lembaran daerah kota dumai nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. pengelolaan air...

39
KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 Tahun 2007 Seri : B Nomor 06 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa Untuk memanfaatkan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan perlu diatur pengelolaannnya berdasarkan azaz fungsi, nilai ekonomis pemanfaatan keseimbangan dan serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan; b. bahwa hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/ MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah, yang menyatakan setiap kegiatan ekplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan dan pengambilan air tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Bupati/Walikota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan; 535

Upload: others

Post on 29-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAHKOTA DUMAI

Nomor : 22 Tahun 2007 Seri : B Nomor 06

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 22 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa Untuk memanfaatkan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan perlu diatur pengelolaannnya berdasarkan azaz fungsi, nilai ekonomis pemanfaatan keseimbangan dan serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan;

b. bahwa hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah, yang menyatakan setiap kegiatan ekplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan dan pengambilan air tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Bupati/Walikota;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan;

535

Ayat (4) Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban Perpajakannya

sebagaimana dimaksud dalam Ayat ini yaitu dengan ditemukannya data baru dan atau semula belum terungkap yang berasal dari pemeriksaan sehingga Pajak yang terutang bertambah, maka Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah keterangan Pajak sanksi administrasi ini tidak dikenakan Pajak apabila Wajib Pajak melaporkannya sebelum diadakan tindakan Pemeriksaan.

Ayat (5) s.d (7) Cukup jelas

Pasal 12 Ayat (1) s.d (7) Cukup jelas.

Pasal 13 Ayat (1) dan (2) Cukup jelas.

Pasal 14 Ayat (1) s.d (3) Cukup jelas.

Pasal 15 Ayat (1) dan (2) Dasar Hukum Penagihan dengan Surat Paksa berdasarkan kepada

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686)

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17 Cukup jelas.

530

Page 2: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denganUndang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang –undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

4. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489);

6. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548;

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9 Ayat (1) s.d (4) Cukup jelas

Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Ayat ini mengatur tentang pengenaan Pajak yaitu ditetapkan oleh

Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Dalam Ayat ini mengatur tentang Penerbitan Surat Ketetapan

Pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak ditujukan kepada Wajib Pajak

tertentu yang disebabkan oleh tidak kebenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Ayat (3) huruf a dan b Cukup jelas

Ayat (3) huruf c

Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara Jabatan adalah Penetapan besarnya Pajak yang terutang dilakukan oleh Walikota atau Pejabat Lain yang ditunjuk berdasarkan Data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki, dengan mengenakan sanksi administrasi berupa bunga.

529

Page 3: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air ( lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3225);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4239);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Tambahan;

537

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Ayat (1) s.d (4) Cukup jelas.

Pasal 3 Ayat (1) dan (2) Cukup jelas.

Pasal 4 Ayat (1) s.d (3) Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa

seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dimungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka proses pemungutan pajak, antara lain ;

Percetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak atau perhimpunan data obyek dan subyek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak dan penagihan pajak.

Ayat (2) dan (3) Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

528

Page 4: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

16. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah;

17. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota dumai (lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2001 Nomor 26 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAIdan

WALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH DAN AIR PERMUKAAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kota Dumai.2. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kota Dumai.3. Walikota adalah Walikota Dumai.4. Unit Kerja adalah Unit Kerja yang Mengelola Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan. 5. Kas Daerah adalah Kas Derah Kota Dumai.6. Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa dan pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

538

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 21 TAHUN 2007

TENTANG

PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

I. UMUM

Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata, luas, dinamis dan bertanggung jawab sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang petunjuk pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah telah ditetapkan bahwa jenis Pajak Daerah Tingkat II adalah sebagai berikut :

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000 Tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C (Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000) dinyatakan tidak berlaku.

Page 5: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

7. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang tertuang.

8. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

9. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi persero terbatas, persero comanditer, persero lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya

10. Asosiasi adalah asosiasi perusahaan pengeboran air bawah tanah dan Air Permukaan atau asosiasi juru bor air bawah tanah dan Air Permukaan yang telah dapat akreditasi dari Lembaga Pengeboran Jasa Kontruksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000.

11. Badan Usaha adalah lembaga swasta atau pemerintah yang salah satu kegiatannya melaksanakan usaha di bidang air bawah tanah.

12. Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah adalah Badan Usaha yang sudah mendapat izin untuk bergerak dalam bidang Pengeboran Air Bawah tanah.

13. Air Bawah Tanah adalah Semua Air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah tanah termasuk mata air yang muncul secara alamiah diatas tanah.

14. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah yaitu sungai , danau, waduk, rawa, irigasi dan air laut yang berada di darat.

15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi, pengaturan, pemanfaatan, perizinan, pengawasan, pembinaan, dan pengendalian serta konservasi air bawah tanah.

16. Hak guna air bawah tanah adalah hak untuk memperoleh, menggunakan dan memelihara air bawah tanah untuk keperluan tertentu.

17. Eksplorasi air bawah tanah adalah penyelidikan air bawah tanah detail untuk menetapkan lebih teliti / seksama tentang sebaran karekteristik sumber air tersebut.

539

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (Lembaran Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap Orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumaipada tanggal 10 Desember 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.S

Diundangkan di Dumaipada tanggal 11 Desember 2007SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda, NIP.01005541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 06 SERI A

Page 6: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(3) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal 4, dengan dasar pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 4.

BAB VSURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 7

(1) Setiap Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Pemilik/Pengusaha atau Kuasanya, selanjutnya disampaikan kepada Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

(3) Bentuk formulir dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB VITATA CARA PENETAPAN PAJAK DAN TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 8

(1) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terhutang.

Pasal 14

Setiap orang dan atau badan dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber daya air dan prasarananya serta dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan pencemaran air bawah tanah dan air permukaan.

BAB IXPERUNTUKAN PEMANFAATAN

Pasal 15

(1) Peruntukan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama diatas segala keperluan lain.

(2) Urutan prioritas peruntukan air bawah tanah dan air permukaan adalah sebagai berikut :

a. Air minum (non komersial); b. Air untuk rumah tangga (bukan Usaha); c. Air untuk peternakan dan pertanian sederhana; d. Air untuk industri; e. Air untuk irigasi; f. Air untuk pertambangan; g. Air untuk usaha perkotaan; h. Air untuk keperluan lainnya yang bersifat komersial. (3) Urutan pr ior i tas peruntuk an air bawah tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berubah dengan memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat.

BAB XPERIZINAN

Bagian Kesatu Izin dan Jenis Izin

Pasal 16

(1) Setiap kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan,pengambilan air bawah tanah dan air permukaan hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin.

Page 7: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Izin Eksplorasi Air bawah Tanah; b. Izin Pengeboran (SIP) dan Izin Pengambilan Air Bawah

tanah (SIPA); c. Izin Penurapan (SIP) dan Izin Pemanfaatan Mata Air/ Air

Permukaan (SIPMA); d. Izin Perusahaan Pengobaran Air Bawah Tanah

(SIPPAT); e. Izin Juru Bor Air Bawah Tanah (SIJB).

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan di tetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 17

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 2, dikecualikan/ tidak diperlukan Bagi :

a. Keperluan penelitian oleh Instansi/Badan/Lembaga Pemerintah Pusat dan daerah yang telah melaporkan kegiatannya kepada Unit Kerja;

b. Keperluan air minum dan rumah tangga dalam batas-batas ketentuan yang meliputi :

1. Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan dengan menggunakan tenaga manusia;

2. Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk rumah tangga (non komersial) bagi kebutuhan kurang dari 100 (seratus) meter kubik sebulan dengan tidak menggunakan distribusi secara terpusat dan batasan diameter pipa pada sumur bor(cassing) kurang dari 2 (dua) inci atau 5 (lima) cm, serta tidak berada dalam wilayah atau lokasi industri.

c. Keperluan Sosial dan rumah ibadah; d. Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk

keperluan pertanian rakyat yang berada dalam sistem irigasi air;

e. Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan oleh Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Milik Negara yang khususnya didirikan untuk menyelenggarakan usaha eksploitasi dan pemeliharaan pengairan serta mengusahakan air dan sumber-sumber air.

