Surat yang digunakan wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan kewajiban retribusi untuk melaporkan dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut Perundang-undang Retribusi daerah.
25. Surat Ketetapan Retribusi Deaerah yang selanjtnya disingkat SKRD adalah
Surat Ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya
disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjtnya disingkat
SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi terutang atau tidak seharusnya terhutang.
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD atau
dokumen yang dipersamakan adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
29. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan keberatan terhadap
SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
30. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.
9
31. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAM SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Dermaga, Jasa pandu, Izin Usaha Angkutan Sungai dan Danau dan Izin Trayek Angkutan Sungai dan Danau di pungut retribusi atas pelayanan jasa tersebut, termasuk penggunaan alur sungai untuk angkutan khusus.
Pasal 3 Objek Retribusi adalah penggunaan dermaga, jasa pandu, pemberian izin usaha angkutan sungai dan danau, dan pemberian izin trayek angkutan sungai dan danau termasuk penggunaan alur sungai untuk angkutan khusus.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh layanan atas penggunaan dermaga, jasa pandu, izin usaha dan izin trayek termasuk yang menggunakan alur sungai untuk angkutan khusus.
Pasal 5
(1) Izin usaha dan izin trayek angkutan sungai dan danau wajib dipenuhi oleh setiap kapal yang melakukan angkutan orang dan atau barang dengan rute tetap dan teratur maupun bersifat insidentil.
(2) Prosedur, persyaratan dan tata cara penerbitan izin usaha dan izin trayek angkutan sungai dan danau lebih lanjut diatur dengan Keputusan Kepala Dinas Perhubungan dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
BAB III GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
(1) Retribusi Dermaga pengunaan alur sungai untuk angkutan khusus
digolongkan sebagai jasa umum. (2) Retribusi izin usaha angkutan sungai dan danau digolongkan sebagai
retribusi perizinan tertentu. (3) Retribusi izin trayek angkutan sungai dan danau digolongkan sebagai
retribusi perizinan tertentu. (4) Retribusi Dermaga, jasa pandu dan alur sungai untuk angkutan khusus
digolongkan sebagai jasa usaha.
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis dan lama pemakaian kawasan dermaga, prekuensi penggunaan pandu, tonase penggunaan alur dan jenis GT mesin kapal.
BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8 Prinsip dan sasaran dalam penetapan sturuktur dan besarnya tarif retribusi adalah untuk menutupi biaya penyelenggaraan dermaga, pemanduan, perambuan, dan penyelenggaraan perizinan dan untuk pembinaan ketertiban lalu lintas angkutan sungai dan danau, serta dalam rangka meningkatkan PAD.
11
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA
TARIF RETRIBUSI
Pasal 9
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis penyediaan jasa yang dipakai oleh wajib retribusi yang terdiri dari jasa dermaga, pandu termasuk alur sungai dan jasa perizinan usaha dan trayek sungai yang disesuaikan diberikan.
(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi jasa dermaga, pandu sungai termasuk alur sungai, izin usaha dan izin trayek angkutan sungai dipungut dalam wilayah daerah.
BAB VIII TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 11
(1) Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan dan SKRDKT.
12
BAB IX SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus) ditiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB X TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
sejak diterbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.
BAB XI TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Penagihan Retribusi menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan SKRDKBT.
(2) Retribusi yang terhutang ditagih dengan menggunakan STRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
13
BAB XII K E B E R A T A N
Pasal 15
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai
alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas Ketetapan retribusi,
Wajib Retribusi harus dengan membuktikan ketidakbenaran Retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas)
hari sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SRDLB diterbitkan, kecuali bila wajib retribusi tertentu dapat mengajukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 16
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, meni\olak, atau menambah besarnya retribusi yang terhutang.
14
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan
Bupati tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 17
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati
tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai uang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimanan dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaskud pada
ayat (1) dilakukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannnya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilaksanakan setelah
lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, Bupati memberikan imbalan bungan sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
15
Pasal 18
(1) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. Nama dan alamat wajib retribusi. b. Masa retribusi c. Besarnya kelebihan pembayaran d. Alasan yang singkat dan jelas
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan
secara langsung atau melalui Pos Tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman Pos tercatat
merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. (4) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dengan cara
menerbitkan Surat Keputusan Pajak / Retribusi (SKP / SKR). (5) Apabila kelebihan pengembalian pembayaran retribusi diperhitungkan dengan
utang retribusi lainnya.
BAB XIV KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 19
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak saat terhutangnnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kadaluarsa penagihan retibusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh
apabila :
a. Diterbitkan / Surat Teguran ; atau b. Adanya pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
16
BAB XV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha di perairan daratan
dilakukan oleh Kepala Dinas Perhubungan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini meliputi pembinaan iklim usaha angkutan dan sarana usaha angkutan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini dilakukan
terhadap dipenuhinya ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnnya.
BAB XVI KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal Pasal 5 ayat (1) 7 Peraturan daerah ini,
diancam pidana kurungan paling lama 3 ( tiga ) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.5.000.000,-
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini adalah pelanggaran.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disetorkan ke Kas
Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah.