Pasal 3

(1) Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengambil Bahan Galian Golongan C.

(2) Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan pengambilan Bahan Galian Golongan C.

BAB IIIDASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK

Pasal 4

(1) Dasar pengenaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Bahan Galian Golongan C.

(2) Nilai Jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis Bahan Galian Golongan C.

(3) Nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis Bahan Galian Golongan C diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 5

Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkan sebesar 20% (Dua puluh persen).

BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN, MASA PAJAK, DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 6

(1) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang terutang dipungut dalam wilayah Kota Dumai.

(2) Masa Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah 1 (satu) bulan takwim setelah pembayaran kepada Hotel dilakukan.

513

Page 8: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(2) Penetapan jaringan sumur pantau dalam satu cekungan air bawah tanah dan air permukaan dilakukan oleh Walikota.

(3) Setiap pemegang Pengambilan izin air bawah tanah dan air permukaan wajib melaksanakan konservasi air bawah tanah dan air permukaan sesuai dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam tata ruang wilayah serta wajib menjaga kualitas air bawah tanah dan air permukaan serta mengendalikan pencemaran air bawah tanah dan air permukaan.

(4) Pengelolaan kualitas air bawah tanah dan air permukaan serta pengendalian pencemaran air bawah tanah dan air permukaan ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air bawah tanah dan air permukaan yang ada pada sumber-sumber air.

(5) Pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.

(6) Pengendalian pencemaran air bawah tanah dan air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilakukan dengan cara mencegah masuknya air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.

Pasal 13

(1) Walikota sesuai dengan lingkup kewenangannya melakukan upaya konservasi air bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(2) Walikota dalam pengelolaan air bawah tanah bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan keberadaan air bawah tanah dan lingkungan sekitarnya.

(3) Setiap pemegang izin pengambilan air bawah tanah dan izin pengambilan mata air, wajib melaksanakan konservasi air bawah tanah sesuai dengan fungsi kawasan yang ditetapkan sesuai tata ruang wilayah yang bersangkutan.

Pasal 9

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terhutangnya Pajak, Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk dapat menerbitkan:

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dalam hal :

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, Pajak yang terutang tidak dilunasi atau kurang dibayar;

2. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam jangka waktu yang ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis, dan dikenakan sanksi sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat ) bulan yang dihitung sejak terutangnya pajak ;

3. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak di penuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat ) bulan yang dihitung sejak terutangnya pajak .

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak dikenakan, apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

Page 9: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(4) Pelaksanaan penentuan debit air bawah tanah dan penentuan debit penurapan mata air dilakukan oleh Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

(5) Penentuan debit pengambilan air bawah tanah berpedoman kepada Pedoman Teknis Penentuan Debit Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB VIIIKONSERVASI

Pasal 11

(1) Untuk mencegah terjadinya kerusakan air bawah tanah dan air permukaan, lingkungan keberadaannya dan lingkungan sekitarnya, serta untuk perlindungan dan pelestarian air bawah tanah, maka perlu dilakukan upaya konservasi air bawah tanah dan air permukaan.

(2) Konservasi air bawah tanah dan air permukaan bertumpu pada azas kemanfaatan, kesinambungan, ketersediaan dan kelestarian air bawah tanah, serta lingkungan keberadaannya.

(3) Pelaksanaan konservasi air bawah tanah dan air permukaan didasarkan pada :

a. Kajian identifikasi dan evaluasi cekungan air bawah tanah dan air permukaan;

b. Kajian kawasan imbuh (recharge area) dan lepasan (discharge area);

c. Perencanaan pemanfaatan; d. Informasi hasil pemantauan perubahan kondisi air

bawah tanah dan air permukaan.

Pasal 12

(1) Dalam upaya konservasi air bawah tanah dan air permukaan dilakukan pemantauan terhadap perubahan muka dan mutu air bawah tanah dan air permukaan untuk debit pengambilan lebih dari 50 liter/ detik dari suatu sumur produksi pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar serta memasang water meter pada jaringan dan atau pada titik penyebaran air bawah tanah dan air permukaan.

Pasal 10

(1) Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila:

a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;

c. wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

(2) Jumlah kekurangan Pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

(3) Surat Ketetapan Pajak Daerah yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan, dan ditagih melalui Surat Tagihan Pajak Daerah.

(4) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula yang belum terungkap yang menyebabkan penamabahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Pasal 11

(1) Pemungutan Pajak tidak dapat diborongkan.(2) Pajak dipungut berdasarkan ketetapan wajib pajak atau

dibayar sendiri oleh wajib pajak.(3) Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban membayar

pajaknya, dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau Dokumen Lain yang dipersamakan.

516

Page 10: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(4) Inventarisasi air bawah tanah berpedoman kepada Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB VIIPERENCANAAN PENDAYAGUNAAN

Pasal 8

Kegiatan perencanaan pendayagunaan air bawah tanah dan air permukaan dalam rangka pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan pada satuan wilayah cekungan air bawah tanah dan air permukaan.

Pasal 9

(1) Kegiatan perencanaan Pendayagunaan air bawah tanah dan air permukaan wajib dilaksanakan sebagai dasar pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan pada satuan wilayah cekungan air bawah tanah.

(2) Perencanaan pendayagunaan air bawah tanah dan air permukaan berpedoman kepada Pedoman Teknis Perencanaan Pendayagunaan Air Bawah Tanah yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 10

(1) Perencanaan pendayagunaan air bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, didasarkan pada hasil pengolahan dan evaluasi data inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).

(2) Perencanaan pendayagunaan air bawah tanah dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan dan perlindungan air bawah tanah di daerah dilaksanakan oleh Walikota dan lembaga masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pelaksanaan perencanaan pendayagunaan air bawah tanah yang berada dalam cekungan air bawah tanah yang melintasi wilayah Kota Dumai lakukan oleh Walikota.

548

BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Pembayaran dilakukan oleh wajib pajak di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk Walikota sesuai waktu yang ditentukan.

(2) Apabila Pembayaran Pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan Pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam.

(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus dilakukan sekaligus atau lunas dengan mempergunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

Pasal 13

(1) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(2) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.

(3) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

(4) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4), diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 14

(1) Setiap Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13, diberikan Tanda bukti Pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerimaan.

Page 11: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

BAB VIPENGELOLAAN

Pasal 6

Teknik pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan dilakukan melalui tahapan kegiatan :a. Inventarisasi;b. Perencanaan pendayagunaan;c. Konservasi;d. Peruntukane. Pemanfaatan;f. Perizinan;g. Pembinaan dan pengendalian;h. Pengawasan.

BAB VIINVENTARISASI

Pasal 7

(1) Kegiatan inventarisasi meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan penelitian, eksplorasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air bawah tanah mencangkup :

a. Sebaran cekungan air bawah tanah dan geometri akuifer;

b. Kawasan imbuh (recharge area) dan lepasan (discharge area);

c. Karakteristik akuifer dan potensi air bawah tanah; d. Pengambilan air bawah tanah; e. Data lain yang berkaitan dengan air bawah tanah.

(2) Semua data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah milik pemerintah yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

(3) Kegiatan inventarisasi air bawah tanah dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum dan Pemerintah dalam rangka penyusunan rencana atau pola induk pengembangan terpadu air bawah tanah dan pemanfaatannya.

(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran Buku Penerimaan dan Tanda Bukti Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB VIIITATA CARA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 15

(1) Surat teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam Jangka Waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.

(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikeluarkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Pajak yang terutang berdasarkan Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya, ditagih dengan Surat Paksa.

(5) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Surat Paksa diterbitkan segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.

Pasal 16

Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat yang ditunjuk segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

Page 12: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), meliputi :

a. Menetapk an petunjuk pemecahan berbagai permasalahan yang terkait dengan pendayagunaan dan pelestarian air bawah tanah dan air permukaan atau mata air pada cekungan air bawah tanah dan air permukaan;

b. Melakukan pembinaan dalam pengendalian dan pengawasan atas pengambilan serta penghimbuhan air bawah tanah dan air permukaan dalam rangka izin pengambilan air bawah tanah dan atau mata air sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. Pengumpulan dan pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan mata air sebagaimana sumber informasi air bawah tanah dan atau mata air Wilayah Dumai;

d. Menetapkan dan mengatur system jaringan sumur pantau dalam satu cekungan air bawah tanah dan air permukaan;

e. Pemberian persetujuan atau rekomendasi teknik untuk izin penelitian dan atau penyelidikan dan atau eksplorasi air bawah tanah dan air permukaan , izin pengeboran air bawah tanah dan air permukaan, izin penurapan mata air, izin pengambilan air bawah tanah dan air permukaan, dan izin pengambilan mata air pada wilayah cekungan air bawah tanah dan air permukaan;

f. Memberikan saran teknik untuk Surat Izin Pengeboran dan saran teknik untuk Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah dan air permukaan pada cekungan air bawah tanah dan air permukaan;

g. Memberikan saran teknik untuk Surat Izin Penurapan Mata Air dan saran teknik untuk Surat Izin Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan dari mata air pada cekungan air bawah tanah;

h. M e n e t a p k a n d a n m e m u n g u t Pa j a k D a e r a h Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan

Pasal 17

Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat yang ditunjuk mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.

Pasal 18

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.

Pasal 19

(1) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan jadwal waktu tindakan penagihan pajak yang menyimpang dari jadwal waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16, dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.

(2) Penagihan seketika dan sekaligus atas jumlah Pajak yang masih harus dibayar dilakukan oleh Pejabat dengan mengeluarkan surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan sekaligus.

(3) Terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk segera dilakukan tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa, Surat Perintah membayar Pajak dan permintaan penetapan tanggal serta tempat pelelangan, tanpa memperhatikan tenggang waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 20

Bentuk, jenis dan cara pengisian formulir yang dipergunakan untuk melaksanakan penagihan pajak diatur dengan Peraturan Walikota.

519

Page 13: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

BAB IVPENGELOLAAN

Pasal 4

(1) Kegiatan Inventarisasi meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, ekploitasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air bawah tanah dan air permukaan yang meliputi :

a. Sebaran cekungan air bawah tanah dan wilayah air permukaan;

b. Kawasan imbuh (recharge area) dan lepasan (discharge area);

c. Karakteristik akuifer dan potensi air bawah tanah serta air permukaan;

d. Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan; e. Data pengguna dan pemanfaatan air bawah tanah dan

air permukaan; f. Data besarnya kubikasi air bawah tanah dan air

permukaan yang digunakan/dimanfaatkan.(2) Kegiatan Inventarisasi air bawah tanah dan air permukaan

dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum dan pemerintah daerah dalam rangaka penyusunan rencana atau pola induk pengembangan terpadu pengambilan air bawah tanah dan air permukaan dilaksanakan oleh Unit Kerja.

(3) Inventarisasi air bawah tanah dan air permukaan dalam rangka pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan dilaksanakan oleh Unit Kerja.

BAB IVWEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

(1) Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan dilakukan oleh Walikota dan dilaksanakan oleh Unit Kerja Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Dumai.

545

BAB IXTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN, DAN

PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 21

(1) Walikota karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :

a. membetulkan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, atau Surat Tagihan Pajak Daerah yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan Per Undang-Undangan perpajakan Daerah;

b. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang menurut Peraturan Per Undang-undangan Perpajakan Daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya;

c. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.

(2) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XKEBERATAN DAN BANDING

Pasal 22

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu :

a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB.

520

Page 14: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(2) Teknik pengelolaan air bawah tanah berlandaskan pada satuan wilayah cekungan air bawah tanah dan satuan wilayah air permukaan.

(3) Hak atas air bawah tanah dan air permukaan adalah hak guna air.

(4) Hak Guna Air sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berupa hak guna uasaha air.

(5) Hak guna air diberikan dan akan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB IIIWILAYAH CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH

Pasal 3

(1) Walikota berwenang menetapkan Satuan Wilayah Cekungan Air Bawah Tanah dan air permukaan, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Unit Kerja.

(2) Pengelolaan cekunagn air bawah tanah dan air permukaan yang melintasi wilayah kabupaten lain yang berbatasan dengan wilayah kota Dumai didasarkan pada titik koordinat di kelola atas kesepakatan bersama masing-masing Walikota.

(3) Walikota apabila dianggap perlu dapat menentukan lokasi yang tertutup untuk kegiatan usaha pengambilan atau pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan pada wilayah cekungan air bawah tanah.

(4) Teknik pengelolaan air bawah tanah dan air permukaan dilakukan melalui tahapan kegiatan :

a. Inventarisasi; b. Perencanaan pendayagunaan; c. Konservasi; d. Peruntukan pemanfaatan; e. Perizinan; f. Pembinaan dan pengendalian; g. Pengawasan.

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDLB diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan Keberatan atas Ketetapan Pajak secara Jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran Ketetapan Pajak tersebut.

(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(5) Walikota atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diterima, harus memberi keputusan.

(6) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak terutang.

(7) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Walikota atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.

(8) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak menunda kewajiban membayar pajak.

Pasal 23

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Walikota.

(2) Permohonan diajukan dalam Bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dilampiri salinan dari Surat Keputusan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

521

Page 15: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

47. Izin Pengeboran air bawah tanah yang selanjutnya disingkat IP adalah izin melakukan pengeboran, penurupan dan pengaliran air bawah tanah.

48. Izin pengambilan air bawah tanah yang disingkat IPA adalah izin pengambilan dan atau penggunaan air bawah tanah yang berasal dari sumur bor, sumur pasak dan sumur gali.

49. Izin pengambilan mata air yang selanjutnya disingkat IPMA izin pengambilan air bawah tanah yang berasal dari lapisan equifer.

50. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan serta penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.

51. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan komponen Lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari rencana usaha dan atau kegiatan.

52. Upaya Pengeloaa Lingkungan (UKL) adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan atau kegiatan.

53. Prosedur adalah tahapan mekanisme yang harus di lalui dan diikuti untuk melakukan kegiatan di bidang air bawah tanah dan air permukaaan.

BAB IIASAS LANDASAN

Pasal 2

(1) Pengelolaan air bawah tanah didasarkan atas asas-asas : a. Fungsi sosial dan nilai ekonomi; b. Kemanfaatan umum; c. Keterpaduan dan keserasian; d. Keseimbangan; e. Kelestarian; f. Keadilan; g. Kemandirian; h. Transparansi dan akuntabilitasi publik.

543

Pasal 24

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 atau banding sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB XIKADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 25

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah.

(2) Kadaluarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh apabila :

a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa; atau b. ada pengakuan hutang pajak dari wajib pajak baik

langsung maupun tidak langsung.

Pasal 26

Pedoman tata cara penghapusan pajak yang kadaluarsa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB XIVBIAYA PEMUNGUTAN

Bagian PertamaUmum

Pasal 27

(1) Dalam rangka kegiatan pemungutan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C diberikan biaya pemungutan diatur berdasarkan Peraturan Walikota.

522

Page 16: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

37. Izin Perusahaan Pengeboran Air bawah tanah (SIPPAT) adalah Izin atau kuasa yang diberikan kepada orang perseorangan, bidang usaha nasional baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum dan badan usaha asing di sertai dengan kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh pemegang izin dalam menjalankan kegiatannya.

38. Sumur Bor adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan cara pengeboran dan kostruksi dengan pipa bergaris tengah lebih dari dua inci (Lebih Kurang 5 Cm).

39. Sumur pasak adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan cara pengorbanan dan dikonstruksi dengan pipa bergaris tengah maksimum dua inci (lebih kurang 5 Cm).