17
BAB XVII P E N Y I D I K A N
Pasal 22
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah atau retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Dearah dan Retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi ;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana bidang perpajakan dan Retribusi;
e. Melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanan dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud pada huruf e ;
18
h. Memotret sesorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi ;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;
j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab;
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
B A B XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 24 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Pendaratan Kapal dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini lebih lanjut ditetapkan
dengan Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
19
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Ditetapkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005
BUPATI HULU SUNGAI UTARA,
Cap. TTD.
H. FAKHRUDDIN
Diundangkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
HULU SUNGAI UTARA,
Cap. TTD
H. RISNADI BAHARUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 38 SERI C NOMOR SERI 16.
20
Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 23 Tahun 2005
TARIF RETRIBUSI DERMAGA, JASA PANDU, ALUR SUNGAI DAN IZIN TRAYEK ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
A. DERMAGA 1. Pemakaian Tanah dan bangunan Di areal Dermaga dikenakan tariff Rp.500,- s/d Rp.1.000,-//M2/hari. 2. Tarif Sandar Kapal :
a.
b.
c.
d. e. f. g. h. i.
Kapal Motor yang berkapasitas Kurang dari 5 Ton………… Kapal Motor / Klotok yang berkapasitas s/d 10 Ton……… Kapal Motor / Klotok yang berkapasitas 10 s/d 50 Ton Motor Boat / Truk Air ………… Loang Boat…………………….. Speed Boat ……………………. Kapal Tarik Rakit kayu………… Motor Boat / Bis Air……………. Kapal gandengan/Perahu Tiung Kapasitas muatan kurang dari 100 ton…………………….
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
500,-
1.000,-
1.500,- 1.500,- 1.500,- 1.500,- 2.000.- 2.000,-
2.500,-
j. k. l.
Kapal Tangker (LCT)………….. Kapal gandengan Kapasitas Muatan 100 ton keatas………… Kapal Tongkang Muatan batu bara……………………….
Rp. Rp. Rp.
5.000,-
5.000,-
10.000,-
21
3. Tarif keluar masuk kawasan dermaga :
a. b.
c. d.
e.
f.
g.
Kendaraan golongan 2 (A) sepeda motor……………… Kendaraan golongan 2 (B), roda 3…………………… Kendaraan golongan 3, jeep/sedan/ pick up/St.Wagon. Kendaraan golongan 4, Mini Bus / Truck Biasa…………. Kendaraan golongan 5, Bus besar /truk besar / truk tengki….. Kendaraan golongan 6 A, Drum Truk / Trailer………… Kendaraan golongan 6 B, Alat berat / Tronton/Tractor…….
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
500,-
500,-
1.000,-
500,-
2.000,-
12.000,-
15.000,-
5. Tarif penumpukan barang / hewan di kawasan dermaga :
a. b. c. d. e. f.
Barang campuran / Kolly/Ton dst. Semen,beras,pupuk,guladll/zak… Kuda,sapi,kerbau/ekor………….. Kambing,rusa,domba/ekor…….. Ayam,unggas,itik dlll/ekor……. Mesin,sepeda motor/unit……….
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
200,-s/d1.000,- 100,-
1.000,- 500,- 100,-
1.000,-
6. Tarif calon penumpang / pengantar :
Penerimaan hasil jasa dermaga / pelabuhan Bagi calon penumpang / pengantar/penjemput / orang…..
Rp.
100,-
22
B. PANDU : a. Kapal Pedalaman dikenakan tarif
abonemen 6 (enam) bulan………….
b. Kapal Laut untuk 1 (satu) kali pergi
/ pulang Berlayar dari daerah Bandar ke Daerah / hulu dan sebaliknya dikenakan tarif……………
c. Untuk abonemen 6 (enam)
bulan….. d. Buku Rambu Sungai ………
Rp. Rp. Rp. Rp.
250,- /M3 (isi kotor) 50,-/ M3 (isi kotor) 500,-/ M3 (Isi kotor) 10.000,- / Buku
C. PELAYANAN KESELAMATAN dan KETERTIBAN
PEMAKAIAN : Ponton (Tongkang) :
a. b. c. d. e. f. h. h.
- 05 ton x s/d 10 ton x s/d 50 ton x s/d 100 ton x s/d 500 ton x s/d 1.000 ton x s/d 5.000 ton x s/d 10.000 ton x
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
500,-/ton 500,-/ton 500,-/ton 300,-/ton 200,-/ton 150,-/ton 75,-/ton 50,-/ton
R a k i t :
1. Panjang x Lebar x Rp. 100,-/M2 2. Rakit Karet………………………… Rp. 500,-/ton 3. Rakit Purun………………………… Rp. 50,-/ikat 4. Rakit Bambu………………………… Rp. 25,-/batang 5. Rakit Kayu Serkal………………… Rp. 50,-/M3
23
D. IZIN TRAYEK ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU : 1. Izin Trayek Angkutan Orang, Kapal dengan isi kotor :
a). GT. 01 s/d GT 06, sebesar Rp. 65.000,-/tahun. b). GT. 07 s/d GT 15, sebesar Rp. 95.000, /tahun. c). GT. 16 s/d GT 25, sebesar Rp.110.000,/tahun. d). GT. 26 s/d GT 50, sebesar Rp.125.000,/tahun. e). GT. 51 atau lebih, sebesar Rp.150.000,/tahun. g). Motor Tempel , sebesar Rp. 75.000,/tahun.