40. Sumur imbuhan adalah sumur yang digunakan untuk usaha penambahan cadangan air bawah tanah dengan cara memasukan air kedalam lapisan pembawa air (equifer).

41. Penurupan mata air ialah kegiatan mengubah bentuk alamiah mata air berupa upaya mempertinggi permukaan mata air, penampungan dan atau penimbaan yang dialirkan sesuai dengan keperluaan.

42. Meter air adalah alat ukur untuk mengetahui volume pengambilan air yang telah ditera atau dikali brasi oleh instansi yang berwenang.

43. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah.

44. Zona pengambilan air bawah tanah adalah wilayah pengambilan air bawah tanah dikaitkan dengan daya dukung alamnya dan potensi ketersediaan air bawah tanah setempat.

45. Akreditasi adalah pengakuan atas kelayakan peralatan pengorbanan yang telah memenuhi persyaratan teknis sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

46. Izin usaha pengeboran air bawah tanah yang selanjutnya yang disingkat IUPAT adalah izin melakukan kegiatan usaha pengeboran bawah tanah oleh setiap badan atau

(2) Biaya Pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untuk membiayai kegiatan penghimpunan data objek dan subjek pajak, penagihan dan pengawasan.

(3) Biaya pemungutan ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari Realisasi Penerimaan Pajak, yang akan dirinci dalam alokasi biaya pemungutan.

Bagian KeduaPelaksanaan

Pasal 28

Alokasi biaya pemungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XVPENYIDIKAN

Pasal 29

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Acara Hukum Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

Page 17: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

27. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tegaknya peraturan perundang-undangan pengelolaan air bawah tanah dan Air Permukaan.

28. Persyaratan teknik adalah ketentuan teknik yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan di bidang air bawah tanah dan air permukaan.

29. Pendayagunaan air bawah tanah dan air permukaan adalah pemanfaatan air bawah tanah dan air permulkaan secara optimal dan berkelanjutan.

30. Prosedur adalah tahapan dan mekasnisme yang harus dilalui dan diikuti untuk melakukan kegiatan di bidang air bawah tanah dan Air Permukaan.

31. Pedoman adalah acuan di bidang air bawah tanah dan air permukaan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.

32. Sumur pantau adalah sumur yang dibuat untuk memantau muka dan atau mutu air bawah tanah dan air permukaan dari lapisan akuifer tertentu.

33. Jaringan sumur pantau adalah kumpulan sumur pantau yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantau terhadap air bawah tanah pada suatu cekungan air bawah tanah dan air permukaan .

34. Izin Eksplorasi Air Bawah Tanah adalah Izin atau kuasa untuk melakukan eksplorasi air baewah tanah sehingga di peroleh data dan informasi bagi perencanaan pengambilan air bawah tanah.

35. Izin Pengeboran (SIP) dan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah (SIPA) adalah Izin atau kuasa melakukan pengeboran dan pengambilan air Bawah Tanah untuk keperluan sesuai peruntukan pemanfaatan dan ketersediaanya serta tidak mengganggu dan keseimbangan Air bawah tanah dan lingkungan sekitarnya.

36. Izin Penurapan (SIP) dan Izin Pemanfaatan Mata Air/Air permukaan (SIPMA) adalah izin atau kuasa dalam pengaturan debit pengambilan air permukaan dan sesuai dengan ketersediaanya serta tidak menggangggu keseimbangan sumber daya air dan lingkungan sekitarnya.

541

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2);

h. memotret seseorang dengan kaitan tindak pidana perpajakan daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), m e m b e r i t a h u k a n d i m u l a i nya p e ny i d i k a n d a n menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik/Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVIKETENTUAN PIDANA

Pasal 30

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang.

Page 18: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

18. Cekungan air bawah tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batuan-batuan dimana semua kejadian hidrogeologi proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air bawah tanah berlangsung.

19. Hidrogeologi adalah Ilmu yang mempelajari mengenai air bawah tanah yang berkaitan dengan cara terdapat, penyebaran, pengaliran, potensi dan sifat kimia air bawah tanah.

20. Aquifer atau lapisan pembawa air adalah lapisan batuan didawah permukaan tanah jenuh air yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah yang cukup dan mempunyai nilai ekonomis.

21. Pengambilan air bawah tanah dan Air Permukaan adalah setiap kegiatan pengambilan air bawah tanah dan air permukaan yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran, atau dengan cara membuat bangunan penurap lainnya, untuk dimanfaatkan airnya dan atau tujuan lain.

22. Inventarisasi air bawah tanah dan Air Permukaan adalah kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, ekplorasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air bawah tanah.

23. Konservasi air bawah tanah dan Air permukaan adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara bijkasana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara serta mempertahankan mutunya.

24. Pencemaran air bawah tanah dan Air Permukaan adalah masuknya atau dimasukkannya unsur, zat, komponen fisika, kimia, atau biologi kedalam air bawah tanah oleh kegiatan manusia atau oleh proses alami yang mengakibatkan mutu air bawah tanah turun kesampai tingkat tertentu sehingga tidak lagi sesuai dengan peruntukannya.

25. Pembinaan adalah segala usaha yang mencangkup pemberian pengarahan, petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan pengelolaan air bawah tanah dan air Permukaan.

26. Pengendalian adalah segala usaha yang mencangkup kegiatan pengaturan, penelitian dan pemantauan pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana demi menjaga

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.

Pasal 31

Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya Pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya bagian tahun Pajak yang bersangkutan.

BAB XVIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 32

(1) Dalam rangka mendorong perkembangan pendapatan daerah Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan kerjasama dengan asosiasi pelaku usaha.

(2) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan penghargaan kepada Wajib Pajak yang berprestasi dalam membayar pajak.

(3) Bentuk kerjasama dan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Walikota.

525

Page 19: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

7. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang tertuang.

8. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

9. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi persero terbatas, persero comanditer, persero lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya

10. Asosiasi adalah asosiasi perusahaan pengeboran air bawah tanah dan Air Permukaan atau asosiasi juru bor air bawah tanah dan Air Permukaan yang telah dapat akreditasi dari Lembaga Pengeboran Jasa Kontruksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000.

11. Badan Usaha adalah lembaga swasta atau pemerintah yang salah satu kegiatannya melaksanakan usaha di bidang air bawah tanah.

12. Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah adalah Badan Usaha yang sudah mendapat izin untuk bergerak dalam bidang Pengeboran Air Bawah tanah.

13. Air Bawah Tanah adalah Semua Air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah tanah termasuk mata air yang muncul secara alamiah diatas tanah.

14. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah yaitu sungai , danau, waduk, rawa, irigasi dan air laut yang berada di darat.

15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi, pengaturan, pemanfaatan, perizinan, pengawasan, pembinaan, dan pengendalian serta konservasi air bawah tanah.

16. Hak guna air bawah tanah adalah hak untuk memperoleh, menggunakan dan memelihara air bawah tanah untuk keperluan tertentu.

17. Eksplorasi air bawah tanah adalah penyelidikan air bawah tanah detail untuk menetapkan lebih teliti / seksama tentang sebaran karekteristik sumber air tersebut.

539

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (Lembaran Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap Orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumaipada tanggal 10 Desember 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.S

Diundangkan di Dumaipada tanggal 11 Desember 2007SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda, NIP.01005541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 06 SERI A

Page 20: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

16. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah;

17. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota dumai (lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2001 Nomor 26 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAIdan

WALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH DAN AIR PERMUKAAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kota Dumai.2. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kota Dumai.3. Walikota adalah Walikota Dumai.4. Unit Kerja adalah Unit Kerja yang Mengelola Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan. 5. Kas Daerah adalah Kas Derah Kota Dumai.6. Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa dan pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

538

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 21 TAHUN 2007

TENTANG

PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

I. UMUM

Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata, luas, dinamis dan bertanggung jawab sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang petunjuk pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah telah ditetapkan bahwa jenis Pajak Daerah Tingkat II adalah sebagai berikut :

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000 Tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C (Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2000) dinyatakan tidak berlaku.

Page 21: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air ( lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3225);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4239);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Tambahan;

537

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Ayat (1) s.d (4) Cukup jelas.

Pasal 3 Ayat (1) dan (2) Cukup jelas.

Pasal 4 Ayat (1) s.d (3) Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa

seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dimungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka proses pemungutan pajak, antara lain ;

Percetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak atau perhimpunan data obyek dan subyek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak dan penagihan pajak.

Ayat (2) dan (3) Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

528

Page 22: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denganUndang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang –undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

4. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489);

6. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548;

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9 Ayat (1) s.d (4) Cukup jelas

Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Ayat ini mengatur tentang pengenaan Pajak yaitu ditetapkan oleh

Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Dalam Ayat ini mengatur tentang Penerbitan Surat Ketetapan

Pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak ditujukan kepada Wajib Pajak

tertentu yang disebabkan oleh tidak kebenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Ayat (3) huruf a dan b Cukup jelas

Ayat (3) huruf c

Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara Jabatan adalah Penetapan besarnya Pajak yang terutang dilakukan oleh Walikota atau Pejabat Lain yang ditunjuk berdasarkan Data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki, dengan mengenakan sanksi administrasi berupa bunga.

529

Page 23: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

(2) Walikota dapat memberikan pembebasan izin serta kewajiban-kewajiban lainnya terhadap kegiatan pengambilan air bawah tanah dan air permukaan atas dasar pertimbangan untuk kepentingan daerah berdasarkan kepada aspek pembangunan dan kemajuan daerah.

Pasal 18

(1) Setiap Badan atau perorangan yang melakukan ekspolarasi, pengeboran, pengambilan air bawah tanah dan air permukaan atau pemanfaatannya, untuk berbagai keperluan hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin.

(2) Perusahaan Industri yang berada dikawasan Industri, dilarang melakukan kegiatan eksplorasi, pengeboran, pengambilan air bawah tanah dan air permukaan selama kebutuhan air bersih untuk kegiatan industri dapat disuplai dari air permukaan.

(3) Izin Pengeboran, pengambilan air bawah tanah atau mnnfaatnya untuk satuaan cengkungan air tanah yang lintas wilayah Kabupaten / Kota baik izin baru maupun daftar ulang harus terlebih dahulu mendapatkan persyaratan Teknis dari Gubernur.

(4) Pengeboran dan Pengambilan air bawah tanah yang tidak memerlukan izin adalah:

a. Keperluan air minum dan rumah tangga dengan jumlah maksimum 100 (seratus) meter kubik perbulan dan tidak dipergunakan untuk keperluan komersial;

b. Keperluan peribadatan, penanggulangan kebakaran dan keperluan penelitian yang tidak menimbulkan kerusakan atas sumber air bawah tanah dan lingkungan;

c. Keperluan pembuatan sumur imbuhan.

Pasal 19

Jenis izin Pengelolaan air, terdiri daria. Izin Eksplorasi (IE);b. Izin usaha pengeboran air bawah tanah (IUPAT);c. Izin pengeboran air bawah tanah (IP);d. Izin pengambilan air bawah tanah (IPA);e. Izin pengambilan Mata air (IPMA).

553

Page 24: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Pasal 20

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, ditetapkan oleh Walikota.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a. Diberikan atas nama pemohon untuk setiap titik

pengambilan air / sumber air; b. Tidak dapat dipindah tangankan kecuali atas persetujuan

Walikota.

Bagian Kedua Tata Cara Memperoleh Izin

Pasal 21

(1) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis Kepada Walikota, melalui Unit Kerja yang mengelola Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan:

A. Untuk izin Eksplorasi ( IE ): a.1. Izin lokasi / HO / IMB; a.2. Melampirkan Peta lokasi; a.3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala

Unit Kerja. B. Untuk izin usaha Pengeboran air bawah tanah

(IUPAT). b.1. Surat peryataan Kepemilikan instlansi bor

bermeterai; b.2. Foto instlansi bor berukuran 9 X 12 Cm dan 4 X 6

Cm masing-masing sebanyak 3 (tiga) lembar; b.3. Data teknis instlansi bor; b.4. Salin sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi

badan usaha yang dikeluarkan oleh asosiasi dan telah diregistasii di LPJK;

b.5. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Unit Kerja.

Page 25: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

C. Untuk izin pengeboran (IP): c.1. Peta situasi brsekala 1 : 10.000 atau lebih besar dan

peta topografi skala 1 :50.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pengeboran;

c.2. Informasi mengenai rencana pengeboran; c.3. Foto copy Izin Usaha Pengeboran Air Tanah (IUPAT),

Surat Tanda Isntalansi Bor (STIB) yang masih berlaku;

c.4. Tanda Bukti Kepemilikan 1 (satu) buah sumur pantau yang dilengkapi alat perekam otomatis muka air (Automartic Water Level Recorder / AWLR) bagi pemohon ke 5 (lima) atau kelipatannya atau jumlah pengambilan air bawah tanah sama atau lebih besar dari 50 (lima puluh) L / detik dari 1 (satu) atau beberapa sumur pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) Hektar;

c.5. Persyaratan lainnya ditetapkan oleh Kepala Unit Kerja.

D. Izin pengambilan Air (IPA) dan izin Pengambilan Mata Air (IPMA) :

d.1. Izin Pengeboran (IP); d.2. Gambar Penampang LItologi / batuan dan hasil

rekaman logging sumur; d.3. Gambar bagan penampang penyelesaian kontruksi

sumur Bor; d.4. Berita acara pengawasan pemasangan kontruksi

Bor; d.5. Berita acara uji pemompaan; d.6. Laporan uji pemompaan; d.7. Hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah.

Bagian KetigaMasa Berlaku dan Daftar Ulang Izin

Pasal 22

(1) Masa berlaku IE sebagai mana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 huruf a, diberikan selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali apabila memenuhi persyaratan.

555

Page 26: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup Jelas

Pasal 6 Cukup Jelas

Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas

Pasal 9 Cukup Jelas

593

(2) Masa berlaku IUPAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 huruf b, diberikan selama 3 (tiga) tahundan dapat diperpanjang kembali apabila memenuhi persyaratan.

(3) Masa berlaku IP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 huruf c, diberikan selama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 3 (tiga) bulan, dan hanya pada lokasi yang diajukan dalam permohonan.

Pasal 23

(1) Izin pengambilan air bawah tanah berlaku selama kondisi air bawah tanah dan air permukaan disekitarnya masih memungkinkan untuk dimanfaatkan ditinjau dari segi teknis Hidrogeologi.

(2) Pemegang IPA dan IPMA wajib mendaftar ulang izin yang dimiliki setiap 2 (dua) tahun sekali, dengan mengajukan permohonan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya daftar.

Bagian KeempatPencabutan Izin

Pasal 24

(1) IE dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin.

(2) IUPAT dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin.

(3) IP dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila: a. Pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin; b. Izin kembalikan oleh pemegang izin; c. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang

tercantum dalam surat izin;(4) IPA dan IPMA dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

apabila : a. Pemegang izin tidak mengajukan permohonan

perpanjangan atau daftar ulang; b. Izin dikembalikan oleh pemegang izin; c. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang

tercantum dalam surat izin;

556

Page 27: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 24 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR MINUM DENGAN SISTEM TAHUN JAMAK

I. UMUM

Kota Dumai dengan posisi yang memiliki geostrategis secara internasional dan memiliki bentang garis pantai yang sangat menunjang perkembangan Kota Dumai pada masa yang akan datang sesuai dengan perencanaan Nasional sebagai daerah Pengembangan kawasan andalan untuk kegiatan Pelabuhan, Industri, Perdagangan, Jasa dan Pariwisata. Pemerintah Kota Dumai telah menyusun Renstra dengan arahan prioritas yang memuat visi, misi dan program satuan kerja perangkat daerah yang mana dipandang perlu menetapkan Pengikatan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak dengan Peraturan Daerah.