2). Perpanjangan izin trayek angkutan orang, Kapal dengan isi kotor :
a). GT. 01 s/d GT 06, sebesar Rp.15.000,- /tahun. b). GT. 07 s/d GT 15, sebesar Rp.25.000,- /tahun. c). GT. 16 s/d GT 25, sebesar Rp.35.000,- /tahun. d). GT. 26 s/d GT 50, sebesar Rp.40.000,- /tahun. e). GT. 51 atau lebih, sebesar Rp.50.000,- /tahun. g). Motor Tempel , sebesar Rp.30.000,- /tahun.
3) Perubahan izin trayek, Kapal dengan isi kotor :
a). GT. 01 s/d GT 06, sebesar Rp. 50.000,/tahun. b). GT. 07 s/d GT 15, sebesar Rp. 65.000,/tahun. c). GT. 16 s/d GT 25, sebesar Rp. 90.000,/tahun. d). GT. 26 s/d GT 50, sebesar Rp.115.000,/tahun. e). GT. 51 atau lebih, sebesar Rp.125.000,/tahun. g). Motor Tempel , sebesar Rp. 65.000,/tahun.
4) Izin Trayek Angkutan Barang, Kapal dengan isi kotor :
a). GT. 01 s/d GT 06, sebesar Rp. 15.000,/tahun. b). GT. 07 s/d GT 15, sebesar Rp. 20.000,/tahun. c). GT. 16 s/d GT 25, sebesar Rp. 25.000,/tahun. d). GT. 26 s/d GT 50, sebesar Rp. 30.000,/tahun. e). GT. 51 atau lebih, sebesar Rp. 35.000,/tahun.
5) Izin Angkutan Khusus, untuk Kapal dengan isi kotor : a). GT. 01 s/d GT 06, sebesar Rp. 15.000,/tahun. b). GT. 07 s/d GT 15, sebesar Rp. 20.000,/tahun. c). GT. 16 s/d GT 25, sebesar Rp. 30.000,/tahun.
24
d). GT. 26 s/d GT 50, sebesar Rp. 35.000,/tahun. e). GT. 51 atau lebih, sebesar Rp. 40.000,/tahun.
6) Izin Khusus Non Trayek :
1. Speed Boat mini 40 PK Baru/perpanjangan……………… Rp. 150.000,-/20.000,-
2. Speed Boat 85 PK s/d 200 Pk Baru/perpanjangan……………… Rp. 250.000,-/50.000,-
3. Klotok dibawah GT.7 Baru/perpanjangan……………… Rp. 250.000,-/40.000,-
4. Kapal Daging Keliling Baru/perpanjangan……………… Rp. 100.000,-/30.000,-
7. Izin Kapal Angkutan Barang Khusus :
1. Tug Boat Baru/perpanjangan Rp. 100.000,/ 75.000,-
2. Leading Ship Tangker (LCT) Baru/perpanjangan……………… Rp. 150.000,-/100.000,-
3. Perahu Tiung Baru/perpanjangan……………… Rp. 75.000,-/60.000,-
4. Tongkang besi tanpa mesin diatas GT.7 Baru/perpanjangan……………… Rp. 100.000,-/75.000,-
5. Motor Boat / Truk Air Baru/perpanjangan……………… Rp. 60.000,-/40.000,-
6. Kapal Dagang Baru/perpanjangan……………… Rp. 60.000,-/40.000,-
(PH ASDP 17) PENERIMAAN HASIL IZIN BERLAYAR UNTUK SATU KALI BERLAYAR :
1. Kapal Layar………… Rp 50.000,- 2. Tug Boat………….… Rp 5.000,- 3. Bis Air / Truk Air Rp 3.000,- 4. Speed Boat……………Rp 3.000,-
25
5. Tangkalasa……….… Rp 2.500,- 6. Loang Boat…….…… Rp 3.000,- 7. Motor Getek…… Rp 1.500,- (PH ASDP 22) PENERIMAAN HASIL IZIN TAMBAT / LABUH DI LUAR
AREAL DERMAGA. Izin Tambat / Labuh Rp. 250.000,- /tahun (PH ASDP 24) PENERIMAAN HASIL IZIN MENDIDRIKAN GALANGAN
KAPAL : Izin Mendirikan galangan kapal Rp.300.000,-/2 tahun Izin Mendirikan galangan klotok Rp.200.000,-/2 tahun Izin Mendirikan galangan cis/perahuRp.100.000,-/2 tahun E. IZIN USAHA ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
Baru ( termasuk registrasi tahun pertama )……. Rp. 40.000,-; Perpanjangan/Registrasi pertahun …………….. Rp. 20.000,-
BUPATI HULU SUNGAI UTARA
Cap. TTD.
H. FAKHRUDDIN