Pembiayaan infrastruktur air minum dimana dengan keterbatasan dana menyebabkan tidak mungkin bagi pemda membiayai dalam satu tahun anggaran.

Pendanaan ditujukan untuk dua kegiatan yaitu : pengembangan dan up rating.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup Jelas

Pasal 2 Cukup Jelas

Pasal 3 Cukup Jelas

592

d. Berdasarkan pertimbangan teknis menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

(5) Tata cara pencabutan izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian KelimaHak dan kewajiban Pemegang Izin

Paragraf 1Hak Pemegang Izin

Pasal 25

(1) Pemegang IE berhak melakukan kegiatan ekplorasi air bawah tanah sesuai dengan izin yang diberikan.

(2) Pemegang IUPAT berhak melakukan usaha dibidang pengeboran air dibawah tanah sesuai dengan izin yang diberikan.

(3) Pemegang IP berhak melakukan pengeboran, penggalian dan penurapan dengan izin yang diberikan.

(4) Pemegang IPA dan IPMA berhak melakukan pengambilan air sesuai dengan izin yang diberikan.

Pragraf 2Kewajiban Pemegang Izin

Pasal 26

(1) Pemegang IE berkewajiban : a. Melaporkan hasil kegiatan eksplorasi air bawah tanah

secara tertulis setiap 1 ( Satu ) Bulan sekali Kepada Kepala Unit Kerja;

b. Memelihara dan Bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan;

c. Menghentikan kegiatan eksplorasi air bawah tanah serta mengusahakan penanggulangannya apabila dalam pelaksanaannya ditemukan kelainan-kelainan yang dapat menganggu kelestarian sumber air bawah tanah dan lingkungan hidup.

557

Page 28: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumaipada tanggal 27 Desember 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.SDiundangkan di Dumaipada tanggal 28 Desember 2007

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010055541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 10 SERI D

(2) Pemegang IUPAT berkewajiban : a. Melaporkan hasil kegiatan secara tertulis setiap 6 (

Enam ) Bulan sekali kepada Kepala Unit Kerja; b. Memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Izin.

(3) Pemegang IP Berkewajiban : a. Melaporkan hasil kegiatan selama proses pengeboran,

penggalian atau penurapan mata air secara tertulis kepada kepala Unit Kerja;

b. Memberitahukan secara tertulis kepada Walikota melalui Kepala Unit Kerja selambat – lambatnya 7 ( Tujuh ) hari kerja sebelum melaksanakan pemesangan saringan, uji pemompaan dan penurapan air;

c. Melakukan pemasangan konstruksi sumur atau penurapan sesuai dengan petunjuk teknis;

d. Menghentikan kegiatan pengeboran air bawah tanah atau penurapan mata air apabila pelaksanaan ditemukan kelainan-kelainan yang dapat menggangu kelestarian sumber air bawah tanah dan merusak lingkungan hidup, serta mengusahakan penanggulannya dan melaporkannya segera kepada Walikota melalui Kepala Unit Kerja.

(4) Pemegang IPA dan IPMA berkewajiban: a. Melaporkan jumlah pengambilan air setiap bulan

Kepada Kepala Unit Kerja; b. Membayar retrubusi izin dan pajak pengambilan air

setelah mendapatkan izin; c. Menyediakan dan memasang meter air serta

alat pembatas debut air (stop kran) pada setiap titik pengambilan air sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan Kepala Unit Kerja;

d. Memielihara dan dan bertanggung jawab atas kerusakan meter air dan alat pembatas debit air (stop kran);

e. Memberikan sebagian air yang diambil untuk kepentingan masyarakat berdasarkan permohonan masyarakat sekitarnya;

f. Melakukan analisis kualitas air pada setiap sumur per 3 (tiga) bulan dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Unt Kerja;

558

Page 29: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

g. Menghentikan kegiatan pengambilan air bawah tanah, mengusahakan penangulannya apabila dalam pelaksanaannya ditemukan kelainan yang dapat menggangu kelestarian sumber air bawah tanah serta lingkungan hidup.

Pasal 27

(1) Setiap badan atau perorangan yang melakukan pengambilan air bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, berkewajiban menyediakan lahan resapan air bawah tanah.

(2) Penyediaan lahan resapan air bawah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setiap pengambilan air bawah tanah lebih dari 4 (empat) buah sumur dalam satu lokasi yang luasnya kurang dari 10 (sepuluh) hektar, diwajibkan menyediakan satu buah sumur pantau yang dilengkapi dengan alat untuk memantau muka air bawah tanah.

(4) Pengambilan air bawah tanah dengan debit lebih besar atau sama dengan 1/detik yang berasal dari satu sumur, diwajibkan menyediakan 1 (satu) buah sumur pantau yang dilengkapi untuk memantau muka air bawah tanah.

(5) Pada tempat-tempat tertentu yang kondisi air bawah tanahnya dianggap rawan diwajibkan membuat sumur injeksi.

Pasal 28

(1) Pengambilan air bawah tanah wajib dilengkapi dengan Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) apabila:

a. Pengambilan air bawah tanah dengan debit lebih dari 50 liter/detik yang berasal dari 1 (satu) buah sumur;

b. Pengambilan air bawah tanah dengan debit lebih dari 50 liter/detik yang berasal dari 5 (lima) sumur dalam areal kurang dari 10 (sepuluh) hektar.

BAB VIPENGELOLAAN ANGGARAN KEGIATAN

TAHUN JAMAK

Pasal 5

Pengelolaan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum.

BAB VIIESKALASI

Pasal 6

(1) Jika terjadi kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang dan jasa, dapat dilakukan eskalasi (penyesuaian harga).

(2) Penyesuaian harga satuan program kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan tata cara perhitungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIIIPERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 7

Pertanggungjawaban Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

590

Page 30: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

BAB IVPELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 4

(1) Pelaksanaan pekerjaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dilakukan selama 12 (dua belas) bulan untuk Pekerjaan Up Rating dan 24 (dua puluh empat) bulan untuk Pekerjaan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dan Pekerjaan Pipa Tranmisi, Distribusi, As-Built Drawing dan Sambungan Rumah.

(2) Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), digunakan untuk pembiayaan peningkatan kualitas, kuantitas dan kontiunitas infrastruktur air minum dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011 selama 4 (empat) tahun anggaran terdiri dari :

a. Tahun 2008 sebesar Rp. 62.958.099.694,49,- (enam puluh dua miliar sembilan ratus lima puluh delapan juta sembilan puluh sembilan ribu enam ratus sembilan puluh empat rupiah empat puluh sembilan sen);

b. Tahun 2009 sebesar Rp. 56.987.669.585,17,- (lima puluh enam miliar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta enam ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus delapan puluh lima rupiah tujuh belas sen);

c. Tahun 2010 sebesar Rp. 56.987.669.585,17,- (lima puluh enam miliar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta enam ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus delapan puluh lima rupiah tujuh belas sen);

d. Tahun 2011 sebesar Rp. 56.987.669.585,17,- (lima puluh enam miliar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta enam ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus delapan puluh lima rupiah tujuh belas sen).

(3) Penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 disesuaikan dengan harga penawaran pemenang.

589

(2) Setiap pengambilan air bawah tanah yang tidak diatur pada ayat (1), wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) DAN Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

BAB XINAMA OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 29

(1) Obyek Retribusi adalah: a. Pemberian izin Eksplorasi (IE); b. Pemberian izin Usaha Pengeboran Air Bawah Tanah

(IUPAT); c. Pemberian izin pengeboran (IP); d. Pemberian izin Pengambilan Air Bawah Tanah (IPA); e. Pemberian izin Pengambilan Mata Air (IPMA).

(2) Subyek Ritrubusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin:

a. Izin Eksplorasi (IE); b . Izin Usaha Pengeboran Air Bawah Tanah (IUPAT); c. Izin Pengeboran Air Bawah Tanah ( IP ); d. Izin Pengambilan Air Bawah Tanah ( IPA ); e. Izin Pengambilan Mata Air ( IPMA).

Pasal 30

Tingkat pengunaan jasa izin berdasarkan jenis dan jumlah sumur, yaitu sumur Bor atau penurapan mata air ( sumur bor ke 1,2,3 dan seterusnya), sumur pasak atau sumur gali (sumur pasak ke 1,2,3 dan seterusnya).

BAB XIISTRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI

Pasal 31

(1) Pemberian Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 2, dikenakan Retribusi Perizinan.

560

Page 31: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

BAB IIISUMBER DAN JUMLAH DANA

Pasal 3

(1) Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak bersumber dari APBD Kota Dumai, APBD Propinsi Riau, APBN dan atau sumber dana lainnya yang sah.

(2) Jumlah dana anggaran kegiatan tahun jamak yang dialokasikan untuk membiayai program/kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 233.921.108.450 (dua ratus tiga puluh tiga miliar sembilan ratus dua puluh satu juta seratus delapan ribu empat ratus lima puluh rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

a. Pekerjaan Up Rating IPA jalan Jend. Sudirman dari 40 L/det menjadi 80 L/det sebesar Rp.22.370.485.688,- (dua puluh dua miliar tiga ratus tujuh puluh juta empat ratus delapan puluh lima ribu enam ratus delapan puluh delapan rupiah);

b. Pekerjaan Pembangunan Baru Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kapasitas 250 L/det di Bukit Timah, sebesar Rp. 52.657.959.762,- (lima puluh dua miliar enam ratus lima puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh sembilan ribu tujuh ratus enam puluh dua rupiah);

c. Pekerjaan Pipa Tranmisi, Distribusi, As-Built Drawing dan sambungan rumah, sebesar Rp.157.192.663.000 (seratus lima puluh tujuh miliar seratus sembilan puluh dua juta enam ratus enam puluh tiga ribu rupiah);

d. Konsultan Manajemen Konstruksi (KMK), sebesar Rp. 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah);

e. Pekerjaan Engineering dan Pengembangan Teknologi, sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

588

(2) Retribusi Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di golongkan sebagaimana perizinan tertentu.

(3) Prinsip dan sasaran penetapan retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin.

(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi biaya administrasi, survei lapangan, penelitian teknis, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

BAB XIIISTRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI

Pasal 32

(1) Penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk menutup biaya administrasi, pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemberian izin.

(2) Besarnya tarif retribusi kegiatan pengeboran, pengambilan air bawah tanah, penurapan dan pemanfaatan mata air/air permukaan ditetapkan sebagaimana berikut:

a. Titik I Rp. 100.000,- b. Titik II dan seterusnya Rp. 50.000,-(3) Besarnya retribusi setiap perizinan ditetapkan sebagaimana

tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

BAB XIVWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 33

Retribusi yang tertuang dipungut di wilayah Daerah tempat jasa pelayanan diberikan.

BAB XVMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 34

Retribusi tertuang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

Page 32: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai.

5. Dinas Pekerjaan Umum adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai.

6. Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah Kota Dumai.

7. Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak adalah dana yang disediakan atau disisihkan atas penerimaan daerah yang penggunaannya dibatasi untuk melaksanakan program/kegiatan pembangunan yang dana maupun kegiatannya tidak dapat dilaksanakan atau dibebankan dalam satu tahun anggaran.

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya disingkat RPJMD adalah RPJMD Kota Dumai Tahun 2006-2010.

BAB IIT U J U A N

Pasal 2

(1) Pengikatan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Jamak digunakan untuk tujuan membiayai pelaksanaan pembangunan infrastruktur a i r minum yang pengalokasian dananya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

(2) Pembangunan infrastruktur air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah untuk mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Program Pengentasan kemiskinan, penanggulangan pemberantasan kebodohan dan peningkatan pembangunan infrastruktur (K21) yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi Riau.

587

BAB XVITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 35

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.(2) Retribusi di pungut oleh petugas yang ditetapkan oleh

Kepala Dinas.(3) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memberikan

tanda bukti pembayaran kepada orang pribadi atau Badan sebagai wajib retribusi yang bentuk, nama dan ukuran tersebut disetorkan ke kas Daerah.

(4) Hasil pungutan retribusi tersebut disetorkan ke Kas Daerah.

Pasal 36

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Bentuk dan isi SKRD dan Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota Dumai.

BAB XVIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 37

(1) Pembayaran retribusi Daerah disetorkan ke kas daerah melalui bendahara penerima pada bagian sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi daerah tersebut harus disetor ke kas daerah selambat – lambatnya 1 x 24 jam.

Pasal 38

(1) Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai / lunas.(2) Kepala Badan dapat memberikan izin pada subyek retribusi

untuk mengangsur retribusi yang terutang dalam kurun waktu tertentu dengan alasan dapat dipertanggung jawabkan.

Page 33: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);

11. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003;

12. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 7 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai Tahun 2006-2010 (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2006 Nomor 7 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAIdan

WALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : P E R AT U R A N DA E R A H T E N TA N G P E M B A N G U N A N INFRASTRUKTUR AIR MINUM DENGAN SISTIM TAHUN JAMAK.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kota Dumai.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai.3. Walikota adalah Walikota Dumai.

(3) Tata cara mengangsur retribusi yang tertuang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 39

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), diberikan tanda pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.(3) Bentuk isi ukuran buku tanda bukti pembayaran dan buku

penerima retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Walikota.

BAB XVIIITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 40

(1) Pengeluaran surat teguran atau surat peringatan / surat lain yang jenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah tanggal surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis diterima oleh subyek retribusi wajib melunasi retribusi yang tertuang.

(3) Surat teguran / surat peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh kepala Unit Kerja.

BAB XIXTATA CARA PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 41

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan dan pembebasan besarnya retribusi.

(2) Tata cara pemberian pengurangan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota.

563

Page 34: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Rerpublik Indonesia Nomor 4490);

BAB XXKADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 42

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat tertuangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kadaluarsa Penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran atau; b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik

langsung maupun tidak langsung.

BAB XXIPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 43

(1) Pengawasan dan pengendaliaan atas pelaksanaan peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut hal-hal yang bersifat teknis, dilaksanakan oleh Unit Kerja.

(2) Pengawasan dan pengendaliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Lokasi titik pengambilan air bawah tanah; b. Teknis konstruksi sumur bor dan uji pemompaan; c. Pembatasan debit pengambilan air; d. Penataan teknis dan pemasangan alat ukur (meter

air); e. Pendataan volume pengambilan air; f. Teknis penurapan mata air; g. Kajian Hidrogeologi; h. Usaha jasa pengeboran air bawah tanah; i. Penyediaan lahan resepan dan sumur resapan; j. Penyediaan sumur pantau; k. Penyediaan sumur pasak.

Pasal 44

(1) Pengawasan pemasangan meter air atau alat pengukur debit air dilakukan oleh Unit Kerja.

Page 35: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAHKOTA DUMAI

Nomor : 24 Tahun 2007 Seri : D Nomor 10

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 24 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR MINUM DENGAN SISTIM TAHUN JAMAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa pemenuhan akan ketersediaan air minum yang memadai untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, sektor jasa dan industri merupakan kebutuhan yang perlu direalisasikan segera;

b. bahwa pembangunan infrastruktur air minum butuh pendanaan cukup besar yang tidak bisa diakomodir dalam satu tahun anggaran sehingga diperlukan pembiayaannya melalui sistim tahun jamak (multy years);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembangunan Infrastruktur Air Minum Dengan Sistim Tahun Jamak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

(2) Penetapan lokasi, jaringan dan konstruksi sumur Pantau, sumur resepan dan sumur injeksi ditentukan oleh Unit Kerja.

(3) Pada daerah-daerah tertentu, Unit Kerja membuat sumur pantau.

(4) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), berkoordinasi dengan instansi yang berwewenang.

BAB XXIIPELANGGARAN

Pasal 45

Setiap pemegang izin dinyatakan melakukan pelanggaran apabila:

a. Merusak, melepas, menghilangkan dan memindahkan meter/alat ukur debit air dan atau merusakan segel tera dan segel instalasi pada meter air atau alat ukur debit air;

b. Mengambil air dari pipa sebelum meter air;c. Mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam

izin;d. Menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air;e. Memindahkan letak titik atau lokasi pengambilan air;f. Memindahkan rencana letak titik pengeboran dan atau

titik penurupan atau lokasi pengambilan air;g. Mengubah konstruksi penurapan mata air;h. Tidak membayar retrebusi izin;i. Tidak membayar pajak pengambilan air bawah tanah;j. Tidak menyampaikan laporan pengambilan air atau

melaporkan tidak sesuai dengan kenyataan;k. Tidak melaporkan hasil rekaman sumur pantau;l. Tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam

izin.

BAB XXIIISANKSI PIDANA

Pasal 46

(1) Barang siapa melanggar salah satu ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 42, diancam pidana kurangan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Page 36: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

BAB XIPENUTUP

Pasal 22

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai ber laku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai pada tanggal 10 Desember 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto

H. ZULKIFLI A.SDiundangkan di Dumaipada tanggal 11 Desember 2007

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDIPembina Utama Muda NIP. 010055541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 08 SERI B

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

(3) Dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 9 (Sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 1500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah) untuk setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber daya air dan prasaranannya serta melakukan kegiatan yang mengakibatkan pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(4) Di pidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk:

a. Setiap orang yang dengan sengaja mengusahakan sumberdaya air tanpa izin dari Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber daya air tanpa memperoleh Izin dari Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

(5) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) untuk setiap orang yang karena kelalainnya mengakibatkan kerusakan sumber daya air dan prasarana serta pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(6) Dipidana dengan pidana paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk :

a. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16;

b. Setiap orang yang karena ketahuinya melakukan kegiatan konstruksi pada sumber daya air tanpa izin dari Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

Page 37: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

Pasal 18

(1) Walikota menunjuk Kepala Inspeksi Tambang.(2) Kepala Inspeksi tambang dibantu oleh Deputi Kepala

Inspeksi Tambang, para pelaksana Inspeksi Tambang dan para Asisten pelaksana Inspeksi Tambang.

(3) Walikota menetapkan persyaratan dan tata cara pengangkatan Kepala Inspeksi Tambang, Deputi Kepala Inspeksi Tambang, para pelaksana Inspeksi Tambang dan Para Asisten Pelaksana Inspeksi Tambang.

Pasal 19

Biaya Operasional untuk menunjang pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota.

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 20

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini di ancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.0000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

IUP yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Swasta, Badan-badan lain dan perorangan yang memperoleh hak berdasarkan peraturan yang ada sebelum saat berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.

582

BAB XXIVPENYIDIKAN

Pasal 47

(1) Selain Pejabat penyidik polri yang bertugas menyidik tindak pidana atas tindak pidana sebagaimana dimaksud Pada Peraturan Daerah ini, dapat juga dilakukan oleh pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pangkatnya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas Penyidikan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (1), berwenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan diri seseorang tentang adanya tindak pidana ;

b. Melakukan tindak pertama pada saat kejadiaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa

tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan

dan penyitaan. e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau

denda; f. Pengambilan sidik jari dan memotret seseorang; g. Memanggil seseorang untuk didengar atau diperiksa

sebagai tersangka atau saksi; h. Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam

hubunganya dalam pemeriksaan perkara; i. Mengadakan penghentian penyidikan; j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggung jawabnya.(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), diatur sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

Semua sumur bor pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan yang ada pada saat diundangkannya Peraturan Daerah ini, harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diundangkan.

Page 38: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

4. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah memperoleh IUP Bahan Galian Golongan C, pemegang IUP diwajibkan memberi batas pada wilayah dalam usaha pertambangan dengan membuat tanda-tanda batas yang jelas.

BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

(1) Unit kerja dapat melaksanakan inventarisasi/pemetaan bahan Bahan Galian golongan C serta eksplorasi potensi Bahan Galian yang belum dimanfaatkan.

(2) Inventarisasi data dan pengukuran potensi atas usaha Bahan Galian Golongan C dilakukan terhadap orang/badan usaha yang sudah memiliki IUP maupun terhadap wilayah pertambangan yang belum dimanfaatkan.

Pasal 17

(1) Pembinaan, pengendalian dan pengawasan IUP Bahan Galian Golongan C dilaksanakan oleh Unit Kerja yang membidangi usaha pertambangan.

(2) Pejabat Inspeksi Tambang adalah Pejabat pelaksana dari Walikota Dumai dalam bidang pengawasan.

(3) Pembinaan, pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara pengusahaan atau teknik penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja serta pengelolaan lingkungan usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C.

(4) Usaha kepentingan pengendalian dan pegawasan , setiap instansi atau badan usaha yang mengusahakan pertambangan Bahan Galian Golongan C wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan pemeriksaan, penelitian baik bersifat administrasi maupun secara teknis operasional.

BAB XXVIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut teknis akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 50

Peraturan Daerah mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan perundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai pada tanggal 10 Desember 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.SDiundangkan di Dumaipada tanggal 11 Desember 2007 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010055541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 7 SERI B

568

Page 39: LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 22 …...dan air laut yang berada di darat. 15. Pengelolaan air bawah tanah adalah pengeloaan dalam arti luas mencangkup segala usaha, inventarisasi,

d. Bahan Usaha atau perorangan pemegang IUP yang bersangkutan harus menyerahkan semua klise bahan-bahan peta, gambar-gambar ukuran tanah dan semua data-data hasil penelitian kepada Walikota Dumai tanpa ganti rugi.

(2) Walikota Dumai menetapkan waktu yang diberikan kepada pemegang IUP terakhir untuk memindahkan/mengangkut segala sesuatu menjadi hak miliknya, kecuali bahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.

(3) Barang Bangunan yang tidak dipindahkan diangkat dalam batas waktu yang sudah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi milik Pemerintah Kota Dumai.

(4) Menyimpan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila IUP dibatalkan demi kepentingan Negara/Pemerintah Kota Dumai diberi ganti rugi yang patut dan wajar kepada pemegang IUP sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIIHAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IUP

Pasal 15

Hak dan Kewajiban Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C :

1. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C berhak melakukan segala kegiatan usaha pertambangan dengan mempergunakan peralatan dan teknik pertambangan dengan sebaik-baiknya.

2. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C, disamping melaksanakan kewajibannya dibidang pengusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk pejabat yang berwenang, juga harus melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran.

3. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C diwajibkan

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : Tahun 2007 Tanggal : Desember 2007

A. Izin Pengeboran Air Bawah Tanah ( IP ).

Sumur ke - 1 Sumur ke - 2 Sumur ke - 3

Sumur Bor atau Penurapan Mata Air Rp. 1.000.000,- Rp.1.500.000,- Rp.2.000.000,-

B. Izin Pengambilan Air Bawah Tanah ( IPA ).

Sumur ke - 1 Sumur ke - 2 Sumur ke - 3

Sumur Bor atau Penurapan Mata Air Rp.1.500.000,- Rp.2.000.000,- Rp.2.500.000,-

C. Daftar Ulang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah.

Sumur ke - 1 Sumur ke - 2 Sumur ke - 3

Sumur Bor atau Penurapan Mata Air Rp. 1.000.000,- Rp.1.500.000,- Rp.2.000.000,-

D. Balik Nama atau Pemindahan Izin Air Bawah Tanah Rp. 500.000,- Per Titik.

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.S

569